NILAI-NILAI BUDAYA, ISI STRUKTUR, KEBAHASAAN DALAM SASTRA LAMA PADA SYAIR ABDUL MULUK DAN KETERBACAANNYA :Analisis Deskriptif sebagai Alternatif Bahan Ajar Sastra Klasik Siswa SMP.

(1)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR……….ii

UCAPAN TERIMA KASIH………..iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Batasan Masalah...8

1.3 Rumusan Masalah ...10

1.4 Tujuan Penelitian...11

1.5 Manfaat Penelitian...12

1.6 Definisi Operasional...12

BAB II KAJIAN TEORETIS 1. Perihal Kebudayaan...15

1.1 Pengertian Kebudayaan...15

1.2 Nilai Budaya...17

1.2.1 Hakikat Nilai...17

1.2.2 Pengertian Nilai Budaya...19

2. Perihal Sastra...30

2.1 Pengertian Sastra...30

2.2 Khasanah Sastra Lama...31

2.2.1 Pengertian Sastra Lama...31

2.2.2 Penggolongan Sastra Lama...33


(2)

2.2.5 Syair sebagai Hasil Kesusastraan Melayu Lama...46

2.2.6 Hikayat Syair...51

2.2.7 Struktur Hikayat Syair...53

2.2.7.1 Alur atau Plot...54

2.2.7.2 Landas Tumpu (Setting)...55

2.2.7.3 Tokoh dan Karakter Tokoh...57

2.2.7.4 Tema...59

3. Kebahasaan...61

3.1 Bahasa sebagai Sistem Lambang...61

3.2 Ragam Bahasa...62

3.3 Aspek Kata...65

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...67

4.1 Karakteristik Pelajaran Bahasa Indonesia...69

4.2 Bahan Ajar...70

4.3 Bahan Pembelajaran Sastra dalam KTSP...75

5. Keterbacaan Teks untuk Bahan Ajar Sastra...78

5.1 Estimasi Keterbacaan Teks dengan Teknik IRI...82

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian...84

3.2 Populasi Penelitian...85

3.3 Sampel Penelitian...86

3.4 Teknik Pengumpulan Data...86

3.5 Teknik Analisis Data...87

3.6 Instrumen Penelitian...89

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 1. Biografi Raja Ali Haji...90

2. Analisis Nilai-nilai Budaya...92

2.1 Nilai Budaya Berhubungan dengan Diri Sendiri...92


(3)

2.3 Nilai Budaya Berhubungan Manusia dengan Alam...120

2.4 Nilai Budaya Berhubungan Manusia dengan Tuhan...122

3. Analisis Isi Struktur .... ...133

3.1 Alur...133

3.2 Landas Tumpu (Setting)...140

3.3 Tokoh dan Karakter Tokoh...151

3.4 Tema...170

4. Analisis Kebahasaan...185

4.1 Kosakata...185

5. Keterbacaan Syair...188

5.1 Tabulasi Hasil Penelitian...188

5.2 Analisis Keterbacaan...189

5.2.1 Nilai-nilai Budaya...189

5.2.2 Isi Struktur...190

5.2.3 Kebahasaan...191

6. Pembahasan Hasil Analisis...191

6.1 Nilai-nilai Budaya...191

6.1.1 Nilai Budaya Berhubungan dengan Diri Sendiri...191

6.1.2 Nilai Budaya Berhubungan Manusia dengan Manusia Lain...192

6.1.3 Nilai Budaya Berhubungan Manusia dengan Alam...193

6.1.4 Nilai Budaya Berhubungan Manusia dengan Tuhan...193

6.2 Isi Struktur...194

6.2.1 Alur...194

6.2.2 Landas Tumpu (Setting)...195

6.2.3 Tokoh dan Karakter Tokoh...195

6.2.4 Tema...196

6.3 Kebahasaan...197

6.3.1 Kosa Kata...197

6.4 Keterbacaan Syair...198

6.4.1 Keterbacaan Nilai-nilai Budaya...198


(4)

6.4.3 Keterbacaan Kebahasaan...199

6.5 Syair Abdul Muluk sebagai Alternatif Bahan Ajar...199

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...212

5.2 Saran...215

DAFTAR PUSTAKA...217


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbahagialah kita bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian karya sastra lama akan menghasilkan pandangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan tinggi nilainya. Modal semacam ini, yang tersimpan dalam karya-karya sastra lama, akhirnya akan dapat menunjang kekayaan sastra Indonesia pada umumnya. Pemeliharaan, pembinaan, dan penggalian sastra lama jelas akan besar sekali bantuannya dalam usaha kita untuk membina kebudayaan nasional pada umumnya dan pengarahan pendidikan pada khususnya (Rasjid:1980:1).

Dalam rangka pembangunan nasional, pengenalan dan pemahaman terhadap nilai-nilai yang pernah hidup pada masyarakat masa lampau merupakan modal utama bagi pembangunan kebudayaan nasional, yaitu kebudayaan yang dalam GBHN digariskan sebagai perwujudan cipta, rasa, dan karsa bangsa untuk mengembangkan harkat dan martabat bangsa. Hal itu akan meningkatkan kualitas hidup bangsa, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional.

Usaha yang perlu dilakukan adalah menumbuhkembangkan kemampuan mengangkat nilai-nilai warisan budaya lama itu dan menstransformasikannya dalam kehidupan sekarang. Dengan demikian, dapat dipahami penegasan Bachtiar dalam makalah Chamamah (1996:7) bahwa kebudayaan nasional hendaknya


(6)

berpijak pada sejarah dan kebudayaan yang tidak berakar pada sejarah akan terlihat mengambang. Ia tidak terikat pada apa pun. Akibatnya, akan mudah melayang pergi dan hilang. Maka makin kuat pengetahuan suatu bangsa terhadap masa lampaunya makin kuat kebudayaan yang dibangunnya dan makin kuat rasa keakuan bangsanya. Dari sini menjadi jelas bahwa memahami karya sastra (naskah) lama mempunyai peranan yang penting bagi masyarakat masa kini, masyarakat yang sedang membangun.

Rusyana (1999:2) menyatakan bahwa hasil penggalian dan penggarapan karya sastra akan memberikan rasa kepuasan rohani dan kecintaan kepada kebudayaan sendiri dan selanjutnya juga merupakan perisai terhadap pengaruh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian dan kepentingan pembangunan bangsa Indonesia. Penghayatan hasil karya sastra akan memberikan keseimbangan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern di satu pihak, dengan pembangunan jiwa di lain pihak. Kedua hal ini sampai sekarang masih dirasa belum dapat saling isi mengisi, padahal keseimbangan atau keselarasan antara kedua masalah ini besar sekali peranannya bagi pembangunan dan pembinaan lahir dan batin. Melalui karya sastra diperoleh nilai-nilai, tata hidup, dan saran kebudayaan sebagai sarana komunikasi masa lalu, kini, dan masa depan.

