Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues (SSI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pemanasan Global

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues (SSI) Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pemanasan Global
LINK DOWNLOAD [174.54 KB]
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Balakang
Minat dan motivasi belajar peserta didik terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Aalam (IPA) dirasakan masih kurang karena masih
banyak peserta didik yang menganggap materti pelajaran IPA sebagai materi yang sulit diingat, dipahami serta sebagai hapalan.
Paradigma ini tidak terlepas dari pengamalan belajar yang dirasakan oleh peserta didik saat belajar IPA. Berdasarkan hasil observasi
langsung peneliti ke salah satu sekolah melihat proses pembelajaran yang berlangsung ternyata pembelajaran masih menggunakan
model pembelajaran Direct Instruction. Dalam pembelajaran ini informasi secara langsung diberikan oleh guru kepada siswa
menggunakan metode ceramah. Pembelajaran masih bersifat teacher-centre sehingga guru yang mendominasi proses pembelajaran.
Kontruksi pengetahuan peserta didik melalui pembelajaran seperti ini cenderung rendah. Peserta didik tidak diberikan kesempatan
untung mengembangkan konstruksi pengetahuannya secara mandiri sehingga sikap ilmiah tidak terbentuk. Sedangkan menurut
Marsetio (dalam Triyanto, 2014) menyatakan bahwa pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang juga sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur.
Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa pembelajaran IPA tidak terlepas dari ketiga unsur tersebut. Peserta didik harus memiliki
ketiga unsur ini. Produk ilmiah merupakan sebuah hasil dari proses ilmiah dan sikap ilmiah yang dilakukan. Proses ilmiah dipandang

sebagai suatu rangkaian yang digunakan dalam pembelajaran IPA guna menghasilkan produk dan sikap ilmiah. Salah satu proses
ilmiah merupakan kemampuan berpikir kritis. Dengan kemampuan berpikir kritis dihrapkan peserta didik memiliki produk ilmiah
dan sikap ilmiah yang baik. Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk dimiliki oleh peserta didik karena di dalamnya terdapat
aktivitas mental dalam pengambilan suatu keputusan untuk memcahkan masalah. Permasalah tidak hanya terdapat dalam pelajaran
saja namun dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali permasalahan yang kita hadapi. Melalui kemampuan berpikir kritis peserta
didik diharapkan dapat mengolah segala bentuk informasi dengan baik sehingga didapatkan sebuah kesimpulan dan tindakan yang
tepat.
Hasil wawancara dengan salah satu guru IPA bahwa proses pembelajaran IPA selalu dilakukan di kelas. Pembelajaran tidak pernah
dilakukan di luar kelas seperti memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media belajar. Pembelajaran yang dilakukan di kelas hanya
ceramah dan melatihkan soal-soal. Setiono (2010) menyatakan bahwa pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai pendekatan, metode, dan model pembelajaran diterapkan di sekolah, hal
ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga mampu menciptakan siswa yang berkulitas.
Berdasarkan hasil observasi di sekolah, dalam pembelajaran di kelas guru belum menerapkan pengintegrasian mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang terdiri dari mata pelajaran kimia, fisika dan biologi. Materi pembelajaran masih disajikan secara
terpisah belum dipadukan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya sehingga penguasaan konsep peserta didik
belum komprehensif. Disamping belum terciptanya pengintegrasian pembelajaran IPA, materi yang disajikanpun masih bersifat text
book belum menyajikan materi-materi yang terjadi dalam kehidupan peserta didik, sehingga esensi dari materi yang diajarkan belum
dapat sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menghadapi segala permasalahan di atas diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan

berpikir peserta didik dan pengintegrasian pelajaran IPA di sekolah. Pendekatan pembelajaran SSI diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, karena dalam pembelajaran SSI integrasi dilakukan terhadap
konsep-konsep sains yang memiliki dampak pada kehidupan masyarakat. Melaui pendekatan pembelajaran ini peserta didik dapat
dengan leluasa mengkonstruksi pengertahuannya secara mandiri yang difasilitasi oleh guru. Selain kemampuan berpikir, peserta
didik dapat juga mengembangkan nilai, moral dan etika melalui pembelajaran berbasis masalah ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh latifah dan susilo (2015) bahwa pendekatan pembelajaran SSI dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik lebih baik setelah
diterapkan pendekatan pembelajaran ini. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran SSI berperan dalam
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Penelitian yang dilakukan oleh subiantoro dkk (2013) menyatakan bahwa pembelajaran SSI
dapat meningkatkan reflective judgment peserta didik. Sedangkan dalam penelitian Guiterez (2015) pembelajaran SSI dapat
meningkatkan keterampilan mengambil keputusan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan bahwa pembelajaran SSI tidak

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

hanya berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir tetapi juga berpengaruh terhadap sikap peserta didik.

