MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK RAUDATUL ATHFAL MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK : Penelitian Tindakan Kelas di RA. Al-Mu’min Parongpong Kabupaten Bandung Barat Kelompok B Tahun Ajaran 2012/2013.

(1)

Yessy Stiani, 2013

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK RAUDATUL ATHFAL MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK

(Penelitian Tindakan Kelas di RA. Al-Mu’min Parongpong Kabupaten Bandung Barat Kelompok B Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh : YESSY STIANI

0604258

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Yessy Stiani, 2013

BANDUNG 2013

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Raudatul Athfal

melalui Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Komik

Oleh

Yessy Stiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yessy Stiani 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Yessy Stiani, 2013

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Raudatul Athfal melalui Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Komik

(Penelitian Tindakan Kelas di RA. Al-Mu’min Parongpong Kabupaten Bandung Barat Kelompok B Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh: Yessy Stiani

0604258

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Dra. Masitoh, M. Pd. NIP. 19480626 198011 2 001

Pembimbing II

Rita Mariyana, M.Pd NIP. 19780308 200112 2 001

Mengetahui Ketua Program Studi


(4)

Yessy Stiani, 2013

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP. 19600707 198601 2 001

PENGESAHAN PENGUJI

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Raudatul Athfal melalui Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Komik

(Penelitian Tindakan Kelas di RA. Al-Mu’min Parongpong Kabupaten Bandung Barat Kelompok B Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh Yessy Stiani

0604258

Penguji I Penguji II

Hj. Cucu Eliyawati, M. Pd Yeni Rachmawati, M.Pd NIP.

19701022 199802 2 001 NIP. 19730308 200003 2 001

Penguji III Penguji IV

Dr. Aan Listiana, M. Pd Dr. Ocih Setiasih, M. Pd

NIP. 19720803 200112 2 002 NIP. 19600707 198601 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia


(5)

Yessy Stiani, 2013

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP. 19600707 198601 2 001


(6)

ABSTRAK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK RAUDATUL ATHFAL MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA KOMIK

(Penelitian Tindakan Kelas di RA. Al-Mu’min Parongpong Kabupaten Bandung Barat Kelompok B Tahun Ajaran 2012/2013)

Yessy Stiani 0604258

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yang ditemukan di Raudatul Athfal (RA) Al-Mu’min Parongpong, yaitu rendahnya tingkat keterampilan berbicara anak. Hal ini terlihat dari banyaknya anak ( ≥50% dari total jumlah anak ) yang belum bisa menjelaskan karakter tokoh dalam komik, belum dapat menceritakan sesuai dengan isi cerita komik, belum dapat mengucapkan satu kalimat dengan lancar, belum dapat berkata dengan sikap tenang pada temannya, belum dapat berkata sambil memperagakannya dengan bahasa tubuh, belum dapat berkata dengan mimik yang tepat sesuai dengan karakter dalam cerita, dan belum bisa menceritakan awal, inti dan akhir cerita dengan runtut. Permasalahan lainnya, proses pembelajaran di RA Al-Mu’min Parongpong masih berpusat pada guru dan menggunakan media pembelajaran berupa gambar yang ada dalam buku paket. Atas dasar kondisi di atas, peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut (1) bagaimana kondisi objektif keterampilan berbicara anak RA. Al-Mu’min Parompong?; (2) bagaimana pelaksanaan metode bercerita dengan menggunakan media komik dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak RA. Al-Mu’min Parompong?; (3) bagaimana peningkatan berbicara anak di RA. Al-Mu’min Parongpong? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak Raudatul Athfal melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan tiga siklus, dimana setiap siklus diberi satu tindakan. Jumlah anak yang diberikan tindakan sebanyak 14 anak. Hasil observasi pra-siklus menunjukkan persentase kemampuan keterampilan berbicara anak pada ketegori B sebesar 25,5%, kategori C sebesar 33,2%, kategori K sebesar 41,3%. Hasil observasi pasca-siklus menunjukkan keterampilan berbicara anak mengalami peningkatan, yaitu: kategori B sebesar 61,2%, kategori C 31,1%, kategori K 7,7%. Maka dapat disimpulkan metode bercerita dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan rekomendasi pada pihak sekolah untuk menyediakan media pembelajaran yang lebih efektif dalam proses belajar–mengajar; pada guru untuk senantiasa meningkatkan keterampilan bercerita, berkreasi dan berinovasi dalam melaksanakan kegiatan bercerita untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperdalam metode bercerita dengan menggunakan media komik ini dengan menggunakan instrumen yang berbeda dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat penelitian ... 6

1.5. Sistematika Penulisan ... 6

II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1. Konsep Perkembangan Bahasa Anak ... 8

2.1.1. Pengertian Bahasa ... 8

2.1.2. Perkembangan Bahasa ... 9

2.1.3. Fungsi Bahasa ... 10

2.2. Perkembangan Keterampilan Berbicara ... 11

2.2.1. Pengertian Berbicara ... 11

2.2.2.Ukuran Kemampuan Berbicara ... 12

2.3.Konsep Metode Bercerita ... 15

2.3.1. Pengertian Metode Bercerita ... 15

2.3.2. Tujuan Bercerita ... 16

2.3.3. Manfaat Metode Bercerita... 16

2.3.4.Bentuk-Bentuk Metode Bercerita ... 18

2.3.5. Karakteristik Cerita Anak ... 20

2.3.6. Teknik Menghidupkan Suasana Bercerita ... 21

2.4. Media Komik ... 23

2.4.1.Pengertian Media ... 23

2.4.2. Jenis-Jenis Media ... 24

2.4.3. Pengertian Media Komik ... 25

2.4.4. Mengapa Anak-Anak Menyukai Komik ... 26

2.4.5. Alasan-Alasan Penggunaan Komik ... 26

2.5. Penelitian Terdahulu ... 28

III. METODE PENELITIAN ... 29


(8)

3.1.1.Metode Penelitian... 29

3.1.2. Desain Penelitian ... 30

3.1.3. Prosedur Penelitian... 31

3.2. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34

3.3. Penjelasan Istilah ... 34

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5. Kisi-Kisi Pengembangan Instrumen Penelitian ... 37

3.6.Analisis Data ... 45

3.7. Validasi Data ... 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Hasil Penelitian ... 47

4.1.1.Kondisi Objektif Keterampilan Berbicara Anak RA. Almumin Parongpong ... 47

4.1.1.1. Gambaran Umum RA Al-Mu’min Parongpong ... 47

4.1.1.2. Keadaan Anak di RA. Al-Mu’min Parongpong ... 47

4.1.1.3. Kegiatan Rutin Proses Pembelajaran RA. Al-Mu’min Parongpong ... 49

4.1.1.4. Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min Parongpong. ... 50

4.1.2.Siklus I Pelaksanaan Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Komik untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min Parompong... 56

4.1.2.1. Perencanaan Siklus I ... 56

4.1.2.2. Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus I ... 58

4.1.2.3. Hasil Pengamatan Siklus I... 62

4.1.2.4. Refleksi Siklus I ... 67

4.1.3.Siklus II Pelaksanaan Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Komik untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min Parompong... 71

4.1.3.1. Perencanaan Siklus II ... 71

4.1.3.2. Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus II ... 72

4.1.3.3. Hasil Pengamatan Siklus II ... 78

4.1.3.4. Refleksi Siklus II ... 83

4.1.4.Siklus III Pelaksanaan Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Komik untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min Parompong... 86