Jaruki (1999:1) menyatakan bahwa dalam karya sastra terkandung sesuatu yang paling berharga, yaitu sebagai warisan rohani bangsa Indonesia. Selanjutnya Rusyana juga menyatakan bahwa (1999:8) penduduk kepulauan Indonesia sejak seribu tahun yang lalu sudah bersastra. Mereka mengolah dan mengembangkan


(7)

sastra sepanjang perjalanan hidupnya, termasuk pengalaman kontak dengan berbagai gelombang kebudayaan yang datang ke kepulauan Nusantara. Kontak-kontak itu tidak menyebabkan hilangnya kebudayan sendiri, malah sebaliknya menambah kekayaannya dengan melakukan penciptaan baru melalui penggunaan bahan-bahan dari luar. Perkembangan dan khazanah sastra klasik Indonesia menunjukkan ketahanan dan dinamika bangsa Indonesia sepanjang perjalanan sejarahnya. Pengalaman seribu tahun pada masa lalu itu dapat dijadikan rujukan dalam menyongsong seribu tahun yang akan datang.

Untuk itulah, Alwi, Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, dalam Jaruki (1999:iii) menyatakan bahwa masalah kesusastraan, khususnya sastra daerah dan sastra Indonesia, merupakan masalah kebudayaan nasional yang perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana. Sastra daerah dan sastra Indonesia itu merupakan warisan budaya yang diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Dalam sastra daerah dan sastra Indonesia terkandung nilai-nilai budaya yang tinggi. Nilai-nilai yang terkandung pada sastra daerah dan sastra Indonesia itu akan hilang dalam kemajuan zaman jika tidak dibudayakan dalam kehidupan masyarakat. Hal yang lebih terperinci lagi dinyatakan oleh Ikram (1997:32) yaitu jurang telah tumbuh antara sastra lama dan manusia modern akan bertambah besar bila tidak ada pemeliharaan yang terarah dalam bentuk pelajaran sekolah dan pengadaan buku mengenai sastra itu sendiri. Keasingan ini akan menyebabkan pula orang enggan mempelajarinya, yang mengakibatkan karya-karya sastra lama tidak dipelihara dan akhirnya punah. Jika


(8)

kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, bisa memungkinkan bahwa suatu saat tidak ada lagi orang menaruh minat terhadap sastra daerah.

Selanjutnya menurut Munawar (1978:5) di kalangan peminat dan peneliti sastra baik di sekolah maupun dalam masyarakat pada umumnya sudah lama dirasakan kekurangan akan bahan bacaan sastra lama sebagai penunjang pengajaran dan juga sebagai bacaan umum bagi mereka yang ingin mengenal suatu jenis sastra yang pernah berkembang di kawasan Indonesia. Hal senada dinyatakan oleh Jamin dan Tasat (1978:iii) kekayaan sastra Melayu lama yang tersimpan dalam kumpulan-kumpulan naskah karya sastra di Indonesia sebagian diterbitkan itu, diterbit ulang dari buku-buku terbitan Balai Pustaka yang bernilai baik tetapi sekarang jarang atau tidak lagi ditemukan dalam toko buku. Hal tersebut dinyatakan juga oleh Syamsiar (1989:xi) bahwa nasib syair (karya sastra lama) dalam masyarakat Melayu Riau pada saat ini hampir hilang. Boleh dikatakan generasi muda sekarang ini tidak lagi menyenangi syair, bahkan melihat buku syair pun mereka tidak pernah lagi. Hal ini disebabkan antara lain, buku-buku syair itu sudah langka ditemui. Menurut Eko (2007:3) sastra Melayu lama atau sastra Melayu klasik yang merupakan salah satu khazanah kebudayaan Indonesia kini hampir dilupakan oleh generasi muda. Untuk itulah, bagi masyarakat kiranya berlaku peribahasa “tak kenal maka tak sayang”, padahal sebagai orang Indonesia kita hendaknya dapat memelihara dan mempelajari sastra lama sebagai warisan nenek moyang di samping sastra baru.

Mudyaharjo dalam (Hendrayani, 2003:4) menyebutkan bahwa “Masalah pendidikan yang sedang kita hadapi dewasa ini antara lain makin terasa terjadinya


(9)

perubahan nilai-nilai yang diharapkan”. Dengan melihat permasalahan dalam pendidikan seperti kata Mudyaharjo, tentunya memberi pemikiran bahwa ada suatu kekhawatiran dalam dunia pendidikan.

Jadi, jelaslah bahwa masalah nilai-nilai budaya ini memang perlu diperkenalkan dan penting untuk diajarkan. Hal ini diperkuat oleh konsep tujuan pendidikan nasional di Indonesia yang merujuk pada nilai-nilai, terkristalisasi secara sah tersirat dan tersurat dalam UUD 1945. Secara tersirat terdapat dalam bab pembukaan. Secara tersurat dinyatakan dalam Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 32. Pasal 32 ayat 1 disebutkan bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya (UUD, 2007:23). Dengan uraian tersebut terlihat jelas bahwa antara pendidikan dan kebudayaan saling berkontribusi. Dalam hal ini, kajian nilai budaya tentunya menjadi penting dan harus mendapat perhatian. Dengan mengkaji aspek nilai budaya, kita akan dapat menyelami beberapa gejala yang berpengaruh penting dalam proses pendidikan sebab melalui pendidikan nilai-nilai budaya itu dapat diawetkan. Dengan demikian, nilai-nilai itu tidak menjadi hilang, melainkan tetap dipertahankan dan tetap dilestarikan. Tanpa pendidikan yang berlandaskan budaya, maka segera saja suatu nilai budaya akan lenyap dan tidak dapat diikuti oleh generasi berikutnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa nilai budaya perlu ditransformasikan melalui pendidikan kepada generasi muda khususnya pada peserta didik.


(10)

Selanjutnya Rusyana (1984:16) menyebutkan tujuan pengajaran sastra itu pada dasarnya meliputi tujuan memperoleh pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra, untuk memperoleh pengetahuan tentang sastra dan untuk memperoleh sikap yang menghargai akan nilai-nilai yang baik.

Sesungguhnya karya sastra lama yaitu syair pernah berkembang dengan pesatnya (Badudu, 1984:15) pada abad pertengahan, syair mendapat tempat yang penting tetapi dewasa ini bentuk syair sudah terdesak ke tepi. Selanjutnya jika diamati secara teliti dan berdasarkan data empiris, keadaan pengajaran sastra di sekolah-sekolah dewasa ini terlihat gambaran yang cukup menyedihkan. Bila memperhatikan keadaan tersebut di atas, tentu saja akan berpengaruh pada pengetahuan sastra khususnya syair. Oleh karena itu, dengan berbagai permasalahan di atas maka diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk menjaga agar nilai-nilai tersebut tetap lestari melalui pendidikan. Salah satu di antara sekian banyak jalan yang dapat ditempuh untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat terhadap sastra lama terutama syair adalah melalui pengajaran di sekolah. Sesungguhnya dalam karya sastra lama yaitu khususnya syair terkandung nilai-nilai budaya yang kiranya penting untuk diajarkan.

