PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA.

(1)

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA PEMBELAJARAN IPA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

DINA HERAWATI 0903671

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2013


(2)

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA PEMBELAJARAN IPA

Oleh Dina Herawati

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Dina Herawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DINA HERAWATI

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA PEMBELAJARAN IPA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Rustono W. S, M.Pd NIP. 19520628 198103 1 001

Pembimbing II

Ghullam Hamdu, M.Pd NIP. 19800622 200801 1 004

Diketahui oleh :

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

Drs. Rustono W. S, M.Pd NIP. 19520628 198103 1 001


(4)

Hidup adalah perjuangan apapun itu tantangannya. Hidup adalah perjalanan apapun itu yang dihadapinya. Perjalanan sekaligus perjuangan yang selalu ada

kemudahan, kesulitan, bahkan peringatan.

Apapun itu awali dengan niat yang baik dan keyakinan. Inilah sebuah pengalaman dalam pembelajaran hidup. Demi sejuta asa dan impian.

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

bersama kesulitan itu ada kemudahan (QS.Al-Insyrah [94]5-6).

Begi tulah Allah SWT menjanjikannya.

Semoga Allah SWT senantiasa bersama kita dimanapun dan

kapanpun kita berada.

Skripsi ini kupersembakan untuk Mamah, Bapak, Kakak, dan kembaranku serta saudara tercinta.


(5)

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA PEMBELAJARAN IPA

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kecenderungan guru yang masih menyampaikan materi dengan pendekatan konvensional (ceramah) dan kurang variatif. Dalam hal ini, guru harus mempunyai kreativitas dan dapat berpikir kritis dalam melaksanakan inovasi dengan baik sesuai dengan struktur dan cara kerja otak yaitu salah satunya melalui pembelajaran berbasis kemampuan otak atau

Brain Based Learning. Pendekatan Brain Based Learning merupakan pendekatan

yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara ilmiah untuk belajar. Masalah yang akan diungkap berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih belum diberdayakan secara optimal dan terfokus dalam pembelajaran IPA SD. Sampel penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Linggasari berjumlah 55 siswa, diperoleh melalui teknik sampling jenuh. Metode yang digunakan adalah metode Quasi Eksperimental (eksperimen semu). Data dikumpulkan melalui tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk tes objektif, lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan pendekatan Brain Based Learning, dan Jurnal Harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pendekatan Brain Based Learning di kelas eksperimen. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa 1) keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning berjalan lancar sesuai dengan tahapannya dan mendapatkan tanggapan yang positif dari siswanya; 2) kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan konvensional berada pada kategori tinggi namun secara umum tidak efektif; 3) kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi dan secara umum peningkatan tersebut cukup efektif; 4) terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran menggunakan pendekatan Brain Based Learning dengan pendekatan pembelajaran konvensional, hal ini didukung dari hasil uji perbedaan rerata normal gain antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen; 5) terdapat pengaruh signifikan penggunaan pendekatan Brain Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang Daur Air di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Pendekatan Brain Based Learning ... 9

2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 16

3. Pendekatan Konvensional ... 21

4. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 22

5. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26

B. Kerangka Pemikiran ... 28

C. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31


(7)

B. Desain Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian ... 35

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 53

H. Teknik Analisis Data Penelitian ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Hasil Penelitian ... 66

1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 66

2. Pemaparan Data Penelitian ... 67

a. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Brain Based Learning ... 67

b. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 70

c. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 93

d. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 102

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 122 RIWAYAT HIDUP PENULIS


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tahapan Pendekatan Brain Based Learning ... 11

Tabel 2.2 Indikator Berpikir Kritis ... 20

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas V SDN 1 Linggasari ... 32

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 38

Tabel 3.3 Analisis Soal Asepek Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 39

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 46

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Pengujian Reliabilitas ... 48

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kritis . 48 Tabel 3.7 Revisi Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 50

Tabel 3.8 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 52

Tabel 3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 53

Tabel 3.10 Jenis Data, Teknik Pengumpulan, Instrumen dan Sumber Data .... 55

Tabel 3.11 Rambu-Rambu Interval Kategori Kemampuan Berpikir Kritis ... 57

Tabel 3.12 Kategori Interpretasi Normal Gain ... 58

Tabel 4.1 Distribusi Soal Berdasarkan Aspek Kemampuan Berpikir Kritis .... 70

Tabel 4.2 Rambu-rambu Interval Kategori Kemampuan Berpikir Kritis ... 73

Tabel 4.3 Interval Kategori Kemampuan Berpikir Kritis ... 75

Tabel 4.4 Kategori Interpretasi Normal Gain ... 75

Tabel 4.5 Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Kritis dan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Kontrol ... 76

Tabel 4.6 Rekapitulasi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol .. 77

Tabel 4.7 Interval dan Kategori Jumlah Siswa yang Menjawab Benar pada Kelas Kontrol ... 78

Tabel 4.8 Kemampuan Umum Kelas Kontrol Menjawab Benar Tiap Butir Soal Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 1 ... 79

Tabel 4.9 Kemampuan Umum Kelas Kontrol Menjawab Benar Tiap Butir Soal Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 2 ... 80 Tabel 4.10 Kemampuan Umum Kelas Kontrol Menjawab Benar Tiap Butir Soal


(9)

Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 3 ... 81 Tabel 4.11 Kemampuan Umum Kelas Kontrol Menjawab Benar Tiap Butir Soal

Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 4 ... 82 Tabel 4.12 Kemampuan Umum Kelas Kontrol Menjawab Benar Tiap Butir Soal

Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 5 ... 83 Tabel 4.13 Kemampuan Umum Kelas Kontrol Menjawab Benar Tiap Butir Soal

Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 6 ... 84 Tabel 4.14 Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Kritis dan Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen ... 85 Tabel 4.15Rekapitulasi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen 86 Tabel 4.16 Interval dan Kategori Jumlah Siswa yang Menjawab Benar

pada Kelas Eksperimen ... 87 Tabel 4.17 Kemampuan Umum Kelas Eksperimen Menjawab Benar Tiap

Butir Soal Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 1 ... 88 Tabel 4.18 Kemampuan Umum Kelas Eksperimen Menjawab Benar Tiap

Butir Soal Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 2 ... 89 Tabel 4.19 Kemampuan Umum Kelas Eksperimen Menjawab Benar Tiap

Butir Soal Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 3 ... 90 Tabel 4.20 Kemampuan Umum Kelas Eksperimen Menjawab Benar Tiap

Butir Soal Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 4 ... 91 Tabel 4.21 Kemampuan Umum Kelas Eksperimen Menjawab Benar Tiap

Butir Soal Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 5 ... 91 Tabel 4.22 Kemampuan Umum Kelas Eksperimen Menjawab Benar Tiap

Butir Soal Berdasarkan Aspek Berpikir Kritis 6 ... 92 Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Data Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol .. 94 Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol ... 96 Tabel 4.25 Hasil Uji-t untuk Perbedaan Rerata Pre Test dan Post Test

Kelas Kontrol ... 97 Tabel 4.26 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Pre Test dan Post Test


(10)

Tabel 4.27 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Pre Test dan Post Test

Kelas Eksperimen... 100 Tabel 4.28 Hasil Uji-t untuk Perbedaan Rerata Pre Test dan Post Test

Kelas Eksperimen ... 101 Tabel 4.29 Nilai Pre Test, Post Test, dan Normal Gain Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 102 Tabel 4.30 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Pre Test, Post Test, dan Normal Gain

Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen ... 104 Tabel 4.31 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Normal Gain

untuk Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 106 Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Nilai Pre Test Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen ... 107 Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Nilai Post Test Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen ... 108 Tabel 4.34 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Nilai Normal Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 108 Tabel 4.35 Hasil Uji-t untuk Perbedaan Rerata Nilai Pre Test

antara Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen ... 109 Tabel 4.36 Hasil Uji-t untuk Perbedaan Rerata Nilai Post Test

antara Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen ... 111 Tabel 4.37 Hasil Uji-t untuk Perbedaan Rerata Normal Gain


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar Skema Proses Daur Air ... 26