4.1.4.1. Perencanaan Siklus III ... 86

4.1.4.2. Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus III ... 86

4.1.4.3. Hasil Pengamatan Siklus III ... 93


(9)

4.1.3. Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak di RA. Al-Mu’min Parongpong setelah Menggunakan Metode Bercerita dengan

Menggunakan Media Komik ... 102

4.2.Pembahasan ... 112

4.2.1.Kondisi Objektif Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min Parongpong sebelum dilakukan Pembelajaran Metode Berbicara dengan Menggunakan Media Komik ... 112

4.2.2.Pelaksanaan Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Komik untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min Parongpong ... 114

4.2.3.Peningaktan Keterampilan Berbicara Anak di RA. Al-Mu’min Paromgpong setalh dilakukan Metode Bercerita dengan menggunakan Media Komik ... 124

V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 128

5.1.Simpulan ... 128

5.2. Rekomendasi... 130

DAFTAR PUSTAKA ... xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xvi RIWAYAT HIDUP PENULIS


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Kurikulum Tingkat Satuan PendidikanKelas B ... 12 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 37 3.2 Instrumen Observasi Anak saat Tindakan Metode Bercerita dengan

Menggunakan Media Komik untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara... 40 3.3 Data Observasi Kinerja Guru ... 44 4.1 Daftar Jumlah Anak RA. Al-Mu’min Parongpong... 48 4.2 Daftar Siswa Kelompok B RA.Al-Mu’min Parongpong ... 48 4.3 Rangkuman Penilaian Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min

Parongpong Pra-Siklus ... 51 4.4 Tingkat Keterampilan Berbicara Masing-Masing Anak Pra-Siklus ... 53 4.5 Kinerja Guru Pra-Siklus ... 55 4.6 Rangkuman Penilaian Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min

Parongpong Siklus I ... 62 4.7 Tingkat Keterampilan Berbicara Masing-Masing Anak Siklus I ... 65 4.8 Kinerja Guru Siklus I ... 66 4.9 Rangkuman Penilaian Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min

Parongpong Siklus II ... 78 4.10 Tingkat Keterampilan Berbicara Masing-Masing Anak Siklus II ... 81 4.11 Data Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 82 4.12 Rangkuman Penilaian Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min

Parongpong Siklus III ... 93 4.13 Tingkat Keterampilan Berbicara Masing-Masing Anak Siklus III... 96 4.14 Data Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 97


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

3.1 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart ... 30

4.1 Gambar ke-1 Komik “Merawat Tanaman”... 59

4.2 Gambar ke-2 Komik “Merawat Tanaman”... 60

4.3 Gambar ke-3 Komik “Merawat Tanaman”... 60

4.4 Formasi duduk anak siklus I ... 70

4.5 Formasi duduk anak siklus II ... 72

4.6 Gambar ke-1 Komik “Bermain Bersama” ... 74

4.7 Gambar ke-2 Komik “Bermain Bersama” ... 75

4.8 Gambar ke-3 Komik “Bermain Bersama” ... 75

4.9 Gambar ke-4 Komik “Bermain Bersama” ... 76

4.10 Formasi duduk anak siklus III ... 87

4.11 Gambar ke-1 Komik “Menjaga Kebersihan Lingkungan” ... 88

4.12 Gambar ke-2 Komik “Menjaga Kebersihan Lingkungan” ... 89

4.13 Gambar ke-3 Komik “Menjaga Kebersihan Lingkungan” ... 90

4.14 Gambar ke-4 Komik “Menjaga Kebersihan Lingkungan” ... 91

4.15 Gambar ke-5 Komik “Menjaga Kebersihan Lingkungan” ... 91


(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Hal

4.1 Rekapitulasi Persentase Keterampilan Berbicara Aspek Isi Komik ... 102

4.2 Rekapitulasi Persentase Keterampilan Berbicara Aspek Kelancaran ... 103

4.3 Rekapitulasi Persentase Keterampilan Berbicara Aspek Bahasa ... 104

4.4 Rekapitulasi Persentase Keterampilan Berbicara Aspek Non Bahasa ... 105

4.5 Rekapitulasi Persentase Keterampilan Berbicara Aspek Organisasi ... 106

4.6 Rekapitulasi Persentase Keterampilan Berbicara dari Pra-Silkus, Siklus I, Siklus II, Siklus III ... 107

4.7 Rekapitulasi Persentase Keterampilan Berbicara Pra-Siklus dengan Pasca Siklus ... 109

4.8 Rekapitulasi Perbandingan Total Poin Keterampilan Berbicara Pra-Siklus, Siklus I, Siklus II, Siklus III ... 110

4.9 Rekapitulasi Perbandingan Kinerja Guru dari Pra-Siklus, Siklus I, Siklus II, Siklus III ... 111


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

Lampiran I ... xvi

Surat Pengangkatan Dosen (SK) ... xvii

Surat izin penelitian... xviii

Surat pernyataan telah melakukan penelitian ... xix

Lampiran II ... xx

Data bimbingan dari pembimbing I dan pembimbing II ... xxi

Surat pengantar uji validitas instrument dan lembar validasi ... xxv

Lampiran III ... xxvii

Daftar nama guru... xxviii

Pedoman observasi guru dan anak ... xxix

Hasil wawancara guru sebelum dan setelah tindakan ... xli Rencana pelaksanaan pembelajaran ... xliii Catatan lapangan ... xlvi Lampiran IV ... lvi Kisi-kisi instrumen ... iv

Rencana Kegiatan Harian (RKH)... lvii Data observasi anak sebelum dan setelah tindakan... lxiii Lampiran V ... xxvii

Dokumentasi media pembelajaran ... xxviii

Dokumentasi pelaksanaan ... xxxv

Lampiran VI ... xxxix Lembar perbaikan skripsi ... xl


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak usia dini berada dimasa keemasan (the golden age), yaitu masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai rangsangan. Oleh karena itu, Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Raudatul Athfal (RA) merupakan institusi pendidikan formal di bawah pengelolaan Departemen Agama. RA setara dengan Taman Kanak-Kanak (TK), sehingga merupakan institusi pendidikan yang menjadi peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral pada anak usia dini.

Salah satu aspek kemampuan dasar yang harus dikembangkan pada anak usia dini adalah bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan/atau perbuatan-perbuatan, serta alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi (Makmun, 2003:2). Sebagai alat, bahasa digunakan manusia untuk berinteraksi, berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain, menjelaskan pikiran, perasaan dan perilaku.

Berbicara adalah bagian dari perkembangan bahasa. Dhieni et al.

(2008:3.4) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa anak meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Karena itu, keterampilan berbicara perlu dikuasai oleh anak usia dini. Menurut Dhieni et al. (2008:46), ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang, yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi:

a. Ketepatan ucapan

b. Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai c. Pilihan kata


(15)

2

Aspek non kebahasaan meliputi

a. Sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat b. Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain c. Kenyaringan suara dan kelancaran berbicara

d. Relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu.

Tidak seperti orang dewasa yang dapat menguasai keterampilan berbicara dalam waktu cepat, anak-anak perlu waktu lebih lama untuk dapat membiasakan telinganya mendengar, membiasakan mulutnya mengucapkan kata-kata baru, serta membiasakan menggunakan bahasa tubuh dan mimik muka yang tepat ketika berbicara. Hal ini berkaitan pula dengan kemampuan masing-masing anak dan faktor luar sebagai pendukung anak dalam meningkatkan keterampilan berbicaranya.