Berdasarkan kenyataan tersebut, penelitian terhadap karya sastra lama, yaitu syair sebagai alternatif bahan ajar merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan apresiasi sastra klasik siswa. Selama ini, beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan syair belum ada yang mengaitkan dengan pembelajaran. Menurut Braginsky (1993:63), jika dibandingkan dengan penelitian terhadap genre prosa seperti hikayat, penelitian terhadap syair relatif


(11)

masih sedikit karena studi intensif terhadap syair baru mulai sejak tahun 1960, itu pun hanya pada tahap transliterasi. Transliterasi terhadap Syair Abdul Muluk dilakukan oleh Sitti Syamsiar (1989) dan selanjutnya teks tersebut juga telah diteliti melalui kajian Filologi. Penelitian Filologi tersebut dilakukan oleh Maizar Karim (1995) dengan judul Syair Abdul Muluk: Kajian Filologis.

Berdasarkan hasil kajian Filologi tersebut, maka penulis ingin menelaah karya sastra lama Syair Abdul Muluk sebagai satu karya sastra yang patut menjadi pertimbangan sebagai alternatif bahan ajar di Sekolah Menengah Pertama. Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini penulis akan mengkaji karya sastra lama bentuk syair karya Raja Ali Haji dengan kajian mengenai nilai-nilai budaya (berhubungan dengan diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan), isi struktur (alur, setting, tokoh dan penokohan dan tema) dan kebahasaan (kosakata) serta bagaimana keterbacaan terhadap karya sastra tersebut. Sesungguhnya pada teks inilah yang menjanjikan sumber nilai dan wawasan untuk memahami nilai-nilai, struktur, dan kebahasaan. Syair tersebut dijadikan sebagai objek penelitian didasarkan pada pendapat Ahmad dalam (Syamsiar:1989:ix) bahwa hasil karya Raja Ali Haji terkandung nilai-nilai budaya yang bersifat edukatif, sarat dengan pesan-pesan budaya dan filsafat hidup sehingga telah banyak dibaca peneliti, sastrawan, budayawan, dan ahli-ahli kebudayaan Indonesia. Di samping itu, generasi penerus perlu mengenal kembali secara lebih jauh, tokoh yang berperanan dalam menyumbangkan ide, gagasan dan buah pikirannya untuk kemajuan ilmu dan kebudayaan. Selain itu berdasarkan KTSP SMP 2007 terdapat pembelajaran syair. Karya sastra lama, yaitu syair merupakan materi pokok dalam


(12)

pembelajaran apresiasi sastra. Pada pembelajaran syair terdapat bahasan mengenai kaitan tema (isi struktur) dalam syair dengan masalah budaya (nilai-nilai budaya), dan bahasan mengenai karya sastra lama Indonesia yang bermutu yang telah lama diciptakan dan memenuhi kriteria sebagai karya sastra klasik yang baik.

Harapan penulis dengan kajian ini dapat menemukan nilai-nilai budaya, struktur, dan kebahasaan serta bagaimana keterbacaan dari syair tersebut. Selanjutnya akan berguna bagi kepentingan pendidikan sebagai bahan ajar yaitu puisi lama di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

1.2 Batasan Masalah

Pada penelitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah yaitu mengenai nilai budaya, isi struktur, dan bahasa serta keterbacaan Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji. Kenyataan dalam kehidupan ditemukan banyak sekali sistem nilai budaya, dan nilai budaya itu cakupannya sangat luas. Untuk lebih terfokus pada objek kajian, maka kriteria kajian nilai budaya akan dibatasi. Kriterianya itu akan terangkum dalam empat masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya, yaitu (1) masalah mengenai hakikat dari hidup manusia sebagai pribadi, (2) masalah mengenai hakikat hubungan manusia dengan sesamanya, (3) masalah mengenai hakikat dari hubungan manuia dengan alam sekitarnya, dan (4) masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan Tuhannya.

Selanjutnya mengenai kajian pada penelitian ini difokuskan pada struktur isi prosa atau cerita naratif (syair) meliputi plot, landas tumpu (setting), tokoh, dan


(13)

tema. Kajian ini berlandaskan pada pendapat Fowler, bahwa struktur prosa naratif, termasuk syair, dapat diarahkan pada teks, wacana, isi. Teks (texs) merupakan struktur permukaan suatu naskah (textual surface structure). Penelitian struktur teks meliputi tipografi, rangkaian kalimat, paragraf, dan sebagainya. Catatan kaki, lampiran, indeks, dan biografi pengarang tidak termasuk teks sehingga tidak termasuk sebagai objek penelitian. Penelitian struktur wacana naratif meliputi sudut pandang, gaya, dan nada. Penelitian struktur isi prosa atau cerita naratif meliputi plot, landas tumpu (setting), tokoh, dan tema (Fowler dalam Aji, 2004:7). Sesungguhnya pada kajian ini peneliti menempatkan pendekatan struktural sebagai pendekatan yang sangat penting dalam usaha mendeskripsikan dan memahami karya sastra, termasuk syair, meskipun pendekatan ini telah dianggap kuno dan ditinggalkan oleh para kritikus sastra. Mereka ini beralih pada pendekatan yang bertumpu pada respons pembaca (reader response), suatu pendekatan yang mereka nilai mampu memberi jawaban yang lebih baik atas sebuah karya sastra dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan yang berkembang sebelumnya (pendekatan yang bertumpu pada pengarang dan pendekatan yang bertumpu pada karya sastra). Perlu dicatat bahwa dalam menganalisis sebuah sebuah karya sastra, pertama dan utama kritikus menghadapi karya sastra itu sendiri. Seorang kritikus yang menggunakan pendekatan yang bertumpu pada pengarang pertama kali sudah pasti dan harus menghadapi karya sastra. Setelah menghadapi dan membaca karya sastra, barulah kritikus tersebut mengumpulkan informasi mengenai pengarangnya untuk memahami karya sastra tersebut. Demikian juga kritikus yang menggunakan pendekatan respons pembaca


(14)

(reader response), pertama kali yang dihadapi dan dibacanya adalah karya sastra. Setelah membaca karya sastra tersebut, barulah dia memberikan respons atau tanggapan atas karya sastra yang dikaji. Dengan demikian, seorang pembaca atau kritikus sastra sesungguhnya perlu memahami struktur karya sastra meskipun dirinya tidak menggunakan pendekatan struktural dalam usahanya memahami sebuah karya sastra.

Kajian selanjutnya pada penelitian syair ini juga diarahkan pada aspek kebahasaan yang digunakan dalam syair tersebut. Hal ini disebabkan bahasa merupakan sebuah sistem tanda. Sistem tanda bahasa berupa fonem, kosakata, sintaksis, dan semantik. Untuk lebih fokusnya peneliti hanya akan mengkaji sistem tanda bahasa, yaitu kosa kata pada penelitian ini.

1.3 Rumusan Masalah

Untuk memperoleh gambaran dan pemahaman mengenai kesesuaian syair sebagai bahan ajar sastra lama di SMP, penelitian ini diarahkan pada aspek nilai-nilai budaya, isi struktur dan kebahasaan dalam syair.

Untuk lebih jelasnya dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut. 1. Apa sajakah nilai-nilai budaya yang terdapat dalam Syair Abdul Muluk

karya Raja Ali Haji ditinjau dari segi hakikat hubungan manusia dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan?