Dalam penelitian ini materi yang dipilih yaitu tentang konsep pemanasan global (Global Warming) dengan isu yang diangkat yaitu
isu kekeringan yang terjadi di Sukabumi. Global warming merupakan isu yang sedang booming saat ini dan dialami dampaknya oleh
masyarakat global termasuk di Sukabumi. Penggunaan materi global warming dalam pembelajaran SSI sudah dilakukan oleh
Nuangchalerm (2010) namun dalam penelitian ini menggunakan isu yang berbeda. Isu ini sangat sesuai untuk digunakan karena
melibatkan konsep-konsep biologi dan permasalahan sosial di dalamnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian sebagai upaya dalam mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan
berpikir kritis peserta didik melalui pendekatan pembelajaran SSI dengan judul ?Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Socioscientific
Issues (SSI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pemanasan Global?.
Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ?Bagaimanakah
pengaruh pendekatan pembelajaran Socioscientific Issues (SSI) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pemanasan
global??.
Untuk memperjelas penelitian, rumusan masalah ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan pendekatan pembelajaran SSI di kelas eksperimen?
Bagaimanakah perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen dengan siswa di kelas kontrol?
Bagaimanakah respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran SSI?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk:
Mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan pendekatan pembelajaran SSI di kelas eksperimen.

Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen dengan siswa di kelas kontrol.
Mengetahui respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran SSI.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna sebagai sarana informasi bagi semua pihak yang berkepentingan dan
bertanggung jawab, khususnya bagi:
Bagi guru
Sebagai bahan masukan bagi guru, khusunya guru mata pelajaran biologi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa khusunya dengan mengggunakan pendekatan pembelajaran SSI.
Siswa
Membantu siswa dalam melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa setelah melakukan pembelajaran dengan
pendekatan pembelajran SSI pada fenomena gunung api.
Peneliti lain
Dapat dijadikan masukan untuk penelitian sejenis pada konsep yang lain dan bidang pengetahuan yang berbeda.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues
Pendekatan pembelajaran yaitu pangkal dan titik tekan yang mendapat perhatian utama dalam penyelenggaraan pembelajaran. Dari
faktor yang dijadikan perhatian utama ini selanjutnya ditentukan oleh prosedur seperti apa yang akan dilakukan dan sestem
pendukung apa saja yang harus ada. Pendekatan lahir dari pandangan dan pemahaman yang dianut (filosofi pendidikan) sekaitan

dengan belajar itu sendiri. Ada pendekatan filosifis (terdapat macam-macam aliran filsafat), pendekatan psikologis (teori-teori
belajar dan tugas-tugas perkembangan siswa), pendekatan berorientasi siswa, pendekatan materi pelajaran, pendekatan penggunaan
media, pendekatan berdasarkan aktivitas pembelajaran dan pendekatan berdasarkan pengolahan pesan (Kurniawan, 2011).
Pendekatan dalam bahasa inggris dikenal sebagai approach, kata ini berarti penghampiran, jalan, tindakan mendekati. Sedangkan
pembelajaran dalam bahasa inggris dikenal sebagai instruction yang berarti pengajaran atau pembelajaran. Dengan begitu
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai jalan yang digunakan oleh guru untuk menciptakan suasana yang dapat
memungkinkan siswa belajar (Setiono, 2010).
Berdasarkan pengertian di atas, pendekatan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru guna mendekatkan materi yang akan
dipelajari oleh siswa. Melalui pendekatan siswa akan lebih mudah untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran yang akan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

dipelajari karena guru berusaha mecari hal dapat mendekatkan siswa terhadap materi pelajaran. Pendekatan bermacam-macam
tergantung guru dan materi pelajaran yang akan disampaikan.
Kurniawan (2011) menyatakan bahwa secara bahasa pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction (Inggris). Kata

pembelajaran itu sendiri memiliki variasi pemaknaan. Meskipun demikian, dari variasi pemaknaan kata pembelajaran kebanyakan
menunjukkan pada upaya untuk membelajarkan siswa. Saylor, et al (Kurniawan, 2011) menyatakan?instruction is the actual
engagement of the learner with planned learning opportunities?. Gagne, et al (Kurniawan, 2011) menyatakan bahwa pembelajaran
adalah serangkaian aktivitas untuk membantu mempermudah seseorang belajar, sehingga terjadi belajar secara optimal.
Romizowski (Kurniawan, 2011) menjelaskan bahwa pembelajaran itu memiliki dua ciri yaitu aktivitas yang berorientasi pada tujuan
yang spesifik serta adanya sumber dan aktivitas belajar yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan, sumber dan aktivitas belajar
yang ditetapkan sebelum proses belajar mengejar terjadi inilah yang terpenting. Apakah tujuan itu ditetapkan oleh guru atau pihak
luar lainnya (instructional designer), apakah kegiatan itu menggunakan variasi yang unik atau hanya satu metode dan apakah metode
itu diputuskan oleh guru atau siswa.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas perencanaan yang dilakukan oleh
guru meliputi perencanaan tujuan, sumber, dan aktivitas yang akan membelajrakan siswa. Dalam pembelajaran aktivitas siswa
dirancang sedemikian rupa oleh guru guna mencapai tujuan yang diinginkan. Disamping aktivitas siswa, kondisi lingkungan pun
direncanakan oleh guru karena keduanya saling memiliki keterkaitan satu sama lain.
Socioscientific Issues (SSI) adalah strategi yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan intelektual, moral dan etika, serta
kesadaran perihal hubungan antara sains dengan kehidupan sosial (Zeidler, et al., 2005; Nuang-chalerm, 2010). SSI merupakan
representasi isu-isu atau persoalan dalam kehidupan sosial yang secara konseptual berkaitan erat dengan sains (Anagun & Ozden,
2010) dengan solusi jawaban yang relatif atau tidak pasti (Topcu, et al, 2010). Menurut Sadler (dalam Subiantoro, 2013), SSI
merujuk pada persoalan sosial yang dilematis berkaitan dengan sains secara konseptual, prosedural maupun teknologik. SSI
merupakan topik-topik sains dimana subjek didik dalam masyarakat tertentu berhadapan langsung dengan situasi konflik yang
menyangkut sains dan kehidupan sosialnya (Subiantoro dkk, 2012). Situasi konflik ini dapat berimplikasi terhadap aspek sosial,

