Suwawa Makalah Geolistrik
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 14 - 1
PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DAERAH PANAS BUMI SUWAWA
KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO Oleh : Sri Widodo, Ario Mustang, Ahmad Zarkasyi
Subdit Panas Bumi
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral
SARI
Penyelidikan geolistrik dan Head-On di daerah panas bumi Suwawa Kabupaten Bone Bolango provinsi Gorontalo dikonsentrasikan di sekitar pemunculan mata air panas yaitu mata air panas Lombongo dan Libungo
Penyelidikan geolistrik ini terdiri dari Mapping, Sounding serta Head-On, bertujuan untuk menentukan sebaran tahanan jenis daerah panas bumi secara lateral masupun vertikal, potensi energi panas bumi, dan struktur bawah permukaan dari hasil pengukuran Head-On.
Nilai tahanan jenis semu dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok resistiviti rendah < 30 Ωm, resistiviti sedang 30 - 100 Ωm dan resistiviti tinggi > 100 Ωm. Kelompok resistiviti tinggi umumnya dijumpai pada bagian utara dan timur laut (seperti di sebelah timur laut mata air panas Lombongo) daerah penyelidikan.Resistiviti sedang mengisi bagian selatan serta dijumpai sebagai pembatas antara dua kelompok tinggi dan rendah di bagian timur laut yang membujur dengan arah umum barat laut – tenggara Sedang resistiviti rendah mendominasi bagian tengah daerah penyelidikan yang membujur dari arah barat ke timur khususnya dekat sungai Bone.
Berdasarkan penyelidikan head on pada lintasan P, ditemukan struktur di beberapa tempat yaitu di bawah titik ukur P-2800, P-2300, P-2100, P-1400, dan P-1200. Struktur yang berada di bawah titik P-2300 dijumpai pada kedalaman 100 – 400 m yang menunjam ke bawah dengan sudut kemiringan sekitar 60°. Struktur pada titik lain hanya muncul di permukaan sampai kedalaman ±100 m. Struktur di lintasan Q terdapat di titik ukur Q-2100, menunjam ke arah selatan dengan kemiringan rata-rata ± 75° sampai kedalaman ± 425 m. Selain itu dijumpai juga di bawah titik Q-1700 yang menumjam ke Q-1800 dengan kemiringan ± 70° ke arah utara dan berlanjut tegak ke bawah sampai kedalaman ± 450 m.
Daerah prospek hasil pengukuran geolistrik terdapat di sekitar mata air panas Libungo dan sungai Bone dengan Lapisan reservoir diduga terisi oleh kelompok resistiviti sedang 40 s.d. < 200 Ωm dengan kedalaman puncak lapisan antara 350 s.d 700 m.Luas areal prospek ≥7 km² dengan potensi terduga adalah ≥110 MWe.
(2)
1. PENDAHULUAN
Daerah penyelidikan berada di wilayah kecamatan Suwawa dan Kabila (sebagian kecil) yang berjarak lebih kurang 30 km di sebelah timur kota Gorontalo. Pada penyelidikan ini lebih diarahkan pada daerah pemunculan manifestasi panas bumi Libungo, Lombongo dan Pangi yang secara administratif berada di dalam wilayah kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Propinsi Gorontalo. Luas daerah penyelidikan lebih kurang 17 x 16 km2, dengan posisi geografis antara 0° 28’ 13.7” - 0° 36’ 54.8’’ lintang utara dan 123°06’ 00’’ - 123° 15’ 00” bujur timur atau 511.000 – 528.000 mT dan 52.000 – 68.000 mU pada sistem UTM zone 51 belahan bumi utara pada datum horizontal WGS 84
Batas wilayah penyelidikan ini mengalami perluasan dari rencana semula, terutama untuk penyelidikan geologi. Pada proposal tercantum posisi geografi 514.000 mT – 528.000 mT dan 52.000 mU – 62.000 mU dengan luas 14 x 10 km2, akan tetapi untuk mengantisipasi sebaran panas bumi ke arah barat, maka areal penyelidikan terutama metode geologi diperluas sehingga mendekati ke arah kota Gorontalo
2. TINJAUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA
Secara umum penyebaran batuan di daerah panas bumi Suwawa di bagian utara disusun oleh batuan Plutonik seperti Granit, Diorit. Sedangkan di bagian selatan didominasi batuan produk Bilungala dan batuan vulkanik Pinogoe berumur Tersier Atas-Kuarter Bawah (Andesit, piroklastik).
Terdapat dua sistem panas bumi di daerah penyelidikan. Sistem panas bumi yang pertama pada daerah manifestasi Lombongo dan Pangi, dengan struktur sesar normal Pangi dan Lombongo yang berperan mengontrol pemunculan manifestasinya, sumber panas diperkirakan berasal dari tubuh plutonik muda yang tidak muncul di permukaan pada kedalaman yang tidak diketahui. Sistem panas bumi yang kedua adalah sistem panas bumi daerah Libungo. Tubuh vulkanik Pinogoe aktivitas termuda berumur Kuarter bawah diduga sebagai sumber panas dari magma sisa yang masih dangkal pada sistem panas bumi Libungo.
