SENSATION SEEKING PADA REMAJA CLUBBERS: Studi Deskriptif Tentang Pencarian Sensasi Pada Remaja Clubbers.

(1)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

SENSATION SEEKING PADA REMAJA CLUBBERS

(Studi Deskriptif Tentang Pencarian Sensasi Pada Remaja Clubbers)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Jurusan Psikologi

Oleh:

Anita Sandi Prasasti 0700447

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

(Studi Deskriptif Tentang Pencarian Sensasi

Pada Remaja Clubbers

Oleh

Anita Sandi Prasasti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Anita Sandi Prasasti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers


(4)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers


(5)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Sandi, Anita P (0700447) Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers. Skripsi S1 Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2013) :tidak diterbitkan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari tahu gambaran remaja Kota Bandung yang mempunyai kebiasaan clubbing, faktor-faktor yang membuat mereka menjadi seorang clubbers serta bagaimana pencarian sensasi yang dirasakan oleh remaja clubbers. Adapun subjek dari penelitian ini adalah dua orang remaja berusia 19 tahun dan 22 tahun dengan jadwal kunjungan ke night club minimal satu kali dalam seminggu. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandung dan night club yang akan diteliti adalah Mansion. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus deskriptif Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara tidak-terstruktur dan observasi partisipan. Wawancara dilakukan sebanyak 2 kali, yang berlokasi di tempat tinggal subjek dan di sebuah kafe. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah remaja Kota Bandung penyuka clubbing memiliki status ekonomi yang cukup baik terlihat dari pendapatan yang di hasilkan dan uang yang dikeluarkan untuk sekali kunjungan berkisar dua sampai empat juta, kurangnya control dari orang tua yang menyebabkan remaja menjadi seorang clubbers. Faktor yang berkontribusi terhadap remaja menjadi seorang clubbers adalah pengaruh teman sebaya dimana clubbing sebagai lambang dari status sosial yang tinggi, identitas diri sebagai anak gaul, kebebasan dan hubungan lawan jenis. Pencarian sensasi yang dirasakan remaja clubbers lebih terlihat menonjol di dimensi pencarian pengalaman (experience seeking) dan pencarian getaran jiwa dan petualangan (thrill and adventure seeking) yang dirasakan oleh salah satu subjek penelitian. Rendahnya pencarian sensasi yang dirasakan oleh remaja clubbers dan lebih lanjut aktivitas clubbing yang mereka lakukan berindikasi pada perilaku adiksi.


(6)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRACT

Sandi, Anita P (0700447) Sensation Seeking Adolescents Clubbers. A Research Paper of Psychology Department Faculty of Education UPI, Bandung (2013): not published

This study was conducted to find out the picture of teens who have a habit of Bandung clubbing, the factors that make them into a clubbers as well as how to search the sensations felt by young clubbers. The subjects of this study were two teenagers aged 19 and 22 years with a scheduled visit to a night club at least once a week. The research was conducted in the city of Bandung and night club that will be examined is Mansion. The method used was a qualitative approach to the design of a descriptive case study data was collected using unstructured interviews and participant observation. Interviews were conducted by 2 times, which is located in the residence and the subject in a cafe. The results obtained from this study were young Bandung clubbing enthusiasts have a pretty good economic status looks of revenue generated and the money spent on all visits ranged from two to four million, the lack of parental control that causes teens to be a clubbers. Factors that contribute to youth being a clubbers are peer influence where clubbing as a symbol of high social status, self-identity as jocks, freedom and opposite sex relationships. Search clubbers teen sensations felt more dimensions stand out in search of experience (experience seeking) and the search for adventure and thrill (thrill and adventure seeking) are perceived by one of the research subjects. Low search sensations felt by teenage clubbers and clubbing activities further indicated that they are doing on addiction behavior.


(7)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR BAGAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 8

1.3 Rumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.5.1. Manfaat Praktis ... 9

1.5.2. Manfaat Teoritis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pencarian sensasi (Sensation Seeking) ... 11

2.1.1. Pengertian Pencarian Sensasi ... 11

2.1.2. Dimensi-dimensi Pencarian Sensasi (Sensation Seeking) ... 14

2.2 Remaja... 16

2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Remaja ... 20

2.2.1.1. Dinamika Penerimaan Remaja Terhadap Kelompok Teman Sebaya ... 20


(8)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.2.1.2. Pola Asuh Orang Tua ... 23

2.2.1.3. Seksualitas Remaja ... 25

2.3 Clubbing ... 27

2.3.1. Hal-hal yang Biasa Ditemukan di Night Club ... 29

2.3.1.1. Minuman Beralkohol ... 29

2.3.1.2. Seks Bebas ... 31

2.4. Penelitian Sebelumnya ... 34

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian ... 37

3.2 Instrumen Penelitian ... 38

3.3 Sampel / Sumber Data ... 38

3.3.1. Teknik Sampling ... 38

3.3.2. Subjek Penelitian ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.6 Teknik Analisis Data ... 42

3.7 Prosedur Penelitian ... 42

3.7.1. Tahap Persiapan ... 42

3.7.2. Tahap Pelaksanaan ... 43

3.7.3. Tahap Pengolahan Data... 43

3.8 Pengujian Kredibilitas Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Partisipan (Subjek I) ... 45

4.1.1. Status Praesens ... 46

4.1.2. Riwayat Hidup ... 46

4.2 Profil Partisipan (Subjek II) ... 48


(9)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.2.2. Riwayat Hidup ... 49

4.3 Display Data ... 51

4.4 Gambaran Aktivitas (Deryan & Ginanda) Dan Kebiasaan Clubbing ... 53

4.5 Faktor yang berkontribusi terhadap kegiatan clubbing ... 57

4.5.1. Peer Preassure (Pengaruh Teman Sebaya) : Clubbing Sebagai Lambang Status Sosial Tinggi ... 58

4.5.2. Identitas Diri : Identitas Sebagai Anak Gaul ... 61

4.5.3. Kebebasan ... 63

4.5.4. Hubungan Lawan Jenis ... 64

4.6 Pencarian Sensasi yang Terjadi Pada Remaja Clubbers (Deryan & Ginanda) di Kota Bandung dan Sensasi yang Dirasakan Remaja Kota Bandung pada Saat Clubbing ... 66

