Prosiding Belitung Final

PENELITIAN KONSERVASI BAHAN GALIAN DI WILAYAH BEKAS TAMBANG
MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PULAU BELITUNG,
PROVINSI BANGKA BELITUNG
Yuman Pertamana
Kelompok Penyelidikan Konservasi dan Unsur Tanah Jarang
SARI
Penelitian konservasi bahan galian di wilayah bekas tambang menggunakan citra satelit
di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi
tentang potensi bahan galian di wilayah bekas tambang serta kemungkinan pemanfaatannya.
Lokasi penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Belitung dan
Kabupaten Belitung Timur dan secara geografis terletak pada 107°30’ BT - 108°22’ BT dan
2°30’ LS - 3°20’ LS.
Sebagian daerah bekas tambang timah di Belitung masih memiliki bahan galian timah
yang potensial diusahakan. Potensi timah pada daerah bekas tambang berada di daerah : Air
Seruk, Air Batu Buding, Badau, Membalong, Mengku-bang, Sukamandi, Selingsing dan Air
Madu; dengan sumber daya hipotetik bijih timah sebesar 115.364,34 ton dimana sumberdaya
hipotetik logam timahnya sendiri sebesar 90.869,22 ton.
Bijih timah terkandung dalam lapisan aluvial kaya timah (kaksa), lokasi yang potensial
adalah daerah Selingsing dengan kadar kasiterit 59,57% (16,2 kg/m3) dan sumberdaya hipotetik
108.486,40 ton. Bijih timah terdapat pula dalam tailing pengolahan timah, lokasi yang potensial
adalah daerah Sukamandi dengan kadar kasiterit 31,75% (0,364 kg/m3) dan sumber daya

hipotetik 2.457 ton.
Bahan galian lain dan mineral ikutan yang potensial pada daerah bekas tambang timah
adalah : pasir kuarsa, mineral ilmenit dan mineral tanah jarang (LTJ) berupa monasit dan zirkon.
Potensi mineral monasit berada di daerah Air Seruk dengan sumberdaya hipotetik sebesar
5.525,73 ton dimana potensi LTJ-nya sebesar : Cerium 1.140,5 ton, Lantanum 1.130,5 ton,
Yttrium 723,6 ton, Thorium 1.888,6 ton. Potensi mineral ilmenit terdapat di daerah Air Seruk,
Membalong dan Air Madu dengan sumber daya hipotetik sebesar 33.959,3 ton dimana potensi
logam titaniumnya sebesar 10.708,7 ton.
Sampai saat ini belum ada usaha memanfaatkan LTJ dan ilmenit ini padahal permintaan
dunia terus meningkat dari waktu ke waktu yang sebagian besar diserap kebutuhan teknologi
maju, seperti komponen mesin mobil balap, komponen pesawat udara – satelit, elektronika dan
telekomunikasi.
Kegiatan penambangan timah di Belitung saat ini dilakukan oleh perusahaan
subkontraktor PT Timah dan masyarakat setempat (Tambang Inkonvensional / TI) dengan
metode tambang semprot. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai usaha pemanfaatan marginal
deposit guna memperoleh manfaat yang optimal dari bahan galian timah, tetapi tentu saja harus
diiringi usaha meminimalisasi dampak lingkungan yang ditimbulkannya antara lain dengan
pengawasan yang intensif oleh instansi terkait, khususnya dinas pertambangan dan energi serta
dinas lingkungan hidup.


PENDAHULUAN
Kegiatan
penambangan
dan
pengolahan mineral umumnya tidak dapat
mengambil (menangkap) semua bahan
galian berharga dan selalu menyisakan
potensi tertinggal dan terbuang. Di samping
amanat UU No. 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara yang
menjadikan konservasi sebagai salah satu
asas pengelolaan sumberdaya mineral, juga
kecenderungan peningkatan harga timah dan
perkembangan teknologi penambangan dan
pengolahan; menjadikan bahan galian timah,
bahan galian lain dan mineral ikutan pada
wilayah bekas tambang kemungkinan
berpotensi untuk dimanfaatkan.
Salah satu teknologi yang dapat
digunakan dalam survei bahan galian yang