Hasil diagram segitiga Cl-SO4--HCO3, Na-K-Mg
dan B-Li-Cl/4 menunjukkan bahwa mata air panas daerah Suwawa seperti Libungo mempunyai tipe air klorida sedangkan Lombongo mempunyai tipe air sulfat dan Pangi mempunyai tipe klorida - sulfat dan berada di daerah immature waters. Data isotop Oksigen-18 dan Deuterium mengindi-kasikan bahwa mata air panas tersebut telah dipengaruh oleh air meteorik.
Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa sistem air panas daerah Suwawa terletak pada zona up flow, dengan suhu bawah permukaan sebesar 150-188 º C.
3. HASIL PENYELIDIKAN
3.1. Pemetaan Tahanan Jenis ( mapping )
Hasil penyelidikan geolistrik mapping menghasilkan peta resistiviti semu untuk masing masing bentangan, kelompok nilai resistiviti dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok resistiviti rendah < 30 Ωm,kelompok resistiviti sedang 30 - 100 Ωm,kelompok resistiviti tinggi > 100 Ωm.
Sebaran resistiviti pada bentangan AB/2 = 750 m memperlihatkan luasnya kelompok resistiviti rendah <15 Ωm dan 15 - 30 Ωm di sepanjang sungai Bone. Hal ini menunjukkan pengaruh endapan aluvial di sepanjang sungai Bone serta endapan danau Limboto yang cukup tebal sehingga mencapai tebal ± 400 m. Luas yang cukup signifikan juga terdapat pada kelompok nilai < 15 Ωm sehingga mencapai luas sekitar 3 km2. (Gambar 1)
Perubahan yang perlu diperhatikan dalam bentangan AB/2 = 1000 m adalah semakin meluasnya kelompok resistiviti rendah <15 Ωm ke arah barat sehingga sampai mencapai wilayah kecamatan Kabila.. Secara umum keberadaan anomali resistiviti rendah dengan nilai <30 Ωm ini berhubungan erat dengan endapan danau akibat aktivitas di danau Limboto. (gambar 2 ) Kelompok resistiviti sedang terutama mengisi bagian selatan serta dijumpai sebagai pembatas antara dua kelompok tinggi dan rendah di bagian timur laut daerah penyelidikan yang membujur dengan arah umum barat laut – tenggara. Kelompok resistiviti tinggi umumnya dijumpai pada bagian utara dan timur laut (seperti di sebelah timur laut mata air panas Lombongo).
(3)
Peta penampang resistiviti sebenarnya pada gambar 3 merupakan hasil penyelidikan pendugaan tahanan jenis. Gambar tersebut menunjukkan bahwa secara umum di daerah penyelidikan ini terdapat tiga kelompok resistiviti yaitu a)Resistiviti rendah < 15 Ωm dan 15 s.d. < 40 Ωm. b)Resistiviti sedang 40 s.d. < 200 Ωm. c)Resistiviti tinggi > 200 Ωm. Secara umum penampang tegak daerah ini dapat dibagi menjadi 4 lapisan dengan urutan dari atas ke bawah sebagai beikut:
- lapisan pertama dengan posisi paling atas - lapisan kedua berada di bawahnya - lapisan ketiga dan
- lapisan keempat.
Lintasan B
Lapisan paling pertama terdiri lapisan soil yang merupakan endapan aluvial sungai Bone. Di dekat sungai Bone rata-rata bernilai resistiviti tinggi >200 Ωm, Lapisan ini mencapai kedalaman sekitar 230 m
Lapisan kedua terdiri dari kelompok lapisan resistiviti rendah dan lapisan resistiviti sedang. Diduga lapisan ini merupakan akifer air bawah tanah dengan kedalaman antara 150 s.d. 250 m dan dasar lapisan mempunyai kedalaman antara 400 s.d. 500 m.
Lapisan ketiga tersusun oleh kelompok lapisan resistiviti rendah, dengan puncak lapisan pada kedalaman antara 200 s.d. 600 m dan tebal bervariasi antara 150 s.d 350 m.
Lapisan keempat terbentuk oleh lapisan resistiviti sedang, puncak lapisan terdalam dijumpai di bawah titik ukur B-4150 dengan kedalaman 700 m. Puncak lapisan paling dangkal dijumpai di sekitar titik ukur B-3650 dengan kedalaman sekitar 350 m. Lapisan ini diduga merupakan reservoir atas, yang sudah terkontaminasi oleh air permukaan sehingga panasnya berkurang. Gambar 3.a
Lintasan C
Lapisan pertama ditutupi oleh resistiviti tinggi dan dibawahnya dijumpai resistiviti sedang sampai tinggi dengan kedalaman mencapai 100 m. gambar 3.b
Lapisan kedua terdiri lapisan resistiviti rendah dan lapisan resistiviti sedang. Kedalaman puncak lapisan berkisar antara 25 m s.d. 100 m dengan ketebalan antara 150 s.d. 300 m.