4.6.1. Pencarian Getaran Jiwa dan Petualangan (Thrill and Adventure seeking) ... 66

4.6.2. Disinhibition (Disinhibition) ... 69

4.6.3. Pencarian Pengalaman (Experience Seeking) ... 70

4.6.4. Kerentanan Terhadap Rasa Bosan (Breedom Susceptibility)…. ... 75

4.7 Clubbing Sudah Bukan Menjadi Pencarian Sensasi Tetapi Sudah Menjadi Adiksi ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Rekomendasi ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 87 RIWAYAT HIDUP


(10)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel I Pedoman Wawancara Variabel Sensation Seeking ... 40

Tabel II Verbatim Wawancara Pertama Subjek 1 ... 87

Tabel III Verbarim Wawancara Kedua Subjek 1 ... 90

Tabel IV Verbatim Wawancara Pertama Subjek 2 ... 95

Tabel V Verbatim Wawancara Kedua Subjek 2 ... 98


(11)

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR BAGAN

Gambar Bagan 2.1 Struktur Ciri Kepribadian Sensation Seeking ... 15 Gambar Bagan 4.3 Display Data ... 52


(12)

1 Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini pertumbuhan dan perkembangan industri di daerah perkotaan di Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di tengah kota yang memiliki fungsinya masing-masing dari mulai gedung perkantoran, maupun gedung-gedung yang berfungsi sebagai sarana pendidikan, dan yang paling berkembang pesat adalah gedung-gedung yang memiliki fungsi sebagai sarana hiburan karena banyaknya masyarakat yang memadati tempat-tempat hiburan ini dari mulai anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua.

Tempat hiburan yang biasanya dapat dikunjungi semua golongan adalah mall, restaurant, karoke keluarga, dan masih banyak lagi. Ada pun tempat hiburan yang biasanya didatangi oleh golongan-golongan tertentu saja adalah diskotik, tempat billiard atau restauran yang khusus menyediakan minuman beralkohol, ataupun kafé life music yang fungsinya tidak jauh beda dengan diskotik. Setiap tempat hiburan memiliki daya tarik tersendiri dan mempunyai penikmat masing-masing. Hal ini yang memunculkan suatu gaya hidup modern di masyarakat perkotaan.

Gaya hidup merupakan ciri dari sebuah budaya modern atau yang biasa juga disebut modernitas, maksudnya adalah siapa saja yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan gaya hidup untuk


(13)

2

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain (Chaney, 1996). Lebih lanjut dijelaskan Chaney bahwa gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Salah satu faktor utama yang mendorong munculnya gaya hidup adalah pola konsumsi, pola konsumsi masyarakat perkotaan telah menjadikan barang-barang ataupun jasa sebagai identitas mereka, barang dan jasa dikonsumsi bukan karena kebutuhan mereka melainkan hanya sebatas memenuhi keinginan dan petunjuk identitas sosial mereka. Pola konsumsi masyarakat perkotaan ini telah merubah suatu nilai produk yang awalnya memiliki nilai fungsional menjadi nilai simbolis. Perubahan suatu nilai-nilai suatu barang dan jasa ini kemudian memunculkan gaya hidup masyarakat perkotaan. gaya hidup yang mengutamakan kesenangan bahkan fungsi. Gaya hidup ini biasa disebut dengan gaya hidup hedonis. Hedonism berawal dari emosi yaitu respon dari suatu kejadian, dimana emosi ini membuat seseorang berespon dengan cara yang berbeda-beda, hal ini yang membuat pentingnya cara beradaptasi dengan kejadian-kejadian yang baik maupun yang buruk (Mangunharjana, 1997). Pada akhirnya hedonism ini menjadi suatu paham atau gaya hidup yang seperti disebutkan oleh Epikuros (341-270 SM) hedonism adalah suatu paham yang memiliki pendapat bahwa ukuran baik atau buruk terletak pada kesenangan, dan kesenangan merupakan tujuan hidup manusia. Bila perbuatan manusia menimbulkan suatu kenikmatan dialah orang yang mempunyai etika dan moral yang tinggi (Charris, 2003)


(14)

3

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Night club merupakan tempat yang memfasilitasi gaya hidup hedonis. Night club merupakan tempat hiburan yang disuguhkan untuk para penikmat dunia malam. Banyaknya investor yang mengembangkan bisnis night club menggambarkan semakin banyak pula para penikmatnya. Data resmi jumlah night club di kota besar cukup sulit ditemukan namun demikian jumlah night club di Jakarta dapat ditelusuri melalui website-website yang mendaftar berbagai tempat hiburan seperti www.lintascerita.com sedikitnya mendaftar 34 night club ditambah dengan www.kampus.us mendaftar tempat hiburan yang tidak tercatat di www.lintascerita.com sebanyak 43 night club jika di jumlahkan night club yang ada di Jakarta terdapat 77 night club. Demikian pula halnya dengan kota Bandung yang mempunyai 40 night club (bandung-tur.blogspot.com/2011/06). Data ini belum termasuk night club yang lima tahun belakangan ini baru berdiri seperti Mansion, Amnesia, Legacy, dan Sober.