berkembang pesat dewasa ini adalah remote
sensing (penginderaan jauh). Kelebihan
metode ini antara lain : kemampuan
mendapatkan
informasi
dari
jauh,
cakupannya luas, dapat menjangkau daerah
yang sulit dicapai dan biaya persatuan luas
yang murah. Pada umumnya, perpaduan
antara teknologi penginderaan jauh dan
survei lapangan akan memberikan hasil
penelitian bahan galian yang optimal.
Dalam rangka mendorong penerapan
konservasi sumber daya mineral, Pusat
Sumber Daya Geologi melakukan kegiatan
penelitian konservasi bahan galian di
wilayah bekas tambang menggunakan citra
satelit di Pulau Belitung, Provinsi Bangka
Belitung. Kegiatan penelitian ini dibiayai

dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) - Pusat Sumber Daya Geologi Tahun
Anggaran 2010.
Lokasi penelitian terletak di Pulau
Belitung
yang
secara administratif
termasuk ke dalam wilayah Kabupaten
Belitung dan Kabupaten Belitung Timur,
Provinsi Bangka Belitung, secara geografis
terletak antara 107°30’ BT - 108°22’ BT dan
2°30’ LS - 3°20’ LS (Gambar 1).
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
Geologi
Pulau Belitung terletak di sebelah timur
dari bagian jalur batuan granitik wilayah
timur yang erat hubungannya dengan Raub
Bentang
Structure.
Struktur

ini
mempengaruhi dan berperan penting dalam

pembentukan mineralisasi timah, ubahanubahan hidrotermal pada batuan granit yang
membawa bijih timah dan bentang alam
Pulau Belitung.
Sebagian Pulau Belitung ditempati oleh
bentang alam perbukitan rendah dengan
beberapa tonjolan bukit, yang ditempati oleh
satuan batuan intrusi granit yang menerobos
batuan sedimen seperti satuan batu pasir,
lempung dan tufa, gabro, granodiorit,
tonalit / diorit kuarsa, adamelit, basal, dasit
dan sedimen.
Dengan kondisi geologi tersebut,
wilayah Pulau Belitung merupakan daerah
mineralisasi kasiterit-wolfram (Jura-Trias).
Jalur mineralisasi ini merupakan busur
mineralisasi kasiterit terkaya di dunia yang
memanjang

dari
Thailand-MalaysiaSingkep-Bangka-Belitung. Di samping itu
terdapat mineralisasi timah hitam yang
berasosiasi dengan urat kuarsa yang
menerobos tubuh granit.
Formasi Batuan yang mengandung
timah
primer
antara
lain
Granit
Tanjungpandan dan Adamelit Baginda.
Granit Tanjungpandan, terdaunkan kelabu
muda, holokristalin, berbutir, kasar-sangat
kasar, butir hipidiomofik terdiri atas kuarsa,
felspar, plagioklas, biotit, horenblenda.
Batuan ini termasuk kedalam granit tipe ”S”,
mengandung greisen yang kaya mineral
kasiterit primer.
Adamelit Baginda; Adamelit, kelabu sampai

kehijauan,
holokristalin,
ekui-granular,
berbutir kasar dengan mineral penyusun
terdiri atas kuarsa, felspar, plagioklas, biotit,
horenblenda serta mineral sekunder seperti
klorit, karbonat, limonit dan oksida besi.
Batuan ini termasuk kedalam tipe granit ”I”
yang mengandung mineral kasiterit.
Peta Geologi Belitung dapat dilihat pada
Gambar 2.
Pertambangan
Sejak berakhirnya eksploitasi timah oleh
PT Timah pada tahun 1991/1992,
penambangan timah di Belitung dilakukan
oleh Tambang Inkonvensional dengan
metode tambang semprot (hydraulicking).
Sistem tambang semprot adalah suatu
cara penambangan yang mempergunakan
alat penyemprot air yang disebut “monitor”