2. Apa sajakah isi struktur Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji ditinjau dari segi alur, landas tumpu (setting), tokoh/penokohan, dan tema?


(15)

3. Apa sajakah aspek kebahasaan yang ditinjau dari kosakata yang terdapat dalam Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji?

4. Bagaimanakah kemampuan keterbacaan nilai-nilai budaya, struktur, dan kebahasaan dari Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji?

5. Apakah Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji layak dijadikan sebagai alternatif bahan ajar puisi lama berdasarkan nilai-nilai budaya, isi struktur, dan aspek kebahasaan?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami nilai-nilai budaya, isi struktur, dan kebahasaan dari Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji untuk kepentingan alternatif bahan ajar pembelajaran karya sastra lama di SMP.

1.4.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji ditinjau dari segi hakikat hubungan manusia dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan, 2. mendeskripsikan isi struktur Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji


(16)

3. mendeskripsikan aspek kebahasaan ditinjau dari kosakata yang terdapat dalam Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji,

4. mendeskripsikan keterbacaan nilai-nilai budaya, isi struktur, dan kebahasaan dari Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji,

5. mendeskripsikan kesesuaian Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji sebagai alternatif bahan ajar puisi lama di SMP.

1.5 Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai kepentingan.

1. Teoretis: menambah dan memperluas wawasan pengetahuan tentang analisis karya sastra, terutama syair, bagi peneliti maupun penikmat karya sastra. 2. Praktis: menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi guru yang mengajarkan

karya sastra lama, khususnya syair, dalam hal memilih sebagai alternatif bahan ajar di SMP.

1.6 Definisi Operasional

Untuk lebih memahami peristilahan yang digunakan dalam penelitian, berikut ini dikemukakan definisi operasionalnya.

1. Nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai budaya berarti konsep-konsep mengenai apa yang ada pada masyarakat tentang masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan serta berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia berkaitan dengan


(17)

hubungan kewajiban kepada diri sendiri, sesama manusia, alam, dan dengan Tuhannya

2. Isi struktur adalah alur, landas tumpu (setting), tokoh/penokohan, serta tema sebagai bagian dan pembangun dari struktur cerita.

3. Kebahasaan adalah segala hal yang berkaitan dengan kosakata sebagai sistem bahasa yang menjadi media utama penciptaan cerita.

4. Sastra lama atau sastra klasik adalah karya sastra yang menggunakan bahasa Melayu lama.

5. Syair adalah karangan hasil imajinasi pengarang sebagai ungkapan perasaan, pengalaman, pemikiran dari penghayatan akan kehidupan yang telah diberi makna dan ditafsirkan yang diekspresikan melalui media bahasa. Cipta sastra itu terdiri atas empat larik dan setiap larik-larik itu memperlihatkan pertalian makna serta membentuk rangkaian cerita sehingga terbentuklah beberapa buah bait yang mengandung makna.

6. Keterbacaan adalah tingkat kemampuan siswa dalam hal membaca dan memahami nilai-nilai budaya (nilai budaya berhubungan dengan diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan), struktur (alur, latar, tokoh/penokohan, dan tema), dan kebahasaan (kosakata) dalam Syair Abdul Muluk sebagai bahan ajar yang dituangkan melalui unsur bahasa.

7. Analisis deskriptif adalah cara kerja yang digunakan dengan menganalisis dan untuk menguraikan atau mendeskripsikan Syair Abdul Muluk. Pendeskripsian syair tersebut mengetengahkan fakta yang berhubungan dengan nilai-nilai


(18)

budaya, struktur, kebahasaan, dan keterbacaan oleh siswa yang akan dijadikan sebagai alternatif bahan ajar.

8. Alternatif bahan ajar adalah pilihan Syair Abdul Muluk sebagai media atau sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran sastra lama.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada dan sesuai dengan tujuan, sifat, objek, sifat ilmu atau teori yang mendukung. Dalam penelitian, objeklah yang menentukan metode yang akan digunakan (Koentjaraningrat, 1977:7-8).

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Menurut Ratna (2007a: 39) metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan dengan cara menganalisis dan menguraikan untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti yang dijadikan pusat perhatian dalam penelitian.

Metode analisis deskriptif digunakan untuk membantu mengidentifikasi dan pemaparan unsur-unsur yang menjadi fokus penelitian. Sudjana dan Ibrahim (2007:64) mengemukakan bahwa metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian pada saat penelitian berlangsung. Dengan kata lain, metode analisis deskriptif digunakan untuk menguraikan kemudian mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti dengan hal-hal yang menjadi pusat perhatian.

Metode analisis deskriptif sesuai dengan hakikatnya adalah data yang telah terkumpul itu kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian, interpretasi dan disimpulkan. Selanjutnya hasil simpulan itu dideskripsikan.


(20)

Pendeskripsian data-data dilakukan dengan mengetengahkan fakta berhubungan dengan nilai-nilai budaya, isi struktur, kebahasaan, dan keterbacaan oleh siswa pada Syair Abdul Muluk karya Raja Ali Haji sebagai objek penelitian yang akan dijadikan sebagai alternatif bahan ajar di SMP.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi adalah unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lainnya, dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen (Sudjana dan Ibrahim 2007:84).

Merujuk pendapat di atas maka, populasi penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu populasi bahan kajian karya sastra lama syair dan populasi partisipan (siswa). Populasi bahan kajian karya sastra lama adalah semua episode cerita yang terdapat dalam Syair Abdul Muluk berjumlah delapan belas episode. Syair ini merupakan tesis kajian filologi oleh Maizar Karim dengan judul Syair Abdul Muluk: Kajian Filologis tahun 1999 pada Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Populasi partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Karimun, Jalan Pendidikan No.100, Kelurahan Tanjungbalai, Kecamatan Karimun, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Alasan pengambilan populasi di kelas IX karena materi pembelajaran sastra lama, yaitu syair terdapat di kelas tersebut.


(21)

3.3 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang merupakan suatu cara pengambilan sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian. Penentuan besar dan banyaknya sampel bergantung kepada peneliti dengan berdasarkan pada berbagai pertimbangan dan tujuan tertentu. Seperti halnya populasi, sampel penelitian dibagi ke dalam dua bagian, yaitu sampel bahan kajian karya sastra lama syair dan sampel partisipan (siswa). Penggunaan istilah sampel partisipan dalam penelitian ini adalah merujuk pendapat Sugiono (2007:50) bahwa sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai partisipan, informan, teman dan guru.

Sampel bahan kajian karya sastra lama syair dalam hal ini adalah seluruh episode cerita yang terdapat dalam Syair Abdul Muluk, yang berarti populasi sama dengan sampel, sedangkan sampel partisipan adalah siswa kelas IX3 sebanyak 35 orang. Sampel tersebut diperoleh secara acak (random) dari 7 kelas, yaitu kelas IX SMP Negeri 1 Karimun.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi melalui langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

a. memilih dan menentukan syair yang akan diteliti,

b. mengidentifikasikan berbagai gejala yang berkenaan dengan nilai-nilai budaya yaitu berhubungan dengan diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan,


(22)

c. mengidentifikasikan berbagai isi struktur, yaitu alur, landas lumpu (setting), tokoh dan penokohan dan tema,

d. mengidentifikasikan yang berkenaan dengan kebahasaan, yaitu kosa kata terhadap karya sastra tersebut.

e. menginterpretasikan atau menganalisis semua gejala atau unsur yang telah diidentifikasi.