Fenomena night club sebenarnya sudah muncul pada tahun 1970-an dan terus berkembang hingga sekarang seperti diceritakan dalam studi deskriptif tentang gaya hidup para clubbers oleh Muhammad Liyansyah (2009). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada awal perkembangannya di Indonesia pada dekade 1970-an. Night club dan tempat hiburan malam hanya dinikmati oleh orang tua saja dan hanya sebatas live music dan karaoke. Namun akhirnya dimasuki oleh kaum muda dengan menciptakan dunia malam mereka sendiri dengan gaya mobile disco. Memasuki era 80-an night club dan dunia malam semakin berkembang serta mengalami perubahan gaya yang terkenal dengan sebutan break dance atau “tari


(15)

4

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kejang”. Pada era 90-an sampai sekarang night club dan dunia malam terus berkembang, para penikmat dunia malam sekarang sudah dapat memilih antara live music dan karaoke atau dance, karena tempatnya sudah tersendiri dan para penikmatnya tidak hanya anak muda (Liyansyah, 2009).

Dewasa ini night club merupakan salah satu tempat yang banyak dipilih oleh masyarakat perkotaan untuk melepaskan kepenatan, khususnya bagi komunitas dunia malam. Disadari ataupun tidak, pergi ke night club telah menjadi suatu kebutuhan bagi para penikmat dunia malam. Meningkatnya para penikmat dunia malam, khususnya night club, memunculkan kelompok-kelompok dunia malam yang sekarang sering disebut clubbers. Clubbers adalah sekumpulan individu-individu yang memilih cara menghabiskan waktunya dengan berkumpul dengan teman-temannya di sebuah night club dan kegiatan ini biasa disebut dengan dugem (dunia gemerlap) (Liyansyah, 2009).

Dugem (dunia gemerlap), begitulah istilah yang digunakan oleh mereka yang gemar menghabiskan waktu malamnya untuk berpesta pora baik dengan pasangan masing-masing maupun koleganya (Liyansyah, 2009). Istilah ini sangat dikenal di kalangan individu-individu yang menggerandungi pesta dan hiburan malam. Pada era modernisasi ini dugem (dunia gemerlap) sudah sangat identik dengan masyarakat metropolitan. Konsep makna yang senada dengan dugem adalah clubbing. Kata clubbing berasal dari bahasa inggris yang dibentuk dari kata club yang bermakna “perkumpulan” (Hassan & Echols, 1996). Istilah clubbing yang terdapat dalam kamus tersebut bermakna “berkumpul” (Hassan & Echols,


(16)

5

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1996). Aktivitas clubbing adalah kebiasaan sebagian anak muda perkotaan yang menghabiskan waktu di kafe, mendengarkan musik di pub, menyanyi di karaoke dan joget di diskotik. Mereka yang biasa melakukan aktivitas ini disebut dengan istilah clubber (Ruz, 2003) Hal ini yang menjadikan alasan kenapa para penikmat dugem disebut dengan clubbers.

Tidak semua pengunjung night club dapat dikatakan clubbers karena sebagian pengunjung night club adalah pengunjung biasa yang mungkin hanya mencari suasana hiburan yang berbeda atau mungkin ingin mencoba gaya hidup sebagai seorang clubbers. Untuk membedakan seorang clubbers dengan pengunjung biasa memang tidak mudah. Namun bila diperhatikan dengan seksama maka perbedaan tersebut dapat dilihat, hal ini dapat dilihat dari gaya berpakaian, cara ngedance dan frekuensi kunjungan mereka. Selain itu beberapa night club juga menyediakan kartu member untuk para penikmat clubbing atau biasa disebut dengan clubbers. Hal ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi mana clubbers dan mana yang bukan.

Konsumen night club pada umumnya merupakan pelajar dan mahasiswa, para eksekutif muda, pengusaha-pengusaha sukses, bahkan ibu rumah tangga ada juga yang menjadi pelaku clubbing (Susanto, 2001). Namun demikian mayoritas pengunjung night club ini adalah para remaja yang memiliki sosio-ekonomi yang cukup baik (Perdana, 2004). Ini terlihat dari kebutuhan-kebutuhan material yang menopang aktivitas clubbing yang jelas membutuhkan dana ekstra. Mulai dari pemilihan pakaian yang bermerk, property, kendaraan, hingga perangkat clubbing


(17)

6

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

itu sendiri (Perdana, 2004). Banyaknya pengunjung berdasarkan wawancara preliminary dengan salah satu pegawai Mansion di Bandung pada tanggal 17 Mei 2012 menyebutkan bahwa pada hari kerja sekitar 200 orang sedangkan di akhir minggu bisa sampai 500-800 orang dan didominasi sekitar umur 21 tahun ke atas karena adanya peraturan terkait dengan batasan umur tetapi faktanya tidak sedikit pengunjung di bawah umur 21 tahun bisa masuk ke tempat ini. Remaja dianggap konsumen yang potensial karena masa remaja dianggap sebagai masa peralihan dan sering disebut sebagai masa pencarian identitas diri. Remaja gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan ingin memberi kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belum cukup, sehingga di negara barat remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks untuk memberikan citra yang diinginkan (Hurlock, 1994).

Pada masa remaja, manusia akan mengeksplorasi kemandirian dan membangun rasa peka akan dirinya (Santrock, 2007). Seorang remaja dihadapkan pada tantangan menemukan identitas siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap dewasa) (Santrock, 2007). Remaja diharapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa. Dalam menjelajahi peran tersebut sangat mungkin terjadi sesuatu yang dinamakan pencarian sensasi (sensation seeking).


(18)

7

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sensasi adalah suatu pengalaman yang diterima oleh seluruh alat indera manusia yang merupakan suatu pengalaman elementer yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual (Rakmat, 1994). Sensasi yang dirasakan oleh remaja yang dipersepsikan memang bervariasi, tergantung bagaimana seseorang merasakan sensasi yang diterima dari alat indera ketika mereka berpetualang (Santrock, 2007).

