PELANG6ARAN ETIS OLER SISWA DAN ALASAN MENGHINDARINYA: STUDI PERBANDINGAN ANTARA SISWA MADRASAH ALIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Dl BANDAR LAMPUNG.
PELANG6ARAN ETIS OLER SISWA DAN
ALASAN MENGHINDARINYA
{ STUDI PERBANDINGAN ANTARA SISWA MADRASAH ALIYAH
DAN
SEKOLAH
MENENGAH
ATAS
Dl
BANDAR
LAMPUNG )
X
T
Diajukan
Institut
dan
Sebagian
STRATA-2
S
Kepada
Keguruan
Memenuhi
E
1 S
Panitia
Ilmu
dari
Bidang
Ujian
Pendidikan
Syarat
Studi
Tesis
Bandung
Penyelesaian
Pendidikan
untuk
Program
Umum
Oleh :
ADELINA
No.
Pokok
FAKULTAS
HASYIM
495/G/XVI-8
PASCA
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU
B
A
N
D
19 8
U
8
N
G
PENDIDIKAN
Disetujui Oleh :
Pembimbing Pertama,
Prof.Dr S.Nasution MA
Pembimbing Kedua,
Dr.MI Soelaeman
103
Lampiran A
ABSTRAK
Para remaja yang berasal dari sekolah dengan ciri
agama Islam seperti Madrasah Aliyah mempunyai jumlah pe
langgaran hukum lebih kecil, bila dibandingkan dengan
siswa Sekolah Menengah Atas yang bercorak umum. Hal ini
berdasarkan data yang diperoleh dari pihak Kepolisian.
Berdasarkan hal inilah penulis mencoba mengarahkan peneli
tian ini
pada pelanggaran-pelanggaran yang lebite seder-
hana _dari pelanggaran hukum yakni pelanggaran etis.
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini terdiri
dari dua hal yaitu: 3J. Apakah pelanggaran etis siswa Mad
rasah Aliyah lebih rendah tingkatannya* bila dibandingkan
dengan siswa SMA? 2)v Apakah alasan menghindari pelanggar
an etis siswa Madrasah Aliyah cenderung lebih religius,
bila dibandingkan dengan siswa SMA?.
Pelanggaran etis dapat dibedakan dalam tiga ting
katan yakni rendah, sedang dan tinggi, dilihat dari akibat
dan sifat buruk yang terkandung di dalamnya. Alasan meng
hindari pelanggaran etis dapat dibedakan dari alasan yang
religius dan non religius.
Bertitik tolak dari adanya perbedaan dalam pelaksa
naan pengajaran agama di Madrasah Aliyah dan SMA, maka diduga hasil yang diperoleh siswa juga berbeda. Perbedaan
ini mungkin terletak pada perilaku etis. Secara teoritik
agama dapat dijadikan sarana untuk mendorong manusia ber
tindak susial, meskipun
sangat tergantung pada kesucian
104'
hati masing-masing manusia untuk menerimanya.
Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
siswa Madrasah Aliyah dam SMA yang berjumlah 351 orang. Se
bagai instrumen penelitian digunakan angket, dengan maksud
untuk mengukur pada tingkat mana siswa Madrasah Aliyah dan
SMA cenderung melakukan pelanggaran etis, dan siswa seko
lah mana yang cenderung memilih alasan religius di dua se
kolah tersebut.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
chi kuadrat untuk melihat signifikansi antara variabel pe
nelitian dengan sekolah, kemudian digunakan modus untuk me
lihat kecenderungannya yang dicari lewat persentase.
.Berdasarkan prosedur di atas diperoleh hasil-hasU
sebagai berikut:
1. Pelanggaran etis siswa Madrasah Aliyah cenderung lebih
rendah tingkatannya, bila dibandingkan dengan siswa SMA.
Siswa Madrasah Aliyah berada pada tingkat rendah, se
dangkan siswa SMA berada pada tingkat sedang.
2. Alasan menghindari pelanggaran etis siswa Madrasah Ali
yah cenderung lebih religius dari siswa SMA, perbandingannya 63,9% ; 29,7 %.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai ber_
iku: Apabila lingkungan sekolah mendukung terlaksananya
pendidikan agama baik secara teoritik dalam kegiatan intra
kurikuler, maupun secara praktis dalam kegiatan ko dan ekstra kurikuler, maka berkemungkinan dapat mengurangi
105
keinginan siswa melakukan pelanggaran etis pada tingkat
yang lebih tinggi.
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAB
i
UCAPAN TERIMA KASIH
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
BAB I
iv
: PERMASALAHAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Analisis Masalah
7
C. Tujuan Penelitian
12
D. Kegunaan Penelitian
12
E. Asumsi Penelitian
13
F. Hipotesis
l/f
BAB II : PENDEKATAN KONSEPTUAL TENTANG PELANGGARAN
ETIS DAN ALASAN MENGHINDARINYA
A. Etika dan Pribadi Manusia
15
B. Faktor Pendorong dan Penghambat Terbentuknya Perilaku Etis
2Z
C. Pelanggaran Etis
28
D. Bentuk-bentuk Perbuatan Pelanggaran
31
Etis
E. Perbandingan Madrasah Aliyah dan SMA
sebagai Lembaga Pendidikan
Z^
F. Alasan Menghindari Pelanggaran Etis
54
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
.•
63
B,. Variabel Penelitian
63
C. Populasi dan Sampel
68
iii
halaman
D. Pengumpulan Data
72
E. Analisis Data
83
BAB IV : PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN HASIL
PENELITIAN
BAB V
A. Pelaksanaan Penelitian
8*+
B. Pengolahan Data
85
: PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Pembahasan
95
B. Kesimpulan
98
C. Implikasi
99
DAFTAR PUSTAKA
101
ABSTRAK (lampiran A)
103
RIWAYAT HIDUP (lampiran B)
106
ANGKET (lampiran C)
108
TABEL PERHITUNGAN (lampiran D)
113
iv
DAFTAR TABUL
Tfebel
halaman
1. Jumlah siswa SMA dan.Madrasah Aliyah yang
melakukan perbuatan melanggar hukum
3
2. Struktur program, kurikulum Madrasah Aliyah
48
3. Struktur program kurikulum SMA
49
4. Asal sekolah dan jumlah pelanggaran; hukum
siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas
68
5. Jumlah siswa pada wilayah populasi
69
6. Alokasi proporsional sampel
71
7. Persiapan untuk menghitung korelasi hasil
uji coba angket di SMA
75
8. Persiapan untuk menghitung korelasi hasil
uji coba angket di Madrasah Aliyah
9. Kisi-kisi angket untuk pengumpulan data
78
81
10. Daftar kontingensi untuk hasil pengamatan
antara pelanggaran etis dan sekolah
87
11. Jumlah pelanggaran etis siswa Madrasah Aliyah
dan SMA
89
12. Daftar kontingensi untuk hasil pengamatan
antara alasan menghindari pelanggaran etis
dan sekolah
13. Jumlah alasan menghindari pelanggaran etis
siswa Madrasah Aliyah dan SMA
91
93
14. Jumlah pelanggaran etis raenurut tingkatnya dan
jumlah alasan menghindarinya
114
15. Perhitungan reliabilitas antar penilai tentang
soal
16. Nilai Distribusi X2
126
128
BAB I
PERMASALAHAN
A. Latar Belakang Masalah
Generasi muda dipandang sebagai generasi penerus
bangsa. Kepada merekalah dibebankan harapan masa depan
bangsa. Siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas merupakan bagian generasi muda yang nantinya diharapkan memikul tang-
gung jawab hari depan bangsa Indonesia,, dan mewarisi
ni
lai-nilai dan norma-norma yang menjunjung tinggi keluhuran
budi anggota masyarakatnya.
Membentuk sikap menghargai nilai dan norma kepada
anak yang tengah mengalami proses sosialisasi merupakan
suatu hal yang penting
mendapat perhatian, karena umumnya
anak-anak yang tergolong remaja berada dalam masa perkem-
bangan baik fisik maupun mental dan moralnya yang berin-
teraksi dengan pengaruh
Pengaruh
yang datang dari luar dirinya.
dari luar diri misalnya dari lingkungan keluar-
ga, sekolah, masyarakat dan pemerintah dapat menampilkan
nilai-nilai yang sama atau nilai-nilai yang saling berten-
tangan. Akibat yang dapat ditimbulkan dalam tingkah laku
anak adalah rnunculnya tingkah laku yang menjunjung tinggi
nilai keluhuran budi manusia atau tingkah laku yang me-
langgar nilai. Tingkah laku yang melanggar nilai terutama
nilai-nilai etis dalam pergaulan sesama anggota masyarakat
merupakan suatu hal yang tidak diharapkan, bahkan dapat
menimbulkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan masyara
kat, berupa kegelisahan, kekhawatiran kepada anak-muda
semakin jauh meninggalkan nilai-nilai etis yang diharapkan.
