TRADISI NAPAK TILAS GUGURNYA KH. NAWAWI DI DUSUN SUMANTORO DESA PLUMBUNGAN KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO.

TRADISI NAPAK TILAS GUGURNYA KH. NAWAWI
DI DUSUN SUMANTORO DESA PLUMBUNGAN
KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO
SKRIPSI

Diajukan untuk
Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S1)
Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh:
Islakhul Muhar Damayanti
NIM. A82212135

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Tradisi Napak

Tilas gugurnya KH. Nawawi di Dusun Sumantoro Desa Plumbungan kecamatan
Sukodono Kabupaten Sidoarjo”. Adapun permasalahan yang dibahas yaitu: 1)
Biografi KH. Nawawi, 2) bagaimana asal-usul Napak Tilas KH. Nawawi di
Dusun Sumantoro. 3) bagaimana prosesi tradisi napak tilas KH. Nawawi, 4)
bagaimana respon masyarakat dusun Sumantoro terhadap Tradisi napak tilas KH.
Nawawi.
Data penelitian menggunakan cara wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Selanjutnya data tersebut dikritik agar bisa dibandingkan sehingga
dapat diketahui kesesuaian dengan masalah yang diteliti.Skripsi ini ditulis dengan
pola penelitian kualitatif yang memberikan klarifikasi secara mendetail serta
lengkap tentang tradisi Napak tilas KH. Nawawi dengan menggunakan
pendekatan antropologi budaya, dengan menerapkan teori challenge and respon,
Maksudnya kebudayaan terjadi dan bisa muncul karena tantangan dan respon
antara manusia dan alam sekitarnya. Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan
digerakkan oleh sebagian kecil pemilik kebudayaan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, 1) KH. Nawawi lahir pada
tahun 1889. Pendiri cabang NU di Mojokerto, beliau wafat pada tahun 1946 saat
perang Belanda. 2) tradisi ini diselenggarakan oleh keluarga KH. Nawawi dan
yang bekerja sama dengan pengurun Dusun Sumantoro. 3) Tradisi ini dilakukan
setiap tahun, dimulai dari tempat gugurnya KH. Nawawi di dusun Sumantoro dan

sampai finisnya di Ponpes An-Nawawi Kota Mojokerto. Prosesinya dimulai
dengan aksi teatrikal yang mengisahkan KH. Nawawi saat melawan Belanda, saat
Napak Tilas para Pramuka menggarak keranda yang ada fotonya KH. Nawawi. 4)
para peserta sangat antusias dan setiap tahunnya bertambah.

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRACT
This thesis is the result of field research titled "Tradition Commemoration
of the death of KH. Nawawi in Hamlet Village Sumantoro Plumbungan
subdistrict of Sidoarjo regency Sukodono ". The issues discussed were: 1)
Biography KH. Nawawi, 2) how the origins of Commemoration KH. Nawawi in
Hamlet Sumantoro. 3) how procession tradition trail KH. Nawawi, 4) how the
public response to the hamlet Sumantoro KH Tradition trail. Nawawi.
The research data using interviews, observation, and documentation.
Furthermore, the data to be compared so that criticism can be seen conformity
with the problems examined. This thesis is written with the pattern of qualitative
research which clarified in detail and full of tradition Napak tilas KH. Nawawi

using the approach of cultural anthropology, by applying the theory of challenge
and response, mean culture occurred and could emerge as the challenges and
responses between humans and the natural surroundings. Growth and cultural
development is driven by a minority owner of the culture.
The results of this study conclided that, 1) KH. Nawawi was born in 1889.
The founder of NU branches in Mojokerto. He died in 1946 during the war dutch.
2) this Tradition organized by KH. Nawawi family and cooperated with the board
sumantoro hamlet. 3) this tradition carried out each of KH. Naawawi and the
finish in Mojokerto ponpes An-Nawawi. The procession began with a theatrical
action KH. Nawawi when the fight against the dutch colonialists.4) the
participants were very enthusiastic and growing every tear,

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM ...................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................................

iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI .............................................................

iv

DAFTAR TRANSLITERASI .................................................................

v

MOTTO ....................................................................................................


vi

PERSEMBAHAN .....................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ...............................................................................

ix

ABSTRAK ...............................................................................................

xi

ABSTRACT ..............................................................................................

xii

DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB I :


xiii

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................

1

B. Rumusan Masalah .......................................................

6

C. Tujuan Penelitian .........................................................

6

D. Kegunaan penelitian ....................................................

7


xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II :

E. Pendekatan dan kerangka Teoritik ..............................

7

F. Penelitian Terdahulu ....................................................

10

G. Metode Penelitian ........................................................

11

H. Sistematika Pembahasan .............................................


14

ASAL-USUL NAPAK TILAS GUGURNYA KH. NAWAWI
DI DUSUN SUMANTORO

BAB III :

A. Paparan Umum Dusun Sumantor ..................................

16

B. Biografi Singkat KH. Nawawi .......................................

26

1. Mendirikan Nahdlatul Ulama ....................................

28

2. Pemimbin Hisbullah dan Sabilillah ...........................


31

PROSES TRADISI NAPAK TILAS KH. NAWAWI DI
DUSUN SUMANTORO

BAV IV :

A. Aksi Tetrikal Napak Tilas ...............................................

33

B. Waktu dan Jalan Napak Tilas ........................................

35

C. Para Peserta Napak Tilas ...............................................

42


RESPON DAN DAMPAK MASYARAKAT TERHADAP
NAPAK TILAS TILAS DI DUSUN SUMANTORO
A. Tokoh-Tokoh yang Memprakarsai Napak Tilas ............

45

B. Pandangan Masyarakat Tentang Sosok KH. Nawawi ...

46

C. Respon Masyarakat Terhadap Napak Tilas ...................

50

xiv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Dampak Napak Tilas Bagi Masyarakat Dusun Sumantoro
........................................................................................

BAB V :

55

PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................