Clubbing adalah salah satu aktivitas yang sangat mungkin terjadi pada saat pencarian sensasi. Aktivitas clubbing merupakan aktivitas yang dapat memberikan banyak stimulus pada semua alat indera, dan ini akan berakibat banyaknya respon yang dikeluarkan oleh para penikmat clubbing. Para remaja saat ini yang khas dengan pencarian jati diri dan rasa ingin tau yang tinggi akan mencoba hal-hal yang baru, salah satunya adalah clubbing. Night club merupakan salah satu tempat yang mungkin bagi mereka dalam mencari pengalaman. Night club menurut mereka mungkin menyenangkan maka dari itu banyak sekali para remaja yang memadati tempat ini. Namun tempat ini juga sangat beresiko, di tempat ini sangat mungkin terjadi pelecehan-pelecehan seksual. Banyaknya clubbers yang memakai narkoba pada saat clubbing, minuman berakohol dan asap rokok pun sudah menjadi bagian dari night club. Risiko-risiko ini nampaknya tidak membuat mereka takut untuk datang ke night club, untuk itu fenomena ini sangat menarik untuk di teliti. Pencarian sensasi dan pencarian jati diri seorang remaja adalah hal yang sangat mungkin berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pencarian sensasi merupakan sebuah sifat (trait) yang


(19)

8

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menerangkan tentang suatu kebutuhan akan perubahan (variety), kebutuhan untuk melakukan hal yang baru (novel). Pengalaman dan sensasi yang bersifat kompleks serta keinginan untuk mengambil resiko yang bersifat fisik dan sosial untuk kepentingan tertentu (Zuckerman, 1979). Untuk itu penelitian ini akan menelaah tentang pencarian sensasi pada remaja yang menyukai aktivitas clubbing

1.2Fokus Penelitian

Fokus dari penelitian ini ialah pada pencarian sensasi yang dialami remaja sebagai pelaku clubbing (clubbers), clubbers yang dimaksud adalah pelaku clubbing dengan minimal kunjungan ke night club satu kali dalam seminggu. khususnya usia 15-24 tahun karena di Indonesia batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia 15-24 tahun (Sarwono, 2010) dan memiliki status ekonomi menengah ke atas. Serta faktor-faktor yang mempengaruhi para remaja tersebut untuk datang ke night club, night club yang dimaksud adalah tempat hiburan dengan lantai dansa dan disk jokey sebagai pengatur lagu yang akan di putar bukan kafe dengan life music atau tempat karoke. Dan salah satu night club yang akan diteliti adalah Mansion di kota Bandung, peneliti memilih tempat ini karena peneliti memiliki akses terhadap informan yang bekerja di Mansion night club, Mansion adalah salah satu night club yang banyak diminati oleh remaja dan Mansion mempunyai tempat yang


(20)

9

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

luas sehingga banyak para penikmat dunia malam memilih tempat ini untuk aktivitas clubbing.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan dikaji adalah :

1. Bagaimana gambaran remaja kota Bandung dan kebiasaan clubbing ?

2. Faktor-faktor yang berkontrbusi terhadap kegiatan clubbing ? 3. Bagaimana pencarian sensasi yang terjadi pada remaja clubbers dan

Sensasi apa yang dirasakan remaja clubbers di kota Bandung ?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran remaja kota Bandung yang mempunyai kebiasaan clubbing

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kegiatan clubbing

3. Untuk mengetahui pencarian sensasi seperti apa yang mereka alami pada saat melakukan aktivitas clubbing serta mengetahui sensasi yang dirasakan remaja clubbers di kota Bandung

1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Praktis


(21)

10

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dengan diketahui pencarian sensasi yang dialami remaja sebagai pelaku clubbers, dan faktor-faktor yang membuat mereka datang ke night club akan memberikan pandangan serta pemahaman terhadap orang tua yang seharusnya berperan sebagai pengontrol untuk anak-anaknya khususnya remaja saat ini yang pergaulannya semakin luas

1.5.2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu psikologi sosial terutama dalam pencarian sensasi pada anak remaja saat ini sebagai pelaku clubbers


(22)

37 Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Metodologi Penelitian

Untuk dapat mengetahui pencarian sensasi yang terjadi pada remaja yang senang dengan aktivitas clubbing atau biasa disebut dengan clubbers sesuai dengan rumusan masalah, dan tujuan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Penlitian kualitatif pada hakekatnya adalah meneliti orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia disekitarnya (Nasution, 1998)

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui dan memahami kondisi psikologis subjek secara mendalam mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah orang, yaitu laki-laki dan perempuan yang menjadi seorang clubbers.

Melalui pendekatan ini, peneliti lebih mudah bekerja sama dengan partisipan penelitian untuk menggali data. Adapun metode penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan Gambaran atau Deskripsi tentang suatu keadaan secara Objektif. (Sugiyono, 2008).

Peneliti melakukan pengambilan data terhadap dua orang clubbers yang berada di kota Bandung dan biasa melakukan aktivitas clubbing di Mansion.


(23)

38

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peneliti mengangkat fenomena penelitian dari pengamatan penelitian di tempat tersebut sehingga pengambilan data akan lebih representatif.

3.2.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi human instrument atau instrument utama penelitian (Sugiyono, 2008).

Instrumen utama yang digunakan adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti sebagai perencana penelitian, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir dan pada akhirnya melaporkan penelitiannya sendiri (Moleong, 1989) 3.3.Sampel / Sumber Data

3.3.1. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini ialah purposive sampling

Purposive sampling teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Penentuan sampel ini dimulai saat peneliti memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling design). Caranya yaitu peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan.


(24)

39

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.3.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian diawali dengan kriteria yang sesuai dengan penelitian. Kriteria tersebut ialah sebagai berikut : Seorang laki-laki dan seorang perempuan, berusia 15-24 tahun karena batasan remaja di Indonesia mendekati batasan PBB untuk remaja adalah kurun usia 15-24 tahun (Sarwono, 2010), remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru maka dari itu remaja adalah adalah subjek yang paling potensial dalam penelitian kali ini, seorang clubbers dengan minimal kunjungan satu kali dalam seminggu dan status ekonomi menengah ke atas

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui sesuatu metode pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang dapat menggambarkan atau mengindikasikan sesuatu (Herdiansyah, 2010).