Sayangnya, keterampilan berbicara kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan pengajar lebih memfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis. Akibatnya perbendaharaan kata anak masih terbatas dan anak kurang mampu mengungkapkan gagasan atau ide ketika menjawab pertanyaan guru. Tidak jarang, anak juga merasa belum paham dengan apa yang dibicarakannya, serta berbicara tanpa disertai mimik muka yang tepat.

Strand dalam Boscolo (2002 : 4) mengatakan bahwa stimulasi berkelanjutan, proses interaksi dan rumusan bahasa secara verbal dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Berdasarkan pendapat Strand tersebut, maka sewajarnya anak-anak dari usia dini difasilitasi proses interaksinya. Anak perlu diberi kesempatan untuk mengekspresikan gagasannya secara lisan, sehingga mereka terampil berbicara ketika berinteraksi dengan orang dewasa dan teman sebayanya.

Senada dengan hal di atas, untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak, salah satu caranya dengan menggunakan metode bercerita. Seperti yang dikemukakan oleh Agus (2009:34 ), cerita banyak digemari oleh anak dan si anak pun merasa nyaman untuk belajar. Selain itu, cerita juga memiliki kelebihan dalam mengembangkan keterampilan berbahasa anak, antara lain, hadirnya tokoh-tokoh di dalam cerita mampu mengembangkan daya imajinasi anak. Cerita yang


(16)

3

dibawakan oleh guru harus menarik sehingga dapat mengundang perhatian. Menurut Kusmarwanti (2011), tujuan bercerita bagi anak usia dini adalah agar anak mampu mendengarkan apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahami apa yang disampaikan kepadanya, serta anak dapat menjawab pertanyaan dan mampu menceritakan kembali apa yang didengarnya.( http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/kusmarwanti-ss-mpd-ma/makalahcerita-dan-perkembangan-anak.pdf). Dengan kata lain, bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak, baik aspek kebahasaan maupun non kebahasaan.

Terkait permasalahan dalam penelitian ini, peneliti menilai guru di RA Al-Mu’min Parongpong dan orang tua lebih menekankan pada kemampuan menulis dan membaca, sedangkan kemampuan berbicara anak dianggap kurang begitu penting. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa kemampuan berbicara anak kelas B di RA Al-Mu’min Parongpong masih rendah. Hal ini terlihat dari kurangnya kemampuan anak mengucapkan suatu kalimat dengan lancar, sehingga anak tidak dapat menghasilkan kefasihan berbicara yang utuh. Selain itu, ketika diberikan pertanyaan oleh guru, masih terdapat anak yang merasa bingung menjawab pertanyaan tersebut sehingga memberi jawaban yang kurang jelas.

Selain itu, proses pembelajaran di RA Al-Mu’min, khususnya yang berhubungan dengan keterampilan berbicara, masih berpusat pada guru, sehingga pembicaraan lebih banyak didominasi guru. Proses pembelajaran juga sangat jarang menggunakan media. Kalaupun menggunakan media, hanya menggunakan gambar-gambar yang ada dalam buku paket pembelajaran.

Menurut Isah Suryani (Jubaedah 2010:6) menjelaskan bahwa kemampuan guru dalam mendekatkan anak pada bahasa adalah kemampuan guru dalam mencari cara atau media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik anak. Dalam konteks ini, komik dapat dijadikan media untuk menstimulus anak agar mampu bercerita.

Media komik merupakan media gambar yang memerankan cerita, di mana gambar dan ceritanya disukai oleh anak-anak. Sudjana dan Rivai (2001:64)


(17)

4

menyatakan bahwa, “Media komik adalah media yang menarik perhatian

pembacanya, dilengkapi dengan aksi tokoh-tokohnya yang dibuat lebih hidup, serta diolah dengan pemakaian warna-warna utama secara jelas”. Penggunaan media komik yang ceritanya disesuaikan dengan usia perkembangan anak, akan memberi kesempatan anak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, serta memudahkan tujuan pembelajaran cepat tercapai. Selain itu, anak akan memperoleh pengalaman dalam berbahasa, yaitu penambahan perbendaharaan kosakata baru dan meningkatkan keterampilan dalam berbicara.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Juariyah (2006), menunjukkan bahwa penggunaan media komik dalam mata pelajaran pengetahuan sosial memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar tunarungu di SLB Pambudi Dharma 2, sehingga keterampilan sosial anak dapat meningkat. Keterampilan sosial merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara, karena dalam kehidupan sehari-hari berbicara menjadi kebutuhan agar anak dapat diterima dalam kelompok sosialnya. Menurut Alfin (2005), mengatakan bahwa orang yang memiliki keterampilan berbicara yang baik dapat memperoleh keuntungan dalam bersosialisasi (http://www.ebookbrowse.com/article). Maka dengan demikian, media komik dapat digunakan guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak Raudatul Athfal melalui kegiatan pembelajaran menggunakan metode bercerita.

Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru RA Al-Mu’min Parongpong, disepakati penggunaan media komik dalam penerapan metode bercerita untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak RA Al-Mu’min Parongpong .

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Raudatul Athfal melalui Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Komik” .


(18)

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi objektif keterampilan berbicara anak RA. Al-Mu’min Parongpong?

2. Bagaimana pelaksanaan metode bercerita dengan menggunakan media komik untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak RA. Al-Mu’min Parongpong?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara anak di RA. Al-Mu’min Parongpong setelah dilakukan metode bercerita dengan menggunakan media komik?

1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak Raudatul Athfal melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kondisi objektif tingkat keterampilan berbicara anak RA.

Al-Mu’min Parompong.

b. Mengetahui pelaksanaan metode bercerita dengan menggunakan media komik untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak RA. Al-Mu’min Parompong.

c. Mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak di RA. Al-Mu’min Parompong setelah diberikan metode bercerita dengan menggunakan media komik.


(19)

6

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis.

Dari penelitian ini diharapkan diperoleh informasi tentang bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara pada anak Raudatul Athfal melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Memberikan wawasan dan pengetahuan yang baru sehingga peneliti dapat mengaplikasikan ilmu tersebut ketika kelak menjadi seorang guru di PAUD.

b. Bagi Guru PAUD

Dapat menjadi tambahan referensi bagi guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak, khususnya RA. Al-Mu’min Parongpong melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan gambaran tentang metode bercerita dengan menggunakan media komik terhadap meningkatkan keterampilan berbicara sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulis menguraikan struktur penulisan yang teratur untuk memudahkan penulis dalam penulisan penelitian. Adapun struktur penulisan penelitian ini, yang juga merupakan struktur organisasi skripsi, adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan. BAB II, pada bab ini penulis membahas mengenai konsep perkembangan bahasa anak (pengertian bahasa, perkembangan bahasa, fungsi bahasa), perkembangan keterampilan berbicara (pengertian berbicara dan ukuran kemampuan berbicara), konsep metode bercerita (pengertian metode bercerita, tujuan bercerita, manfaat metode bercerita, bentuk-bentuk metode bercerita,


(20)

7

karakteristik cerita anak, teknik menghidupkan suasana bercerita), media komik (pengertian media, jenis-jenis media, pengertian media komik, mengapa anak-anak menyukai komik, alasan-alasan penggunaan komik), dan penelitian terdahulu.