Selanjutnya penelitian mengenai unsur keterbacaan nilai-nilai budaya, isi struktur, dan kebahasaan dalam syair tersebut oleh siswa SMP dilakukan dengan cara:

1. menyusun tes untuk mengetahui keterbacaan nilai-nilai budaya, isi struktur, dan kebahasaan syair tersebut,

2. memberikan tes kepada partisipan (siswa),

3. mengumpulkan hasil tes yang telah diisi oleh partisipan (siswa),

4. membuat tabulasi data mengenai keterbacaan nilai-nilai budaya, isi struktur, dan kebahasaan dalam syair oleh siswa,

5. mendeskripsikan data yang telah ditabulasikan.

3.5 Teknik Analisis Data

Data syair setelah dianalisis dengan menggunakan pedoman analisis (lampiran 3, yaitu Instrumen Penelitian) kemudian dideskripsikan. Data yang dideskripsikan adalah nilai-nilai budaya (berhubungan diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan), isi struktur (alur, landas tumpu, tokoh/penokohan, dan tema), dan kebahasaan (kosakata) dari cerita tersebut. Setelah menganalisis nilai-nilai


(23)

budaya, isi struktur, dan kebahasaan disusunlah tes. Tes disusun berdasarkan hasil analisis nilai-nilai budaya, isi struktur, dan kebahasaan. Tes tersebut diberikan kepada partisipan (siswa) untuk mengetahui keterbacaan nilai-nilai budaya, isi struktur, dan kebahasaan terhadap karya sastra lama, yaitu syair. Setelah diperoleh data keterbacaan oleh partisipan (siswa) SMP tentang nilai-nilai budaya, isi struktur, dan kebahasaan, maka dianalisis dengan teknik statistik.

Statistik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1090) adalah data yang berupa angka dikumpulkan dan digolong-golongkan sehingga dapat memberikan informasi yang berarti mengenai suatu masalah atau gejala. Berdasarkan pendapat di atas maka, semua hasil data keterbacaan tersebut dikelompok berdasarkan kategori nilai budaya, isi struktur, dan kebahasaan kemudian ditabulasikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1117) tabulasi adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan pengamatan dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah hitungan. Selanjutnya data tersebut dimasukkan ke dalam tabel dan kemudian dihitung menurut persentase. Persentase itu untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kedudukan suatu bagian dalam keseluruhan, yaitu yang berhubungan dengan aspek nilai-nilai budaya, isi struktur, dan kebahasaan. Pada dasarnya pengolahan data penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan memakai statistik elementer dalam bentuk persentase.


(24)

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data atau mendapatkan data (Sudaryanto, 1988: 9). Instrumen penelitian diperlukan untuk mendukung langkah-langkah operasional penelitian, terutama yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data.

Penelitian ini menggunakan instrumen, yaitu pedoman analisis syair dan tes. Pedoman analisis digunakan untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya, isi struktur dan kebahasaan di dalam cerita tersebut. Tes yang disusun dengan menggunakan teknik Informal Reading Inventory (IRI) yaitu untuk mengetahui keterbacaan nilai-nilai budaya, isi struktur dan kebahasaan di dalam cerita oleh siswa SMP. Untuk lebih jelasnya, masing-masing instrumen tersebut dapat dilihat pada lampiran 3.


(25)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Nilai-nilai budaya

Nilai budaya yang ditinjau dari segi hakikat hubungan manusia dengan diri sendiri, yaitu memelihara kesucian diri, kerapian diri sebagai keharmonisan pribadi, berlaku tenang, menambah pengetahuan, dan membina disiplin pribadi.

Nilai budaya yang ditinjau dari segi hakikat hubungan manusia dengan sesamanya mencakup nilai budaya tolong-menolong, dapat dipercaya, tidak aniaya, damai, dermawan, adil, bijaksana, pemaaf, musyawarah, tenggang rasa dan cinta kasih.

Nilai budaya yang ditinjau dari segi hakikat hubungan manusia dengan alam lain antara lain memanfaatkan alam. Sesungguhnya alam sebagai sumber kehidupan yang menyimpan berbagai kekayaan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia sebagai penyelamatan diri dan sebagai sumber makanan.

Nilai budaya yang ditinjau dari segi hakikat hubungan manusia dengan Tuhan antara lain beriman, taat, ikhlas, manusia mempunyai pengharapan kepada Allah yaitu Dengan adanya iman maka sikap taat, ikhlas, arajak, dan doa (manusia mempunyai pengharapan kepada Allah yaitu akan memberikan rahmat kepadanya) dan husnudan (sikap berbaik sangka bahwa Allah tidak akan membiarkan kesengsaraan atau penderitaan berterusan) serta tawakal dan juga


(26)

5.1.2 Isi Struktur

Alur dalam cerita dijalin dengan menggunakan alur maju. Alur maju tersebut merupakan susunan peristiwa-peristiwa dari awal hingga akhir cerita dirangkai secara berurutan. Landas tumpu (setting) dalam cerita diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu tempat dan waktu. Cerita yang berlandas tumpu atau latar tempat diantaranya terdiri dari beberapa kerajaan (lingkungan istana), dan hutan. Latar waktu tercermin dari berbagai situasi kejadian di lingkungan istana maupun suasana di hutan.

Tokoh/karakter tokoh dalam cerita antara lain tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah Sitti Rafiah dan tokoh antagonis, yaitu Sultan Syahabuddin. Dari tokoh tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu tokoh karakter baik (setia, pemberani, bijaksana, dan adil) dan karakter jahat (pendendam, pemarah dan suka memaksakan kehendak). Tokoh yang karakter baik pada dasarnya akan dapat mengalahkan tokoh yang karakter jahat. Selanjutnya tokoh-tokoh lainnya merupakan tokoh komplemen diantaranya Abdul Muluk, Sitti Rahmah, Abdul Hamid Syah, Jamaluddin Adamani, Mansur, Sitti Rahayatulhayani, Tuan Syeh, Bahsan, dan Abdul Gani. Tokoh-tokoh ini digambarkan sesuai peranan masing-masing dalam cerita.

Tema yang terdapat dalam cerita yaitu tema minor tentang balas dendam, pembelaan atas kebenaran disertai keikhlasan akan membawa kebahagiaan, berbagai kejadian merupakan takdir Allah dan adanya emansipasi wanita. Sedangkan tema mayor adalah adalah tentang kesetiaan seorang isteri kepada


(27)

rintangan dalam kehidupan dapat diatasi dan pada akhir kisah akan memetik kebahagiaan untuk hidup di masa yang akan datang.