Lapisan ketiga terdiri dari kelompok lapisan resistiviti rendah.Resistiviti rendah ini diduga akibat adanya batuan endapan danau yang berbutir halus sampai agak kasar.
Lapisan keempat terbentuk oleh kelompok resistiviti sedang, puncak lapisan terdalam dijumpai di bawah titik ukur C-5250 dengan kedalaman sekitar 800 m. Lapisan ini semakin ke arah selatan semakin dangkal sehingga di bawah titik ukur C-3000 terdapat pada kedalaman 450 m.
Lintasan Menyilang
Lintasan ini menghubungkan data resistiviti yang memotong lintasan A s.d. G melalui titik-titik ukur A--3250, B-4150, C-3000, D-4000, E-5550, F-5950 dan G-6000, serta memotong sungai Bone dengan arah utama barat daya – timur laut. Lapisan pertama yang ditutupi oleh lapisan permukaan (soil) bernilai resistiviti bervariatif, semua kelompok resistiviti muncul di permukaan. Hal ini diakibatkan oleh jenis batuan yang berbeda-beda dan mewakili semua jenis batuan di daerah penyelidikan. Pada lapisan kedua kelompok resistiviti rendah dijumpai sepanjang lintasan dari barat daya sampai timur laut, sedangkan kelompok resistiviti sedang hanya dijumpai pada bagian selatan barat di sekitar A-3250 dan bagian utara timur di sekitar F-5950 dan G-6000. Lapisan ketiga dijumpai kelompok resistiviti rendah di bagian tengah lintasan yang berarti hanya terdapat di sekitar lembah sungai Bone.
Pada lapisan keempat kelompok resistiviti rendah dan sedang terdapat memanjang dari barat daya ke timur laut dan dijumpai di seluruh lintasan. Tetapi di beberapa tempat dan kedalaman dijumpai kelompok resistiviti tinggi yang nampak di bagian timur laut di sekitar G-6000 dengan kedalaman 150 s.d. 700 m, meskipun diantaranya diselingi oleh kelompok resistiviti sedang. Gambar 3.c
3.3 Head On
Kurva dan interpretasi struktur head on Lintasan P
Beberapa lokasi perpotongan antara ρAC-AB dan
ρAC-AB lintasan P pada bentangan AB/2= 200m,
terdapat di titik ukur P-1200, P-1450, P-2150, dan sekitar P-2800. Pada bentangan AB/2=400m dijumpai di sekitar titik ukur P-2300, sedangkan pada AB/2=500m terdapat di titik ukur P-2350 dan bentangan AB/2=600m pada titik ukur
(4)
P-2420. Pada bentangan AB/2=800m tidak dijumpai perpotongan. LihatGambar 5.a
Lintasan Q
Lokasi perpotongan ρAC-AB dan ρAC-AB di
lintasan Q terjadi pada titik ukur 1700 dan Q-2600 untuk bentangan AB/2= 200m. Pada bentangan AB/2=400m perpotongan ρAC-AB dan
ρAC-AB terjadi di titik ukur Q-1800 dan Q-2000
yang juga dijumpai pada bentangan AB/2=500m dan AB/2=600m. Titik ukur Q-1950 dan Q-2250 merupakan titik potong antara
ρAC-AB dan ρAC-AB pada bentangan AB/2=800m.
Lihat Gambar 5.b.
Analisis Struktur Head On Lintasan P
Nilai resistiviti di bawah lintasan head on diwarnai dengan nilai rendah (<15 Ωm) pada bagian tengah terutama yang berada di antara titik ukur P-2700 (sungai Bone) s.d P-1800 (manifestasi air panas Bulontala). Bagian selatan yang terdiri dari medan berbukit mempunyai nilai resistiviti sedang – tinggi (>30
Ωm). Rendahnya nilai resistiviti ini didukung dengan keberadaan struktur di bawah sungai Bone yang memotong lintasan titik P-2150 (mata air panas) di permukaan. Zona lemah yang diakibatkan oleh terbentuknya struktur ini mempunyai permeabilitas tinggi sehingga terisi oleh air sungai sehingga menyebabkan nilai resistivitinya rendah.