59

B. Saran ..............................................................................

60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu karakteristik yang paling menonjol dari eksistensi
manusia adalah tindakan budaya. Seluruh pranata kehidupan
tampaknya diikat oleh nilai-nilai yang terlembaga dalam masyarakat,
tentunya harus mengikuti (terpengaruh oleh situasi dan nilai-nilai
budayanya).1
Dengan demikian hasil pemikiran cipta dan karya manusia
merupakan kebudayaan yang berkembang pada masyarakat. Pemikiran
dan perbuatan yang dilakukan manusia secara terus menerus pada
akhir menjadi sebuah tradisi, sejalan dengan adanya penyebaran
agama, tradisi yang ada di Masyarakat dipengaruhi oleh ajaran agama
yang berkembang.2
Dusun Sumantoro ini terletak di Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Dusun ini mempunyai suatu tradisi
yaitu salah satunya adalah Tradisi Napak Tilas KH. Nawawawi yang
di adakan setiap setahun sekali pada bulan November yang dimana
bulan itu juga diperingati sebagai hari Pahlawan.

1
2

Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 179
A. Syahri, Implementasi Agama Islam pada Masyarakat Jaw,( Jakarta: Depag, 1985), 12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun ( dari nenek moyang )
yang masih di jalankan daam masyarakat.

Napak Tilas berarti

menapaki atau menyusuri kembali jalan yang pernah dilalui oleh
seseorang, pasukan dan sebagainya untuk mengenang perjalanan pada
masa perang atau sejarah masa lalu jadi tradisi Napak Tilas diartikan
adat kebiasaan turun temurun untuk melakukan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang, rombongan demi mengenang sejarah masa
lalu. Demikian pula tradisi yang dilakukan oleh perangkat Dusun
Sumantoro beserta keluarga dari KH. Nawawi dan unsur lainnya yang
dilakukan pada malam hari.
Tradisi Napak Tilas tersebut diadakan untuk memperingati
gugurnya KH. Nawawi yang gugur di Dusun Sumantoro kecamatan
Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Alasan memilih KH. Nawawi adalah
beliau sebagai pejuang atau pembela kemerdekaan negara RI. Sebagai
pemimpin pasukan Sabilillah. Napak Tilas ini dilakukan dengan
masyarakat setempat yang di adakan pada malam hari, dengan
mengarak seperti kranda menuju Ponpes KH. Nawawi yang ada di
Mojokerto Jl. Gajah Mada 118.
Ada beberapa kegiatan yang dikakukan sebelum Napak Tilas
berlangsung, ada kegiatan sema‟an Alquran, ziarah ke makam KH.
Nawawi dan pengajian umum, di adakan di monumen yang berada di
Dusun Sumantoro Desa Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sidoarjo.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Kegiatan Napak Tilas ini diperingati merupakan bukti agar
generasi penerus bangsa bisa menghargai jasa-jasa pahlawan dan
berharap agar tradisi ini bisa terus berkembang dan dilestarikan.
Kegiatan Napak tilas ini berjalan dari tempat gugurnya KH. Nawawi
yaitu di dusun sumantoro sampai dengan ponpes KH. Nawawi yang
ada di kota mojokerto jl. Gajah Mada 118.3
Napak tilas gugurnya KH. Nawawi yang akan din dilakukan
selama 3 hari yang dengan berbagai macam kegiatan. Napak tilas ini di
dahului dengan berbagai sambut dan doa bersama yang dilakukan
bersama masyarakat Dusun Sumantoro
KH. Nawawi adalah komandan Barisan Sabilillah pada tahun 1946,
dimana sebelum tahun itu surabaya sempat jatuh ke tentara sekutu, di
dalam peristiwa 10 November 1945. Namun demikian, pemudapemuda surabaya masih juga mencoba mempertahankan kotanya,
walaupun dengan bambu runcing. Sesudah tidak berdaya menghadapi
meriam-meriam barat dan tank-tank inggris, baru pasukan bersenjata
Indonesia mengundurkan diri ke jurusan Mojokerto. Sejumlah laskar
perjuangan rakyat menyusun kembali kekuatan di daerah pengungsian.
Sementara di Mojokerto, Akhyat Khalimi selaku komandan kompi
Hisnullah dan teman seperjuangan dari KH. Nawawi. Sebagai bentuk
partisipasi kemungkinan Belanda masuk juga ke kota ini. Dalam waktu
sekejap, ratusan remaja dan pemuda sudah berkumpul di halaman

3

Abidin, Wawancara, Sukodono, 9 Maret 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

markas Hisbullah dengan membawa berbagai macam senjata tajam.
Tanpa diketahui massa, ternyata walikota Surabaya Rajamin Nasution
Gelar Sutan Kumala Pontas, berada ditengah-tengah mereka.
Pada hari itu juga diputuskan pengiriman pasukan Hisbullah dan
Sabilillah, dipimpin langsung oleh Kiai Nawawi menuju Sepanjang
guna menghadang tentara Belanda yang bermaksud masuk kota
Mojokerto. Beliau membawahi daerah Kedurus, Sepanjang, Jemono,
dan Bangsri. Diketiga daerah ini serig terjadi peperangan antara
pejuang Indonesia melawan Belanda yang datang dari Surabaya dan
Sidoarjo. Dikalangan anak buahnya, beliau dikenal sebagai seorang
pejuang yang tak takut terkena peluru.4
Tatkala terjadi pertempuran sengit di Dukuh Sumantoro, belasan
tentara Belanda membentuk kapal kuda, mengepung Kiai Nawawi.
Begitu tentara Belanda berhasil mendekati Nawawi, langsung
menghujamkam pisau bayonet. Kiai Nawawi ditusuk empat kali,
sehingga menghembuskan nafas yang terakhir.
Jenazah Kiai Nawawi dibawa lari oleh anak-anak Hisbullah,
menjauhi daerah pertempuran di sekitar jembatan Sukodono. Dengan
berjalan kaki, akhirnya pasukan hisbullah mojokerto yang menandu
jenazah Kiai Nawawi dari tempat gugurnya di Dusun Sumantoro
menuju tempat kediaman KH. Nawawi yang sekarang ini sebagai
pondok pesantren An-Nawawi di Jl. Gajah Mada 118 Kota Mojokerto.