Gejala semacam ini telah terbaca oleh berbagai pihak. Di
kalangan
kaum pendidik mengeluarkan pendapat sebagai ber-
ikut:
Sejak beberapa tahun terakhir ini saya merasakan
bahwa mulai banyak norma-norma tata krama yang dilanggar. Norma yang paling dasar saja yakni menyapa guru
sudah mulai ditinggalkan. Dalam komunikasi verbal sudah tampil kata-kata jorok, yang sudah barang tentu
tidak kita asosiasi dengan orang terpelajar. Itu semua
saya nilai sebagai suatu gejala perubahan sosial budaya yang membawa perubahan tata nilai. Kita harus mencegah situasi tercabut akar. Harus diusahakan keseim-
bangan antara kesinambungan dan perubahan.(Conny Semiawan 1984,h.l)
Pihak pemerintah
katan
pun menyadari terjadinya pening
angka-angka pelanggaran yang dilakukan oleh anak-
anak muda, sehingga diadakan kebijaksanaan pemerintah un
tuk mengatasinya. Hal ini dungkapkan oleh Ketua Bakolak
Inpres
sebagai berikut: " Di Indonesia kenakalan remaja
terdapat tendensi meningkat. Dikeluarkannya Inpres No.6/71
yang antara lain isinya adalah wadah guna menanggulangi
secara terkoordinasi masalah kenakalan remaja".(Sutopo Yuwono 1981,h.95)
Kenakalan remaja dirasakan sebagai suatu gejala yang
nyata, oleh karena terjadinya peningkatan terutama di kotakota besar dengan kuantitas dan kualitas yang berbeda, maka
cukup kuat untuk menganggap bahwa
pelanggaran nilai dalam
bentuk kenakalan remaja ini merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian. Salah satu hal yang perlu untuk ditemukan sebelum memulai usaha pencegahan dan tindak Ianjut
terhadap tingkah laku pelanggaran nilai adalah jumlah pe
langgaran nilai yang dilakukan oleh anak-anak muda, khu-
susnya yang mendapat sorotan adalah siswa Sekolah Menengah
Atas dan Madrasah Aliyah di Kotamadya Bandarlampung.
Menemukan jumlah pelanggaran nilai yang dilakukan
oleh seseorang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, raengi-
ngat ada pelanggaran nilai yang hanya diketahui oleh diri
sendiri, diketahui oleh orang lain tapi didiamkan saja,
diketahui orang lain bukan yang berwajib dengan tindakan
tertentu dan diketahui orang lain atau yang berwajib dengan
tindakan dari yang berwajib. Data tentang jumlah pelanggar
an nilai-nilai etis yang dilakukan oleh seseorang sulit di-
peroleh kecuali terhadap tingkah laku yang sempat dijaring
oleh pihak yang berwajib, dalam hal ini pihak kepolisian.
Meskipun di luar itu masih ada pelanggaran hukum sebagai
pelanggaran etis
yang diproses dengan cara damai dan ti-
dak tercatat oleh pihak kepolisian.
Data konkrit yang mungkin dapat dijadikan pengarah
untuk menemukan data pelanggaran etis yang lain adalah
jumlah pelanggaran hukum
yang
ada pada pihak kepolisian.
Pihak kepolisian memperoleh data berdasarkan laporan atau
pengaduan dari berbagai pihak, maupun perbuatan yang lang-
sung tertangkap tangan
oleh pihak kepolisian. Disebut
sebagai pelanggaran hukum karena langsung merupakan pe
langgaran terhadap Undang-undang Hukum Pidana, yang meru
pakan salah
satu perwujudan dari nilai-nilai etis.
Sehubungan dengan hal ini dapat dijelaskan kenakal
an remaja di Kotamdaya Bandarlampung yang sempat dijaring
oleh pihak kepolisian dalam bentuk perbuatan yang melang
gar hukum. Banyak remaja dari berbagai kalangan yang terlibat dalam perbuatan melanggar hukum ini. Pada tabel be-'
rikut dikemukakan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
oleh siswa Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas saja.
TABEL 1
JUMLAH SISWA SMA DAN MADRASAH ALIYAH YANG
MELAKUKAN PERBUATAN MELANGGAR HUKUM
No
1.
2.
'langgar hukun
SMA
Lk .• Pr
1986
1985
1984
Perbuatan me-
R16A
MAD.AL
Lk.'
Pr.
Pr
'
LK" •Pr" Lk: K: Lit--..
MATA.AL
.
SMA
Pencurian
ringan
17
2
11
_
_
—
21
-
—
MAD,AL
Lk
:
-
-
-
: Pr
Pencurian
dengan kekerasan
5
3.
Pembunuhan
1
4.
Penganiayaan
ringan
4
5.
Perjudian
5
-
6.
Susila
2
l
-
6
-
-
-
1
-
-
-
-
'
1
7
-
7
-
3
-
-
-
4
-
8
-
-
-
-
1
-
—
—
-
—
-
Jumlah
3k
3
1
-
31
-
1
-
36
1
_L_
Sumber
: POLRESTA Bandarlampung 1987
J
L
Data pada tabel 1 menunjukkan jumlah siswa yang
terlibat pelanggaran hukum dan jenis pelanggarannya. Ter-
nyata jumlah pelanggaran hukum yang dilakukan oleh siswa
Madrasah Aliyah lebih kecil bila dibandingkan dengan pe
langgaran hukum yang dilakukan siswa SMA yakni 3k '• 1 untuk
tahun 1984, 31 : 1 untuk tahun 1985 dan 36 : 1 untuk tahun
1986. Perbandingan ini berdasarkan jumlah sekolah yakni
•SMA : Madrasah Aliyah =15 : 3, dengan perbandingan jumlah
siswa 1876 : 1000 orang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
jumlah pelanggaran hukum yang sempat diketahui polisi,ter-
nyata sekolah yang memperoleh pendidikan agama lebih banyak
seperti Madrasah Aliyah mempunyai jumlah yang jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan sekolah umum seperti SMA.
Hal ini mengarahkan pemikiran penulis, apakah perbandingan
tersebut hanya berlaku pada tingkat pelanggaran yang sempat
diketahui polisi saja atau berlaku pula pada tingkat lain
nya seperti,
pi
pelanggaran yang diketahui masyarakat teta-
didiamkan saja dan pelanggaran yang memang tidak di
ketahui orang lain. Mengenai pelanggaran ini, penulis mencoba memperjelas pada tingkat mana siswa Madrasah Aliyah
cenderung lebih banyak melakukan pelanggaran, bila diban
dingkan dengan siswa SMA. Mengingat pelanggaran yang diteliti merupakan pelanggaran fiilai yang menjadi tuntutan pe-
pi
kemanusiaan? maka pelanggaran yang dimaksud termaruk
pelanggaran terhadap nilai-nilai etis. Oleh karena itu,
dapat disebut sebagai pelanggaran etis.
Pelanggaran etis
merupakan indikasi adanya proble-
ma dalam pendidikan umum, sebab usaha pendidikan umum
me-
letakkan dasar-dasar pemahaman pribadi , kemasyarakatan dan
pandangan hidup,raungkin belum tampil secara maksimal. Apa-
lagi menghadapi
perubahan sosial akibat kemajuan ilmu pe-
ngetahuan dan teknologi, Persoalan yang dihadapi bukan ha
nya mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
tetapi diharapkan
pula mampu memprioritaskan sesuatu yang
paling baik diantara perbuatan yang baik itu. Di samping
itu diharapkan pula mampu mempertimbangkaii dan memu.tuskan
untuk melakukan suatu perbuatan buruk yang terpaksa dila
kukan dengan resiko yang paling kecil.
Di Sekolah Menengah Tingkat Atas pembinaan nilai
etis secara formal dibahas dalam dua mata pelajaran yakni
Pendidikan Moral Pancasila dan Pendidikan Agama yang meru
pakan kelompok mata pelajaran pendidikan umum. Perbuatan •
siswa melanggar nilai etis
mengurangi harapan yang dibe-
bankan kepada hasil belajar
dua mata pelajaran tersebut.
Usaha untuk menampilkan pendidikan umum dalam sosok pendi
dikan moral dan pendidikan agama dicoba melalui kajian teoritik yang lebih dalam.
Kajian teoritik dari sisi proses pelaksanaan kuri
kulum
mata pftlajaran yang tergolong pendidikan umum di
sekolah menengah tingkat atas, mencoba menyingkap hal-hal
yang menjadi latar belakang
meningkatnya
peluang siswa
melakukan pelanggaran. Dengan menunjukkan adanya perbedaan
jumlah pelanggaran etis siswa dari sekolah yang beridentitas agama dengan
siswa sekolah
umum dan alasan raenghin-
darinya yang berorientasi religius dan non religius, seca
ra tak langsung menggugah eksistensi pendidikan umum untuk
mengiisahakan internalisasi nilai antara lain lewat Pendi
dikan moral dalam pendidikan agama di jalur formal. Hal
ini akan di bahas dalam penelitian ini dalam tema :
Pelanggaran Etis oleh Siswa dan Alasan Menghindarinya.
(Studi Perbandingan antara Siswa Madrasah Aliyah dan Seko
lah Menengah Atas di Bandarlampung).
B.