Struktur berdasarkan penyelidikan head on yang diplot pada profil resistiviti vs. AB/4 di bawah titik P-2300 mempunyai sudut kemiringan sekitar 60°. Struktur pada titik lain hanya muncul di permukaan sampai kedalaman ±200 m. Lihat Gambar 4.a
Lintasan Q
Struktur tegas terdapat di titik ukur Q-2100 yang dicirikan oleh adanya perpotongan kurva
ρAC-AB dan ρBC-AB terhadap bentangan AB/4,
menunjam ke arah selatan dengan kemiringan sekitar 30° sampai kedalaman 200 m, kemudian menunjam tegak ke bawah (0°) pada Q-2000 sampai kedalaman ± 325 m, selanjutnya berbelok ke bawah titik Q-1950 dengan sudut ± 45° yang menerus ke bawah sampai kedalaman yang tidak diketahui. Lihat Gambar 3-31
Struktur yang kemunculannya tidak tegas (kecenderungan ada) di sekitar titik Q-1700.
Struktur ini berlanjut ke bawah melalui bawah titik Q-1800 sampai kedalaman ± 350 m.
Pada lintasan Q nilai resistiviti rendah menyebar lebih luas dari utara ke selatan, tetapi tidak muncul di permukaan tanah.Gambar 4.b
4. ANALISIS RESERVOAR
Hasil pengamatan terhadap data manifestasi yang berada di dataran rendah (Libungo) dan perlapisan resistiviti yang ada, dapat ditafsirkan bahwa reservoir ‘dalam’ tidak dapat dideteksi dengan metode yang telah ada, karena metode-metode tersebut hanya mencapai kedalaman kurang dari 1000 m. Tetapi untuk resevoir atas diduga berada pada kelompok resistiviti sedang 40 s.d. < 200 Ωm yang mempunyai kedalaman puncak lapisan berkisar antara 150 s.d. 700 m. Kelompok air panas Lombongo tidak dijumpai nilai resistiviti rendah, hal ini diduga kuat bahwa sistem panas bumi di daerah ini telah mengalami penurunan aktivitas panas. Dengan fakta tersebut maka kemungkinan di bawah Lombongo ini tidak terdapat reservoir panas bumi yang memadai untuk menghasilkan uap dengan temperatur dan tekanan tinggi.
Reservoir panas bumi yang dibahas disini hanyalah yang menjadi bagian dari sistem panas bumi Libungo, karena untuk sistem panas bumi Lombongo dan Pangi diduga merupakan sisa panas. Hal ini diperkuat dengan adanya variasi nilai resistiviti yang tinggi (>200 Ωm) diantara perlapisan geolistrik di daerah tersebut.
Batuan wadah tempat berakumulasinya fluida panas bumi (reservoir), diperkirakan berupa rekah-rekah pada tubuh vulkanik Pinogoe tua dan formasi Tinombo yang memiliki permeabilitas tinggi. Batuan wadah ini diperkirakan memiliki top reservoir pada kedalaman ± 600 meter dengan nilai resistiviti antara 40 s.d. < 200 Ωm di bawah pemunculan manifestasi Libungo ke arah selatan-tenggara Sebaran areal panas bumi yang mempunyai prospek cukup baik untuk ditindak-lanjuti adalah seluas 7 km2 dengan temperatur geotermometer 187 – 188°C dan temperatur cut-off 120°C maka potensi energi di daerah panas bumi Suwawa dapat dihitung seperti berikut. Q = 0.2317 x 7 x (188 – 120) = 110,2892 dibulatkan menjadi 110 MWe. Jadi potensi energi pada tingkat terduga di daerah Suwawa adalah antara 110 MWe.
(5)
5. KESIMPULAN DAN SARAN d. Prospek panas bumi daerah penyelidikan berada di sekitar mata air panas Libungo.seluas
≥7 km², dengan potensi terduga adalah ≥110 MWe.
a. Struktur berdasarkan penyelidikan head on pada lintasan P, ditemukan di beberapa tempat yaitu di bawah titik ukur 2800, 2300, P-2100, P-1400, dan P-1200. Struktur yang berada di bawah titik P-2300 dijumpai pada kedalaman 100 – 400 m yang menunjam ke bawah dengan sudut kemiringan sekitar 60°.
e. Perlu dilanjutkan penyelidikan terpadu dengan memperluas daerah penyelidikan ke arah timur dan selatan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
f. Untuk pengembangan panas bumi daerah ini perlu dilakukan pengeboran landaian suhu pada tiga lokasi yaitu di sekitar B-4000 di desa Libungo dan Bulontala
b. Struktur di lintasan Q terdapat di titik ukur Q-2100, menunjam ke arah selatan dengan kemiringan rata-rata ± 75° sampai kedalaman ± 425 m. Selain itu dijumpai juga di bawah titik Q-1700 yang menumjam ke Q-1800 dengan kemiringan ± 70° ke arah utara dan berlanjut tegak ke bawah sampai kedalaman ± 450 m.