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 30

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 33

Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 34

Gambar 3.3 Kotak Tampilan Program Microsoft Excel 2010 ... 43

Gambar 3.4 Kotak Tampilan Tabulasi Skor ... 43

Gambar 3.5 Kotak Data View ... 44

Gambar 3.6 Kotak Petunjuk Ke Reliability Analisis ... 45

Gambar 3.7 Kotak Dialog Reliability Analisis ... 45

Gambar 3.8 Kotak Dialog Menu Reliability Analisis Statistics ... 45

Gambar 3.9 Menu Analyze >> Nonparametric Tests >> 1-Sampel K-S ... 59

Gambar 3.10 Kotak Dialog One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 60

Gambar 3.11 Menu Analyze >> Deskriptives Statistics >> Explore ... 60

Gambar 3.12 Kotak Dialog Explore ... 61

Gambar 3.13 Kotak Dialog Explore: Plots ... 61

Gambar 3.14 Menu Analyze >> Compare Means >> Paired Sample T-Test ... 62

Gambar 3.15 Kotak Dialog Paired Sample T-Test ... 63

Gambar 3.16 Menu Analyze >> Compare Means >> Independent Sample T-Test ... 63

Gambar 3.17 Kotak Dialog Independent Sample T-Test ... 64

Gambar 3.18 Kotak Dialog Define Group ... 64

Gambar 4.1 Histogram Nilai Pre Test dan Post Test pada Kelas Kontrol ... 95

Gambar 4.2 Histogram Nilai Pre Test dan Post Test pada Kelas Eksperimen 99

Gambar 4.3 Persentase Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol dan kelas Eksperimen ... 104


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Instrumen Penelitian ... 122

Lampiran A.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning pada Pembelajaran 1 ... 123

Lampiran A.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning pada Pembelajaran 2 ... 126

Lampiran A.3 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning pada Pembelajaran 3 ... 129

Lampiran A.4 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Brain Based Learning pada Pembelajaran 4 ... 132

Lampiran A.5 Jurnal Harian Siswa ... 135

Lampiran A.6 Kisi-kisi Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPA di kelas V SD tentang Daur Air ... 136

Lampiran A.7 Instrumen Soal ... 138

Lampiran A.8 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPA di kelas V SD tentang Daur Air ... 150

Lampiran B Hasil Uji Instrumen ... 152

Lampiran B.1 Tabulasi Skor Uji Coba Instrumen ... 153

Lampiran B.2 Output Uji Validitas Instrumen ... 155

Lampiran B.3 Output Uji Reliabilitas Instrumen ... 156

Lampiran B.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 158

Lampiran C Perangkat Pembelajaran ... 159

Lampiran C.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen pada Pembelajaran 1 ... 160

Lampiran C.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen pada Pembelajaran 2 ... 169

Lampiran C.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen pada Pembelajaran 3 ... 179

Lampiran C.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen pada Pembelajaran 4 ... 189


(13)

Lampiran C.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol

pada Pembelajaran 1 ... 199

Lampiran C.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol pada Pembelajaran 2 ... 203

Lampiran C.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol pada Pembelajaran 3 ... 207

Lampiran C.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol pada Pembelajaran 4 ... 211

Lampiran C.9 Pre test ... 215

Lampiran C.10 Post Test Pertemuan 1 ... 224

Lampiran C.11 Post Test Pertemuan 2 ... 226

Lampiran C.12 Post Test Pertemuan 3 ... 230

Lampiran C.13 Post Test Pertemuan 4 ... 233

Lampiran D Hasil Penelitian ... 235

Lampiran D.1 Tabulasi Nilai Pre Test Siswa Kelas Kontrol ... 236

Lampiran D.2 Tabulasi Nilai Post Test Siswa Kelas Kontrol ... 238

Lampiran D.3 Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Siswa pada tiap Aspek di Kelas Kontrol ... 240

Lampiran D.4 Tabulasi Nilai Pre Test Siswa Kelas Eksperimen ... 242

Lampiran D.5 Tabulasi Nilai Post Test Siswa Kelas Eksperimen ... 244

Lampiran D.6 Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Siswa pada tiap Aspek di Kelas Eksperimen ... 246

Lampiran E Dokumentasi ... 248

Lampiran E.1 Profil SDN 1 Linggasari ... 249

Lampiran E.2 Surat Keputusan Direktur UPI Kampus Tasikmalaya ... 252

Lampiran E.3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari UPI Kampus Tasikmalaya ... 253

Lampiran E.4 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesbang, Politik, dan Linmas ... 254

Lampiran E.5 Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kab. Ciamis ... 255


(14)

Lampiran E.7 Surat Izin Penelitian dari UPTD Kec. Kab. Ciamis ... 257 Lampiran E.8 Hasil Instrumen Penelitian yang dibuat Siswa ... 258 Lampiran E.9 Foto-Foto Penelitian ... 277


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap individu dapat berpikir dengan kemampuan atau kelebihan yang berbeda-beda, begitu pula dengan kekurangan atau ketidak mampuannya. Kelebihan atau kekurangan tersebut diatur oleh otak kita sendiri. Menurut Paramitasari (2011: 95) “otak merupakan pusat yang mengatur seluruh system, termasuk mengatur kemampuan berpikir dan daya ingat kita”.

Manusia dianugrahi otak yang luar biasa oleh Tuhan. Pada tahun 1960-an Roger Sperry (Paramitasari, 2011:16) melakukan penelitian pada otak manusia yang membuatnya mendapatkan hadiah nobel dalam bidang pengobatan. Penelitian itu adalah mengenai laterasi otak besar yang terbagi menjadi belahan otak kiri dan kanan. Belahan otak kiri memiliki fungsi yang berkaitan dengan kemampuan berpikir logis, ilmiah, kritis, dan linear. Sedangkan belahan otak kanan memiliki fungsi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi linear, non-verbal, holistic, humanistic, dan mistik atau biasa menyebutnya otak kanan berpikir secara emosional.

Otak juga sangat berperan dalam pembentukan memori. Dalam ilmu psikologi (Paramitasari, 2011:29) “memori adalah kemampuan suatu organism untuk menyimpan, menahan, dan mengingat kembali informasi dan pengalaman”. Selanjutnya berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (Nurhadyani, 2012:5), “memori adalah ingatan atau daya ingat. Memori ini sangat penting dalam pembelajaran”. Sehingga dengan adanya memori semua yang kita pelajari, baik secara sadar dan tidak sadar tersimpan.

Menurut Paramitasari dalam bukunya Cara Instan Melatih Daya Ingat (2011:33) menjelaskan bahwa “menguasai memori berarti menguasai kemampuan berpikir”. Dengan berpikir kita lebih menguasai keterampilan-keterampilan dasar dalam mengolah informasi seperti observasi, persepsi, analisis, interpretasi, pemecahan masalah, sistematisasi, manajemen, pembuatan keputusan,


(16)

pemantauan, inovasi, imajinasi, sisntesis, mendengarkan, dan persentasi secara verbal.

Selanjutnya menurut Steve Bavister Amanda Vickers, 2006 (Faisal dan Zulfanah, 2011: 137-138) menjelaskan bahwa:

Ada orang yang berpikir menggunakan gambar, tetapi ada yang secara natural menggunakan suara atau perasaannya. Beberapa orang merasa lebih mudah berpikir dengan menggunakan bahasa gambar, bagan, peta, melihat apa yang terjadi dalam memori atau mengonstruksi sebuah gambaran mengenai sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sementara yang lain lebih hebat dalam mengenang nada musik atau membuat internal dialog di pikiran dan perasaan mereka. Ada juga orang yang begitu menikmati sensasi rasa mereka.

Dari pendapat tersebut seharusnya menjadi pertimbangan guru dalam menentukan strategi penyampaian materi ajar sehingga dengan pemberdayaan optimal dari seluruh indra seserorang dalam belajar dapat menghasilkan kesuksesan bagi seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Dr. Vernon A. Magnesen dalam buku Quantum Teaching (DePorter, 2003:57) mengatakan bahwa:

Informasi dapat terserap dan kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.

Hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui bahkan mengabaikan kemampuan otak tersebut. Akibat dari penggunaan dan pengolahan otak yang tidak optimal ini, maka banyak sekali terjadi missmanajemen otak dalam kehidupan sehari-hari dan ini berarti potensi otak kita sebagai penyerap informasi utama untuk berpikir tidak diberdayakan secara optimal. Seharusnya kita dapat merangsang otak terutama kondisi dan keadaan saat kita belajar. Saat ini pembelajaran IPA di Sekolah Dasar berlangsung tanpa menciptakan suasana yang menyenangkan tetapi kondisi yang kaku dan tidak memperhatikan karakterstik siswa terutama Guru mengabaikan cara belajar dalam menyerap informasi yang mempengaruhi cara berpikir mereka.

Berdasarkan hasil studi lapangan awal yang dilakukan peneliti di SD yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian khususnya kelas V SDN 1 Linggasari


(17)

Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis, diperoleh informasi bahwa sebagian kecil khususnya dalam pembelajaran IPA, Guru belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses dan lebih berorientasi pada basic learning (pembelajaran untuk penguasaan konsep) saja. Siswa kurang dilibatkan secara aktif, mereka belum terbiasa melakukan praktikum dan komunikasi pun hanya terjadi satu arah, selain itu kurangnya memperhatikan kondisi siswa saat keadaan kesiapan siswa menerima pelajaran dan kondisi lingkungan yang mendukung proses pembelajaran ternyata masih diabaikan, Sehingga dalam pembelajaran siswa tidak dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan tidak dapat meningkatkan kesadaran proses berpikirnya dalam memberdayakan kemampuan berpikir kreatif dan kritis mereka dan ini menyebabkan pembelajaran belum bisa dikatakan optimal.

Learning is most effective when it’s fun. Kalimat tersebut dicetuskan oleh Peter (Nurhadyani,2011:2). Untuk menciptakan suasana pembelajaran khususnya IPA yang menyenangkan, hendaknya guru memperhatikan satu hal penting dalam tubuh manusia yang selama ini kemampuanya masih kurang dioptimalkan, yaitu otak. Proses pembelajaran tidak hanya melibatkan sebagian tubuh, namun melibatkan seluruh anggota tubuh dan otak. Dalam hal ini, guru harus mempunyai kreativitas dan dapat berpikir kritis dalam melaksanakan inovasi dengan baik sesuai dengan struktur dan cara kerja otak yaitu salah satunya melalui pembelajaran berbasis kemampuan otak atau Brain Based Learning.

Pendekatan Brain Based Learning (Jensen, 2008:12) adalah pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Tahap-tahap perencanaan pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning menurut Jensen dalam bukunya tersebut antara lain tahap pra-pemaparan, persiapan, inisiasi dan akusisi, elaborasi, inkubasi dan memasukan memori, verifikasi dan pengecekan keyakinan, dan yang terakhir adalah perayaan dan integrasi.

Selanjutnya strategi pembelajaran utama yang dapat dikembangkan dalam implementasi Brain Based Learning (Sapa’at, 2009) yaitu: (1) menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa; (2) menciptakan


(18)

lingkungan pembelajaran yang menyenangkan; dan (3) menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa.

Penerapan pendekatan Brain Based Learning (BBL) dalam pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasah kemampuan berpikir, khususnya kemampuan berpikir kritis. Dengan kemampuan berpikir kritis siswa dapat berpikir beralasan, mencerminkan, bertanggung jawab terhadap pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.

Berdasarkan strategi-strategi tersebut, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning dalam pembelajaran khusunya Ilmu Pengetahuan Alam memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir tingkat tinggi agar siswa menjadi cerdas, kritis, dan kreatif serta mampu memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Nur (1999) dalam Mustaji (2012), bahwa ‘guru sebaiknya hanya memberi “tangga” yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut’.

Berdasarkan latar belakang dan berkaitan dengan perlunya menggunakan pendekatan Brain Based Learning (BBL) yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, maka peneliti tertarik untuk menerapkan pendekatan pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Penerapan pendekatan ini diaktualisasikan dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning terhadap Kemampuaan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran IPA”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi fokus perhatian peneliti di SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis tentang Daur Air berkaitan dengan pentingnya guru memiliki pendekatan pembelajaran IPA yang efektif, inovatif, dan bermakna bagi siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya menerima konsep saja, akan tetapi siswa juga dapat memahami dan mengapliasikan konsep yang telah diterima melalui pengalaman belajar untuk


(19)

menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat digunakan yaitu pendekatan Brain Based Learning (BBL).

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka masalah yang menjadi fokus pada penelitian ini yaitu berkaitan dengan Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tentang Daur Air pada Pembelajaran IPA di kelas V SDN Linggasari 1 Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.

a. Pertanyaan Penelitian

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian, maka rumusan masalah tersebut dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimana keterlaksanaan pendekatan Brain Based Learning terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis ?

2) Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis ?

3) Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis ?

4) Bagaimana perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dengan pendekatan Brain Based Learning di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis ?

5) Bagaimana pengaruh pendekatan Brain Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis ?


(20)

b. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Untuk mempermudah proses penelitian, ruang lingkup penelitian dibatasi baik dalam hal keluasan variabel maupun sampel penelitian. Variabel pendekatan pembelajaran Brain Based Learning dilihat dari keterlaksanaan pendekatan pembelajaran tersebut di kelas eksperimen. Variabel kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada pembelajaran IPA dilihat dari normal gain dan kualitas peningkatan atau perubahan kemampuan berpikir kritis siswa (hasil belajarnya). Sampel yang diambil adalah siswa kelas V A dan siswa kelas V B SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Siswa kelas V A sebagai kelas kontrol dan siswa kelas V B sebagai kelas eksperimen. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini mencakup materi IPA Kelas V Sekolah Dasar semester II tentang Daur Air .

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan pendekatan Brain

Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.

2. Untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.

3. Untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan

Brain Based Learning di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis

Kabupaten Ciamis.

4. Untuk memperoleh informasi mengenai perbedaan kemampuan berpikir kritis sisiwa tentang daur air pada pembelajaran IPA yang menggunakan pendakatan pembelajaran konvensional dengan pendekatan Brain Based Learning di


(21)

kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.

5. Untuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya pengaruh pendekatan

Brain Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis sisiwa tentang daur

air pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan, tentang pentingnya mengetahui kemampuan berpikir kritis yang dimiliki anak pada pembelajaran IPA. Menurut Ennis (Hassoubah, 2008: 87) mengungkapkan bahwa ‘berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan’. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai tahapan pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning. Menurut Jensen (2008:12) menjelaskan bahwa Brain Based Learning adalah “pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar”. Merujuk pendapat Jensen (2008:82), bahwa “para pembelajar yang hidup dalam tekanan, kegelisahan atau ancaman secara terus menerus tidak mendapat istirahat otak yang sangat penting untuk membuat otak berfungsi optimal akan memiliki dampak buruk yaitu pembelajaran dan berpikir akan terganggu”. Dengan demikan manfaat lainnya untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning khusunya pada pembelajaran IPA di SD. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran IPA yang akan membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.


(22)

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis masing-masing siswanya dan bahan masukan tentang suatu alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

c. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan, khususnya bagi peneliti yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan masalah yang terdapat pada penelitian ini.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan serta pengetahuan dan sebagai acuan atau pedoman yang akan dijadikan bekal mengajar kelak pada saat menjadi guru profesional.

D. Struktur Organisasi Skripsi

Gambaran lebih jelasnya tentang isi keseluruhan skripsi disampaikan dalam sistematika penulisan yang pembahasannya disusun sebagai berikut:

1. Bab I pendahuluan. Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis. Bab ini menjelaskan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis. 3. Bab III metode penelitian. Terdiri atas lokasi dan subjek populasi/ sampel

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

4. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini mengemukakan tentang hasil penelitian yang dicapai dan pembahasannya.