Analisis Masalah
Inti perraasalahan dalam penelitian ini bertolak da.-,
ri pertanyaa: Apakah pelanggaran etig dan alasan menghindarinva berbada antara slsm. xan£ berasai dari lembaga
pendidikan, agama Islam dengan lembafla nendidikan vang ber-
corak umum?. Yang menjadi sub masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah pelanggaran eti& siswa Madrasah Aliyah cenderung lebih rendah tingkatannya, bila dibandingkan derngan siswa SMA?.
2. Apakah alasan menghindari pelanggaran etis siswa Madra
sah Aliyah cenderung lebih religius, bila dibandingkan
dengan siswa SMA?.
Yang menjadi persoalan pada sub masalah yang perta
ma adalah pelanggaran etis. Suatu perbuatan yang dilakukan
8
dengan sengaja dan tidak baik menurut pandangan etis adalah
merupakan bentuk pelanggaran etis.
ja adalah perbuatan
arti dan akibat
Perbuatan yang disenga-
yang dilakukan dengan kesadaran akan
perbuatan itu. Perbuatan itu diketahui
terlebih dahulu akibat-akibat apa yang mungkin ditimbulkan-
nya.
Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja tidak sela-
lu mudah ditentukan oleh orang lain. Kesengajaan biasanya
dirasakan oleh sipembuat sendiri. Contoh, seDrang siswa
membawa: buku pelajaran milik seorang siswi rekan sekelas-
nya. Teman-teman yang lain menduga siswa tersebut tanpa
sengaja terbawa
siswa tersebut
buku milik teman puteri mereka, padahal
ingin menarik perhatian
aiswi tersebut
pada dirinya. Oleh karena itu, faktor kesengajaan ini erat
hubungannya dengan menilai diri sendiri. Faktor kesengaja
an ini merupakan syarat penilaian suatu perbuatan etis.
Perbuatan yang dinilai dapat dipatuskan sebagai perbuatan
yang baik atau buruk, benar atau salah. Dalam hal menetapkan baik dan buruknya suatu perbuatan ini perlu ada pegang-
a'n
yang dapat menuntun proses berfikir mencari pedoman
tentang baik dan buruk.
Banyak aliran yang ditetapksn
oleh akhli filsafat tentang tolok ukur ini antara lain :
hedonisme yang tolok ukurnya adalah kenikmatan atau kepu-
asan rasa, Utilitarisme jtang mengukur baik buruknya perbu
atan dari kegunaannya, Religiosisme
yang mengukur baik
buruknya perbuatan dari ajaran agama, dan masih banyak la-
gi aliran lainnya. Mengingat perbuatan etis yang dinilai
dilakukan oleh siswa yang berbeda jumlah pelajaran agamanya
maka yang dijadikan titik tolak pandangan menilai perbuatan
etis siswa adalah religiosisme dengan ajaran agama Islam.
Oleh karena itu, orientasi pemikiran mengenai perbuatan
yamg tidak baik (buruk) dalam penelitian ini adalah etika
Islam atau dikenal dengan istilah akhlaq di kalangan umati
Islam.
Di dalam ilmu akhlaq dikenal dua macam bentuk *per
buatan . yakni : perbuatan •. yang baik (akhlaqul mahmudah)
dan
per.buatacL,
yang buruk ( akhlaqul mazmumah).
Jika seseorang melakukan perbuatan yang baik, berarti sudah memenuhi tuntutan nilai etis. Sebaliknya jika yang
dilakukan adalah sustu perbuatan yang buruk atau tidak baik
berarti melanggar tuntutan etis, dan hal inilah yang menjadi perhatian dalam penelitian ini. Yang termasuk perbuatan
yang buruk atau tidak baik dalam ilmu akhlaq adalah: mencu-
ri, raerusak barang, zina, judi, minum-minuman keras, flengki
dll.
Dalam hal^ perbuatan pelanggaran ini terdapat tingkat-
an tertentu. berdasarkan akibat yang ditimbulkannya. Salah
satu contoh : seorang siswa yang dengan sengaja mencuri
sebuah bolpoint milik adiknya, berbeda dengan seorang siswa
yang sengaja menBuri
uang milik teman di kelas dan berbe
da pula dengan seorang siswa yang mencuri video pada *alam
hari di sebuah rumah tertutup. Tingkatan dalam pelanggaran
etis ini bergerak dari tingkatan yang ringan, sedang sampai
berat, dan ketiganya adalah perbuatan mengambil barang
10
milik orang lain dengan tujuan untuk dimiliki secara mela-
wan hak, dan hal ini tetap dinamakan mencuri. Dengan ada.,
43
42
1849
1764
1806
6
37
41
1369
1681
1517
7
33
43
1089
1849
1419
8
40
43
1600
1849
1720
9 •
40
45
1600
2025
1800
10
42
43
1849
1806
11
44
44
1764
1936
1936
1936
12
41
44
1681
1936
1804
13
43
40
1849
1600
1720
lz+
39
41
1521
1681
1599
15
37
38 "
1369
1444
1406
16
36
42
1296
1764
1512
76'
No.Res
ponden
Item Ganjil
(X)
Item Gena
(Y)
J
Y2
XY
17
40
41
1600
1681
1640
18
44
45
1936
2025
1980
19
42
36
1764
1296
1512
20
42
42
1764
1764
1764
807
837
32731
35469
33965
Jumlah
Jumlah skor yang berada pada tabel V diolah dengan
menggunakan Rumus rPearson (Guilford &Fruchter 1978,h.83)
N.
rXY =
\l
XY - (£X) (*Y )
$N.*X2- (*X)2} {N.*Y2- (*Y)2}
20. 33965 - (807)(837)
jf-20. 32731 -(807)2} {20. 35469 -(837)2)
679300 - 675459
\[ (654620 -651249) (709380 -700569)
3841
(3371 ) (8811)
\
3841
\|
=
29701881
0, 705
rXY = 0, 705 menunjukkan korelasi X dan Y untuk setengah
tes, Untuk mengetahui angket secara keseluruhan digunakan
77
rumus
r.
hh
tfc
ruv,
hh
i + j*
(Guilford & Fruchter,
hh
adalah nilai r
1978,h 426)
Pearson
yang telah dihi-
tung sebelumnya.
2 x 0,705
u
1 + 0,705
= 0,827
Untuk menguji signifikansi korelasi digunakan
uji t dengan rumus:
N
-
2
i 1 " rtt
=0,827 \j
t = rtt
r
2
( Sudjana
1975, h.366)
20-2
1 - 0,827
=6,24
Kesimpulan:
(signifikansi pada tk 0,999)
Alat ukur untuk variabel pelanggaran etis gan
alasan-menghindarinya bagi siswa SMA reliactel
Di samping SMA, angket diujicobakan pula pada siswa
Madrasah Aliyah. Jumlah sampel 20 orang sama dengan SMA
atas dasar asumsi yang dikemukakan oleh Singarimbun (1984,
h. 59). " Tidak ada batasan tentang berapa persen sampel
diambil dari populasi, bisa saja diambil sampel sampai
paling sedikit 3% saja".
Atas dasar ini sebenarnya sampel
uji coba diambil yakni 3% dari 351 = 17,55 dibulatkan 20.
Uji coba angket sengaja dipisahkan antara SMA dan
Madrasah Aliyah karena kedua sekolah tersebut dengan asum
si responden berbeda. Tabel berikut Sebagai persiapan nya
78
TABEL
8
PERSIAPAN UNTUK MENGHITUNG KORELASI
HASIL UJI.COBA INSTRIMEN DI HADRASA&
ALIYAH
Y2
XY
1024
.1156
1088
35
1156
1225
1190
30
30
900
900
900
4.
28
32
784
1024
896
5.
33
32
1089
1024
1056
6.
27
31
729
961
837
7.
29
33
841
1089
957
8.
30
33
900
1089
990
9.
30
35
900
1225
1050
10.
32
33
1024
1089
1056
11.
34
34
1156
1156
12.
31
34
1156
961
1156
1054
13.
23
30
529
900
690
14.
29
31
841
961
899
15.
27
28
729
784
756
16.
26
22
676
484
572
17.
30
31
900
961
930
18.
34
35
1156
1225
1190
19.
36
36
1296
1296
1296
20.
33
31
1089
961
1023
610
640
18680
20666
19586
No
X
Y
X2
1.
32
34
2.
34
3.
Jumlah
r
xy =
2 0.
,
19586 -(610) (640)
\fr» .. 610 - (610)2| ^20.20666
-
(640)2Z
79
391720 - 39040'0
xy
=
(373600 - 372100) (413320 - 409600)
1320
xy
(1500) (3720)
J£20_
5580000
1320
2362,202362
xy
r
0,56
= 0,56 menunjukkan korelasi x dan y untuk setengah
tes, untuk mengetahui angket secara keseluruhan di lanjutkan dengan rumus
^
x
0,56
1
+
0,56
= 0,72
ltt
•72\|:
20 -
2
L - 0,,72
=4,40 (signifikan pada tk 0,999)
t
Kesimpulan :
Angket
untuk variabel pelanggaran etis
dan alasan menghindarinya bagi siswa
Madrasah Aliyah reliabel
b. Kesahihan (validitas)
alat ukur
Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh alat
ukur adalah valid (sahih). Menurut S.Nasution (1982,h.86)
80
" Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu meng-
ukuriapa .yang harus diukur oleh alat itu11. Dalam peneli
tian ini bahan dalam angket diusahakan relevan dengan pe
ngetahuan dan pengalaman siswa. Untuk menentukan pernyataan dalam angket dipertimbangkan dari bahan pelajaran
pendidikan akhlaq, bentuk-bentuk kenakalan yang ada pada
catatan guru BP, pihak kepolisian maupun literatur lainnya.
Di samping itu bantuan para pembimbing sangat besar dalam
penyusunan angket ini.
Hal lain yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
memperoleh validitas construct ialah pertimbangan para pe
nilai yang terdiri dari seorang yang mendalami psikologi
tenaga senior pada perguruan tinggi tempat asal peneliti,
Pejabat polisi resort kota Bandarlampung yang menangani
kenakalan remaja dan seorang
pengawas bidang Pendidikan
Menengah Umum Kanwil Dep.P&K . Dari pengolahan data per
timbangan para penilai diperoleh t = 2,43 signifikan pada
tiftgkat 0,975, berarti angket untuk penelitian ini valid.
Perhitungan tentang validitas terdapat pada lampiran D
3. Alat Pengumpul Data
a. Jenis alat pengumpul data
Dalam penelitian ini
jumlah
digunakan angket untuk menjaring
pelanggaran etis dan sekali gus pula men
jaring jumlah alasan religius untuk menghindarinya.
Pernyataan dalam angket setelah dibaca siswa,
81
kemudian dapat dipilih alternatif ya, jika melakukan
perbuatan sesuai dengan pernyataan, tidak jika perbu
atan yang ada dalam pernyataan tak pernah dilakukan.
Apabila menurut pengalaman siswa tak pernah melakukan
perbuatan seperti dalam pernyataan , maka ia boleh memilih satu dari 4 alternatif alasan yang disediakan
atau menentukan sendiri alasan lain yang tidak tertu
lis dalam angket. Alasan bersifat religius dan non
religius.
b. Konstruksi Alat .Pengumpul Data
Sebelum item tes dirumuskan, terlebih dahulu disusun
kisi-kisi tes sebagai berikut :
TABEL 9
KISI-KISI ANGKET UNTUK PENGUMPULAN DATA
Rincian
variabel
Variabel
1
tk .pelang.
S
T
1
11
21
2. fitnah
4
14
24
dari 10 macam
3. dendam
9
19
29
katan: rendah,
4. khianat
10
20
30
2
12
22
3
13
23
tercela yang di»
lakukan seseorang
Pelang
garan
etis
variabel
—NcT .item
8
Jumlah perbuatan
1.
Aspek
terbagi dalam 2
kelompok terdiri
mempunyai ting
sedang, tinggi.
Sumbe]
data
a,maksiat
batin :
1.
dusta
siswa
b. maksiat
lahir
5. merusak
barang
6. zina
•
(
i
i
82
No.item
Rincian
Variabel
variabel
Aspek
\T
Q Y*"1
£X u
Vlf*
Vdi
id
cT
i
tk pelanggaran
—
S
R
7.mencuri
T
[
15
25
s
16
26
keras
7
17
Z7
LO.berjudi
8
18
28
Sumber
data
8.mengani
aya
9.minumminuman
2. Alasan meng
hindari pe
langgaran
etis
jumlah kepu
tusan yang
diambilidari
hasil pertim
a. religius
l.beriba«*
da hi
-
bangan kogni-
kepada
tif seseorang
Tuhan
yang dipilih
berdasarkan
alternatif
jawaban yang
bercorak re-
ligus atau
non religius
yang diguna
kan untuk
menghindari
pelanggaran
etis.
b.non reli
gius
1 s/d 30
siswa
2.takut
hukuman
3.takut
dibalas
dengan
hal yang
sama
4.agar disenangi
orang
lain
5.merupa
kan ke
wajiban
mentaati
hukum
1
Berdasarkan kisi-kisi tes tersebut disusun butir
pernyataannya untuk variabel pelanggaran etis dan alasan
83
menghindarinya. Bentuk pernyataan dalam angket tersebut
ialah :
1. Bentuk Pilihan Bergenda
Pernyataan yang diajukan raempunyai dua alternatif ja-*~
waban menurut pengalaman yaitu ya dan tidak. Bentu ini
berlaku bagi variabel pelanggaran etis.
2. Variasi bentuK pilihan berganda dan bentuk isian.
Bentuk ini berlaku bagi variabel alasan menghindari
pelanggaran etis. Siswa memilih 4 motif yang disediakan
Di samping itu siswa diberi kesempatan untuk mencantunkan satu jenis alasan lagi menurut pendapatnya sendiri
bila di antara 4 motif tadi bukan menjadi pilihannya.
E. Metode Analisis Data
Dalam proses pembuktian hipotesis pertama dan kedua
terlebih dahulu digunakan Chi Kuadrat untuk melihat
signifikansi hubungan, kemudian digunakan persentase
yang dilanjutkan dengan menggunakan modus , untuk me
lihat kecenderungan dari variabel yang diteliti.
BAB V
PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Pembahasan
Proses perubahan masyarakat dalam masa pembangunan
dewasa ini merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah. Proses ini merangsang perubahan pandangan-pandang
an masyarakat termasuk didalamnya para-siswa yang masih
remaja. Pandangan remaja tertentu terhadap nilai-nilai
bergeser dari perbuatan yang seharusnya dilakukan ke arah
perbuatan yang bertentangan. Kalau dulu kejadian siswa me
mukul guru adalah sesuatu yang luar biasa dan sangat ter
cela, sekarang kejadian seperti itu sudah merupakan berita
biasa dl-mana-mana. Bahkan berdasarkan berita harian Mer.de-
ka tanggal 5 «*uli yang baru lalu seorang siswa SMA di Ja
karta memukul guru dengan be si hingga tewas. Berita tentang
perbuatan remaja yang nakal banyak juga dilakukan oleh anak
sekolah. Dalam penelitian ini -2 jenis. sekolah,yang menda
pat perhatian yaitu: Madrasah.Aliyah yang memiliki identi
tas agama dengan SMA yang bercorak umum. Satu hal yang
berbeda di dua jenis sekolah ini yaitu jumlah jam pelajaran
pendidikan agama di Madrasah Aliyah lebih banyak dari SMA
yaitu 10 : 2 satuan kredit semester (sks) setiap semester.
Perbedaan ini membawa dampak pada kegiatan ko kurikuler
dan ekstra kurikuler di dua jenis sekolah tersebut. Di
Madrasah Aliyah situasi dan kondisinya lebih mengarah
pada norma lingkungan yang religius, sedangkan di .SMA, .'
95
96
bercorak umum saja.
Salah satu sasaran dari pendidikan agama sebagai
anggota kelompok pendidikan umum adalah manusia berwawa
san etis agama yang mampu menalar nilai-nilai seperti, ka
sih sayang, tolong menolong, adil, setia dsb. Selanjutnya
berusaha terus menerus mempelajari dan memantapkan nilai
tersebut. Apabila hasil belajar pendidikan agama hanya
terbatas pada pengetahuan saja^ maka kemungkinah nilainilai
-tersebut akan disukai tetapi tidak siap untuk di
lakukan. Timbulnya pelanggaran etis yang dilakukan siswa
mungkin merupakan kekurangan dari pelaksanaan pendidikan
agama
yang belum sampai ke tingkat penalaran yang diha
rapkan, sehingga usaha untuk memantapkan nilai-nilai
de
ngan belajar terus menerus tidak lancar. Lemahnya pendi
dikan agama meletakkan dasar-dasar untuk berbuat baik bisa
berakibat siswa terseret oleh kuatnya dorongan untuk ber
buat pelanggaran.
Lemahnya pelaksanaan pendidikan agama terutama di
sekolah umum telah disinggung dalam pernyataan menteri
agama Munawir Syadzali dalam pidatonya tanggal 19 Septem
ber 1988 di depan tokoh pendidikan Muhamadiah yang menga
takan
perlunya perbaikan kurikulum dan proses belajar me-
ngajar pendidikan agama terutama di sekolah umum. Pernya
taan ini mengandung harapan terbinanya insan religius yang
bersedia menjalankan ajaran agama dan mampu mempertahankan
diri dari godaan berbuat yang terlarang.