atau “giant” dengan aktivitas penggalian,

penyemprotan,
pengangkutan
dan
pengolahan. Peralatan yang digunakan
umumnya terdiri dari : pompa semprot dan
monitor sebagai alat gali, pompa tanah
sebagai alat angkut, sakhan sebagai alat
konsentrasi bijih timah dan pembangkit
tenaga listrik. Pada beberapa lokasi, untuk
penggalian digunakan pula alat berat berupa
excavator
Pengusahaan bahan galian timah
tersebut dikerjakan oleh perusahaan
subkontraktor PT Timah dan masyarakat
setempat.
Penambangan
timah
oleh

perusahaan subkontraktor PT Timah
dilakukan pada wilayah KP PT Timah
dengan ketentuan, konsentrat timah yang
dihasilkan harus dijual kepada PT Timah
sesuai harga yang ditetapkan PT Timah.
Sedangkan penambangan oleh masyarakat
secara perorangan atau kelompok dilakukan
di lokasi-lokasi tertentu, baik di dalam atau
di luar wilayah KP PT Timah dan sebagian
besar di antaranya tanpa izin.
PENGOLAHAN CITRA SATELIT
Pengolahan
citra
merupakan
manipulasi dan interpretasi dari citra
penginderaan jauh (Hardiyanti S., 2001).
Pengolahan citra satelit umumnya dilakukan
secara digital menggunakan perangkat lunak
tertentu. Pengolahan citra digital berguna
untuk mengkoreksi, meningkatkan atau

menajamkan citra sehingga dapat dimengerti
dan mudah diambil informasi yang
dibutuhkan. Pada penelitian ini jenis
pengolahan citra yang digunakan adalah
penyusunan komposit citra berwarna,
penajaman citra dan pricincipal component
analysis.
Principal
Component
Analysis
(Analisis Komponen Utama) adalah
transformasi citra berupa pemadatan
informasi dengan cara mengurangi dimensi
data menjadi kombinasi linier band spektral
yang lebih sedikit yang tidak berkorelasi dan
lebih mudah diinterpresi dari pada data
spektral asal (Jensen, 1996). Pada penelitian
ini, band-band ETM+ (band 1, band 2, band
3, band 4, band 5 dan band 7) ditransformasi
dengan PCA menghasilkan citra baru yang

dinamakan komponen 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.
Tiga komponen pertama memiliki tingkat
variabilitas yang paling tinggi sehingga

kenampakan citranya paling baik. Pada
penelitian
ini
digunakan
komposit
komponen 1, 2, dan 4 (PC 124) (Gambar 3
dan Gambar 4).
Adapun citra yang digunakan pada
penelitian ini adalah LANDSAT ETM+ yang
mencakup keseluruhan wilayah Pulau
Belitung, data tersebut direkam oleh satelit
Landsat 7 pada tanggal 6 Agustus 2009 yang
dikeluarkan oleh USGS (United States
Geological Survey).

PEMBAHASAN
Potensi Timah pada Bekas Tambang
Berakhirnya operasi penambangan timah PT
Tambang Timah di Belitung pada tahun
1992 bukan berarti seluruh timah di Belitung
telah habis. Penambangan oleh PT Tambang
Timah dilakukan secara selektif (selective
mining) pada lokasi-lokasi dengan cadangan
yang besar berkadar di atas cut off grade
(COG) serta disesuaikan dengan alat
tambang yang berkapasitas besar. Naiknya
COG akibat penurunan harga timah dunia
pada era 1980-1990 menyebabkan banyak
cadangan yang semula layak tambang
menjadi
tidak
ekonomis
ditambang
(marginal deposit). Dampaknya banyak
cadangan timah yang tersisa yang mungkin
berpotensi ditambang di kemudian hari.
Hasil penelitian menunjukkan bijih
timah pada lapisan aluvial kaya timah
(kaksa) yang berpotensi dikembangkan
terdapat di Desa Selingsing, Kecamatan
Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
Analisis laboratorium terhadap conto aluvial
timah di daerah ini menunjukkan kandungan
bijih timah (kasiterit) 16.192 gram/m 3 atau
16,19 kg/m3 dengan sumber daya hipotetik
108.486,40 ton.
Potensi
lain
timah
Belitung
terkandung dalam tailing pengolahan PT
Timah. Keberadaan timah pada tailing
disebabkan
lolosnya
partikel-partikel
kasiterit dan mineral bijih timah lainnya dari
proses pengolahan. Tidak tertangkapnya
sebagian mineral berharga pada proses
pengolahan merupakan hal yang tidak bisa
dihilangkan karena keterbatasan proses

