pengertian mitigasi dari blog

http://plhfaisalsriyanti.blogspot.com/2011/12/pengertian-mitigasi.html
Pengertian Mitigasi
Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar refleksi
fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air kiita.
Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tempat tiga lempeng besar dunia
bertemu, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.
Interaksi antar lempeng-lempeng tersebut lebih lanjut menempatkan Indosesia sebagai
wilayah yang memiliki aktifitas kegunungapian dan kegempaan yang cukup tinggi.
Potensi bencana alam ini telah diperparah oleh beberapa permasalahan lain yang muncul
di tanah air kita yang memicu peningkatan kerentanan. Laju pertumbuhan penduduk yang
sangat tinggi, sebagai salah satu contohnya, akan banyak membutuhkan kawasankawasan hunian baru yang pada akhirnya kawasan hunian tersebut akan terus
berkembang dan memnyebar hingga mencapai wilayah-wilayah marginal yang tidak
aman. Tidak tertib dan tepatnya tata guna lahan, sebagai inti dari permasalahan ini, adalah
faktor utama yang menyebabkan adanya peningkatan kerentanan. Peningkatan
kerentanan ini akan lebih diperparah bila aparat pemerintah maupun masyarakatnya sama
sekali tidak menyadari dan tanggap terhadap adanya potensi bencana alam di daerahnya.
Pengalaman memperlihatkan bahwa kejadian-kejadian bencana alam selama ini telah
banyak menimbulkan kerugian dan penderitaan yang cukup berat sebagai akibat dari
perpaduan bahaya alam dan kompleksitas permasalahan lainnya. Untuk itu diperlukan
upaya- upaya yang komprehensif untuk mengurangi resiko bencana alam, antara lain
dengan melakukan upaya mitigasi.

Pengertian Mitigasi
Dari latar belakang tentang bencana alam di Indonesia, mitigasi bencana merupakan
langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen
bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi dan/atau meniadakan korban
dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum
terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan/peredaman atau dikenal dengan
istilah Mitigasi.
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk
ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan
manusia (man-made disaster).
Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat
kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa dan/atau kerugian harta benda
yang akan berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk mendefenisikan
rencana atau srategi mitigasi yang tepat dan akurat, perlu dilakukan kajian resiko (risk
assessmemnt)
Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan kegiatan yang rutin dan berkelanjutan
(sustainable). Hal ini berarti bahwa kegiatan mitigasi seharusnya sudah dilakukan dalam
periode jauh-jauh hari sebelum kegiatan bencana, yang seringkali datang lebih cepat dari
waktu-waktu yang diperkirakan, dan bahkan memiliki intensitas yang lebih besar dari
yang diperkirakan

semula.
Tujuan Mitigasi

Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut :
Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk,
seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan kerusakan
sumber daya alam.
Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi serta
mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja
dengan aman (safe).
Jenis _ Jenis Mitigasi
Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam mitigasi
struktural dan mitigasi non struktural. Mitigasi struktural berhubungan dengan usahausaha pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi non struktural antara lain
meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan dengan kerentanan wilayahnya dan
memberlakukan peraturan (law enforcement) pembangunan. Dalam kaitan itu pula,
kebijakan nasional harus lebih memberikan keleluasan secara substansial kepada daerahdaerah untuk mengembangkan sistem mitigasi bencana yang dianggap paling tepat dan
paling efektif-efisien untuk daerahnya.
Mitigasi Struktural
Mitigsasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan

melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi,
seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas
gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System
yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami.
Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap
bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana
adalah bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan
tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila
bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah prosedur perancangan
struktur bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik aksi dari bencana.
Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya
tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu
peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya nonstruktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh lainnya adalah pembuatan tata
ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagaia
aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat, juga bagian ari mitigasi
ini. Ini semua dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah
rawan bencana.
Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi.
Kebijakan non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan yang bertujuan untuk

menghindari risiko yang tidak perlu dan merusak. Tentu, sebelum perlu dilakukan
identifikasi risiko terlebih dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses identifikasi dan
evaluasi tentang kemungkinan terjadinya bencana dan dampak yang mungkin
ditimbulkannya.
Kebijakan mitigasi baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat non struktural
harus saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Pemanfaatan teknologi untuk

memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu bencana harus
diimbangi dengan penciptaan dan penegakan perangkat peraturan yang memadai yang
didukung oleh rencana tata ruang yang sesuai. Sering terjadinya peristiwa banjir dan
tanah longsor pada musim hujan dan kekeringan di beberapa tempat di Indonesia pada
musim kemarau sebagian besar diakibatkan oleh lemahnya penegakan hukum dan
pemanfaatan tata ruang wilayah yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar.
Teknologi yang digunakan untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko
terjadinya suatu bencana pun harus diusahakan agar tidak mengganggu keseimbangan
lingkungan di masa depan.
Asas dan Prinsip Dasar
Secara umum, Kebijaksanaan Penanggulangan Bencana di Indonesia didasarkan pada
asas-asas sebagai berikut :
1. Kebersamaan dan kesukarelaan

2. Koordinasi dan Intergrasi
3. Kemandirian
4. Cepat dan tepat
5. Prioritas
6. Kesiapsiagaan
7. Kesemestaan
Dalam penyusunan strategi nasional mengenai mitigasi bencana terdapat beberapa prinsip
yang harus dipertimbangkan untuk dijadikan dasar penyusunan kebijaksanaan. Sebagai
contoh beberapa prinsip yang digunakan Federal Emergency Management Agency
(FEMA) dalam konteks Indonesia dapat digunakan, yaitu
Langkah/kegiatan untuk mengurangi dampak/resiko dari bencana:
Diutamakan untuk keberhasilan ekonomi jangka panjang secara keseluruhan
Sejalan (compatible) dengan bencana lain
Dievaluasi agar diperoleh hasil terbaik
Sejalan dengan bencana teknologi
Bersifat lokal
Penekanan pada mitigasi pro-aktif, sebelum tanggap-darurat
Identifikasi bahaya (Hazard Identification) dan penilaian resiko (Risk Assesment)
Kerjasama pemerintah, baik pusat maupun daerah, dengan pihak swasta
Sejalan dengan perlindungan/pelestarian sumberdaya alam/lingkungan

Pihak yang memilih untuk memperkirakan resiko yang lebih besar harus
bertanggungjawab atas pilihan tersebut
Beberapa pertimbangan dalam menyusun program mitigasi, khususnya di Indonesia
adalah :
Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan
Fokus bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan, tenaga kerja,
perumahan dan kebutuhan dasar lainnya
Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas masyarakat untuk
membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun sendiri
Menggunakan sumber daya dan dana lokal (sesuai prinsip desentralisasi)

Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan masyarakat
tidak mampu, dan pilihan subsidi biaya tambahan membangun rumah
Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman
Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di daerah yang
rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun implikasi politik
Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat