MANAJEMEN SEKOLAH STUDI KASUS PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI I7 BANDAR LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

STUDI KASUS PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI I7 BANDAR LAMPUNG

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh MARLENA

Tesis

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

MANAGEMENT SCHOOL

CASE STUDY ON THE STATE HIGH SCHOOL I7 Bandar Lampung Bandar Lampung

by Marlena

This study aims to assess the management of the school in SMAN 17 Bandar Lampung. The focus of research is on the curriculum management; management student; facilities and infrastructure; financial management; management relationship with the public school in SMAN 17 Bandar Lampung.

This is a qualitative research design, with a single case study design in SMA 17 Bandar Lampung. Data was collected by interview, observation, and study documentation. Informants of this study is the principal, vice principal, teachers, parents, city education office supervisors, students. Results showed ( 1 ) SMA Negeri 17 Dublin curriculum implemented in accordance with the management plan or program and the school work but the government still needs to be improved , because there is still a duty of teachers is not optimal due to several constraints, such as age, health, shelter distance teacher concerned. ( 2 ) management of student affairs is also going well, but that needs to be fixed yet orderly administration students ( 3 ) financial management run in accordance with the regulations set. ( 4 ) management infrastructure has not done well in the areas of administration, maintenance, security, and storage of goods belonging to the school and ( 5 ) the relationship of the school with the community manajemem done by working with people and companies ( BUMN ), but should more actively seek information to college students who can channel kejenjang higher education .


(3)

ABSTRAK

MANAJEMEN SEKOLAH

STUDI KASUS PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI I7 BANDAR LAMPUNG

KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh

MARLENA

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji manajemen sekolah SMA Negeri 17 Bandar Lampung. Fokus penelitiannya adalah tentang manajemen kurikulum; manajemen kesiswaan; sarana dan prasarana; manajemen keuangan; manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat di SMA Negeri 17 Bandar Lampung. Rancangan penelitian ini adalah kualitatif, denagn rancangan studi kasus tunggal di SMA Negeri 17 Bandar Lampung. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi lapangan, dan studi dokumentasi. Informan penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, wali murid, pengawas dinas pendidikan kota, siswa. Hasil penelitian menunjukkan (1) SMA Negeri 17 Bandar Lampung manajemen kurikulum dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau program kerja sekolah dan pemerintah tetapi masih perlu ditingkatkan, karena masih ada tenaga pengajar yang menjalankan tugas belum optimal disebabkan beberapa kendala, misalnya usia, kesehatan, jarak tempat tinggal guru yang bersangkutan. (2) manajemen kesiswaan juga berjalan dengan baik, namun yang perlu diperbaiki administrasi siswa yang belum tertib (3) manajemen keuangan berjalan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan (4) manajemen sarana dan prasarana belum terlaksana dengan baik dalam bidang administrasi, perawatan, pengamanan, dan penyimpanan barang milik sekolah dan (5) manajemem hubungan sekolah dengan masyarakat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan masyarakat dan perusahaan (BUMN), tetapi hendaknya lebih aktif untuk mencari informasi perguruan tinggi yang dapat menyalurkan siswa kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR... v

RIWAYAT HIDUP... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

DAFTAR ISI ... . viii

DAFTAR GAMBAR ... . ix

DAFTAR LAMPIRAN ... . x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 7

1.3 Pertanyaaan Penelitian ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Definisi Istilah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen ... 11

2.2 Fungsi Manajemen ... 13

2.3 Manajemen Sekolah ... 18

2.3.1 Penegrtian Manajemen Sekolah………... 18


(8)

2.3.5 Ruang Lingkup Manajemen Sekolah... 28

2.4 Manajemen Kurikulum ... 29

2.5 Manajemen Kesiswaan... . 31

2.6 Manajemen Sarana dan Prasarana ... 32

2.7 Manajemen Keuangan ... 34

2.8 Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat... 39

2.9 Sekolah Menengah Atas ... 31

2.10Kerangka Pikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 50

3.2 Seting Penelitian ... 51

3.3 Kehadiran Peneliti ... 52

3.4 Sumber Data ... 54

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.6 Analisis Data ... 60

3.7 Pengecekan Keabsahan ... 63

3.8 Pemaparan Data ... 65

3.9 Tahapan Penelitian ... 66

BAB IV HASIL DAN TEMUAN PENELITAN 4.1 Paparan Data ... 68

4.1.1 Gambaran Umum ... 68

4.1.1.1Lokasi Penelitian ... 68

4.1.1.2 Visi dan Misi SMAN 17 Bandar Lampung 69

4.1.2 Manajemen Kurikulum ... 71

4.1.3 Manajemen Kesiswaan ... 76

4.1.4 Manajemen Sarana Prasarana ... 80

4.1.5 Manajemen Keuangan ……… 81 4.1.6 Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat.. 83


(9)

4.2.1.1 Perencanaan Kurikulum... ... 85

4.2.1.2 Pelaksanaaan Kurikulum ... ... 86

4.2.1.3 Evaluasi Kurikulum ... 87

4.2.2 Manajemen Kesiswaan…… ... 87

4.2.2.1 Proses Penerimaan Peserta Didik (Siswa) Baru ... . 87

4.2.1.2 Kegiatan Bidang Peserta Didik (Kesiswaan) ... ... 88

4.2.1.3 Evaluasi Bidang Peserta Didik (Kesiswaan) ... ... 89

4.2.3 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan... 90

4.2.3.1 Prencanaan Sarana dan Prasarana... 90

4.2.3.2 Pengelolaan Sarana dan Prasarana... 91

4.2.3.3 Pengawasan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... ... 92

4.2.4 Keuangan ... ... 93

4.2.4.1 Perencanaan Keuangan ... ... 94

4.2.4.2 Pengelolaan Keuangan... ... 94

4.2.4.3 Pertanggungjawaban Keuangan ... ... 95

4.2.5 Manajemen Hubungan Sekolah dangan Masyarakat.. 96

4.2.5.1 Rapat Komite... 96

4.2.5.2 Bekerjasama dengan pihak luar... 98

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN 5.1 Kurikulum ... 99

5.2 Peserta Didik (Kesiswaan) ... . 102

5.3 Manajemen Sarana dan Prasarana... .. 104

5.4 Manajemen Keuangan... ... 107


(10)

6.1.1 Manajemen Kurikulum……… 113

6.1.2 Manajemen Peserta Didik ( kesiswaan)... .. 114

6.1.3 Manajemen Sarana dan Prasarana... ... 114

6.1.4 Manajemen Keuangan... ... 114

6.1.5 Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. 115 6.2 Implikasi Penelitian.... ... 115

6.3 Saran.. ... 118

6.3.1 Saran Kepada Pengelola SMAN 17 Bandar Lampung .. ... 118

6.3.2 Saran Kepada Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung . ... 119

6.3.3 Saran Kepada Masyarakat di Wilayah Panjang.. ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... ... 120


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manajemen sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam

menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah, keberhasilannya diukur oleh prestasi yang didapat, oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus menggunakan suatu sistem, artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang di dalamnya terdapat komponen-komponen terkait seperti guru-guru, staff TU, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.

Sekolah merupakan bagian dari suatu lembaga pendidikan harus selalu memberikan pelayanan yang terbaiknya kepada masyarakat luas, karena keberadaan sekolah yang dekat dengan masyarakat akan mencerminkan kebutuhan dan kebanggaan bagi masyarakat. Sekolah sebagai suatu organisasi dalam perkembangan dan pencapaian tujuan harus mengacu kepada pedoman dan arah pengembangan pendidikan.

Kompleksitas produk pendidikan sangat dipengaruhi faktor eksternal, lain dengan dunia industri manakala kita memproses barang dengan kualitas tertentu, maka akan keluar barang dengan kualitas tertentu pula, akan tetapi proses pendidikan berbeda. Manajemen sekolah merupakan komponen yang sangat strategis dalam


(12)

proses pendidikan. Menurut Mulyasa, (2007: 42) menyatakan, pelaksanaan manajemen sekolah menuntut kepemimpinan kepala sekolah profesional yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas pribadi untuk mewujudkan visi menjadi aksi, serta demokratis dan transparan dalam berbagai pengambilan keputusan.

