TARI TOPENG RAHWANA GAYA KURDI SURYADI DI SANGGAR MEKAR BUDAYASARI KABUPATEN CIAMIS.
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
TARI TOPENG RAHWANA GAYA KURDI SURYADI DI SANGGAR MEKAR BUDAYA SARI KABUPATEN CIAMIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari
Oleh
ASTI PURNAMASARI 0900018
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
TARI TOPENG RAHWANA GAYA KURDI
SURYADI DI SANGGAR MEKAR BUDAYA
SARI KABUPATEN CIAMIS
Oleh Asti Purnamasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Asti Purnamasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ASTI PURNAMASARI
TARI TOPENG RAHWANA GAYA KURDI SURYADI DI SANGGAR MEKAR BUDAYA SARI KABUPATEN CIAMIS
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
E. Dedi. Dj. Rosala, S. Sen., M. Hum NIP. 195703041983031001
Pembimbing II,
Ace Iwan Suryawan, S. Pd, M. Hum NIP. 197203042001121002
Diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari,
Dr. Frahma Sekarningsih,S. Sen., M. Si NIP. 195710181985032001
(4)
i
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”. Tari Topeng Rahwana sangat sulit ditemukan pergelarannya di daerah Ciamis, karena tidak adanya generasi penerus. Tujuan diadakan penelitian untuk mendokumentasikan berupa tulisan karena kesenian tradisional ini memiliki ciri khas baik ditinjau dari segi struktur gerak, busana, rias dan iringan musik, serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi peneliti maupun kegiatan ilmiah lainnya. Masalah yang diteliti pada Tari Topeng Rahwana gaya Kurdi ini adalah (1) Bagaimana latar belakang tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis?; (2) Bagaimana struktur gerak dan unsur pendukung tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis?. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kemudian di analisis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitiannya: tari Topeng Rahwana diciptakan Kurdi Suryadi tahun 1971 diambil dari cerita wayang golek “Rahwana Gandrung”. Memiliki 34 gerak pokok. Busana yang digunakan hampir keseluruhan berwarna merah yaitu untuk menggambarkan watak Rahwana. Tata rias yang digunakan character makeup/rias cantik menyerupai Dewi Sinta. Kesimpulannya, tari Topeng Rahwana ini termasuk topeng Priangan, yang berasal dari Tasikmalaya kemudian di kembangkan dan di kreasikan oleh Kurdi Suryadi di Ciamis Selatan, dari hasil kreatifitas tersebut melahirkan topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis. Saran disampaikan kepada peneliti selanjutnya, pembaca, Jurusan Pendidikan Seni Tari, masyarakat dan pemerintah Kabupaten Ciamis.
(5)
ii
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRACT
Research is called “Topeng Rahwana Dance Kurdi Suryadi Suryadi Style in Place to Dance Mekar Budaya Sari Governmenets”. The topeng rahwana dance very difficult to find perfome Ciamis, in the region of because the absence of the next generation. The purpose of held research to document in form of writings because traditional art it has the unique characteristics of both viewed in terms of the structure of motion, fashion, dressing, and a musical accompaniment and can be used as an ingredient of study for researchers and for scholarly activities other. Problemo surveyed in the topeng rahwana dance picaroon Kurdi this is how the background ( 1 ) the topeng rahwana style in Kurdi Suryadi place to dance Mekar Budaya Sari district Ciamis? ; ( 2 ) the structure of how motion and a supporter of the topeng rahwana dance style in Kurdi Suryadi place to dance Mekar Budaya Sari district Ciamis? . Methods used in this research is a method of descriptive later in a qualitative analysis by approach. Her research: the topeng rahwana dance created Kurdi Suryadi 1971 taken from the story puppet golek “rahwana gandrung “. Having 34 motion intemperance. Fashion used almost the entire ruby-colored namely to describe the temper of rahwana. Hairdos used character makeup / dressing beautiful resembling Dewi Sinta. In conclusion, the topeng rahwana dance it includes a mask priangan, derived from tasikmalaya later in developed and in creative by Kurdi Suryadi in Ciamis South, the result of creativity is to give birth to a mask rahwana the style of kurds suryadi in sanggar bloom culture cider district ciamis. Advice delivered to researchers next, readers, the dance, of the department of education public and governments Ciamis.
(6)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi tepat waktu. Solawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarganya.
Skripsi ini berjudul “Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar
Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”. Penulis menyusunnya guna
melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di jurusan Pendidikan Seni Tari.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dalam penulisan struktur, kosakata maupun isi. Penulisan skripsi ini tidah akan berjalan lancar tanpa adanya peran serta dari orang-orang terkasih dalam hidup penulis. Penulis banyak mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah berperan serta dengan keikhlasan hati membantu penulis dalam menyusun penulisan skripsi ini.
“Tiada gading yang tak retak”, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bandung, 17 Mei 2013
(7)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Rasa terimakasih tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada banyak pihak. Bantuan, dukungan, bimbingan, dorongan serta nasehat dari berbagai pihak yang diberikan kepada penulis, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Orang Tua tercinta, papap Syarif Hidayat, mamah Iis Aisyah, S.Pd serta kakaku Andri Purnama Rifansyah,A.Md.Kep, kakak iparku Isni Widya Sugiharti,A.Md.Kep dan adikku tersayang Alfhi Novia Nurhidayah,S.Pd yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil, serta doa yang tidak pernah berhenti untukku.
2. Ibu Dr. Frahma Sekarningsih,S.Sen.,M.Si selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Seni Tari.
3. Bapak E. Dedi.Dj.Rosala,S.Sen.,M.Hum sebagai dosen pembimbing I.
4. Bapak Ace Iwan Suryawan,S.Pd.,M.Hum sebagai dosen pembimbing II.
5. Dra. Desfina,M.Hum sebagai dosen penguji I. 6. Dra. Sri Dinar Musnan sebagai dosen penguji II.
7. Bapak/Ibu/Dosen/Asisten Jurusan Pendidikan Seni Tari.
8. Bapak dan Ibu Staf Tata Usaha, pengelola perpustakaan maupun karyawan
Jurusan Pendidikan Seni Tari.
9. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari, terima kasih atas perhatian, saran, ide, dan dorongan, serta semangatnya dalam penyusunan skripsi ini.