4

Abdullah Masrur. Nasionalisme Dua Orang Kiai ( Bogor: Swawedar 69, 1993), 15-19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Untuk memahami KH. Nawawi secarah utuh perlu dilacak terlebih
dahulu dari beberapa fase dalam kehidupannya. Fase pertama pernah
sekolah HIS-P (Hollandsch Inlandsche School Partikuler) yang
sederajat dengan Sekolah Dasar sekarang, sebagai santri penuntut ilmu
(santri mengenai ilmu) di beberpa pondok pesantren di Tebu Ireng
Jombang, ponpes KH. Kholil Bangkalan Madura. Fase kedua, fase
sebagai kiai pesantren yang menyebarluaskan ilmu di pondok
pesantrennya An-Nawawi kota Mojokerto. Dan fase ketiga, fase
sebagai aktifis dan pendiri cabang NU di Mojokerto. Fase keempat, fase
dimana beliau sebagai pejuang nasional yang menjadi komandan
Barisan Sabilillah di Mojokerto. Fase kelima, fase sebagai pahlawan
Nasional yang berjuang dan jasa-jasanya untuk kemerdekaan bangsa
dan negara RI diakui oleh pemeritah.
Fase pertama dan kedua adalah fase terpenting dalam tahapan
kehidupan KH. Nawawi dan dalam memahami peran, perjuangan ,
pembaharuan dan kontribusinya serta nilai-nilai kepahlawananny.
Karena tiga fase berikutnya merupaan konsekuensi dari kedua fase
pertama tersebut
Kelima fase di atas juga dapat dijadikan sebagai latar belakang
(background)

untuk

memahami

kepribadian,

kiprahnya

dan

perjuangannya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah tentang “Tradisi Napak Tilas di

Dusun

Sumantoro”, yaitu :
1. Siapa KH. Nawawi dan bagaimana biografinya ?
2. Bagaimana asal-usul napak tilas di Dusun Sumantoro ?
3. Bagaimana proses tradisi napak tilas KH. Nawawi itu terjadi ?
4. Bagaimana respon masyarakat dusun Sumantoro terhadap tradisi napak
tilas KH. Nawawi ?

C. Tujuan Penelitian
Secara rinci dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah perjuangan KH. Nawawi sehingga munculnya tradisi
napak tilas di dusun Sumantoro.
2. Mengetahui asal-usul tradisi napak tilas di dusun Sumantoro.
3. Mengetahui proses tradisinapaktilas di dusun Sumantoro.
4. Mengetahui bagaimana responmasyarakat di dusunSumantoroterhadap
Tradisi Napak tilas KH. Nawawi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah
sebagai berikut :
1. Memaparkan sejarah hidup KH. Nawawi yang penah berjuang melawan
Belanda.
2. Untuk mengetahui proses Tradisi Napak Tilas yang ada di Dusun
Sumantoro, Desa Plumbungan Kecamatan Sukodono.
3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengetahuan serta informasi tentang Tradisi Napak Tilas di Dusun
Sumantoro. Khususnya untuk masyarakat Dusun Sumantoro yang
menjadi lokasi diadakannya Tradisi Napak Tilas.
4. Dengan adanya penelitian tentang Tradisi Napak Tilas di

Dusun

Sumantoro ini, diharapkan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat. Selain
itu penelitian ini juga diharapkan dapat memeperluas cakrawala kita
tentang wacana sejarah dan budaya tradisional Indonesia.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Skripsi

tentang “Tradisi Napak Tilas Gugurnya KH. Nawawi di

Dusun Sumantoro Desa Plumbungan kec Sukodono” ini menggunakan
pendekatan antropologi budaya, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Kuntowijoyo dalam teori Antropologi yakni studi tentang umat manusia pada
umummnya dengan mempelajari berbagai warna, bentuk fisik masyarakat dan
budaya yang dihasilkan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Suatu kebudayaan terjadi, karena pengaruh dan respon antara manusia
dengan alam sekitarnya. Dalam alam yang baik manusia berusaha untuk
mendirikan suatu kebudayaan. ArnoldJ. Toynbee5 memperkenalkan sejarah
dalam kaitan dengan teori Challenge and respon. Maksudnya kebuadayaan
terjadi dan bisa muncul karena tantangan dan respon antara manusia dan
alam sekitarnya. Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan digerakkan
oleh sebagian kecil pemilik kebudayaan.
Dengan ungkapan lain, antara teori antropologi budaya dan teori
challenge and respon itu saling melengkapi dan berkesinambungan. Karena
umat manusia pada umumnya mengalami tantangan dan respon dilingkungan
masyarakat.
Skripsi

ini

mengunakan

pendekatan historis

dengan

analisa

peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
Konsep biografi secara etimologi berasal dari bahasa yunani, yaitu bios yang
berarti hidup, dan graphien yang tertulis. Biografi secara sederhana dapat
dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat
berbentuk beberapa kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu
buku.6 Biografi adalah buku riwayar hidup seseorang yang ditulis oleh orang
lain. Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hdup
seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari
tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta
penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hiudpnya.
5
6

Indonsiadalamsejarah.blogspot.com/Teori sejarah menurut ArnoldToynbee.
Feedburner, “pengertian biografi serta cara menulis”, dalam http:kolom-biografi.blogspot.com
/2009/12/ (26 mei 2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Subjek kajian penelitian ini adalah ulama atau kiai. Ulama adalah
jamak dari kata „alim, berarti seorang yang memiliki ilmu yang mendalam,
luas dan mantap. Ulama adalah seseorang yang memiliki kepribadian dan
akhlak yang dapat menjaga hubungan dekatnya dengan Allah dan memiliki
benteng kekuatan untuk menghalau dan meninggalkan segala sesuatu yang
dibenci oleh Allah Swt.7
Kiai mendapat sebutan ulama yaitu orang yang selain selama
hidupnya dengan khusyuk menjalankan ibadah semata-mata karena Allah,
juga mendalami ilmu pengetahuan agama dan memiliki kewenangan dalam
menafsirkan Alquran dan Hadis untuk menjadi rujukan masyarakat umum.8
Dalam Tradisi ada dua hal penting, yaitu pewarisan dan konstruksi.
Pewarisan menujuk pada proses penyebaran Tradisi dari mas ke masa,
sedangkan kontruksi menunjuk pada pembentukan dan penanaman tradisi
kepada orang lain.
Trasisi Napak Tilas ini di selenggarakan oleh pihak kluarga yang di
ikuti oleh masyarakat Dusun Sumantoro dengan tujuan memperingari hari
gugurnya KH. Nawawi yang telah gugur pada saat perang melawan belanda
dengan empat luka tusukan pisau bayonet tentara Belanda tepat dilehernya.

