KONSEP PENDIDIKAN ISLĀM MENURUT ḤASAN AL-BANNĀ : Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bannā tentang Pendidikan Islām dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimīn.

(1)

“KONSEP PENDIDIKAN ISL M MENURUT ḤASAN AL-BANN ” (Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bann tentang Pendidikan Isl m

dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhw nul Muslimīn)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām

Oleh Agus Mulyana

0906337

PRODI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISL M

JURUSAN MATA KULIAH DASAR UMUM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

“KONSEP PENDIDIKAN ISL M MENURUT ḤASAN AL-BANN ” (Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bann tentang Pendidikan Isl m

dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhw nul Muslimīn)

Oleh Agus Mulyana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Agus Mulyana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI AGUS MULYANA

0906337

“KONSEP PENDIDIKAN ISL M MENURUT ḤASAN AL-BANN ”

(Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bann tentang Pendidikan Isl m

dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhw nul Muslimīn)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

Pembimbing II

Drs. A. Toto Suryana A, M. Pd. NIP. 19570417 198803 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP : 19570303 198803 1 001


(4)

Skripsi ini telah diuji pada:

Hari/Tanggal :.Kamis, 28 Februari 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 1970 0814 199402 1 001

Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 1957 0303 198803 1 001

Penguji :

Prof. Dr. H. Makhmud Syafe’i, M.Ag. M.Pd.I. NIP. 19550428 198803 1 001

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd NIP. 19580128 198612 1 001

Drs. Fahrudin, M.Ag.


(5)

Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan Islām Menurut Ḥasan Al-Bannā” (Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bannā tentang Pendidikan Islām dalam Buku Risalah Pergerakan

Ikhwānul Muslimīn)”. Masalah utama yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana Konsep Pendidikan Islam menurut Ḥasan Al-Bannā.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik studi literatur sebagai suatu teknik yang dipergunakan untuk mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain sesuai dengan masalah yang dikaji. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah-masalah yang akan diteliti.

Temuan penelitian menunjukan bahwa konsep pendidikan Ḥasan Al-Bannā merupakan

pemahaman yang berangkat dari teori dasar pendidikan Islāmiyah yang bersumberkan dari

Al-Qur`anul Karim dan Sunah Rasūl-Nya, menapaktilasi perjalanan sahabat dan tabi’in, serta

para pembaharu Islām dan para tokoh Islām. Seluruh proses pendidikan yang dilakukan oleh

Ḥasan Al-Bannā diselaraskan dengan tujuan pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur`an dan As-Sunah. Ḥasan Al-Bannā sangat menginginkan terbentuknya generasi Muslim yang

memahami Islām secara benar dan murni, meyakininya secara mendalam, mempraktikannya dalam diri sendiri dan keluarganya, berjuang meninggikan kalimat-Nya, menerapkan

syari’atnya dan menyatukan umatnya. Untuk itu, ia selalu memperhatikan seluruh aspek dari ajaran Islām.Tonggak pendidikan Islāmiyah yang menjadi landasan dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah Prinsip Rabbaniyah, Prinsip ‘Alamiyah, Prinsip bersumber kepada Al-Qur`an dan Sunah Rasul Allah, Prinsip Komperhenshif, Prinsip Insāniyah, Prinsip Integralitas, Prinsip memanfaatkan sarana dan prasarana, Prinsip Śabat (teguh), Prinsip Ukhuwwah, Proporsional atau Seimbang, Prinsip Aktif dan Membangun (Konstruktif) dan Prinsip “mengutamakan kerja daripada seruan dan propaganda”. Dalam konsep pendidikan

Islām Ḥasan Al-Bannā. Seorang Muslim harus menjadikan dakwah sebagai perhatian yang paling utama, menjadikan dakwah sebagai kisaran kehidupannya dan tujuan akhir segala upayanya. Ḥasan Al-Bannā mempunyai waṣāil (perangkat) yang harus dipegangi dan dilaksanakan. Perangkat umum yang selalu dipegang erat dan tidak mungkin berubah itu adalah iman yang dalam, takwīn (pembentukan pribadi Muslim) yang jeli dan amal yang berkesinambungan. Perangkat tersebut akan berfungsi dengan baik ketika disertai materi-materi yang terdiri aspek iman, ilmu, amal, dan akhlak. Selain itu, materi-materi Al-Qur`an, materi-materi pengetahuan umum dan cinta tanah air, materi bahasa Arab, materi Sejarah Islām, Sejarah Nasional, Pembinaan Kebangsaan, serta Sejarah Peradaban Islām menjadi materi prioritas juga dalam tarbiyah Ḥasan Al-Bannā. Dan semua itu terdapat dalam metode usrāh.


(6)

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I ... Error! Bookmark not defined. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II ... Error! Bookmark not defined.

KONSEP PENDIDIKAN ISL M ... Error! Bookmark not defined. A. Pengertian Pendidikan Isl m... Error! Bookmark not defined. 1. Pendidikan Secara Umum ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengertian Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined. B. Tujuan Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined. 1. Tujuan Tertinggi/Terakhir ... Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined. 3. Tujuan Khusus... Error! Bookmark not defined. 4. Tujuan Sementara ... Error! Bookmark not defined. C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined. 1. Prinsip Ins niyah ... Error! Bookmark not defined. 2. Prinsip Integralitas... Error! Bookmark not defined. 3. Prinsip Keseimbangan ... Error! Bookmark not defined. 4. Prinsip Universal ... Error! Bookmark not defined. 5. Prinsip Dinamis ... Error! Bookmark not defined. 6. Prinsip Raḥmāniyaħ (Kasing Sayang)... Error! Bookmark not defined.


(7)

9. Prinsip Istimrāriyyaħ (Kontinu) ... Error! Bookmark not defined. 10. Prinsip Waqi’iyyaħ (Kontekstual) ... Error! Bookmark not defined. 11. Prinsip Rabbaniyaħ (Ketuhanan) ... Error! Bookmark not defined. 12. Prinsip Uswiyyaħ (Keteladanan) ... Error! Bookmark not defined. D. Metode Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined. 1. Al-Gazalī ... Error! Bookmark not defined. 2. Mu ammad Ṣ lih Samar ... Error! Bookmark not defined. 3. Abd al-Ra man al-Na lawī ... Error! Bookmark not defined. 4. Omar Mo ammad al-Toumy al-Syaibanī Error! Bookmark not defined. 5. Abdurra man Ṣ le Abdullah ... Error! Bookmark not defined. E. Materi Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined. 1. Iman ... Error! Bookmark not defined. 2. Ilmu ... Error! Bookmark not defined. 3. Akhlak ... Error! Bookmark not defined. 4. Amal ... Error! Bookmark not defined. F. Penelitian terdahulu tentang Konsep Pendidikan Isl m asan Al-Bann Error! Bookmark not defined.

BAB III ... Error! Bookmark not defined. METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. C. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. F. Analisi Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV ... Error! Bookmark not defined. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. 1. Profil asan Al-Bann ... Error! Bookmark not defined.


(8)

4. Metode Pendidikan Isl m menurut asan Al-Bann Error! Bookmark not defined.

5. Materi Pendidikan Isl m menurut asan Al-Bann Error! Bookmark not defined.

BAB V ... Error! Bookmark not defined. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. G. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam tugasnya sebagai hamba dan khalīfaħ Allāh, manusia telah diberikan kesempurnaan potensi. Allāh memberikan potensi jasmaniyah

(fisiologis) dan ruhaniyah (psikologis) agar manusia mampu mengoptimalkan perannya, sehingga tugas apapun yang dibebankan kepadanya akan terlaksana dengan baik. Namun untuk mengembangkan kesempurnaan potensi yang dimiliki oleh manusia, ia masih membutuhkan arahan dan bimbingan melalui pendidikan. Karena dengan pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi tersebut. Sebagaimana Ramayulis (2010:10) mengemukakan, bahwa untuk melaksanakan

tugasnya sebagai khalīfah, Allāh telah memberikan manusia seperangkat

potensi (fiṭrah) berupa aql, qalb, dan nafs. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Arifin, 2005: 141), yang menjelaskan bahwa:

Selaku hamba dan khalīfaħ, manusia telah diberi kelengkapan

kemampuan jasmaniyah (fisiologis) dan ruhaniyah (psikologis) yang dapat dikembangtumbuhkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdayaguna dalam ikhtiyar kemanusiaanya untuk melaksanakan tugas pokok kehidupan di dunia, untuk mengembangkan atau

menumbuhkan kemampuan dasar jasmaniyah dan rūhiyah tersebut,

pendidikan merupakan sarana yang menentukan sampai di mana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai.