Dalam penelitian digunakan beberapa metode tersebut adalah wawancara dan observasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara tidak terstruktur agar subjek merasa lebih nyaman karena teknik wawancara ini berjalan seperti percakapan sehari-hari sehingga


(25)

40

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peneliti dapat mendapatkan informasi secara lebih mendalam. Wawancara ini digunakan untuk menemukan informasi yang tidak baku atau tunggal (Moleong, 1989). selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada responden tidak disusun terlebih dahulu, bahkan disesuaikan dengan keadaan dan ciri khas dari respnden, sehingga wawancara berlangsung mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipan dimana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan subjek yang diteliti agar peneliti bisa lebih memahami apa yang dirasakan oleh subjek ketika melakukan akivitas tersebut.

Tabel 1. Pedoman Wawancara Variabel Sensation Seeking

Variable Dimensi Indikator Pernyataan

Sensation seeking

1. Pencarian

getaran jiwa dan petualangan (thrill and adventure seeking)

Melakukan

kegiatan berisiko yang bersifat fisik

1. mengetahui apa yang dirasakan subjek ketika berada di night club

2. mencari tahu apakah ada kegiatan yang membuat subjek mengambil risiko-riiko yang besifat fisik

2. Disinhibition (disinhibition)

Keinginan melakukan

kegiatan untuk mengambil risiko sosial

1. mengetahui apakah kegiatan clubbing yang dilakukan adalah kegiatan yang dapat berisiko terhadap

kehidupan sosialnya


(26)

41

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. mengetahui bagaimana tanggapan kehidupan sosialnya

tentang kegiatan clubbing yang dilakukan oleh subjek

3. Pencarian Pengalaman (Experience seeking)

Keinginan untuk mencoba

pengalaman baru dan menyenangkan

1. mengetahui kegiatan rutin sehari-hari subjek 2. mengetahui

kegiatan lain di luar kegiatan rutinnya

3. mengetahui apa yang dilakukan subjek di dalam night club 4. Kerentanan

terhadap rasa bosan (boredom susceptibility)

Kegiatan yang dilakukan tanpa toleransi terhadap hal yang bersifat monoton

1. mengetahui intensitas subjek berkunjng ke night club

2. mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan subjek di dalam night club adalah kegiatan

yang sama

disetiap kunjungan 3. mengetahui

apakah aktivitas clubbing

menjadi kebiasaan


(27)

42

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada penelitian kualitatif ini teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah dengan melakukan wawancara tak terstruktur. Dalam wawancara ini digunakan alat bantu yaitu berupa buku catatan, tape recorder dan kamera untuk mempermudah dalam mengumpulkan data.

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan proses yang melibatkan reduksi data, display data, analisis data, verifikasi dan pengambilan kesimpulan yang terus menerus berinteraksi selama penelitian berlangsung (Sugiyono, 2007).

Data hasil sintesis kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan dianalisis per-dimensi variable pencarian sensasi dari Zuckerman (1979). 3.7. Prosedur Penelitian

3.7.1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian adalah sebagai berikut :

 Mengumpulkan data-data observasi di lapangan terkait dengan kehidupan (latar belakang keluarga, pola hidup, lingkungan sosial) mengenai subjek yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini

 Mengumpulkan berbagai literatur terkait dengan masalah yang akan diteliti


(28)

43

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

 Mempersiapkan peralatan yang diperlukan pada proses penelitian seperti : alat perekam, kamera, buku catatan, alat tulis, flash disk

 Menghubungi partisipan

3.7.2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

 Menghubungi subjek yang akan diwawancarai untuk membuat janji waktu dan tempat wawancara

 Melakukan wawancara dan merekam pembicaraan dengan subjek

 Selain itu peneliti membuat catatan-catatan observasi yang dilakukan selama proses wawancara. Hasil observasi adalah berupa gambaran tentang subjek pada saat diwawancara dan situasi wawancara.

3.7.3. Tahap Pengolahan Data  Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.


(29)

44

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

 Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat yang bersifat naratif  Conclusion Drawing/verification

Data yang diperoleh, kemudian dikategorikan, dicari tema dan polanya kemudian ditarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. 3.8. Pengujian Kredibilitas Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji kredibilitas data yang dilakukan dengan member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.


(30)

45

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers


(31)

79 Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian kualitatif mengenai pencarian sensasi pada remaja clubbers ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut ;

1. Gambaran remaja penyuka clubbing : memiliki status ekonomi yang cukup baik terlihat dari pendapatan yang di hasilkan dan uang yang dikeluarkan untuk sekali kunjungan berkisar dua sampai empat juta, kurangnya control dari orang tua yang menyebabkan remaja menjadi seorang clubbers.

2. Faktor yang berkontribusi terhadap remaja menjadi seorang clubbers adalah :

a) Pengaruh teman sebaya yang memberikan banyak informasi dan pembicaraan persuasif tentang suasana nigh club dan menurut mereka clubbing merupakan lambang dari status sosial yang tinggi.

b) Keinginan untuk menunjukan identitas diri sebagai anak remaja yang gaul di depan teman-temannya

c) Menemukan kebebasan yang bisa mereka dapatkan di night club. d) Daya tarik lawan jenis yang berada di night club yang dapat berujung


(32)

80

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Pencarian sensasi yang di rasakan pada remaja clubbers adalah :

a) Pencarian sensasi yang dirasakan remaja clubbers lebih terlihat menonjol di dimensi pencarian pengalaman (experience seeking). Dimensi ini berhubungan dengan kebutuhan akan pengalaman-pengalaman baru dan menyenangkan (Zuckerman, 1979). Adapun dimensi lain yang muncul pada salah satu subjek penelitian adalah dimensi pencarian getaran jiwa dan petualangan (thrill and adventure seeking). Dimensi ini berhubungan dengan kemauan individu untuk mengambil risiko-risiko yang bersifat fisik dan keikutsertaan dalam olah raga yang berisiko tinggi (zuckerman, 1979).

b) Pencarian sensasi yang dirasakan oleh remaja clubbers menunjukan hasil yang rendah ternyata clubbing menurut mereka sudah bukan menjadi pencarian sensasi tetapi sudah menjadi kebiasaan dan adiksi. 5.2. REKOMENDASI

1. Praktis

1) Untuk Subjek Penelitian

 Kegiatan clubbing merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melepaskan kepenatan di luar rutinitas sehari-hari ada baiknya kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang memberikan kontribusi yang lebih positif dan bermanfaat seperti ; berolah raga, bermain alat musik, dll.