etika budaya, politik serta ekonomi dalam kehidupan siswa (Dawson dan Venville, 2010).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Socioscientific issues merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang mengorientasikan pembelajaran pada konteks sains dan hubungannya dengan kehidupan sosial menggunakan
isu-isu yang ada di masyarakat yang berdampak pada nilai dan moral siswa. SSI memuat isu-isu krusial yang berkaitan dengan sains
secara baik secara konseptual, prosedural maupun teknologik. Disamping itu SSI menghadapkan siswa pada situasi konflik yang ada
dalam kehidupannya.
Zeidler dkk (2005) menyatakan bahwa dalam pembelajaran SSI mempunyai beberapa manfaat yaitu, (1) menumbuhkan literasi sains
pada peserta didik sehingga dapat menerapkan pengetahuan sains berbasis bukti dalam kehidupan sehari-hari, (2) terbentuknya
kesadaran sosial dimana peserta didik dapat melakukan refleksi mengenai hasil penalaran mereka, (3) mendorong kemampuan
argumentasi terhadap proses berpikir dan bernalar ilmiah terhadap suatu fenomena yang ada di masyarakat, dan (4) meningkatkan
keterampilan berpikir kritis yang meliputi menganalisis, membuat kesimpulan, memberikan penjelasan, mengevaluasi,
menginterpretasi, dan melakukan self-regulation. SSI sangat berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis karena dalam proses
pembelajarannya siswa diharuskan secara aktif mulai dari menganalisis isu-isu yang ada di masyarakat sampai membuat
kesimpulan.
Merujuk pada Callahan (2009) dan Zeidler et al. (2009), target kemampuan IPA berbasis SSI yang dapat dikembangkan adalah
kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dan berpikir kreatif (creative thinking) yang menunjukkan tingkat perkembangan
literasi seseorang dalam hal mengumpulkan dan menganalisis informasi atau data dari berbagai sumber. Hal ini sesuai dengan salah
satu hakikat IPA, bahwa IPA sebagai dimensi cara berpikir (a way of thinking) yang menjadi substansi yang mendasar pentingnya
pembelajaran IPA yang mengembangkan proses ilmiahnya untuk pembentukan pola pikir peserta didik (Widhy H. dkk, 2013).
Menurut Gutierez (2015) salah satu tujuan dasar dari pendidikan yaitu untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan

keterampilan mengambil keputusan siswa. Keterampilan-keterampilan ini dapat ditingkatkan melalui integrasi SSI dalam kelas IPA
karena penerapan pengetahuan saintifik merupakan salah satu perhatian utama dari pokok masalah. Disamping itu menurut Zeidler
et al. (Gutierez, 2015) menyatakan bahwa socio-scientific memiliki serangkaian tujuan utama dalam mendorong pengembangan
moral judgment dan nilai etika siswa terutama selama pembelajran secara terbimbing.
Levinson (Gutierez, 2015) mengajukan sebuah kerangka three-stranded untuk guru dalam mengajar SSI: 1) kategori perbedaan
pendapat yang masuk akal; 2) komunikasi yang bersifat baik atau sifat-sifat penting untuk terlibat dalam perbedaan pendapat yang
masuk akal; 3) ide dan pengalaman yang bersifat naratif yang dapat menjelaskan perbedaan pendapat paling baik.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajran SSI. Menurut Gutierez (2015) metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalama pembelajaran SSI diantaranya argumentasi, analisis kasus, workshop, dan debat. Menurut Lathifah & Susilo
(2015) pembelajaran SSI dapat diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran simposium. Metode simposium
mengetengahkan sauatu seri ceramah mengenai berbagai kelompok topik dalam bidang tertentu (Hadisoewito, 2009).
Lathifah & Susilo (2015) dan Herlanti dkk (2012) dalam penelitiannya menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran SSI.