pemisahan
menyebabkan
recovery
pengolahan selalu kurang dari 100%. Sisasisa bijih timah tersebut bercampur dengan
material lainnya membentuk lapisan aluvial
yang terhampar cukup luas di Belitung.
Bukti nyata kandungan timah pada aluvial
adalah ditambangnya kembali tailing
tersebut oleh masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis terhadap
tailing ini, terdapat beberapa lokasi yang
potensial dengan kandungan bijih timah
(kasiterit) yang relatif tinggi yaitu sebagai
berikut :
1) Desa Air Seruk dengan kandungan
kasiterit tertinggi 298 gram/m3 serta
sumber daya hipotetik kasiterit 125,16
ton.
2) Desa Air Batu Buding dengan
kandungan kasiterit 220 gram/m3 serta

sumber daya hipotetik kasiterit 818,40
ton.
3) Desa Sukamandi dengan kandungan
kasiterit
364 gram gram/m 3 serta
sumber daya hipotetik kasiterit 2.457
ton.
Rincian potensi timah di Belitung
dijelaskan Tabel 1 dengan jumlah sumber
daya bijih timah keseluruhan 115.364,34
ton. Dari jumlah tersebut sumber daya
logam timahnya sendiri sebesar 90.869,22
ton.

Tabel 1. Sumber Daya Hipotetik Bijih Timah di Belitung
No.
Lokasi
Kadar (%)
Sumber daya (ton)
1 Air Seruk – Lokasi 1
7,02
3.168,00
2 Air Seruk – Lokasi 2
22,84
125,16
3 Air Batu Buding
17,04
818,40
4 Badau
2,78
139,38
5 Membalong
0,62
16,88
6 Mengkubang
3,04
140,40
7 Sukamandi
31,75
2.457,00
8 Selingsing
59,57
108.486,40
9 Air madu
0,46
12,72
Total
115.364,34
Revitalisasi Kawasan Bekas Tambang
Lokasi
bekas
tambang
yang
umumnya berupa kolong, di samping
menyimpan banyak persoalan ternyata
mempunyai beberapa peluang bila dikelola
dengan baik, antara lain :
1) Pemanfaatan kolong untuk kawasan
pertanian
Contoh pemanfaatan kolong untuk
pertanian berhasil dilakukan di Desa
Kampung Jeruk, Kecamatan Pangkalan
Baru, Kabupaten Bangka Tengah.
Seorang petani kreatif bernama Megah
Hasan berhasil merubah bekas tambang
menjadi sawah dengan hasil produksi 3
sampai 4 ton gabah kering per hektarnya. Keberhasilan ini dapat menjadi
contoh bagi dinas terkait dan masyarakat
Belitung
untuk
mengembangkan

kawasan bekas tambang menjadi lahan
produktif penghasil padi dan komoditas
pertanian lainnya.
Jenis
tanaman
lain
yang
bisa
dikembangkan di sekitar bekas tambang
adalah tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas L) yang berdasarkan hasil
penelitian dosen dari Fakultas Pertanian,
Perikanan dan Biologi Universitas
Bangka Belitung, dapat tumbuh dengan
baik pada lahan marjinal pasca
penambangan timah.
2) Pemanfaatan kolong untuk perikanan
Menurut Endang Bidayani (2008), usaha
perikanan yang dapat dikembangkan,
utamanya bagi kolong-kolong yang
memiliki akses jalan dan dekat dengan
pemukiman antara lain, sistem jaring
terapung atau usaha perikanan darat