5.1.3 Kebahasaan

Sebagai karya sastra lama cerita dibentuk dengan jumlah 1.822 bait dan kata sebanyak kata 31.028. Dari jumlah kata tersebut paling banyak adalah kata jadian yang mencapai 48,04 %. Selanjutnya kata dasar 45,77 %, kata ulang 6,08 %, kata majemuk 0,11 %. Kosa kata, yaitu kata dasar, kata jadian, kata ulang dan kata majemuk pada umumnya beragam formal. Frekuensi pemakaian kata-kata tidak baku, yaitu kata dalam bahasa daerah (Melayu lama) dan bahasa asing (terutama bahasa Arab) baik kosa kata asli dalam bahasa tersebut relatif sangat kecil dan dari segi pemaknaan kosa kata tersebut umumnya bermakna denotatif.

5.1.4 Keterbacaan Hikayat Syair

Tingkat keterbacaan oleh siswa terhadap nilai-nilai budaya mencapai 69,29 %, keterbacaan isi cerita adalah 34,99 % dan keterbacaan kebahasaan sebesar 80,95 %.

5.1.5 Kesesuaian sebagai Bahan Ajar

Aspek dari nilai-nilai budaya dalam cerita tersebut pada dasarnya dapat dijadikan sebagai bahan ajar dan sesuai untuk pengajaran pada siswa/siswi SMP. Sebab tingkat keterbacaan nilai-nilai budaya tersebut mencapai 69,29%. Ini berarti


(28)

Dengan demikian peran dan bimbingan guru dalam pembelajaran hampir tidak diperlukan lagi.

Isi struktur dalam cerita tersebut berdasarkan pengukuran hanya mencapai 34,99%. Dengan hasil tersebut bermakna cerita itu untuk dijadikan bahan ajar cukup sulit dan memerlukan banyak bimbingan serta peran guru dalam membimbing siswa untuk memahami isi cerita. Dengan demikian, isi struktur dikategorikan pada frustration level.

Pada aspek kebahasaan tingkat keterbacaan mencapai 80,95%. Pada dasarnya cerita tersebut dapat dijadikan sebagai bahan ajar dan sesuai untuk pengajaran sebab tingkat keterbacaan cukup tinggi. Dengan demikian, peran dan bimbingan guru dalam pembelajaran hampir tidak diperlukan lagi karena dapat dikategorikan bahan ajar yang mudah, yaitu pada tahap independent level.

5.2 Saran

Pada dasarnya untuk peningkatan kualitas pembelajaran apresiasi sastra, sekolah perlu menyediakan dan memberikan fasilitas yang memadai berupa penyediaan sumber bacaan sastra terutama karya sastra lama. Sebab pada umumnya diperpustakaan sekolah hampir tidak ditemukan bahkan tidak ada sama sekali buku karya sastra terutama syair. Padahal fasilitas seperti buku-buku karya sastra dari sekolah sangat menunjang akan keberhasilan pembelajaran apresiasi sastra terutama mengenai pembelajaran sastra lama, yaitu pada pokok bahasan atau materi syair. Padahal Syair Abdul Muluk sudah diteliti melalui kajian Filologi


(29)

Untuk itu, sebenarnya permasalahan ini tidak hanya sekolah yang bertanggung jawab namun pemerintah juga turut memegang peranan yang cukup besar untuk pendidikan umumnya dan pengajaran apresiasi sastra khususnya.

Selain itu untuk menentukan sumber bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi para siswa/siswi, guru yang mengajarkan apresiasi sastra perlu bahkan harus memiliki gambaran mengenai tingkat keterbacaan bahan tersebut. Selanjutnya agar bahan ajar tersebut tercapai atau terserap oleh siswa sebagai peserta pembelajar maka mengenai tingkat keterbacaan nilai-nilai budaya, isi struktur, maupun kebahasaan yang terkandung di dalam bahan ajar (karya sastra) harus mendapat perhatian. Jika telah diketahui oleh pengajar maka secara tidak langsung akan berusaha membimbing para siswa dalam pembelajaran dengan semaksimal mungkin.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Abu Hamid. 2002. Etika Islami Bimbingan Awal Menuju Hidayat Ilahi. (Terjemahan Abdullah Zakiy Al-Kaaf). Bandung: Pustaka Setia. Aji, Antonius W.T. 2004. ”Keterbacaan Isi, Kebahasaan, dan Nilai Budaya di

dalam Cerita Pendek oleh Siswa SMA”. Bandung: Tesis UPI tidak Diterbitkan.

Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya sastra. Bandung: Sinar Baru. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Model Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dikdasmen.

Budisantoso,dkk.. 1986. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya. Pekanbaru: Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Riau

Badudu, J.S. Tanpa tahun. Sari Kesusastraan Indonesia. Tanpa tempat terbit: Tanpa Penerbit.

Badudu, J.S. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 1. Bandung: Pustaka Prima. Badudu, J.S 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 2. Bandung: Pustaka Prima. Barid, St. Baroroh, dkk. 1985. Memahami Hikayat. Jakarta: Pusat Pembinaaan

dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Braginsky, V. I. 1998. Yang Indah, Berfaedah dan Kamal Sejarah Sastra Melayu

dalam Abad 7-19. Jakarta: INIS.

Braginsky, V. I. 1993. Tasawuf dan Sastra Melayu: Kajian dan Teks-teks. Jakarta: RUL.

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: PT Eresco.

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Eresco.


(31)

Damono, S.D. 1984. Sosiologi Sastra Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiri.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pelajaran Bahasa Indonesia SMP dan MTs. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional. Djamaris, Edwar. 1993. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Balai

Pustaka.

Djamaris, Edwar.2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Djahiri, A Kosasih. 1989.Teknik Pengembangan Program Pengajaran Pendidikan Nilai Moral. Bandung:Lab. PMPKn FPIPS IKIP Bandung.

Emeis, M. G. 1949. Bunga Rampai Melaju Kuno. Jakarta: J. B. Wolter- Groningen.

Endraswara, Suwardi. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra Berwawasan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Esten, M. 2000. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa. Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 1. Jakarta:

Erlangga.

Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 2. Jakarta: Erlangga.

Faruk. 2005. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Guillot, Claude dan Ludvik Kalus. 2007. Batu Nisan Hamzah Fansuri. (Terjemahan Rita Parasman). Bogor: Grafika Mardi Yuana.

Hadi, Abdul. 2001. Tasawuf yang Tertindas Kajian Hermeneutik terhadap Karya-karya Hamzah Fansuri. Jakarta: Paramadina.


(32)

Haryati, Mimin. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

http//www.melayuonline.com. uraian syair, [27 September 2007]. http://www.riaulingga.com, [30 Nopember 27].

Haryono, Eko. 2005. “Integrasi Nilai Moral Pada Karya Seni Rupa”. (Tinjauan Deskriptif Analisis Nilai-nilai Moral pada Lukisan Karya Popo Iskandar). Bandung: Tesis UPI tidak Diterbitkan

Hendrayani, Eulis. 2003. “Kajian Nilai Budaya dalam Buku Kumpulan Puisi Karya Rendra” (Tinjauan Deskriftif-Analitis terhadap Puisi-puisi Karya Rendra untuk Kepentingan Penyusunan Model Bahan Pembelajaran Puisi di SMA). Bandung: Tesis UPI tidak Diterbitkan.

Hooykaas, C. 1951. Perintis Sastra. Terjemahan Rathoel Amar Gelar Datoek Besar. Jakarta: J. B. Wolter- Groningen.