Keberhasilan kualitas pendidikan sangat ditentukan kemampuan pengelola dalam mengelola organisasi (sekolah), seperti mengelola pembelajaran, siswa, sarana dan prasarana, keuangan serta hubungan dengan masyarakat. Pembelajar adalah merupakan kegiatan utama disekolah, pelaksanaaan proses kegiatan belajar mengajar perlu mendapatkan pengelolaan yang baik sebagai kegiatan utama disekolah, siswa sebagai objek pendidikan yang memiliki berbagai macam karakter dan latar belakang tentunya memerlukan pengelolaan yang baik, penggunaan sarana dan prasarana, keuangan sebagai alat penunjang keberhasilan pendidikan harus dikelolaan dengan baik, juga hubungan sekolah dengan masyarakat harus selalu berkoordinasi, bekerjasama dalam mengatasi masalah sekolah. namun dalam kenyataannya banyak sekolah yang belum mampu memaksimalkan pengelolaan manajemen sekolah dengan baik. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses pendidikan.

Menurut Suryosubroto, (2004:16) menyatakan;

“Kegiatan-kegiatan manajemen pendidikan meliputi kegiatan yang berhubungan dengan bidang administrasi material, administrasi personal, juga administrasi kurikulum. Bidang-bidang manajemen pendidikan yaitu ; (a) manajemen kurikulum, (b) manajemen kesiswaan, (c) manajemen personalia, (d) Manajemen sarana pendidikan, (e) Manajemen tatalaksana sekolah, (1) manajemen keuangan, (h) Pengorganisasian sekolah, (i) Hubungan sekolah dengan masyarakat.”


(13)

Penerapan manajemen pendidikan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, karena bagaimanapun sekolah merupakan suatu sistem yang didalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik, sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemerautan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya. Pemangku sekolah yang terdiri dari dewan sekolah (wali murid) pengawas, pimpinan sekolah, guru, murid, pihak karyawan yang melayani proses pembelajaran, asosiasi guru, serta masyarakat professional, perlu bahu membahu bekerja sama menetapkan serta meningkatkan pola hubungan yang menuju kearah sekolah yang baik.

Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah, keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out-put), oleh karena itu dalam menjalankan suatu organisasi seperti sekolah harus berpikir "sistem" artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-guru, staff TU, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, anak didik, dan lain-lain (in-put) harus berfungsi optimal.

Manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti adminisrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi


(14)

(administrasi adalah inti dari manajemen); dan ketiga, yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.

Manajemen sama dengan pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendaya gunakan sumber-sumber, baik personal, maupun material, secara efektif, dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan disekolah secara optimal. Menurut Syaifuddin (2007:29) dalam manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat didalamnya yaitu fungsi perencanaan (planning) fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing), dan fungsi pengendalian (controlling).

Proses penyelenggaraan pendidkan, seperti: Perencanaan, Pengorganisasian, Penentuan staff atas dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan, memberikan bimbingan dan pembinaan kearah menuju kepada pencapaian tujuan.

Berdasarkan perrnendiknas RI. No 2006 Tentang standar Isi yang tertuang dalam pendahuluan "Pendidikan Nasional Harus Mampu Menjamin Pemertaan Kesempatan Pendidikan, Peningkatan Mutu Dan Relevansi Serta Efisiensi Manajemen Pendidikan”.

Sekolah hendaknya terus menerus melakukan perbaikkan secara berkelanjutan untuk lebih meningkatkan kualitas yang diharapakan sesuai dengan tuntutan dan perubahan. Perbaikan kualitas tersebut harus dimulai dari pimpinan dan semua personil sekolah.

Kualitas sekolah dapat dilihat melalui hasil lulusan (out-put), juga banyaknya siswa yang diterima dalam mengikuti tes masuk kejenjang berikutnya, misalnya


(15)

masuk perguruan tinggi terutama perguruan tinggi negeri untuk sekolah menengah atas.

SMA Negeri 17 Bandar Lampung berlokasi di Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Pidada, Kecamatan Panjang berdiri di atas lahan yang berbukit, saat ini sedang berupaya untuk lebih meningkatkan kinerja organisasinya guna meningkatkan kelulusan siswa dalam menuju pendidikan yang lebih tinggi. Penyelenggaraan pendidikan disekolah dihadapkan pada beberapa kendala terutama bidang manajemen ini ditandai ketidak sesuaian antara peraturan dengan pelaksanaan terutama pada penerapan manajemen kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, keuangan, hubungan sekolah dengan masyarakat.

SMA Negeri 17 Bandar Lampung telah dua kali melaksanakan ujian nasional diikuti oleh 180 siswa dan lulus 100%, tetapi lulusan SMA Negeri 17 Bandar Lampung tidak satupun diterima diperguruan tinggi negeri disebabkan rendahnya kualitas kompetensi lulusan (mutu siswa).

Mutu sekolah yang rendah menyebabkan ketidakpuasan, dan ketidak percayaan masyarakat terhadap sekolah, yang ditandai sedikitnya pendaftar pada saat penerimaan siswa baru, kurang memuaskan ini ditandai rendahnya kualitas lulusan SMA Negeri 17 Bandar Lampung berarti juga terjadi kekurangsesuaian pengelolaan manajemen pendidikan dengan keinginan berbagai pihak yang berkepentingan dengan keberadaan sekolah.

Kekurangsesuaian pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 17 Bandar Lampung ditandai dengan masih adanya pelaksana tugas belum memahami tanggungjawab


(16)

sebagaimana mestinya, ketidakberaturan administrasi, disiplin siswa masih rendah, kehadiran guru disekolah belum maksimal. Kondisi ini adalah akibat sistem disekolah tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya. Guna mempertinggi kepercayaan masyarakat dalam pengelolaan SMA Negeri 17 Bandar Lampung maka perlu adanya penerapan manajemen di sekolah. Berkaitan dengan penerapan manajemen sekolah di SMA Negeri 17 Bandar Lampung yang akan dibahas dalam penelitian ini, terdiri dari manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan (peserta didik), manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan, Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat.

Manajemen kurikulum, kurikulum sebagai dasar dalam pelaksanaan pembelajaran harus dapat menjawab kebutuhan bagi peserta didik. Kurikulum yang disusun oleh pemerintah adalah sesuatu yang harus dikembangkan dan disesuaikan dengan potensi yang ada di daerah, apabila pengembangan kurikulum dilakukan sesuai dengan ketentuan maka akan berdampak positif terhadap kualitas sekolah.

Manajemen peserta didik (kesiswaan) adalah menyangkut tentang pelayanan terhadap kebutuhan pesrta didik di sekolah. Serangkaian kegiatan pesrta didik yang harus dilakukan sekolah adalah mengadakan seleksi agar mendapatkan peserta didik yang berkualitas dan penerimaan peserta didik baru dengan menggunakan kriteria tertentu. Kegiatan pengembangan minat dan bakat peserta didik yang digunakan sebagai wahan penggalian potensi diri perlu dilakukan secara optimal. Bimbingan dan pembinaan terhadap peserta didik agar adanya kesadaran untuk terciptanya suasana sekolah yang kondusif.


(17)

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan, berkaitan dengan sarana dan prasarana terutama yang berlangsung pada pembelajaran di Sekolah, selain menggunakan fasilitas pembelajaran yang ada di sekolah juga memanfaatkan fasilitas yang ada di sekitar sekolah

Manajemen keuangan berkaitan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, pengelolaan dana, yang dikaitkan dengan program tahunan sekolah. Selain itu sekolah harus dapat mengadministrasikan, melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen adalah penggunaan biaya sefektif dan seefisien mungkin dalam pembiayaan kegiatan.

Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat berkaitan dengan wali murid warga sekitar sekolah, juga instansi pemerintah maupun swasta yang ada disekitar sekolah. Berdasarkan uraian di atas dapat diungkapkan bahwa penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 17 Bandar Lampung belum dapat memenuhi harapan masyarakat dan menimbulkan kekurangpuasan terhadap pelayanan pendidikan sehingga kepercayaan terhadap pengelolaan sekolah atau manajemen rendah, oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji tentang Manajemen Sekolah di SMA Negeri 17 Bandar Lampung

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka fokus penelitian ini adalah Manajemen sekolah SMAN 17 Bandar Lampung, Adapun Sub Fokus:

1.2.1 Manajemen Kurikulum SMA Negeri 17 Bandar Lampung. 1.2.2 Manajemen Kesiswaan SMA Negeri 17 Bandar Lampung.


(18)

1.2.3 Manajemen Sarana dan Prasarana SMA Negeri 17 Bandar Lampung. 1.2.4 Manajemen Keuangan SMA Negeri 17 Bandar Lampung.

1.2.5 Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat SMA Negeri 17 Bandar Lampung.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimana manajemen kurikulum di SMA Negeri 17 Bandar Lampung ? 1.3.2 Bagaimana manajemen kesiswaan di SMA Negeri 17 Bandar Lampung ? 1.3.3 Bagaimana manajemen sarana dan prasarana di SMA Negeri 17 Bandar

Lampung ?

1.3.4 Bagaimana manajemen Keuangan di SMA Negeri 17 Bandar Lampung ? 1.3.5 Bagaimana hubungan sekolah dengan masyarakat SMA Negeri 17 Bandar

Lampung ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis: 1.4.1 Implementasi manajemen kurikulum di SMAN 17 Bandar Lampung 1.4.2 Implementasi manajemen kesiswaan di SMAN 17 Bandar Lampung 1.4.3 Implementasi manajemen sarana dan prasarana di SMAN 17 Bandar

Lampung

1.4.4 Implementasi manajemen keuangan di SMAN 17 Bandar Lampung 1.4.5 Implementasi manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat di SMAN


(19)

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dikemukan sebagai berikut :

Manfaat Praktis

1.5.1 Sebagai masukan bagi pengelola SMAN 17 Bandar Lampung dalam mengelola pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat.

1.5.2 Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam membuat kebijakan tentang penyelenggaraan sekolah menengah terutama di SMAN 17 Bandar Lampung

1.5.3 Sebagai informasi kepada masyarakat tentang apa yang sudah dilakukan oleh pengelola SMAN 17 Bandar Lampung dan hasil yang sudah dicapai sehingga masyarakat diharapkandapat bersikap dan memberikan masukan secara tepat kepada pihak sekolah.

Manfaat Teoritis

1.5.4 Sebagai bahan kajian lebih lanjut guna mencari dan mengembangkan alternatif pada penyelenggaraan sekolah menengah atas

1.5.5 Diharapkan dapat menambah khasanah tentang sekolah atas yang belum banyak diteliti.

1.6 Definisi Istilah

1.6.1 Sekolah adalah SMAN 17 Bandar Lampung kota Bandar Lampung 1.6.2 Manajemen kurikulum adalah suatu bentuk pertangungjawaban kepada

masyarakat (orang tua peserta didik), pemerintah (Dinas Pendidikan) tentang seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan


(20)

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.;

1.6.3 Manajemen kesiswaan (peserta didik) adalah suatu bentuk pertangungjawaban dan jawaban tentang peserta didik kepada pihak yang berkepentingan atas komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai tujuan pendidikan SMAN 17 Bandar Lampung; 1.6.4 Manajemen Keuangan adalah suatu bentuk pertangungjawaban dan

jawaban kepada pihak yang berkepentingan atas kegiatan penerimaan, pengelolaan dan penggunaan keuangan dalam periode tertentu di SMAN 17 Bandar Lampung;

1.6.5 Manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah suatu bentuk pertangungjawaban dan jawaban kepada pihak yang berkepentingan atas kegiatan pengadaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana di SMAN 17 Bandar Lampung;

1.6.6 Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian kepada warga masyarakat tentang kebutuhan dari karya pendidikan serta pendorong minat dan tanggung jawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah.

1.6.7 Peserta didik adalah seluruh peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran di SMAN 17 Bandar Lampung dan secara administrasi tercatat dalam buku induk;


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen

Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Manajemen menurut Sapre dalam Usman (2013:6) adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan langsung penggunaan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Secara universal manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit.

Selanjutnya Engkoswara dkk (2010:85) menjelaskan bahwa manajemen mengandung pengertian: (a) sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjuntnya merupakan cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi, manajemen sebagai suatu ilmu menekankan kepada keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/keterampilan teknikal, manusiawi, dan konseptual, (b) manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang sistimatis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen (c) manajemen sebagai seni tercermin dalam perbedaan gaya (style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.


(22)

Dari beberapa pendapat diatas manajemen merupakan suatu proses yang kontinu yang bermuatan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan, baik secara perorangan maupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mengkoordinasi dan menggunakan segala sumber untuk mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif, dan efisien.

2.2 Fungsi manajemen

Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Menurut Usman (2013:19)

”Fungsi Manajemen, (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan (motivasi, kepemimpinan,pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi, negosiasi, manajemen konflik, perubahan organisasi keterampilan interpersonal, membangun kepercayaan, penilaian kinerja, dan kepuasan kerja; (4) pengendalian meliputi pemantauan (monitoring) evaluasi sering disingkat ME atau Monev.”

Empat fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling). Fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.

Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi, pembangian fungsi-fungsi manajemen ini tujuannya adalah:

1. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur.


(23)

3. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer.

Fungsi manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan menurut Engkoswara dkk (2010:93) adalah melaksanakan fungsi planning, organizing, staffing, coordinating, leading (facilitating, motivating, innovating), reporting,controlling.

Dalam operasionalnya fungsi manajemen dapat dibagi dua yaitu fungsi manajemen pada tingkat/level makro seperti Departemen dan Dinas dengan melakukan fungsi manajemen secara umum dan pada level intuisi pendidikan mikro yaitu sekolah yang lebih menekankan pada fungsi planning, organizing, motivating, innovating, controlling.

Fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pelaksanaaan kegiatan dan pengawasan merupakan esensial pada setiap organissasi tidak terkecuali organisasi pendidikan. Namun dalam menginterprestasikan actuanting dalam dunia pendidikan lebih disesuaikan dengan karakteristik lembaga dunia pendidikan.

Pada dunia pendidikan, istilah directing lebih tepat dengan leading dengan perluasan peran motivating dan facilitating lebih filosofis dibanding dengan directing, motivating mengandung makna kepercayaan diri agar seluruh potensi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Dalam dunia pendidikan fungsi pengawasan dilaksanakan sebagai bagian dari pelaksanaan manajerial. Pada level sekolah, pengawas lebih berperan sebagai


(24)

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan. Secara rinci fungsi manajemen dapat disimpulkan:

a. Perencanaan

Perencanaan (Planning), yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang serta penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di antara kecenderungan dunia bisnis sekarang, misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang ramah lingkungan, bagaimana merancang organisasi bisnis yang mampu bersaing dalam persaingan global, dan lain sebagainya.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang cepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.

c. Pengimplementasian

Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.


(25)

d. Pengendalian

Pengendalian dan Pengawasan (Controlling), yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

Kriteria yang dapat pula digambarkan sebagai strategi pokok manajemen adalah mencapai hasil dengan efesien, efektif, ekonomis, bertanggung jawab dengan memanfaatkan manusia dan sumber daya manusia, biaya, alat, metode kerja, tempat dan waktu sehemat mungkin.

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

2.3 Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah pada hakekatnya mempunyai pengertian yang hampir sama dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup di bidang kajian menajemen sekolah juga merupakan ruang lingkup dan bidang kajian menajamen pendidikan. Komponen-komponen yang harus dikelola dengan baik menurut Mulyasa (2003: 42-49), sebagai berikut:

a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan pengembangan


(26)

kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran.

b. Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.

Sehubungan dengan hal itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar perilaku,memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.

c. Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan salah satu bidang operasional manajemen sekolah. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. d. Manajemen sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang

secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi dan penghapusan serta penataan.