Menurut Cross et al. (Herlanti, dkk: 2012) diskusi di kelas sangat efektif dalam mengkonstruksi pengetahuan, karena para pelajar
mengemukakan idenya, bertanya, memberikan umpan balik, dan mengevaluasi idenya. Menurut Herlanti, dkk (2012) diskusi
sosiosaintifik dapat berupa isu dan nonisu, isu dalam hal ini adalah permasalahan atau konsep sains yang menimbulkan kontroversi
di masyarakat karena dipengaruhi oleh sudut pandang sosial politik.
Menurut Yamin (Lathifah & Susilo: 2015) metode simposium adalah metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam
berbagai kelompok topik dalam bidang materi tertentu. Materi-materi tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya, setelah itu
peserta dapat menyampaikan pertanyaan dan sebagainya kepada pembicara. Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena
simposium harus pula terdiri atas pembicara, sedikitnya dua orang. Tetapi simposium berbeda dengan panel di dalam cara
membahas persoalan. Sifatnya lebih formal. Seorang anggota simposium terlebih dahulu menyiapkan pembicaraanya menurut satu
titik pandangan tertentu terhadap sebuah persoalan yang sama diadakan pembahasan dari berbagai sudut pandangan dan disoroti dari
titik tolak yang berbeda-beda.
Menurut Heuer (dalam Gutierez, 2015) menyatakan bahwa analisis kasus merupakan pendekatan lain untuk mengintegrasikan
isu-isu socioscientific dalam kelas sains karena ini sering berpasangan dengan moral dan isu-isu legal yang secara langsung
berhubungan dengan kehidupan siswa. Sering kali kasus-kasus ini ini akan melibatkan teknologi dan penemuan saintifik terdepan
yang harus diddiskusikan di publik. Menurut Hessler (dalam Gutierez, 2015) metode studi kasus ini merupakan sebuah alternatif
yang berguna untuk metode pembelajaran karena metode ini memberi siswa kesempatan untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran melalui partisipasi aktif dalam interaksi kelas. D. Johnson & R. Johnson (dalam Gutierez, 2015) menyatakan bahwa
dalam metode studi kasus, siswa memperoleh penguasaan dan daya ingat yang lebih besar serta mengembangkan kemampuan yang
lebih besar untuk mengeneralisasikan prinsip yang mereka sudah pelajari.
Metode argumentasi dalam kelas sains secara signifikan memberikan sebuah kesempatan untuk meningkatkan pemahaman konten

kognitif dari sifat sains yang banyak akan argumen, ini merupakan sebuah hasil esensial dari pendidikan sains saat ini Osboorne, et
al. (dalam Gutierez, 2015). Menurut Bell & Osborne (dalam Gutierez, 2015) faktanya, argumentasi merupakan landasan dalam
pengembangan keterampilan proses sains siswa yang dapat diselesaikan melalui pembelajaran kolaboratif yang memfokuskan pada
pembenaran dan klaim siswa pada isu-isu socioscientific. Hal ini karena menurut Chowning, Griswold, Kovarik, dan Collins (2012),
pengggunaan SSI dalam proses argumentatif di dalam kelas tidak hanya menampakan siswa pada latar belakang saintifik dari data
SSI tetapi juga pada perspektif dan prinsip etika pemangku kekuasaan. Sekolah menengah atas di Australia, guru menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan argumentasi untuk mengembangkan literasi sains
mereka (Dawson & Venville, 2010).
Workshop merupakan metode lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran SSI. Menurut Doenie & Clarkeburn (dalam Gutierez,
2015) metode ini menggunakan bermain peran dan teknik interaktif lainnya yang mungkin untuk dicapai walaupun dalam
pengaturan kelas besar. Selain itu siswa diberi cukup waktu untuk mengkolaborasikan dengan satu sama lain dengan demikian
memaksimalkan peers' contribution dalam membentuk ide-ide mereka.
Debat merupakan metode lain yang bisa digunakan dalam pembelajaran SSI. Yazici & Altiparmak (dalam Gutierez, 2015) mencatat
dalam penelitian mereka bahwa debat pada isu-isu bioetika dengan bantuan presentasi fiksi ilmiah bersamaan dengan metode
watch-discuss-exhibit (pembelajaran koperatif, brain storming, pameran poster dan grup penelitian) diamati agar menjadi metode
yang paling efektif dalam meningkatkan kesuksesan akademik siswa dan dalam mengembangkan keputusan mereka terhadap
bioetika dan bioteknologi. Yacizi & Altiparmak (dalam Gutierez, 2015) menyatakan bahwa melalui presentasi fiksi ilmiah, siswa
membayangkan dan membuat konstruksi baru selama diskusi etika sehingga mereka dapat memahami kedua isu secara teoritis dan
eksperimen dengan siskap positif .
Dari beberapa metode pembelajaran SSI yang telah dikemukakan oleh para ahli, dalam penelititan ini metode pembelajaran SSI

yang digunakan yaitu diskusi. Metode ini digunakan karena memberikan kesempatan yang leluasa kepada siswa untuk saling
menganalisis masalah, bertanya, memberikan umpan balik, menyampaikan ide, serta berargumentasi berdasarkan fakta dan
pengetahuan baik yang sudah dimiliki maupun mencari sendiri. Metode ini bersifat student-centre sehingga akan melatih
keterampilan berfikir siswa dengan saling bertukar informasi. Guru membimbing siswa selama berdiskusi untuk menjawab
permasalah yang ada.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