(33)

81

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Teoritis

1) Untuk Para Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian lanjutan mengenai fenomena remaja clubbers, selain karena topik ini menarik, masih banyak aspek-aspek psikologis yang dapat dikaji dari fenomena ini, yaitu

a) Gaya hidup remaja clubbers

b) Perilaku agresi remaja clubbers di nignt club

c) Pandangan remaja clubbers tentang pelecehan seksual yang sudah serng terjadi di night club

Dan masih banyak lagi fenomena yang dapat digali dari fenomena ini, guna memperkaya ilmu pengetahuan serta pendalaman mengenai fenomena tersebut.

2) Untuk Jurusan Psikologi UPI

Kepada pihak jurusan alangkah baiknya menganjurkan kepada setiap mahasiswa yang akan melakukan penelitian dan pembuatan skripsi untuk memilih penelitian kualitatif. Karena dengan melakukan penelitian kualitatif mahasiswa dapat memperkaya dan memperdalam wawasannya dan juga dapat mempraktekan dan merasakan langsung teori-teori yang telah dipelajari semasa kuliah.


(34)

82

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers


(35)

82 Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adams, J. F. 1976. Understanding Adolescence-Current Developments in Adolescent Psychology 3rd Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Albarracin, D., Jhonson, B. T., Zanna, M. P., & Kumkale, G. T. 2005. Attitudes : Introduction and Scope. In D. Albarracin, B. T. Johnson, & M. P. Zanna (Eds.). The handbook of attitudes (pp. 3-20). New Jersey, USA : Lawrence Erlbaum Associates.

Art & Nor. 2008. Addict Hiburan Malam: Prestasi Merosot, Bawa Dampak Negatif

buat Teman. [online].

http://cache.search.yahoo.ht2.akadns.net/search/cache?ei=UTF8&p=dunia+gemer lap+remaja.www.jawapos.co.id/deteksi/indeks.php%3Fact%3Ddetail%26nid%3d 9267&w=dunia+gemerlap+remaja&d=Va3KYy72RJRx&icp=1&.intl=us

Badriah, Fase. 2005. Boys Only. Jakarta: Gema Insani

Berg L, Bruce. 2007. Qualitative Methods for The Social Sciences. Boston: Pearson Alice and Bacon.

Charris, Achmad. 2003. Membangun Kesadaran Etika Multikulturalisme di Indonesia. Jurnal Filsafat No.2. Filsafat Universitas Gajah Mada.

Chaney, David.1996. Life Style . Yogyakarta : Jala Sutra.

Cooper, A. 2000. Seks maya: The DARK SIDE OF THE FORCE: A Special Issue of The Jurnal Sexual Addiction &Compulsivity. Philadelphia: G.H. Buchanan.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan, Bandung; Rosda Karya.

Diclemente, C. C. 2003. Addiction and Change. New York : Guilford Publication. Echols, John. M. dan Hasan Sadily. 1986. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta,

Gramedia

Eillen, Fanny. 2008. Attachment style. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Jakarta : Universitas Indonesia.


(36)

83

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ghazali, R. 2004. Studi Analisis Munculnya Daerah Rawan Seksual, Kasus Komersialisasi Seks Kalangan Anak Baru Gede (ABG) Di Beberapa Kota: Jakarta, Medan, Bandung, Jogjakarta, Surabaya. Pusat penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan Dan Pengembangan Sosial RI.

Hendra&Erna. 2006. Menjadi Penikmat Hiburan Malam. Sriwijaya Post. Minggu, 9 April 2006.

Herdiyansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Selemba Humanika

Hurlock, E. B. 1994. Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi ke-5. Alih bahasa: Wasana. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E.B. 1986. Personality Development. New Delhi: Tata McGraw-Hill, Inc.

Hovart, Arthur. T. (1989). Coping with addiction. (Online). Tersedia pada : http://www.cts.com/babtsmrt/coping/html.

Jackson, P. 2003. Inside Clubbing: Sensual Experiments in the Art of Being Human. New York: Berg

Jersheild, A. T. 1958. The Psychology of Adolescence. Canada: The Mac Millan Company.

Kartika, Y. 2005. Hubungan Antara Regulasi Emosi dan Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Pada Remaja. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Depok: Universitas Indonesia, Fakultas Psikologi.

Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita 1, Mengenal Gadis Remaja Wanita Dewasa. Bandung : Mandar Maju.

Kosten, P. 2000. The Dimentional Structure of Early Adolescent Peer Susceptibility. Dissertation. Philadelphia: Temple University.

Lintascerita.com. 2011 Daftar Tempat Dugem di Jakarta. (online). Tersedia pada: http://www.lintascerita.com/2011/01/daftar-tempat-dugem-di-jakarta.html

Liyansyah, Muhammad. 2009. Gaya Hidup para Clubbers. Medan : Universitas Sumatera Utara.


(37)

84

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Martiana, Marisa. 2007. Hubungan Antara Durasi Menonton Tv dan Sikap Seksual Remaja. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia

Masmuh, Abdullah., Hevi Kurnia H., & Diah Worowirastri E. 2008. Persepsi Masyarakat Kota Malang Terhadap Status Janda Dalam Perspektif Konstruksi Sosial. Hibah Penelitian. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Mangunharjana. A.. 1997. Isme-Isme dari A Sampai Z. Yogyakarta: Kanisius

Moleong, Lexy J. 1989. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Remadja Karya.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (2001). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mufidz, M. 2010. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Nasution. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Tarsito.