yang menggunakan sumber air baku dari
kolong,
dengan
jenis-jenis
ikan
konsumsi yang cukup digemari dan
mudah dibudidayakan, seperti lele,
bawal, patin, mas atau tambak udang,
bila kolong berdekatan dengan pantai.
Pemanfaatan kolong sebagai usaha
perikanan dan perkebunan ini dapat
melibatkan masyarakat sekitar sebagai
mitra.
3) Pemanfaatan kolong untuk cadangan air
bersih
Sebagaimana
telah
dijelaskan
sebelumnya,
penambangan
dan
pengolahan timah tidak melibatkan
bahan-bahan kimia. Dengan demikian,
lahan dan air pada kawasan bekas
tambang umumnya tidak tercemar
bahan-bahan berbahaya dan di lokasilokasi tertentu memenuhi baku mutu air
untuk kebutuhan manusia. Oleh sebab
itu, sebagian kolong dengan cadangan
air yang melimpah ini menjadi sumber
air bagi kebutuhan masyarakat, termasuk
yang dikelola oleh PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum) di Kabupaten
Belitung Timur.
4) Pemanfaatan kolong untuk pariwisata
Kawasan bekas tambang berupa kolong
dapat dipandang sebagai danau buatan
yang beberapa di antaranya memiliki
fanorama indah dan cocok untuk
pariwisata air. Keberadan kolongkolong ini bahkan menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan yang akan
datang ke Negeri Laskar Pelangi ini dan
menjadi bagian yang dipromosikan
pemerintah Provinsi Bangka Belitung
dalam mencanangkan ”Visit Bangka
Belitung 2010”.
Program yang dapat dilakukan antara
lain : pembuatan bangunan sebagai
tempat peristirahatan di sekitar kolong
yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana rekreasi, seperti akses jalan
yang memadai, alat transportasi, arena
bermain anak-anak, wisata air seperti
pemancingan ikan, wisata perahu hingga
usaha penangkaran buaya.
5) Pemanfaatan bekas tambang untuk
pemukiman atau perkotaan
Tanah bekas tambang umumnya tidak
subur bahkan gersang sehingga tidak

cocok dijadikan lahan produktif
pertanian. Oleh sebab itu, terlepas dari
penetapan RTRW (Rencana Tata Ruang
Wilayah),
bekas tambang dapat
dijadikan wilayah pemukiman atau
bahkan perkotaan.
Potensi Bahan Galian Lain dan Mineral
Ikutan
Timah terbentuk sebagai endapan
primer pada batuan granit dan pada daerah
sentuhan batuan endapan metamorf yang
biasanya berasosiasi dengan turmalin dan
urat kuarsa timah, serta sebagai endapan
sekunder, yang di dalamnya terdiri dari
endapan aluvial, eluvial, dan koluvial.
Mineral yang terkandung di dalam bijih
timah pada umumnya mineral utama yaitu
kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zirkon,
ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite,
kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit
merupakan mineral ikutan.
Hasil analisis 22 conto aluvial, 7
conto lempung, 4 conto pasir diketahui
adanya kandungan 16 jenis mineral selain
mineral timah (kasiterit) yaitu : magnetit
(Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), amfibol (SiO4),
hematit (Fe2O3), piroksen (XY(Si,Al)2O6),
kuarsa (SiO2), zirkon (ZrSiO4), monasit
((Ce,La,Y,Th)PO3), leukosen, oksida besi,
rutil (TiO2), pirit (FeS2), anatas (TiO2),
kaolinit
(Al2Si2O5(OH)4),
muskofit
(KAl2(AlSi3O10)(F,OH)2)
dan
alumina
(Al2O3).
Dari mineral-mineral tersebut yang
memiliki kadar yang cukup menonjol adalah
kuarsa, kaolinit, monasit dan zirkon.
Sedangkan yang lainnya memiliki kadar
yang kecil atau bahkan hanya sebagai unsur
jejak saja.
Logam Tanah Jarang
Sumber utama logam tanah jarang
(LTJ) di wilayah bekas tambang timah
Belitung adalah monasit ((Ce,La,Y,Th)PO3)
yang terkandung dalam tailing pengolahan
timah, khususnya di Desa Air Seruk,
Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung.
Tailing timah di daerah ini mengandung
monasit 5,85% sampai 11,46% dengan total
sumberdaya hipotetik monasit 5.525,73 ton.
Dari jumlah tersebut potensi Cerium (Ce)
1.140,5 ton, Lantanum (La) 1.130,5 ton,