BAB III, membahas tentang metode penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian, yakni metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Pada BAB IV, berisi pengolahan/ análisis dan pembahasan hasil temuan penelitian.

BAB V, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan rekomendasi untuk pihak sekolah, guru dan peneliti selanjutnya.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam pembuatan skripsi ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hopkins yang dikutip dalam Wiriaatmadja (2005:124), PTK adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru/pendidik dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya atau kualitas mengajar sejawatnya, atau menguji asumsi-asumsi dalam teori-teori pendidikan dalam praktek atau kenyataannya di kelas, atau juga untuk mengimplementasikan atau mengevaluasi kebijakan–kebijakan sekolah. Sedangkan menurut Kemiis dan Mc Taggart yang dikutip dalam Muslihudin (2010:6), PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.

Penelitian ini akan melibatkan beberapa pihak, yaitu kepala sekolah, guru dan peneliti berdasarkan masalah yang ada di kelas. Tujuannya, untuk menemukan solusi serta mempraktekkan beberapa tindakan dalam kegiatan pembelajaran, agar dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B di RA Al-Mu’min Parongpong melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sehingga bentuk penyajiannya berupa data deskriptif yang berhubungan dengan keterampilan berbicara anak RA melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2005: 3), pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.


(22)

30

3.1.2 Desain Penelitian

Desain dalam rancangan penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart (Wiraatmaja 2005:66), yang dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu, perencanaan,pelaksanaan,observasi, refleksi. Digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Model spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Wiriatmadja, 2005:66)


(23)

31

3.1.3 Prosedur Penelitian

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini terbagi ke dalam empat tahapan, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Secara operasional, keempat tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

Tahap ini meliputi perencanaan persiapan tindakan dan pelaksanaan tindakan. Pada tahap perencanaan juga dilakukan identifikasi masalah yang terdapat di RA Al-Mu’mim Parongpong, terkait keterampilan berbicara anak, untuk merumuskan pemecahan masalah tersebut.

Adapun tahap-tahap perencanaan yang dilakukan adalah:

a. Membuat skenario pembelajaran dengan perencanaan tertulis untuk kegiatan pembelajaran yang berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH) sesuai dengan tema.

b. Mempersiapkan media atau sumber belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran, dalam hal ini adalah komik.

c. Menyiapkan setting kelas dan pedoman lembar observasi yang akan dipergunakan.

2. Tahap Pelaksanaan dan Observasi

Pelaksanaan tindakan adalah cara melaksanakan semua yang tertulis di dalam skenario, sebagaimana yang telah direncanakan. Pada saat yang bersamaan, kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi. Pelaksanaan meliputi:

a. Melaksanakan pembelajaran metode bercerita dengan menggunakan media komik untuk meningkatkan keterampilan berbicara.

b. Peneliti melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan dapat dilaksanakan secara terus-menerus, mulai dari siklus satu sampai siklus berikutnya, hingga dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan dan hambatan yang dialami selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian tersebut akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Catatan peneliti akan menghasilkan suatu


(24)

32

bahan untuk mengadakan refleksi dan secara langsung akan memberikan masukan guna memperbaiki kegiatan selanjutnya.

3 Tahap Refleksi

Refleksi merupakan tahapan untuk memproses data atau masukan yang diperoleh pada saat melakukan observasi. Refleksi dilakukan dengan cara mendiskusikan serta mengevaluasi jalannya pelaksanaan tindakan dan hasil pengamatan atas pelaksanaan tindakan tersebut. Tahap ini dilakukan di akhir setiap siklus. Tujuan dari refleksi adalah memperoleh data yang menunjukkan ada atau tidaknya keharusan untuk melakukan perbaikan atau mengubah perencanaan pada siklus berikutnya.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, setiap siklus dikatakan berhasil apabila ada peningkatan keterampilan berbicara melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik. Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Merumuskan masalah yang timbul dengan guru; 2) Merencanakan tindakan yang dilakukan dengan guru;

3) Merumuskan rancangan kegiatan pembelajaran dengan guru sesuai tema, yaitu meningkatkan keterampilan berbicara pada anak RA Al-Mu’min Parongpong melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik.

b. Pelaksanaan

Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan pencatatan lapangan dan foto kegiatan.

c. Refleksi

Menganalisis dan merefleksi hasil pembelajaran/ tindakan pada siklus I. Data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan didiskusikan kembali dengan guru, untuk mengetahui kekurangan-kekurangan, sehingga bisa diperbaiki pada tindakan di siklus II. RKH dapat dilihat dilampiran.


(25)

33

2. Siklus II

a. Perencanaan

1) Merancang kembali kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan hasil refleksi terhadap siklus I.

2) Merumuskan rancangan kegiatan pembelajaran dengan guru sesuai tema, yaitu meningkatkan keterampilan berbicara pada anak RA Al-Mu’min Parongpong melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik.

b. Pelaksanaan

Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan pencatatan lapangan dan foto kegiatan.

c. Refleksi

Menganalisis dan merefleksi pelaksanaan pembelajaran/ tindakan di siklus II. Analisis dilakukan setelah pelaksanaan tindakan, untuk memperoleh gambaran atas pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian dijadikan perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya. RKH dapat dilihat dilampiran.

3. Siklus III

a. Perencanaan

1) Merancang kembali kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan hasil refleksi terhadap siklus II.

2) Merumuskan rancangan kegiatan pembelajaran dengan guru sesuai tema, yaitu meningkatkan keterampilan berbicara pada anak RA Al-Mu’min Parongpong melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik.

b. Pelaksanaan

Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan pencatatan lapangan dan foto kegiatan.


(26)

34

c. Refleksi

Menganalisis dan merefleksi pelaksanaan pembelajaran/ tindakan di siklus III. Analisis dilakukan setelah pelaksanaan tindakan, untuk memperoleh gambaran atas pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian dijadikan perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya.

Siklus tersebut akan terus berulang sampai peneliti mencapai hasil pembelajaran yang optimal dengan mengadakan berbagai perbaikan pada setiap siklus. RKH dapat dilihat dilampiran.

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Raudatul Athfal (RA)

Al-Mu’min Parongpong Bandung. Adapun kelas yang dijadikan penelitian adalah

kelas B yang berjumlah 14 orang. Dari 14 orang anak ini terdiri dari 8 laki-laki dan 6 perempuan.

3.3 Penjelasan Istilah

Dalam penelitian tindakan kelas ini, terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan secara operasional dalam penelitian ini yaitu:

1. Keterampilan Berbicara Anak.

Keterampilan berbicara anak adalah kemampuan mengucapkan rangkaian kata untuk mengungkapkan pikiran, gagasan dan perasaan yang meliputi aspek kebahasaan dan non kebahasaan.

Indikator-indikator keterampilan berbicara dalam penelitian ini dirumuskan penulis dengan merujuk pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pendapat Dhieni (2008) mengenai faktor-faktor untuk mengukur kemampuan berbicara seseorang. Indikator-indikator tersebut meliputi:

a. Ketepatan dalam mengetahui isi komik. b. Kelancaran dalam mengucapkan satu kalimat. c. Ketepatan ucapan.