Untuk itu, pendidikan sangat berperan penting dalam pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia, dan tentunya pendidikan yang

dimaksud adalah pendidikan Islām, sebagaimana As-Said (2011: 117)

mengemukakan :

Manusia sebagai subjek dan sekaligus objek dari pendidikan Islām yang digambarkan Al-Qur`an dan Al- adiś adalah manusia yang sempurna, terdiri dari unsur-unsur jasmani dan ruhani, unsur jiwa dan akal, unsur rūh dan qalb. Pendidikan Islām tidak mempertentangkan mana yang penting diantara unsur-unsur tersebut, sehingga tidak perlu


(10)

unsur tersebut merupakan kesatuan organisasi dan dinamis yang saling berinteraksi, saling mendukung dalam pengembangannya. Semua unsur tersebut merupakan potensi yang dianugerahkan Allāh kepada

manusia. Pendidikan Islām, dalam hal ini adalah usaha untuk

mengubah kesempurnaan potensi itu menjadi kesempurnaan aktual melalui setiap tahapan hidupnya.

Berbicara tentang pendidikan Islām, As-Said (2011: 10) menyatakan

kembali bahwa “Pendidikan Islām adalah pendidikan Islāmi, pendidikan

yang punya karakteristik dan sifat keIslāman, yakni pendidikan yang didirikan dan dikembangkan di atas ajaran Islām. Hal ini memberikan

gambaran bahwa seluruh pemikiran dan aktivitas pendidikan Islām haruslah benar-benar merupakan realisasi atau pengembangan dari ajaran

Islām itu sendiri. Dan istilah pendidikan dalam konteks Islām pada

umumnya mengacu kepada term al-tarbiyaħ, al-ta`dīb, dan al-ta’līm (Ramayulis dan Nizar, 2010 : 84).

Terlepas dari makna ketiga term diatas, secara terminologi, para ahli

pendidikan Islām telah mempormulasikan pengertian pendidikan Islām.

Seperti yang dikutip Ramayulis dan Nizar (2010: 87), sebagai berikut: Pertama, Al-Syaibanī ; mengemukakan bahwa pendidikan Islām adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat. Kedua, Mu ammad Faḍil al-Jamalī ; mendefinisikan

pendidikan Islām sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta

mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan maupun perbuatannya. Ketiga, Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa

pendidikan Islām adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insān kāmil). Keempat, Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan Islām sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara


(11)

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan

Islām adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang untuk mengarahkan hidupnya sesuai dengan ideologi Islām, melalui pendekatan

ini, maka ia akan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islām yang diyakininya.

Pendidikan Islām juga sangat memperhatikan aspek tujuan pendidikan,

karena tujuan pendidikan merupakan komponen pendidikan yang amat penting terkait erat dengan seluruh pemrosesan pendidikan, dan tidak bisa dilepaskan dengan hasil akhir dari suatu langkah bidang pendidikan tertentu, atau bahkan, aktivitas pendidikan secara keseluruhan (As-Said, 2011: 94). Sementara itu para ahli pendidikan Islām merumuskan pula

tujuan umum pendidikan Islām ini, diantaranya menurut Al-Abrasyī

(Ramayulis dan Nizar, 2010: 123) mengatakan :

Pertama, untuk mengadakan pembentukan akhlak mulia. Kaum

Muslimīn dari dahulu kala sampai sekarang setuju bahwa pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islām, dan bahwa mencapai akhlak yang

sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Kedua, persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan

Islām bukan hanya menitikberatkan pada keagamaan saja, atau pada

keduniaan saja, tetapi pada kedua-duanya. Ketiga, persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat, atau yang lebih terkenal sekarang ini dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional. Keempat, menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keingintahuan (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri. Kelima, menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan keterampilan pekerja tertentu agar ia dapat mencari rezeki dalam hidup disamping memelihara segi keruhanian dan keagamaan.

Rumusan umum pendidikan Islām di atas, menjelaskan kepada kita

bahwa tujuan pendidikan Islām adalah membentuk pribadi yang mempunyai akhlak sempurna agar mampu menjadi seorang insān yang

berguna bagi bangsa dan negara karena pada hakikatnya dengan mempunyai akhlak yang sempurna maka kita akan mampu menyeimbangkan kepentingan dunia dan akhirat. Hal ini pun sesuai


(12)

dengan yang tercantum dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan dalam pasal 3 di atas, menyebutkan bahwa produk pendidikan nasional adalah pribadi yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, memiliki moral dan ilmu. Untuk itu, pendidikan dituntut untuk menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, sehingga menghasilkan manusia ideal yang mempunyai akhlak sempurna. Namun pada kenyataannya, pendidikan saat ini belum mampu membentuk manusia ideal dengan kriteria yang telah dijelaskan di atas.

Permasalahan inilah yang menjadi tugas besar dunia pendidikan saat ini. Tujuan pendidikan nasional yang mempunyai arah yang sama dengan

tujuan pendidikan Islām belum mampu menghasilkan manusia ideal yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai contoh : Pakar Otopsi IPB (2011:1) telah meneliti perilaku moral anak muda di negara ini, mereka mengaku seorang Muslim, tapi terang-terangan menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan peri hidup seorang Muslim. Menurut hasil survey Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010, sebanyak 51% remaja di Jabodetabek pernah berhubungan seks pra nikah, sementara di kota semarang sebanyak 54%, Bandung 47% dan Medan 52%. Selain itu, data tentang penyalahgunaan narkoba menunjukkan, dari 3,2 juta jiwa yang ketagihan narkoba, 78% diantaranya adalah remaja. Sedangkan penderita HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya. Fakta lain yang sangat miris


(13)

adalah estimasi jumlah aborsi di Indonesia per tahun mencapi 2,4 juta jiwa. 800.000 di antaranya terjadi di kalangan remaja.

Kenyataan di atas, membuat kita berpikir kembali apakah sistem pendidikan yang digunakan di Indonesia saat ini memang benar-benar mengacu kepada pancasila dan UUD 1945 atau seperti apa?. Padahal kalau kita perhatikan secara seksama pendidikan nasional saat ini lebih mendekati pendidikan Barat yang sepenuhnya menanamkan sifat sekuler. Sebagai contohnya adalah pembagian pengetahuan di Sekolah-sekolah menjadi tiga cabang ilmu, yaitu Ilmu-ilmu Sastra, Ilmu-ilmu Alam dan Ilmu-ilmu Sosial, dengan mengesampingkan Ilmu Ketuhanan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan (Husain dan Ashraf, 1986: 3) :

Dapat kita saksikan bahwa golongan-golongan agama tidak menguasai panggung sosial di dunia Barat dengan demikian semua cabang pengetahuan tidak mempunyai kekuatan pusat yang bertindak sebagai pemersatu. Itulah sebabnya setelah Perang Dunia Kedua para Ketua Universitas-universitas Amerika mengadakan pertemuan di Universitas Harvard pada 1957, dan membagi pengetahuan ke dalam tiga cabang – Ilmu-ilmu Sastra, Ilmu-ilmu Alam dan Ilmu-ilmu Sosial. Mereka mengesampingkan Ilmu Ketuhanan dan menetapkan suatu kurikulum inti bidang dari tiga cabang tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan cara ini mereka akan mampu menciptakan dalam diri mereka masing-masing siswa suatu kepribadian Demokratis. Ini berarti mereka percaya bahwa Demokrasi memberikan suatu pemecahan yang sempurna bagi masyarakat.