DAFTAR PUSTAKA
Bammelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague, Netherlands. c. Lapisan yang diduga sebagai lapisan
penudung adalah lapisan ketiga dengan kedalaman puncak lapisan antara 200 s.d. 800 m dan tebal 150 s.d. 350 m. Lapisan ini disusun oleh kelompok resistiviti rendah <15
Ωm dan 15 s.d. <40 Ωm. Sedang Lapisan reservoir bagian atas diduga terisi oleh kelompok resistiviti sedang 40 s.d. < 200 Ωm dengan kedalaman puncak lapisan antara 350 s.d 700 m.
Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E., Keys, D. A., 1990, Applied Geophysics,
Cambridge University Press, London
Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta
(6)
A-2500 A-3250 A-4000 A-4500 A-5000 A-5500 B-2500 B-3000 B-3650 B-4150 B-4750 B-5500 B-6000 B-6500 B-7000 C-2000 C-2500 C-3000 C-3500 C-4150 C-4750 C-5250 C-6000 C-6500 C-7000 D-2000 D-2500 D-3000 D-3500 D-4000 D-4500 D-5000 D-5500 D-6000 D-6500 D-7000 D-7500 D-8000 E-2000 E-2500 E-3000 E-3500 E-4000 E-4500 E-5000 E-5550 E-6000 E-6500 E-7000 E-7500 E-8000 F.5850 F-2000 F-2500 F-3000 F-3500 F-4000 F-4500 F-5250 F-6500 F-7000 F-7500 G.2000 G.2500 G.3000 G.3500 G.4000 G.4500 G.5000 G.5500 G.6000 G.6500 G.7000 H.3000 H.3500 H.4000 H.4500 H.5000
Dutuna Tapa Daa Bulano Perintis Kaumu Mootindapo Pangimba Huntongo Kiki Timbuolo Loyo Manawa Potiwumbua Ulanta Perintis Bubebaru Bilududu Moutong Helumo Biluango Potanga Kopi Yilantala Podudupa Tibawa Talnggila Batunobutao Lotu Limehu Bulobulanto Batuwonggubo Lumbaya Airpnanas Binggele Sandawule Potiwunduwa Potabohengo Boludawa Dumaya Tilemba Alale Duano Tengah Bali Buhaa Baleya Potona Bendung Alale Tinaloga Tapadaa Dauto Kintal
AB/2 = 750 m
KETERANGAN
PETA RESISTIVITI SEMU DAERAH PANAS BUMI SUWAWA
KABUPATEN BONE BOLANGO PROPINSI GORONTALO
25 50 200
Kontur Elevasi interval 50 meter Kontur resistiviti semu
Jalan raya
Sungai Jalan desa Titik pengukuran
A - 1000
0 1000 2000 3000 4000 SKALA = 1: 25.000
(7)
A-2500 A-3250 A-4000 A-4500 A-5000 A-5500 B-2500 B-3000 B-3650 B-4150 B-4750 B-5500 B-6000 B-6500 B-7000 C-2000 C-2500 C-3000 C-3500 C-4150 C-4750 C-5250 C-6000 C-6500 C-7000 D-2000 D-2500 D-3000 D-3500 D-4000 D-4500 D-5000 D-5500 D-6000 D-6500 D-7000 D-7500 D-8000 E-2000 E-2500 E-3000 E-3500 E-4000 E-4500 E-5000 E-5550 E-6000 E-6500 E-7000 E-7500 E-8000 F.5850 F-2000 F-2500 F-3000 F-3500 F-4000 F-4500 F-5250 F-6500 F-7000 F-7500 G.2000 G.2500 G.3000 G.3500 G.4000 G.4500 G.5000 G.5500 G.6000 G.6500 G.7000 H.3000 H.3500 H.4000 H.4500 H.5000
Dutuna Tapa Daa Bulano Perintis Kaumu Mootindapo Pangimba Huntongo Kiki Timbuolo Loyo Manawa Potiwumbua Ulanta Perintis Bubebaru Bilududu Moutong Helumo Biluango Potanga Kopi Yilantala Podudupa Tibawa Talnggila Batunobutao Lotu Limehu Bulobulanto Batuwonggubo Lumbaya Airpnanas Binggele Sandawule Potiwunduwa Potabohengo Boludawa Dumaya Tilemba Alale Duano Tengah Bali Buhaa Baleya Potona Bendung Alale Tinaloga Tapadaa Dauto Kintal
AB/2 = 1000 m
PETA RESISTIVITI SEMU DAERAH PANAS BUMI SUWAWA
KABUPATEN BONE BOLANGO PROPINSI GORONTALO
0 1000 2000 3000 4000
SKALA = 1: 25.000
Kontur Elevasi interval 50 meter Kontur resistiviti semu
Jalan raya
Sungai Jalan desa Titik pengukuran
A - 1000
25 50 200
KETERANGAN Utara Selatan Sungai -400 -200 0 200
P-2800 P-2600 P-2400 P-2200 P-2000 P-1800
P-1600 P-1400
P-1200
> 100 Ohm-m 50 s.d. < 100 Ohm-m
30 s.d. < 50 Ohm-m 15 s.d. < 30 Ohm-m < 15 Ohm-m
Keterangan
P-2000 Titik Ukur Head On
Mata Air Panas
Gambar 2. Peta Resistiviti Semu Daerah Panas Bumi Suwawa bentangan AB/2=1000 m
(8)
Selatan
Sungai
> 100 50 s.