7

Abdul Qadir Djaelani, Peran Ulama dan Dalam Perjuangan Politik Perjuangan Politik Islam di
Indonesia (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1994), 3.
8
Sukamto, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1999), 85.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

F. Penelitian terdahulu
Nasria Ika Nitasari, Napak tilas Sejarah Kerajaan Majapahit (Universitas
Nege ri Surabaya, 3 Agustus 2013). Dalam hal ini membahas tentang sejarah
kerajaan majapahit yang berdiri pada abad XIII-XIV.
Artikel yang ditulis oleh Drs. H. Wawan Hernawan, M.Ag. Napak Tilas
Agama Ki Sunda (Pembantu Dekan II Fakultas Ushuluddin UIN SGD
Bandung, 3 April 2013). Dalam hal ini membahas tentang Napak Tilas
Agama Ki Sunda.
Buku yang ditulis oleh Abdullah Masrur Khatib, berjudul “Titik Akhir Di
Sumantoro” yang di terbitkan oleh YPLPP SUTASOMA agustus 2013. Dalm
buku ini membahas biografi KH. Nawawi dan saat menjadi pemimpin
Sabilillah yang akan perang Belanda pada tahun 1946 di Sidoarjo.
Sedangkan

dalam

penelitian

Skripsi

ini

penulis

memfokuskan

pembahasannya pada Tradisi Napak Tilas Gugurnya KH. Nawawi yang ada
di Dusun Sumantoro Desa Plumbngan Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sidoarjo dan membahas Sedikit tentang Biografi KH. Nawawi saat beliau
menjadi Kepala Laskar Sabilillah Mojokerto. Beliau membawahi daerah
Kedurus, Sepanjang, Jemono, dan Bangsri.
Dari pembahasan napak tilas agama ki sunda berbeda dengan napak tilas
yang saya teliti. Napak tilas agama ki sunda membahas tentang perjalanan
seorang yang menyebarkan agama di sunda, sedangkan napak tilas yang saya
teliti membasan tentang gugurnya KH. Nawawi saat perang belanda.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

G. Metode penelitian
Metode penelitian mempunyai peran yang sangat penting dalam
penelitian ini karena dengan metode penelitian yang digunakan dapat
membantu penulis untuk mencapai tujuan, adapun langkah yang diambil yaitu
dengan menggunakan metode heuristik (pelacakan sumber)seperti sumber
yang berupa dokumentasi.
1. Heuristik
Heuristik, yaitu mencari atau melacak untuk menemukan sumber
(data-data)

yang berkaitan dengan rancangan penulisan skripsi.

Kemudian penulis menggunakan dua langkah untuk mencari dan
menemukan sumber data sejarah, yaitu:
a. Langkah Pertama yaitu dengan mencari sumber primer berupa sumber
tertulis seperti vidoa yang berisi acara tradisi napak tilas di dusun
Sumantoro Kecamatan Sukodono, berupa monumen dan tanda
penghargaan. Penulis juga melakukan wawancara dengan bapak Afif
Khusni selaku lurah dusun Sumantoro yang mengetahui serta pelaku
tradisi napak tilas dan masyarakat yang mengikuti acara tradisi napak
tilas, dokumantasi saat acara tradisi napak tilas, dan tanda
penghargaan. Inilah yang dianggap sebagai sumber primer.
b. Langkah kedua yaitu mengumpulkan sumber sekunder berupa bukubuku, surat persaksian adanya pemakaman pejuang 45 di makam
umum, buku yang ditulis oleh DRS. H. Abdullah Masrur berjudul

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

“Titik akhir di Sumantoro”, dan buku berjudul “Nasionalisme Dua
Orang Kiai”, yang juga ditulis orang yang sama.9
2. Verifikasi
Verifikasi (kritik sejarah atau keabsahan sumber), yaitu untuk
membuktikan apakah sumber-sumber tersebut memang yang dibutuhkan
atau tidak. Dalam hal ini peneliti melakukan kritik terhadap sumber.
Supaya dapat menilai bagaimana sumber tersebut betul-betul sesuai yang
diperlukan, karena tidak semua sumber yang penulis dapatkan tersebut
sesuai dengan kebutuhan penulis untuk menyusun skripsi ini. Dalam hal
ini terdapat dua macam pengujian atau kritik yaitu :
a. Kritik eksteren : penulis sangat berhati-hati dalam memilih dan
menguji data baik dari wawancara dan literatur yang bertujuan
agar mendapatkan data yang otentik. Seperti wawancara kepada
masayarakat dusun lain yang mengikuti napak tilas.
b. Kritik interen : data yang kredibilitas atau kebenarannya dapat di
pertanggung jawabkan. Seperti data-data dokumentasi saat acara
Tradisi Napak Tilas itu dilakukan.10 Seperti vidio, pelaku atau
peserta Napak Tilas.

9

Nugroho Noto Susanto, masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Jakarta: Yayasan Idayu,1978)
11.
10
Ibid, 11.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

3. Interpretasi
Intrepetasi atau penafsiran sejarah. Analisis sering kali disebut juga
dengan analisis sejarah. Analisis sejarah berarti menguraikan data-data
sejarah setelah datanya terkumpul kemudian dibandingkan kemudian
dikumpulkan untuk ditafsirkan.11 Peneliti memulai melakukan penulisan
ini dengan langkah pertama yaitu heuristik atau melacak sumber (datadata), setelah data terkumpul peneliti

melakukan verifikasi atau

mengkritik sumber untuk membuktikan apakah sumber tersebut
dibutuhkan atau tidak, setelah melakukan kritik sumber, peneliti
melakukan

interpretasi atau penafsiran data. Setelah terkumpul maka

peneliti menyusun kisah Tradisi Napak Tilas yang ada di Dusun
Sumantoro kecamatan Sukodono sekaligus biografi KH. Nawawi
Setelah metode penelitian heuristik dan kritik dilakukan maka tahap
selanjutnya yaitu menguraikan data yang terkumpul dibandingkan lalu
disimpulkan agar bisa dibuat penafsiran terhadap data sehingga dapat
diketahui kesesuaian dengan masalah yang diteliti.
4. Historiografi
Metode yang trakhir ini adalah metode historiografi yaitu cara
penulisan, pemaparan atau laporan hasil penelitian yang telah dilakukan
peneliti kemudian peneliti menulis dan mencoba menyajikan penelitian
tersebut ke dalam suatu karya yang berupa skripsi.12

11
12

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya, 1995) 100-102.
Lilik Zulaikha, Metodologi sejarah 1(Syrabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011) 16.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Penulisan ini mengunakan sumber yang tertulis dan tidak tertulis,
yang menggunakan penelitian untuk menulis sebuah karya skripsi. Dalam
hal ini memaparkan sebuah biografi KH. Nawawi dan Tradisi Napak Tlas
yang dilakukan di Dusun Sumantoro Desa Plumbungan Kecamatan
Sukodono Kabypaten Sidoarjo.