Pendekatan pembelajaran SSI bisa dipadukan dengan model pembelajaran berbasis masalah. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Agung (2012) menggunakan model pembelajaran Problem-based Learning yang dipadukan dengan pendekatan SSI. Dalam
penelitian ini juga model yang digunakan yaitu model pembelajaran Problem-based Learning karena model ini sangat sesuai jika
dipadukan dengan pendekatan SSI. Untuk sintak-sintak pembelajaran mengadaptasi sintak dari Problem-based Learning namun
untuk permasalahan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti isu-isu sosioscientific. Adapun langkah-langkah pembelajaran
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran PBL dengan Pendekatan SSI
Fase. Indikator Perilaku Guru Kerangka SSI
1 Orientasi peserta didik kepada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan isu sosiosaintifik, menjelaskan logistik yg dibutuhkan serta memotivasi peserta didik
untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih
2 Mengorganisasikan peserta didik
Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Kategori
perbedaan pendapat yang masuk akal
3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah Komunikasi yang bersifat baik atau sifat-sifat penting untuk terlibat dalam perbedaan pendapat yang masuk
akal
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan
teman Ide dan pengalaman yang bersifat naratif yang dapat menjelaskan perbedaan pendapat paling baik
5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
/meminta kelompok presentasi hasil kerja
Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Scriven & Paul (dalam Fisher, 2009) berpikir kritis adalah proses intelektual yang dengan aktif dan terampil
mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari
pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan.
Menurut Ennis (2011), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan
tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Menurut Muhfahroyin (2009), berpikir kritis adalah suatu proses yang melibatkan
operasi mental seperti deduksi induksi, klasifikasi, evaluasi, dan penalaran.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah proses pelibatan aktivitas mental dalam menerima,
mengolah, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi informasi yang didapatkan untuk kemudian membuat suatu keputusan atau
tindakan. Dengan berpikir kritis maka siswa dituntut untuk mengolah informasi yang didapatkan dengan berbagai sudut pemikiran
sebelum menghasilkan suatu keputusan atau tindakan.
Menurut Ennis (dalam Muhfahroyin, 2009) terdapat dua belas indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima aspek,
seperti pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
No. Aspek Indikator
1. Memberikan penjelasan sederhana Memfokuskan pertanyaan
Menganalisis pertanyaan
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan
2. Membangun keterampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
Mengobservasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi
3. Menyimpulkan Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
Menginduksi dan mempertimbangkna induksi
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
4. Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi dalam tiga dimensi
Mengindetifikasi asumsi
5. Mengatur strategi dan taktik Menentukan suatu tindakan
Berinteraksi dengan orang lain

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

Sumber: Ennis (Muhfahroyin, 2009)
Menurut Ennis (1993) kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan melalui aspek
dan indikator berpikir kritis. Instrumen berpikir kritis dapat bertujuan untuk mengukur satu aspek atau lebih dari satu aspek berpikir
kritis.
Dalam penelitian ini tidak akan digunakan semua indikator karena waktu penelitian yang terbatas namun hanya menggunakan 5
indikator berpikir kritis yang berasal dari 2 aspek. Indikator-indikator tersebut yaitu (1) memfokuskan pertanyaan, (2) menganalisis
peretanyaan, (3) bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan, (4) mempertimbangkna apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak, serta (5) mengobsaervasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
Analisis Materi
Materi fenomena gunung api pada penelitian ini terfokus pada isu erupsi gunung merapi yang terdapat di Jawa Tengah. Materi ini
mencakup kompetensi inti dan komnpetensi dasar yang ada pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VII. Seperti
dijabarkan pada tabel sebagi berikut:
Tabel 2.3 Penjabaran Kompetensi inti dan Kompetensi dasar pembelajaran Socioscientific Issues
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
KI.3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 3.10 Mendeskripsikan tentang penyebabterjadinya
pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem.
KI.4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. 4.13 Menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan
usulan penanggulangan masalah.
Bahan kajian dalam penelitian ini adalah materi pemanasan global. Isu yang digunakan dalam materi ini yaitu isu kekeringan yang
terjadi di Sukabumi, Jawa barat. Isu ini sesuai dengan pembelajaran SSI karena bersifat lokal dan merupakan permasalahan yang
dapat dilihat bahkan dirasakan dalam kehidupan siswa. Isu ini menyajikan hubungan antara konsep biologi yakni pemanasan global
dengan kehidupan yang ada di masyarakat. Adapun isi materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni sebagi
berikut.
Pemanasan Global
Pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan
bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18°C (1.33 ± 0.32°F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan
besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca (Wahono
dkk, 2014).
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi (turunnya air dari atmosfer,
misal hujan, salju). Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan
punahnya berbagai jenis hewan. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi
Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca (Wahono dkk, 2014).
Protokol Kyoto adalah kesepakatan internasional Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC atau FCCC),
yang ditujukan untuk melawan pemanasan global. UNFCCC adalah perjanjian lingkungan hidup internasional dengan tujuan
mencapai ?stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang akan mencegah gangguan antropogenik yang
berbahaya dengan sistem iklim.? Protokol Kyoto awalnya diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997 di Kyoto, Jepang, dan mulai
berlaku pada tanggal 16 Februari 2005. Pada April 2010, 191 negara telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto
(Wahono dkk, 2014).
Mekanisme dan Penyebab Pemanasan Global
Penyebab dari pemanasan global yaitu gas rumah kaca memalui efek rumah kaca seperti yang disajikan pada Gambar 2.1.
Sumber: http://campaign-pelangi.or.id
Gambar 2.1 Efek Rumah Kaca (green house)
Atmosfer bumi terdiri atas bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan
bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah ?gas rumah kaca?. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di
atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