5. Bab V kesimpulan dan saran. Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN 1 Linggasari. SDN 1 Linggasari merupakan salah satu Sekolah Dasar yang berada di Kelurahan Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis, tepatnya berada di Jalan Ir. H Juanda No. 84. Jarak dari sekolah ke pusat Kabupaten ± 1,5 Km.

Sekolah Dasar Negeri 1 Linggasari Ciamis dulu bernama SDN Bebedilan 1 Ciamis berdiri tahun 1904 terakreditasi A. Perubahan nama SD tersebut berdasarkan wilayah dan atas keputusan tahun 2006 berubah namanya menjadi SDN 1 Linggasari yang merupakan gabungan dari dua Sekolah Dasar yaitu SDN Bebedilan 1 dan SDN Galuh XVII.

2. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2010:173) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulanya”.

Jadi populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan selanjutnya menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis yang berjumlah 55 orang siswa.

3. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Usman dan Akbar (2009:43)

menyatakan “Sampel ialah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling”. Sedangkan


(24)

menurut Darmadi (2011:46) “Sampling adalah proses pemilihan sejumlah

individu suatu penelitian sedemikian rupa sehingga individu-individu tersebut

merupakan perwakilan kelompok yang lebih besar pada nama orang yang dipilih”.

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.

Penentuan sampel dengan menggunakan nonequivalent control group design berpedoman pada pendapat Damin (2002) dalam Yustiana (2011:35) yang menyatakan bahwa ‘nonequivalent control group design adalah penentuan sampel

penelitian yang menggunakan keseluruhan populasi dengan menggunakan seluruh populasi menjadi sampel tanpa mengklasifikasikan sampel tersebut’.

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah sampe jenuh. Pedoman penggunaan sampel jenuh berdasarkan pendapat Sugiono, (2009:125) yang

menyatakan bahwa “…bila jumlah populasi relative kecil kurang dari 30 orang, atau membuat generaliasai dengan kesalahan relative kecil maka digunakan

sampel jenuh”. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis yang berjumlah 55 orang siswa,

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Data Siswa Kelas V SDN 1 Linggasari

No. Nama Sekolah

Banyaknya Siswa

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. SDN 1 Linggasari Kelas V Rombel A 16 12 28

2. SDN 1 Linggasari Kelas V Rombel B 15 12 27

Dari tabel data siswa yang dijadikan penelitian adalah Kelas VA berjumlah 28 orang yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan sedangkan kelas VB berjumlah 27 orang orang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Dalam penelitian ini siswa kelas VA


(25)

ditetapkan sebagai kelas eksperimen, sedangkan siswa kelas V B ditetapkan sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian” (Sukardi, 2010:183). Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Designe. Bentuk desain penelitian ini hampir sama dengan Pretest-Posttest Control Group

Design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol

tidak dipilih secara random. Kedua kelompok diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pre test yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol. Bagan desain penelitian yang dimaksud adalah:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan:

E = Kelas Eksperimen K = Kelas Kontrol

O1 & O3 = Tes awal sebelum perlakuan (Pre Test) X1 = Perlakuan terhadap kelas eksperimen X2 = Perlakuan terhadap kelas kontrol O2 & O4 = Tes akhir setelah perlakuan (Post Test)

Perlakuan (treatmen) terhadap kelompok eksperimen adalah pembelajaran IPA tentang daur air dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning, sedangkan perlakuan (treatmen) pada kelas kontrol adalah pembelajaran IPA tentang daur air dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional (ceramah).

E O1 X1 O2


(26)

Di dalam desain ini, pre test digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa tentang materi daur air sebelum perlakuan (O1 & O3). Sedangkan post

test digunakan untuk mengukur kemampuan berpikit kritis siswa tentang daur air

setelah mendapat perlakuan (O2 & O4). Pre test dan post test dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pre test dilakukan di awal pertemuan saja, sedangkan post test dilakukan di akhir setiap pertemuan pembelajaran.

Untuk lebih memudahkan pelaksanaan penelitian, maka disajikan langkah-langkah atau alur penelitian dalam bentuk bagan berikut.

Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Brain Based Learning

Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Konvensional

Pre Test

Penyusunan RPP Pendekatan Konvensional Penyusunan RPP

Pendekatan

Brain Based Learning

Penentuan subjek

Menentukan hipotesis peneliti, uji coba, dan revisi instrumen

T e m u a n Analisis Data Pengumpulan Data Observasi Keterlaksanaan

Pendekatan Pembelajaran

Brain Based Learning

Post Test

Studi Kepustakaan/Literatur dan analisis lapangan


(27)

Gambar 3.2 Alur Penelitian C. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:9) menyatakan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. “Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol” (Hatimah, dkk, 2007:101). Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat dan seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dilakukan dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimen dan menyediakan kontrol untuk perbandingan

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Eksperimental (eksperimen semu) jenis Nonequivalent Control Group. Menurut Hatimah, dkk (2007:106) “Metode eksperimen semu adalah penelitian yang

mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol,

memanipulasikan semua variabel yang relevan”. Penelitian Quasi Eksperimental (eksperimen semu) ini melibatkan dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain Based

Learning. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi

perlakuan yaitu kelompok yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan Brain Based Learning tetapi memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional (ceramah).


(28)

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2009:61). Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu varibel bebas dan variabel terikat.

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)” (Sugiyono, 2010:61). Sedangkan menurut Darmadi (2011:176) mengatakan bahwa “variabel bebas biasanya merupakan variabel yang dimanipulasi secara sistematis”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan Brain Based Learning. Sedangkan

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis. Definisi operasional untuk kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Brain Based Learning

Menurut Jensen (2008:12) menjelaskan bahwa Brain Based Learning adalah

“pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah

untuk belajar”. Selanjutnya Sapa’at (2009) juga mengungkapkan bahwa Brain

Based Learning (BBL) menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan

pembelajaran yang berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan pendekatan Brain Based Learning sebagai pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran IPA di kelas V SDN 1 Linggasari tentang materi Daur Air. Pengguanaan pendekatan ini dilaksanakan berdasarkan RPP dengan berpedoman pada tahapan pembelajaran berbasis kemampuan otak atau pendekatan Brain Based Learning

(Jensen, 2008: 484-490), yaitu: pra-pemaparan, persiapan, inisiasi dan akuisisi,

elaborasi, inkubasi dan memasukkan memori, verifikasi dan pengecekan keyakinan, dan perayaan dan integrasi. Pembelajaran dilakukan selama empat kali pembelajaran. Untuk memperoleh data tentang keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning digunakan lembar


(29)

observasi dan untuk mengetahui respon siswa terhadap pendekatan tersebut dengan menggunakan jurnal harian.

2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Kemampuan menurut wikepedia adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Menurut Ennis (Hassoubah, 2008:87), ‘berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan’. Kemampuan berpikir kritis merupakan penilaian dari suatu proses aktif, teratur dan penuh makna untuk mengolah atau menganalisis ide-ide atau informasi yang berkaitan dengan penalaran yang diberikan secara cermat sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa yang dibatasi aspeknya. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan menggunakan instrumen kemampuan berpikir kritis berupa soal tes objektif atau pilihan ganda. Tes ini diberikan sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran (pretest-posttest

control group design) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

E. Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati” (Sugiyono, 2010:148). Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan, selain instrumen pengembangan bahan ajar (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data, antara lain (1) soal tes objektif (pilihan ganda) dengan empat opsi pilihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis tentang daur air, (2) lembar observasi untuk mengobservasi keterlaksanaan penggunaan pendekatan

Brain Based Learning dalam pembelajaran IPA tentang daur air. (3) jurnal harian

siswa untuk mengetahui respon/tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning yang mereka terima.


