PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK : Survei pada KPP Pratama Bandung Cibeunying dilihat dari Persepsi Wajib Pajak.

(1)

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Survei pada KPP Pratama Bandung Cibeunying dilihat dari Persepsi Wajib Pajak)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

DEWI ALVIANTI RAHMAH NIM.0808406

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2012


(2)

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Survei pada KPP Pratama Bandung Cibeunying dilihat dari Persepsi Wajib Pajak)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

DEWI ALVIANTI RAHMAH NIM.0808406

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2012


(3)

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Survei pada KPP Pratama Bandung Cibeunying dilihat dari Persepsi Wajib Pajak)

Dewi Alvianti Rahmah

Pembimbing I: Dr. H. Nugraha, S.E, M.Si, Ak Pembimbing II: Arvian Triantoro, S.Pd, M.Si

ABSTRAK

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak telah meluncurkan program reformasi administrasi perpajakan dengan diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern yang merupakan salah satu agenda utama dalam blue print Kebijakan DJP. Sejalan dengan hal tersebut, dibentuklah Kantor Wilayah dan KPP Pratama yang secara khusus menangani administrasi perpajakan wajib pajak berdasarkan wilayah dan kedudukan wajib pajak dalam suatu KPP Pratama. Dengan diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan sukarela dari wajib pajak.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode kausal melalui penelitian survei yang dilakukan pada 100 responden Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada pada wilayah kerja KPP Pratama Bandung Cibeunying, dengan teknik pengambilan sampel secara acak. Identifikasi masalah dianalisis dengan menggunakan parameter statistik (SPSS) diantaranya adalah persamaan regresi linier berganda, koefisien determinasi, Uji F dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem administrasi perpajakan modern di KPP Pratama Bandung Cibeunying sudah berjalan dengan baik, begitupun dengan tingkat kepatuhan WPOP di KPP Pratama Bandung Cibeunying sudah menunjukkan kepatuhan yang tinggi. Secara parsial, subvariabel restrukturisasi organisasi (X1) dan pelaksanaan good governance (X4) berpengaruh

signifikan terhadap variabel kepatuhan Wajib Pajak (Y), sedangkan subvariabel penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi (X2) dan penyempurnaan manajemen SDM (X3) tidak berpengaruh

signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak (Y). Adapun secara simultan, penerapan sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Keempat subvariabel Sistem Administrasi Perpajakan Modern hanya memiliki variabilitas sebesar 12,8% terhadap kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Cibeunying, sedangkan sisanya yaitu 87,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

Kata Kunci: Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Restrukturisasi Organisasi,

Penyempurnaan Proses Bisnis melalui Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan Informasi, Penyempurnaan Manajemen Sumber Daya Manusia, Pelaksanaan Good Governance, Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak


(4)

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE EFFECT OF MODERN TAXES ADMINISTRATION

SYSTEM IMPLEMENTATION TOWARD TAXPAYERS’ LEVEL

OF COMPLIANCE

(Survey at KPP Pratama Bandung Cibeunying from Taxpayers’ Perspectives)

Dewi Alvianti Rahmah

1st Advisor Lecturer : Dr. H. Nugraha, S.E, M.Si, Ak

2nd Advisor Lecturer : Arvian Triantoro, S.Pd, M.Si

ABSTRACT

Since 2002, Taxes General Directorate has launched the program of taxes administration reform which applies modern taxes administration system which is one of main agendas in Taxes General Directorate blue print. In line with it, the Regional and Small Taxpayers’ Office are formed to handle taxpayers’ taxes administration based on the taxpayers’ region and domicile in KPP Pratama. By applying the modern system of taxes administration, it is hoped that it can improve the taxpayers’ self compliance.

This research using descriptive method and causal method, through the survey research who is tested to 100 taxpayers’ respondents which are located in KPP Pratama region Bandung Cibeunying,by using simple random sampling technique. The problem is identified through statistic parameter (SPSS) including similarity of double linier regression, determinate coefficient, F test and t test.

The result of the research shows that the implementation of modern taxes administration system in KPP Pratama Bandung Cibeunying has been applied effectively as well as the taxpayers’ level of compliance has showed high compliance. Partially, the organization reconstruction sub variable (X1) and the

good governance implementation (X4) have significant effects on the taxpayers’

compliance variable (Y), whereas business process consummation through the utilization of information and communication technology (X2) and consummation

of human resource management (X3) have not significant effects on the taxpayers’

compliance variable (Y). Simultaneously, the implementation of modern taxes administration system has significant effect on taxpayers’ level of compliance. The four sub variables of modern taxes administration system have 12,8% variability toward taxpayers’ level of compliance in KPP Pratama Bandung Cibeunying, while the rest or 87,2 % variability is described on other variables out of research model.

Key words: Modern Taxes Administration System, The Organization

reconstruction, Business Process Consummation through the Utilization of Information and Communication Technology, Consummation of Human Resource Management, Good Governance Implementation, Taxpayers’ Level of Compliance


(5)

vi

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori yang Relevan ... 13

2.1.1 Perpajakan ... 14

2.1.1.1 Definisi Pajak ... 15

2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 13

2.1.1.3 Syarat Pemungutan Pajak ... 14

2.1.1.4 Pengelompokkan Pajak ... 16

2.1.1.5 Sistem Perpajakan ... 16

2.1.2 Reformasi Perpajakan ... 17

2.1.2.1 Reformasi Administrasi Perpajakan ... 18

2.1.2.1.1 Definisi Administrasi... 18

2.1.2.1.2 Istilah Administrasi Perpajakan ... 19

2.1.2.1.3 Istilah Reformasi Administrasi Perpajakan ... 20


(6)

vii

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.3.1 Definisi Sistem Administrasi Perpajakan Modern ... 21

2.1.3.2 Konsep dan Tujuan Sistem Administrasi ... Perpajakan Modern ... 22

2.1.3.3 Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ... 25

2.1.4 Kepatuhan Wajib Pajak ... 30

2.1.4.1 Dasar-Dasar Kepatuhan ... 30

2.1.4.2 Definisi Kepatuhan Wajib Pajak ... 31

2.1.4.3 Jenis-Jenis Kepatuhan Wajib Pajak ... 32

2.4.4.4 Konsep Kepatuhan Wajib Pajak ... 35

2.1.4.5 Manfaat Predikat Wajib Pajak Patuh ... 35

2.1.5 Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Moden ... terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 37

2.1.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 41

2.2Kerangka Pemikiran ... 42

2.3Hipotesis Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 50

3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 51

3.2.1 Definisi Variabel ... 51

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 55

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 57

3.3.1 Populasi Penelitian ... 57

3.3.2 Sampel Penelitian ... 58

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.5 Uji Kualitas Data ... 62

3.5.1 Uji Validitas... 62

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 63


(7)

viii

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.7 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 67