10.Yoghi Sujatmo,S.Pd yang selalu membimbing, memberikan motivasi dan semangat selama penyusunan skripsi ini.
11.Sahabat-sahabatku LC, Risna, Dinar, Euis, Atrin, Irma, Riska, Nursyarifah yang selalu memberikan suport kepada penulis.
(8)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
iv
12.Serta semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam
penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Bantuan ikhlas yang diberikan semoga mendapat balasan dan kebaikan dari Allah SWT. Amin.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Mudah-mudahan segala dorongan, bantuan, kerjasama dan semua amal baik berbagai pihak yang telah diberikan kepada penulis, senantiasa mendapat balasan dari Allah SWT Yang Maha Pengasih dan semoga Allah selalu memberikan ridho-Nya disetiap langkah kita. Amin.
Bandung, 17 Mei 2013
(9)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA TOPENG RAHWANA GAYA KURDI DI SANGGAR MEKAR BUDAYA SARI KABUPATEN CIAMIS ... 7
A. Tari Topeng ... 7
B. Teori-teori yang Diambil... 15
BAB III METODE PENELITIAN... 32
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 32
B. Desain penelitian ... 32
C. Metode Penelitian ... 34
D. Definisi Operasional ... 36
E. Instrumen Penelitian ... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ... 38
G. Analisis Data ... 44
(10)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
vi
A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 46
B. Hasil Penelitian dan Analisis Penciptaan Tari Topeng Rahwana ... 47
C. Susunan dan Struktur Gerak Topeng Rahwana Gaya Kurdi ... 53
D. Busana ... 100
E. Tata Rias ... 110
F. Iringan Musik ... 111
BAB V KESIMPULAN ... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 122 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(11)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
vii
DAFTAR TABEL
(12)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Gerak Kebut Sampur ... 83
Gambar 4.2 Gerak Laras Konda ... 83
Gambar 4.3 Gerak Cindek I ... 84
Gambar 4.4 Gerak Mincid Keliling I ... 84
Gambar 4.5 Gerak Kebut Sampur ... 85
Gambar 4.6 Gerak Buang Sampur ... 86
Gambar 4.7 Gerak Nyawang Manggut Kanan ... 86
Gambar 4.8 Gerak Nyembah... 87
Gambar 4.9 Gerak Ayun Satria Kanan ... 88
Gambar 4.10 Gerak Mincid Keliling I ... 88
Gambar 4.11 Gerak Jalak Pengkor... 89
Gambar 4.12 Gerak Lontang I kiri ... 90
Gambar 4.13 Gerak Tumpang Tali ... 90
Gambar 4.14 Gerak Lontang Geser kanan ... 91
Gambar 4.15 Gerak Kebut Sampur ... 92
Gambar 4.16 Gerak Laras Konda Kanan ... 92
Gambar 4.17 Gerak Mincid Keliling II ... 93
Gambar 4.18 Gerak Jangkung Milo ... 93
Gambar 4.19 Gerak Gedig ... 94
Gambar 4.20 Gerak Gerdig Rahwana ... 94
Gambar 4.21 Gerak Sejak ... 95
(13)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ix
Gambar 4.23 Gerak Tendang Sampur ... 96
Gambar 4.24 Gerak Barongan ... 96
Gambar 4.25 Gerak Pincid ... 97
Gambar 4.26 Gerak Mincid Ageung ... 98
Gambar 4.27 Gerak Baksa dan Baksa Rai ... 98
Gambar 4.28 Mahkota Sekar Kelewih ... 99
Gambar 4.29 Susumping Kembang Ratna Parijata ... 100
Gambar 4.30 Tempal Dada ... 101
Gambar 4.31 Beubeur ... 101
Gambar 4.32 Gelang Tangan ... 102
Gambar 4.33 Kilat Bahu ... 102
Gambar 4.34 Keris Ladrang ... 103
Gambar 4.35 Dodot Lereng... 103
Gambar 4.36 Sampur ... 104
Gambar 4.37 Gelang Kaki ... 105
Gambar 4.38 Pelayang ... 105
Gambar 4.39 Kedok Rahwan ... 107
Gambar 4.40 Celana Kutung ... 107
Gambar 4.41 Baju Kutung ... 108
Gambar 4.42 Rompi ... 108
Gambar 4.43 Tata Rias Topeng Rahwana ... 110
Gambar 4.44 Satu Set Saron ... 114
Gambar 4.45 Satu Set Kendang ... 114
Gambar 4.46 Gambang ... 115
Gambar 4.47 Bonang ... 115
(14)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
x
DAFTAR LAMPIRAN
Pedoman Observasi Pedoman Wawancara Daftar Narasumber Dokumentasi Surat Keputusan Surat Ijin Penelitian Surat Kesbangpolinmas Daftar Riwayat Hidup
(15)
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(16)
1
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesenian diciptakan oleh masyarakat sebagai wujud dari jati dirinya. Pencapaiannya dilakukan dengan cara yang beragam, sehingga melahirkan identitas yang berbeda-beda. Identitas ini yang membedakan antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Oleh karena itu, sebuah kesenian harus terjaga dan tetap terpelihara kelestariannya agar tetap hidup utuh di tengah kerasnya arus globalisasi.
Hal ini seperti yang diungkapkan Adiwijaya (1998: 24), bahwa:
Saat ini banyak sekali bentuk kesenian yang hidup dan berkembangan di masyarakat, merupakan pencerminan kondisi suatu daerah dan menjadi ciri identitas yang khas suatu suku/etnis di daerah tersebut. Ciri identitas yang khas akan menjadikan berbeda dengan yang lain. Pada akhirnya, perbedaan tersebut akan melahirkan corak budaya serta adat istiadat yang berbeda pula dengan suku/etnis yang hidup di daerah lainnya.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang kaya akan seni budaya. Dari khasannah kesenian di Jawa Barat terdapat beberapa kesenian yang berada di kabupaten Ciamis, di antaranya Ronggeng Gunung, Tanjidor, Upacara Adat Nyangku, Tari Sintang, Hajat Laut, Wayang Landung, serta Tari Topeng Rahwana. Tari Topeng Rahwana ini mempergunakan kedok atau topeng sebagai penutup wajah seorang penari.