(30)

1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Menurut Arikunto (2010:193) “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”. Pada penelitian ini soal tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap kemampuan berpikir kritis pada tentang materi daur air. Soal tes ini berbentuk tes objektif. Butir-butir soal yang diberikan berupa soal-soal tes objektif berbentuk soal pilihan ganda dengan empat opsi pilihan. “Soal pilihan ganda adalah bentuk

tes yang mempunyai satu jawaban yang benar dan paling tepat” (Sudjana,

2006:48). Untuk mempermudah penyusunan instrumen, maka digunakan kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi instrumen soal kemampuan berpikir kritis tentang daur air ditunjukkan sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi

No. Soal No. Aspek Berpikir Kritis 7.Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubunganny a dengan penggunaan sumber daya alam 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia

yang dapat

mempengaruhinya

 Mengenal konsep daur air 32 33

5 6

 Membedakan sumber air alami dan buatan

2 3 6 2 2 1

 Menjelaskan peristiwa-peristiwa perubahan wujud pada air yang terjadi pada proses daur air

4 8 10 11 14 2 2 2 2 2

 Menerapkan pengetahuan peristiwa perubahan wujud pada air untuk memberi label pada gambar/ilustrasi daur air 7 9 12 13 15 2 2 4 6 3

 Menganalisis proses

terjadinya daur air

16 17 18 19 3 3 1 2

 Mengidentifikasi kegiatan

manusia yang dapat

mempengaruhi daur air

20 21 22 1 3 5


(31)

Keterangan mengenai aspek kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (Prasetyani,2012: 11) dengan indikator berpikir kritis yang dikembangkan peneliti dapat dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Analisis Soal Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Keterampilan Berpikir Kritis

Aspek Keterampilan Berpikir Kritis

Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis No. Soal

Elementary clarification (memberikan penjelasan sederhana) 1.Memfokuskan

pertanyaan 

Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan

(Mengindentifikasi dan merumuskan pertanyaan)

 Mengidentifikasi dan merumuskan kriteria-kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin

5,18,26

6,20,34

2.Menganalis

argument 

Mengidentifikasi alasan (sebab) yang dinyatakan (eksplisit)

 Membedakan informasi antara yang relevan dan tidak relevan (mengidentifikasi dan

menangani penyimpangan)

 Mencari persamaan dan perbedaan

 Membuat ringkasan

1,2,3,4 30,31

10,11,14 7,8,9,19 3.Bertanya dan

menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan.

 Mengapa demikian 16,21,

15,17,23 23 24 25 3 5 6

 Menganalisis kegiatan

manusia yang dapat

mempengaruhi daur air

1 26 27 28 29 2 1 5 4 4 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air

 Menjelaskan manfaat air bagi kehidupan manusia

5 30 31 1 2 2

 Menyebutkan pembiasaan cara menghemat air

34 35

1 6


(32)

Inference (membuat inferensi) 4.membuat deduksi dan mempertimbang kan hasil deduksi

 interpretasi pertanyaan 12,28,29

5.membuat induksi dan mempertimbang kan hasil induksi

 membuat

generalisasi;kehususan data pembatasan terhadap alasan; pengambilan contoh, tabel, grafik. 22,24,27, 32 6.membuat keputusan dan mempertimbang kan hasilnya

 memperhitungkan banyak alternatif

13,25,33, 35

Soal yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda, maka pemberian skor tiap soal, jika dijawab benar diberi skor satu (1) dan jika salah menjawab diberi skor nol (0).

2. Instrumen Pengembangan Bahan Ajar, Format Observasi, dan jurnal harian

Instrumen penelitian selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengembangan bahan ajar (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan lembar observasi serta jurnal harian siswa. RPP digunakan sebagai acuan guru dalam melaksanakan kegitan pembelajaran. RPP pembelajaran untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran C tentang perangkat pembelajaran.

Instrumen pembelajaran lainnya adalah guru pengajar dan observer kegiatan pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai guru pengajar dan observernya yaitu guru kelas VB di SDN 1 Linggasari. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan pendekatan Brain Based Learning digunakanlah lembar observasi. Sebelumnya lembar observasi ini didiskusikan dengan dosen pembimbing dan diuji cobakan kan terlebih dahulu kemudian dijelaskan kepada observer.

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan Brain Based Learning. Dalam lembar observasi terdapat indikator tahapan pembelajaran yang diisi oleh observer. Format observasi mengenai keterlaksanaan pendekatan


(33)

pembelajaran ini didiskusikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing. Format observasi yang telah disusun telah diuji cobakan, selanjutnya dikoordinasikan kepada observer agar tidak terjadi kesalah pahaman pada saat pengisian format observasi tersebut. Format lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning dapat dilihat pada lampiran A1-A4.

Selanjutnya jurnal harian siswa adalah karangan singkat yang dibuat siswa setiap akhir pembelajaran. Tujuan diberikannya jurnal harian siswa ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPA dengan pendekatan Brain Based Learning yang telah dilakukan, serta harapan siswa untuk pembelajaran selanjutnya.

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Setelah pembuatan instrumen selesai, langkah selanjutnya adalah pengujian instrumen penelitian. Pengujian instrumen ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel sehingga layak digunakan dalam penelitian.

“Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat

tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan ketetapan atau keajegannya atau reliabilitasnya” (Sudjana, 2006:12).

Uji instrumen penelitian dilaksanakan terhadap kelas VI Sekolah Dasar yang sampelnya berbeda dengan sampel penelitian, tetapi diasumsikan kualitas sekolah yang dimiliki sama. Pada penelitian ini, uji instrumen dilakukan terhadap siswa kelas VI SDN 2 Sindangrasa Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis dan kelas VI SDN 2 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis, dengan jumlah siswa semuanya adalah 58 orang siswa.

1. Uji Validitas Instrumen

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen” (Arikunto, 2010:211). Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Darmadi (2011:87) bahwa “validitas adalah tingkat dimana

suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Selanjutnya Sugiyono (2010:173) menyatakan bahwa “Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan


(34)

berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehinggga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Validitas item ditunjukan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dari hasil penghitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak.

Pada penelitian ini cara pengujian validitas yang digunakan yaitu dengan validitas internal. Untuk menguji validitas internal, sebelumnya instrumen diujicobakan pada siswasiswi kelas VI SDN Sindangrasa 2 dan SDN 2 Linggasari. Kemudian datanya ditabulasikan dengan bantuan program Microsoft Excel 2010. Kemudian dilakukan pengujian analisis item. Sedangkan untuk mengetahui validitas empiris bisa menggunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson

Product Moment, yaitu :

rhitung =

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X n Y X XY n       

Dimana :

r hitung = Koefisien Korelasi

∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumah skor total

N = Jumlah responden. (Riduwan, 2009 : 98)

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : t hitung = r

Dimana : t = Nilai thitung

r = Koefisien Korelasi hasil rhitung n = Jumlah responden.


(35)

Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid.

Analisis item dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Untuk memudahkan perhitungan, pengujian analisis ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan penghitungan yang dilakukan dengan bantuan program Microsoft excel 2010. Hasil uji validitas terlampir di lampiran B.2 .

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung validitas adalah: Buka program Microsoft Exel 2010.

Gambar 3.3 : Kotak Tampilan Program Microsoft Excel 2010 Memasukan tabulasi skor siswa yang ada pada lampiran B.1.


(36)

Gambar 3.4: Kotak Tampilan Tabulasi Skor Menghitung koefisien korelasi rxy

Menghitung t hitung Menghitung t tabel

Jika t hitung > t tabel berarti valid, jika t hitung < t tabel berarti tidak valid. 2. Uji Reliabilitas Instrumen

Disamping validitas, informasi tentang reliabilitas tes sangat diperlukan. Sugiyono (2010:172) menyatakan bahwa ”instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Darmadi (2011:88) bahwa “reliabilitas adalah tingkat pada mana suatu tes secara

konsisten mengukur berapapun tes itu mengukur”. Jadi uji reliabilitas digunakan untuk menetapkan dan mengetahui apakah instrumen sebagai alat ukur akan menghasilkan data yang konsisten sehingga hasil suatu pengukuran itu dapat dipercaya. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes digunakan rumus :

=

Dimana :

r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi Product Moment antara belahan (ganjil-genap) atau (awal-akhir)

(Riduwan, 2009 : 102)

Untuk memudahkan proses perhitungan dalam pengujian analisis pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan metode Cronbach’s Alpha dengan penghitungan yang dibantu komputer program SPSS 16.0. Kriteria pengujian reliabilitas menurut Uyanto (2009:282) yaitu: “bila ada butir atau item pada kolom Alpha if Item Deleted memberi nilai koefisien yang lebih tinggi dari nilai

Alpha Cronbach keseluruhan, maka butir tidak reliabel dan sebaiknya dihilangkan atau direvisi”.