Ikram, Achdiati. 1997. Filologi Nusantara. Jakarta: PT AKA.

Iskandar, Teuku. 1996. Kesusasteraan Klasik Melayu Sepanjang Abad. Jakarta: Libra.

Isman, Muhammad. 1999. “Syair Nasuha: Sebuah Kajian Filologi”. Bandung: Tesis Unpad tidak Diterbitkan.

Jamin dan Tasat. 1978. Syair Anggun Cik Tunggal. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Jaruki, Muhammad. 1999. Syair Sari Baniyan (Syair Selendang Delima). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Karim, Maizar. 1994. “Syair Abdul Muluk: Kajian Filologi”. Bandung: Tesis Unpad tidak Diterbitkan.

Keraf, Gorys. 1991. Tatabahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Koentjaraningrat. 1977. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.


(33)

Kosasih. 1999. “Nilai-nilai Moral Dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam” (Analisis Deskriptif terhadap Hikayat Raja Khaibar, Hikayat Raja Saif Zulyazan, dan Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri). Bandung: Tesis UPI tidak Diterbitkan.

Mahayana, Maman S. 2005. Jawaban Sastra Indonesia Sebuah Orientasi Kritik. Jakarta: Bening Publishing.

Munawar, Tuti. 1978. Syair Bidasari (Transliterasi). Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Muzakki, Akhmad. 2006. Kesusastraan Arab Pengantar Teori dan Terapan. Jogjakarta: Ar-Ruzz M.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Gadjah Mada University Press.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV

Karyono.

Rasjid, Harun .1980. Syair Alam Kubur. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007a. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2007b. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi

dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Robson, S. O. 1994. Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Terjemahan Kentjanawati Gunawan. Jakarta: RUL.

Rosidi, Ajip. 1994. Sastera dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.


(34)

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Rusyana, Yus. 1979. Novel Sunda Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusyana, Yus. 1999. “Sastra Klasik Milik Bangsa Indonesia”. Jakarta: Dimuat dalam surat kabar Media Indonesia (30 Desember 1999).

Rusyana, Yus. 2000. “Memperlakukan Sastra Berbahasa Indonesia dan Sastra Berbahasa Daerah Sebagai Sastra Milik Nasional” . Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional XI Himpunan Sarjana- Kesustraan Indonesia. Solo. Rusyana, Yus. 2002. “Naskah Nusantara Dalam Pendidikan Kesastraan Di

Indonesia”. Makalah Seminar Internasional Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Dewan Bahasa dan Pustaka, Malaysia. Bogor.

2007. Panduan Lengkap KTSP (KurikulumTingkat Satuan Pendidikan). Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Sardjono, Partini. 1992. Pengantar Pengkajian Sastra. Bandung: Pustaka Wina. Syamsiar, Sitti. 1989. Syair Abdul Muluk. Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Bagian Proyek dan Pengkajian Kebudayaan Melayu.

Semi, M. Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Semi, M. Atar. 1998. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Sham, Abu Hassan. 1995. Syair-syair Melayu Riau. Kuala Lumpur: Malindo Printers Sdh. Bhd.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantara Teori Sastra. Jakarta: Gramedia.

Soeratno, Siti Chamamah.1997. “Naskah Lama dan Relevansinya dengan Masa Kini Satu Tinjauan dari Sisi Pragmatis”. Kumpulan Makalah simposium Tradisi Tulis Indonesia dengan Perpustakaan Nasional, UI dan Yayasan Lontar, Jakarta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.


(35)

Sugiarto, Eko. 2002. Mengenal Pantun dan Puisi Lama. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Suseno, Tusiran. 2008. Mari Berpantun. Depok: Yayasan Panggung Melayu. Suparjo, Nursinah. 1963. Kesusasteraan Indonesia. Djakarta: Tunas Mekar

Murni.

Suyitno. 1985. Teknik Pengajaran Apresiaasi Sastra dan Kemampuan Bahasa. Yogyakarta: PT Hanindita.

Teew, A. 1980. Sastra Baru Indonesia 1. Flores: Nusa Indah.

Teew, A. 1988. Sastra Baru Indonesia 1. Jakarta: PT Girimukti Pasaka. Teew, A. 1989. Sastra Baru Indonesia II. Bandung: PT Karya Nusantara.

Trisnahada. 2006. “Implementasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Sains di Madrasah Tsanawiyah”. Bandung: Tesis UPI tidak Diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

2007. UUD ’45 dan Amandemennya. Bandung: Fokusmedia. Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Gadjah Mada University Press.

Wellek, R. dan Waren, A. 1993. Teori Kesusastraan. Di Indonesiakan oleh Melani Budiyatna. Jakarta: Gramedia.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Abu Hamid. 2002. Etika Islami Bimbingan Awal Menuju Hidayat Ilahi. (Terjemahan Abdullah Zakiy Al-Kaaf). Bandung: Pustaka Setia. Aji, Antonius W.T. 2004. ”Keterbacaan Isi, Kebahasaan, dan Nilai Budaya di

dalam Cerita Pendek oleh Siswa SMA”. Bandung: Tesis UPI tidak Diterbitkan.

Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya sastra. Bandung: Sinar Baru. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Model Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dikdasmen.

Budisantoso,dkk.. 1986. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya. Pekanbaru: Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Riau

Badudu, J.S. Tanpa tahun. Sari Kesusastraan Indonesia. Tanpa tempat terbit: Tanpa Penerbit.

Badudu, J.S. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 1. Bandung: Pustaka Prima. Badudu, J.S 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 2. Bandung: Pustaka Prima. Barid, St. Baroroh, dkk. 1985. Memahami Hikayat. Jakarta: Pusat Pembinaaan

dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Braginsky, V. I. 1998. Yang Indah, Berfaedah dan Kamal Sejarah Sastra Melayu

dalam Abad 7-19. Jakarta: INIS.

Braginsky, V. I. 1993. Tasawuf dan Sastra Melayu: Kajian dan Teks-teks. Jakarta: RUL.

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: PT Eresco.

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Eresco.


(2)

Damono, S.D. 1984. Sosiologi Sastra Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiri.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pelajaran Bahasa Indonesia SMP dan MTs. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional. Djamaris, Edwar. 1993. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Balai

Pustaka.

Djamaris, Edwar.2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Djahiri, A Kosasih. 1989.Teknik Pengembangan Program Pengajaran Pendidikan Nilai Moral. Bandung:Lab. PMPKn FPIPS IKIP Bandung.

Emeis, M. G. 1949. Bunga Rampai Melaju Kuno. Jakarta: J. B. Wolter- Groningen.

Endraswara, Suwardi. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra Berwawasan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Esten, M. 2000. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa. Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 1. Jakarta:

Erlangga.

Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 2. Jakarta: Erlangga.

Faruk. 2005. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Guillot, Claude dan Ludvik Kalus. 2007. Batu Nisan Hamzah Fansuri. (Terjemahan Rita Parasman). Bogor: Grafika Mardi Yuana.

Hadi, Abdul. 2001. Tasawuf yang Tertindas Kajian Hermeneutik terhadap Karya-karya Hamzah Fansuri. Jakarta: Paramadina.