(27)

35

e. Sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh dan mimik yang tepat. f. Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain. g. Keruntutan bercerita pada komik.

Selain untuk merumuskan indikator-indikator (instrumen observasi) keterampilan berbicara anak, penulis juga mengggunakan KTSP dan teori Dhieni (2008) untuk membuat pedoman observasi kinerja guru dalam pelaksanaan metode bercerita dengan menggunakan media komik .

2. Metode Bercerita

Pembelajaran yang digunakan guru dengan cara menyampaikan informasi, menyampaikan cerita atau memberi penjelasan pada anak secara lisan. Guru membawakan cerita menarik dengan memperhatikan teknik bercerita seperti bercerita dengan nada suara yang berbeda sesuai karakter komik, gestur atau bahasa tubuh diselaraskan dengan isi cerita, bercerita menggunakan media komik dengan mimik muka yang tepat, bercerita sambil mengikutsertakan anak dalam menceritakan isi komik, pada satu adegan cerita guru sengaja salah mengucapkan suatu kata untuk memancing perhatian dan respon anak. 3. Media Komik

Media komik merupakan media visual yang meliputi gambar dan teks, dimana teks tersebut menggunakan bahasa sederhana yang menyampaikan pesan melalui penglihatan atau media yang hanya dapat dilihat untuk mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat.


(28)

36

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa macam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Observasi

Menurut Karl (Wiriatmaja, 2005:104), observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori. Kegiatan observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dan gambaran tentang pengaruh pelaksanaan tindakan/ metode bercerita dengan media komik terhadap keterampilan berbicara anak RA Al-Mu’min Parongpong.

2. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data saat dilaksanakan metode bercerita dengan menggunakan media komik, kemudian dijadikan bahan untuk di analisis terkait dengan keterampilan berbicara. Rekaman foto termasuk dalam dokumentasi. Menurut Wiriatmaja (2005) menyatakan bahwa rekaman foto merupakan alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas. Foto-foto yang dijadikan alat pengumpulan data merupakan foto yang diambil saat sedang berjalannya kegiatan metode bercerita dengan menggunakan media komik dari mulai awal hingga akhir pembelajaran berlangsung.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah kegiatan pencatatan kejadian-kejadian penting yang ditemukan saat proses pembelajaran/ tindakan. Catatan lapangan dalam penelitian ini meliputi:

a. Catatan hasil observasi peneliti selama proses tindakan berlangsung, b. Catatan hasil diskusi peneliti dan guru setelah pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang dicatat peneliti dan didiskusikan dengan guru adalah mengenai persepsi guru serta aktivitas dan sikap anak didik selama pelaksanaan tindakan.

4 Wawancara

Wawancara adalah cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang diwawancarai dapat


(29)

37

beberapa siswa, kepala sekolah, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang tua siswa dan lain-lain (Hopkins dalam Wiriaatmadja, 2005: 117). Pelaksanaan wawancara menggunakan teknik wawancara tidak terstuktur, yaitu wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang lebih detail untuk melengkapi data hasil observasi.

3.5 Kisi-Kisi Pengembangan Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (Yusrizal, 2010), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (Yusrizal, 2010) adalah alat yang digunakan untuk merekam -pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pedoman observasi, lembar wawancara pada guru kelas dan kisi-kisi penelitian. Kisi-kisi pedoman observasi dalam penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

“Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Raudatul Athfal melalui Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Komik”

(Bersumber dari Dhieni (2008) dan dikombinasikan oleh peneliti)

No Variabel Aspek Indikator Pernyataan

1 Keterampilan Berbicara

1) Isi komik Ketepatan dalam

mengetahui isi komik

Anak dapat

menyebutkan judul komik dengan tepat

Anak dapat

menyebutkan salah satu nama tokoh dalam


(30)

38

komik

Anak dapat menjelaskan karakter tokoh di komik

Anak dapat

menceritakan sesuai dengan isi komik

Anak dapat

memperbaiki jika guru mengucapkan kata yang tidak sesuai dengan teks atau gambar pada komik

2) Kelancaran Kelancaran dalam mengucapkan satu kalimat

Anak dapat

mengucapkan satu kalimat dengan lancar.

3) Bahasa Ketepatan ucapan

Penempatan nada

Anak dapat

mengucapkan kata yang ada dalam cerita komik dengan lafal yang benar

Anak dapat berkata dengan nada suara yang berbeda sesuai karakter di komik

4)Non Bahasa Sikap tubuh pandangan, bahasa tubuh dan mimik yang tepat

Anak dapat berkata dengan sikap yang tenang pada temannya

Anak dapat berkata dengan pandangan yang


(31)

39

Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain

tertuju pada lawan bicaranya

Anak dapat berkata sambil

memperagakannya dengan bahasa tubuh

Anak dapat berkata dengan mimik yang tepat sesuai dengan karakter dalam komik

Anak dapat

mendengarkan

penjelasan guru dengan baik mengenai isi komik yang diceritakan guru 5) Organisasi Keruntutan

bercerita pada komik

Anak dapat

menceritakan awal, inti dan akhir cerita komik dengan runtut


(32)

40

Tabel 3.2

Instrumen Observasi Anak Saat Tindakan Metode Bercerita dengan menggunakan Media Komik untuk Meningkatkan Keterampilan Bericara

No Pernyataan

Hasil Pengamatan

B C K

Isi komik

1 Anak dapat menyebutkan judul komik dengan tepat 2 Anak dapat menyebutkan salah satu nama tokoh

dalam komik

3 Anak dapat menjelaskan karakter tokoh di komik 4 Anak dapat menceritakan sesuai dengan isi komik 5 Anak dapat memperbaiki jika guru mengucapkan

kata yang tidak sesuai dengan teks atau gambar pada komik

Kelancaran

6 Anak dapat mengucapkan satu kalimat dengan lancar

Bahasa

7 Anak dapat mengucapkan kata yang ada dalam cerita komik dengan lafal yang benar

8 Anak dapat berkata dengan nada suara yang berbeda sesuai karakter di komik

Non Bahasa

9 Anak dapat berkata dengan sikap yang tenang pada temannya

10 Anak dapat berkata dengan pandangan yang tertuju pada lawan bicaranya

11 Anak dapat berkata sambil memperagakannya dengan bahasa tubuh


(33)

41

12 Anak dapat berkata dengan mimik yang tepat sesuai dengan karakter dalam komik

13 Anak dapat mendengarkan penjelasan guru dengan baik mengenai isi komik yang dibacakan guru

Organisasi

14 Anak dapat menceritakan awal, inti dan akhir cerita komik dengan runtut

Indikator Penilaian Kemampuan Keterampilan Berbicara Anak Kriteria Baik (Anak sudah mampu sendiri tanpa bantuan guru)

1. Anak dapat menyebutkan judul komik dengan tepat tanpa bantuan guru. 2. Anak dapat menyebutkan salah satu nama tokoh dalam komik tanpa

bantuan guru.

3. Anak dapat menjelaskan karakter tokoh (1 tokoh) di komik tanpa bantuan guru.

4. Anak dapat menceritakan sesuai dengan isi komik (satu adegan cerita) tanpa bantuan guru.

5. Anak dapat memperbaiki jika guru mengucapkan kata yang tidak sesuai dengan teks atau gambar pada komik (satu pengucapan kata tidak sesuai teks atau gambar) tanpa bantuan guru.