Topeng merupakan salah satu kesenian yang memiliki beragam arti dan makna di antanya adalah sebagai kedok atau penutup muka yang terbuat dari kayu, kertas, kulit, dan lain sebagainya. Akan tetapi pengertian topeng tersebut mengalami perubahan, ada yang mengartikan sebagai sebutan pertunjukan. Selain itu, topeng dipergunakan untuk menyebut profesi bagi penarinya, contohnya adalah: Topeng Jana, Topeng Sawitri, Topeng Baedah dan yang lainnya. Bisa juga untuk menunjukan sebuah tempat: Topeng gaya Slangit, Topeng gaya Losari, Topeng gaya Gegesik dan gaya topeng daerah lainnya. Tiap-tiap daerah mempunyai ciri khas dan gaya tersendiri. Gaya topeng tersebut mempunyai
(17)
2
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
banyak persamaan, terutama pada pakaian dan musiknya. Akan tetapi, perbedaan tersebut terletak pada gerak dan iringan musik tertentu dengan gaya masing-masing.
Tari Topeng itu pada awalnya berkembang di daerah Cirebon. Menurut Rosala, dkk mengatakan bahwa:
Secara historis, pertunjukan tari topeng diawali di Cirebon tepatnya pada abad ke-19, yang dikenal dengan sebutan topeng babakan. R. Tjetje Somantri berpendapat, daerah Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Garut, dan Tasikmalaya, pada 1930 didatangi oleh rombongan wayang wong dengan dalangnya yang bernama Koncer dan Wentar. Berdasarkan histori inilah, teori awal masuknya tari topeng ke daerah Jawa Barat (Priangan) ditetapkan sebagai awal perkembangan tari topeng priangan (1999: 21).
Kutipan di atas menyatakan bahwa perkembangan tari topeng terus menyebar ke daerah selatan. Dari fenomena penyebaran Topeng Cirebon ke berbagai daerah tersebut, kemungkinan hingga sampai pula ke daerah Ciamis. Topeng Rahwana yang berada di daerah Ciamis ini belum terklasifikasikan, bisa jadi berasal dari Cirebon, ataupun berasal dari Priangan, karena belum pernah ada yang melakukan penelitian tentang asal usul keberadaan tari Topeng Rahwana yang ada di Ciamis.
Demikian pula, pengaruh budaya asing sangat pesat kemajuannya terhadap
perkembangan budaya sendiri sehingga dapat menggeser keberadaan budaya pribumi, seperti yang termuat dalam artikel majalah Bhineka Karya Winaya (2011: 80-84):
Dulu, sekitar tahun 1970-an, jenis kesenian ini mencapai keemasannya. Warga yang hajatan, khususnya khitanan dan pernikahan, mengundang grup kesenian ini sebagai salah satu pengisi acara hiburan di siang hari untuk menjamu para undangan/tamunya. Namun, seiring pergeseran zaman dan derasnya budaya asing, tari topeng kini nasibnya termarginalkan (terpinggirkan). Bila tidak dilakukan upaya pelestariannya secara serius, tidak mustahil tari topeng tinggal cerita”.
Perkembangan zaman membawa dampak perubahan sosial dengan fenomenanya, kemajuan teknologi yang pesat saat ini mampu menggeser kesenian tradisional, termasuk Topeng Rahwana. Perubahan sosial ini menurut Soekanto (1990) dipicu oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
(18)
3
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki (unintended-change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned-change), merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. (Riswanti, 2009: 7). Tari Topeng Rahwana pada saat ini sulit ditemukan pergelarannya di daerah Ciamis, karena tidak adanya generasi penerus. Peminatnya mulai berkurang bahkan hampir terkikis, tergeser oleh budaya asing. Kondisi Topeng Rahwana pada masa sekarang sangat memprihatinkan. Proses modernisasi ini membuat semua hal berubah, begitupun dengan Topeng Rahwana yang harus bersaing dengan seni pertunjukan lainnya yang datang dari luar daerah Ciamis. Pada hajatan pernikahan maupun khitanan, mereka selalu menampilkan beberapa hiburan, yaitu kesenian tradisional selalu disertai dengan kesenian-kesenian nontradisional. Masyarakat cenderung lebih suka pada kesenian elektone (dangdut) dibandingkan dengan kesenian Topeng Rahwana. Bahkan jika dibandingkan, waktu yang diberikan untuk pertunjukan kesenian tradisional lebih sedikit daripada kesenian non tradisional.
Terkadang seni tradisional sudah tidak ditampilkan lagi dengan alasan faktor tempat atau halaman rumah yang semakin sempit dan padat penduduk sehingga sulit untuk membuat panggung pertunjukan topeng. Selain itu, kenapa mereka lebih menyukai kesenian non tradisional disebabkan lebih murah atau lebih ekonomis dari segi biaya dan lebih sedikit dalam melibatkan personalnya. Sehingga pertunjukan-pertunjukannya pun mengalami kemunduran, yang berarti ancaman kepunahan sudah berlangsung, dan hal ini seyogyanya dapat diupayakan suatu solusi untuk pelestariannya, antara lain dengan adanya dukungan baik moril maupun materil dari pemerintahan setempat dan masyarakat pendukungnya.
Berkaitan dengan itu, Tari Topeng Rahwana diciptakan oleh Bapak Dalang Kurdi Suryadi pada tahun 1971, yang diambil dari cerita Ramayana. Beliau memiliki sanggar yang bernama Eka Paksi Wungu yang berdiri pada tahun 70-an kemudian berganti nama menjadi Mekar Budaya Sari pada tahun 80-an. Sanggar ini beralamat di RT 04 RW 09 Dusun Pasir Limus Desa Ciliang Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis Selatan Jawa Barat. Topeng Rahwana gaya
(19)
4
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kurdi ini struktur gerak dan unsur-unsur pendukungnya seperti dalam kostum dan bentuk topeng, berbeda dengan Tari Topeng pada umumnya yang terdapat di daerah lain.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, sangat disayangkan Topeng Rahwana Dalang Kurdi yang begitu dinamis, pada saat ini jarang muncul kepermukaan, hal inilah yang mendorong penulis ingin mengungkapkan lebih dalam tentang Tari Topeng Rahwana gaya Kurdi suryadi, dan penelitian ini difokuskan dalam bentuk judul “Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di
Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”. Melalui penelitian ini
merupakan salah satu upaya peneliti untuk melestarikan kembali kesenian tari Topeng Rahwana dan menambah salah satu khasanah kesenian tari tradisional bagi generasi muda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti membatasi masalah-masalah yang akan diteliti agar lebih terarah dan terfokus dengan merumuskannya dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana latar belakang Tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis?
b. Bagaimana struktur gerak dan unsur pendukung Tari Topeng Rahwana gaya
Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis?