H. Sistematika pembahasan
Untuk mengetahui gambaran tentang pembahasan dalam penelitian
ini, maka penulis membagi penulisan penelitian ini menjadi beberapa bab dan
sub bab yang saling berkaitan. Penulis mendasarkan pembagian ini atas
pertimbangan adanya permasalahan-permasalahan yang perlu diklasifikasikan
dalam bagian-bagian yang berbeda. Sistematika penulisan skripsi disusun
dibawah ini.
Bab pertama memaparkan Pendahuluan yang mengambarkan secara
umum dari penulisan skripsi berjudul meliputi : latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian,keunaan penelitian, pendekatan dan kerangka
teoritik,

penelitian

terdahulu,

metode

penelitiann

dan

sistematika

pembahasan. Bab pertama ini ditulis karena mengungkapkan peneliti untuk
memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian.karena bagian ini
memberikan gambaran mengenai topik penelitian yang hendak disajikan
Pada bab kedua. Setelah membahas bab pendahuluan maka penulis
menguraikan kapan dan asal-usulnya tradisi Napak Tilas di Dusun Sumantoro
d laksanakan dan membahas sedikit tentang biografi KH. Nawawi. Setelah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

membahas bab dua tersebut, penulis mambahas bab tiga. Karena bagian bab
dua ini agar dari masyarakat atau pembaca mengerti riwayat dari seorang Kiai
Nawawi saat melawan Belanda.
Pada bab ketiga ini penulis mengemukakan tentang Prosesnya Tradisi
Napak Tilas, yang mencakup tentang tempat dan waktu sampai dengan
selesai prosesi Napak Tilas atau sampai dengan finish. Karena dari
pembahasan bab ke tiga ini agar dari masyarakat mengetahu tentang suatu
tradisi di dusun Sumantoro yang setiap tahunnya di adakan, yang dihadiri
oleh orang DPRD Sidoarjo.
Pada bab keempat penulis berusaha mengemukakan tentang kondisi
dan respon masyarakat Dusun Sumantoro tentang Tradisi Napak Tilas
tersebut. Bagian ini ditulis karena agar masyarakat atau pembaca tahu
tentang respon suatu tradisi di dusun Sumantoro yang masyaraktnya sangat
antusian mengikuti napak tilas ini. Karena bukan hanya orang tua atau anak
muda saja yang mengikuti, tetapi dari anak seusia dini juga mengikuti napak
tilas KH. Nawawi
Pada bab kelima membahas tentang kesimpulan dan saran yang
menjadi opini penulis dari bab pendahuluan sampai bab keempat dan saransaran berkenaan dengan penelitian. Bab ke lima dibahas karena menyipulkan
dari mulai bab kedua dan ke empat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

BAB II
Asal-usul Napak Tilas Gugurnya KH. Nawawi di Dusun Sumantoro
A. Paparan Umum Dusun Sumantoro
Dusun Sumantoro ini terletak di Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Desa Plumbungan merupakan salah satu
dari 16 desa di wilayah Kecamatan Sukodono, yang terletak 2,5 Km ke
arah Utara dari Kecamatan Sukodono, Desa Plumbungan mempunyai luas
wilayah seluas 103,415 kektar. Adapun batas-batas wilayah desa
Plumbungan :
BATAS DESA
Sebelah Utara

Berbatasan dengan Desa Bangsri

Sebelah Selatan

Berbatasan dengan Desa Pademonegoro

Sebelah Timur

Berbatasan dengan Desa Sukodono

Sebelah Barat

Berbatasan dengan Desa Sambungrejo

Data Monografi Dusun Sumantoro Desa Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo,
2015

Iklim desa Plumbungan, sebagaimana desa-desa lain di wilayah
indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut
mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanaman yang ada di Desa
Plumbungan Sukodono.13

13

Data Monografi Dusun Sumantoro Desa Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sidoarjo, 2015, 1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Desa Plumbungan terdiri dari 2 dDusun diantaranya Dusun
Plumbungan, Dusun Sumantoro, dengan jumlah penduduk 3598 Jiwa atau
1166 KK, dengan perincian sebagaimana label berikut :
No

JenisKelamin

Jumlah

1

Laki – Laki

1859

2

Perempuan

1739

3

Kepala Keluarga

1166

Sumber data : badan Statistik kecamatan Sukodono
1.

Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Data ini bermanfaat untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk
dan mengetahui jumlah angkatan kerja yang ada. Data penduduk
menurut golongan umur di Desa Plumbungan dapat dilihat pada tabel
berikut. Dibawah ini :
No

Umur (Tahun)

Jumlah (Jiwa)

1

0 Bln – 12 Bln

279

2

12 Bln – 5 Thn

323

3

5Thn – 10 Thn

129

4

10 Thn – 25 Thn

226

5

25 Thn – 60 Thn

356

6

60 Thn keatas

2285

Sumber Data : Data Potensi Sosial Ekonomi Desa/Kelurahan tahun
2015

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

2.

Jumlah Penduduk Menurut Agama
Ditinjau dari segi agama dan kepercayaan masyarakat. Desa
Plumbungan mayoritas agama Islam, dengan rincian data sebagai
berikut :
No

Agama / Keyakinan

Jumlah

1

Islam

3.595 Orang

2

Kristen

3 Orang

Sumber data : badan Statistik kecamatan Sukodono

3.

Jumlah Penduduk Menurut tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan berpengaruh pada kualitas sumber daya
manusia. Proses pembangunan Desa akan berjalan dengan lancar
apabila masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi.
Akses untuk mendapatkan pendidikan jauh lebih muda karena jarak
tempat pendidikan baik tingkat SD mapai SMAdekat dengan
pemukiman warga, akan tetapi kalau dilihat dari data statistik masih
rendahnya

tingkat

pendidikan

masyarakat

merupakan

suatu

permasalahan yang harus segera dipecahkan terutama dalam
membangun kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan.
Data penduduk menurut tingkat pendidikanya dapat dilihat pada Tabel
berikut ini :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

No

Tingkat Pendidikan

Jumlah ( Orang )

1

Tidak Sekolah / Buta Huruf

-

2

Tidak Tamat SD/ Sederajat

347

3

Tamat SD / Sederajat

969

4

Tamat SLTP / Sederajat

727

5

Tanat SLTA / Sederajat

980

6

Tamat D1, D2, D3

198

7

Sarana / S-1

350

Sumber Data : Data Potensi Sosial Ekonomi Desa/Kelurahan tahun
2014

4.