(27)

Lebih lanjut, Suryosubroto (2004:27) meyatakan:

a) Manajemen pendidikan merupakan bentuk kerja sama personal pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan umum yang akan dicapai dalam kerjasama itu adalah pembentukan kepribadian murid sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tingkat

perkembangannya pada usia pendidikan. Tujuan ini dapat dijabarkan kedalam tujuan antara lain, yaitu tujuan kurikuler, tujuan

instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus.

b) Manajemen pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan dasar (siklus) penyelenggaran pendidikan dimulai dari perencanaan diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya. c) Manajemen pendidikan merupakan usaha untuk melakukan

pengelolaan sistem pendidikan.

d) Manajemen pendidikan merupakan kegiatan memimpin, mengambil keputusan serta berkomunikasi dalam organisasi sekolah sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.

Merujuk kepada Kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku panduan Manajemen Sekolah, berikut ini adalah bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan disekolah, yang mencakup:

a) Manajemen kurikulum b) Manajemen kesiswaan c) Manajemen personalia

d) Manajemen sarana pendidikan e) Manajemen tatalaksana sekolah f) Manajemen keuangan

g) Pengorganisasian sekolah


(28)

Menurut Suryosubroto (2004:30), kedelapan hal tersebut boleh dikatakan sebagai delapan komponen manajemen pendidikan sekolah atau 8 bidang garapan manajemen pendidikan persekolahan. Manajemen pendidikan mengandung pengertiaan proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian.

Meskipun di temukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat di tarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa: (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai stunber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Manajemen Pendidikan juga dapat diartikan sebagai seni, menurut Usman (2013:13) menyatakan Manajemen Pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan proses dan hasil belajar peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan dalam mengembangkan potensi dirinya. Sedangkan dalam konteks sekolah yaitu Manajemen sekolah, menurut buku manajamen sekolah sebenarnya merupakan aplikasi ilmu manajemen dalam bidang persekolahan. Ketika istilah manajemen diterapkan dalam bidang pemerintahan akan menjadi manajemen pemerintahan, dalam bidang pendidikan menjadi manajemen pendidikan, begitu seterusnya.

Pada hakekatnya istilah manajemen pendidikan dan manajemen sekolah mempunyai pengertian dan maksud yang sama. Keduanya susah untuk dibedakan


(29)

karena sering dipakai secara bergantian dalam pengertian yang sama. Apa yang menjadi bidang manajemen pendidikan adalah juga merupakan bidang manajemen sekolah. Demikian pula proses kerjanya ditempuh melalui fungsi-fungsi yang sama, diturunkan dari teori administrasi dan manajemen pada umumnya.

Berkaitan dengan tujuan dan manfaat manajemen pendidikan menurut Usman (2006:8) tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain:

“(1) terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang efektif; inovatif, kreatif, dan meyengkan; (2) terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya; (3) terpenuhinya salah satu dari 4 kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan; (4) tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien; (5) terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan; dan (6) tertasinya masalah mutu pendidikan”.

Sedangkan menurut Nawawi dalam Usman (2006: 82) menyatakan tujuan

manajemen pendidikan adalah “meningkatkan efesien dan efektivitas

penyelenggaraan kegiatan operasional kependidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.”

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa manajemen pendidikan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas. Adanya manajemen yang baik dalam suatu pendidikan, maka pendidikan akan berjalan dengan terencana, terkoordinir, teratur, terawasi, dan terkendali sehingga kendala-kendala yang dapat menghambat pencapain tujuan dapat terdeteksi dan diatasi dengan baik, dan selanjutnya semua hal tersebut berguna dalam pencapain tujuan pendidikan itu sendiri agar lebih efektif dan efisien. Jadi masalah manajemen pendidikan adalah masalah yang sangat berperan dalam proses penyelenggaraan


(30)

pendidikan baik sebagai sarana maupun alat penataan bagi komponen pendidikan lainnya.

2.3.1 Tujuan Manajemen Sekolah.

Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah sama dengan tujuan manajemen pendidikan, menurut Usman ( 2013:17) :

(1) terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Kreatif Efektif, Menyenangkan, dan Bermakna (PAKEMB);

(2) terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya; (3) terpenuhinya salah satu dari lima kopetensi tenaga kependidikan

(tertunjangnya kopetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer); (4) tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien;

(5) terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan ( tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan);

(6) teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% malah mutu disebabkan oleh manajemennya;

(7) terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, tidak bias jender dan SARA dan akuntabel;

(8) terciptanya citra positif pendidikan.

Tujuan utama penerapan manajemen sekolah pada intinya adalah untuk penyeimbangan struktur kewenangan antara sekolah, pemerintah daerah dan pusat pelaksanaan proses manajemen menjadi lebih efisien. Kewenangan terhadap


(31)

pembelajaran di serahkan kepada unit yang paling dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri yaitu sekolah. Disamping itu untuk memberdayakan sekolah agar sekolah dapat melayani masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan masyarakat tersebut.

Tujuan lain penerapan Manajemen sekolah adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui kewenangan kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Lebih rincinya manajemen sekolah bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu penidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan

pemerintah tentang mutu sekolahnya.

d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

2.3.2 Fungsi Manajemen Sekolah.

Fungsi-fungsi manajemen pendidikan di sekolah adalah:

a. Merencanakan cara dan langkah-langkah mewujudkan tujuan program sekolah.


(32)

b. Mengalokasikan baik sumber daya maupun kegiatan mengajar sehingga masig-masing tahu tugas dan tanggung jawab.

c. Memotifasi dan menstimulir kegiatan staf pengajar sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

d. Mengkoordinir kegiatan anggota staf pengajar dan setiap satuan tugas di sekolah sehingga tenaga dapat digunakan seefektif mungkin.

e. Menilai efektifitas program dan pelaksanaan tugas pengajaran dan tujuan-tujuan sekolah yang ditentukan sudah tercapai apa belum. Dan menilai pertumbuhan kemampuan mengajar tiap guru.

Fungsi manajemen sekolah dilihat dari bentuk masalahnya terdiri dari bidang-bidang substansi dan manajemen sekolah. Masalah-masalah yang merupakan bidang dari manajemen sekolah terdiri dari:

a. Bidang pengajaran atau lebih luas disebut kurikulum. b. Bidang kesiswaan.

c. Bidang personalia. d. Bidang keuangan. e. Bidang sarana.

f. Bidang prasarana.

g. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas)

Fungsi manajemen sekolah dilihat dari akivitas atau kegiatan manajemen, meliputi:

a. Kegiatan manajerial yang dilakukan oleh para pimpinan. Kegiatan manajerial meliputi: 1) Perencanaan; 2) Pengorganisasian ;

3) Pengarahan; 4) Pengkoordinasian; 5) Pengawasan; 6) Penilaian; 7) Pelaporan; 8) Penentuan anggaran.


(33)

b. Kegiatan yang bersifat operatif, yakni kegiatan yang dilakukan oleh para pelaksana.

Kegiatan ini berkaitan langsung dengan pencapaian tujuan. Artinya, bagaimanapun baiknya kegiatan manajerial (seperti perencanaan) tanpa didukung oleh pelaksanaan pekerjaan yang elah direncanakan tersebut, mustahil tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik. Fungsi operatif ini meliputi pekerjaan-pekerjaan: 1) Ketatausahaan; 2) Perbekalan; 3) Kepegawaian; 4) Keuangan; 5) Humas.

Pelaksanaan manajemen sekolah yang efektif dan efisien menuntut dilaksanakan beberapa fungsi manajemen tersebut, secara terpadu dan terintegrasi dalam pengelolaan bidang-bidang manajemen pendidikan.

Jadi melalui penerapan fungsi manajemen sekolah yang efektif dan efisien diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

2.3.4 Ruang Lingkup Manajemen Sekolah.

dimaksud dengan ruang lingkup dalam tulisan ini adalah luasnya bidang manajemen sekolah. Pada awal telah disebutkan bahwa dilihat dari wujud permasalahannya manajemen sekolah secara substansial meliputi beberapa bidang antara lain:


(34)

b. Bidang kesiswaan

c. Bidang personalia yang mencakup tenaga edukatif dan tenaga administrasi

d. Bidang sarana yang mencakup segala hal yang menunjang secara langsung pada pencapaian tujuan.

e. Bidang prasarana, mencakup segala hal yang menunjang secara tidak langsung pada pencapaian tujuan.

f. Bidang hubungan dengan masyarakat, berkaitan langsung dengan bagaimana sekolah dapat menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar. Semua bidang manajemen sekolah ini harus dikelola dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas manajerial dan didukung oleh aktivitas pelaksana. Dengan demikian akan terjadi sinergi dalam pencapaian tujuan sekolah.