30 s.d. < 50 Ohm-m 15 s.d. < 30 Ohm-m < 15 Ohm-m
Ohm-m d. < 100 Ohm-m
Keterangan
Q-2000
Titik Ukur Head On
-400 -300 -200 -100 0 100 200
Q-3000 Q-2800 Q-2600 Q-2400 Q-2200 Q-2000 Q-1800Q-1600
Q-1400 Q-1200 Utara
Gambar 4. a). Skenario Struktur Head On Lintasan P
b). Skenario struktur Head On Lintasan Q
(9)
-800 -600 -400 -200 0 200
C-3000 C-4150
C-4750 C-5250
35 75 7
20
7
65
95 20 65 4
95
220 80
40
5
105
200 40
5
90
sungai
-750 -500 -250 0 250
B-3650 B-4150
B-4750 B-5500
40 11 70
24
145 2.4
6.5 3.5
16
6
120 30
45 7.5
16
6.6
70 13
14 35
6
90
sungai
a) b)
-750 -500 -250 0 250
A-3250
B-4150 C-3000 D-4000 E-5550
F-5850
G-6000
90 30 70 15
120
20
2.4 7 3.5
13
8
120
200 40
5
90
260 60
10
25
10
80
50 7 40
6
70
33 150 35 120
22
90
80 17 300
75
350
70
sungai
sungai
c)
Keterangan :
< 15 Ohm-m 15 s.d. < 40 Ohm-m 40 s.d. < 200 Ohm-m > 200 Ohm-m
(1)
2420. Pada bentangan AB/2=800m tidak dijumpai perpotongan. LihatGambar 5.a
Lintasan Q
Lokasi perpotongan ρAC-AB dan ρAC-AB di
lintasan Q terjadi pada titik ukur 1700 dan Q-2600 untuk bentangan AB/2= 200m. Pada bentangan AB/2=400m perpotongan ρAC-AB dan
ρAC-AB terjadi di titik ukur Q-1800 dan Q-2000
yang juga dijumpai pada bentangan AB/2=500m dan AB/2=600m. Titik ukur Q-1950 dan Q-2250 merupakan titik potong antara
ρAC-AB dan ρAC-AB pada bentangan AB/2=800m.
Lihat Gambar 5.b.
Analisis Struktur Head On Lintasan P
Nilai resistiviti di bawah lintasan head on diwarnai dengan nilai rendah (<15 Ωm) pada bagian tengah terutama yang berada di antara titik ukur P-2700 (sungai Bone) s.d P-1800 (manifestasi air panas Bulontala). Bagian selatan yang terdiri dari medan berbukit mempunyai nilai resistiviti sedang – tinggi (>30
Ωm). Rendahnya nilai resistiviti ini didukung dengan keberadaan struktur di bawah sungai Bone yang memotong lintasan titik P-2150 (mata air panas) di permukaan. Zona lemah yang diakibatkan oleh terbentuknya struktur ini mempunyai permeabilitas tinggi sehingga terisi oleh air sungai sehingga menyebabkan nilai resistivitinya rendah.
Struktur berdasarkan penyelidikan head on yang diplot pada profil resistiviti vs. AB/4 di bawah titik P-2300 mempunyai sudut kemiringan sekitar 60°. Struktur pada titik lain hanya muncul di permukaan sampai kedalaman ±200 m. Lihat Gambar 4.a
Lintasan Q
Struktur tegas terdapat di titik ukur Q-2100 yang dicirikan oleh adanya perpotongan kurva
ρAC-AB dan ρBC-AB terhadap bentangan AB/4,
menunjam ke arah selatan dengan kemiringan sekitar 30° sampai kedalaman 200 m, kemudian menunjam tegak ke bawah (0°) pada Q-2000 sampai kedalaman ± 325 m, selanjutnya berbelok ke bawah titik Q-1950 dengan sudut ± 45° yang menerus ke bawah sampai kedalaman yang tidak diketahui. Lihat Gambar 3-31
Struktur yang kemunculannya tidak tegas
Struktur ini berlanjut ke bawah melalui bawah titik Q-1800 sampai kedalaman ± 350 m.