6. Anak dapat mengucapkan satu kalimat dengan lancar tanpa bantuan guru.

7. Anak dapat mengucapkan kata (4-5 urutan kata) yang ada dalam cerita komik dengan lafal yang benar tanpa bantuan guru.

8. Anak dapat berkata dengan nada suara yang berbeda (2 tokoh) sesuai karakter di komik tanpa bantuan guru.

9. Anak dapat berkata dengan sikap yang tenang pada temannya.

10. Anak dapat berkata dengan pandangan yang tertuju pada lawan bicaranya.

11. Anak dapat berkata sambil memperagakannya dengan bahasa tubuh (1 peraga bahasa tubuh).


(34)

42

12. Anak dapat berkata dengan mimik yang tepat sesuai dengan karakter dalam komik (1 karakter komik) tanpa bantuan guru.

13. Anak dapat mendengarkan penjelasan guru dengan baik mengenai isi komik yang dibacakan guru.

14. Anak dapat menceritakan awal, inti dan akhir cerita komik dengan runtut tanpa bantuan guru.

Indikator Penilaian Kemampuan Keterampilan Berbicara Anak Kriteria Cukup (Anak mampu dengan bantuan/ motivasi guru)

1. Anak dapat menyebutkan judul komik dengan bantuan /motivasi guru. 2. Anak dapat menyebutkan salah satu nama tokoh dalam komik dengan

bantuan /motivasi guru.

3. Anak dapat menjelaskan karakter tokoh (1 tokoh) di komik dengan bantuan /motivasi guru.

4. Anak dapat menceritakan sesuai dengan isi komik (satu adegan cerita) dengan bantuan /motivasi guru.

5. Anak dapat memperbaiki jika guru mengucapkan kata yang tidak sesuai dengan teks atau gambar pada komik (satu pengucapan kata tidak sesuai teks atau gambar) dengan bantuan /motivasi guru.

6. Anak dapat mengucapkan satu kalimat dengan lancar dengan bantuan /motivasi guru.

7. Anak dapat mengucapkan kata (4-5 urutan kata) yang ada dalam cerita komik dengan lafal yang benar dengan bantuan /motivasi guru.

8. Anak dapat berkata dengan nada suara yang berbeda (2 tokoh) sesuai karakter di komik dengan bantuan /motivasi guru.

9. Anak dapat berkata dengan sikap yang tenang pada temannya

10. Anak dapat berkata dengan pandangan yang tertuju pada lawan bicaranya.

11. Anak dapat berkata sambil memperagakannya dengan bahasa tubuh (1 peraga bahasa tubuh) dengan bantuan /motivasi guru.


(35)

43

12. Anak dapat berkata dengan mimik yang tepat sesuai dengan karakter dalam komik (1 karakter komik) dengan bantuan /motivasi guru.

13. Anak dapat mendengarkan penjelasan guru dengan baik mengenai isi komik yang dibacakan guru.

14. Anak dapat menceritakan awal, inti dan akhir cerita komik dengan runtut dengan bantuan /motivasi guru.

Indikator Penilaian Kemampuan Keterampilan Berbicara Anak

Kriteria Kurang (Anak belum mampu, walaupun sudah dimotivasi guru)

1. Anak tidak dapat menyebutkan judul komik walaupun sudah dimotivasi guru.

2. Anak tidak dapat menyebutkan salah satu nama tokoh dalam komik walaupun sudah dimotivasi guru.

3. Anak tidak dapat menjelaskan karakter tokoh (1 tokoh) di komik walaupun sudah dimotivasi guru.

4. Anak tidak dapat menceritakan sesuai dengan isi komik (satu adegan cerita) walaupun sudah dimotivasi guru.

5. Anak tidak dapat memperbaiki jika guru mengucapkan kata yang tidak sesuai dengan teks atau gambar pada komik (satu pengucapan kata tidak sesuai teks atau gambar) walaupun sudah dimotivasi guru.

6. Anak tidak dapat mengucapkan satu kalimat dengan lancar, walaupun sudah dimotivasi guru.

7. Anak tidak dapat mengucapkan kata (4-5 urutan kata) yang ada dalam cerita komik dengan lafal yang benar walaupun sudah dimotivasi guru. 8. Anak tidak dapat berkata dengan nada suara yang berbeda (2 tokoh)

sesuai karakter di komik, walaupun sudah dimotivasi guru.

9. Anak tidak dapat berkata dengan sikap yang tenang pada temannya walaupun sudah dimotivasi guru.

10. Anak tidak dapat berkata dengan pandangan yang tertuju pada lawan bicaranya, walaupun sudah dimotivasi guru.


(36)

44

11. Anak tidak dapat berkata sambil memperagakannya dengan bahasa tubuh (1 peraga bahasa tubuh) walaupun sudah dimotivasi guru.

12. Anak tidak dapat berkata dengan mimik yang tepat sesuai dengan karakter dalam komik (1 karakter komik) walaupun sudah dimotivasi guru.

13. Anak tidak dapat mendengarkan penjelasan guru dengan baik mengenai isi komik yang dibacakan guru walaupun sudah dimotivasi guru.

14. Anak tidak dapat menceritakan awal, inti dan akhir cerita komik dengan runtut walaupun sudah dimotivasi guru.

Penulis juga merancang pedoman observasi kinerja guru dalam penelitian tindakan kelas, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 3.3 Data Observasi Kinerja Guru

Hari/ Tanggal : Nama Guru :

Siklus :

No Kegiatan Pengamatan

Ya Tidak

PERSIAPAN 1 Mengkondisikan anak untuk tertib

2 Menyiapkan gambar yang akan dipergunakan 3 Mengatur formasi duduk anak

4 Menjelaskan pada anak tentang apa yang akan diceritakan

PELAKSANAAN

5 Bercerita dengan menggunakan media komik dengan nada suara yang berbeda sesuai karakter


(37)

45

komik

6 Gestur atau bahasa tubuh diselaraskan dengan isi cerita

7 Bercerita menggunakan media komik dengan mimik muka yang tepat

8 Bercerita sambil mengikutsertakan anak dalam menceritakan isi komik

9 Pada satu adegan cerita, guru sengaja salah mengucapkan suatu kata untuk memancing perhatian dan respon anak

PENUTUP

10 Memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali isi cerita secara singkat 11 Mengadakan tanya jawab dengan anak mengenai

cerita dalam komik

3.6 Analisis Data

Dalam penelitian ini, data hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan tiga tahap yang dilakukan secara berulang sejak proses pengambilan data dilakukan. Nasution (2003) mengklasifikasikan tahapan-tahapan tersebut, sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Redukasi data adalah merangkum setiap data yang ada agar lebih mudah dipahami. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah mencarinya bila diperlukan. Adapun data-data yang dimaksud untuk direduksi adalah data-data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai peningkatan keterampilan berbicara pada anak RA Al-Mu’min Parongpong melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik.


(38)

46

2. Penyajian Data (Data Display)

Data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh pada setiap aspek keterampilan berbicara.

3. Kesimpulan Verification (Conclusion Drawing)

Data yang sudah diperoleh, dianalisis dan disimpulkan kemudian diverifikasi ulang selama penelitian berlangsung.