Konsep Pendidikan Barat lebih mengedepankan akal dan rasio dalam pemecahan masalah dan menganggap sepele nilai-nilai spiritual. Dia mendorong pencarian Ilmiah dengan mengorbankan iman, dia mengetengahkan individualitas, dia melahirkan skeptisisme, dia menolak segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan, dia lebih bersifat antroposentris dari pada teosentris (Husain dan Ashraf, 1986: 2). Maka luaran yang dihasilkan dari konsep pendidikan ini akan mempunyai pemahaman pendidikan sekuler yang jauh dari nilai-nilai Ketuhanan. Dan

luaran ini sangat berbanding jauh dengan tujuan konsep pendidikan Islām


(14)

Hal inilah yang menjadi tantangan bagi para tokoh intelektual Muslim pada era modern. Mereka dituntut untuk memberikan pembaharuan-pembaharuan terhadap dunia pendidikan, secara khusus agar konsep pemikiran-pemikiran pendidikan Islām dapat diterima oleh dunia Pendidikan. Untuk itu, perlu adanya pengenalan konsep pendidikan Islām

kepada masyarakat luas yang belum mengenal konsep Pendidikan Islām.

Sementara itu, sudah banyak tokoh Islām yang mempunyai konsep pendidikan Islām, diantaranya : Al-Gazalī, Ibnu Khaldun, Mu ammad

Abdu , Mu ammad Naquib Al-Attas, asan Al-Bannā, KH. Ahmad

Dahlan, KH. asyim Asy’ari, dan tokoh lainnya. Setiap tokoh mempunyai

karakteristik yang berbeda dalam konsep Pendidikannya, namun tujuan dari konsep Pendidikan mereka sama yaitu konsep Ketuhanan Yang Maha Esa. Sehingga luaran yang dihasilkan pun akan menghasilkan produk manusia ideal yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam hal ini, penulis sangat tertarik untuk meneliti dan mengenalkan

konsep pendidikan Islām yang ditawarkan oleh salah satu tokoh Islām

pada era modern, yaitu asan Al-Bannā. Peneliti memilih asan

Al-Bannā karena beliau pendiri gerakan dakwah Ikhwānul Muslimīn yang

merupakan sebuah gerakan Islām terbesar zaman modern ini. Seruannya

ialah kembali kepada Islām sebagaimana termaktub didalam Al-Qur`an

dan As-Sunah serta mengajak kepada penerapan syariat Islām dalam kehidupan nyata. (Wamy, 2008: 7).

asan Al-Bannā yang mempunyai nama lengkap asan bin A mad bin Abdurra man Al-Bannā, lahir pada tahun 1906 di kota Ma mudiyaħ, sebuah kawasan dekat Iskandariyah. Setelah menyelesaikan kuliahnya di

Dārul Ulum Kairo, beliau menggeluti profesi sebagai guru sekolah dasar.

Namun profesi beliau sesungguhnya adalah menyeru umat agar mengamalkan Al-Qur`an dan berpegang teguh kepada Sunah Nabi yang agung, Mu ammad SAW. Lewat tangan beliau Allāh SWT telah berkenan


(15)

memberikan petunjuk kepada puluhan ribu mahasiswa, petani, buruh, pedagang dan berbagai golongan masyarakat lainnya.

Pribadi beliau yang menawan, telah mengejutkan Mesir, dunia Arab,

dan dunia Islām dengan gegap gempita dakwah, kaderisasi, serta jihad

dengan kekuatannya yang ajaib. Seperti yang diungkapkan oleh Abu asan Ali An-Nadawi bahwa didalam pribadi asan Al-Bannā terdapat pemikiran yang brilian dan daya nalar yang terang menyala, perasaan yang bergelora, hati yang penuh limpahan berkah, jiwa dinamis nan cemerlang dan lidah yang tajam lagi berkesan. (Al-Bannā, 2009: 21).

asan Al-Bannā telah mewarisi warisan yang sangat besar bagi

kemajuan umat Islām, seperti yang dikemukakan oleh (Nurdi, 2008: 94) :

Sebuah warisan yang harus dipelajari oleh semua orang yang menerimanya. Warisan yang selalu dikukuhkan, dimanapun benihnya

disemai di penjuru dunia. Madrasaħ asan Al-Bannā yang bernama

Ikhwānul Muslimīn itu, oleh majalah al Mujtama’ disebutkan, kini

telah menyebar dan memberikan inspirasi tak kurang di 70 negara di seluruh dunia. Dari Afghanistan sampai Pakistan. Dari Turki sampai Sudan, bahkan di negeri kita sendiri, Indonesia. Kita bisa dengan mudah menemukan jejak dan warisan yang ditinggalkan oleh asan

Al-Bannā . Warisan yang lebih mulia dari batu intan permata. Warisan

yang akan mengantarkan kita pada ajaran mulia yang diturunkan Allāh

lewat Rasūl-Nya. Warisan yang akan menyelamatkan manusia.

Dalam perjalanan dakwahnya menyebarkan nilai-nilai Islām ke seluruh penjuru dunia, asan Al-Bannā sangat memperhatikan aspek pendidikan (tarbiyaħ). Antara lain beliau mengemukakan, bahwa:

Setiap umat dan bangsa Islām tentu memiliki strategi pendidikan guna

membangun pemuda dan generasi masa depan yang tangguh yang merupakan tumpuan hidup umat baru ini. Oleh karenanya sistem pendidikan harus dibangun di atas kerangka dasar yang kuat yang

memungkinkan generasi muda memiliki imunitas keIslāman,

kesempurnaan akhlak, pengetahuan yang memadai tentang ajaran-ajaran agama mereka, dan kebanggan terhadap kejayaan peradaban yang luas (Al-Bannā, 2009: 79).


(16)

Pemaparan di atas, menjelaskan bahwa pendidikan Islām merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun pemuda dan generasi masa

depan yang tangguh. Karena dengan pendidikan Islām para generasi muda akan mempunyai imunitas keIslāman, kesempurnaan akhlak, pengetahuan

yang memadai dan menjadi tumpuan umat di masa depan di kejayaan

peradaban Islām. Dan tujuan akhir dari pendidikan ini adalah tegaknya daulah Islām dan khilafah, atau dengan kata lain tegaknya agama yang

diridhoi oleh Allāh swt agar dipeluk oleh semua manusia sampai hari

kiamat (Al-Khatib dan Hamid, 2004: 1) . Perhatian besar asan Al-Bannā terhadap pendidikan inilah yang membuat peneliti sangat berminat untuk mengkaji tentang konsep pendidikannya. Oleh karena itu, judul penelitian

ini adalah “Konsep Pendidikan Islām menurut Ḥasan Al-Bannā ”

(Studi Literatur pemikiran Ḥasan Al-Bannā tentang Pendidikan Islām dalam buku Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimīn). Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan menawarkan tentang

konsep Pendidikan Islām asan Al-Bannā kepada masyarakat luas agar

bisa dijadikan referensi bagi dunia pendidikan saat ini.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti merasa perlu untuk merumuskan fokus permasalahannya. Secara umum, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini terdapat dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana tujuan Pendidikan Islām menurut asan Al-Bannā ?

2. Bagaimana prinsip-prinsip Pendidikan Islām menurut asan Al-Bannā ?

3. Bagaimana metode Pendidikan Islām menurut asan Al-Bannā ?


(17)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai “ Konsep Pendidikan Islām menurut

Ḥasan Al-Bannā “. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan Islām menurut asan Al-Bannā.

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Pendidikan Islām menurut asan

Al-Bannā.

3. Untuk mengetahui metode Pendidikan Islām menurut asan

Al-Bannā.

4. Untuk mengetahui materi Pendidikan Islām menurut asan

Al-Bannā.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa Konsep Pendidikan Islām asan Al-Bannā . Deskripsi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan konsep pendidikan yang ideal yang bisa diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini.

2. Manfaat Praktis

Penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti:

1. Bagi civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk bahan ajar perkuliahan serta dapat dijadikan pedoman dalam memahami


(18)

2. Bagi mahasiswa Program Ilmu Pendidikan Agama Islām, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan konsep pendidikan.

3. Bagi para masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala pemahaman mereka mengenai konsep

pendidikan Islām, serta memberikan gambaran mengenai faktor

-faktor pendukung dan penghambat terlaksananya pendidikan Islām

dalam masyarakat, dan pada akhirnya hasil penelitian ini dapat menjadi pegangan dalam membina dan mendidik masyarakat luas. 4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan

rujukan dalam memahami konsep pendidikan Islām asan

Al-Bannā .

5. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi acuan dan refleksi untuk melaksanakan pendidikan Islām dalam keseharian peneliti pribadi.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca dapat memahami tentang isi skripsi ini. Maka peneliti memberikan struktur organisasi skripsi dengan penjelasan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing saling berkaitan.