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 67

3.7.2 Menentukan Persamaan Regresi Linier Berganda ... 70

3.7.3 Uji Koefisien Determinasi ... 71

3.7.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 71

3.7.5 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 75

4.1.1 Gambaran Objek Penelitian ... 75

4.1.1.1 Sekilas Tentang Kantor Pelayanan Pajak ... 75

4.1.1.2 Gambaran Umum KPP Pratama Bandung Cibeunying ... 76

4.1.1.3 Visi dan Misi KPP Pratama Bandung Cibeunying ... 78

4.1.1.4 Motto Pelayanan KPP Pratama Bandung Cibeunying .... 79

4.1.1.5 Deskripsi Pembagian Tugas per Seksi (Job Description)79 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 82

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 82

4.2.2 Pengujian Kualitas Data ... 83

4.2.2.1 Pengujian Validitas ... 83

4.2.2.2 Pengujian Reliabilitas ... 85

4.2.3 Deskripsi Data Variabel ... 85

4.2.3.1 Deskripsi Data Variabel X1 ... 86

4.2.3.2 Deskripsi Data Variabel X2 ... 90

4.2.3.3 Deskripsi Data Variabel X3 ... 94

4.2.3.4 Deskripsi Data Variabel X4 ... 98

4.2.3.5 Deskripsi Data Variabel Y... 102

4.2.3.6 Deskripsi Penerapan Sistem Administrasi ... Perpajakan Modern pada KPP Pratama ... Bandung Cibeunying ... 108


(8)

ix

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2.3.7 Deskripsi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak pada ...

KPP Pratama Bandung Cibeunying... 111

4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 113

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 113

4.3.2 Menentukan Persamaan Regresi Linier Berganda ... 116

4.3.3 Uji Koefisien Deteminasi ... 118

4.3.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 119

4.3.5 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 120

4.3.5.1 Pengaruh Restrukturisasi Organisasi (X1) ... terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ... 120

4.3.5.2 Pengaruh Penyempurnaan Proses Bisnis Melalui ... Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan Informasi (X2) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ... 121

4.3.5.3 Pengaruh Penyempurnaan Manajemen SDM (X3) ... terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ... 122

4.3.5.4 Pengaruh Pelaksanaan Good Governance (X4) ... terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ... 122

4.3.6 Uji Signifikansi dengan Metode Trimming ... 123

4.3.6.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) dengan ... Metode Trimming ... 123

4.3.6.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) dengan ... Metode Trimming ... 125

4.3.7 Menentukan Persamaan Regresi Linier Berganda (Trimming).. 125

4.3.8 Uji Koefisien Determinasi (Trimming) ... 126

4.4 Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ... terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak pada ... KPP Pratama Bandung Cibeunying ... 127


(9)

x

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 131 5.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

xi

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ringkasan APBN tahun 2005-20102 (dalam miliar rupiah)... 2

Tabel 1.2 Perkembangan Penerimaan Perpajakan Periode 2008-2010 ... (dalam milyar rupiah) ... 2

Tabel 1.3 Perkembangan PPh Wajib Pajak Badan dan WPOP Tahun 2008-2010... (dalam milyar rupiah) ... 3

Tabel 1.4 Rasio Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaporkan SPT... Tahun Pajak 2008-2012 pada KPP Pratama Bandung ... 5

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 41

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 56

Tabel 3.2 Scoring Opsi Jawaban Kuesioner ... 61

Tabel 3.3 Pengklasifikasian untuk Setiap Item Pernyataan ... 66

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai dalam Tiap Seksi ... 80

Tabel 4.2 Karakteristik Responden ... 81

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel X1 ... 82

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel X2 ... 83

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel X3 ... 83

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel X4 ... 83

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 83

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 84

Tabel 4.9 Adanya pembagian fungsi (tugas) yang jelas pada KPP ... (fungsi pelayanan, pemeriksaan, penagihan, dll) ... 85

Tabel 4.10 KPP lebih mengedepankan pelayanan secara lebih sistematis ... dan fleksibel... 86

Tabel 4.11 Account Representative (AR) memberikan bimbingan/konsultasi ... perpajakan kepada Wajib Pajak... 86


(11)

xii

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.13 Melakukan pelayanan perpajakan secara lebih komunikatif ... 87

Tabel 4.14 Melakukan pemeriksaan pajak secara teratur ... 88

Tabel 4.15 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai ... Restrukturisasi Organisasi (Variabel X1) ... 88

Tabel 4.16 Kriteria Pengklasifikasian Variabel X1,X2,X3 ... 90

Tabel 4.17 Prosedur administrasi/birokrasi tidak berbelit-belit ... 91

Tabel 4.18 Adanya penyederhanaan prosedur administrasi perpajakan ... 91

Tabel 4.19 Proses administrasi perpajakan berjalan cepat dan mudah... 92

Tabel 4.20 Memproses data administrasi perpajakan melalui komputerisasi ... 92

Tabel 4.21 Menyediakan fasilitas secara online dalam ... melaksanakan kewajiban perpajakan ... 93

Tabel 4.22 Adanya monitoring langsung dari pihak KPP dalam ... penanganan perpajakan ... 93

Tabel 4.23 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai ... Penyempurnaan Proses Bisnis Melalui Pemanfaatan Teknologi ... 94

Komunikasi dan Informasi (Variabel X2)... Tabel 4.24 AR memiliki kehandalan dalam mengatasi masalah Wajib Pajak ... 95

Tabel 4.25 AR memberikan bantuan pada Wajib Pajak dalam memperoleh ... penegasan dan konfirmasi masalah perpajakan ... 95

Tabel 4.26 Aparatur KPP bekerja dengan cepat dalam ... mengakses laporan perpajakan ... 96

Tabel 4.27 Aparatur KPP tanggap dan cekatan dalam menangani ... masalah Wajib Pajak ... 96

Tabel 4.28 Aparatur KPP bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan ... 97

Tabel 4.29 Aparatur KPP memberikan informasi yang jelas, lengkap, ... dan benar mengenai hak dan kewajian Wajib Pajak ... 97

Tabel 4.30 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Penyempurnaan ... Manajemen Sumber Daya Manusia (Variabel X3) ... 98


(12)

xiii

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.32 Aparatur KPP memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya... 99

Tabel 4.33 Complaint Centre menampung keluhan Wajib Pajak ... 100

Tabel 4.34 Help Desk memudahkan informasi yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak .. 100

Tabel 4.35 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Pelaksanaan ... Good Governance (Variabel X4) ... 101

Tabel 4.36 Kriteria Pengklasifikasian Variabel X4 ... 101

Tabel 4.37 Kesadaran untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak ... 102

Tabel 4.38 Tidak pernah terlambat melaporkan SPT setiap tahun/masa pajak ... 103

Tabel 4.39 Melaporkan SPT setiap tahun/masa pajak ... 103

Tabel 4.40 Menyetor pajak terutang setiap tahun/masa pajak... 104

Tabel 4.41 Menghitung pajak terutang dengan baik dan benar ... 104

Tabel 4.42 Menyetor pajak terutang dengan tepat waktu ... 105

Tabel 4.43 Membayar tunggakan pajak dengan tepat waktu ... 106

Tabel 4.44 Mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas ... 106

Tabel 4.45 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai... Kepatuhan Wajib Pajak (Variabel Y) ... 107

Tabel 4.46 Kriteria Pengklasifikasian Variabel Y ... 108

Tabel 4.47 Hasil Uji Linieritas ... 114

Tabel 4.48 Hasil Uji Multikolinearitas ... 115

Tabel 4.49 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda ... 116

Tabel 4.50 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 118

Tabel 4.51 Hasil Uji F ... 119

Tabel 4.52 Hasil Uji t ... 120

Tabel 4.53 Hasil Uji F (Trimming) ... 124

Tabel 4,54 Hasil Uji t (Trimming) ... 125

Tabel 4.55 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda (Trimming)... 126