2.4 Manajemen Kurikulum

Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal. Seperti yang diungkapkan Suryosubroto (2004:32):

„Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Pengalaman anak didik disekolah dapat diperoleh


(35)

melalui berbagai kegiatan pendidikan antara lain mengikuti olah raga dan kesenian dan karya wisata atau praktek dalam laboratorium di sekolah.” Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum secara kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah dirumuskan. Dalam proses manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama sosial antara dua orang atau lebih secara

formal dengan bantuan sumber daya yang mendukungnya.

Dalam pelaksanaanya, pengembangan kurikulum harus berdasarkan dan disesuaikan dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan pengertian, bahwa manajemen kurikulum itu memang atas dasar konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah. Suatu intitusi pendidikan diberi kebebasan untuk menentukan kebijakan dalam merancang dan mengelola kurikulum menurut kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

Lebih lanjut, Rusman (2008:3) menjelaskan bahwa Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sitemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.

2.4.1 Prinsip Manajemen Kurikulum

Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:

1) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum . output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan manajemen kurikulum.


(36)

2) Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik -baiknya dan penuh tanggung jawab.

3) Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal, maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak

4) Efiktivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.

5) Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan.

2.4.2 Fungsi Manajemen Kurikulum

a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya kurikulum, karena

pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan dengan pengelolaan yang terencana.

b. Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.

c. Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena adanya dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.


(37)

d. Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan setempat.

2.4.3 Ruang lingkup Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah bagian dari studi kurikulum. Para ahli pendidikan pada umumnya telah mengenal bahwa kurikulum suatu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Studi ini tidak hanya membahas tentang dasar-dasarnya, tetapi juga mempelajari kurikulum secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam pendidikan. Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut: (1) manajemen perencanaan, (2) manajemen pelaksanaan kurikulum, (3) supervisi pelaksanaan kurikulum, (4) pemantauan dan penilaian kurikulum, (5) perbaikan kurikulum, (6) desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum.

Dari keterangan ini tampak sangat jelas bahwa ruang lingkup manajemen kurikulum itu adalah prinsip dari proses manajemen itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses pelaksanaan kurikulum punya titik kesamaan dalam prinsip proses manajemen.


(38)

2.4.3.1 Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks dan menuntut berbagai jenis tingkat pembuatan keputusan kebutuhan untuk mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses penggunaan model-model aspek penyajian kunci. Sebagaimana pada umumnya rumusan model perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas dengan pemrosesan secara cermat. Proses ini dilaksanakan dengan pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang bermakna), sosiologis (argumen-argumen kecenderungan sosial), dan psikologi (dalam menentukan urutan materi pelajaran).

Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada pelaksanaan sistem pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut : (1) Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain; (2) Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program. (3) tiap mata pelajaran


(39)

dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar; (4) tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus.

Dari rumusan perencanaan disimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya memuat pada rangkaian susunan mata pelajaran, tetapi juga memuat seluruh aspek kegiatan pendidikan dan pendukung-pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan lebih banyak difokuskan pada perencanaan pengajaran dengan menyusun materi ajar, karena materi pelajaran adalah sesuatu yang dianggap sangat urgen dalam kurikulum.

2.4.3.2 Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum

Pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum adalah berkenaan dengan semua tindakan yang berhubungan dengan perincian dan pembagian semua tugas yang memungkinkan terlaksana. Dalam manajemen pelaksanaan kurikulum bertujuan supaya kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas material, personal dan kondisi-kondisi supaya kurikulum dapat terlaksana.

Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh kepala sekolah. Selain dia bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik yang akan berlangsung disekolah dalam satu tahun,


(40)

guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.

Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi; (1) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar; (2) pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah; (3) kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.

2.4.3.3 Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum adalah pengumpulan informasi berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi permasalahan dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam pendidikan harus dipantau untuk meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini dilakukan supaya kurikulum tidak keluar dari jalur. Oleh sebab dalam menyusun kurikulum harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari perencanaan sampai mengevaluasi. Penilaian kurikulum memuat beberapa aspek, sebagai berikut:

(1) peserta didik, dengan mengidentifikasi pada cara belajar, prestasi belajar Motivasi belajar, keaktifan, kreativitas, hambatan dan kesulitan yang dihadapi;


(41)

(2) Tenaga pengajar, dengan memantau pada pelaksanaan tanggung jawab

kemampuan kepribadian, kemampuan kemasyarakatan, kemampuan

profesional, dan loyalitas terhadap atasan;

(3) Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang digunakan, cara penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan media

(4) Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa, pelaksanaan penilaian pelaporan hasil penilaian.

(5) Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin, kelompok usia, dan kualitas kemampuan lulusan.

2.5 Manajemen Kesiswaan

Menurut Suryosubroto ( 2004:74 ) manajemen kesiswaan adalah suatu kegiatan pencatatan murid semenjak dari proses penerimaan sampai saat murid meninggalkan sekolah karena sudah tamat mengikuti pendidikan pada sekolah itu. Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan masalah kesiswaan di sekolah. Tujuan manajemen kesiswaan adalah menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kegiatan manajemen kesiwaan meliputi Perencanaan penerimaan murid baru, pembinaan siswa dan kelulusan.

Pembinaan siswa adalah pemberian pelayanan kepada siswa di sekolah baik pada jam pelajaran sekolah ataupun diluar jam pelajaran sekolah. Pembinaan yang


(42)

dilakukan kepada siswa adalah adalah agar siswa menyadari posisinya sebagai pelajar dan dapat menyadari tugasnya secara baik. Beberapa hal yang dilakukan dalam pembinaan siswa diantaranya: (1) memberikan orientasi kepada siswa barn; (2) mencatat kehadiran siswa; (3) mencatat prestasi dan kegiatan siswa; (4) membina disiplin siswa; dan (5) membina siswa yang telah tamat belajar.

2.6 Manajemen Sarana Prasarana

Manajemen Sarana Prasarana adalah kegiatan yang mengatur untuk mempersiapkan segala persiapan, segala peralatan material bagi terselenggaranya proses pendidikan disekolah. Manajemen sarana prasarana dibutuhkan untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang dibutuhkan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Mulyasa (2002: 49) menyatakan:

“Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat media pelajaran. Sedangkan parasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman, kebun, taman sekolah.”

Departemen Pendidikan Nasional saat ini Kementerian Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien.


(43)

Manajemen preventif untuk sarana dan prasarana sekolah merupakan tindakan yang dilakaukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik seperti gedung dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan prasarana sekolah.

Manajemen perawatan perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelekasana, membuat daftar sarana dan prasarana, meyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi, untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah. Pelaksanaannya dengan cara mengupayakan pemantauan bulanan kelokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.

Menurut Rohiyat (2009:26) mengemukan:

“Manajemen sarana dan prasarana merupakan keseluruhan proses perencanaan pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan sarana prasarana yang digunakan agar tujuan pendidikan disekolah dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Kegiatan manajemen sarana prasarana meliputi: (1) perencanaan kebutuhan; (2) pengadaan; (3) penyimpanan; (4) pengiventarisasian; (5) pemeliharaan; dan (6) penghapusan sarana dan prasarana pendidikan.”


(44)

2.7 Manajemen Keuangan

Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukan bagi kepentingan pendidikan; (2) orang tua atau peserta didik; (3) masyarakat baik mengikat maupun tidak mengikat.

Berkaitan dengan peneriman keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dana pendidikan, tanggung jawab atas pemenuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,masyarakat dan orang tua. Adapun dimensi pengeluaran meliputin biaya rutin dan biaya pembangunan.

Organisasi sekolah yang merupakan salah satu bentuk dari lembaga pendidikan dalam kegiatannya adalah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan pembelajaran yang berkualitas.