BAB I Pendahuluan

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.


(19)

BAB II Kajian Pustaka

Pada bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pendidikan, baik pengertian, tujuan, prinsip-prinsip, metode atau materi pendidikan.

BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan peneliti dalam memecahkan rumusan masalah.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian serta analisis

mengenai gambaran umum Konsep Pendidikan Islām menurut asan

Al-Bannā.

BAB V Kesimpulan

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sementara Arikunto (2006: 160) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.

Alwasilah (2011: xxiv) mengemukakan istilah penelitian kualitatif digunakan sebagai istilah pembungkus yang meliputi sejumlah strategi penelitian yang sama-sama memiliki sejumlah sifat tertentu, yang diambil dari serangkaian asumsi yang saling berhubungan yang bersifat khas paradigma penelitian kualitatif. Istilah penelitian kualitatif juga dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss dan Corbin, 2009: 4).

Sugiyono (2011: 15) mengemukakan, bahwa :

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data yang dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode hermeneutika dan metode deskriptif.

Hermeneutika secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat tentang interpretasi makna. Kata hermeneutika itu sendiri


(21)

berasal dari kata kerja Yunani hermeneuien, yang memiliki arti menafsirkan, menginterpretasikan atau menterjemahkan. (Mulyono, 2015:15) Secara sederhana, hermeneutika berfungsi untuk mengetahui makna kata, kalimat, dan teks. (Sahrodi, 2008: 18).

Hermeneutika sering diartikan sebagai metode “pemahaman atas pemahaman“ (understanding of umderstanding) (Mulyono, 2012: 100). Pada prinsipnya, hermeneutika berkaitan dengan bahasa. Setiap kegiatan manusia yang berkaitan dengan berpikir, berbicara, menulis dan menginterpretasikan selalu berkaitan dengan bahasa (Mulyono, 2012: 17).

Sahrodi (2008: 108) mengemukakan dalam kajian hermeneutik ini dapat diperoleh tiga pengertian : pertama, dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu yang abstrak (misalnya ide pemikiran) ke dalam bentuk ungkapan-ungkapan yang konkret (misalnya dalam bentuk bahasa). Kedua, terdapat usaha mengalihkan dari suatu bahasa asing yang maknanya gelap, tidak diketahui ke dalam bahasa lain yang bisa dimengerti oleh si pembaca, dan ketiga, seseorang sedang memindahkan sesuatu ungkapan pikiran yang kurang jelas diubah menjadi bentuk ungkapan yang lebih jelas.

Sementara mengenai metode deskriptif. Suryabrata (2010: 76) mengemukakan secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Lebih lanjut Soejono dan Abdurra man (2005: 19) mengemukakan, bahwa metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang banyak dipergunakan dan dikembangkan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, karena memang kebanyakan penelitian sosial adalah bersifat deskriptif.

Mohammad Ali yang dikutip oleh Sebliawan (2011: 62) mengemukakan, bahwa :


(22)

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data serta membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskrpsi situasi. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2010: 75)

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut (Sarwono, 2006: 27)

Untuk menghindari salah penafsiran dan pengertian dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sehingga kesamaan landasan berfikir antara penelitian dengan pembaca berkaitan dengan judul penelitian, yaitu “Konsep Pendidikan Islām menurut asan Al-Bannā ” .

1. Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan gejala abstrak (Sarwono, 2006: 9). Pengertian tersebut senada dengan yang dikemukakan Mustafa (2009: 4) bahwa, secara umum konsep dapat didefinisikan sebagai abstraksi atau ide yang diperoleh dari hasil rangkuman dan pengorganisasian pengetahuan (pengematan) atas suatu fakta/realita yang dinyatakan dalam kata (term) yang berlaku umum dan bersifat khas. Konsep ini pada umumnya dibuat atau diciptakan dengan kesadaran penuh oleh para ilmuan untuk kepentingan yang khusus. Kekhususan dari konsep ini salah satu diantaranya kompleksitasnya (Mustafa, 2009: 4).


(23)

Konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah konsep pendidikan Islām yang diperoleh dari ide atau abstraksi tokoh Islām asan Al-Bannā .

2. Pendidikan Islām

Arifin (2008: 7) mengemukakan, bahwa :

Pendidikan Islām berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islām yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Pengertian diatas memberikan gambaran bahwa tujuan akhir pendidikan Islām adalah menanamkan nilai-nilai Islām didalam kehidupan. Dan penanaman nilai-nilai tersebut akan terealisasikan ketika manusia mempunyai tujuan untuk untuk selalu menyembah-Nya.

Dalam hal ini Al-Qur`an telah menjelaskan tentang tujuan manusia yang tercantum dalam firman-Nya :

 

 



 

“Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku”(Q.S. A - āriyāt, [51]:56).

Hal ini pun sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muhaimin (2004: 48) bahwa tujuan akhir dari pendidikan Islām adalah “untuk beribadah kepada Allāh SWT”. Dan pendidikan yang dimaksud pada penelitian ini adalah pendidikan Islām yang mampu kembali kepada tujuan pendidikan Islām yang sesungguhnya, yaitu beribadah kepada Allāh SWT.

3. asan Al-Bannā

asan Al-Bannā yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pendiri jamā‟ah Al-Ikhwān Al-Muslimūn dan tokoh dakwah Islām modern yang berhasil membangun pondasi gerakan dakwah


(24)

Al-Ikhwān Al-Muslimūn yang mengilhami geliat kebangkitan Islām di seluruh dunia.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160).

Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika penelitian sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan (Sukardi, 2008: 75). Sementara Sugiyono (2011: 102) mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian.

Dalam penelitian yang bersumber pada teks. Para peneliti lebih banyak menggunakan metode dokumentasi. Hal ini sesuai yang dikemukakan Arikunto (2006: 158) bahwa dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 158). Dengan demikian, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman studi dokumen yang berupa tabel analisis.

D. Prosedur Penelitian

Pada Bagian ini, penulis akan memaparkan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan


(25)

terbagi kedalam tiga tahapan, yaiu persiapan, penelitian, dan penulisan laporan penelitian.

1. Persiapan penelitian

Tahapan ini memaparkan tahapan awal yang dilakukan oleh penulis. Pada tahapan ini ada beberapa langkah yang dilakukan oleh penulis, di antaranya :

a. Penentuan dan Pengajuan tema Penelitian

Tahapan ini merupakan langkah awal penulis dalam melakukan penelitian. Pada tahapan ini, penulis mengajukan rancangan tema penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām (IPAI). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hal ini merupakan salah satu prosedur baku yang harus ditempuh sebelum memasuki proses penelitian. Proses pengajuan tema kepada TPPS, adapun tema yang diangkat oleh penulis adalah tentang Konsep Pendidikan Islam menurut Hasan Al-Banna, kemudian setelah itu, penulis meyusun suatu rancangan penelitian dalam bentuk proposal.

b. Penyusunan rancangan penelitian

Rancangan penelitian ini berbentuk proposal, Isi proposal tersebut terdiri dari kerangka dasar yang menjadi acuan bagian penulis dalam melaksanakan penelitian dan melakukan laporan penelitian. Proposal penelitian memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan putaka, organisasi penulisan dan daftar pustaka.

Setelah proposal selesai kemudian diajukan kepada TPPS untuk dikaji ulang dan kemudian disetujui. Selain itu penulis juga mendapatkan beberapa masukan dari dosen, yaitu Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.

Setelah mendapatkan persetujuan, kemudian keluarlah Surat Keputusan (SK) penunjukan dosen pembimbing oleh Ketua Jurusan


(26)

dan TPPS yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober 2012, dan untuk pembimbing yang dimaksudkan adalah : Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag, dan Drs.A. Toto Suryana, M.Pd.

c. Konsultasi (Bimbingan)

Untuk keberjalanan penulisan skripsi agar mendapatkan hasil yang maksimal, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing yang telah disebutkan di atas yaitu oleh Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag, sebagai Pembimbing I dan Drs.A. Toto Suryana, M.Pd. sebagai Pembimbing II. Proses bimbingan dilaksanakan melalui kesepakatan bersama antara penulis dan pembimbing. Diawal-awal masa bimbingan penulis menemui beberapa hambatan untuk melakukan bimbingan dikarenakan penulis masih melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP) namun setelah masa PLP selesai penulis dapat melakukan bimbingan dengan baik kepada kedua pembimbing.