Yttrium (Y) 723,6 ton dan thorium (Th)
1.888,6 ton.
Saat ini 95% LTJ dunia dihasilkan
oleh Republik Rakyat China (Gambar 5), hal
ini cukup signifikan dalam menunjang
kemajuan teknologi negara tersebut,
khususnya dalam industri elektronika dan
telekomunikasi. Dari jumlah produksi
tersebut,
hampir
semuanya
terserap
kebutuhan dalam negerinya.
Di sisi lain permintaan LTJ dunia
tumbuh secara eksponensial dimana pada
tahun 2010 diperkirakan sebesar 160.000
ton, akibatnya harga LTJ terus melambung
dari waktu ke waktu. Hampir semua industri
teknologi maju memerlukan LTJ antara lain :

Industri otomotif dan perminyakan

Industri gelas, optik, lensa kualitas
tinggi, fiber oftik

Elektronika performa tinggi, senjata
teknologi tinggi, teknologi satelit dan
teknologi komunikasi.

Industri metalurgi, keramik dan
laser

Water treatment, energi alternatif
dan biologi laut

Cat, alat laboratorium, teknologi
pengeringan

Pembuatan magnet, batteries.

Penahan aktivitas radioaktif.
Ilmenit
Sumber daya hipotetik ilmenit di
daerah penelitian sebesar 33.959,3 ton.
Ilmenit sebagian besar digunakan sebagai
TiO2 untuk pigmen cat dimana belum ada
material lain yang dapat mensubstitusinya.
Boleh dikatakan, permintaan ilmenit dunia
saat ini mengikuti kebutuhan pigmen
titanium oksida ini. Produksi cat di China
yang tumbuh 22% selama 5 tahun terakhir
diperkirakan meningkatkan permintaan
konsentrat ilmenit.
Harga ilmenit sendiri dipengaruhi
oleh kualitasnya yang berhubungan dengan
jumlah pengotor seperti besi, uranium,
kromium dan vanadium. Namun faktor
utama yang menentukan adalah ongkos
transportasi dari negara produsen yang bisa
mencapai 50% dari harga jual ilmenit.
Ilmenit diperdagangkan dalam bentuk
ilmenit sulfat dan ilmenit klorit. Beberapa

negara penghasil ilmenit di dunia saat ini
adalah Australia (46%), Norwegia (13%),
Ukraina (12%), USA (8%), India (8%),
China (4%), Lain-lain (9%).
Ilmenit merupakan bijih utama
sumber logam titanium. Sumber daya
hipotetik titanium di daerah penelitian
sebesar 10.708,7 ton. Titanium digunakan
untuk
membuat
bermacam-macam
komponen logam yang memerlukan
kekuatan tinggi sekaligus ringan, seperti
komponen pesawat terbang dan satelit,
mesin mobil balap, alat olahraga seperti
rangka sepeda balap dan stik golf. Karena
sifatnya yang tahan air garam, logam ini
banyak dipakai pada rekayasa bawah laut
dan instalasi desalinasi. Penggunaan lainnya
antara lain : perhiasan, sambungan tulang
manusia,
ultrasonic
welding,
wave
soldering, bingkai kaca mata dan alat
memasak.
Pengusahaan Mineral Ikutan
Berdasarkan data yang dikemukakan
sebelumnya, merupakan tantangan bagi
Indonesia untuk berkiprah lebih banyak
dalam penyediaan dan pengembangan
mineral ikutan, khususnya LTJ dan ilmenit.
Berbeda dengan bahan galian lain seperti
pasir kuarsa, kaolin dan lempung, sampai
saat ini di Belitung belum ada perusahaan
yang secara khusus melakukan kegiatan
pengusahaan LTJ dan ilmenit. Untuk
mendorong pengusahaan LTJ dan ilmenit
dibutuhkan data potensi yang lebih rinci,
oleh sebab itu harus dilakukan eksplorasi
dan penelitian yang lebih lanjut oleh
pemerintah atau swasta, khususnya pada
wilayah sabuk timah Indonesia (Sumatera,
Karimun, Kundur, Bangka dan Belitung).
Di samping itu perlu dilakukan pembenahan
kebijakan pengelolaan mineral ikutan
termasuk kemudahan perizinan serta insentif
bagi pengusahaannya.
PT Timah sendiri sebagai perusahan
tambang terpadu, pada tahun 1998 telah
mendirikan anak perusahaan PT Timah
Eksplomin yang bergerak di bidang
ekplorasi untuk menemukan cadangan bijih
timah dan mineral ikutan lainnya seperti
ilmenit, zirkon, monasit dan lainnya
termasuk
ekplorasi
aluvial
dalam
(http://www.timah.
com
/ina/anak-