Pencapaian tujuan pembelajaran yang berkualitas tidak akan tercapai tanpa adanya alokasi pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan perangkat pendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan lainnya. Ketersediaan sumber pembiayaan yang memadai bagi sekolah maka akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan harapan. Biasanya pengelolaan pembiayaan sekolah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan, diantaranya gaji guru, peningkatan profesional guru, sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan, pengadaan alat-alat dan


(45)

buku pelajaran, alat tulis dan kantor, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi pendidikan. Berkaitan dengan ketersediaan pembiayaan dan keperluan penyelenggaraan pendidikan maka diungkapkan oleh Fatah (2000:112) menyatakan:

“Pembiayaaan merupakan jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraann yang mencakup gaji guru, peningkatan profesional guru, sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan/meubelair, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis dan kantor, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan dan supervisi pendidikan.”

Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Manajemen keuangan, di samping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat, dan sumber-sumber lainnya. Pengertian umum kegiatan manajemen keuangan meliputi tiga hal yaitu budgeting, accounting, dan auditing.

1. Budgeting (anggaran), istilah anggaran sering dianggap sebagai pengertian suatu rencana. Namun dalam bidang pendidikan ada istilah yang sering digunakan yakni istilah RAPEN (Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara) dan RAPES (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) Setiap organisasi memerlukan anggaran untuk menunjang


(46)

kelancaran kegiatannya. Oleh karena anggaran sifatnya masih rencana dan menyangkut keperluan orang banyak, maka anggaran baru sah apabila sudah mendapatkan pengeshan dari atasan yang berwenang.

2. Accounting (pembukuan) kegiatan kedua dari manajemen pembiayaan adalah pembukuan atau kegiatan pengurusan keuangan. Pengurusan ini meliputi dua hal yaitu, pertama pengurusan yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang. Pengurusan ini dikenal dengan istilah pengurusan ketatausahaan. Pengurusan kedua menyangkut urusan tindak lanjut dari urusan menerima, menyimpan, dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak menyangkut kewenangan menentukan, tetapi hanya melaksanakan, dan dikenal dengan istilah bendahara.

3. Auditing (pemeriksaan), yang dimaksud auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan bendahara kepada pihak-pihak yang berwenang. Bagi unit-unit yang ada di dalam bagian, mempertanggungjawabkan urusan keuangan ini kepada BPK masing-masing bagian. Auditing ini sangat penting dan sangat bermanfaat bagi: bendahara yang bersangkutan, lembaga yang bersangkutan, bagi atasan, dan badan pemeriksa keuangan.

Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). Sementara biaya pembangunan, misalnya, biaya pembelian atau pengembangan tanah,


(47)

pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furniture, serta biaya atau pengeluaran lain unutk barang-barang yang tidak habis pakai.

Implementasi Manajemen keuangan Sekolah, manajemen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai dari tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan secara efektif, etisien, tidak ada kebocoran-kebocoran, serta bebas dari penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme.

Komponen utama manajemen keuangan meliputi, (1) prosedur anggaran;

(2) prosedur akuntansi keuangan;

(3) pembelajaran, pergudangan dan prosedur pendistribusian; (4) prosedur investasi; dan

(5) prosedur pemeriksaan.

Pelaksanaannya manajemen keuangan ini menganut azas pemisahan tugas antara fungsi otorisator, ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.


(48)

Kepala sekolah dalam hal ini, sebagai manajer berfungsi sebagai otorisator, dan dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan kedalam. Bendaharawan, disamping mempunyai fungsi-fungsi bendaharawan, juga dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.

Pandangan yang sama juga dinyatakan oleh E. Mulyasa (2002):

”Penyelenggaraan manajemen keuangan dan pembiayaan merupakan potensi sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak tetpisahkan dari pendidikan karena komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan kegiatan proses pembelajaran di sekolah”.

2.8 Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal-balik untuk menjaga kelestarian dan kemajuan masyarakat itu sendiri. Sekolah diselenggarakan untuk dapat menjaga kelestarian nilai-nilai positif masyarakat dengan harapan sekolah dapat mewariskan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat dengan baik dan benar. Sekolah juga merupakan agen perubahan (agent of change) dimana sekolah dapat mengadakan perubahan dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat dalam kemajuan dan pembangunan.


(49)

2.8.1 Model Hubungan Kerjasama antara Sekolah dengan Masyarakat

2.8.1.1Melalui Komite Sekolah

Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dalam era reformasi, dan era otonomi penyelenggaraan pendidikan sampai pada tingkat kabupaten/kota dan bahkan otonomi pada tingkat sekolah, memberikan keleluasaan bagi setiap sekolah untuk berkreasi dan berinovasi dalam penyelenggaraan sekolah. Dengan demikian diharapkan akan memacu percepatan peningkatan mutu penyelenggaraan sekolah yang pada gilirannya mempercepat peningkatan mutu hasil belajar secara keseluruhan.

Konsekuensi dari paradigma pendidikan yang memberikan otonomi sampai pada tingkat sekolah menuntut sekolah untuk memberdayakan semua sumber daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya yang sangat potensial dan dimiliki oleh sekolah adalah masyarakat dan orang tua murid.

Pemerintah (Depdiknas) pada saat ini memberikan peluang kepada sekolah dalam pemberdayaan masyarakat melalui suatu lembaga yang dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah yaitu Dewan Sekolah atau Komite Sekolah. 2.8.1.2Membina Kerjasama Dengan Pemerintah/masyarakat secara umum


(50)

Dalam era otonomi sekolah, khususnya dengan implementasi pendekatan manajemen sekolah berbasis masyarakat, sekolah memang memiliki keleluasaan dan atau otonomi yang lebih luas. Otonomi pemerintahan yang berbasis pada pemerintah daerah kabupaten/kota meletakkan pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan berada di tingkat kabupaten dan kota, sehingga nampaknya peranan pemerintah provinsi dan pusat tidak dominan. Meskipun demikian bukan berarti pusat dan propinsi tidak memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan.

Dalam paradigma otonomi seperti sekarang diperlukan kemampuan sekolah (kepala sekolah) untuk membangun kerjasama yang harmonis dengan berbagai institusi pemerintahan, mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat kabupaten/kota/kecamatan bahkan kelurahan.

Di samping institusi pemerintahan, sekolah juga perlu membangun kerjasama yang sinergis dengan lembaga masyarakat seperti karang taruna, kepramukaan dan berbagai lembaga LSM yang bergerak dalam membantu dan membangun pendidikan. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kerjasama dengan lembaga ini adalah jangan sampai sekolah larut dan dapat dibawa kepada masalah-masalah lain selain untuk kepentingan pendidikan. Sekolah tdak boleh terbawa arus kepada kegiatan politik praktis dan kepentingan kelompok tertentu. Kerjasama dengan berbagai institusi tersebut di atas menjadi kemutlakan bagi sekolah dalam upaya mengembangkan sekolah secara optimal, sebab sekolah adalah lembaga interaksi sosial yang tidak bisa lepas dari masyarakat secara keseluruhan,


(51)

khususnya masyarakat di sekitarnya. Banyak hal yang tidak dapat dilakukan sekolah tanpa bantuan masyarakat tersebut, katakannlah sekolah mengadakan perayaan ulang tahun sekolah, untuk menjaga keamanan, maka sekolah mutlak meminta bantuan kepolisian atau petugas keamanan lingkungan setempat. Berbagai bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan dengan berbagai institusi tersebut antara lain:

a. Pemberian dan atau penggunaan fasilitas bersama. Berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh sekolah mungkin saja terdapat dan dimiliki oleh lembaga tertentu. Untuk menunjang kegiatan pendidikan sekolah dapat membangun kerjasama dengan pemilik fasilitas tersebut. Misalnya tempat pameran, gedung olah raga dan lain-lain.

b. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan siswa. Misalnya sekolah ingin meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa tentang kesehatan, dapat bekerjasama dengan puskesmas dalam memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas SDM, ingin melaksanakan pentas seni sekolah dapat bekerjasama dengan lembaga kesenian di masyarakat untuk memanfaatkan berbagai fasilitas kesenian (alat-alat seni, seperti seni tradisional).

c. Pemanfaatan sumber daya manusia secara mutualism, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya manusia di masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sekolah.