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari merupakan salah satu kesenian tradisional yang berada di Kabupaten Ciamis yang memiliki ciri khas baik ditinjau dari segi struktur gerak, busana serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi peneliti maupun kegiatan ilmiah lainnya.
(20)
5
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Tujuan Khusus
1) Mendeskripsikan latar belakang Tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi
di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis.
2) Mendeskripsikan struktur gerak dan unsur pendukung Tari Topeng
Rahwana gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran dan sebagai sumber atau referensi dalam pengembangan ilmu. Memberikan kontribusi bagi perkembangan dan kelestarian tari Topeng Rahwana di sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis. Sebagai salah satu warisan budaya yang kini keberadaannya hampir punah dengan cara mengabadikan dalam bentuk karya tulis, sehingga kesenian tersebut dapat terdokumentasikan.
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini :
1) Sanggar Mekar Budaya Sari
Dengan adanya penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan masukan untuk pembinaan dan pemberdayaan kesenian tari Topeng Rahwana khususnya. Memberikan motivasi kepada para pelaku seniman atau generasi penerus untuk tetap berkreasi dan mengembangkan kualitas sehingga Topeng Rahwana di Kabupaten Ciamis ini mampu hadir sebagai seni yang digemari masyarakat.
2) Masyarakat Setempat
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi tertulis mengenai tari Topeng Rahwana di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis. Sebagai wawasan
(21)
6
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
baru dan semangat baru untuk eksis dalam menggeluti seni tradisional dan berusaha melestarikan serta mempertahankan seni budaya lokal.
c. Manfaat Akademis
Dapat menambah wawasan pengetahuan bagi insan akademik di lingkungan Perguruan Tinggi. Memberi dan menambah sumber kepustakaan yang dapat dijadikan bahan kajian dan bacaan bagi para mahasiswa khususnya bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari. Umumnya seluruh civitas akademik dengan harapan menambah wawasan keilmuan mengenai kebudayaan lokal khususnya Topeng Rahwana ini.
d. Manfaat Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang keberadaan Tari Topeng Rahwana, serta srtuktur gerak dan unsur-unsur pendukung lainnya yang ada pada Tari topeng Rahwan Kabupaten Ciamis.
(22)
32
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Sanggar Mekar Budaya Sari yang beralamat di Dusun Pasir Limus RT 04 RW 09 Desa Ciliang Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis Selatan Jawa Barat.
2. Subjek Penelitian
Sampel yang diambil dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, dengan disertai pertimbangan alasan-alasan tertentu di dalam pengambilan atau penentuan sampelnya untuk tujuan tertentu, yang dipilih untuk
dijadikan sampel oleh peneliti sebagai bahan penelitian adalah “Tari Topeng
Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”.
B. Desain penelitian
Menurut Arikunto (1998:16) bahwa :
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan guna mencapai hasil atau tujuan yang memuaskan, maka secara garis besarnya terdiri dari tiga tahap yang menitik beratkan pada kegiatan administrative yaitu pembuatan rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian dan pembuatan laporan penelitian.
Menurut pendapat di atas peneliti melakukan tahapan-tahapan penelitian diantaranya sebagai berikut:
Tahap-tahap Penelitian
1. Persiapan
Dalam tahap persiapan ini, peneliti memfokuskan terhadap masalah-masalah yang akan diteliti, langkah ini dikerjakan sebelum terjun ke lapangan. Persiapan dilakukan pada bulan Agustus 2012.
(23)
33
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah pemilihan materi, lokasi, masalah penelitian selanjutnya mengidentifikasi masalah yang akan diteliti. Menentukan topik dan judul penelitian, diusahakan judul tersebut tidak berubah sampai pada proses penulisan laporan penelitian yang akan dilakukan. Sebelum melaksanakan kegiatan survey terlebih dahulu peneliti mengamati lokasi yang akan diteliti, hal ini untuk memudahkan langkah kegiatan selanjutnya. 3. Orientasi
Kegiatan orientasi ini untuk mencari dan menggali sumber yang jelas baik sumber tertulis (studi kepustakaan) dan sumber lisan (narasumber) yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan objek penelitian, guna mendapatkan gambaran yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Survey dilaksanakan pada bulan September 2012 dilakukan untuk menentukan objek yang akan diteliti.
4. Menyusun Proposal Penelitian
Hasil survey di lapangan kemudian disusun menjadi proposal penelitian untuk diajukan kepada dewan skripsi dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapat pengarahan dan koreksi sehingga proposal dapat disetujui. Penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2012. Setelah disetujui kemudian dilaksanakan seminar proposal yang dilaksanakan pada bulan Desember 2012.
5. Menyelesaikan Administrasi Penelitian
Dalam hal ini peneliti melengkapi surat-surat atau administrasi yang diperlukan berupa: Surat Keputusan Judul dan penetapan Pembimbing, Surat Keterangan dari intansi terkait dalam hal ini perguruan tinggi seni Universitas Pendidik Indonesia (UPI) yang menjelaskan bahwa judul objek yang diteliti belum ada yang meneliti sebelumnya. Surat perijinan dari Rektor UPI Bandung melalui kepala BAAK UPI Bandung. Konsultasi dengan dosen pembimbing dimulai dari pembuatan proposal sampai dengan pengajuan skripsi, dari BAB I sampai BAB akhir secara kontinyu.
6. Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitin kualitatif, langkah penelitian tidak ditentukan secara pasti karena tidak memiliki batasan yang tegas, dikarenakan desain dan sasaran
(24)
34
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penelitian dapat terjadi berubah sewaktu-waktu. Peneliti melaksanakan penelitian pada bulan Januari-Februari 2013, peneliti melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Selain itu konsultasi dengan pembimbing agar pembuatan skripsi ini sesuai dengan harapan. Kemudian menyusun laporan penelitian, yang disusun secara lengkap dan benar dari mulai halaman judul sampai bab terakhir, yang terakhir melakukan penggandaan berdasarkan hasil perbaikan-perbaikan atau revisi.