(13)

xiv

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Rasio Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 5

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 47

Gambar 2.2 Hubungan Variabel ... 48

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 114

Gambar 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 116


(14)

xv

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cibeunying Lampiran II Sebaran Butir Jawaban Responden

Lampiran III (Hasil Output SPSS 20.0 for Windows) Hasil Uji Validitas

Hasil Uji Reliabilitas Lampiran IV Hasil Uji Asumsi Klasik

Lampiran V Hasil Uji Koefisien Determinasi Hasil Uji F

Hasil Uji t

Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda Lampiran VI Operasionalisasi Variabel

Lampiran VII Kuesioner

Lampiran VIII Kuesioner Hasil Jawaban Responden

Lampiran IX Surat Izin Penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia Lampiran X Surat Izin Penelitian dari Kanwil DJP Jawa Barat I

Lampiran XI Tabel r Lampiran XII Tabel F Lampiran XIII Tabel t

Lampiran XIV Frekuensi Bimbingan


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat luas. Sebagai sumber penerimaan yang berasal dari dalam negeri, pajak memiliki potensi yang besar untuk ditingkatkan. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berupaya mengoptimalkan penerimaan pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pajak, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Di sisi lain, pajak bukan hanya sebatas iuran wajib tetapi juga merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional.

Kegiatan pemerintah dalam pembangunan nasional senantiasa meningkat dari tahun ke tahun, hal ini berpengaruh pada kebutuhan anggaran belanja Negara. Tabel 1.1 menunjukkan anggaran belanja Negara Indonesia dalam 6 (enam) tahun terakhir meningkat tajam, dari 509,6324 triliun rupiah pada tahun 2005 menjadi hampir dua kali lipat pada tahun 2010, yaitu 1.009,4857 triliun rupiah. Semakin meningkat jumlah anggaran belanja Negara maka membutuhkan sumber penerimaan yang semakin besar pula. Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar kebutuhan untuk membiayai anggaran belanja diperoleh dari penerimaan dalam negeri, yaitu penerimaan pajak.


(16)

2

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.1

Ringkasan APBN Tahun 2005-2010 (dalam milyar rupiah)

Komponen APBN

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat (LKPP)

LKPP LKPP LKPP

RAPBN-Perubahan RAPBN

A. Pendapatan Negara dan Hibah

495.224,2 637.987,2 707.806,1 985.609,4 872.631,8 911.475,8

I. Penerimaan

Dalam Negeri 493.919,4 636.153,1 706.108,3 979.305,4 871.640,2 910.054,3

1. Penerimaan

Perpajakan 347.031,1 409.203,0 490.988,6 658.700,8 652.121,9 729.165,2

2. Penerimaan

Negara NonPajak 146.888,3 226.950,1 215.119,7 320.604,6 219.518,3 180.889,0 II. Hibah 1.304,8 1.834,1 1.697,7 2.304,0 991,6 1.412,5

B. Belanja Negara 509.632,4 667.128,7 757.649,9 985.730,7 1.005.673,6 1.009.485,7 I. Belanja

Pemerintah Pusat 361.155,2 440.032,0 504.623,3 693.355,9 696.101,4 699.688,1 II. Transfer ke

Daerah 150.463,9 226.179,9 253.263,2 292.433,5 309.572,3 309.797,6 III.Suspen (1.986,7) 916,8 (236,5) (58,7) 0,0 0,0 Sumber: Kementrian Keuangan: Data Pokok APBN 2005-2010 (dalam Siahaan, 2010: 4)

Sedangkan pada tabel 1.2 berikut menunjukkan perkembangan realisasi penerimaan pajak dari tahun 2008-2010.

Tabel 1.2

Perkembangan Penerimaan Perpajakan Periode 2008-2010 (dalam milyar rupiah)

Uraian 2008 2009 2010

Kontribusi terhadap Total Pajak (%) 2008 2009 2010 A.Pajak dalam Negeri 622.359 681.252 728.768 94,4 96,9 97,8

PPh 327.478 317.615 362.219 49,7 51,2 48,7 PPN 200.647 193.067 202.063 31,8 31,1 31,4 PBB 23.334 24.270 25.319 3,8 3,9 3,6 BPHTB 5.573 6.465 7.156 0,8 1,0 1,0 Beacukai 31.252 36.719 39.266 7,8 9,1 8,0 Pajak Lainnya 3.015 3.116 3.842 0,5 0,5 0,5 B. Pajak Perdagangan Internasional 36.942 18.670 22.561 5,6 3,6 3,6 C. Total Penerimaan Pajak 659.301 619.912 743.326 100 100 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia


(17)

3

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Meningkatnya jumlah penerimaan pajak ditandai dengan meningkatnya jumlah penerimaan keseluruhan jenis pajak terutama penerimaan PPh yang merupakan kontributor utama dalam penerimaan pajak dalam negeri. Namun demikian jika dianalisis lebih lanjut, pada tahun 2010 penerimaan PPh mengalami penurunan dari 51,2% menjadi 48,7%. Penurunan kontribusi PPh diduga akibat dari fluktuasinya penerimaan PPh Badan dan PPh WPOP yang merupakan komponen utama dari penerimaan PPh. Berdasarkan data dari Dirjen Pajak (2011), realisasi penerimaan PPh dari Wajib Pajak Badan mencapai 253.553 milyar rupiah sedangkan dari WPOP hanya sebesar 108.666 milyar rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3

Perkembangan PPh Wajib Pajak Badan dan WPOP Tahun 2008-2010 (dalam milyar rupiah)

Tahun PPh Badan PPh Orang

Pribadi

Kontribusi terhadap Penerimaan PPh (%) PPh Wajib

Pajak Badan PPh WPOP

2008 229.249 98.249 70,0 30,0

2009 219.154 100.049 68,5 31,5

2010 249.931 112.288 69,0 31,0

Sumber: Dirjen Pajak (2011)

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa penerimaan PPh masih didominasi dari Wajib Pajak Badan, sementara WPOP masih relatif kecil. Oleh karena itu, perlu upaya lebih lanjut dalam meningkatkan optimalisasi PPh yang berasal dari WPOP.

Dalam pelaksanaan tugasnya, DJP masih menemukan berbagai kendala, baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi internal yaitu dilihat dari strukturisasi DJP beserta proseduralnya, sedangkan dari sisi eksternal yaitu dilihat


(18)

4

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari kepatuhan sukarela para Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung sistem pemungutan pajak self assessment, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakannya dengan menghitung, menyetor, kemudian melaporkan pajak terutangnya tersebut. Menurut Norman D. Nowak (dalam Rahayu, 2010: 138) bahwa

Kepatuhan Wajib Pajak sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana: 1) Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; 2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas; 3) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar; 4) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Berdasarkan pernyataan Dirjen Pajak, masyarakat cenderung hanya mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak tetapi enggan dalam melaporkan SPT, sehingga total dari semua pajak terutang yang seharusnya disetor oleh Wajib Pajak menjadi tidak sesuai dengan target penerimaan pajak.