3.7 Validasi Data

Salah satu cara untuk melihat derajat kepercayaan suatu penelitian adalah dengan melihat validitas dari hasil penelitian. Validitas data merupakan kegiatan yang penting dalam penelitian tindakan kelas. Menurut Wiriatmaja (2005:17) validitas data merupakan istilah alternatif dengan standar rasional untuk menilai kredibilitas penelitian kualitatif, diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut: 1. Member-chek, dilakukan untuk memeriksa kembali kebenaran dan

keterangan atau informasi data yang diperoleh dari peneliti selama observasi, wawancara, dan catatan lapangan berlangsung dari sumber data. Peneliti mendiskusikan hasil kegiatan di setiap akhir pembelajaran/ tindakan dengan guru RA.

2. Triangulasi, dilakukan untuk memeriksa kembali kebenaran hasil observasi dengan cara mengkonfirmasikannya kepada guru pendamping Raudatul Athfal (RA) kelas B.

3. Audit Trail, memeriksa catatan yang ditulis oleh peneliti pada saat tindakan berlangsung. Pada tahap ini, peneliti meminta pendapat dan bertukar pikiran dengan guru RA mengenai kekurangan maupun kendala yang ditemui ketika pelaksanaan pembelajaran/ tindakan.

4. Expert opinion (pandangan para ahli), teknis validitas ini merupakan proses mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada pembimbing untuk mendapatkan arahan terhadap masalah-masalah yang ada dalam penelitian. Teknik validasi ini untuk memperbaiki atau memodifikasi setelah mendapatkan masukan dan arahan-arahan dari pembimbing dan para ahli di bidangnya.


(39)

128

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap penerapan metode bercerita dengan menggunakan media komik untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak Raudatul Athfal Al-Mu’min Parongpong, secara umum menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak meningkat signifikan melalui metode bercerita dengan menggunakan media komik.

5.1.1 Kondisi Objektif Keterampilan Berbicara Anak RA. Al-Mu’min Parongpong

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi sebelum diterapkannya metode bercerita dengan menggunakan media komik, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat keterampilan berbicara anak RA Al-Mu’min Parongpong masih rendah.

2. Kegiatan bercerita yang biasa dilakukan di RA Al-Mu’min Parongpong masih berpusat pada guru (didominasi guru).

3. Kegiatan bercerita berlangsung kurang menarik karena guru masih kurang menguasai teknik bercerita dan hanya menggunakan media pembelajaran berupa gambar dari buku paket.


(40)

129

5.1.2 Pelaksanaan Metode Bercerita Dengan Menggunakan Media Komik untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak RA. AL-Mu’min Parongpong.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan metode bercerita dengan menggunakan media komik, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan metode bercerita dengan menggunakan media komik membuat anak tertarik dan berminat untuk belajar, sehingga anak antusias dan gembira dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Metode bercerita dengan menggunakan media komik mendorong anak lebih berani dan percaya diri untuk terlibat dalam kegiatan bercerita, seperti menjawab pertanyaan guru dan memerankan tokoh dalam komik sambil menceritakan kembali isi cerita.

3. Formasi duduk anak turut mempengaruhi keefektifan pelaksanaan metode bercerita dengan menggunakan media komik untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Jarak antara guru dan anak yang dekat, serta posisi guru dan anak yang memudahkan interaksi antara keduanya, akan mempengaruhi tingkat partisipasi anak dalam proses pembelajaran.

5.1.3 Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak di RA. AL-Mu’min Parongpong Setelah dilakukan Metode Bercerita dengan Media Komik Berdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi setelah diterapkannya metode bercerita dengan menggunakan media komik, dapat disimpulkan bahwa:

1. Metode bercerita dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak di setiap siklus.

2. Keberhasilan dan keefektifan penerapan metode bercerita dengan menggunakan media komik untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak dipengaruhi oleh tingkat keterampilan bercerita guru dan kualitas media


(41)

130

komik.

3. Tingkat keterampilan bercerita guru ditentukan oleh keterampilan berbicara guru dan kemampuan guru dalam menggunakan pesan-pesan nonverbal, seperti paralaguage, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan formasi duduk. 4. Kualitas media komik dinilai dari isi komik (gambar dan teks), isi cerita

(tokoh dan alur cerita), dan tampilan visual (bentuk dan ukuran komik, pemakaian dan komposisi warna, serta tampilan visual tulisan).

5.2Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa rekomendasi yang diajukan peneliti, yaitu:

5.2.1 Untuk pihak sekolah

1. Menyediakan media pembelajaran yang lebih efektif dalam proses belajar–mengajar. Misalnya, menyediakan komik sebagai media dalam kegiatan bercerita.

2. Memotivasi dan memfasilitasi guru untuk terus mengembangkan keterampilan bercerita.

5.2.2 Untuk Guru

1. Dalam pelaksanaan pembelajaran, hendaknya guru lebih kreatif dan selalu berusaha membuat kegiatan pembelajaran lebih bervariasi sehingga menyenangkan bagi anak. Dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan, diharapkan anak akan lebih tertarik dan termotivasi untuk terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Guru lebih banyak memberi kesempatan dan motivasi kepada anak-anak agar aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

3. Guru senantiasa meningkatkan keterampilan bercerita.

4. Guru senantiasa berkreasi dan berinovasi dalam melaksanakan kegiatan bercerita untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Misalnya,


(42)

131

bercerita menggunakan komik dengan tema dan cerita yang berbeda-beda di setiap pelaksanaan pembelajaran.

5. Guru senantiasa menggunakan komik dengan isi cerita dan tampilan visual yang menarik perhatian. Selain menarik, komik juga harus memiliki ukuran dan bentuk yang memudahkan guru saat bercerita serta memudahkan anak melihat gambar dan teks dalam komik.

6. Dalam kegiatan bercerita, guru senantiasa memperhatikan dan mengatur formasi duduk anak, sehingga memudahkan anak untuk berpartisipasi aktif dan memahami isi cerita.

5.2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya

1. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperdalam metode bercerita dengan menggunakan media komik untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak, dengan menggunakan instrumen yang berbeda

2. Diharapkan dapat menggunakan metode dan media lain dalam membantu anak RA/TK dalam meningkatkan keterampilan berbicaranya.


(43)

xiii Yessy Stiani, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Agus, D. (2009). Tips Jitu Mendongeng. Yogyakarta: Penerbit Kanikus.

Astutik, P. (2013). Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Media Kotak Cerita Bergambar Pada Kelompok A TK Tunas Karya Desa Wuluh Kecamatan Kesanben Kabupaten Jombang. DalamJurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini [Online], Vol 3 (2), 5 halaman. Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paud teratai [26 Juni 2013]

Alfin. (2006). Sumber Belajar AUD. [Online]. Tersedia :

http//www.ebookbrowse.com/articles [5 Januari 2012]

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Boscolo, B. (2002). Fluency of School-Age Children With a history of Spedific Ekspresif Language Impairment: An Exploratory Study. American Journal of Speech-language Pathologi. Vol 11.41-49.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum 2004. Jakarta.

Dhieni, N. et al. (2008). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Fadillah, N. (2010). Pengaruh Metode Bercerita Bergambar terhadap Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Skripsi Sarjana PGPAUD FIP UPI. Bandung: tidak dierbitkan.

Gantini, L. (2011). Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Boneka untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara. Skripsi Sarjana PGPAUD FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Gunarti, W. (2008). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka


(44)

xiv Yessy Stiani, 2013

Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak Edisi Ke enam. Penerjemah Muslidah Zarkasih. Jakarta: Erlangga.