Oberle, E., Schonert-Reichi K. A., Thomson, K. C. (2010). Understanding the Link Between Social and Emotional Well-Being and Peer Relation in Early Adolescence: Gender Specific Predictor of Peer Acceptance. Journal of Youth Adolescence, 39, 1330-1342. DOI: 10.1007/s10964-009-9486-9.

Ozzie. 2011. Daftar discotique yang ada di bandung (online). Tersedia pada: http://bandung-tur.blogspot.com/2011/06/daftar-discotique-yang-ada-di-bandung.html

Paradise A. W. & Kernis, M. H. 2002. Self-Esteem and Psychological Well- Being: Implication of Fragile Self-Esteem. Journal of Social and Clinical Psychology, Vol 21 (4), 345-361.

Parahita, G, D. 2008. Tuhan di Dunia Gemerlapku: Sebuah Buku Reportase. Yogyakarta: Impulse.

Perdana, D. 2004. Dugem: ekspresi Cinta, seks, dan jati diri. Yogyakarta: Diva Press. Prasetya, G. Tembong. 2003. Pola Pengasuhan Ideal. Gramedia: Jakarta.


(38)

85

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ruz, (2003). Dugem, apa perlu?. http//republika.com/

Ryff, C.D., Keyes, C.L.M. 1995. The structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69 (4), 719–727. doi: 0022-3514/95/$3.00.

Ryff, C. 1989. Happiness ss everything, or is it? Explorations on the meaning of psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology.

Santor, D.A., Messervey, D., & Kusumakar, V. (1999). Measuring Peer Pressure, Popularity, and Conformity in Adolescent Boys and Girls: Predicting School Performance, Sexual Attitudes, and Substance Abuse. Journal of Youth and Adolescent, Vol. 29, No.2.

Santrock, Jhon W,.1998. adolescence. (7nd ed). Washington, DC : Mc Graw-Hill. Santrock, J. W. (2001). Adolescence: perkembangan remaja (Edisi Ke-6). Jakarta :

Penerbit Erlangga

Santrock. 2007. Remaja Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga .

Sarwono, S. W. 2011. Psikologi Remaja edisi revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Shaffer, David R. 2005. Social and Personality Development. USA: Thomson .

Sigelman, C. K., & Rider, E. A. 2003. Life Span Human Development, Fourth Edition. USA: Thomson Wadsworth.

Skaletski, A. 2007. The Relationships between Perceived Peer Acceptance and Academic Achievement. Thesis. Winsconsin: University of Winsconsin-Stout. Stevanio, A. 2007. Under Seventeen (Mengungkap Kehidupan Malam Remaja

Metropolitan). Yogyakarta: Pustaka Anggrek (Anggota IKAPI).

Sugiyono. 2008. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta


(39)

86

Anita Sandi Prasasti, 2013

Sensation Seeking Pada Remaja Clubbers

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Supartini, Y. 2002. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC.

Susanto, A. B. 2001. Potret-Potret Gaya Hidup Metropolis. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Syukur, Nico. 1998. Filsafat Kebebasan,.Yogyakarta : Kanisius.

Tarmudji. 2001. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Agresivitas Remaja. Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi 36.

Utina, Sitriah Salim, 2012. Alkohol dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental. Jurnal.

Wanti, Theodora. 2010. Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Remaja Awal. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Ypha. 2008. 90% Remaja Pernah Berhubungan Seks. Sinar Mas Indonesia (Sindo).

Edisi 8 Mei 2008.

Yusuf, Dr. H. Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

Zuckerman, M. 1979. Sensation Seeking. Beyond The Optimal Level Of Arausal. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Zuckerman, M., & Kuhlman, D. M. (2000). Personality and Risk-Taking: Common Biosocial Factors. Journal of Personality. Special Issue: Personality Perspectives on Problem Behavior, 68(6), 999-1


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, J. F. 1976. Understanding Adolescence-Current Developments in Adolescent Psychology 3rd Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Albarracin, D., Jhonson, B. T., Zanna, M. P., & Kumkale, G. T. 2005. Attitudes : Introduction and Scope. In D. Albarracin, B. T. Johnson, & M. P. Zanna (Eds.).

The handbook of attitudes (pp. 3-20). New Jersey, USA : Lawrence Erlbaum Associates.

Art & Nor. 2008. Addict Hiburan Malam: Prestasi Merosot, Bawa Dampak Negatif

buat Teman. [online].

http://cache.search.yahoo.ht2.akadns.net/search/cache?ei=UTF8&p=dunia+gemer lap+remaja.www.jawapos.co.id/deteksi/indeks.php%3Fact%3Ddetail%26nid%3d 9267&w=dunia+gemerlap+remaja&d=Va3KYy72RJRx&icp=1&.intl=us

Badriah, Fase. 2005. Boys Only. Jakarta: Gema Insani

Berg L, Bruce. 2007. Qualitative Methods for The Social Sciences. Boston: Pearson Alice and Bacon.

Charris, Achmad. 2003. Membangun Kesadaran Etika Multikulturalisme di Indonesia. Jurnal Filsafat No.2. Filsafat Universitas Gajah Mada.

Chaney, David.1996. Life Style . Yogyakarta : Jala Sutra.

Cooper, A. 2000. Seks maya: The DARK SIDE OF THE FORCE: A Special Issue of The Jurnal Sexual Addiction &Compulsivity. Philadelphia: G.H. Buchanan.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan, Bandung; Rosda Karya.

Diclemente, C. C. 2003. Addiction and Change. New York : Guilford Publication.

Echols, John. M. dan Hasan Sadily. 1986. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta, Gramedia

Eillen, Fanny. 2008. Attachment style. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Jakarta : Universitas Indonesia.