Bimbingan biasanya dilakukan di dalam kampus dan di luar kampus. Jika penulis bimbingan bersama pembimbing I maka bimbingannya dilaksanakan di dalam kampus karena dosen pembimbing pertama menjabar sebagi Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam juga. Dan hal ini sangat memudahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi lebih cepat. Kemudian untuk bimbingan bersama pembimbing II biasanya dilaksanakan di dalam dan di luar kampus (di rumah pembimbing II), meskipun ada beberapa hambatan yang dikarenakan kesibukan pembimbing II tapi proses bimbingan dengan beliau berjalan dengan baik.

2. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode yang penulis gunakan yaitu metode deksriptif. Untuk mempermudah proses penelitian, penulis menggunakan tahap-tahapan sebagaimana yang diungkapkan diatas di antaranya :


(27)

Dalam melakukan pencarian dan pengumpulan sumber, langkah yang dilakukan adalah menentukan tema atau topik penelitian. Dalam skripsi ini penulis mengambil topik Konsep Pendidikan Islam menurut Hasan Al-Banna. Setelah mendapatkan topik penelitian, selanjutnya adalah mengumpulkan sumber (heuristic). Tahapan ini merupakan proses pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji.

Pada tahapan ini penulis mencari dan menggumpulkan sumber yang relevan dengan masalah yang dikaji. Pertama terkait dengan pendekatan kualitatif, metode hermeneutika dan metode deskriptif serta teknik penelitian studi literatur, maka penulis mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan hal tersebut dengan cara mendatangi Perpustakaan UPI, Laboratorium IPAI, toko buku palasari, toko buku dahlan, kosan teman yang mempunyai buku yang berkaitan dan tempat-tempat lain yang memungkinkan penulis mendapatkan data untuk penyelesaian penelitian.

Selain itu, dalam pencarian sumber juga, penulis menggunakan buku-buku koleksi pribadi terlebih dahulu kemudian penulis mencari buku ke toko-toko buku yang ada di Bandung, serta tidak lupa penulis mencari buku atau pun karya tulis ilmiah ke perpustakaan. Setelah penulis mendapatkan buku ataupun karya tulis ilmiah penulis membagi sumber data primer dan sumber data sekunder.

Adapun untuk sumber data primernya adalah”Risalah Pergerakan Iklhwanul Muslimin ”karya „Hasan Al-Banna‟ yang merupakan terjemahan dari “Kitab Majmua’ah Rasail Al-Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna. Serta sumber data sekunder di antaranya adalah Ceramah-ceramah asan Al-Bannā , Biografi Dakwah asan Al-Bannā , Konsep Pemikiran Gerakan Dakwah Ikhwān, dan buku lain yang berkaitan dengan asan Al-Bannā.


(28)

Serta buku-buku yang lainnya yang penulis gunakan, dan tak lupa penulis melakukan pencairan pada Internet.

b. Kritik

Kritik dilakukan terhadap sumber yang digunakan oleh penulis. Data-data yang telah diperoleh dari sumber tersebut, tidak langsung dituangkan ke dalam tulisan menjadi karya baru, namun dilakukan kritik terhadap sumber yang digunakan, baik buku, karya ilmiah, maupun temuan dari internet. Pada dasarnya kritik sumber bertujuan untuk menilai otentitas dan kredibilitas sumber itu sendiri.

Kritik sumber dilakukan terhadap aspek internal dan eksternal. Kritik internal dilaksanakan dengan cara melihat sumber dan membandingkannya dengan sumber lain, dalam konteks permasalahan yang sama. sementara kritik eksternal, dalam pelaksanaannya dengan cara melihat tahun terbitan dan pengarangnya.

c. Interpretasi dan penulisan

Interpretasi adalah proses menafsirkan data dan fakta yang telah ditetapkan. Tahapan ini merupakan tahap pemberian makna terhadap data-data teks yang diperoleh dalam penelitian dengan menggunakan metode hermeneutika. Setelah melakukan interpretasi, maka tahapan selanjutnya adalah penulisan laporan penelitian. Pada tahap ini penulis menyajikan hasil temuannya dengan cara penulisan yang baik dan benar berdasarkan Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2012.

3. Laporan penelitian

Tahapan ini adalah tahapan terakhir untuk menyelesaikan penelitian. Hasil penelitian disusun secara sistematis menjadi suatu karya ilmah berbentuk skripsi. Dan sistematika yang digunakan


(29)

dalam penelelitian ini disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2012.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah book research (studi literatur/studi pustaka). Studi pustaka menurut Sarwono (2006: 26) yaitu, mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah-masalah yang akan diteliti.

Bagi peneliti yang menerapkan metode kualitatif, literatur memiliki kegunaan yang sangat istimewa. Literatur memungkinkan penggunanya untuk mengindentifikasi penelitian terdahulu dalam suatu bidang, dan mengungkapkan kesenjangan pemahaman (Strauss dan Corbin, 2009: 40).

Dengan melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti (Sukardi, 2008: 34). Lebih lanjut Ary dkk (Sukardi, 2008: 34) mengemukakan bahwa studi kepustakaan mempunyai beberapa peranan, seperti :

1. Peneliti akan mengetahui batas-batas cakupan dari permasalahan. 2. Dengan mengetahui teori yang berkaitan dengan permasalahan,

peneliti dapat menempatkan pertanyaan secara perspektif.

3. Dengan studi literatur, peneliti dapat membatasi pertanyaan yang diajukan dan menentukan konsep studi yang berkaitan erat dengan permasalahan.

4. Dengan studi literatur, peneliti dapat mengetahui dan menilai hasil-hasil-hasil penelitian yang sejenis yang mungkin kontradiktif antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.

5. Dengan melalui studi literatur, peneliti dapat menentukan pilihan metode peneliti yang tepat untuk memecahkan permasalahan. 6. Dengan studi literatur dapat dicegah atau dikurangi replikasi yang

kurang bermanfaat dengan penelitian yang sudah dilakukan penelitian lainnya.


(30)

7. Dengan studi literatur, para peneliti dapat lebih yakin dalam menginterpretasikan hasil penelitian yang hendak dilakukannya. Penelitian kualitatif tidak bisa dipisahkan dengan subjek penelitian. subjek penelitian dalam penelitian kali ini adalah adalah peneliti sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Afifuddin dan Saebani (2009: 130), bahwa:

Subjek penelitian, informan maupun partisipan dalam metode penelitian kualitatif adalah orang yang berikhtiar mengumpulkan data. Subjek penelitian adalah peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama dalam penelitian kualitatif, sedangkan informan dan pastisipan dapat peneliti sendiri maupun pihak lain yang dilibatkan dalam penelitian. Semua subjek yang dimaksud adalah alat pengumpul data Mengenai dimana tempat melakukan book research (studi kepustakaan). Banyak ahli penelitian menganjurkan perpustakaan adalah tempat yang paling ideal. Karena di perpustakaan peneliti akan mudah mengakses bermacam-macam sumber yang relevan dengan permasalah yang hendak dipecahkan (Sukardi, 2008: 35). Untuk itu, peneliti menjadikan perpustakaan sebagai tempat penelitian dalam menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer

Dalam penelitian ini, penulis meneliti tentang konsep pendidikan Islām dalam karya asan Al-Bannā yaitu Risalah Pergerakan Dakwah Ikhwānul Muslimīn, maka data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimīn karya asan Al-Bannā .

2. Data Sekunder

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah semua buku-buku penunjang yang masih ada kaitannya dengan persoalan yang dibahas. Karena data sekunder adalah data yang bukan diusahakan


(31)

sendiri pengumpulannya oleh peneliti, seperti : Ceramah-ceramah asan Al-Bannā , Biografi Dakwah asan Al-Bannā , Konsep Pemikiran Gerakan Dakwah Ikhwān, dan buku lain yang berkaitan dengan asan Al-Bannā .

F. Analisi Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Afifuddin dan Saebani, 2009: 145). Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru (Sarwono, 2006: 261).

Lebih lanjut Taylor (Afifuddin dan Saebani, 2009: 145) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Sementara Arikunto (Arikunto, 2006: 235) mengemukakan, bahwa secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah yaitu persiapan, tabulasi. Dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.