Dirjen Pajak (dalam www.pajak.com) menyatakan bahwa “semakin tinggi tingkat rasio penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan menunjukkan semakin meningkatnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak”. Adanya pernyataan tersebut dikarenakan dalam melakukan kewajiban perpajakan, dilakukan penyetoran pajak terutangnya terlebih dahulu baru melakukan pelaporan SPT, sehingga Wajib Pajak yang melapor SPT sudah dipastikan bahwa dirinya sudah menyetor pajak terutang dan dinyatakan patuh.

Berikut ini adalah data rasio tingkat kepatuhan pelaporan SPT WPOP pada KPP Pratama Bandung pada tahun pajak 2008-2011.


(19)

5

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.3

Rasio Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaporkan SPT Tahun Pajak 2008-2012 pada KPP Pratama Bandung

Tahun Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (%)

Bojonagara Cibeunying Cicadas Karees

2008 35% 60% 56% 57%

2009 32% 51% 51% 37%

2010 35% 37% 58% 82%

2011 52% 33% 21% 57%

Sumber: Data diolah dari KPP Pratama Bandung(2012)

Untuk lebih jelasnya, dapat terlihat pada gambar 1.1 yang menunjukkan rasio tingkat kepatuhan WP pada KPP Pratama Bandung Tahun Pajak 2008-2011.

Sumber: Data diolah dari KPP Pratama Bandung(2012)

Gambar 1.1

Grafik Rasio Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan gambar 1.1, peneliti menentukan untuk memilih meneliti pada KPP Pratama Bandung Cibeunying, dikarenakan rasio tingkat kepatuhannya semakin menurun tiap tahunnya. Adapun pertimbangan lainnya yaitu wilayah Cibeunying merupakan wilayah yang terluas di daerah Bandung sehingga dapat mewakili seluruh Wajib Pajak di Bandung dan wilayah Cibeunying didominasi oleh orang-orang yang berada pada kalangan menengah ke bawah. KPP Pratama

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

2008 2009 2010 2011

Bojonagara Cibeunying Cicadas Karees


(20)

6

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cibeunying merupakan instansi vertikal Departemen Keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kanwil DJP Jawa Barat I. Berdasarkan data dari KPP Pratama Cibeunying, realisasi penerimaan PPh WPOP dalam kurun waktu dua tahun terakhir penurunan tingkat pertumbuhan, yakni dari 8,3% di tahun 2008 menjadi -2,5% di tahun 2009. Penurunan realisasi penerimaan PPh WPOP tersebut diduga sebagai akibat dari belum optimalnya implementasi dari sistem administrasi perpajakan modern yang dilakukan. Wajib Pajak merupakan faktor utama yang menentukan sukses atau tidaknya kegiatan pemungutan dan pengumpulan pajak, oleh karena itu eksistensinya harus mendapatkan tempat yang paling terhormat, mendapatkan pelayanan yang terbaik, kebutuhannya akan kemudahan, kenyamanan, dan kepastian hukum harus dijamin. Wajib Pajak merasa menemui hambatan dalam proses pelayanan yang diberikan aparatur pajak, petugas yang lamban, berbelit-belit, menunggu terlalu lama, dan lain sebagainya yang menimbulkan adanya keluhan dan enggannya mereka menyelesaikan urusan kewajiban perpajakannya, dan pada gilirannya berakibat pada tumbuhnya sikap tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

Tidak sedikit pula penyebab ketidakpatuhan tersebut dipengaruhi oleh merebaknya kasus praktik korupsi pajak yang menimbulkan citra negatif bagi DJP. Hal ini ditegaskan pula dari jajak pendapat Fokus Kompas yang dimuat pada Harian Kompas tanggal 26 November 2005, berdasarkan pendapat responden sebanyak 55% yang menilai buruknya citra pegawai pajak, dan hanya 27,7% responden yang menilai positif. Dengan citra yang negatif tersebut dimungkinkan


(21)

7

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pajak sehingga menimbulkan keengganan dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan (tidak patuh).

Dalam rangka memperbaiki citra DJP, Menteri Keuangan menjelaskan tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu melakukan pemisahan antara perumusan kebijakan dan pelaksanaan perpajakan, modernisasi organisasi internal Kantor Pusat dan Kanwil di daerah dengan fokus pembenahan administrasi dan aparat pajak, serta penggunaan semaksimal mungkin teknologi dalam rangka pelayanan (Kompas Cybermedia, 2010).

Kondisi sistem administrasi perpajakan suatu Negara dari tahun ke tahun terus mengalami perbaikan seiring perkembangan zaman, mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi Negara serta masyarakatnya. Program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern, dimana ketentuan, prosedur, dan aktivitas perpajakan terus diarahkan untuk peningkatan pelayanan agar menjadi business friendly bagi masyarakat sehingga sistem administrasi perpajakan menjadi lebih baik dan mudah dipahami bukan hanya oleh fiskus pajak tetapi juga oleh Wajib Pajak.

Dalam struktur perpajakan modern dibentuk kebijakan Account

Representative (AR) sebagai perantara antara KPP dengan Wajib Pajak yang

bertanggung jawab memberikan informasi perpajakan dan konsultasi teknis perpajakan kepada setiap Wajib Pajak serta melakukan pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Dengan adanya AR diharapkan ada respon yang efektif terkait dengan permasalahan yang dihadapi oleh Wajib Pajak serta memastikan


(22)

8

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa setiap hak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dapat terpenuhi secara transparan.

Selain itu, sistem administrasi perpajakan modern juga menerapkan kemajuan teknologi terbaru dengan diterapkannya e-system. Penggunaan teknologi tersebut untuk memperkecil praktek KKN atau suap di DJP karena Wajib Pajak tidak perlu bertemu langsung dengan fiskus pajak. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan, dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu, yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan.

Berdasarkan pernyataan Dirjen Pajak (dalam www.iyaa.com), dengan adanya modernisasi sistem administrasi perpajakan membuat jumlah Wajib Pajak pribadi juga meningkat tiap tahunnya. 2,64 juta pada 2004 dan di 2009 mencapai 11 juta lebih Wajib Pajak. Sementara jumlah Wajib Pajak Badan pada 2004 tercatat 1 juta perusahaan dan di 2009 mencapai hampir 2 juta perusahaan. Untuk itu, upaya DJP dalam memperbaiki administrasi perpajakan menjadi lebih modern yang mengikuti perkembangan zaman, diharapkan dapat mendorong kepatuhan Wajib Pajak menjadi lebih meningkat. Dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern mencakup beberapa program yang membentuk 3 hal utama, yaitu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan, meningkatkan produktivitas aparat perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan perpajakan.


(23)

9

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Beberapa penelitian terdahulu yang diantaranya dilakukan oleh Wulanningsih Arum Pribadi (2010), meneliti pengaruh modernisasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak, modernisasi administrasi perpajakan yang terbagi menjadi 4 (empat) subvariabel, yaitu restrukturisasi organisasi, penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, penyempurnaan manajemen SDM, dan pelaksanaan good governance. Penelitian dilakukan pada KPP Pratama Tanjung Priok dengan responden Wajib Pajak Orang Pribadi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial, subvariabel modernisasi good governance, modernisasi struktur organisasi, sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap variabel kepatuhan Wajib Pajak. Sedangkan modernisasi proses bisnis tidak berpengaruh terhadap variabel kepatuhan Wajib Pajak.

Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Riza Sukma Permana (2009), meneliti modernisasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak, dengan satu variabel independen. Penelitiannya dilaksanakan pada KPP Pratama Setiabudi I Jakarta dengan responden pegawai pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modernisasi administrasi perpajakan di KPP Pratama Setiabudi I Jakarta memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Begitupun penelitian dengan judul sejenis yang dilakukan oleh Olbin Waterlan Siagian (2011) dengan responden pegawai pajak dan Neng Beti Royanti (2010) dengan responden Wajib Pajak, hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh modernisasi administrasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.


(24)

10

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. (Survei pada KPP Pratama Bandung Cibeunying dilihat dari Persepsi Wajib Pajak)”.

Dalam penelitian ini, penulis mengangkat permasalahan dari keempat subvariabel penerapan sistem administrasi perpajakan modern, dengan responden Wajib Pajak Orang Pribadi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

2. Bagaimana deskripsi tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

3. Bagaimana pengaruh restrukturisasi organisasi terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

4. Bagaimana pengaruh penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

5. Bagaimana pengaruh penyempurnaan manajemen sumber daya manusia terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying


(25)

11

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Bagaimana pengaruh pelaksanaan good governance terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

7. Bagaimana pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai penerapan sistem administrasi perpajakan modern dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying serta untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui deskripsi penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

2. Mengetahui deskripsi tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

3. Mengetahui pengaruh restrukturisasi organisasi terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

4. Mengetahui pengaruh penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying


(26)

12

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Mengetahui pengaruh penyempurnaan manajemen sumber daya manusia terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

6. Mengetahui pengaruh pelaksanaan good governance terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

7. Mengetahui pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi literatur dalam menambah pengetahuan mengenai perkembangan perpajakan, serta dapat memberikan penguatan ataukah penolakan pada paradigma perpajakan yang berkembang di masyarakat.

2. Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan perbaikan sistem administrasi perpajakan , peningkatan integritas dan produktivitas fiskus pajak agar masyarakat lebih meningkatkan kepercayaannya terhadap administrasi perpajakan sehingga memandang pajak bukan sebagai beban kuantitatif, tetapi menjadi suatu kewajiban partisipatif.


(27)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Menurut Hasan (2002: 31), “Desain penelitian adalah kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna mengumpulkan, mengukur, dan melakukan analisis data sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian”. Jadi, desain penelitian mencakup langkah-langkah yang digunakan dalam suatu penelitian sehingga didapatkan hasil dan kesimpulan penelitian. Untuk rumusan masalah pertama dan kedua menggunakan metode penelitian deskriptif untuk menggambarkan dan menjelaskan distribusi data yang diperoleh dari responden Wajib Pajak, sedangkan untuk rumusan masalah ketiga hingga terakhir menggunakan metode penelitian kausal untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian survei dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah Wajib Pajak Orang Pribadi. Menurut Nazir (1999:65), “Penelitian survei adalah penyidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah”.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan penerapan sistem administrasi perpajakan modern dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP


(28)

51

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pratama Bandung Cibeunying, serta menjelaskan hubungan kausal antara variabel independen dan variabel dependen melalui pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik.

3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel 3.2.1 Definisi Variabel

Menurut Sugiyono (2009:59), “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.” Jadi dalam mempelajari objek penelitian, diperlukan penjelasan terlebih dahulu dari setiap variabel penelitian sehingga dapat diukur dan dioperasionalkan dalam penelitian.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur pengaruh dari penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang dilihat dari persepsi Wajib Pajak dengan menggunakan metode survei. Kedua variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Independen/Variabel Bebas (X)

Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi. Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah penerapan sistem administrasi perpajakan modern. Sistem administrasi perpajakan modern adalah proses pembaharuan dalam bidang administrasi perpajakan yang dilakukan secara komprehensif dengan tujuan mencapai tingkat


(29)

52

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepatuhan perpajakan yang tinggi serta dapat membentuk citra yang baik dengan memperoleh kepercayaan masyarakat yang tinggi.

Modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada dasarnya meliputi: a) Restrukturisasi organisasi; b) Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi; c) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia; d) Pelaksanaan good governance. Berikut ini adalah penjelasannya:

a) Restrukturisasi organisasi (X1)

Implementasi konsep modernisasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, adalah struktur organisasi DJP perlu diubah, baik di level kantor pusat maupun di level kantor operasional. (i) Job desk Kantor Pusat

Struktur Kantor Pusat DJP (KP DJP) ikut disesuaikan berdasarkan fungsi agar sesuai dengan unit vertikal di bawahnya..

(ii)Job desk Kantor Operasioanal

Kantor Operasional perlu diubah sebagai pelaksana implementasi kebijakan, yaitu dengan cara memudahkan Wajib Pajak dengan cukup datang ke satu kantor saja untuk menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya, struktur berbasis fungsi diterapkan pada KPP dengan sistem administrasi modern untuk dapat merealisasikan debirokratis pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap Wajib Pajak secara sistematis, khusus di kantor operasional terdapat posisi baru yang disebut AR, untuk


(30)

53

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan rasa keadilan bagi wajib pajak seluruh penanganan keberatan dilakukan dilakukan oleh Kantor Wilayah yang merupakan unit vertikal diatas KPP yang menerbitkan surat ketetapan pajak sebagai hasil dari pemeriksaan.

b)Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi (X2)

Langkah awal perbaikan proses bisnis adalah penulisan dan dokumentasi yang melalui :

(i) Perbaikan proses bisnis dilakukan dengan penerapan e-system dengan dibukanya fasilitas filing, SPT, payment, e-registration.

(ii) Untuk sistem administrasi internal saat ini terus dilakukan pengembangan dan penyempurnaan Sistem Informasi DJP (SIDJP). c) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia (X3)

Langkah perbaikan dalam bidang SDM yaitu :

(i) Seluruh jabatan harus dievaluasi dan dianalisis untuk selanjutnya ditentukan job grade dari masing-masing jabatan tersebut.

(ii)Beban kerja dari masing-masing jabatan tersebut dianalisis yang kemudian dikaitkan juga dengan pengembangan sistem pengukuran kinerja masing-masing pegawai.

d)Pelaksanaan good governance

DJP dengan program modernisasi senantiasa berupaya menerapkan prinsip-prinsip good governance berupa :


(31)

54

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(i) Pembuatan dan penegakan kode etik pegawai yang secara tegas mencantumkan kewajiban dan larangan bagi para pegawai DJP dalam pelaksanaan tugasnya, termasuk sanksi-sanksi bagi setiap pelanggaran kode etik pegawai.

(ii)Pemerintah telah menyediakan berbagai saluran pengaduan yang sifatnya indepeden untuk menangani pelanggaran atau penyelewengan dibidang perpajakan.

(iii)Pembentukan complience center dimasing-masing Kanwil modern untuk menampung keluhan WP merupakan bukti komitmen DJP untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada WP sekaligus pengawasan bagi internal DJP.