C. Metode Penelitian
Ketepatan dalam memilih metode dapat memecahkan berbagai masalah penelitian yang ada. Dalam melakukan suatu kegiatan penelitian, metode merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat keberhasilan yang akan dicapai. Penggunaan metode yang tepat, penelitian yang dilakukan dapat berhasil dengan baik menghasilkan penelitian yang berkualitas, baik dilihat dari isi maupun pemaparannya.
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti di dalam mengumpulkan data penelitian untuk memperoleh jawaban atas masalah-masalah yang menjadi masalah peneliti. Untuk memecahkan berbagai masalah yang terdapat dalam judul penelitian tentang “Tari Topeng Rahawana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”, peneliti menggunakan metode deskriptif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode deskriptif. Desain kualitatif ini dipilih karena penelitian ini melihat objek kajian sebagai satu sistem. Dengan kata lain, objek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait. Metode deskriptif menurut Hatimah, dkk. (2007: 93) sebagai berikut:
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
(25)
35
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Metode deskriptif yang akan menggambarkan kondisi atau keadaan objek penelitian secara alamiah yang dianalisis perbagian dari objek yang kita teliti,
Arikunto (1996: 45) menjelaskan : “Metode deskriptif yaitu penelitian yang lebih
menekankan pada unsur-unsur yang diteliti atau dianalisis untuk memahami masalah yang diteliti”. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2010: 15) bahwa metode deskriptif adalah:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang aktual pada masa sekarang.
2. Data yang dikumpulkan mulai disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (karena itu metode ini sering disebut metode analitik).
Dipertegas oleh Surakhmad (1994-135) sebagai berikut:
Metode desktiptif merupakan istilah umum yang menganalisa, mengklasifikasikan dengan teknik survey, interview, angket, observasi dan juga pelaksanaan deskriptif tidak hanya terbatas sampai pengumpulan dan penyusunan data tetapi meliputi analis dan interpretasi tentang arti data itu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011: 15) yang menyatakan sebagai berikut:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Melalui metode dan pendekatan di atas, peneliti berharap dapat membantu menjawab semua permasalahan yang berhubungan dengan penelitian dengan cara menelaah objek yang diteliti dan ditujukan untuk memaparkan gejala-gejala yang terjadi di masyarakat sekarang, juga untuk mencapai tujuan penelitian deskriptif tersebut, dituangkan pula pada penelitian ini yakni data yang diperoleh dikumpulkan dan disusun, dijelaskan dan dianalisis yang akhirnya dapat
(26)
36
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menjawab persoalan atau rumusan masalah dalam penelitian tari topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis.
D. Definisi Operasional
Untuk memperjelas istilah dan menghindari terjadinya salah penafsiran terhadap judul penelitian yang diangkat yaitu „Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis”, maka peneliti memberikan batasan istilah yang terdapat dalam judul penelitian diantaranya:
Topeng Rahwana yaitu sebuah tarian menggunakan properti topeng (kedok) yang menutupi wajah seseorang. Sedangkan Rahwana adalah salah satu karakter dalam cerita Ramayana yang melambangkan sifat kesombongan, kelaliman dan keserakahan. Kurdi adalah seorang seniman yang berada di Kabupaten Ciamis, memiliki nama lengkap Kurdi Suryadi. Beliau mempunyai Sanggar Mekar Budaya Sari yang beralamat di Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis. Adapun pembahasannya, yaitu latar belakang tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi serta menguraikan struktur gerak dan unsur-unsur pendukung diantaranya kostum dan rias.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian tentang objek yang diteliti. Sebelum terjun langsung kepada objek penelitian, peneliti harus menyiapkan beberapa pedoman penelitian yang akan digunakan, diantaranya adalah:
a. Pedoman Observasi
Menurut Spradley (1980) mengatakan bahwa, “tahap observasi ada tiga yaitu 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus, 3) observasi terseleksi” (Sugiyono, 2011: 315). Pertama, pedoman observasi deskriptif yaitu dilakukan pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, melakukan deskripsi terhadap semua yang di lihat, di dengar,
(27)
37
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan di rasakan, observasi ini sering disebut grand tour observation. Langkah kedua melakukan obserpasi terfokus, peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu sebuah observasi yang telah disempitkan untuk di fokuskan pada aspek tertentu. Kemudian yang ketiga adalah observasi terseleksi adalah peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga data lebih rinci. Pedoman ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis objek penelitian.
b. Pedoman Wawancara
Esterberg (2002) mengemukakan “beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur dan wawancara tidak
terstruktur” (Sugiyono, 2011: 319). Pedoman wawancara berisi beberapa
pertanyaan terkait yang akan diajukan kepada narasumber yang menjadi objek penelitian. Namun, peneliti memilih menggunakan wawancara tidak terstruktur atau terbuka. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara terbuka ini sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subyek penelitian. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul
“Metode Penelitian Pendidikan” (2011: 322-324), menurut Lincoln dan Guba
dalam Sanafiah Faisal, ada tujuh langkah penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
3. Mengawali atau membuka alur wawancara.
4. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
5. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
6. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
Adapun jenis pertanyaan dalam wawancara, Patton dalam Molleong (2002) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan yaitu:
1. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman.
2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat. 3. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan.
(28)
38
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Pertanyaan tentang pengetahuan.
5. Pertanyaan yang berkenaan dengan indera.
6. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi.
Alat-alat yang bisa digunakan dalam melakukan sebuah wawancara diantaranya buku catatan, tape recorder dan camera. Setelah itu baru peneliti melakukan pencatatan hasil wawancara.
c. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi ini berupa foto, video, perekam suara yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan pengamatan tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling penting karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Dilihat dari sumber terbagi menjadi dua, yang pertama sumber primer yaitu memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, atau informasi yang benar dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Observasi
Nasution (1988) menyatakan bahwa, “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan” (Sugiyono, 2011: 310). Melakukan observasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Harus diketahui dimana observasi itu akan dilakukan. 2. Harus ditentukan siapa saja yang akan diobservasi.