perusahaan/1610052010142752/pt-timaheksplomin/).
KESIMPULAN
1) Daerah bekas tambang timah di Belitung
masih memiliki bahan galian yang
potensial berupa : mineral bijih timah,
mineral logam tanah jarang (monasit dan
zirkon), mineral ilmenit dan pasir
kuarsa. Daerah penelitian juga memiliki
potensi pasir besi, galena, batu granit,
lempung dan kaolin.
2) Potensi timah pada daerah bekas
tambang berada di daerah : Air Seruk,
Air Batu Buding, Badau, Membalong,
Mengkubang, Sukamandi, Selingsing
dan Air Madu; dengan sumber daya
hipotetik bijih timah sebesar 115.364,34
ton dimana sumberdaya hipotetik logam
timahnya sendiri sebesar 90.869,22 ton.
3) Bijih timah terkandung dalam lapisan
aluvial kaya timah (kaksa), lokasi yang
potensial adalah daerah Selingsing
dengan kadar kasiterit 59,57% (16,2
kg/m3) dan sumberdaya hipotetik
108.486,40 ton. Bijih timah terdapat
pula dalam tailing pengolahan timah,
lokasi yang potensial adalah daerah
Sukamandi dengan kadar kasiterit 31,75%
(0,364 kg/m3) dan sumber daya hipotetik
2.457 ton.
4) Potensi mineral logam tanah jarang
(monasit) berada di daerah Air Seruk
dengan sumberdaya hipotetik sebesar
5.525,73 ton (Cerium 1.140,5 ton,
Lantanum 1.130,5 ton, Yttrium 723,6
ton, Thorium 1.888,6 ton).
5) Logam
tanah
jarang
berpotensi
dikembangkan karena permintaannya
yang
terus
meningkat
padahal
pasokannya sendiri masih terbatas (95%
diproduksi China). Indonesia diharapkan
dapat berkiprah lebih banyak dalam

penyediaan dan pengembangan logam
tanah jarang ini dengan mengintensifkan
eksplorasi dan penelitian logam tanah
jarang khususnya pada wilayah sabuk
timah Indonesia (Sumatera, Karimun,
Kundur, Bangka dan Belitung).
6) Potensi mineral ilmenit terdapat di
daerah Air Seruk, Membalong dan Air
Madu dengan sumber daya hipotetik
33.959,3 ton dimana sumber daya
hipotetik logam titaniumnya sendiri
sebesar 10.708,7 ton.
7) Penambangan kembali daerah bekas
penambangan PT Timah oleh perusahaan
subkontraktor PT Timah dan masyarakat
merupakan
salah
satu
usaha
pemanfaatan marginal deposit guna
memperoleh manfaat yang optimal dari
bahan galian timah, tetapi tentu saja
harus
diiringi
dengan
usaha
meminimalisasi dampak lingkungan
yang ditimbulkannya.
8) Revitalisasi daerah bekas tambang dapat
dilakukan dengan mengembangkan
daerah tersebut untuk : pertanian,
perikanan,
cadangan
air
bersih,
pariwisata
dan
pemukiman
atau
perkotaan. Program yang dilakukan
harus
melibatkan
lintas
instansi
pemerintah,
pelaku
usaha,
serta
masyaratkan secara luas.
9) Berdasarkan hasil interpretasi citra
satelit,
bekas
tambang
yang
teridentifikasi berjumlah 78 dengan luas
antara 0,2 km2 sampai 8,5 km2 serta luas
keseluruhan 143 km2.
10) Aplikasi citra satelit di bekas tambang
pada penelitian ini tidak dapat dilakukan
secara
maksimal
disebabkan
keterbatasan ketersediaan dan kualitas
data. Namun demikian karena aplikasi
citra ini hanya sebagai alat (tools) saja,
maka seyogyanya tidak menghalangi
pencapaian tujuan dari penelitian ini.