97
Penelitian ini membuktikan pula bahwa terhadap per
buatan pelanggaran
yang dihindari terdapat kecenderungan
alasan yang berbeda antara Madrasah Aliyah dan SMA. Madra
sah Aliyah cenderung lebih religius dari SMA. Alasan non,
religius
yang berorieatasi pada moral dan sosial bukanlah
sesuatu yang buruk, meskipun pembinaan insan menjadi reli
gius dalam arti bersedia beribadah menurut keyakinan aga-
manya juga penting bagi negara yang
BerkeTuhanan Yang Ha
ha Bsa ini. Melakukan perbuatan baik karena dorongan untuk
beribadah kepada Tuhan, dilandasi oleh iman yang merupakan
moral force. Dengan iman ini seseorang a
ALASAN MENGHINDARINYA
{ STUDI PERBANDINGAN ANTARA SISWA MADRASAH ALIYAH
DAN
SEKOLAH
MENENGAH
ATAS
Dl
BANDAR
LAMPUNG )
X
T
Diajukan
Institut
dan
Sebagian
STRATA-2
S
Kepada
Keguruan
Memenuhi
E
1 S
Panitia
Ilmu
dari
Bidang
Ujian
Pendidikan
Syarat
Studi
Tesis
Bandung
Penyelesaian
Pendidikan
untuk
Program
Umum
Oleh :
ADELINA
No.
Pokok
FAKULTAS
HASYIM
495/G/XVI-8
PASCA
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU
B
A
N
D
19 8
U
8
N
G
PENDIDIKAN
Disetujui Oleh :
Pembimbing Pertama,
Prof.Dr S.Nasution MA
Pembimbing Kedua,
Dr.MI Soelaeman
103
Lampiran A
ABSTRAK
Para remaja yang berasal dari sekolah dengan ciri
agama Islam seperti Madrasah Aliyah mempunyai jumlah pe
langgaran hukum lebih kecil, bila dibandingkan dengan
siswa Sekolah Menengah Atas yang bercorak umum. Hal ini
berdasarkan data yang diperoleh dari pihak Kepolisian.
Berdasarkan hal inilah penulis mencoba mengarahkan peneli
tian ini
pada pelanggaran-pelanggaran yang lebite seder-
hana _dari pelanggaran hukum yakni pelanggaran etis.
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini terdiri
dari dua hal yaitu: 3J. Apakah pelanggaran etis siswa Mad
rasah Aliyah lebih rendah tingkatannya* bila dibandingkan
dengan siswa SMA? 2)v Apakah alasan menghindari pelanggar
an etis siswa Madrasah Aliyah cenderung lebih religius,
bila dibandingkan dengan siswa SMA?.
Pelanggaran etis dapat dibedakan dalam tiga ting
katan yakni rendah, sedang dan tinggi, dilihat dari akibat
dan sifat buruk yang terkandung di dalamnya. Alasan meng
hindari pelanggaran etis dapat dibedakan dari alasan yang
religius dan non religius.
Bertitik tolak dari adanya perbedaan dalam pelaksa
naan pengajaran agama di Madrasah Aliyah dan SMA, maka diduga hasil yang diperoleh siswa juga berbeda. Perbedaan
ini mungkin terletak pada perilaku etis. Secara teoritik
agama dapat dijadikan sarana untuk mendorong manusia ber
tindak susial, meskipun
sangat tergantung pada kesucian
104'
hati masing-masing manusia untuk menerimanya.
Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
siswa Madrasah Aliyah dam SMA yang berjumlah 351 orang. Se
bagai instrumen penelitian digunakan angket, dengan maksud
untuk mengukur pada tingkat mana siswa Madrasah Aliyah dan
SMA cenderung melakukan pelanggaran etis, dan siswa seko
lah mana yang cenderung memilih alasan religius di dua se
kolah tersebut.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
chi kuadrat untuk melihat signifikansi antara variabel pe
nelitian dengan sekolah, kemudian digunakan modus untuk me
lihat kecenderungannya yang dicari lewat persentase.
.Berdasarkan prosedur di atas diperoleh hasil-hasU
sebagai berikut:
1. Pelanggaran etis siswa Madrasah Aliyah cenderung lebih
rendah tingkatannya, bila dibandingkan dengan siswa SMA.
Siswa Madrasah Aliyah berada pada tingkat rendah, se
dangkan siswa SMA berada pada tingkat sedang.
2. Alasan menghindari pelanggaran etis siswa Madrasah Ali
yah cenderung lebih religius dari siswa SMA, perbandingannya 63,9% ; 29,7 %.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai ber_
iku: Apabila lingkungan sekolah mendukung terlaksananya
pendidikan agama baik secara teoritik dalam kegiatan intra
kurikuler, maupun secara praktis dalam kegiatan ko dan ekstra kurikuler, maka berkemungkinan dapat mengurangi
105
keinginan siswa melakukan pelanggaran etis pada tingkat
yang lebih tinggi.
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAB
i
UCAPAN TERIMA KASIH
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
BAB I
iv
: PERMASALAHAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Analisis Masalah
7
C. Tujuan Penelitian
12
D. Kegunaan Penelitian
12
E. Asumsi Penelitian
13
F. Hipotesis
l/f
BAB II : PENDEKATAN KONSEPTUAL TENTANG PELANGGARAN
ETIS DAN ALASAN MENGHINDARINYA
A. Etika dan Pribadi Manusia
15
B. Faktor Pendorong dan Penghambat Terbentuknya Perilaku Etis
2Z
C. Pelanggaran Etis
28
D. Bentuk-bentuk Perbuatan Pelanggaran
31
Etis
E. Perbandingan Madrasah Aliyah dan SMA
sebagai Lembaga Pendidikan
Z^
F. Alasan Menghindari Pelanggaran Etis
54
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
.•
63
B,. Variabel Penelitian
63
C. Populasi dan Sampel
68
iii
halaman
D. Pengumpulan Data
72
E. Analisis Data
83
BAB IV : PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN HASIL
PENELITIAN
BAB V
A. Pelaksanaan Penelitian
8*+
B. Pengolahan Data
85
: PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Pembahasan
95
B. Kesimpulan
98
C. Implikasi
99
DAFTAR PUSTAKA
101
ABSTRAK (lampiran A)
103
RIWAYAT HIDUP (lampiran B)
106
ANGKET (lampiran C)
108
TABEL PERHITUNGAN (lampiran D)
113
iv
DAFTAR TABUL
Tfebel
halaman
1. Jumlah siswa SMA dan.Madrasah Aliyah yang
melakukan perbuatan melanggar hukum
3
2. Struktur program, kurikulum Madrasah Aliyah
48
3. Struktur program kurikulum SMA
49
4. Asal sekolah dan jumlah pelanggaran; hukum
siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas
68
5. Jumlah siswa pada wilayah populasi
69
6. Alokasi proporsional sampel
71
7. Persiapan untuk menghitung korelasi hasil
uji coba angket di SMA
75
8. Persiapan untuk menghitung korelasi hasil
uji coba angket di Madrasah Aliyah
9. Kisi-kisi angket untuk pengumpulan data
78
81
10. Daftar kontingensi untuk hasil pengamatan
antara pelanggaran etis dan sekolah
87
11. Jumlah pelanggaran etis siswa Madrasah Aliyah
dan SMA
89
12. Daftar kontingensi untuk hasil pengamatan
antara alasan menghindari pelanggaran etis
dan sekolah
13. Jumlah alasan menghindari pelanggaran etis
siswa Madrasah Aliyah dan SMA
91
93
14. Jumlah pelanggaran etis raenurut tingkatnya dan
jumlah alasan menghindarinya
114
15. Perhitungan reliabilitas antar penilai tentang
soal
16. Nilai Distribusi X2
126
128
BAB I
PERMASALAHAN
A. Latar Belakang Masalah
Generasi muda dipandang sebagai generasi penerus
bangsa. Kepada merekalah dibebankan harapan masa depan
bangsa. Siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas merupakan bagian generasi muda yang nantinya diharapkan memikul tang-
gung jawab hari depan bangsa Indonesia,, dan mewarisi
ni
lai-nilai dan norma-norma yang menjunjung tinggi keluhuran
budi anggota masyarakatnya.
Membentuk sikap menghargai nilai dan norma kepada
anak yang tengah mengalami proses sosialisasi merupakan
suatu hal yang penting
mendapat perhatian, karena umumnya
anak-anak yang tergolong remaja berada dalam masa perkem-
bangan baik fisik maupun mental dan moralnya yang berin-
teraksi dengan pengaruh
Pengaruh
yang datang dari luar dirinya.
dari luar diri misalnya dari lingkungan keluar-
ga, sekolah, masyarakat dan pemerintah dapat menampilkan
nilai-nilai yang sama atau nilai-nilai yang saling berten-
tangan. Akibat yang dapat ditimbulkan dalam tingkah laku
anak adalah rnunculnya tingkah laku yang menjunjung tinggi
nilai keluhuran budi manusia atau tingkah laku yang me-
langgar nilai. Tingkah laku yang melanggar nilai terutama
nilai-nilai etis dalam pergaulan sesama anggota masyarakat
merupakan suatu hal yang tidak diharapkan, bahkan dapat
menimbulkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan masyara
kat, berupa kegelisahan, kekhawatiran kepada anak-muda
semakin jauh meninggalkan nilai-nilai etis yang diharapkan.