Jika memperhatikan metode penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti. Maka analisis data yang cocok dalam penelitian studi literatur adalah teknik analisis isi (content analysis).

Analisis Isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa (Afifuddin dan Saebani, 2009: 165). Lebih lanjut Afifuddin dan Saebani (2009: 165) mengemukakan, bahwa analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang


(32)

dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.

Afifuddin dan Saebani (2009: 168) mengemukakan ada tiga langkah strategis penelitian analisis isi, yaitu :

Pertama, penetapan desain atau model penelitian.

Kedua, pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisi isi, teks merupakan objek yang pokok, bahkan terpokok.

Ketiga, pencarian pengetahuan konstekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan faktor-faktor lain.

Sementara, jika analisis isi menggunakan metode hermeneutika, maka pengelompokan interpretasi/hermeneutika akan menjadi :

1. Interpretasi/hermeneutika gramatika bahasa;

2. Interpretasi/hermeneutika psiko-historis-sosiologis (ekstra linguistik) ini sama pula dengan apa yang disebut hermeneutika kritis (critical hermeneutics), disebut juga kritik ideologi (oleh/ala Habermas). Hermeneutika disini menekankan pada faktor-faktor ekstralinguistik sebagai masalah yang harus dipecahkan hermeneutika.

3. Interpretasi/hermeneutika spirit (ideal moral). Hermeneutika disini untuk menemukan konsep dasar/umum/prinsip atau makna universal teks; dan

4. Interpretasi/hermeneutika konstekstual. Maksudnya, hermeneutika menjadi jawaban terhadap kasus baru berdasarkan nilai ideal-moral (Sahrodi, 2008: 20).


(33)

Gambar 3.1

Prosedur Analisis Konten Kualitatif menurut Philipp Mayring (Satori dan Komariah, 2011: 159)

Formulasi langkah demi langkah kategori induktif dari materi, dengan mempertimbangkan definisi kategori dan tingkat abstraksi. Mengurutkan kategori lama

lama atau formulasi

Revisi kategori sesudah 10 – 15 % materi Pertanyaan penelitian

Penentuan Definisi Kategori dan Tingkat Abstrkasi untuk kategori Induktif

Pekerjaan akhir dari keseluruhan teks

Interpretasi hasil

Pengecekan reliabilitas secara

sumatif Pengecekan realibilitas secara


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari uraian di atas, bahwa konsep pendidikan Ḥasan Al-Bannā merupakan pemahaman yang berangkat dari teori dasar pendidikan Islāmiyah yang bersumberkan dari Al-Qur`anul Karim dan Sunah Rasūl-Nya,

menapaktilasi perjalanan sahabat dan tabi’in, serta para pembaharu Islām dan para tokoh Islām. Seluruh proses pendidikan yang dilakukan oleh Ḥasan

Al-Bannā diselaraskan dengan tujuan pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur`an dan As-Sunah. Ḥasan Al-Bannā sangat menginginkan terbentuknya

generasi Muslim yang memahami Islām secara benar dan murni, meyakininya

secara mendalam, mempraktikannya dalam diri sendiri dan keluarganya, berjuang meninggikan kalimat-Nya, menerapkan syari’atnya dan menyatukan

umatnya. Untuk itu, ia selalu memperhatikan seluruh aspek dari ajaran Islām.

Dengan cara ini, Ḥasan Al-Bannā meyakini betapa pentingnya pendidikan

Islāmiyah untuk kemaslahatan umat. Keyakinan tersebut ia tuangkan dalam

tujuan pendidikan Islāmiyah tertinggi, yaitu untuk menjadikan manusia

sebagai insān kāmil (paripurna) dengan meyakini bahwa Islām adalah sebuah sistem yang mutlak, universal dan komperhenshif yang mampu mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Ḥasan Al-Bannā menginginkan agar manusia menjadi pribadi Muslim yang utuh dan mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Sehingga muncullah semangat mempelajari

Islām secara mendalam dengan jalan penguatan akhlak Islāmiyah. Rahasia

inilah yang menjadi unsur penggerak untuk menyebarkan ruh keislāman yang dinamis di seluruh lingkungan manusia, baik di lingkungan keluarga, kerabat, teman sejawat, maupun masyarakat umum. Sehingga ruh Islām mampu memberikan warna di lingkungan tersebut. Dalam hal ini Ḥasan Al-Bannā sejalan dengan ahli-ahli pendidik modern yang menginginkan hal yang sama.


(35)

Tonggak pendidikan Islāmiyah yang menjadi landasan dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah Prinsip Rabbaniyah, Prinsip Alamiyah, Prinsip bersumber kepada Al-Qur`andan Sunah Rasul Allah, Prinsip Komperhenshif, Prinsip insāniyaħ, Prinsip Integralitas, Prinsip memanfaatkan sarana dan prasarana, Prinsip abat (teguh), Prinsip Ukhuwah, Proporsional atau Seimbang, Prinsip Aktif dan Membangun (Konstruktif) dan Prinsip

“mengutamakan kerja daripada seruan dan propaganda”.

Di sisi lain, tujuan pendidikan Islāmiyah tidak akan tercapai tanpa sebuah metode. Dalam mewujudkanya, Ḥasan Al-Bannā menggunakan metode usrah yang didalamnya mencakup beberapa metode, yaitu : metode cerita dan ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab atau dialog, metode hukuman dan ganjaran, metode perumpamaan atau metafora, metode amar ma’ruf nahyī

munkār, metode pemisahan antara siswa laki-laki dan perempuan, metode mengambil ibrāh dengan tadabur alam seperti mengadakan riḥlaħ aqafiyah (semacam studi tur) dengan mengunjungi berbagai peninggalan sejarah, pabrik-pabrik, dan sebagaianya, mengadakan wisata bulan purnama, mengadakan wisata sungai dengan berdayung sampan, mengadakan wisata gunung, bukit, taman dan sebagainya, mengadakan wisata sepeda, puasa bersama sehari dalam sepekan, atau sehari dalam dua pekan, shalat shubuh bersama di mesjid sekali sepekan, berusaha untuk dapat mabīt (bermalam) bersama sekali sepekan atau sekali dalam dua pekan. Secara keseluruhan metode yang digunakan oleh Ḥasan Al-Bannā sesuai dengan metode-metode yang digunakan oleh ahli-ahli pendidikan modern. Motode tersebut berperan sebagai strategi dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islāmiyah.

Kemudian, dalam konsep pendidikan Islāmiyah Hasan Al-Bannā. Seorang Muslim harus menjadikan dakwah sebagai perhatian yang paling utama, menjadikan dakwah sebagai kisaran kehidupannya dan tujuan akhir segala upayanya. Ḥasan Al-Bannā mempunyai waṣāil (perangkat) yang harus dipegangi dan dilaksanakan. Perangkat umum yang selalu dipegang erat dan tidak mungkin berubah itu adalah iman yang dalam, takwīn (pembentukan


(36)

pribadi Muslim) yang jeli dan amal yang berkesinambungan. Perangkat tersebut akan berfungsi dengan baik ketika disertai materi-materi yang terdiri aspek iman, ilmu, amal, dan akhlak. Keempat aspek tersebut mempunyai ikatan yang saling berkaitan dengan perangakat umum yang harus dipegang erat oleh seorang Muslim. Selain itu, materi Al-Qur`an, materi pengetahuan umum dan cinta tanah air, materi bahasa Arab, materi Sejarah Islām, Sejarah

Nasional, Pembinaan Kebangsaan, serta Sejarah Peradaban Islām menjadi

materi prioritas juga dalam tarbiyah Ḥasan Al-Bannā.

B. Rekomendasi

Secara keseluruhan pendidikan Islāmiyah yang inginkan oleh Ḥasan

Al-Bannā adalah mewujudkan putra-putri terbaik umat ini untuk memiliki pemikiran yang merdeka, berhati bersih, berjiwa jernih, berakhlak lurus, berperangai baik dan mempunyai semangat tinggi dalam menegakan agama

Allāh.

Keterkaitannya dengan itu semua, penulis mempunyai saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, hendaknya memasukkan paham-paham pikiran pendidikan Ḥasan Al-Bannā dalam kurikulum madrasah atau sekolahnya karena pola pikir Ḥasan Al-Bannā mengajarkan keseimbangan dunia dan akherat yang sesuai dengan budi pekerti.