3. Harus diketahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan yang relevan dengan tujuan penelitian.
(29)
39
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Harus diketahui tentang cara-cara hasil observasi.
Seperti yang dikemukakan oleh Alwasilah (2002:155) sebagai berikut : Lewat observasi ini, penelitian akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan (tacit understanding), bagaimana teori itu digunakan langsung (theory-in-us) dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil lewat wawancara atau survey.
Pengamatan bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan langsung yaitu dilakukan pada saat penelitian berlangsung, sedangkan pengamatan tidak langsung bisa berupa dokumentasi vedio, gambar, rekaman yang bisa digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan penelitian. Sebagaimana diungkapkan oleh (Arikunto, 1996:146) sebagai berikut :
Observasi atau yang disebut pula pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sebuah objek dengan menggunakan seluruh indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penciuman.
Observasi dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana keberadaan atau eksistensi tari topeng rahwana di kecamatan Parigi kabupaten Ciamis serta dampaknya baik terhadap penari, pimpinan grup, pemusik, dan pendukung lainnya, perlu dilakukan pengamatan secara detail. Adapun langkah-langkah peneliti sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan observasi awal pada tanggal 14-16 Sepetember 2012 untuk mencari sumber yang jelas baik tertulis maupun sumber lisan. Namun peneliti hanya mendapatkan sumber lisan dan dokumentasi berupa foto. Pada tahun 80-an sangat sulit jika ingin mendokumentasikan baik secara tertulisan ataupun dokumentasi berupa video. Peneliti memastikan keberadaan tari Topeng Rahwana pada saat ini, dan berusaha mencari tahu sejarah tari topeng Rahwana pada tahun 80-an dengan mewawancarai narasumber yaitu bapak Kurdi Suryadi. Tujuan peneliti melakukan observasi pertama yaitu untuk menyusun proposal pengajuan judul skripsi.
(30)
40
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Observasi kedua dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2012 sampai 4 Januari 2013. Penelitian dilakukan sekitar satu minggu, untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang topeng Rahwana.
3. Hari pertama pada tanggal 27 Desember 2012 peneliti menuju Kantor
Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
(Dinkesbangpolinmas) Kabupaten Ciamis untuk memberikan surat ijin penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia yang ditujukan kepada Ketua Dinkesbangpolinmas). Kemudian Dinkesbangpolinmas memberikan surat ijin penelitian untuk diserahkan kepada Ketua Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, Bapak Camat Kecamatan Parigi, dan Ketua Sanggar Mekar Budaya Sari.
4. Hari berikutnya peneliti menuju lokasi tempat penelitian yaitu yang beralamat di Dusun Pasir Limus RT 04 RW 09 Desa Ciliang Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis.
Hal itu dimaksudkan agar mendapatkan semua informasi dan data dari lokasi penelitian secara langsung, yaitu dengan cara melihat struktur gerak dan unsur-unsur pendukung lainnya seperti busana, tata rias dan iringan tari serta mengenai latar belakang penciptaan tari topeng Rahwana gaya Kurdi suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setelah kegiatan observasi ini dilakukan, dapat diperoleh sejumlah data yang diperlukan untuk merumuskan segala sesuatu yang ingin diketahui dalam kegiatan penelitian ini. Kegiatan observasi terhadap tari topeng Rahwana dan agar pengamatannya lebih terfokus terhadap masalah-masalah yang sedang dikaji, maka di dalam melakukannya peneliti berpedoman kepada pedoman observasi yang peneliti buat (terlampir).
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Menurut Esterberg (2002) yang artinya dalam bahasa Indonesia, “wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu” (Sugiyono, 2011: 317).
(31)
41
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi. Dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait kepada narasumber yang dijadikan objek penelitian. Orang-orang yang akan di wawancarai diantaranya para seniman dan pelaku/penari Topeng Rahwana, para nayaga di sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis, selain itu mengajukan pertanyaan tentang kesenian tari topeng rahwana kepada kepala seksi bidang kebudayaan di dinas pariwisata kabupaten Ciamis, adapun jadwal wawancara yang dilakukan:
1. Pada hari Kamis tanggal 27 Desember 2012, peneliti menyelesaikan administrasi, yaitu mengurus surat perijinan penelitian ke pemerintahan Kabupaten Ciamis diantaranya ke Kantor Dinas Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat, Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Kantor Kecamatan Parigi.
2. Pada hari kedua Jum‟at tanggal 28 Desember 2012, peneliti
mewawancarai Bapak Eman sebagai seksi bidang kebudayaan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu menanyakan keberadaan tari topeng Rahwana di Kabupaten Ciamis. Kemudian peneliti meminta data-data kebudayaan yang ada di Kabupaten Ciamis dan yang tercatat di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
3. Pada tanggal 29-30 Desember 2012 peneliti mewawancarai Kurdi Suryadi
sebagai ketua sanggar Mekar Budaya Sari, yaitu untuk mengetahui latar belakang penciptaan, srtuktur gerak, tata busana dan tata rias tari topeng Rahwana.
4. Tangga 31 Desember 2012 dan tanggal 1 Januari 2013 peneliti
mewawancari penari topeng Rahwana, yang bernama Enah yaitu anak didik di sanggar Mekar Budaya Sari sekaligus beliau adalah anak pertama dari Kurdi Suryadi. Peneliti ingin mengetahui proses berlatih atau cara mempelajari tari Topeng Rahwana tersebut, selain itu peneliti ingin mengetahui lebih lengkap keberadaan atau minat masyarakat topeng rahwana sekitar 80-an dan keadaannya pada saat ini.
(32)
42
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Pada 2-3 Januari 2013, peneliti mewawancarai nayaga sanggar Mekar Budaya Sari yaitu Bapak Lukman. Peneliti menanyakan tentang iringan tari Topeng Rahwana.
6. Hari terakhir Jum‟at 4 Januari 2013, peneliti mengecek kembali apa yang
sudah di teliti, dihawatirkan ada data-data yang kurang lengkap.