Gejala semacam ini telah terbaca oleh berbagai pihak. Di
kalangan
kaum pendidik mengeluarkan pendapat sebagai ber-
ikut:
Sejak beberapa tahun terakhir ini saya merasakan
bahwa mulai banyak norma-norma tata krama yang dilanggar. Norma yang paling dasar saja yakni menyapa guru
sudah mulai ditinggalkan. Dalam komunikasi verbal sudah tampil kata-kata jorok, yang sudah barang tentu
tidak kita asosiasi dengan orang terpelajar. Itu semua
saya nilai sebagai suatu gejala perubahan sosial budaya yang membawa perubahan tata nilai. Kita harus mencegah situasi tercabut akar. Harus diusahakan keseim-
bangan antara kesinambungan dan perubahan.(Conny Semiawan 1984,h.l)
Pihak pemerintah
katan
pun menyadari terjadinya pening
angka-angka pelanggaran yang dilakukan oleh anak-
anak muda, sehingga diadakan kebijaksanaan pemerintah un
tuk mengatasinya. Hal ini dungkapkan oleh Ketua Bakolak
Inpres
sebagai berikut: " Di Indonesia kenakalan remaja
terdapat tendensi meningkat. Dikeluarkannya Inpres No.6/71
yang antara lain isinya adalah wadah guna menanggulangi
secara terkoordinasi masalah kenakalan remaja".(Sutopo Yuwono 1981,h.95)
Kenakalan remaja dirasakan sebagai suatu gejala yang
nyata, oleh karena terjadinya peningkatan terutama di kotakota besar dengan kuantitas dan kualitas yang berbeda, maka
cukup kuat untuk menganggap bahwa
pelanggaran nilai dalam
bentuk kenakalan remaja ini merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian. Salah satu hal yang perlu untuk ditemukan sebelum memulai usaha pencegahan dan tindak Ianjut
terhadap tingkah laku pelanggaran nilai adalah jumlah pe
langgaran nilai yang dilakukan oleh anak-anak muda, khu-
susnya yang mendapat sorotan adalah siswa Sekolah Menengah
Atas dan Madrasah Aliyah di Kotamadya Bandarlampung.
Menemukan jumlah pelanggaran nilai yang dilakukan
oleh seseorang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, raengi-
ngat ada pelanggaran nilai yang hanya diketahui oleh diri
sendiri, diketahui oleh orang lain tapi didiamkan saja,
diketahui orang lain bukan yang berwajib dengan tindakan
tertentu dan diketahui orang lain atau yang berwajib dengan
tindakan dari yang berwajib. Data tentang jumlah pelanggar
an nilai-nilai etis yang dilakukan oleh seseorang sulit di-
peroleh kecuali terhadap tingkah laku yang sempat dijaring
oleh pihak yang berwajib, dalam hal ini pihak kepolisian.
Meskipun di luar itu masih ada pelanggaran hukum sebagai
pelanggaran etis
yang diproses dengan cara damai dan ti-
dak tercatat oleh pihak kepolisian.
Data konkrit yang mungkin dapat dijadikan pengarah
untuk menemukan data pelanggaran etis yang lain adalah
jumlah pelanggaran hukum
yang
ada pada pihak kepolisian.
Pihak kepolisian memperoleh data berdasarkan laporan atau
pengaduan dari berbagai pihak, maupun perbuatan yang lang-
sung tertangkap tangan
oleh pihak kepolisian. Disebut
sebagai pelanggaran hukum karena langsung merupakan pe
langgaran terhadap Undang-undang Hukum Pidana, yang meru
pakan salah
satu perwujudan dari nilai-nilai etis.
Sehubungan dengan hal ini dapat dijelaskan kenakal
an remaja di Kotamdaya Bandarlampung yang sempat dijaring
oleh pihak kepolisian dalam bentuk perbuatan yang melang
gar hukum. Banyak remaja dari berbagai kalangan yang terlibat dalam perbuatan melanggar hukum ini. Pada tabel be-'
rikut dikemukakan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
oleh siswa Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas saja.
TABEL 1
JUMLAH SISWA SMA DAN MADRASAH ALIYAH YANG
MELAKUKAN PERBUATAN MELANGGAR HUKUM
No
1.
2.
'langgar hukun
SMA
Lk .• Pr
1986
1985
1984
Perbuatan me-
R16A
MAD.AL
Lk.'
Pr.
Pr
'
LK" •Pr" Lk: K: Lit--..
MATA.AL
.
SMA
Pencurian
ringan
17
2
11
_
_
—
21
-
—
MAD,AL
Lk
:
-
-
-
: Pr
Pencurian
dengan kekerasan
5
3.
Pembunuhan
1
4.
Penganiayaan
ringan
4
5.
Perjudian
5
-
6.
Susila
2
l
-
6
-
-
-
1
-
-
-
-
'
1
7
-
7
-
3
-
-
-
4
-
8
-
-
-
-
1
-
—
—
-
—
-
Jumlah
3k
3
1
-
31
-
1
-
36
1
_L_
Sumber
: POLRESTA Bandarlampung 1987
J
L
Data pada tabel 1 menunjukkan jumlah siswa yang
terlibat pelanggaran hukum dan jenis pelanggarannya. Ter-
nyata jumlah pelanggaran hukum yang dilakukan oleh siswa
Madrasah Aliyah lebih kecil bila dibandingkan dengan pe
langgaran hukum yang dilakukan siswa SMA yakni 3k '• 1 untuk
tahun 1984, 31 : 1 untuk tahun 1985 dan 36 : 1 untuk tahun
1986. Perbandingan ini berdasarkan jumlah sekolah yakni
•SMA : Madrasah Aliyah =15 : 3, dengan perbandingan jumlah
siswa 1876 : 1000 orang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
jumlah pelanggaran hukum yang sempat diketahui polisi,ter-
nyata sekolah yang memperoleh pendidikan agama lebih banyak
seperti Madrasah Aliyah mempunyai jumlah yang jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan sekolah umum seperti SMA.
Hal ini mengarahkan pemikiran penulis, apakah perbandingan
tersebut hanya berlaku pada tingkat pelanggaran yang sempat
diketahui polisi saja atau berlaku pula pada tingkat lain
nya seperti,
pi
pelanggaran yang diketahui masyarakat teta-
didiamkan saja dan pelanggaran yang memang tidak di
ketahui orang lain. Mengenai pelanggaran ini, penulis mencoba memperjelas pada tingkat mana siswa Madrasah Aliyah
cenderung lebih banyak melakukan pelanggaran, bila diban
dingkan dengan siswa SMA. Mengingat pelanggaran yang diteliti merupakan pelanggaran fiilai yang menjadi tuntutan pe-
pi
kemanusiaan? maka pelanggaran yang dimaksud termaruk
pelanggaran terhadap nilai-nilai etis. Oleh karena itu,
dapat disebut sebagai pelanggaran etis.
Pelanggaran etis
merupakan indikasi adanya proble-
ma dalam pendidikan umum, sebab usaha pendidikan umum
me-
letakkan dasar-dasar pemahaman pribadi , kemasyarakatan dan
pandangan hidup,raungkin belum tampil secara maksimal. Apa-
lagi menghadapi
perubahan sosial akibat kemajuan ilmu pe-
ngetahuan dan teknologi, Persoalan yang dihadapi bukan ha
nya mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
tetapi diharapkan
pula mampu memprioritaskan sesuatu yang
paling baik diantara perbuatan yang baik itu. Di samping
itu diharapkan pula mampu mempertimbangkaii dan memu.tuskan
untuk melakukan suatu perbuatan buruk yang terpaksa dila
kukan dengan resiko yang paling kecil.
Di Sekolah Menengah Tingkat Atas pembinaan nilai
etis secara formal dibahas dalam dua mata pelajaran yakni
Pendidikan Moral Pancasila dan Pendidikan Agama yang meru
pakan kelompok mata pelajaran pendidikan umum. Perbuatan •
siswa melanggar nilai etis
mengurangi harapan yang dibe-
bankan kepada hasil belajar
dua mata pelajaran tersebut.
Usaha untuk menampilkan pendidikan umum dalam sosok pendi
dikan moral dan pendidikan agama dicoba melalui kajian teoritik yang lebih dalam.
Kajian teoritik dari sisi proses pelaksanaan kuri
kulum
mata pftlajaran yang tergolong pendidikan umum di
sekolah menengah tingkat atas, mencoba menyingkap hal-hal
yang menjadi latar belakang
meningkatnya
peluang siswa
melakukan pelanggaran. Dengan menunjukkan adanya perbedaan
jumlah pelanggaran etis siswa dari sekolah yang beridentitas agama dengan
siswa sekolah
umum dan alasan raenghin-
darinya yang berorientasi religius dan non religius, seca
ra tak langsung menggugah eksistensi pendidikan umum untuk
mengiisahakan internalisasi nilai antara lain lewat Pendi
dikan moral dalam pendidikan agama di jalur formal. Hal
ini akan di bahas dalam penelitian ini dalam tema :
Pelanggaran Etis oleh Siswa dan Alasan Menghindarinya.
(Studi Perbandingan antara Siswa Madrasah Aliyah dan Seko
lah Menengah Atas di Bandarlampung).
B.