2. Bagi praktisi pendidikan hendaknya berpikiran dan berprilaku seperti kerangka konsep pendidikan Ḥasan Al-Bannā dalam mendidik anak didiknya karena pola pikir Ḥasan Al-Bannā sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan.

3. Bagi penulis berikutnya, supaya menyempurnakan kembali hasil penelitian yang penulis lakukan, karena masih banyak nilai-nilai pendidikan yang belum terungkap dalam tulisan ini, oleh karenanya, bagi


(37)

penulis supaya melengkapi berikut aplikasinya dalam dunia pendidikan secara nyata.


(38)

... (2009). Al-Quran dan Terjemahnya : diterjemahkan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema

Abdussalam, A. (2011). Pembelajaran Dalam Al-Qur`an Al-Karim (Studi Bayani

terhadap konsep ta'lim dalam Al-Qur`an ). Disertasi Doktor pada FPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Afifuddin, & Saebani, B. A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

Al-Bannā, H. (2009). Majmu’aħ Al-Rasāil Al-Imam Asy-Syāhid Ḥasan Al-Bannā.

Diterjemahkan oleh Anis Matta dkk (2009). Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimin Jilid 1. Solo: Era Intermedia.

Al-Bannā, H. (2012). Majmu’aħ Al-Rasāil Al-Imam Asy-Syāhid Ḥasan Al-Bannā.

Diterjemahkan oleh Anis Matta dkk (2012). Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimin Jilid 2. Solo: Era Intermedia.

Al-Khatib, M. A., & Hamid, M. A. (2004). Nadzaratul Fii Risalatit-Ta’alim. Diterjemahkan oleh Khozin Abu Faqih (2004). Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwān. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.

al-Qaradhawi, Y. (2005). at-Tarbiyaħ Islāmiyatu wa Madrasatun Hasan Al-Bannā.

Diterjemahkan oleh A. Sobari (2005) Tarbiyaħ Ḥasan Al-Bannā dalam Jamā'ah al

-Ikhwān al-Muslimūn. Dalam, Jakarta: Robbani Press. Alwasilah, C. (2011). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

An-Nahlawi, A. (1996). Ushulut Tarbiyaħ Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal Madrasati

wal Mujtama’. Diterjemahkan oleh Shihabuddin (1996). Prinsip-prinsip dan Metode

Pendidikan Islām, dalam Keluarga, di Sekolah, dan di Masyarakat. Bandung: CV.

Diponegoro.

Arifin. (2008). Ilmu Pendidikan Islām . Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arifin, M. (2005). Filsafat Pendidikan Islām. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.


(39)

Depdiknas. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta: Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Faqih, K. A. (2006). Bersama 6 Mursyid 'Am Ikhwānul Muslimin. Surakarta: Auliya Press Solo.

Fuad, H. I. (2007). Filsafat Pendidikan Islām. Bandung: Pustaka Setia.

Husain, S., & Ashraf, A. (1986). Crisis Muslim Education. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti (1986). Krisis Pendidikan Islām. Bandung: Risalah Bandung.

Pakar IPB Otopsi. (2011). Pentingkan Pendidikan Agama dan Karakter. [online]: tersedia: http://ipb.ac.id//?pilih=news&aksi=lihat&id=644 (22 Juni 2011).

Irwansyah (2008). Hasan Al-Banna dalam Tarbiyaħ Ikhwanul Muslimin Mesir (1928-1949). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Jalal, A. F. (1988). Azas-azas Pendidikan Islām . Bandung: CV. Diponegoro. Langgulung, H. (2000). Asas-asas Pedidikan Islām. Jakarta: Al Husna Zikra.

Marzuki. (2009). Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Islām. Yogyakarta: Debut Wahana Press dan FISE UNY.

Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islām. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyono, E. (2010). Belajar Hermeneutika (dari konfigurasifilosofis menuju praksis Islamic Studies). Yogyakarta: IRCiSoD

Mujib, A., & Muzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islām. Jakarta: Kencana.

Mustafa, Z. (2009). Mengurai Variable hingga Instrumental. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurdi, H. (2008). Perjalanan Meminang Bidadari. Jakarta: Mutiara.

Qutbh, M. '. (1988). Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islām. Bandung: CV. Diponegoro.

Ramayulis. (2010). Ilmu Pendidikan Islām. Jakarta: Kalam Mulia.

Ramayulis, dan Nizar, S. (2010). Filsafat Pendidikan Islām. Jakarta: Kalam Mulia.

Sabiq, Z. Y. (2004). Generasi Bermasalah: Mengenal Jati Diri Remaja. Bandung: Mujahid Press.


(40)

Sebliawan. (2011). Studi Komparatif Perilaku Beragama antara Siswa SMAN 9 Bandung Kelas XI dengan Siswa MAN 1 Bandung Kelas XI. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Soejono, & Abdurrahman. (2005). Metode Penelitian suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta.

Strauss, A., & Corbin, J. (2009). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sobriyantho, R. M, (2010) Pemikiran Hasan Al Banna Tentang Pendidikan Islam (Studi Analisis Metode Pendidikan Islam). Skripsi Sarjana pada STAIN Pekalongan: [online]. Tersedia di : http://tarbiyaħ.stain-pekalongan.ac.id/ (29 Januari 2013) Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2008). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Suryabrata, S. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an . Bandung : Alfabeta. Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islām. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tim redaksi pustaka yustisia. (2009). Kompilasi Perundangan Bidang Pendidikan. Yogyakarta. Penerbit pustaka yustisia

Uwes, H. (2003). Visi dan Pondasi Pendidikan. Jakarta: Logos.

Wamy. (2008). Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (akar ideologi dan pemikirannya). Jakarta: Al-I'tisom Cahaya Umat.


(1)

113

Agus Mulyana, 2013

Konsep Pendidikan Islām Menurut Ḥasan Al-Bannā (Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bannā

tentang Pendidikan Islām dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimīn)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tonggak pendidikan Islāmiyah yang menjadi landasan dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah Prinsip Rabbaniyah, Prinsip Alamiyah, Prinsip bersumber kepada Al-Qur`andan Sunah Rasul Allah, Prinsip Komperhenshif, Prinsip insāniyaħ, Prinsip Integralitas, Prinsip memanfaatkan sarana dan prasarana, Prinsip abat (teguh), Prinsip Ukhuwah, Proporsional atau Seimbang, Prinsip Aktif dan Membangun (Konstruktif) dan Prinsip

“mengutamakan kerja daripada seruan dan propaganda”.

Di sisi lain, tujuan pendidikan Islāmiyah tidak akan tercapai tanpa sebuah metode. Dalam mewujudkanya, Ḥasan Al-Bannā menggunakan metode usrah yang didalamnya mencakup beberapa metode, yaitu : metode cerita dan ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab atau dialog, metode hukuman dan ganjaran, metode perumpamaan atau metafora, metode amar ma’ruf nahyī munkār, metode pemisahan antara siswa laki-laki dan perempuan, metode mengambil ibrāh dengan tadabur alam seperti mengadakan riḥlaħ aqafiyah (semacam studi tur) dengan mengunjungi berbagai peninggalan sejarah, pabrik-pabrik, dan sebagaianya, mengadakan wisata bulan purnama, mengadakan wisata sungai dengan berdayung sampan, mengadakan wisata gunung, bukit, taman dan sebagainya, mengadakan wisata sepeda, puasa bersama sehari dalam sepekan, atau sehari dalam dua pekan, shalat shubuh bersama di mesjid sekali sepekan, berusaha untuk dapat mabīt (bermalam) bersama sekali sepekan atau sekali dalam dua pekan. Secara keseluruhan metode yang digunakan oleh Ḥasan Al-Bannā sesuai dengan metode-metode yang digunakan oleh ahli-ahli pendidikan modern. Motode tersebut berperan sebagai strategi dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islāmiyah.