kaca tetap hangat. Dengan begitu, tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang
cukup. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4), Nitrogen Oksida (NO) dari
pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan
global yang berbeda-beda (Wahono dkk, 2014).
Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO. Contoh sebuah molekul metan menghasilkan efek pemanasan 23
kali dari molekul CO2. Molekul NO menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO. Gas-gas lain seperti
chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2 (Wahono dkk, 2014).
Tabel 2.4 Jenis-jenis gas rumah kaca dan sumbernya
Gas Rumah Kaca Sumber
Karbohidrat (CO2) Pembakaran bahan bakar fosil di sektor energi, industri, transportasi, deforestasi, dan pertanian.
Metana (CH4) Pertanian, perubahan tata lahan, pembakaran biomassa, tempat pembuangan akhir sampah.
Nitroksida (N2O) Pembakaran bahan bakar fosil, industri, pertanian.
Hidrofluorokarbon (HFC) Industri manufaktur, industri pendingin (freon), penggunaan aerosol.
Perfluorokarbon (PFC) Industri manufaktur, industri pendingin (freon), penggunaan aerosol.
Sulfurheksaflourida (SF6) Transmisi listrik, manufaktur, industri pendingin (freon), penggunaan aerosol.
Sumber: (Wahono dkk, 2014)
Dampak Pemanasan Global
Mencairnya Es di Kutub
Pemanasan global berdampak langsung pada terus mencairnya es di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan. Es di Greenland yang
telah mencair hampir mencapai 19 juta ton! Volume es di Artik pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4
tahun sebelumnya! Baru-baru ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6 Maret
2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh (Wahono dkk,
2014).
Meningkatnya Level Permukaan Laut
Mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut. Para ahli
memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair, level permukaan laut akan naik sampai dengan 7 meter cukup untuk
menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah di seluruh dunia (Wahono dkk, 2014).
Perubahan Iklim yang Makin Ekstrim
Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat yang
lain. Topan dan badai tropis baru akan bermunculan dengan kecenderungan makin lama makin kuat. Kita tentu menyadari betapa
panasnya suhu di sekitar kita belakangan ini. Kita juga dapat melihat betapa tidak dapat diprediksinya kedatangan musim hujan
ataupun kemarau yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau
ternyata malah hujan (Wahono dkk, 2014).
Gelombang Panas yang Makin Meningkat
Pemanasan global mengakibatkan gelombang panas menjadi makin sering terjadi dan makin kuat. Gelombang panas ini juga
menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan panen merata (Wahono dkk, 2014).
Habisnya Gletser sebagai Sumber Air Bersih
Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan
level air laut dunia. Gletser-gletser dunia saat ini mencair hingga titik yang mengkhawatirkan. NASA mencatat bahwa sejak tahun
1960 hingga 2005 saja, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan dunia yang hilang tidak kurang dari 8.000 m3. Para ilmuwan
NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser, cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara global,
hingga meningkatnya level air laut merupakan bukti-bukti bahwa planet bumi sedang terus memanas (Wahono dkk, 2014).
Kerangka Berpikir
Bagan 2.1 Bagan Alur Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Secara umum hipotesis dari penelitian ini adalah:
H0 Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran SSI
dengan siswa yang menggunakan pembelajaran Direct Instruction.
H1 Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran SSI dengan
siswa yang menggunakan pembelajaran Direct Instruction.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 7/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penlitian ini yaitu kuasi eksperimen. Dimana dalam penelitian ini terdapat dua variabel,
yakni variabel bebas dan variabel terikat dengan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dikatakan sebagai kuasi eksperimen karena
kelas kontrol pada penelitian ini tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanan eksperimen (Sugiyono, 2014).
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Nonequivalent Control Group Design. Bentuk desain penelitian ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrolnya tidak dipilih secara acak (Sugiyono, 2014).
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design
E O1 X1 O2
K O3 X2 O4
Sumber: (Sugiono, 2014).
Keterangan:
E : Kelas Eksperimen (kelompok yang menggunakan pendekatan pembelajaran SSI)
K : Kelas Kontrol (kelompok yang menggunakan pembelajaran konvensional)
O1 : Kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sebelum pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran SSI.
O2 : Kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sesudah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran SSI.
X1 : Perlakuan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran SSI.
X2 Perlakuan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.
O3 : Kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol sebelum pembelajaran
O4 : Kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol setelah pembelajaran
Definisi Operasional
Definisi operasional ini dibuat untuk menghindari segala bentuk penafsiran dalam penelitian ini sehingga tidak terdapat kekeliruan
dari maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun definisi operasional yang dibuat dari masing-masing variabel sebagai berikut:
Pendekatan Pembelajaran Sosioscientific Issues (SSI) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang mengorientasikan
pembelajaran pada konteks sains dan hubungannya dengan kehidupan sosial menggunakan isu-isu yang ada di masyarakat yang
berdampak pada nilai dan moral siswa.
Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam menjawab soal-soal esai
yang dibuat berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis peserta didik menurut Ennis (1985), yang terdiri dari lima indikator
antara lain memfokuskan pertanyaan, menganalisis peretanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan,
mempertimbangkna apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, serta mengobsaervasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil
observasi. Kemampuan berpikir peserta didik diperoleh dari hasil pretest yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dan hasil
posttest yang dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung. Peningkatan keamampuan berpikir kritis dapat dilihat berdasarkan
rata-rata dari nilai N-gain pada setiap indikator kemampuan berpikir kritis.
Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini menggunakan Direct Instruction. Proses pembelajaran ini bersifat teacher-centre,
tahapan pembelajaran ini yaitu pertama guru menyampikan tujuan pembelajaran serta motivasi, selanjutnya guru menyampaikan
materi dengan metode ceramah kemudian di akhir guru memberikan evaluasi berupa soal uraian.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah subjek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII semester 2
MTs Al-Ma'tuq Sukabumi tahun ajaran 2015/2016.
Sampel
Penelitian ini dilakukan pada 2 kelas yaitu kelas VII-A semester 2 sebagai kelas Ekeperimen dan kelas VIII-B semester 2 sebagai
kelas kontrol tahun ajaran 2015/2016. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling
(Sugiono, 2014). Teknik pengambilan sampel ini yakni dengan pertimbangan tertentu dari guru IPA kelas VIII MTs Al-Ma'tuq
Sukabumi. Teknik ini dilakukan karena di sekolah sangat sulit untuk mengubah pengaturan kelas yang sudah ditetapkan oleh
sekolah.
Teknik Pengumpulan Data