(52)

d. Kerjasama sekolah dengan masyarakat terorganisasi pada saat ini sangat banyak masyarakat yang mengikat dirinya dalam satu kelompok organisasi, baik yang bersifat organisasi sosial, organisasi profesi, organisasi untuk komunitas tertentu yang bersifat kedaerahan maupun organisasi yang mementingkan laba. Dari berbagai organisasi tersebut di atas banyak sekali yang sangat peduli terhadap pendidikan, tetapi tidak sedikit juga organisasi yang menjadi stressor bagi dunia pendidikan.

2.8.2 Manfaat hubungan sekolah dengan Masyarakat

2.8.2.1 Penentu sumber dan kebutuhan belajar. Kualitas murid dalam arti bahwa sekolah yang bersangkutan tidak akan kekurangan murid yang meminatinya sehingga dapat memperoleh murid yang baik serta

mempertahankannya untuk tetap mengikuti pendidikan disekolah tersebut.

2.8.2.2 Tersedianya tempat-tempat penelitian, untuk mengimbangi teori yang diperoleh disekolah diperlukan peraktek di lapangan, untuk mendapatkan praktek ini di temui banyak kesulitan bila sekolah tersebut tidak berkenan dihati masyarakat.

2.8.2.3 Pemenuhan sarana dan prasarana, banyak sekolah-sekolah yang terbentur dalam masalah sarana dan prasarana dalam rangka melayani pendidikan untuk masyarakatnya. melalui hubungan baik dengan


(53)

masyarakatnya memungkinkan dapat membantu dalam pemecahan masalahan tersebut.

2.8.2.4 Pemenuhan sumber dana dan daya manusia yang terungkap dalam cipta, rasa,karsa, dan karyanya. Sekolah dan masyarakat menjembatani kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah dan masyarakat itu sendiri. Sekolah melakukan komunikasi dengan masyarakat agar memahami kebutuhan pendidikan dan pembangunan masyarakat. Hubungan sekolah dan masyarakat untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antara sekolah personil sekolah,dan anggota masyarakat.

2.8.3 Partisipasi Masyarakat

2.8.3.1.1 Partisipasi buah pikiran/ ide, sumbangan pikiran, pengetahuan, pengalaman, yang diberikan dalam pertemuan,diskusi, rapat dan sebagainya, sehingga menghasilkan keputusan.

2.8.3.1.2 Partisipasi tenaga, dengan memberikan tenaga dan waktu untuk menghasilkan yang telah diputuskan.

2.8.3.1.3 Partisipasi keahlian/keterampilan, dimana seseorang bertindak sebaga ahli. penasehat, resourses, yang diperlukan dalam kegiatan sekolah. 2.8.3.1.4 Partisipasi harta benda, berupa iuran atau sumbangan, baik berupa

benda maupun uang secara tetap maupun isidental.

Peranan kepala sekolah menentukan sebagai satu kekuatan atau kewibawaan di dalam menghimpun dan menggerakan segala sumber daya di dalam kerja sama


(54)

dengan masyarakat yang lebih luas, serta untuk memperoleh dukungan sumber daya manusia, dana, serta dukungan informasi berbagai lembaga, dukungan politis dari segenap jajaran aparat pendidik.

2.9 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang manajemen pendidikan sudah pernah dilakukan dengan judul

“Eksistensi Manajemen Perguruan Taman Siswa Cabang Teluk Betung”. Studi kasus di Taman Madya, oleh: Suryono SW, program Pascasarjana Universitas Lampung tahun 2011.

Penelitian ini menelaah tentang bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pemahaman pelanggan internal di Taman Madya Perguruan Taman Siswa Cabang Teluk Betung.

Dari penelitian ini disimpulkan, Pertama, Mekanisme perencanaan di Taman Madya melibatkan para asisten bidang, para pamong dan staf tata usaha serta bendahara. Sedangkan komite sekolah dan orang tua siswa belum dilibatkan dalam penyusunan perencanaan. Kedua, Pengorganisasian di Taman Madya dalam pembagian tugas sangat jelas antara majelis harian cabang dengan pelaksana dibagian, yaitu urusan umum ditangani oleh Majelis Cabang Perguruan dan urusan khusus bidang pendidikan menjadi tanggung jawab bagian di Taman Madya. Pengorganisasiannya Taman Madya adalah bentuk lini, namun dalam pelaksanaannya tetap mendasarkan diri pada asas kekeluargaan dan demokratis serta menghargai kepada pelaksana yang lebih senior. Ketiga, Indikator keberhasilan pengelolaan bagian Taman Madya adalah: a) prestasi dalam ujian


(55)

nasional, b) Prestasi dlam melanjutkan ke peruruan Tinggi, c) Prestasi dalam lomba kreatifitas, d) Prestasi dalam olah raga, seni dan budaya, e) Satuan dalam berakhlak dan pergaulan di dalam dan diluar sekolah, baik terhadap siswa maupun pamong, dan f) Peduli dalam aktivitas keagamaan dan sosial. Keempat, Pelaksanaan program kegiatan di Bagian Taman Madya seluruhnya dibiayai oleh perguruan, kecuali program-program yang dirancang oleh pemerintah dibebankan pada orang tua siswa, sedangkan pengelolaan keuangan masih terpusat dikelola oleh pengurus majelis perguruan. Kelima, Pengawasan dan evaluasi terhadap program kegiatan dilaksanakan oleh Ketua Bagian dengan dibantu oleh Tim Evaluasi yang di bentuk dan pengurus Majelis harian serta dari pengawas sekolah ekstern dan Dinas Penidikan Kota Bandar Lampung. Keenam, Prinsip dasar dan asas Taman siswa dapat dipahami dan dapat dilaksanakan serta telah menjadi pedoman bagi Majelis harian,pamong, tenaga kependidikan dan dapat dilaksanakan dengan baik. Ketujuh, Tri Pusat pendidikan sebagian ajaran Ki Hadjar Dewantara dipahami dan dilaksanakan oleh pelaksana di Bagian Taman Madya.

Relevansinya dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah terletak pada konsep dasar manajemen dan fungsi manajemen serta konsep manajemen pendidikan (manajemen sekolah) yang akan digunakan, diterapkan, dan dikembangkan pada lingkungan pendidikan formal seperti sekolah yang merupakan inti dari objek penelitian ini.


(56)

2.10 Sekolah Menengah Atas

Sekolah Menengah Atas, adalah jenjang pendidikan menengah atas pendidikan formal setelah lulus sekolah menengah pertama (atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas12.

Pada tahun kedua (yakni kelas 11), siswa SMA dapat memilih salah satu dari 3 jurusan yang ada, yaitu Sains, Sosial, dan Bahasa. Pada akhir tahun ketiga (yakni keas 12), siswa diwajibkan mengikuti ujian nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan SMA dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja.

Pelajar SMA umumnya berusia 16-18 tahun. SMA tidak termasuk program wajib belajar pemerintah, yakni SD (atau sederajat) 6 tahun dan SMP (atau sederajat) 3 tahun, meskipun sejak tahun 2005 telah mulai diberlakukan program wajib belajar 12 tahun yang mengikut sertakan SMA di beberapa daerah, contohnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001, pengelolaan SMA Negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, SMA negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota


(57)

2.11 Kerangka Pikir

Penerapan manajemen sekolah di SMA Negeri 17 Bandar Lampung berarti suatu usaha agar semakin tinggi kualitas pelayanan pendidikan di sekolah tersebut. Mutu pendidikan akan tercapai jika pelaksanaan proses pendidikan dilakukan dimulai dari in-put yaitu siswa, guru, sarana, biaya, lingkungan sekolah terlaksana sesuai dengan peraturan yang berlaku. Lulusan SMA Negeri 17 Bandar Lampung atau mutu peserta didik masih rendah yang ditandai dengan tidak adanya siswa yang diterima di perguruan tinggi negeri. Hal ini disebabkan penerapan manajemen sekolah belum terlaksana secara optimal, dimulai dari manajemen kurikulum, mamajemen kesiswaan (peserta didik), manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan, manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat.