(3)

Haryati, Mimin. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

http//www.melayuonline.com. uraian syair, [27 September 2007]. http://www.riaulingga.com, [30 Nopember 27].

Haryono, Eko. 2005. “Integrasi Nilai Moral Pada Karya Seni Rupa”. (Tinjauan Deskriptif Analisis Nilai-nilai Moral pada Lukisan Karya Popo Iskandar). Bandung: Tesis UPI tidak Diterbitkan

Hendrayani, Eulis. 2003. “Kajian Nilai Budaya dalam Buku Kumpulan Puisi Karya Rendra” (Tinjauan Deskriftif-Analitis terhadap Puisi-puisi Karya Rendra untuk Kepentingan Penyusunan Model Bahan Pembelajaran Puisi di SMA). Bandung: Tesis UPI tidak Diterbitkan.

Hooykaas, C. 1951. Perintis Sastra. Terjemahan Rathoel Amar Gelar Datoek Besar. Jakarta: J. B. Wolter- Groningen.

Ikram, Achdiati. 1997. Filologi Nusantara. Jakarta: PT AKA.

Iskandar, Teuku. 1996. Kesusasteraan Klasik Melayu Sepanjang Abad. Jakarta: Libra.

Isman, Muhammad. 1999. “Syair Nasuha: Sebuah Kajian Filologi”. Bandung: Tesis Unpad tidak Diterbitkan.

Jamin dan Tasat. 1978. Syair Anggun Cik Tunggal. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Jaruki, Muhammad. 1999. Syair Sari Baniyan (Syair Selendang Delima). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Karim, Maizar. 1994. “Syair Abdul Muluk: Kajian Filologi”. Bandung: Tesis Unpad tidak Diterbitkan.

Keraf, Gorys. 1991. Tatabahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Koentjaraningrat. 1977. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.


(4)

Kosasih. 1999. “Nilai-nilai Moral Dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam” (Analisis Deskriptif terhadap Hikayat Raja Khaibar, Hikayat Raja Saif Zulyazan, dan Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri). Bandung: Tesis UPI tidak Diterbitkan.

Mahayana, Maman S. 2005. Jawaban Sastra Indonesia Sebuah Orientasi Kritik. Jakarta: Bening Publishing.

Munawar, Tuti. 1978. Syair Bidasari (Transliterasi). Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Muzakki, Akhmad. 2006. Kesusastraan Arab Pengantar Teori dan Terapan. Jogjakarta: Ar-Ruzz M.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Gadjah Mada University Press.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV

Karyono.

Rasjid, Harun .1980. Syair Alam Kubur. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007a. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2007b. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi

dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Robson, S. O. 1994. Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Terjemahan Kentjanawati Gunawan. Jakarta: RUL.

Rosidi, Ajip. 1994. Sastera dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.


(5)

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Rusyana, Yus. 1979. Novel Sunda Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusyana, Yus. 1999. “Sastra Klasik Milik Bangsa Indonesia”. Jakarta: Dimuat dalam surat kabar Media Indonesia (30 Desember 1999).

Rusyana, Yus. 2000. “Memperlakukan Sastra Berbahasa Indonesia dan Sastra Berbahasa Daerah Sebagai Sastra Milik Nasional” . Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional XI Himpunan Sarjana- Kesustraan Indonesia. Solo. Rusyana, Yus. 2002. “Naskah Nusantara Dalam Pendidikan Kesastraan Di

Indonesia”. Makalah Seminar Internasional Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Dewan Bahasa dan Pustaka, Malaysia. Bogor.

2007. Panduan Lengkap KTSP (KurikulumTingkat Satuan Pendidikan). Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Sardjono, Partini. 1992. Pengantar Pengkajian Sastra. Bandung: Pustaka Wina. Syamsiar, Sitti. 1989. Syair Abdul Muluk. Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Bagian Proyek dan Pengkajian Kebudayaan Melayu.

Semi, M. Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Semi, M. Atar. 1998. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Sham, Abu Hassan. 1995. Syair-syair Melayu Riau. Kuala Lumpur: Malindo Printers Sdh. Bhd.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantara Teori Sastra. Jakarta: Gramedia.

Soeratno, Siti Chamamah.1997. “Naskah Lama dan Relevansinya dengan Masa Kini Satu Tinjauan dari Sisi Pragmatis”. Kumpulan Makalah simposium Tradisi Tulis Indonesia dengan Perpustakaan Nasional, UI dan Yayasan Lontar, Jakarta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo


(6)

Sugiarto, Eko. 2002. Mengenal Pantun dan Puisi Lama. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Suseno, Tusiran. 2008. Mari Berpantun. Depok: Yayasan Panggung Melayu. Suparjo, Nursinah. 1963. Kesusasteraan Indonesia. Djakarta: Tunas Mekar

Murni.

Suyitno. 1985. Teknik Pengajaran Apresiaasi Sastra dan Kemampuan Bahasa. Yogyakarta: PT Hanindita.

Teew, A. 1980. Sastra Baru Indonesia 1. Flores: Nusa Indah.

Teew, A. 1988. Sastra Baru Indonesia 1. Jakarta: PT Girimukti Pasaka. Teew, A. 1989. Sastra Baru Indonesia II. Bandung: PT Karya Nusantara.

Trisnahada. 2006. “Implementasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Sains di Madrasah Tsanawiyah”. Bandung: Tesis UPI tidak Diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

2007. UUD ’45 dan Amandemennya. Bandung: Fokusmedia. Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Gadjah Mada University Press.

Wellek, R. dan Waren, A. 1993. Teori Kesusastraan. Di Indonesiakan oleh Melani Budiyatna. Jakarta: Gramedia.


Dokumen yang terkait

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA CERPEN-CERPEN KARYA SISWA SMP DALAM MAJALAH HORISON DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMP

2 33 89

NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA BERMUATAN NILAI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

18 208 180

NILAI RELIGIUS DALAM KUMPULAN CERPEN DERAI DERAI KAMB OJA KARYA KOESMARWANTI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA BAGI SISWA SMP

11 94 65

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MANDI CAHAYA REMBULAN KARYA ABDUL MUTAQIN: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA Nilai Pendidikan Dalam Novel Mandi Cahaya Rembulan Karya Abdul Mutaqin: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar

2 9 13

PENDAHULUAN Nilai Pendidikan Dalam Novel Mandi Cahaya Rembulan Karya Abdul Mutaqin: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMP Muhammadiyah Al Kautsar Program Khusus.

0 2 5

NILAI SOSIAL DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SERTA IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Nilai Sosial Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari: Kajian Sosiologi Sastra Serta Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SM

0 5 17

NILAI SOSIAL DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SERTA IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Nilai Sosial Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari: Kajian Sosiologi Sastra Serta Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA

0 6 12

NILAI-NILAI SOSIAL DALAM NOVEL JALA KARYA TITIS BASINO: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Jala Karya Titis Basino: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implikasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 11 13

PENDAHULUAN Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Jala Karya Titis Basino: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implikasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 26

NILAI BUDAYA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER CERITA RAKYAT DI PULAU BANGKA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR APERSIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.

2 28 69