(3)

83

Ghazali, R. 2004. Studi Analisis Munculnya Daerah Rawan Seksual, Kasus Komersialisasi Seks Kalangan Anak Baru Gede (ABG) Di Beberapa Kota: Jakarta, Medan, Bandung, Jogjakarta, Surabaya. Pusat penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan Dan Pengembangan Sosial RI.

Hendra&Erna. 2006. Menjadi Penikmat Hiburan Malam. Sriwijaya Post. Minggu, 9 April 2006.

Herdiyansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Jakarta: Selemba Humanika

Hurlock, E. B. 1994. Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi ke-5. Alih bahasa: Wasana. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E.B. 1986. Personality Development. New Delhi: Tata McGraw-Hill, Inc.

Hovart, Arthur. T. (1989). Coping with addiction. (Online). Tersedia pada : http://www.cts.com/babtsmrt/coping/html.

Jackson, P. 2003. Inside Clubbing: Sensual Experiments in the Art of Being Human. New York: Berg

Jersheild, A. T. 1958. The Psychology of Adolescence. Canada: The Mac Millan Company.

Kartika, Y. 2005. Hubungan Antara Regulasi Emosi dan Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Pada Remaja. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Depok: Universitas Indonesia, Fakultas Psikologi.

Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita 1, Mengenal Gadis Remaja Wanita Dewasa. Bandung : Mandar Maju.

Kosten, P. 2000. The Dimentional Structure of Early Adolescent Peer Susceptibility. Dissertation. Philadelphia: Temple University.

Lintascerita.com. 2011 Daftar Tempat Dugem di Jakarta. (online). Tersedia pada:

http://www.lintascerita.com/2011/01/daftar-tempat-dugem-di-jakarta.html

Liyansyah, Muhammad. 2009. Gaya Hidup para Clubbers. Medan : Universitas Sumatera Utara.


(4)

Martiana, Marisa. 2007. Hubungan Antara Durasi Menonton Tv dan Sikap Seksual Remaja. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia

Masmuh, Abdullah., Hevi Kurnia H., & Diah Worowirastri E. 2008. Persepsi Masyarakat Kota Malang Terhadap Status Janda Dalam Perspektif Konstruksi Sosial. Hibah Penelitian. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Mangunharjana. A.. 1997. Isme-Isme dari A Sampai Z. Yogyakarta: Kanisius

Moleong, Lexy J. 1989. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Remadja Karya.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (2001). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mufidz, M. 2010. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Nasution. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Tarsito.

Oberle, E., Schonert-Reichi K. A., Thomson, K. C. (2010). Understanding the Link Between Social and Emotional Well-Being and Peer Relation in Early Adolescence: Gender Specific Predictor of Peer Acceptance. Journal of Youth Adolescence, 39, 1330-1342. DOI: 10.1007/s10964-009-9486-9.

Ozzie. 2011. Daftar discotique yang ada di bandung (online). Tersedia pada:

http://bandung-tur.blogspot.com/2011/06/daftar-discotique-yang-ada-di-bandung.html

Paradise A. W. & Kernis, M. H. 2002. Self-Esteem and Psychological Well- Being: Implication of Fragile Self-Esteem. Journal of Social and Clinical Psychology, Vol 21 (4), 345-361.

Parahita, G, D. 2008. Tuhan di Dunia Gemerlapku: Sebuah Buku Reportase. Yogyakarta: Impulse.

Perdana, D. 2004. Dugem: ekspresi Cinta, seks, dan jati diri. Yogyakarta: Diva Press.


(5)

85

Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ruz, (2003). Dugem, apa perlu?. http//republika.com/

Ryff, C.D., Keyes, C.L.M. 1995. The structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69 (4), 719–727. doi: 0022-3514/95/$3.00.

Ryff, C. 1989. Happiness ss everything, or is it? Explorations on the meaning of psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology.

Santor, D.A., Messervey, D., & Kusumakar, V. (1999). Measuring Peer Pressure, Popularity, and Conformity in Adolescent Boys and Girls: Predicting School Performance, Sexual Attitudes, and Substance Abuse. Journal of Youth and Adolescent, Vol. 29, No.2.

Santrock, Jhon W,.1998. adolescence. (7nd ed). Washington, DC : Mc Graw-Hill.

Santrock, J. W. (2001). Adolescence: perkembangan remaja (Edisi Ke-6). Jakarta : Penerbit Erlangga

Santrock. 2007. Remaja Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga .

Sarwono, S. W. 2011. Psikologi Remaja edisi revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Shaffer, David R. 2005. Social and Personality Development. USA: Thomson .

Sigelman, C. K., & Rider, E. A. 2003. Life Span Human Development, Fourth Edition. USA: Thomson Wadsworth.

Skaletski, A. 2007. The Relationships between Perceived Peer Acceptance and Academic Achievement. Thesis. Winsconsin: University of Winsconsin-Stout.

Stevanio, A. 2007. Under Seventeen (Mengungkap Kehidupan Malam Remaja Metropolitan). Yogyakarta: Pustaka Anggrek (Anggota IKAPI).

Sugiyono. 2008. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta


(6)

Supartini, Y. 2002. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC.

Susanto, A. B. 2001. Potret-Potret Gaya Hidup Metropolis. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Syukur, Nico. 1998. Filsafat Kebebasan,.Yogyakarta : Kanisius.

Tarmudji. 2001. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Agresivitas Remaja. Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi 36.

Utina, Sitriah Salim, 2012. Alkohol dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental. Jurnal.

Wanti, Theodora. 2010. Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Remaja Awal. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Ypha. 2008. 90% Remaja Pernah Berhubungan Seks. Sinar Mas Indonesia (Sindo). Edisi 8 Mei 2008.

Yusuf, Dr. H. Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

Zuckerman, M. 1979. Sensation Seeking. Beyond The Optimal Level Of Arausal. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Zuckerman, M., & Kuhlman, D. M. (2000). Personality and Risk-Taking: Common

Biosocial Factors. Journal of Personality. Special Issue: Personality Perspectives