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 8/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni menggunakan instrumen penelitian berupa tes dan angket. Tes
dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa sedangkan angket digunakan untuk mengetahui minat dan tanggpan
siswa terhadap penerapan pendekatan pembelajaran SSI.
Tes kemampuan berpikir kritis
Tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari pre-test (tes awal) dan post-test (tes akhir) yang terdiri dari 5 soal uraian. Soal pre-test dan
post-test merupakan soal yang sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah
diberikan perlakuan. Alat tes digunakan untuk mengukur indikator kemampuan berpikir kritis. Berikut indikator kemampuan
berpikir kritis yang diukur pada tiap soal.
Tabel 3.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Yang Akan Dianalisis
No. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Nomor soal
1. Memfokuskan pertanyaan. 1
2. Menganalisis peretanyaan. 2
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan. 3
4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. 4
5. Mengobsaervasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. 5
Angket
Kuesioner atau angket merupakan sejumlah pernyataan tertulis yang berfungsi untuk mengumpulkan informasi baik keadaan/data
diri, pengetahuan sikap, pengamalan atau pendapat dari responden (Arikunto, 2013). Angket dalam penlitian digunakan untuk
mengumpulkan informasi mengenai respon atau tanggapan peserta didik mengenai penerapan pendekatan pembelajaran SSI. Pada
angket ini terdapat 10 pernyataan. Pernyataan tersebut terdiri atas angket tertutup dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Teknik
pengolahan data angket dengan menggunakna persentase jumlah jawaban siswa.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Tanggapan Peserta
No. Aspek yang diamati Nomor Pernyataan
1. Ketertarikan dalam pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran SSI 1,3,5,7,9
2. Motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran serta dalam berpikir kritis 2,4,10
3. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran 6
4. Pemahaman terhadap materi yang diajarkan 8
Jenis data, sumber data, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data tersaji pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data
No. Jenis data Sumber data Instrumen Teknik pengumpulan data
1 Kemampuan berpikir kritis peserta didik Tes Soal kemampuan berpikir kritis peserta didik Dilakukan sebelum dan sesudah
pembelajaran
2 Angket respon peserta didik terhadap pendekatan pembelajaran SSI Angket Lembar angket pembelajaran menggunakan
pendekatan pembelajaran SSI Dilakukan setelah pembelajaran selesai. Peserta didik mengisi lembar angket dengan pilihan jawaban
ya/tidak.
Teknik Anlisis Data
Teknik Analisis Instrumen Penelitian
Teknik analisis instrumen kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan dengan melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda.
Uji Validitas Butir Soal
Instrumen yang digunakan harus memiliki validitas karena instrumen yang valid dapat menghasilkan data yang valid sehingga dapat
mengukur aspek secara tepat. Arikunto (2013) menyatakan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mendapatkan data
yang tepat dari variabel yang diteliti. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas kriteria (criteria related validity). Uji validitas
dalam penelitian ini akan menggunakan software Anates versi 4.0.9. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan mengacu pada yang
dikemukakan oleh Arikunto (2013) seperti yang tersaji pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. kriteria validitas butir soal
Rentang Kriteria
0,80 ? 1,00 Sangat tinggi
0,60 ? 0,79 Tinggi
0,40 ? 0,59 Sedang

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 9/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

0,20 ? 0,39 Rendah
0 ? 0,19 Sangat rendah
Reliabilitas Butir Soal
Reliabitas soal menunjukkan keajegan terhadap beberapa kali pengukuran pada kelompok yang sama dengan hasil yang relatif sama.
Menurut Arikunto (2013) menyatakan bahwa tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan
berkali-kali. Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang digunakan. Pengujian reliabilitas
dalam penelitian ini akan menggunakan software Anates versi 4.0.9. Kriteria-kriteria yang digunakan mengacu pada yang
dikemukakan oleh Arikunto (2013) seperti yang tersaji pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 kriteria reabilitas butir soal
Rentang Kriteria
0,80 ? 1,00 Sangat tinggi
0,60 ? 0,79 Tinggi
0,40 ? 0,59 Sedang
0,20 ? 0,39 Rendah
0 ? 0,19 Sangat rendah
Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2013) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu sola untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi
dengan siswa yang berkemampuan rendah. Pengujian daya pembeda sola dilakukan dengan menggunakan software Anates versi
4.0.9. Kriteria-kriteria yang digunakan mengacu pada yang dikemukakan oleh Arikunto (2013) seperti yang tersaji pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda
Rentang Kriteria
0,00 ? 0,20 Jelek
0,21 ? 0,40 Cukup
0,41 ? 0,71 Baik
0,72 ? 1,00 Baik sekali
Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran diuji untuk mengetahui butir soal yang mudah dan yang sulit berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan.
Pengujian tingkat kesukaran ini menggunakan software Anates versi 4.0.9. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan mengacu pada
yang dikemukakan oleh Arikunto (2013) seperti yang tersaji pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran
Rentang Kriteria
0,00 ? 0,30 Sukar
0,31 ? 0,70 Sedang
0,71 ? 1,00 Mudah
Teknik Analisis Data Hasil Penelitian
Menghitung nila N-gain
Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa skor tes awal dan tes akhir kemampuan berpikir kritis siswa. Data skor tes awal dan tes
akhir dilakukan perhitungan N-Gain ternormalisasi dengan menggunakan rumus yang diformulasikan oleh Hake (dalam Meltzer,
2002). Kriteria penilaian hasil perhitungan N-Gain ternormalisasi dapat dilihat pada Tabel 3.9.
N-Gain= (Spost-Spre)/(Smaks-Spre)
Keterangan:
Spre : Skor tes awal
Spost : Skor tes akhir
Smaks : Skor maksimal
Tabel 3.9 kategori hasil perhitungan N-Gain
Perolehan N-Gain Kriteria
N-gain ? 0,71 Tinggi
0,31 ?N-gain ? 0,70 Sedang
N-gain < 0,30 Rendah
Perbedaan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa diuji dengan menggunakan uji statistik. Analisis data menggunakan uji statistik