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Dessa Plumbungan sebagai besar
masih berada di sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor
pertanian memegang peranan penting dalam bidang ekonomi
masyarakat. Data menurut mata pencaharian penduduk dilihat pada
tabel berikut ini :
PNS/
Buruh
Tani

Lain
TNI/

Dagang



Swasta

Tani

lain
Polri

170

118

321

63

624

285

Sumber data : badan Statistik kecamatan Sukodono

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

5.

Keadaan Sosial
Banyaknya kegiatan Ormas di Desa Plumbungan. Seperti Remaja
Masjid, Karang Taruna, Jamiyah Yasin, Tahlil, PKK Dharma wanita,
Posyandu, Kelompok Arisan merupakan aset Desa yang bermanfaat
untuk dijadikan media penyampaian informasi dalam setiap proses
pembangunan desa pada masyarakat.14

KESEJAHTERAANWARGA
No

Uraian

Jumlah

1

Jumlah Kepala Keluarga

1.166 KK

2

Jumlah Penduduk Miskin

250 KK

3

Jumlah Penduduk Sedang

856 KK

4

Jumlah Penduduk Kaya

60 KK

Sumber data : badan Statistik kecamatan Sukodono
PENGANGGURAN
No

Uraian

Keterangan

1

Jumlah penduduk usia 15 s/d 55 yang belum 245 Orang
bekerja

2

Jumlah angkatan kerja usiaa 15 s/d 55 tahun

1.581 Orang

Sumber data : badan Statistik kecamatan Sukodono

14

Badan Statistik kabupaten Sidoarjo, 2015,1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

6.

Keadaan Ekonomi
Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Plumbungan bergerak
dibindang pertanian. Permasalahan yang sering muncul berkaitan
dengan mata pencaharian penduduk adalah

tersedianya lapangan

pekerjaan yang kurang memadai dengan perkembangan penduduk
sebagaimana tertuang dalam
Kabupaten Sidoarjo. Hal

perencanaan pembangunan daerah
lain yang perlu diperhatikan dalam

pembangunan desa adalah melakukan usaha perluasan kesempatan
kerja dengan melakukan penguatan usaha kecil pemberian kredit
sebagai modal untuk pengembangan usaha khusus di bidang
perdagangan.
Tingkat angka kemiskinan Desa Plumbungan. Yang masih tinggi
menjadikan Desa Plumbungan harus bisa mencari peluang lain yang
bisa menunjang peningkatan taraf ekonomi bagi masyarakat.
Kekayaan sumber daya alam yang ada di Desa Plumbungan amat
sangat mendukung baik dari segi pengambangan ekonomi maupun
sosial budaya.
Pendapatan desa merupakan julah keseluruhan penerimaan desa
yang dibutuhkan dalam APBDes setiap tahun anggaran. Menurut Desa
Plumbungan tahun 2014 bahwa Sumber Pendapatan Desa :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

1). Sember Pendapatan Desa
a). Pendapatan asli desa terdiri dari hasil kekayaan desa, hasil
swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan lain-lain
pendpatan asli desa yang sah.
b). Bagi hasil pajak daerah kabupaten untuk desa dan dari
retribusi kabupaten sebagian diperuntukkan bagi desa yang
merupakan pembagian untuk setian desa secara proporsional.
c). Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dari daerah
yang diterima oleh kabupaten untuk desa yang pembagiannya
untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan
alokasi dana desa.
d). bantuan keuangan dari pemerintah. Pemerintah provinsi dan
Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan urusan
Pemerintah.
e). Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
2). Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
disalurkan melalui kas desa.
3). Sumber pendapatan Desa yang telah dimiliki dan dikelolah oleh
Desa tidak dibenarkan diambil alim oleh Pemerintah, Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Daerah. Adapun kekayaan desa terdiri
dari :
a). Tanah as desa

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

b). Bangunan desa yang dikelola desa
c). Lain-lain kekayaan milik desa
Desa Plumbungan sebagian besar mata pencaharian penduduknya
adalah petani yang mayoritas memeluk agama Islam dan juga
memiliki kepatuhan terhadap adat dan tardisi.
7.

Prasarana dan Sarana Desa
Pembangunan masyarakat desa diharapkan bersumber pada diri
sendiri (kemandirian) dan perkembangan pembangunan harus
berdampak pada perubahan sosial, ekonomi dan budaya yang
seimbang agar dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa
menajadi lebih baik.15
1). Prasarana Keseharan
a). Posyandu

: 3 unit

b). Lansia

: 1 unit

c). Posbintu

: - unit

d). polindes

: - unit

e). Bidan Desa

: 1 Orang

2). Prasarana Pendidikan
a). Taman kanak-kanak/TK : 2 unit

15

b). SD / MI

: 2 unit

c). SLTP / MTs

: 1 unit

d). SLTA / MA

: - unit

Sumber cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Sukodono

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

e). TPA / TPQ

: 4 unit

3). Prasarasa Umum Lainnya
a). Tempat ibadah

: 11 unit

b). Lapangan olahraga

: 1 unit

c). Gedung seba guna

: - unit

Pengelolahan

sarana

dan

prasarana

merupakan

tahap

keberlanjutan dimulai dengan proses penyiapan masyarakat agar
mampu melanjutkan pengelolaan program pembangunan secara
mandiri. Proses penyiapan ini membutuhkan keterlibatan masyarakat,
agar masyarakat mampu menghasilkan keputusan pembangunan yang
rasional dan adil serta semakin sadar akan hak dan kewajiban dalam
pembangunan, mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, dan mampu
mengelolah berbagai potensi sumber daya yang ada dalam rangka
meningkatkan kesejahteraannya. Hal yang perlu diperhatikan untuk
mencapai kesuksesan dalam tahapan ini adalah :
a. Swadaya masyarakat merupakan faktor utama penggerak proses
pembangunan.
b. Perencanaan secara partisipatif, terbuka dan demokratis sudah
menjadi kebiasaan masyarakat dalam

merencanakan

kegiatan

pembangunan dan masyarakat mampu membangun kemitraan
dengan berbagai pihak untuk menggalang berbagai sumber daya
dalam rangka melaksanakan proses pembangunan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

c. Kapasitas pemerintahan daerah meningkat sehingga lebih tanggap
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, anatara lain
dengan menyediakan dana dan pendampingan.
d. Keberadaan fasilitator/konsutan atas permintaan dari masyarakat
atau pemerintah daerah sesuai keahlian yang dibutuhkan oleh
masyarakat dalam merencanakan kegiatan pembangunan agar
masyarakat mampu membangun kemitraan dengan berbagai pihak
untuk

menggalang

berbagai

sumber

daya

dalam

rangka

melaksanakan proses pembangunan.
8.