Hal ini untuk memfokuskan proses pengumpulan data yang disesuaikan dengan permasalahan yang sedang diteliti, maka di dalam wawancara dengan semua informan akan difokuskan kepada semua hal yang berkaitan dengan masalah yang ada. Dari pimpinan sanggar peneliti ingin menggali tentang sejarah berdirinya sanggar, perkembangannya, proses regenerasi, pembinaan keterampilan para penari, dan masalah-masalah keorganisasian sanggar yang di pimpinnya. Hal-hal yang ditanyakan kepada penari berkaitan dengan proses latihan dan pertunjukkan. Kepada tokoh masyarakat dan pemerintahan setempat peneliti ingin memperoleh data tentang perkembangan Topeng Rahwana. Pada saat proses wawancara peneliti terfokus pada permasalahan yang sedang diteliti sehingga peneliti berpedoman kepada pedoman wawancara yang telah peneliti siapkan.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari beberapa sumber lain, yakni berupa buku, makalah, artikel, maupun hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan objek penelitian. Informasi yang didapat dari sumber-sumber tersebut akan digunakan sebagai rujukan untuk memperkuat argumentasi. Beberapa litelatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Menurut Suanda dalam bukunya yang berjudul Tari Topeng Cirebon (2009), buku ini memaparkan tentang pertunjukan Topeng Cirebon serta koreografi dan aspek-aspeknya. Membantu peneliti dalam membedakan topeng rahwana Cirebon dengan topeng Rahwana yang ada di Ciamis.
Buku yang berjudul Topeng Cirebon (Buku 1) ditulis oleh Masunah dan Karwati (2003), buku ini memaparkan tentang Topeng Cirebon dan masyarakat pendukungnya, struktur, gaya, estetika, cerita, unsur-unsur pendukung serta pewarisan topeng Cirebon.
(33)
43
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Skripsi yang berjudul Tari Topeng Rahwana Abah Entis dalam Pertunjukan Bejang di Ujungberung Kota Bandung yang ditulis oleh Vaola Tresna Yulia (Bandung: UPI, 2008). Skripsi ini membantu penulis dalam memaparkan tentang pengertian topeng dan karakteristik Rahwana dalam cerita Ramayana.
Artikel “Terkenal Topeng Cirebon” yang ditulis oleh Karnita dalam
majalah Bhineka Karya Winaya membantu menambah referensi tentang eksistensi Tari Topeng Rahwana saat ini.
Buku yang berjudul Bunga Rampai tarian Khas Jawa Barat yang ditulis oleh Rosala, dkk. (1999), buku ini memaparkan tentang jangre tari di Jawa Barat yang didalamnya terdapat pembahasan tentang tata rias serta tata busana lima rumpun tari priangan, Tari Topeng Cirebon, berikut sejarah masuknya tari Topeng ke daerah selatan Jawa Barat.
Buku yang berjudul Tari Sunda Dulu, Kini dan Esok yang ditulis oleh Narawati dan Soedarsono (2005), buku ini memaparkan tentang tari-tarian Sunda yang didalamnya terdapat pembahasan tentang sejarah masuknya tari Topeng Rahwana ke Jawab Barat.
Buku yang berjudul Dramatari di Indonesia, Kontinuitas dan Perubahan, ditulis oleh Soedarsono R.M dan Tati Narawati (2011). Buku ini memaparkan tentang pertunjukan drama tari yang di dalamnya mengulas tentang sejarah masuknya Tari Topeng yang berawal dari Jawa Tengah masuk ke daerah Jawa Barat.
Buku-buku di atas sangat membantu peneliti untuk menambah referensi penelitian tentang Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis.
d. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu cara melihat data-data atau dokumen-dokumen yang ada serta untuk mendokumen-dokumentasi peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan dokumentasi. Bogdan dalam Sugiyono (2007: 82,83)
(34)
44
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pribadi digunakan untuk mengacu ke beberapa hasil narasi pribadi sendiri, yang menggambarkan perilakunya sendiri dan kepercayaan atas pengalamannya itu”.
Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik yang telah ada. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengabadikan kegiatan penelitian pada objek yang diteliti baik menggunakan foto maupun video, yakni dengan mengamati struktur gerak, busana serta tata rias Tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi di Sanggar Mekar Budaya Sari Kabupaten Ciamis. Studi ini juga dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen yang telah ada sebelumnya baik yang terdapat dalam majalah, koran, cerita maupun penelitian-penelitian terdahulu. Dokumentasi yang sudah di dapat sangat diperlukan untuk memberikan data atau gambaran nyata, baik berupa foto sedang latihan, keberadaan sanggar, ataupun berupa tulisan yang ada hubungannya dengan materi bahan skripsi yang didapatkan dilapangan, hal ini akan berpengaruh besar untuk laporan penelitian, sebagai bahan atau fakta dalam pembuatan laporan ini. Gambar terlampir.
G. Analisis Data
Bogdan menyatakan bahwa “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” (Sugiyono, 2011: 334). “Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi
hipotesis” (Sugiyono, 2011: 335). Data yang telah terkumpul selanjutnya akan
diolah ke dalam laporan penelitian. Analisis data seperti yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008: 337) terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, polanya dan membuang yang tidak penting. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
(35)
45
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam mereduksi data setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan penelitian yang ingin dicapai.
b. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c. Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan. Dalam proses penarikan kesimpulan dilakukan dengan triangulasi, yakni dengan menggabungkan berbagai instrumen penelitian dan data yang telah dihasilkan. Kesimpulan ini diharapkan menjadi suatu temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek penelitian yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Dengan demikian, kesimpulan yang dibuat oleh peneliti dapat menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian.