Langkah-langkah uji reliabilitas pada program SPSS adalah sebagai berikut:


(37)

Buka halaman Data View

 Masukan tabulasi skor siswa yang terdapat pada lampiran B.1.

Gambar 3.5 : Kotak Data View

Klik Variabel View. Pada kolom Name ketik nomor 1 sampai nomor 35 tanpa spasi (banyak butir soal). Untuk Type pilih Numeric. Kolom desimal diubah menjadi 0. Kolom label diisi nomor 1 sampai nomor 35. Kolom Values diisi 1

“benar”, 0 “salah”. Pada kolom Measure pilih nominal untuk semua nomor.

Klik Analyze >> Scale >> Reliability Analysis.

Gambar 3.6 : Kotak Petunjuk Ke Reliability Analisis

Klik semua item (kecuali skor total), pindahkan variabel ke kotak items, kemudian klik Statistics.


(38)

Gambar 3.7 : Kotak Reliability Analisis

Pada kotak dialog Descriptives for, klik Scale of item deleted.

Gambar 3.8 : Kotak Menu Reliability Analisis Statistics

Kilik Continue

Kemudian OK.

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Perhitungan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menganalisis data skor jawaban dari 58 siswa terhadap 35 butir soal uji coba instrument soal tersebut. Kriteria pengujian validitas adalah dengan membandingkan antara koefisien korelasi (rhitung) dengan nilai tabel korelasi

Pearson Product Moment (rtabel). Kriterianya: “jika rhitung> rtabel maka instrumen valid, sebaliknya jika rhitung< rtabel maka instrumen tidak valid” (Riduwan, 2010:98).

Sedangkan untuk pengujian reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai Alpha Cronbach. Kriterianya yaitu: “Bila ada butir atau item pada kolom

Alpha if Item Deleted memberi nilai koefisien yang lebih tinggi dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka butir tidak reliabel dan sebaiknya dihilangkan atau direvisi” (Stanislaus, 2010:41). Hasil pengujian validitas ditunjukkan pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4


(39)

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kritis (Lanjutan)

Item Soal rhitung rtabel Keterangan

1 0,60 1,67 Tidak Valid

2 0,18 1,67 Tidak Valid

3 2,21 1,67 Valid

4 2,23 1,67 Valid

5 0,62 1,67 Tidak Valid

6 3,46 1,67 Valid

7 2,60 1,67 Valid

8 2,42 1,67 Valid

9 2,11 1,67 Valid

10 0,95 1,67 Tidak Valid

11 1,95 1,67 Valid

12 -0,10 1,67 Tidak Valid

13 3,37 1,67 Valid

14 2,29 1,67 Valid

Item Soal rhitung rtabel Keterangan

15 0,79 1,67 Tidak Valid

16 2,55 1,67 Valid

17 2,99 1,67 Valid

18 0,97 1,67 Tidak Valid

19 2,52 1,67 Valid

20 2,54 1,67 Valid

21 1,84 1,67 Valid

22 1,85 1,67 Valid

23 2,69 1,67 Valid

24 0,81 1,67 Tidak Valid

25 6,27 1,67 Valid

26 -0,85 1,67 Tidak Valid

27 2,13 1,67 Valid

28 3,94 1,67 Valid

29 2,49 1,67 Valid

30 2,33 1,67 Valid

31 1,92 1,67 Valid

32 0,73 1,67 Tidak Valid


(40)

Berdasarkan tabel 3.4, diketahui bahwa dari 35 soal terdapat 25 soal valid dan 10 soal tidak valid, dari 10 soal itu tidak valid karena nilai rhitung lebih kecil dari pada nilai rtabel. Untuk item soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 1, 2, 5, 10, 12, 15, 18, 24, 26, dan 32. Pada penelitian ini, item pertanyaan yang tidak valid tidak dihilangkan semua. Item pertanyaan yang dihilangkan adalah item pertanyaan yang tidak valid tetapi indikator pembelajarnnya terwakili dengan item pertanyaanyang lainnya yang valid.

Sedangkan item pertanyaan yang tidak dihilangkan adalah item pertanyaan yang tidak valid dan indikator pembelajarannya belum terwakili dengan item pertanyaan yang valid. Item pertanyaan ini direvisi baik dari segi konstruksi maupun bahasa kemudian diuji cobakan kembali sehingga item pertanyaan tersebut valid. Hal ini dilakukan setelah peneliti berkonsultasi dengan

pembimbing. Beliau berpendapat bahwa “item pertanyaan yang tidak valid boleh dihilangkan asalkan ada item pertanyaan lain yang valid dan mewakili indikator

pembelajaran”.

Setelah melakukan uji validitas, item-item soal yang valid di uji reliabilitasnya. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi instrumen penelitian. Hasil uji reliabiltas menggunakan program SPSS 16.0 ditunjukkan sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Pengujian Reliabilitas Cronbach's Alpha N of Items

.660 35

Dari tabel diatas, diperoleh alpha cronbach sebesar 0,660. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Alpha Cronbach, apabila alpha cronbach lebih kecil maka item tersebut reliabel, begitupun sebaliknya. Rekapitulasi hasil

34 3,72 1,67 Valid


(41)

uji reliabilitas instrumen butir soal kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan program SPSS 16.0 ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Kemampuan Bepikir Kritis Item

Soal

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Nilai Alpha

Cronbach Keterangan

1 0,660 0,660 Reliabel

2 0,662 0,660 Tidak Reliabel

3 0,652 0,660 Reliabel

4 0,652 0,660 Reliabel

5 0,660 0,660 Reliabel

6 0,646 0,660 Reliabel

7 0,651 0,660 Reliabel

8 0,651 0,660 Reliabel

9 0,653 0,660 Reliabel

10 0,659 0,660 Reliabel

11 0,654 0,660 Reliabel

12 0,666 0,660 Tidak Reliabel

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Kemampuan Bepikir Kritis (Lanjutan)

13 0,650 0,660 Reliabel

14 0,652 0,660 Reliabel

15 0,661 0,660 Tidak Reliabel

16 0,650 0,660 Reliabel

17 0,648 0,660 Reliabel

18 0,659 0,660 Reliabel

19 0,650 0,660 Reliabel

20 0,651 0,660 Reliabel

21 0,654 0,660 Reliabel

22 0,654 0,660 Reliabel

23 0,650 0,660 Reliabel

24 0,660 0,660 Reliabel

25 0,633 0,660 Reliabel

26 0,668 0,660 Tidak Reliabel

27 0,653 0,660 Reliabel


(42)

29 0,654 0,660 Reliabel

30 0,652 0,660 Reliabel

31 0,654 0,660 Reliabel

32 0,661 0,660 Tidak Reliabel

33 0,653 0,660 Reliabel

34 0,649 0,660 Reliabel

35 0,645 0,660 Reliabel

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas, dengan menggunakan program SPSS 16.0 diperoleh nilai Alpha Cronbach keseluruhan sebesar 0,660. Dengan demikian terdapat 30 item pertanyaan yang reliabel dan 5 item pertanyaan yang tidak reliabel. Pertanyaan yang tidak reliabel yaitu item pertanyaan No. 2, 12, 15, 26 dan 32 dihilangkan. Selanjutnya item pertanyaan yang tidak valid tetapi reliabel yaitu item pertanyaan No. 1, 18, 24 direvisi dan diujikan kembali, sehingga item pertanyaan tersebut tetap diujikan pada objek penelitian. Sedangkan item pertanyaan No. 5 dan 10 dihilangkan karena sudah terwakili indikator pembelajarannya oleh item pertanyaan lain yang sudah valid dan reliabel. Hasil dari perubahan butir soal kemampuan berpikir kritis yang telah direvisi adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Revisi Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis No.