PUSTAKA
Cobbing, E.J., Malick, D.I.J., Pitfield, P.E.J., Teoh, L.H. 1986. The granites of the Southeast
Asian Tin Belt. Journ. Geol. Soc. 143 : 537-550.
Denni Widhiatna dkk. 2006, Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah PETI Daerah
Belitung, Provinsi Bangka Belitug, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Direktorat Inventarsisasi Sumberdaya Mineral 2002, Pengawasan, Pemantauan dan Evaluasi
Konservasi Sumber Daya Mineral Kabupaten Belitung Propinsi Bangka Belitung,
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Dori Jukandi, Dampak Penambangan Timah Bagi Masyarakat Bangka Belitung Univer-sitas
Negeri Bangka Belitung, 2009. http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?
judul=DAMPAK%20PENAMBANGAN%20TIMAH%20BAGI%20MASYARAKAT
%20BANGKA%20BELITUNG&&nomorurut_artikel=363.
Endang Bidayani, Pemberdayaan Kolong Bekas Galian Tambang Timah Sebagai Usaha
Perikanan Terpadu
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Pemberdayaan%20Kolong%20 Bekas
%20Galian%20Tambang%20Timah%20%20Sebagai%20 Usaha%20Perikanan
%20Terpadu&&nomorurut_artikel=51.
Karno, E. Suganda & N. Adiwinata, 1996, Eksplorasi mineral logam langka di daerah Pelawan
- Toboali, Kabupaten Bangka Manggar - Gantung, Kabupaten Belitung Propinsi
Sumatera Selatan, Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung.
Katili, J.A. 1973. Geologi Indonesia, Memoir 60 th J.A. Katili, IAGI.
PT. Tambang Timah (Persero), 1978, Penelitian cebakan timah primer dengan metoda magnetik
permukaan (ground magnetic) di daerah T 65.VIII/ab-Rautan, wilasi manggar UPT
Belitung.
Safei Siregar dan Sutomo Riadi, 1999. Eksplorasi Endapan Pasir Kuarsa di Tanjung Batu Itam,
Pulau Belitung, Jurnal Teknologi Indonesia Jilid XXII, No. 1-2. Puslitbang
Geoteknologi LIPI. Bandung.
Suhandi dkk., 2009, Penelitian Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan pada Wilayah Usaha
Pertambangan Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Pusat Sumber
Daya Geologi, Bandung.
Tiar Delimawati T., 2008, Pembuatan Keramik Berfori sebagai Filter Gas Buang dengan Aditif
Karbon Aktif, Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Situs Bangka Goes Green, http://www.bangkagoesgreen.co.cc/2008/12/ mengolah -bekaslahan-tambang-timah.html
Situs PT Timah, http://www.timah.com/ina/anak-perusahaan/1610052010142752/ pt-timaheksplomin/.
Supriatna Suhala dan M. Arifin, 1997, Bahan Galian Industri, ISBN : 979-8641-04-03, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung.
Majalah Peluang No. 43 Th III September 2010.
http://tre-ag.com/en/rare-earths_importance.php
http://www.usgs.gov
http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=398642
http://blogs.gxs.eu/2010/08/03/the-chinese-ree-supply-near-monopoly/

Gambar 1. Peta Lokasi Pulau Belitung

Gambar 2. Peta Geologi Pulau Belitung

Gambar 3. Citra hasil komposit dari komponen 1, 2 dan 4 (PC 124)

Gambar 4. Hasil overlay sebaran bekas tambang dan lokasi conto

Gambar 5. Produksi LTJ dunia ( x 1000 ton) 1950 - 2006 (http://www.usgs.gov)