Pembagian Wilayah Desa
Luas wilayah Desa Plumbungan dengan luas wilayah 103,416 ha.
Desa Plu,bungan terdiri dari dua dusun yaitu. Dusun Plumbungan dan
Dusun sumantoro. Perangkat desa menurut jenis jabatannya di Desa
Plumbungan terdiri dari 1 kepala Desa, 1 Sekertaris Desa, Kaur
Tramtib, kaur Pembangunan, Kaur Kesra, Kaur Pemerintahan, Kaur
Pelayanan Umum dan 2 Kepala Dusun. Desa Plumbungan terdiri dari
4 rukun warga (RW) dan 12 Rukun tetangga (RT).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

B. Biografi Singkat KH. Nawawi
KH. Nawawi lahir di Mojokerto pada tahun 1889 dari pasangan
suami istri Munadi dan Khalimah. Sangat beruntung ia dikaruniai seorang
ayah yang sangat hormat kepada orang alim. Pak munadi adalah seorang
suami yang serba bisa. Pada suatu hari pak Munadi diperintah oleh Habib
Abdul Qodir untuk mendirikan dapur. Beberapa hari kemudian apa yang
diharapkan Habib dapat dipenuhi Pak Munadi. Dalam hal ini beliau tidak
minta ongkos apa-apa, hanya mohon doa supaya mempunyai keturunan
yang sholeh dan sholehah. Berkat dia Habib Abdul Qodir. Ternyata Pak
Munadi mempunyai anak laki-laki ini bernama Muhammad Nawawi.
Mula-mula Nawawi mendapat pendidikan ilmu taukhid dari orang
tuanya sendiri. Karena ayahnya orang yang berpandangan maju, Nawawi
di masukkan ke HIS-P (Hollandsch inlandsche School Partikuler, sederajat
sekoalh dasar sekarang). Lulus HIS-P, dikirim untuk pengaruhnya waktu
itu. Ia menjadi santri Hadratusyeh KH. Hasyim Asy‟ari di Tebuireng,
jombang. Kiai Khozin di Siwalan Panji Sidoarjo, Kiai Sholeh dan Kiai
Zainuddin di Mojosari, nganjuk.
Karena menjadi santri dari pesantren ke pesantren lain membuat
ucapan ayahnya terus mengema dalan sanubari. “jadilah anak yang
berguna bagi agama dan bangsa...!!” kalimat inilah yang terus memayungi
dan mendorong semangatnya lebih tekun untuk menimba ilmu agama
Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Beliau masih belum mempunyai keturunan ketika berkesempatan
memenuhi Rukun Islam kelima. Sepulang dari tanah suci Mekkah
Nawawi lebih matang didalam menjalani kehidupan. Tingkah lakunya
benar-benar mencerminkan jiwa seorang muslim yang teguh. Sejak belia
beliau mempunyai keinginan mati syahid. Padahal untuk mati syahid,
harus ada peperangan membela agama Allah.
Kemudian saat beliau menjadi seorang muslim, beliau disegani
masyarakat berkat ajaran dan didikan dari ulama sholikhin. Beliau tampil
sebagai tokoh informal yang penuh kharismatik, karena kesholehan
prilaku, ketegasan, dan keberaniannya menjalani kehidupan. Karena itu
pula masyarakat Mojokerto menyukai, menghormati, dan tunduk
kepadanya. Sekalipun demikian, kiai Nawawi tetap menempatkan diri
sebagai seorang hamba Allah, yang wajib berikhtiar untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Beliau tidak mengandalkan harta peninggalan dari
orangtua atau statusnya sebagai kiai. Beliau selalu mengagungkan rasa
syukur kepada Allah, mempunyai suatu keterampilan sebagai sumber mata
pencaharian. Kiai Nawawi juga seorang mukhlis. Beliau juga seorang
seorang penjahit terkenal di mojokerto dan banyak orang yang menjadi
langganan.16

16

Masrur. Nasionalisme Dua Orang Kiai, 15-19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

1. Mendirikan Nahdlatul Ulama
Awal abad 20 ibarat musim berdirinya organisasi-organisasi
kemasyarakatan. Pada tahun 1908 berdiri budi utomo, sebuah
organisasi kemasyarakatan yang bergerak pada bidang pendidikan
untuk orang-orang jawa. Empat organisasi yang bergerak pada bidang
kemasyarakatan dan keagamaan juga berdiri. Yakni, KH ahmad
dahlan mendirikan Muhammadiyah di jogyakarta pada tahun 1912.
Kemudian pada tahun 1914 berdiri lagi satu himpunan bernama “Al
Irsyad” di bawah pimpinan Ahmad Syurkati, seorang ulama asal
sunda. Menyusul 1923 “persatuan islam” (persi) berdiri dimotori A.
Hassan di bandung. Cita-cita dan identitas ketiga organisasi islam
tersebut tidak jauh beda dengan Muhammadiyah. Baru kemudian KH
Abdul Wahab Khasbullah menyusul, membidani lahirnya Jam‟iyah
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 31 januari 1928
disurabaya. Keempat oorang tokoh islam tersebut masing-masing
mempunyai faham sendiri untuk memberi roh kepada organisasi yang
didirikan.
Pada saat berdirinya jam‟iyah nahdlatul Ulama diwarnai dengan
perdebatan langsung berulang-kali antara Mas Mansyur dan Abdul
Wahab Khasbullah. Mas mAnsyur adalah seorang putra dari Kiai Mas
Ahmad Murzaqi, seorang ahli agama yang dikenal di Jawa Timur asal
Surabaya. Sedangkan Abdul Wahab Khasbullah, putra dari Kiai
Khasbullah, pendiri pesantren Denanyar, Jombang. Mas Mansyur dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Abdul Wahab Khasbullah sama-sama pernah mengenyam pendidikan
ilmu agama islam di mekkah. Mas Mansyur juga mendalami ilmu
keislaman selama empat tahun di universitas Al Azhar mesir.
Sepulanh dari menuntut ilmu di Timur Tengah, surabaya menjadi
piliha pemuda Wahab Khasbullah dan Mas Mansur sebagai tempat
untuk menerjunkan diri ke dalam masyarakat. Mereka membawa ideide pembaharuan dan pembangunan karakter bangsa.
Pada suatu hari Abdullah Wahab Khasbullah berkenalan dengan
Mas Mansur. Persahabatan mereka tigkatkan kualitasnya dengan cara
mendirikan khursus perdebatan bernama Taswirul Afkar. Atas
jam‟iyahnya berdirilah sebuah sekolah bernama Nahdlatul Wahtan
(kebangkitan Tanah Air) sebagai sarana pendidikan dan pengajaran
Islam, pengkaderan dan penggemblengan umat islam. Mereka berdua
sama-sama mengaji motor penggerak Madhrasah Nahdlatul Wathan.
Setelah enam tahun mereka berjalan seiring seperjuangan, mas
Mansyur secara resmi mengundurkan diri dari Nahdlatul Wathan pada
22 Juni 1922.