2. Variabel Dependen/Variabel Terikat (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan perpajakan. Terdapat dua macam kepatuhan, yaitu:


(32)

55

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a) Kepatuhan formal

Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

b) Kepatuhan material

Kepatuhan material merupakan kepatuhan terhadap ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal.

Kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari: 1) kepatuhan wajib Pajak dalam mendaftarkan diri; 2) kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT); 3) kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang; dan 4) kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut ini:


(33)

56

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala No. item

Kuesioner Variabel X Sistem Administrasi Perpajakan Modern (Rahayu, 2010) Restrukturisasi organisasi (X1)

 Pembentukan organisasi berdasarkan fungsi  Adanya posisi baru yaitu

Account Representative (AR)

 Jalur pengawasan tugas pelayanan dan pemeriksaan Interval 1,2 3,4 5,6 Penyempurnaan proses bisnis melalui

pemanfaatan teknologi komunikasi

dan informasi (X2)

Perbaikan business process

 Pengembangan dan penyempurnaan SIDJP (Sistem Informasi DJP)

Interval  7,8,9  10,11,12

Penyempurnaan manajemen SDM

(X3)

SDM yang capable dan berintegritas

 Sistem SDM yang berbasis kompetensi dan kinerja

Interval  13,14,15  16,17,18

Pelaksanaan good governance (X4)

Penegakan kode etik pegawai

Pembentukan complience center

Interval  19,20  21,22


(34)

57

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Dimensi Indikator Skala No. item

Kuesioner Variabel Y Kepatuhan Wajib Pajak (Nasucha, 2004) Kepatuhan pajak formal dan kepatuhan pajak material

Kepatuhan wajib Pajak dalam mendaftarkan diri

Kepatuhan untuk

menyetorkan kembali SPT

Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang

Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan

Mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan UU Perpajakan Interval  23  24,25  26,27,28  29  30

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 90) ,”Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang akan diteliti yang mencakup unit analisis dan unit observasi.

Unit analisis adalah satuan yang akan diteliti, yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada KPP Pratama Bandung Cibeunying yaitu sebanyak 101.321 Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Sedangkan unit observasi adalah satuan darimana data diperoleh, yaitu Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Masa pada tahun 2012 di KPP Pratama Bandung Cibeunying. Penulis hanya mengambil WPOP karena kepatuhan Wajib


(35)

58

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pajak dapat terlihat dari keinginan seseorang untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya untuk kepentingannya sendiri, sedangkan untuk urusan perpajakan bagi Wajib Pajak Badan biasanya dilakukan oleh bagian staf keuangan di instansinya tersebut, sehingga kurang cocok apabila dikaitkan dengan kepatuhan untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak.

3.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan pengambilan secara acak (simple random sampling). Menurut Riduwan (2009: 57), “Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.” Dalam hal ini setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Sedangkan simple random sampling menurut Sugiyono (2010 : 118), “… dikatakan sederhana karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.”

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili (representative) dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, maka dalam penarikan jumlah sampel digunakan rumus slovin sebagai berikut:


(36)

59

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

1 Ne

N

n

(Sekaran, 2004: 108) Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolelir

Dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10%, maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak:

= 99,90 ≈ 100

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini harus merupakan data yang benar, karena apabila data yang digunakan salah akan menghasilkan informasi (output) salah, sehingga penelitian yang dilakukan pun hasilnya akan salah. Untuk itu diperlukan suatu teknik dalam mengumpulkan data penelitian yang dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya (Sugiyono, 2010: 402).

Berikut adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini:


(37)

60

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Sugiyono (2010: 199), “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Kuesioner sebagai instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel. Tujuan dari pengujian instrumen penelitian (kuesioner) adalah untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan dari alat ukur tersebut dapat menjamin mutu dari penelitian sehingga kesimpulan-kesimpulan terhadap hubungan-hubungan antarvariabel dapat dipercaya, akurat dan dapat diandalkan sehingga hasil penelitian bisa diterima.

Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung oleh responden dengan memberi tanda pada jawaban yang telah disediakan. Jenis kuesioner yang digunakan penulis adalah kuesioner tertutup dan terstruktur, artinya pertanyaan atau pernyataannya tidak memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban dan pendapatnya sesuai dengan keinginan mereka karena jawabannya telah disediakan.

Instrumen kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran numerical scale (skala numerik) 5 point. Menurut Sekaran (2006: 33), “skala numerik mirip dengan skala differensial sematic, dengan perbedaan dalam hal nomor pada skala 1 titik atau 7 titik disediakan, dengan kata sifat berkutub dua pada ujung keduanya.” Tipe data yang digunakan adalah interval. Berikut adalah penskoran opsi jawaban yang disediakan bagi responden:


(38)

61

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Scoring Opsi Jawaban Kuesioner

Skor Opsi Jawaban Kuesioner

5 Sepenuhnya diterapkan/ Selalu dilakukan

4 Hampir sepenuhnya diterapkan/ Hampir selalu dilakukan 3 Kadangkala diterapkan/ Kadang-kadang dilakukan

2 Hampir tidak pernah diterapkan/ Hampir Tidak pernah dilakukan 1 Tidak pernah diterapkan/ Tidak pernah dilakukan

2. Interview (wawancara)

Wawancara dilakukan kepada kepala seksi bagian pelayanan untuk mengetahui jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan pada KPP untuk keperluan penyebaran kuesioner serta melakukan wawancara kepada Wajib Pajak mengenai tata cara administrasi penyetoran pajak .

3. Observasi (pengamatan)

Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis dan langsung terhadap kegiatan yang berlangsung di lapangan untuk menambah informasi dan memperkuat penelitian ini.

4. Dokumentasi

Peneliti memperoleh data melalui studi kepustakaan, yaitu menggunakan berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, antara lain


(39)

62

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berupa jurnal, buku referensi, dokumen dari instansi yang bersangkutan, dan artikel lainnya.

3.5 Uji Kualitas Data

Teknis analisis data adalah rancangan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini perlu diuji kesahihannya dan kehandalannya, karena data tersebut berasal dari jawaban responden yang mungkin dapat menimbulkan bias. Hal ini penting untuk dilakukan karena kualitas data yang diolah akan mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Maka diperlukan dua macam uji, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.

3.5.1 Uji Validitas

Menurut Hasan (2002: 79), “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen”. Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur atau sejauh mana alat ukur yang digunakan mengenai sasaran. Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tersebut semakin mengenai pada sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.