Butir Soal

Stem Sebelum Direvisi Stem Setelah Direvisi 1 Pencemaran air dapat berasal dari

limbah industri. SEBAB

Limbah industri adalah bahan kimia yang digunakan di pabrik-pabrik dan dapat menimbulkan polusi bagi lingkungan sekitar.

Pencemaran air dapat berasal dari limbah industri.

SEBAB

Limbah industri merupakan bahan kimia yang digunakan di pabrik-pabrik dan dapat menimbulkan pencemaran air bagi lingkungan sekitar.


(43)

18 Hari Minggu yang lalu Nina, Lina, dan Susi diajak bersepeda oleh Ayah Nina ke kota. Ketika mereka sedang bersepeda tiba-tiba hujan. Dikarenakan hujan akhirnya mereka beristirahat sambil mencari tempat yang teduh. Sambil menunggu hujan reda tiba-tiba Nina

bertanya kepada ayahnya, “Ayah, kenapa kok bisa turun hujan?”

kemudian tiba-tiba Susi juga

bertanya “Om, sebenarnya air di dunia ini akan habis apa tidak, kalau misalnya air di bumi ini tidak akan habis mengapa di daerah kita masih banyak daerah yang

mengalami kekeringan?”.

Kemudian Lina pun tidak kalah penasarannya dengan kedua temannya, dia pun bertanya kepada

Ayah Nina “Om, sebenarnya air itu

penting apa tidak untuk kehidupan

manusia?”

Sebelum pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh Nina,

Susi dan Lina dijawab oleh Ayah Nina, menurut pendapat kalian pertanyaan manakah yang jawabannya berhubungan dengan

Hari Minggu yang lalu Candra, Anton, dan Bagas diajak bersepeda oleh Ayah Candra ke kota. Ketika mereka sedang bersepeda tiba-tiba hujan. Dikarenakan hujan akhirnya mereka beristirahat sambil mencari tempat yang teduh. Sambil menunggu hujan reda tiba-tiba Candra bertanya kepada ayahnya,

“Ayah, kenapa kok bisa turun hujan?” kemudian tiba-tiba Bagas

juga bertanya “Om, sebenarnya air

di dunia ini akan habis apa tidak, kalau misalnya air di bumi ini tidak akan habis mengapa di daerah kita masih banyak daerah yang

mengalami kekeringan?”.

Kemudian Anton pun tidak kalah penasarannya dengan kedua temannya, dia pun bertanya kepada

Ayah Candra “Om, sebenarnya air

itu penting apa tidak untuk

kehidupan manusia?”

Sebelum pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh Candra,

Bagas, dan Anton dijawab oleh Ayah Candra, menurut pendapat kalian pertanyaan manakah yang jawabannya berhubungan dengan Tabel 3.7

Revisi Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis (Lanjutan)

penjelasan proses terjadinya daur air . . . .

a. Nina dan Susi b. Nina

c. Susi

d. Lina dan Susi

penjelasan proses terjadinya daur air . . . .

a. Candra dan Bagas b. Candra

c. Bagas


(44)

24. Hutan yang gundul karena penebangan liar menyebabkan air hujan langsung jatuh ke tanah. Hal ini menyebabkan air tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah karena langsung mengalir ke sungai dan danau. Selain itu, apabila terjadi hujan terus menerus dapat mengakibatkan longsor dan banjir.

Dari pernyataan tersebut, apa penyebab utama terjadinya longsor dan banjir ?

a. Penebangan pohon di hutan b. Penanaman pohon di hutan c. Hutan yang gundul

d. Hutan yang rindang

Hutan yang gundul karena penebangan liar menyebabkan air hujan langsung jatuh ke tanah. Air hujan yang jatuh ke tanah tersebut tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah karena hutan yang gundul tidak memiliki pohon dan akar sehingga air langsung mengalir ke sungai dan danau. Selain itu, apabila terjadi hujan

terus menerus dapat

mengakibatkan longsor dan banjir. Dari pernyataan tersebut, apa penyebab utama terjadinya longsor dan banjir ?

a. Penebangan pohon di hutan b. Penanaman pohon di hutan c. Hutan yang gundul

d. Hutan yang rindang

Dari hasil uji coba instrumen dan sudah dilakukan revisi, didapatkan instrumen penelitian untuk soal kemampuan berpikir kritis dengan materi (kisi-kisi) sebagaimana ditunjukkan pada lampiran B.5, dan instrumen soal kemampuan berpikir kritis ditunjukkan pada lampiran B.6. Pemilihan didasarkan pada pertimbangan: (1) hasil uji validitas dan reliabilitas, (2) keterkaitan dengan indikator kompetensi kemampuan berpikir kritis tentang materi daur air, dan (3) kualitas soal. Kualitas soal yang diolah dalam penelitian ini adalah tingkat kesukaran soal.

4. Seleksi Butir-Butir Soal untuk Instrumen Penelitian

Mengutip pendapat Aiken (1994) dalam Nurramdani (2012:56) mengatakan bahwa ‘Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks’. Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik adalah adanya keseimbangan jumlah soal dari ketiga tingkat kesukaran soal. Keseimbangan yang dimaksud adalah soal-soal yang termasuk mudah, sedang,


(45)

dan sukar. Cara melakukan analisa tingkat kesukaran menurut Rukmana (2006:99) adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

N

B TK

Keterangan:

TK : Tingkat Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar N : Jumlah Siswa / Testee

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap butir soal. Indeks tingkat kesukaran dinyatakan dalam proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00.

Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks tingkat kesukaran yang diperoleh, maka makin sukar soal tersebut. Sebaliknya semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh, maka makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran soal adalah:

Tabel 3.8

Interpretasi Indeks Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,30 sukar 0,31 – 0,70 sedang 0,71 – 1,00 mudah

(Rukmana, 2006: 99) Pengujian tingkat kesulitan butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2010. Hasil perhitungan untuk tingkat kesukaran adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Item Soal

Indeks

Kesukaran Kategori Soal Item Soal

Indeks


(46)

1 0,90 Mudah 19 0,60 Sedang

2 0,88 Mudah 20 0,72 Mudah

3 0,59 Sedang 21 0,67 Sedang

4 0,47 Sedang 22 0,74 Mudah

5 0,93 Mudah 23 0,69 Sedang

6 0,74 Mudah 24 0,81 Mudah

7 0,83 Mudah 25 0,62 Sedang

8 0,67 Sedang 26 0,83 Mudah

9 0,60 Sedang 27 0,84 Mudah

10 0,90 Mudah 28 0,93 Mudah

11 0,60 Sedang 29 0,95 Mudah

12 0,66 Sedang 30 0,81 Mudah

13 0,91 Mudah 31 0,84 Mudah

14 0,59 Sedang 32 0,40 Sedang

15 0,64 Sedang 33 0,52 Sedang

16 0,43 Sedang 34 0,90 Mudah

17 0,40 Sedang 35 0,83 Mudah

18 0,95 Mudah

Berdasarkan hasil keseluruhan uji validitas, reliablitas, dan kualitas butir soal maka dapat disimpulkan bahwa dari 35 butir soal yang diuji coba, 28 butir soal dipilih untuk digunakan sebagai instrumen penelitian yang valid dan reliabel untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air. Soal-soal yang dipilih, lebih dahulu diperbaiki dalam hal redaksinya, kemudian disusun menjadi satu set soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Langkah pengumpulan data sangat penting dilakukan untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian. Menurut Abdurahman (2011:38) “teknik pengumpulan data

adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”.


(47)

Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis sebagai obyek yang diteliti. Prosedur yang ditempuh dalam tahapan pengumpulan data ini adalah melakukan penelitian secara langsung ke obyeknya melalui pembelajaran langsung di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dan pokok masalah dalam penelitian ini adalah melalui tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk tes objektif, lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan pendekatan Brain Based Learning, dan dokumentasi pembelajaran IPA kelas V dengan materi daur air serta Jurnal Harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pendekatan Brain Based Learning di kelas eksperimen.