17

kedua sahabat karib tersebut berpisah secara baik-

baik dan berjalan sendiri-sendiri untuk mendarmabaktikan diri dalam
hidup bermasyarakat. Alasan Mas Mansur mengundurkan diri yakni
karena diakibatkan perbedaan pemilihan sistem pemecahan masalah
nasional yang dihadapi saat itu. Mas Mansur memisahkan diri dan
aktif di Muhammadiyah tahun 1922. Sedangkan Abdul Wahab

17

Syaifullah. KH. Mas Mansyur Sapukawat Jawatimu (surabaya: juni 2015). 20-26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Khasbullah, selanjutnya membentuk organisasi Surabaya Wathan (
Pemuda Pecinta Tanah Air).
Pilihan Nawawi jatuh kepada kelompok Nhdlatul Ulama. Nawawi
memilih Nahdlatul Ulama sebagai tempat utuk mengamalkan ilmu dan
mengabdi.

Dirasakannya

pesantren

menjadi

tempat

untuk

menanamkan dan membentuk aqidah dan keyakinan islam bagi para
santri. Pesantren menjadi tempat menumbuhkan dan memuuk
idealisme mengabdi kepada kepentingan umat.
Pada tahun 1928, beliau baru mendirikan cabang Jamiyah
Nahdlatul Ulama Mojokerto. KH Nawawi mengambil aspirasi
pesantren, melalui Jamiyah NU sebagai media menyebarkan agama
Islam dengan faham Ahlussunnah Wal Jamaah dan membangun
kehidupan masyarakat umum dengan kaidah-kaidah moral beraama.
Pada saat itu beliau juga penah mengamalkan ilmu yang diperleh
dari guru-gurunya dipondok peantren, dengan melakukan tabligh
keliling bersama-sama pengurus Jamiyah NU ke daerah-daerah
Kabupaten Mojokerto, antara lain seperti Mojosari, Jetis, Ngares, dan
lain-lain
Dari pengalaman memberikan pendidikan keagamaan kepada
masyarakat luas dan mengelola kegiatan jamiyah NU, timbul usul dari
KH. Nawawi supaya Jamiyah NU cabang Mojokerto membuka
pendidikan islam tingkat dasar. Lantas didirikanlah sebuah sekolah
dasar islam pada tahun 1935. Awalnya sekolah ini ditempatkan diteras

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

musholah milik KIAI Subkhan di kampung Magersari, yaitu yang
terletak disebelah selatan Pasar Pahing yang sekarang rumah dinas
walikotamadya Kepala Daerah tingkat II Mojokerto di Jalan Hayam
Wuruk. Sekolah yang didirikan Mojokerto ini selnjutnya dipindah ke
Desa Kauman dan dinamakan Madrasah Kauman. Madrasah
Ibtidaiyah pertama yang dibangun di Mojokerto.
2.

Pemimpin Hisbullan dan sabilillah
Pada tahun 1945 surabaya sempat jatuh ke tangan tentara sekutu,
tetapi

pemuda-pemuda

surabaya

masih

juga

mencoba

mempertahankan kotanya, walaupun dengan bambu runcing. Sesudah
tidak berdaya menghapi meriam batar dan tank-tank ingris, baru
pasukan-pasukan bersenjata Indonesia mengendurkan diri ke jurusan
Mojokerto.18 Sejumlah laskar perjuangan rakyat menuyusun kembali
kekuatan di daerah pengungsian.
Belanda memanfaatkan kesempatan menyusupkan tentaranya
masuk ke kota Surabaya dengan menyamar sebagai tentara Sekutu,
datang ke Indonesia dengan alasan akan melucuti senjata belatentara
Jepang yang sudah kalah perang, sementara di mojokerto, Kiai Akhyat
Khalimi selaku komandan kompi Hizbullah (sekarang markas kodim
C815 Mojokerto) sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan
tentara Belanda masuk juga ke kota ini. Dalam waktu sekejap ratusan

18

Drs. Susanto Tirtoprojo, Sejarah Revolusi Nasional Indonesia (PT. Pembangunan, jakarta 1966),
31

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

remaja dan pemuda sudah berkumpul di halaman markas Bizbullan
dengan membawa berbgai macam senjata tajam.
Pada hari itu juga diputuskan pengiriman pasukan Bisbullah dan
Sabilillah yang dipimpin langsung Kiai Nawawi menuju sepanjang
guna menghadang tentara Belanda yang bermaksud masuk kota
Mojokerto. KH Nawawi membawahi daerah Sepanjan, Jemono, dan
Bangsri. Diketiga daerah ini sering terjadi peperangan antara pejuang
Indonesia melawan Belanda yang datang dari Surabaya dan Sidoarjo.
Tatkala terjadi pertempuran sengit di Dukuh Sumantoro, Sidoarjo,
belasan tentara Belanda berhasil mengepung dan membentuk
tapalkuda. Peristiwa heroik dan patriotik ini berakhir. Dimana kedua
pihan jatuh korban. Tusukan bayonet tepat mengenai leher pak Kiai
yang waktu itu gugur pa