Pada lintasan Q nilai resistiviti rendah menyebar lebih luas dari utara ke selatan, tetapi tidak muncul di permukaan tanah.Gambar 4.b
4. ANALISIS RESERVOAR
Hasil pengamatan terhadap data manifestasi yang berada di dataran rendah (Libungo) dan perlapisan resistiviti yang ada, dapat ditafsirkan bahwa reservoir ‘dalam’ tidak dapat dideteksi dengan metode yang telah ada, karena metode-metode tersebut hanya mencapai kedalaman kurang dari 1000 m. Tetapi untuk resevoir atas diduga berada pada kelompok resistiviti sedang 40 s.d. < 200 Ωm yang mempunyai kedalaman puncak lapisan berkisar antara 150 s.d. 700 m. Kelompok air panas Lombongo tidak dijumpai nilai resistiviti rendah, hal ini diduga kuat bahwa sistem panas bumi di daerah ini telah mengalami penurunan aktivitas panas. Dengan fakta tersebut maka kemungkinan di bawah Lombongo ini tidak terdapat reservoir panas bumi yang memadai untuk menghasilkan uap dengan temperatur dan tekanan tinggi.
Reservoir panas bumi yang dibahas disini hanyalah yang menjadi bagian dari sistem panas bumi Libungo, karena untuk sistem panas bumi Lombongo dan Pangi diduga merupakan sisa panas. Hal ini diperkuat dengan adanya variasi nilai resistiviti yang tinggi (>200 Ωm) diantara perlapisan geolistrik di daerah tersebut.
Batuan wadah tempat berakumulasinya fluida panas bumi (reservoir), diperkirakan berupa rekah-rekah pada tubuh vulkanik Pinogoe tua dan formasi Tinombo yang memiliki permeabilitas tinggi. Batuan wadah ini diperkirakan memiliki top reservoir pada kedalaman ± 600 meter dengan nilai resistiviti antara 40 s.d. < 200 Ωm di bawah pemunculan manifestasi Libungo ke arah selatan-tenggara Sebaran areal panas bumi yang mempunyai prospek cukup baik untuk ditindak-lanjuti adalah seluas 7 km2 dengan temperatur geotermometer 187 – 188°C dan temperatur cut-off 120°C maka potensi energi di daerah panas bumi Suwawa dapat dihitung seperti berikut. Q = 0.2317 x 7 x (188 – 120) = 110,2892 dibulatkan menjadi 110
(2)
5. KESIMPULAN DAN SARAN d. Prospek panas bumi daerah penyelidikan berada di sekitar mata air panas Libungo.seluas
≥7 km², dengan potensi terduga adalah ≥110 MWe.
a. Struktur berdasarkan penyelidikan head on pada lintasan P, ditemukan di beberapa tempat yaitu di bawah titik ukur 2800, 2300, P-2100, P-1400, dan P-1200. Struktur yang berada di bawah titik P-2300 dijumpai pada kedalaman 100 – 400 m yang menunjam ke bawah dengan sudut kemiringan sekitar 60°.
e. Perlu dilanjutkan penyelidikan terpadu dengan memperluas daerah penyelidikan ke arah timur dan selatan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
f. Untuk pengembangan panas bumi daerah ini perlu dilakukan pengeboran landaian suhu pada tiga lokasi yaitu di sekitar B-4000 di desa Libungo dan Bulontala
b. Struktur di lintasan Q terdapat di titik ukur Q-2100, menunjam ke arah selatan dengan kemiringan rata-rata ± 75° sampai kedalaman ± 425 m. Selain itu dijumpai juga di bawah titik Q-1700 yang menumjam ke Q-1800 dengan kemiringan ± 70° ke arah utara dan berlanjut tegak ke bawah sampai kedalaman ± 450 m.
DAFTAR PUSTAKA
Bammelen, van R.W., 1949. The Geology of
Indonesia. Vol. I A. The Hague, Netherlands.
c. Lapisan yang diduga sebagai lapisan penudung adalah lapisan ketiga dengan kedalaman puncak lapisan antara 200 s.d. 800 m dan tebal 150 s.d. 350 m. Lapisan ini disusun oleh kelompok resistiviti rendah <15
Ωm dan 15 s.d. <40 Ωm. Sedang Lapisan reservoir bagian atas diduga terisi oleh kelompok resistiviti sedang 40 s.d. < 200 Ωm dengan kedalaman puncak lapisan antara 350 s.d 700 m.
Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E., Keys, D. A., 1990, Applied Geophysics,
Cambridge University Press, London
Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to
Geothermal System. Short course. Unocal Ltd.