Analisis Masalah
Inti perraasalahan dalam penelitian ini bertolak da.-,
ri pertanyaa: Apakah pelanggaran etig dan alasan menghindarinva berbada antara slsm. xan£ berasai dari lembaga
pendidikan, agama Islam dengan lembafla nendidikan vang ber-
corak umum?. Yang menjadi sub masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah pelanggaran eti& siswa Madrasah Aliyah cenderung lebih rendah tingkatannya, bila dibandingkan derngan siswa SMA?.
2. Apakah alasan menghindari pelanggaran etis siswa Madra
sah Aliyah cenderung lebih religius, bila dibandingkan
dengan siswa SMA?.
Yang menjadi persoalan pada sub masalah yang perta
ma adalah pelanggaran etis. Suatu perbuatan yang dilakukan
8
dengan sengaja dan tidak baik menurut pandangan etis adalah
merupakan bentuk pelanggaran etis.
ja adalah perbuatan
arti dan akibat
Perbuatan yang disenga-
yang dilakukan dengan kesadaran akan
perbuatan itu. Perbuatan itu diketahui
terlebih dahulu akibat-akibat apa yang mungkin ditimbulkan-
nya.
Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja tidak sela-
lu mudah ditentukan oleh orang lain. Kesengajaan biasanya
dirasakan oleh sipembuat sendiri. Contoh, seDrang siswa
membawa: buku pelajaran milik seorang siswi rekan sekelas-
nya. Teman-teman yang lain menduga siswa tersebut tanpa
sengaja terbawa
siswa tersebut
buku milik teman puteri mereka, padahal
ingin menarik perhatian
aiswi tersebut
pada dirinya. Oleh karena itu, faktor kesengajaan ini erat
hubungannya dengan menilai diri sendiri. Faktor kesengaja
an ini merupakan syarat penilaian suatu perbuatan etis.
Perbuatan yang dinilai dapat dipatuskan sebagai perbuatan
yang baik atau buruk, benar atau salah. Dalam hal menetapkan baik dan buruknya suatu perbuatan ini perlu ada pegang-
a'n
yang dapat menuntun proses berfikir mencari pedoman
tentang baik dan buruk.
Banyak aliran yang ditetapksn
oleh akhli filsafat tentang tolok ukur ini antara lain :
hedonisme yang tolok ukurnya adalah kenikmatan atau kepu-
asan rasa, Utilitarisme jtang mengukur baik buruknya perbu
atan dari kegunaannya, Religiosisme
yang mengukur baik
buruknya perbuatan dari ajaran agama, dan masih banyak la-
gi aliran lainnya. Mengingat perbuatan etis yang dinilai
dilakukan oleh siswa yang berbeda jumlah pelajaran agamanya
maka yang dijadikan titik tolak pandangan menilai perbuatan
etis siswa adalah religiosisme dengan ajaran agama Islam.
Oleh karena itu, orientasi pemikiran mengenai perbuatan
yamg tidak baik (buruk) dalam penelitian ini adalah etika
Islam atau dikenal dengan istilah akhlaq di kalangan umati
Islam.
Di dalam ilmu akhlaq dikenal dua macam bentuk *per
buatan . yakni : perbuatan •. yang baik (akhlaqul mahmudah)
dan
per.buatacL,
yang buruk ( akhlaqul mazmumah).
Jika seseorang melakukan perbuatan yang baik, berarti sudah memenuhi tuntutan nilai etis. Sebaliknya jika yang
dilakukan adalah sustu perbuatan yang buruk atau tidak baik
berarti melanggar tuntutan etis, dan hal inilah yang menjadi perhatian dalam penelitian ini. Yang termasuk perbuatan
yang buruk atau tidak baik dalam ilmu akhlaq adalah: mencu-
ri, raerusak barang, zina, judi, minum-minuman keras, flengki
dll.
Dalam hal^ perbuatan pelanggaran ini terdapat tingkat-
an tertentu. berdasarkan akibat yang ditimbulkannya. Salah
satu contoh : seorang siswa yang dengan sengaja mencuri
sebuah bolpoint milik adiknya, berbeda dengan seorang siswa
yang sengaja menBuri
uang milik teman di kelas dan berbe
da pula dengan seorang siswa yang mencuri video pada *alam
hari di sebuah rumah tertutup. Tingkatan dalam pelanggaran
etis ini bergerak dari tingkatan yang ringan, sedang sampai
berat, dan ketiganya adalah perbuatan mengambil barang
10
milik orang lain dengan tujuan untuk dimiliki secara mela-
wan hak, dan hal ini tetap dinamakan mencuri. Dengan ada.,
43
42
1849
1764
1806
6
37
41
1369
1681
1517
7
33
43
1089
1849
1419
8
40
43
1600
1849
1720
9 •
40
45
1600
2025
1800
10
42
43
1849
1806
11
44
44
1764
1936
1936
1936
12
41
44
1681
1936
1804
13
43
40
1849
1600
1720
lz+
39
41
1521
1681
1599
15
37
38 "
1369
1444
1406
16
36
42
1296
1764
1512
76'
No.Res
ponden
Item Ganjil
(X)
Item Gena
(Y)
J
Y2
XY
17
40
41
1600
1681
1640
18
44
45
1936
2025
1980
19
42
36
1764
1296
1512
20
42
42
1764
1764
1764
807
837
32731
35469
33965
Jumlah
Jumlah skor yang berada pada tabel V diolah dengan
menggunakan Rumus rPearson (Guilford &Fruchter 1978,h.83)
N.
rXY =
\l
XY - (£X) (*Y )
$N.*X2- (*X)2} {N.*Y2- (*Y)2}
20. 33965 - (807)(837)
jf-20. 32731 -(807)2} {20. 35469 -(837)2)
679300 - 675459
\[ (654620 -651249) (709380 -700569)
3841
(3371 ) (8811)
\
3841
\|
=
29701881
0, 705
rXY = 0, 705 menunjukkan korelasi X dan Y untuk setengah
tes, Untuk mengetahui angket secara keseluruhan digunakan
77
rumus
r.
hh
tfc
ruv,
hh
i + j*
(Guilford & Fruchter,
hh
adalah nilai r
1978,h 426)
Pearson
yang telah dihi-
tung sebelumnya.
2 x 0,705
u
1 + 0,705
= 0,827
Untuk menguji signifikansi korelasi digunakan
uji t dengan rumus:
N
-
2
i 1 " rtt
=0,827 \j
t = rtt
r
2
( Sudjana
1975, h.366)
20-2
1 - 0,827
=6,24
Kesimpulan:
(signifikansi pada tk 0,999)
Alat ukur untuk variabel pelanggaran etis gan
alasan-menghindarinya bagi siswa SMA reliactel
Di samping SMA, angket diujicobakan pula pada siswa
Madrasah Aliyah. Jumlah sampel 20 orang sama dengan SMA
atas dasar asumsi yang dikemukakan oleh Singarimbun (1984,
h. 59). " Tidak ada batasan tentang berapa persen sampel
diambil dari populasi, bisa saja diambil sampel sampai
paling sedikit 3% saja".
Atas dasar ini sebenarnya sampel
uji coba diambil yakni 3% dari 351 = 17,55 dibulatkan 20.
Uji coba angket sengaja dipisahkan antara SMA dan
Madrasah Aliyah karena kedua sekolah tersebut dengan asum
si responden berbeda. Tabel berikut Sebagai persiapan nya
78
TABEL
8
PERSIAPAN UNTUK MENGHITUNG KORELASI
HASIL UJI.COBA INSTRIMEN DI HADRASA&
ALIYAH
Y2
XY
1024
.1156
1088
35
1156
1225
1190
30
30
900
900
900
4.
28
32
784
1024
896
5.
33
32
1089
1024
1056
6.
27
31
729
961
837
7.
29
33
841
1089
957
8.
30
33
900
1089
990
9.
30
35
900
1225
1050
10.
32
33
1024
1089
1056
11.
34
34
1156
1156
12.
31
34
1156
961
1156
1054
13.
23
30
529
900
690
14.
29
31
841
961
899
15.
27
28
729
784
756
16.
26
22
676
484
572
17.
30
31
900
961
930
18.
34
35
1156
1225
1190
19.
36
36
1296
1296
1296
20.
33
31
1089
961
1023
610
640
18680
20666
19586
No
X
Y
X2
1.
32
34
2.
34
3.
Jumlah
r
xy =
2 0.
,
19586 -(610) (640)
\fr» .. 610 - (610)2| ^20.20666
-
(640)2Z
79
391720 - 39040'0
xy
=
(373600 - 372100) (413320 - 409600)
1320
xy
(1500) (3720)
J£20_
5580000
1320
2362,202362
xy
r
0,56
= 0,56 menunjukkan korelasi x dan y untuk setengah
tes, untuk mengetahui angket secara keseluruhan di lanjutkan dengan rumus
^
x
0,56
1
+
0,56
= 0,72
ltt
•72\|:
20 -
2
L - 0,,72
=4,40 (signifikan pada tk 0,999)
t
Kesimpulan :
Angket
untuk variabel pelanggaran etis
dan alasan menghindarinya bagi siswa
Madrasah Aliyah reliabel
b. Kesahihan (validitas)
alat ukur
Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh alat
ukur adalah valid (sahih). Menurut S.Nasution (1982,h.86)
80
" Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu meng-
ukuriapa .yang harus diukur oleh alat itu11. Dalam peneli
tian ini bahan dalam angket diusahakan relevan dengan pe
ngetahuan dan pengalaman siswa. Untuk menentukan pernyataan dalam angket dipertimbangkan dari bahan pelajaran
pendidikan akhlaq, bentuk-bentuk kenakalan yang ada pada
catatan guru BP, pihak kepolisian maupun literatur lainnya.
Di samping itu bantuan para pembimbing sangat besar dalam
penyusunan angket ini.
Hal lain yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
memperoleh validitas construct ialah pertimbangan para pe
nilai yang terdiri dari seorang yang mendalami psikologi
tenaga senior pada perguruan tinggi tempat asal peneliti,
Pejabat polisi resort kota Bandarlampung yang menangani
kenakalan remaja dan seorang
pengawas bidang Pendidikan
Menengah Umum Kanwil Dep.P&K . Dari pengolahan data per
timbangan para penilai diperoleh t = 2,43 signifikan pada
tiftgkat 0,975, berarti angket untuk penelitian ini valid.
Perhitungan tentang validitas terdapat pada lampiran D
3. Alat Pengumpul Data
a. Jenis alat pengumpul data
Dalam penelitian ini
jumlah
digunakan angket untuk menjaring
pelanggaran etis dan sekali gus pula men
jaring jumlah alasan religius untuk menghindarinya.
Pernyataan dalam angket setelah dibaca siswa,
81
kemudian dapat dipilih alternatif ya, jika melakukan
perbuatan sesuai dengan pernyataan, tidak jika perbu
atan yang ada dalam pernyataan tak pernah dilakukan.
Apabila menurut pengalaman siswa tak pernah melakukan
perbuatan seperti dalam pernyataan , maka ia boleh memilih satu dari 4 alternatif alasan yang disediakan
atau menentukan sendiri alasan lain yang tidak tertu
lis dalam angket. Alasan bersifat religius dan non
religius.
b. Konstruksi Alat .Pengumpul Data
Sebelum item tes dirumuskan, terlebih dahulu disusun
kisi-kisi tes sebagai berikut :
TABEL 9
KISI-KISI ANGKET UNTUK PENGUMPULAN DATA
Rincian
variabel
Variabel
1
tk .pelang.
S
T
1
11
21
2. fitnah
4
14
24
dari 10 macam
3. dendam
9
19
29
katan: rendah,
4. khianat
10
20
30
2
12
22
3
13
23
tercela yang di»
lakukan seseorang
Pelang
garan
etis
variabel
—NcT .item
8
Jumlah perbuatan
1.
Aspek
terbagi dalam 2
kelompok terdiri
mempunyai ting
sedang, tinggi.
Sumbe]
data
a,maksiat
batin :
1.
dusta
siswa
b. maksiat
lahir
5. merusak
barang
6. zina
•
(
i
i
82
No.item
Rincian
Variabel
variabel
Aspek
\T
Q Y*"1
£X u
Vlf*
Vdi
id
cT
i
tk pelanggaran
—
S
R
7.mencuri
T
[
15
25
s
16
26
keras
7
17
Z7
LO.berjudi
8
18
28
Sumber
data
8.mengani
aya
9.minumminuman
2. Alasan meng
hindari pe
langgaran
etis
jumlah kepu
tusan yang
diambilidari
hasil pertim
a. religius
l.beriba«*
da hi
-
bangan kogni-
kepada
tif seseorang
Tuhan
yang dipilih
berdasarkan
alternatif
jawaban yang
bercorak re-
ligus atau
non religius
yang diguna
kan untuk
menghindari
pelanggaran
etis.
b.non reli
gius
1 s/d 30
siswa
2.takut
hukuman
3.takut
dibalas
dengan
hal yang
sama
4.agar disenangi
orang
lain
5.merupa
kan ke
wajiban
mentaati
hukum
1
Berdasarkan kisi-kisi tes tersebut disusun butir
pernyataannya untuk variabel pelanggaran etis dan alasan
83
menghindarinya. Bentuk pernyataan dalam angket tersebut
ialah :
1. Bentuk Pilihan Bergenda
Pernyataan yang diajukan raempunyai dua alternatif ja-*~
waban menurut pengalaman yaitu ya dan tidak. Bentu ini
berlaku bagi variabel pelanggaran etis.
2. Variasi bentuK pilihan berganda dan bentuk isian.
Bentuk ini berlaku bagi variabel alasan menghindari
pelanggaran etis. Siswa memilih 4 motif yang disediakan
Di samping itu siswa diberi kesempatan untuk mencantunkan satu jenis alasan lagi menurut pendapatnya sendiri
bila di antara 4 motif tadi bukan menjadi pilihannya.
E. Metode Analisis Data
Dalam proses pembuktian hipotesis pertama dan kedua
terlebih dahulu digunakan Chi Kuadrat untuk melihat
signifikansi hubungan, kemudian digunakan persentase
yang dilanjutkan dengan menggunakan modus , untuk me
lihat kecenderungan dari variabel yang diteliti.
BAB V
PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Pembahasan
Proses perubahan masyarakat dalam masa pembangunan
dewasa ini merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah. Proses ini merangsang perubahan pandangan-pandang
an masyarakat termasuk didalamnya para-siswa yang masih
remaja. Pandangan remaja tertentu terhadap nilai-nilai
bergeser dari perbuatan yang seharusnya dilakukan ke arah
perbuatan yang bertentangan. Kalau dulu kejadian siswa me
mukul guru adalah sesuatu yang luar biasa dan sangat ter
cela, sekarang kejadian seperti itu sudah merupakan berita
biasa dl-mana-mana. Bahkan berdasarkan berita harian Mer.de-
ka tanggal 5 «*uli yang baru lalu seorang siswa SMA di Ja
karta memukul guru dengan be si hingga tewas. Berita tentang
perbuatan remaja yang nakal banyak juga dilakukan oleh anak
sekolah. Dalam penelitian ini -2 jenis. sekolah,yang menda
pat perhatian yaitu: Madrasah.Aliyah yang memiliki identi
tas agama dengan SMA yang bercorak umum. Satu hal yang
berbeda di dua jenis sekolah ini yaitu jumlah jam pelajaran
pendidikan agama di Madrasah Aliyah lebih banyak dari SMA
yaitu 10 : 2 satuan kredit semester (sks) setiap semester.
Perbedaan ini membawa dampak pada kegiatan ko kurikuler
dan ekstra kurikuler di dua jenis sekolah tersebut. Di
Madrasah Aliyah situasi dan kondisinya lebih mengarah
pada norma lingkungan yang religius, sedangkan di .SMA, .'
95
96
bercorak umum saja.
Salah satu sasaran dari pendidikan agama sebagai
anggota kelompok pendidikan umum adalah manusia berwawa
san etis agama yang mampu menalar nilai-nilai seperti, ka
sih sayang, tolong menolong, adil, setia dsb. Selanjutnya
berusaha terus menerus mempelajari dan memantapkan nilai
tersebut. Apabila hasil belajar pendidikan agama hanya
terbatas pada pengetahuan saja^ maka kemungkinah nilainilai
-tersebut akan disukai tetapi tidak siap untuk di
lakukan. Timbulnya pelanggaran etis yang dilakukan siswa
mungkin merupakan kekurangan dari pelaksanaan pendidikan
agama
yang belum sampai ke tingkat penalaran yang diha
rapkan, sehingga usaha untuk memantapkan nilai-nilai
de
ngan belajar terus menerus tidak lancar. Lemahnya pendi
dikan agama meletakkan dasar-dasar untuk berbuat baik bisa
berakibat siswa terseret oleh kuatnya dorongan untuk ber
buat pelanggaran.
Lemahnya pelaksanaan pendidikan agama terutama di
sekolah umum telah disinggung dalam pernyataan menteri
agama Munawir Syadzali dalam pidatonya tanggal 19 Septem
ber 1988 di depan tokoh pendidikan Muhamadiah yang menga
takan
perlunya perbaikan kurikulum dan proses belajar me-
ngajar pendidikan agama terutama di sekolah umum. Pernya
taan ini mengandung harapan terbinanya insan religius yang
bersedia menjalankan ajaran agama dan mampu mempertahankan
diri dari godaan berbuat yang terlarang.
97
Penelitian ini membuktikan pula bahwa terhadap per
buatan pelanggaran
yang dihindari terdapat kecenderungan
alasan yang berbeda antara Madrasah Aliyah dan SMA. Madra
sah Aliyah cenderung lebih religius dari SMA. Alasan non,
religius
yang berorieatasi pada moral dan sosial bukanlah
sesuatu yang buruk, meskipun pembinaan insan menjadi reli
gius dalam arti bersedia beribadah menurut keyakinan aga-
manya juga penting bagi negara yang
BerkeTuhanan Yang Ha
ha Bsa ini. Melakukan perbuatan baik karena dorongan untuk
beribadah kepada Tuhan, dilandasi oleh iman yang merupakan
moral force. Dengan iman ini seseorang a