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 10/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

dimulai dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan dilanjutkan dengan uji hipotesis.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data skor tes awal dan tes akhir berdistribusi normal atau tidak.
Pengolahan data uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (?2) dengan rumus:
(?2)= ??(Oi-Ei)2/Ei
Keterangan:
Oi = Frekuensi observasi
Ei= Frekuensi ekspektasi
Data dikatakan normal apabila dari hasil pengujian diperoleh nilai X2 hitung < X2 tabel. Taraf signifikansi yang digunakan yaitu
0,005 = 0,95 (saefuddin, dkk: 2009).
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilalukan untuk mengetahui apakah data bersifat homogen atau tidak serta pengujian mengenai sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji dilakukan sebagai pra syarat uji perbedaan rata-rata secara statistik. Uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F dengan langkah-langkah sebagi berikut:
Mencari varians/standar deviasi variabel X dan Y (S2)
Mencari Fhitung dari varians X dan Y
F= (S2 besar)/(S(2 ) kecil)
Menentukan derajat kebebasan (dk)
dk1 = n1 ? 1
dk2 = n2 ? 1
Membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan (dk1 = n1 ? 1
, dk2 = n2 ? 1)
Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel dengan derajat kebebasan (dk1 = n1 ? 1, dk2 = n2 ? 1) dan nilai alfa (?) sebesar 95% (? =
0,05). Ftabel ditentukan dengan menggunakan fungsi fx (FINV) dalam aplikasi Microsoft Exel. Jika Fhitung < Ftabel maka data
memiliki varians yang homogen dan sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka data memiliki varians yang tidak homogen.
Uji hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran SSI terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa dengan menggunakan uji perbedaan rata-rata. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t jika samplenya ? 30
dan uji-z jika samplenya > 30.
Uji-t dihitung dengan rumus:
t = (X1-X2)/(SDgab.?(1/n1+1/n2))
dengan
Sdgab. = ?(((n1-1)SD1+(n2-1)SD2)/((n1+n2)-2))
Keterangan:
X1 = Rata-rata kelompok eksperimen
X2 = Rata-rata kelompok kontrol
SD1. = Standar Deviasi kelompok eksperimen
SD2. = Standar Deviasi kelompok kontrol
n1 = jumlah siswa di kelompok eksperimen
n2 = jumlah siswa di kelompok kontrol
Jika thitung > ttabel dengan alfa (?) sebesar 95%(0,05) dengan derajat kebebasan (dk= n1+n2-2) maka H0 diterima dan H1 ditolak,
artinya terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran Ssi terhadap Kemampuan Berpikir Kritis.
Uji-z dihitung dengan rumus:
Z = (?-?hip)/(SD/?n)
Keterangan:
? = hasil ra-rata belajar siswa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan SSI
?hip = rata-rata hasil belajar kriteria tuntas (digunakan nilai 75)
SD = standar deviasi
n = jumlah sampel
Hasil tes akhir kemampuan berpikir kritis dikatakan signifikan apabila hasil pengujian diperoleh nilai Zhitung > Ztabel digunakan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 11/13 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:22:01 2017 / +0000 GMT

untuk mengambil keputusan.
Analisis Data Pendukung
Data pendukung dalam penelitian ini berupa angket. Angket digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa
mengenai penerapan pendekatan pembelajaran SSI. Data hasil angket disajikan dalam bentuk persentase untuk mengetahui
kecenderungan jawaban siswa secara keseluruhan. Data hasil angket dinilai secara kualitatif kemudian dikonversikan dalam bentuk
data kuantitatif untuk menarik kesimpulan jawaban siswa. Rumus yang digunakan menurut (Arikunto, 2013) adalah sebagai berikut.
?%=?cuplikan/(?total yang diharapkan)
Keterangan:
?% = persentase jumlah peserta didik yang menjawb ya/tidak
?cuplikan = jumlah peserta didik yang menjawab ya/tidak
?total yang diharapkan = jumlah peserta didik yang diharuskan menjawab
Tabel 3.10 Klasifikasi persentase jawaban siswa
Rentang (%) Keterangan
75 ? 100 Baik
56 ? 74 Cukup
40 ? 55 Kurang baik
0 ? 39 Tidak baik
(Arikunto, 2013)
Waktu dan Tempat Penelitian