Untuk menentukan kevalidan dari setiap item kuesioner digunakan metode koefisien korelasi Product Moment Pearson, yaitu dengan mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh masing-masing responden dari setiap item pertanyaan dengan masing-masing skor total


(40)

63

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

variabel X dan variabel Y. Rumus korelasi Product Moment Method adalah sebagai berikut:

 

2 2

2

 

2

Y Y n X X n Y X XY n rhitung          

 (Riduwan, 2009 : 98)

Keterangan:

r hitung = Nilai korelasi Product Moment

n = Jumlah responden ∑X = Jumlah skor variabel X

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item)

Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan menurut Sugiyono (2010 : 251) adalah :

 Jika nilai r hitung > nilai r tabel maka item instrumen dinyatakan valid dan

dapat dipergunakan

 Jika nilai r hitung ≤ nilai r tabel maka item instrumen dinyatakan tidak

valid dan tidak dapat dipergunakan

3.5.2 Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian disamping harus valid juga harus dipercaya kehandalannya (reliabel). Oleh karena itu, digunakan uji reliabilitas untuk mengetahui ketepatan nilai kuesioner, artinya instrumen penelitian bila diajukan pada waktu yang berbeda hasilnya akan sama. Langkah-langkah pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut:


(41)

64

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu =

(Riduwan, 2009:115) Keterangan :

= Varian skor tiap-tiap item pernyataan

∑ = Jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item (∑ = Jumlah skor seluruh jawaban responden dikuadratkan N = Jumlah responden

Langkah 2: Menjumlahkan varians semua item

n (Riduwan, 2009:116) Keterangan:

∑Si = Jumlah varians setiap item

Sı, S , S , …n =Varians item ke-1, 2, 3…n

Langkah 3: Menghitung varians total

=

(Riduwan, 2009:116) Keterangan :

= Varians total

∑ = Jumlah kuadrat jawaban responden dari seluruh item (∑ = Jumlah skor seluruh responden dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah 4: Menghitung reliabilitas instrumen dengan rumus Alpha Cronbach


(42)

65

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

= Reliabilitas instrumen

k = Banyak item pernyataan

= Jumlah varians butir soal = Varians total

Setelah diperoleh nilai tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian instrumen :

 Jika > , berarti reliabel  Jika , berarti tidak reliabel

Penulis menggunakan software SPSS 20.0 for windows untuk pengujian validitas dan reliabel data.

3.6 Perumusan Masalah Deskriptif

Perumusan masalah deskriptif dengan tujuan untuk menjelaskan distribusi data dari variabel yang diteliti dan sekaligus mengukur sejauh mana penerapan sistem administrasi perpajakan modern dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying sesuai dengan rumusan masalah pertama dan kedua pada penelitian ini. Untuk menjawab hal tersebut, maka dilakukan pengklasifikasian dari jawaban responden dengan rumus sebagai berikut:

RS = (Umar, 2002: 201)


(43)

66

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu RS = Rentang Skor

m = Skor tertinggi item n = Skor terendah item b = Jumlah kelas

Untuk menentukan klasifikasi untuk setiap item pernyataan, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Skor tertinggi : banyaknya responden x skor tertinggi setiap item: 100 x 5 = 500 Skor terendah : banyaknya responden x skor tertinggi setiap item: 100 x 1 = 100 RS = = 80

Rentang pengklasifikasian untuk setiap item pernyataan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengklasifikasian untuk Setiap Item Pernyataan

Kategori Rentang Pengklasifikasian

Sangat Rendah 100-180

Rendah 181-260

Cukup Tinggi 261-340

Tinggi 341-420

Sangat Tinggi 421-500

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah untuk setiap variabelnya, dilakukan penghitungan pengklasifikasian dari jawaban responden dengan rumus pengklasifikasian berdasarkan rentang skor, yaitu sebagai berikut:

RS = (Umar, 2002: 201)

Keterangan:

RS = Rentang Skor m = skor tertinggi item


(44)

67

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu n = skor terendah item

b = jumlah kelas

Skor tertinggi: banyaknya responden x skor tertinggi setiap item x jumlah pertanyaan

Skor terendah: banyaknya responden x skor terendah setiap item x jumlah pertanyaan

3.7 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.7.1Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penelitian adalah valid dengan data yang digunakan secara teori adalah tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien. Di samping itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi ekonometrika yang melandasinya. (Gujarati, 2007:97).

Menurut Firdaus (2004: 96), untuk menggunakan model regresi perlu dipenuhi beberapa asumsi, yaitu:

a. Datanya berdistribusi normal

b. Tidak ada autokorelasi (berlaku untuk data time series) c. Tidak terjadi heteroskedastisitas

d. Tidak ada multikolinearitas

Persamaan regresi linier berganda harus memenuhi persyaratan BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator), yaitu pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk mendapatkan hasil yang


(45)

68

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BLUE, maka harus dilakukan pengujian asumsi klasik dan uji linieritas di bawah ini:

1)Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data (Santosa, 2005: 231). Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal (Wijaya, 2009: 126). Pengujian secara visual dapat dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dengan bantuan software SPSS 20.0 for windows. Dasar

pengambilan keputusan:

 Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Santosa, 2002: 322).

2)Uji Linieritas

Asumsi ini menyatakan bahwa untuk setiap persamaan regresi linier, hubungan antara variabel independen dan dependen harus linier. Dengan uji linieritas akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya linier, kuadrat, atau kubik. (Ghozali, 2007: 166).


(46)

69

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi yang kuat antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lainnya dalam analisis regresi. Apabila dalam analisis terdeteksi multikolinieritas, maka angka estimasi koefisien regresi yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan interpretasi. Selain itu juga nilai standar error setiap koefisien regresi dapat menjadi tidak terhingga.

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel bebas, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar error-nya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF). Dengan rumus sebagai berikut:

Dimana Ri² adalah koefisien determinasi yang diperoleh dngan meregresikan salah satu variabel bebas terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF-nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat multikolinieritas. (Gujarati, 2003: 362).

4)Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Model regresi


(47)

70

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Salah satu cara untuk melihat adanya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan program SPSS, dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. Sedangkan, jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. (Wijaya, 2009: 56)

3.7.2Menentukan Persamaan Regresi Linier Berganda

Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2007: 95). Hasilnya adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Berikut adalah bentuk persamaan regresi linier berganda:

(Sugiyono, 2010: 277) Keterangan:

= Tingkat kepatuhan Wajib Pajak


(48)

71

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a = Konstanta

1, 2, 3, 4 = Koefisien regresi

X1 = Restrukturisasi organisasi

X2 = Penyempurnaan proses bisnis melalui

pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi X3 = Penyempurnaan manajemen SDM

X4 = Pelaksanaan good governance 3.7.3Uji Koefisien Determinasi

Menurut Santosa (2005: 144) “koefisien determinasi adalah suatu nilai yang menggambarkan seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel dependen bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari variabel independen”. Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi bisa menjelaskan kebaikan dari model model regresi dalam memprediksi variabel dependen.

Terdapat dua jenis koefisien determinasi, yaitu r koefisien determinasi biasa dan koefisien determinasi disesuaikan (Adjusted R Square). Pada regresi berganda, penggunaaan koefisien deteminasi yang

telah disesuaikan lebih baik dalam melihat seberapa baik model dibandingkan koefisien determinasi biasa. Semakin tinggi nilai koefisien detreminasi akan semakin baik kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen. (Santosa, 2005:144)


(49)

72

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian secara simultan (bersama-sama) dilakukan untuk mengetahui keberartian model regresi. Untuk mengujinya digunakan uji statistik F dengan taraf signifikansi 10%.