Juariyah, A. (2006). Pengaruh Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Tunarungu. Skripsi Sarjana PLB FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Jubaedah, S. (2010). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak TK Melalui Penggunaan Boneka Tangan. Skripsi Sarjana PGPAUD FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Kusmarwanti. (2011). Cerita dan Perkembangan Anak 1. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/kusmarwanti-ss-mpd-ma/makalahcerita-dan-perkembangan-anak.pdf [5 Januari 2012]

Makmun, S. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya Remaja.

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, J.L. (2005). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Musbikin, I. (2010). Buku Pintar PAUD. Jogjakarta: Laksana.

Musfiroh, T. (2005). Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Muslihudin . (2010). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rizqi Press.

Mustakim, M. N. (2005). Peranan Cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Noname. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia : kbbi.web.id [5

Maret 2012]

Setia, T. H. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta : Harvarindo.


(45)

xv Yessy Stiani, 2013

Stewart, R and Ruben. (2006). Communication and Human Behavior. USA: Person Education, Inc.

Sudjana, N. dan Rivai, A. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Suryosubroto. B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta: Rineka. Cipta.

Tarigan, H. G. (1998). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yani, R. (2011). Pengertian, Peranan, dan Fungsi Media Pengajaran Perspektif Bahasa Arab. Tersedia: http://ahmadyaniar.blogspot.com/2011/10/pengertian-peranan-dan-fungsi-media.html [28 Februari 2012]

Zaman, B. dkk. (2009). Media dan Sumber Belajar di TK. Jakarta: Universitas Terbuka.


(46)

xvi Yessy Stiani, 2013


(1)

130

Yessy Stiani, 2013

Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak Raudiatul Athfal Melalui Metode Bercerita Dengan Menggunakan Media Komik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu komik.

3. Tingkat keterampilan bercerita guru ditentukan oleh keterampilan berbicara guru dan kemampuan guru dalam menggunakan pesan-pesan nonverbal, seperti paralaguage, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan formasi duduk. 4. Kualitas media komik dinilai dari isi komik (gambar dan teks), isi cerita

(tokoh dan alur cerita), dan tampilan visual (bentuk dan ukuran komik, pemakaian dan komposisi warna, serta tampilan visual tulisan).

5.2Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa rekomendasi yang diajukan peneliti, yaitu:

5.2.1 Untuk pihak sekolah

1. Menyediakan media pembelajaran yang lebih efektif dalam proses belajar–mengajar. Misalnya, menyediakan komik sebagai media dalam kegiatan bercerita.

2. Memotivasi dan memfasilitasi guru untuk terus mengembangkan keterampilan bercerita.

5.2.2 Untuk Guru

1. Dalam pelaksanaan pembelajaran, hendaknya guru lebih kreatif dan selalu berusaha membuat kegiatan pembelajaran lebih bervariasi sehingga menyenangkan bagi anak. Dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan, diharapkan anak akan lebih tertarik dan termotivasi untuk terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Guru lebih banyak memberi kesempatan dan motivasi kepada anak-anak agar aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

3. Guru senantiasa meningkatkan keterampilan bercerita.

4. Guru senantiasa berkreasi dan berinovasi dalam melaksanakan kegiatan bercerita untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Misalnya,


(2)

131

bercerita menggunakan komik dengan tema dan cerita yang berbeda-beda di setiap pelaksanaan pembelajaran.

5. Guru senantiasa menggunakan komik dengan isi cerita dan tampilan visual yang menarik perhatian. Selain menarik, komik juga harus memiliki ukuran dan bentuk yang memudahkan guru saat bercerita serta memudahkan anak melihat gambar dan teks dalam komik.

6. Dalam kegiatan bercerita, guru senantiasa memperhatikan dan mengatur formasi duduk anak, sehingga memudahkan anak untuk berpartisipasi aktif dan memahami isi cerita.

5.2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya

1. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperdalam metode bercerita dengan menggunakan media komik untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak, dengan menggunakan instrumen yang berbeda

2. Diharapkan dapat menggunakan metode dan media lain dalam membantu anak RA/TK dalam meningkatkan keterampilan berbicaranya.


(3)

xiii

Yessy Stiani, 2013

Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak Raudiatul Athfal Melalui Metode Bercerita Dengan Menggunakan Media Komik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agus, D. (2009). Tips Jitu Mendongeng. Yogyakarta: Penerbit Kanikus.

Astutik, P. (2013). Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Media Kotak Cerita Bergambar Pada Kelompok A TK Tunas Karya Desa Wuluh Kecamatan Kesanben Kabupaten Jombang. DalamJurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini [Online], Vol 3 (2), 5 halaman. Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paud teratai [26 Juni 2013]

Alfin. (2006). Sumber Belajar AUD. [Online]. Tersedia :

http//www.ebookbrowse.com/articles [5 Januari 2012]

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Boscolo, B. (2002). Fluency of School-Age Children With a history of Spedific Ekspresif Language Impairment: An Exploratory Study. American Journal of Speech-language Pathologi. Vol 11.41-49.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum 2004. Jakarta.

Dhieni, N. et al. (2008). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Fadillah, N. (2010). Pengaruh Metode Bercerita Bergambar terhadap Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Skripsi Sarjana PGPAUD FIP UPI. Bandung: tidak dierbitkan.

Gantini, L. (2011). Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Boneka untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara. Skripsi Sarjana PGPAUD FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Gunarti, W. (2008). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka


(4)

Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak Edisi Ke enam. Penerjemah Muslidah Zarkasih. Jakarta: Erlangga.

Juariyah, A. (2006). Pengaruh Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Tunarungu. Skripsi Sarjana PLB FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Jubaedah, S. (2010). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak TK Melalui Penggunaan Boneka Tangan. Skripsi Sarjana PGPAUD FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Kusmarwanti. (2011). Cerita dan Perkembangan Anak 1. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/kusmarwanti-ss-mpd-ma/makalahcerita-dan-perkembangan-anak.pdf [5 Januari 2012]

Makmun, S. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya Remaja. Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka

Cipta.

Moleong, J.L. (2005). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Musbikin, I. (2010). Buku Pintar PAUD. Jogjakarta: Laksana.

Musfiroh, T. (2005). Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Muslihudin . (2010). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rizqi Press.

Mustakim, M. N. (2005). Peranan Cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Noname. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia : kbbi.web.id [5

Maret 2012]

Setia, T. H. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta : Harvarindo.


(5)

xv

Yessy Stiani, 2013

Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak Raudiatul Athfal Melalui Metode Bercerita Dengan Menggunakan Media Komik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Stewart, R and Ruben. (2006). Communication and Human Behavior. USA: Person Education, Inc.

Sudjana, N. dan Rivai, A. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Suryosubroto. B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta: Rineka. Cipta. Tarigan, H. G. (1998). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yani, R. (2011). Pengertian, Peranan, dan Fungsi Media Pengajaran Perspektif Bahasa Arab. Tersedia: http://ahmadyaniar.blogspot.com/2011/10/pengertian-peranan-dan-fungsi-media.html [28 Februari 2012]

Zaman, B. dkk. (2009). Media dan Sumber Belajar di TK. Jakarta: Universitas Terbuka.


(6)