(3)
A-2500 A-3250 A-4000 A-4500 A-5000 A-5500 B-2500 B-3000 B-3650 B-4150 B-4750 B-5500 B-6000 B-6500 B-7000 C-2000 C-2500 C-3000 C-3500 C-4150 C-4750 C-5250 C-6000 C-6500 C-7000 D-2000 D-2500 D-3000 D-3500 D-4000 D-4500 D-5000 D-5500 D-6000 D-6500 D-7000 D-7500 D-8000 E-2000 E-2500 E-3000 E-3500 E-4000 E-4500 E-5000 E-5550 E-6000 E-6500 E-7000 E-7500 E-8000 F.5850 F-2000 F-2500 F-3000 F-3500 F-4000 F-4500 F-5250 F-6500 F-7000 F-7500 G.2000 G.2500 G.3000 G.3500 G.4000 G.4500 G.5000 G.5500 G.6000 G.6500 G.7000 H.3000 H.3500 H.4000 H.4500 H.5000
Dutuna Tapa Daa Bulano Perintis Kaumu Mootindapo Pangimba Huntongo Kiki Timbuolo Loyo Manawa Potiwumbua Ulanta Perintis Bubebaru Bilududu Moutong Helumo Biluango Potanga Kopi Yilantala Podudupa Tibawa Talnggila Batunobutao Lotu Limehu Bulobulanto Batuwonggubo Lumbaya Airpnanas Binggele Sandawule Potiwunduwa Potabohengo Boludawa Dumaya Tilemba Alale Duano Tengah Bali Buhaa Baleya Potona Bendung Alale Tinaloga Tapadaa Dauto Kintal
AB/2 = 750 m
KETERANGAN
PETA RESISTIVITI SEMU DAERAH PANAS BUMI SUWAWA
KABUPATEN BONE BOLANGO PROPINSI GORONTALO
25 50 200
Kontur Elevasi interval 50 meter Kontur resistiviti semu
Jalan raya
Sungai Jalan desa Titik pengukuran
A - 1000
0 1000 2000 3000 4000 SKALA = 1: 25.000
(4)
A-2500 A-3250 A-4000 A-4500 A-5000 A-5500 B-2500 B-3000 B-3650 B-4150 B-4750 B-5500 B-6000 B-6500 B-7000 C-2000 C-2500 C-3000 C-3500 C-4150 C-4750 C-5250 C-6000 C-6500 C-7000 D-2000 D-2500 D-3000 D-3500 D-4000 D-4500 D-5000 D-5500 D-6000 D-6500 D-7000 D-7500 D-8000 E-2000 E-2500 E-3000 E-3500 E-4000 E-4500 E-5000 E-5550 E-6000 E-6500 E-7000 E-7500 E-8000 F.5850 F-2000 F-2500 F-3000 F-3500 F-4000 F-4500 F-5250 F-6500 F-7000 F-7500 G.2000 G.2500 G.3000 G.3500 G.4000 G.4500 G.5000 G.5500 G.6000 G.6500 G.7000 H.3000 H.3500 H.4000 H.4500 H.5000
Dutuna Tapa Daa Bulano Perintis Kaumu Mootindapo Pangimba Huntongo Kiki Timbuolo Loyo Manawa Potiwumbua Ulanta Perintis Bubebaru Bilududu Moutong Helumo Biluango Potanga Kopi Yilantala Podudupa Tibawa Talnggila Batunobutao Lotu Limehu Bulobulanto Batuwonggubo Lumbaya Airpnanas Binggele Sandawule Potiwunduwa Potabohengo Boludawa Dumaya Tilemba Alale Duano Tengah Bali Buhaa Baleya Potona Bendung Alale Tinaloga Tapadaa Dauto Kintal
AB/2 = 1000 m PETA RESISTIVITI SEMU DAERAH PANAS BUMI SUWAWA
KABUPATEN BONE BOLANGO PROPINSI GORONTALO
0 1000 2000 3000 4000
SKALA = 1: 25.000
Kontur Elevasi interval 50 meter Kontur resistiviti semu
Jalan raya
Sungai Jalan desa Titik pengukuran
A - 1000
25 50 200
KETERANGAN Utara Selatan Sungai -200 0 200
P-2800 P-2600 P-2400 P-2200 P-2000 P-1800
P-1600 P-1400
P-1200
(5)
Selatan
Sungai
> 100 50 s.
30 s.d. < 50 Ohm-m 15 s.d. < 30 Ohm-m < 15 Ohm-m
Ohm-m d. < 100 Ohm-m
Keterangan
Q-2000
Titik Ukur Head On
-400 -300 -200 -100 0 100 200
Q-3000 Q-2800 Q-2600 Q-2400 Q-2200 Q-2000 Q-1800Q-1600
Q-1400 Q-1200 Utara
Gambar 4. a). Skenario Struktur Head On Lintasan P
b). Skenario struktur Head On Lintasan Q
(6)
-800 -600 -400 -200 0 200
C-3000 C-4150
C-4750 C-5250
35 75 7
20
7
65
95 20 65 4
95
220 80 40
5
105
200 40
5
90 sungai
-750 -500 -250 0 250
B-3650 B-4150
B-4750 B-5500
40 11 70
24 145 2.4
6.5 3.5
16
6 120 30
45 7.5 16
6.6
70 13
14 35
6
90
sungai
a) b)
-500 -250 0 250
A-3250
B-4150 C-3000 D-4000 E-5550
F-5850
G-6000
90 30 70 15
120
2.4 7 3.5
13
200 40
5
90
260 60 10
25
50 7 40
6
70
33 150 35 120
22
90
80 17 300
75
350