1. Tes

Menurut Riduwan (2010:76) “Tes sebagai instrument pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan

pengetahuan, intelegensi atau bakat yang dimiliki individu”.

Tes pada penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kemampuan berpikir kritis siswa menurut Ennis (Prasetyani, 2012) tentang materi daur air. Aspek berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini dibatasi hanya pada keterampilan berpikir kritisi Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) yang terdiri dari aspek memfokuskan pertanyaan, menganalisis argument serta bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan. Selanjutnya keterampilan berpikir kritis Inference (membuat inferensi) yang terdiri dari aspek membuat deduksi dan memepertimbangkan hasil deduksi, membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, serta membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya.

Peneliti memilih tes sebagai alat pengumpul data yang berupa pre test dan post test. Pre test diberikan sebelum melakukan proses pembelajaran, hal tersebut untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Sedangkan post test diberikan setelah siswa melakukan pembelajaran, hal tersebut untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami terhadap materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Pemberian tes ini diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: Keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning berjalan lancar sesuai dengan tahapannya dan mendapatkan tanggapan yang positif dari siswanya

Kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 1 Linggasari Ciamis dengan menggunakan pendekatan konvensional (ceramah) berada pada kategori tinggi. Dari hasil perhitungan uji beda, menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran mengalami perubahan yang signifikan. Meskipun mengalami perubahan kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah pembelajaran secara signifikan tetapi rerata normal gain yang diperoleh berada pada kategori tidak efektif.

Selanjutnya kemampuan berpikir kritis siswa dengan pendekatan Brain Based Learning sebelum pembelajaran berada pada kategori tinggi, dan setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning berada pada kategori sangat tinggi. Dari hasil perhitungan uji beda, menunjukan bahwa pada kelas eksperimen ini kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran mengalami perubahan yang signifikan dengan kategori rerata normal gain yang cukup efektif.

Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang sigfnifikan antara siswa menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran menggunakan pendekatan Brain Based Learning tentang daur air. Hal ini dibuktikan dari hasil uji-t terhadap rerata normal gain antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hasilnya menunjukan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima

artinya ada perbedaan yang signifikan antara rerata normal gain kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Berdasarkan uji beda Independent Samples Test antara normal gain kelas kontrol dan eksperimen, menunjukkan sebagian besar


(2)

kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol. Dengan adanya perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan penggunaan pendekatan Brain Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa tentang daur air pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 1 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan Brain Based Learning terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA. Maka dari itu masih banyak kemampuan lainnya yang bisa diteliti dengan menerapkan pendekatan ini. Sehingga pendekatan Brain Based Learning dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran di kelas dan membuat siswa termotivasi untuk giat belajar.

2. Hendaknya guru mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam merangsang kemampuan otak. Salah satunya dengan pendekatan Brain Based Learning yang dapat membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, dan mampu meningkatkan motivasi, perhatian, pemahaman, makna dan ingatan

3. Untuk mengatasi situasi yang membosankan dalam pembelajaran di sekolah, pembelajaran harus disajikan semenarik mungkin dan sebaiknya guru menggunakan berbagai pendekatan, strategi, model, metode, maupun media yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa SD. Sehingga siswa dapat maksimal dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa sesuai dengan target yang diharapkan.

4. Karena keterbatasan penelitian, maka disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam agar informasi yang diperoleh lebih lengkap dan akurat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (2011). Dasar-Dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Ahmadi dan Widodo. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anderson, L.W dan Krathwohl,D.R. (2011). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Annede,A. dan Patience (2008). Strategi Pengajaran Berpikir. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Buzan, T. (2005). Brain Child Cara Pintar Membuat Anak Jadi Pintar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Darmadi, H. (2011). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Deporter, B. dan Nourie, S.S. (2003). Quantum Teaching ‘Mempraktekan

Quantum Learning di ruang kelas’ Cetakan ke-II (Diterjemahkan oleh Ary

Nilandari). Bandung: Kaifa.

Depdikbud. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Deporter, B dan Hernacki, M. (2000). Quantum Learning ‘Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan’ Cetakan ke-7 (Diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrohman). Bandung: Kaifa

Drden, G dan Vos, J. (2000). Revolusi Cara Belajar. Bandung: Kaifa.

Faisal, A dan Zulfanah. (2011). Membangkitkan Gairah Anak untuk Berprestasi. Jakarta: Alex Media Komputindo.

Fajardrajat. (2008). Penerapan Brain Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Dalam Pembelajaran System Syaraf. Skripsi MIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(4)

Fisher, I. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Golmen, D. (1998). Emotional Intellegence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hamalik, O. (2003). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru.

_______. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hassoubah, Z. I. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa.

Hatimah, I. dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Iskandarwassid dan Sunendar, D. (2010). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jensen, E. (2008). Brain Based Learning (terjemahan) Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Johnson, E. B (2007). Conteztual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung : Mizan Media Utama.

Kusumawati, (2009). Ilmu Pengetahuan Alam Salingtemas untuk Kelas V SD dan MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemn Pendidikan Nasional.

Mulyana, E. H. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Tasikmalaya: UPI.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mustaji (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://pasca.tp.ac.id/site/articles/index.html. [2 Desember 2012].

Nurhadyani, D. (2010). Penerapan Brain Based Learning dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FIP MIPA Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan


(5)

Nurramdani, H. A. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif Produktif terhadap Penguasaan Konsep Siswa Tentang Peristiwa Alam Pada Pembelajaran IPA di Kelas V Sdn 7 Ciamis Kabupaten Ciamis. Skripsi UPI Tasikmalaya : tidak diterbitkan.

Paramitasari, D. S. (2011). Cara Instan Melatih Daya Ingat. Jakarta : Agogos

Poerwadarminta, WJS. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prasetyani, R.U. (2012). Penerapan Desain Pembelajaran Prinsip Brain Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pembelajaran Matematika. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Alfabeta : Bandung.

Rizekia. (2011). Peningkatan Apresiasi Cerpen dengan Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak (Brain Based Learning). Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Russell,L. (2011). The Accelerated Learning Fieldbook. Bandung: Nusa Media.

Sadulloh, U. (2007). Pedagogik. Bandung: Cipta Utama.

Salma, Prawiradilaga,D. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Samples, Bob. (2002). Revolusi Belajar Untuk Anak. Bandung: Kaifa.

Sari, N R. (2009). Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada Pendidikan Dasar UPI Bandung : tidak diterbitkan. Tersedia : http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=589 [11 Januari 20013]

Sapa’at,A. (2009). Brain Based learning.[Online]. Tersedia:

http://matematika.upi.edu/index.php/brain-based-learning/. [11 januari 2013]


(6)

Skripsiadi, E.J. (2005). Mengubah Kejernihan Pikiran menjadi Kekuatan Kreatif. Yogyakarta: Enigma.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Subekti, I.A. (2012). Pengaruh Brain Based Learning dalam Pembelajaran Matematika terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Bangun Datar. Skripsi UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suganda, A.T. (2012). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Brain Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Prosedural Dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas X Madrasah Aliyah. Skripsi UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan

(PendekatanKuantitatif,Kualitatif, dam R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunaryo, K. W. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tim CV. Pundak Scientific. (2005). Percobaan IPA SD(SEQIP). Bandung: CV. Pundak Scientific.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Uno, H.B. (2009). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah ( Prblem based learning) terhadap Kemampuan berpikir kritis siswa

7 19 180

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh pendekatan brain based learning terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

6 65 199

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN IPA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Pengaruh Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran Ipa Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Ta’mirul Islam Surakarta Semester

0 1 14

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKATERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SMP.

1 2 34

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN-BASED LEARNING.

2 7 51

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues (SSI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pemanasan Global | Karya Tulis Ilmiah

0 4 38

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues (SSI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pemanasan Global

2 2 13

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL BRAIN BASED LEARNING

0 0 10

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS ABSTRAK - PENGGUNAAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS - rep

0 0 22