Rumus yang digunakan untuk uji F ini adalah sebagai berikut :

(Sudjana, 2003 : 91)

Keterangan :

Freg = F hitung

JK (Reg) = Jumlah Kuadrat Regresi JK (Res) = Jumlah Kuadrat Residual n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel

Setelah menghitung F, selanjutnya bandingkan dengan Ftabel. Jika

Fhitung lebih besar dari Ftabel dengan taraf signifikansi 0.10, maka dapat

disimpulkan bahwa regresi tersebut berarti, begitupun sebaliknya jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa regresi tersebut

tidak berarti. Hipotesis:


(50)

73

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Ho : 1, 2, 3, 4 = 0 : Restrukturisasi organisasi, penyempurnaan

proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, penyempurnaan manajemen SDM, dan pelaksanaan good governance secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

 Ha : 1, 2, 3, 4 ≠ 0 : Restrukturisasi organisasi, penyempurnaan

proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, penyempurnaan manajemen SDM, dan pelaksanaan good governance secara simultan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut :

 Jika Fhitung > Ftabel , maka ditolak  Jika Fhitung ≤ Ftabel , maka diterima 3.7.5Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial merupakan pengujian hipotesis untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas secara terpisah atau sendiri-sendiri terhadap variabel terikat (Hasan, 2002: 266).

Rumus yang digunakan untuk uji t ini adalah sebagai berikut :

(Sudjana, 2003 : 31) Keterangan:

= Koefisien regresi


(1)

72

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian secara simultan (bersama-sama) dilakukan untuk mengetahui keberartian model regresi. Untuk mengujinya digunakan uji statistik F dengan taraf signifikansi 10%.

Rumus yang digunakan untuk uji F ini adalah sebagai berikut :

(Sudjana, 2003 : 91)

Keterangan :

Freg = F hitung

JK (Reg) = Jumlah Kuadrat Regresi JK (Res) = Jumlah Kuadrat Residual n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel

Setelah menghitung F, selanjutnya bandingkan dengan Ftabel. Jika

Fhitung lebih besar dari Ftabel dengan taraf signifikansi 0.10, maka dapat

disimpulkan bahwa regresi tersebut berarti, begitupun sebaliknya jika

Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa regresi tersebut

tidak berarti. Hipotesis:


(2)

73

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Ho : 1, 2, 3, 4 = 0 : Restrukturisasi organisasi, penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, penyempurnaan manajemen SDM, dan pelaksanaan good governance secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

 Ha : 1, 2, 3, 4 ≠ 0 : Restrukturisasi organisasi, penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, penyempurnaan manajemen SDM, dan pelaksanaan good governance secara simultan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut :

 Jika Fhitung > Ftabel , maka ditolak  Jika Fhitung ≤ Ftabel , maka diterima 3.7.5Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial merupakan pengujian hipotesis untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas secara terpisah atau sendiri-sendiri terhadap variabel terikat (Hasan, 2002: 266).

Rumus yang digunakan untuk uji t ini adalah sebagai berikut :

(Sudjana, 2003 : 31) Keterangan:

= Koefisien regresi


(3)

74

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = Deviasi Standar dari variabel independen

Hipotesis:

a) Ho : 1 = 0 : Restrukturisasi organisasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Ha : 1 ≠ 0 : Restrukturisasi organisasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

b) Ho : 2 = 0 : Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Ha : 2 ≠ 0 : Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

c) Ho : 3 = 0 : Penyempurnaan manajemen SDM secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Ha : 3 ≠ 0 : Penyempurnaan manajemen SDM secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

d) Ho : 4 = 0 : Pelaksanaan good governance secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Ha : 4 ≠ 0 Pelaksanaan good governance secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:

 -t hitung < -t tabel / t hitung > t tabel , maka H0 ditolak  -t tabel≤ t hitung ≤ t tabel , maka H0 diterima


(4)

131

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern yang diterapkan pada KPP Pratama Cibeunying sudah berjalan dengan baik, termasuk ke dalam kategori tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya simplikasi administrasi perpajakan disertai dengan sikap baik dari para aparatur KPP.

2. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Cibeunying termasuk dalam kategori tinggi, akan tetapi jika melihat indikator kepatuhan dalam membayar tunggakan pajak, persentasenya berada jauh dibawah persentase indikator kepatuhan lainnya.

3. Restrukturisasi organisasi berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Jadi, dengan adanya pembagian fungsi yang jelas akan mempermudah Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakan dengan lebih terarah serta dengan adanya peran AR yang mengawasi kepatuhan Wajib Pajak.

4. Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini disebabkan proses bisnis tidak secara langsung berhubungan dengan kewajiban dan hak Wajib Pajak, tetapi lebih terkait dengan internal organisasi dalam melakukan pengolahan data perpajakan agar lebih efektif dan efisien.


(5)

132

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini disebabkan SDM yang cakap dan berintegritas belum tentu dapat mengajak para Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, karena bagi Wajib Pajak yang terpenting adalah kewajiban mereka dalam menyelesaikan administrasi perpajakan dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan jumlah pajak terutang yang ditanggung tidak memberatkan.

6. Pelaksanaan good governance berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini mengandung arti bahwa dengan adanya evaluasi kinerja aparatur pajak yang mengacu pada kode etik pegawai dan mekanisme pengawasan internal dari pihak KPP dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

7. Penerapan sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

5.2 Saran

Setelah didapat kesimpulan dari hasil penelitian, berikut beberapa saran yang penulis ajukan bagi beberapa pihak yang terkait:

1. Bagi Institusi KPP Pratama Bandung Cibeunying

Penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada KPP ini sudah dapat dikatakan baik. Untuk lebih memaksimalkan penerapannya, maka sebaiknya KPP terus melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai mengenai modernisasi administrasi perpajakan agar lebih dipahami oleh Wajib Pajak sehingga dapat memudahkan Wajib Pajak dalam pelaksanaannya.


(6)

133

Dewi Alvianti Rahmah, 2013

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Bagi Aparatur KPP Pratama Bandung Cibeunying

Kinerja aparatur KPP merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern, pelayanan dan pengawasan yang diberikan akan berpengaruh pada sikap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, aparatur KPP diharapkan agar lebih tegas menyikapi Wajib Pajak yang tidak patuh dan bekerja lebih profesional. 3. Bagi Wajib Pajak

Dengan diterapkan sistem administrasi perpajakan modern ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, Wajib Pajak diharapkan agar lebih respect terhadap pajak dan lebih patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya baik secara formal maupun material.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti permasalahan sejenis, sebaiknya melakukan penelitian terhadap subjek lain yang lebih luas atau faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, baik itu Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib Pajak Badan ataupun keduanya, dengan melakukan penelitian pada ruang lingkup yang berbeda dengan instumen penelitian (kuesioner) yang lebih rinci dan tepat.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Kualitas Pemeriksaan Pajak dan Kesadaran terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei pada WPOP di KPP Pratama Bandung Cibeunying)

0 8 32

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Atas Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Cibeunying

4 45 141

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Soreang)

0 14 36

pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP pratama semarang tengah dua.

0 3 12

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi PerpajakanModern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kota Surakarta.

0 1 17

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi PerpajakanModern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kota Surakarta.

1 2 15

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PEKERJA BEBAS Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pekerja Bebas Pada Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Kota Boy

0 1 15

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PEKERJA BEBAS Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pekerja Bebas Pada Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Kota Boy

0 4 18

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK :Survei pada KPP Pratama Wilayah Kota Bandung dilihat dari Persepsi Wajib Pajak.

2 8 48

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying).

2 4 35