Berangkat dari masalah diatas dirumuskanlah tindakan yang menghasikan mutu lulusan atau peserta didik. Dimulai dari manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen sarana prasarana, manajemen keuangan, manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat. Dengan dilaksanakan manajemen sekolah secara benar, SMA Negeri 17 Bandar Lampung mengasilkan lulusan yang bermutu. Kerangka pikir dalam penelitian ini seperti tampak pada Gambar 2.1 berikut:


(58)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

INPUT PROSES OUTPUT

Sumber Daya Sekolah

Masalah Evaluasi

L U L L U S A N YANG B E R M U T U Siswa, guru, sarana, biaya, lingkungan sekolah. Mutu lulusan rendah Penerapan 1. Manajemen Sekolah 2. Manajemen kesiswaan 3. Manajemen sarana dan prasarana 4. Manajemen Keuangan 5. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pembahasan pada bagian bab ini mencakup beberapa hal pokok yang berupa pendekatan dan rencana penelitian, seting penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan, pemaparan data, dan tahap-tahap penelitian.

3.1 Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis dengan rancangan studi kasus. Pendekatan kualitatif dipilih karena objek penelitian ini berupa proses atau kegiatan atau tindakan seseorang yaitu tentang manajemen pendidikan pengelolaan sekolah menengah kejuruan, objek penelitian berada pada kondisi alami, dan data yang diungkap bukan berupa angka-angka, tetapi kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf, dan dokumen. Objek penelitian ini tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan tertentu sehingga berada pada kondisi alami. Data tersebut dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan di lapangan, kemudian dianalisis secara induktif. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka penelitian ini lebih tepat menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Sugiyono (2010:15) bahwa metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat porpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana pemeliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber


(1)

6.2.5 Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat, Sekolah hendaknya selalu membina hubungan dengan pihak luar (masyarakat/komite sekolah, perusahaan yang berada disekitar sekolah) untuk mencari sumber dana dalam rangka terciptanya pembelajaran yang kondusif terutaman dalam pendanaan sekolah.

Fokus penelitian ini adalah proses penerapan manajemen sekolah yang meliputi manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen sarana prasarana, manajemen keuangan, manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat,. Pengelolaan sekolah yang dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan dan petunjuk juga penerapan ilmu manajemen pendidikan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan dan keberadaan SMA Negeri 17 Bandar Lampung di kecamatan Panjang.

Keberadaan Sekolah Menengah Atas Negeri 17 Bandar Lampung akan memberikan kesempatan bagi masyarakat khususnya kecamatan Panjang dan umumnya warga negara Indonesia untuk mendidik putra-putrinya sampai kejenjang sekolah menengah atas. Dengan diterapkannya pelaksanaan manajemen sekolah di SMA Negeri 17 Bandar Lampung dapat menghasilkan siswa-siswi yang berperestasi tidak saja berprestasi dalam ilmu pengetahuan juga dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan agamanya masing-masing sehingga terciptalah bangsa Indonesian yang berakhlak dan berperestasi.


(2)

119

1. Penerapan manajemen sekolah yang benar berimplikasi kepada upaya pengelola untuk senantiasa meningkatkan kemampuan manajerial untuk semua warga sekolah. Kemampuan memproses beberapa input dengan menghasilkan output.

2. Bagi warga sekolah dengan diterapkannya manajemen sekolah dapat memberikan kenyamanan dalam melaksanakan semua kegiatan dalam rangka melaksanakan proses belajar mengajar.

3. Bagi masyarakat dengan diterapkannya manajemen sekolah dapat memperoleh informasi yang jelas tentang mekanismen atau proses pelaksanaan dunia pendidikan.

6.3 Saran

6.3.1 Saran kepada pengelola SMAN 17 Bandar Lampung

6.3.1.1Pengelolaan kurikulum dalam menyusun jadwal pelajaran, diberlakukan sama terhadap dewan guru agar terjadi keseragaman

6.3.1.2Pengelola kesiswaan, penerapan disiplin bagi seluruh warga sekolah untuk tercipta suasana sekolah yang tertib.

6.3.1.3Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan agar tercapai layanan pendidikan sesuai harapan semua pihak.

6.3.1.4 Penggalian sumber dana yang lebih besar, karena dengan besarnya dana yang dikelola akan dapat menjalankan program kerja lebih produktif, pengelolaan dan pertanggungjawaban penggunaan dana harus sesuai prosedur.


(3)

6.3.1.5 Petugas humas selalu aktif menjalin hubungan kepihak luar terutama BUMN untuk mendapatkan informasi bantuan siswa kurang mampu, dan bantuan sarana sekolah.

6.3.2 Saran Kepada Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung

6.3.2.1 Adanya pembinaan yang dilakukan melalui pengawasan terhadap pengelolaan pendidikan secara terprogram dan intensif

6.3.2.2 Mengkoordinasikan semua potensi yang ada di masyarakat untuk terciptanya pelayanan pendidikan yang berkualitas di SMAN 17 Bandar Lampung.

6.3.2.3 Memfasilitasi agar SMAN 17 Bandar Lampung mendapatkan bantuaan pengelolaan untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan Mefasilitasi adanya kerjasama dengan dunia usaha.

6.3.3 Saran kepada masyarakat di wilayah Panjang

6.3.3.1 Tumbuhnya kebanggaan atas keberadaan SMAN 17 Bandar Lampung karena tidak semua wilayah kecamatan di kota Bandar Lampung berdiri Sekolah Menengah Atas

6.3.3.2 Memberikan dukungan baik materil maupun moril atas keberadaan SMAN 17 Bandar Lampung agar nantinya menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas yang sesuai harapan masyarakat.


(4)

121

6.3.3.3Mendukung pengelola dalam usaha mengembangkan sekolah dan berusaha aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan sekolah.

6.3.3.4Menumbuhkan rasa memiliki dan berpartisipasi untuk mempercayakan putra-putrinya menempuh pendidikan di SMAN 17 Bandar Lampung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon,2009, Strategic Management, Alfa Beta. Bandung

Arikuntoro, Suharsini, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktis Reneka. Jakarta:

Arikuntoro, Suharsini & Lia, 2009, Manajemen Pendidikan, Aditya Media Yogyakarta

Depdiknas, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta Engkoswara dan Aan Komariah, 2010, Administrasi Pndidikan.Alfabeta

Bandung

Dimock, ME. Dimock, GO, Administrasi Negara. 1992. Rineka Cipta. Jakarta. Ghony dan Almansur, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.Ar. Ruzz Media Yokyakarta

Hamalik, Omar, 2007, Pengembtaangan Kurikulum, PT. Remaja Rosydakarya Bandung

Kary Siswanto , H.B. 2006. Pengantar Manajemen .Bumi Aksara. Jakarta

Martinis Yamin dan Maisah 2009,Manajemen Pembelajaran Kelas, Gaung Persada. Jakarta

Mulyasa E. 2002, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja . Bandung.

Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah. 2007. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Pusat Perbukuan, 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang


(6)

123

Ridwan, 2009, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Alfabeta Bandung

Rohiyat, 2009, Manajemen Sekolah, Refika Aditama. Bandung, Rusman, 2008, Manajemen Kurikulum, Rajawali pers. Jakarta

Sudarwan Danim, 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke

Lembaga Akademik. PT Bumi Aksara.Jakarta.

Sugiono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Alfabeta Bandung:

Sugiyono, 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R & D), CV Alfabeta. Bandung,

Sumadi. 2006. ”Implementasi Manajemen Sistem Informasi Administrasi

Akademik On Line (Studi Kasus di Universitas Lampung),” Disertasi,

Universitas Malang.

Suryosubroto, 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah, Renika Cipta. Jakarta. Suryono SW, ”Existensi Manajemen Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk

Betung (studi kasus di Taman Madya).” Tesis, Bandar Lampung: Unila 2011.

Sutomo, dkk. 2009. Manajemen Sekolah, UPT MKK UNNES. Semarang

UU RI No 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Citra Umbara. Bandung

Unila, 2009.Format Penulisan Karya Ilmiah. Unila Bandar Lampung.

Usman Husaini, 2013. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara. Jakarta