Kemudian, dalam konsep pendidikan Islāmiyah Hasan Al-Bannā. Seorang Muslim harus menjadikan dakwah sebagai perhatian yang paling utama, menjadikan dakwah sebagai kisaran kehidupannya dan tujuan akhir segala upayanya. Ḥasan Al-Bannā mempunyai waṣāil (perangkat) yang harus dipegangi dan dilaksanakan. Perangkat umum yang selalu dipegang erat dan tidak mungkin berubah itu adalah iman yang dalam, takwīn (pembentukan


(2)

114

Agus Mulyana, 2013

Konsep Pendidikan Islām Menurut Ḥasan Al-Bannā (Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bannā

tentang Pendidikan Islām dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimīn)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pribadi Muslim) yang jeli dan amal yang berkesinambungan. Perangkat tersebut akan berfungsi dengan baik ketika disertai materi-materi yang terdiri aspek iman, ilmu, amal, dan akhlak. Keempat aspek tersebut mempunyai ikatan yang saling berkaitan dengan perangakat umum yang harus dipegang erat oleh seorang Muslim. Selain itu, materi Al-Qur`an, materi pengetahuan umum dan cinta tanah air, materi bahasa Arab, materi Sejarah Islām, Sejarah

Nasional, Pembinaan Kebangsaan, serta Sejarah Peradaban Islām menjadi

materi prioritas juga dalam tarbiyah Ḥasan Al-Bannā. B. Rekomendasi

Secara keseluruhan pendidikan Islāmiyah yang inginkan oleh Ḥasan

Al-Bannā adalah mewujudkan putra-putri terbaik umat ini untuk memiliki pemikiran yang merdeka, berhati bersih, berjiwa jernih, berakhlak lurus, berperangai baik dan mempunyai semangat tinggi dalam menegakan agama

Allāh.

Keterkaitannya dengan itu semua, penulis mempunyai saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, hendaknya memasukkan paham-paham pikiran pendidikan Ḥasan Al-Bannā dalam kurikulum madrasah atau sekolahnya karena pola pikir Ḥasan Al-Bannā mengajarkan keseimbangan dunia dan akherat yang sesuai dengan budi pekerti.

2. Bagi praktisi pendidikan hendaknya berpikiran dan berprilaku seperti kerangka konsep pendidikan Ḥasan Al-Bannā dalam mendidik anak didiknya karena pola pikir Ḥasan Al-Bannā sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan.

3. Bagi penulis berikutnya, supaya menyempurnakan kembali hasil penelitian yang penulis lakukan, karena masih banyak nilai-nilai pendidikan yang belum terungkap dalam tulisan ini, oleh karenanya, bagi


(3)

115

Agus Mulyana, 2013

Konsep Pendidikan Islām Menurut Ḥasan Al-Bannā (Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bannā

tentang Pendidikan Islām dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimīn)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penulis supaya melengkapi berikut aplikasinya dalam dunia pendidikan secara nyata.


(4)

Agus Mulyana, 2013

Konsep Pendidikan Islām Menurut Ḥasan Al-Bannā (Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bannā tentang

Pendidikan Islām dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimīn)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

... (2009). Al-Quran dan Terjemahnya : diterjemahkan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema

Abdussalam, A. (2011). Pembelajaran Dalam Al-Qur`an Al-Karim (Studi Bayani

terhadap konsep ta'lim dalam Al-Qur`an ). Disertasi Doktor pada FPS UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Afifuddin, & Saebani, B. A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

Al-Bannā, H. (2009). Majmu’aħ Al-Rasāil Al-Imam Asy-Syāhid Ḥasan Al-Bannā.

Diterjemahkan oleh Anis Matta dkk (2009). Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimin

Jilid 1. Solo: Era Intermedia.

Al-Bannā, H. (2012). Majmu’aħ Al-Rasāil Al-Imam Asy-Syāhid Ḥasan Al-Bannā.

Diterjemahkan oleh Anis Matta dkk (2012). Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimin

Jilid 2. Solo: Era Intermedia.

Al-Khatib, M. A., & Hamid, M. A. (2004). Nadzaratul Fii Risalatit-Ta’alim. Diterjemahkan oleh Khozin Abu Faqih (2004). Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwān. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.

al-Qaradhawi, Y. (2005). at-Tarbiyaħ Islāmiyatu wa Madrasatun Hasan Al-Bannā.

Diterjemahkan oleh A. Sobari (2005) Tarbiyaħ Ḥasan Al-Bannā dalam Jamā'ah al

-Ikhwān al-Muslimūn. Dalam, Jakarta: Robbani Press. Alwasilah, C. (2011). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

An-Nahlawi, A. (1996). Ushulut Tarbiyaħ Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal Madrasati wal Mujtama’. Diterjemahkan oleh Shihabuddin (1996). Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islām, dalam Keluarga, di Sekolah, dan di Masyarakat. Bandung: CV.

Diponegoro.

Arifin. (2008). Ilmu Pendidikan Islām . Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arifin, M. (2005). Filsafat Pendidikan Islām. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.


(5)

Agus Mulyana, 2013

Konsep Pendidikan Islām Menurut Ḥasan Al-Bannā (Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bannā tentang

Pendidikan Islām dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimīn)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Basri, H. (2009). Filsafat Pendidikan Islām. Bandung: Pustaka Setia.

Bungin, B. (2008). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press.

Depdiknas. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta: Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Faqih, K. A. (2006). Bersama 6 Mursyid 'Am Ikhwānul Muslimin. Surakarta: Auliya Press Solo.

Fuad, H. I. (2007). Filsafat Pendidikan Islām. Bandung: Pustaka Setia.

Husain, S., & Ashraf, A. (1986). Crisis Muslim Education. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti (1986). Krisis Pendidikan Islām. Bandung: Risalah Bandung.

Pakar IPB Otopsi. (2011). Pentingkan Pendidikan Agama dan Karakter. [online]: tersedia: http://ipb.ac.id//?pilih=news&aksi=lihat&id=644 (22 Juni 2011).

Irwansyah (2008). Hasan Al-Banna dalam Tarbiyaħ Ikhwanul Muslimin Mesir (1928-1949).

Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Jalal, A. F. (1988). Azas-azas Pendidikan Islām . Bandung: CV. Diponegoro. Langgulung, H. (2000). Asas-asas Pedidikan Islām. Jakarta: Al Husna Zikra.

Marzuki. (2009). Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Islām. Yogyakarta: Debut Wahana Press dan FISE UNY.

Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islām. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyono, E. (2010). Belajar Hermeneutika (dari konfigurasifilosofis menuju praksis Islamic

Studies). Yogyakarta: IRCiSoD

Mujib, A., & Muzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islām. Jakarta: Kencana.

Mustafa, Z. (2009). Mengurai Variable hingga Instrumental. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurdi, H. (2008). Perjalanan Meminang Bidadari. Jakarta: Mutiara.

Qutbh, M. '. (1988). Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islām. Bandung: CV. Diponegoro.

Ramayulis. (2010). Ilmu Pendidikan Islām. Jakarta: Kalam Mulia.

Ramayulis, dan Nizar, S. (2010). Filsafat Pendidikan Islām. Jakarta: Kalam Mulia.

Sabiq, Z. Y. (2004). Generasi Bermasalah: Mengenal Jati Diri Remaja. Bandung: Mujahid Press.


(6)

Agus Mulyana, 2013

Konsep Pendidikan Islām Menurut Ḥasan Al-Bannā (Studi Literatur Pemikiran Ḥasan Al-Bannā tentang

Pendidikan Islām dalam Buku Risalah Pergerakan Ikhwānul Muslimīn)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sebliawan. (2011). Studi Komparatif Perilaku Beragama antara Siswa SMAN 9 Bandung

Kelas XI dengan Siswa MAN 1 Bandung Kelas XI. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Soejono, & Abdurrahman. (2005). Metode Penelitian suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta.

Strauss, A., & Corbin, J. (2009). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sobriyantho, R. M, (2010) Pemikiran Hasan Al Banna Tentang Pendidikan Islam (Studi

Analisis Metode Pendidikan Islam). Skripsi Sarjana pada STAIN Pekalongan:

[online]. Tersedia di : http://tarbiyaħ.stain-pekalongan.ac.id/ (29 Januari 2013) Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2008). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Suryabrata, S. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an . Bandung : Alfabeta. Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islām. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Tim redaksi pustaka yustisia. (2009). Kompilasi Perundangan Bidang Pendidikan. Yogyakarta. Penerbit pustaka yustisia

Uwes, H. (2003). Visi dan Pondasi Pendidikan. Jakarta: Logos.

Wamy. (2008). Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (akar ideologi dan pemikirannya). Jakarta: Al-I'tisom Cahaya Umat.