(36)
117
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tari Topeng Rahwana ini diciptakan oleh Kurdi Suryadi pada tahun 1971, dan berkembang di sekitar Kabupaten Ciamis. Riwayat penciptaan tari topeng Rahwana berawal ketika beliau manggung di daerah Cijulang, mementaskan wayang golek, Kurdi hanya dipanggil menjadi juru kendang. Sebelum pementasan wayang golek, yang memiliki hajat meminta waktu sebentar kepada dalang untuk mengijinkan pementasan tari Topeng Rahwana, dari Tasikmalaya. Sebelumnya tidak ada kordinasi antara penyumbang dengan Kurdi, tarian apa yang akan di tampilkan dan siapa yang akan mengiringinya, sehingga dia merasa kebingungan ketika penari tersebut sudah siap di atas panggung. Pada saat itu penonton sangat banyak, tumpah ruah di sekeliling panggung. Kurdi merasa malu, ternyata yang akan dipentaskan adalah tari Topeng Rahwana. Kurdi tidak mampu memainkan tepak kendang bendrong ibing Topeng tersebut, karena dia sama sekali belum pernah mempelajari tarian Topeng Rahwana. Pada saat itu juga Toto menyapa dari belakang dan menyuruh Kurdi untuk bergeser pindah ke bagian gong, dia menjadi juru kendang, ternyata penari itu adalah muridnya. Dari cerita inilah Kurdi memutuskan untuk belajar Tari Topeng Rahwana kepada Toto di daerah Tasikmalaya, di SGBS (Sanggar Budaya Sunda).
Selama dua minggu Kurdi belajar tari Topeng Rahwana, kemudian pulang kembali ke daerah Cibenda. Tari Topeng Rahwana yang sudah Kurdi dapatkan itu di kreasikan lagi, gerakannya ditambah, musiknyapun berbeda dengan apa yang sudah diajarkan oleh Toto. Pada pementasan tari Topeng Rahwana ini diselipkan dialog di awal, tengah dan akhir yang menceritakan gandrungnya Rahwana oleh Dewi Sinta. Bahasanya menggunakan bahasa Jawa campur Sunda dan ceritanya diambil dari pertunjukan wayang Golek yang berjudul “Rahwana Gandrung”. Pada intinya tarian ini lebih dikreasikan karena disesuaikan dengan daerah yang Kurdi tempati (Ciamis Selatan). Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini tidak jauh berbeda dengan topeng Rahwana Cirebon ataupun topeng Rahwana
(37)
118
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Priangan. Hanya saja lebih cenderung ke topeng Priangan, karena ceritanya diambil dari Ramayana.
Tari topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini tidak jauh berbeda dengan topeng Rahwana/Klana yang ada di Priangan. Memiliki 34 gerak pokok, terbagi menjadi empat babak yang pertama bata rubuh, lalamba, keringan, dan yang terakhir badayaan. Struktur geraknya dibagi menjadi empat bagian yaitu gerak peralihan/perpindahaan (kebut sampur, cindek), gerak murni (capang, tumpang tali), gerak maknawi (nyawang manggut) dan yang terakhir adalah gerak penguat ekspresi (mincid ageung).
Busana yang digunakan tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini hampir secara keselurukan berwarna merah. Menurut Kurdi merah mewakili watak Rahwana yang sangat gagah tapi bertabeat buruk, angkuh, serakah, dan tidak bisa mengendalikan hawa napsu. Makutanya bernama Sekar Kelewih, bagian belakangnya disebut Garuda Mungkur motif Gajah Menga. Bentuk atau bagian-bagian pada kedok Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini berbeda dengan topeng Rahwana Priangan pada umumnya. Bagian dahi memiliki ukiran makota yang dinamakan sekar kuluwih, kemudian memiliki lis yang berwarna emas melintang di dahinya. Matanya berbentuk cindul teureup, dahinya berbentuk cunong, hidungnya disebut jungir, dan giginya anggaresol. Kemudian pada telinganya menggunakan susumping, tanggannya memakai kilat bahu di tangan bagian atas dan gelang tangan di pergelangan tangan. Baju kutung, rompi, tempal dada, pelayang, dodot motif rereng, beubeur, celana kutung dan gelang kaki.
Tata rias yang digunakna dalam topeng Rahwana gaya Kurdi ini cukup dengan riasan cantik (character makeup) yang menggambarkan seorang Putri Dewi Sinta. Alis berbentuk jeler paeh nangal sapisan, di tengah-tengah antara alis disebut dengan titik pupusti. Eye shadow berwarna biru menggambarkan keagungan, dibalut dengan warna emas melambangkan kemewahan. Bibir berwarna merah melambangkan keberanian, pintar berbicara, dan jambang bebenntuk puput gedang. Pipi menggunakan blushon agar terlihat lebih berbuah.
Alat musik yang digunakan adalah saron I, saron II, bonang, rincik, satu kendang indung, kulanter, gong, kempul, ricik, jenglong, gambang, kecrek,
(38)
119
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
demung, peking, dan rebab. Babak pertama bata rubuh di iringi musik instrument topeng wadon, bagian lalamba di iringi rumyang untuk liriknya bebas biasanya menggunakan sisindiran, keringan iringan musiknya bendrong kulon dan lirik masih menggunakan sisindiran dan yang terakhir badayaan menggunakan iringan musik badayaan ½ wilet.
Namun seiring perjalanan karirnya Kurdi sering berpindah tempat dengan dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Pada akhirnya pakum dan kini mulai terlupakan.
B. Saran
Kesenian tradisional yang berada di sekitar kita adalah milik dan kebanggaan kita sebagai masyarakatnya, maka sudah sepantasnya dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk berusaha melestarikan kesenian tradisional yang kita punya, begitu pula halnya dengan topeng Rahwana. Dalam kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran kepada:
1. Para peneliti selanjutnya, masih banyak hal yang bisa digali dan diteliti. Seyogyanya bahwa tarian ini perlu adanya regenerisasi yaitu untuk merevitalisasi tari Topeng Rahwana gaya Kurdi di sanggar Mekar Budaya Sari kabupaten Ciamis dengan menggunakan teknik-teknik penelitian yang lebih sempurna. Perlu pengkajian lebih mendalam mengenai asfek-asfek yang ada di dalamnya untuk perkembangan seni dan perkembangan keilmuan terutama ilmu pendidikan seni tari, sehingga ada kontribusi yang signifikan, dan bisa menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kelangsungan dan perkembangan kesenian tersebut kelak di kemudian hari.
2. Jurusan Pendidikan Seni Tari, dilihat dari sudut pandang keilmuan tari Topeng Rahwana memiliki unsur gerak yang bisa dipelajari, bisa diambil dari perwatakannya, sehingga mengenai kesenian topeng bisa bertambah.
3. Masyarakat merupakan dukungan terbesar dari keberadaan suatu kesenian tradisional. Oleh sebab itu, dimulai dari sekarang lebih di pupuk dan lebih ditumbuhkan lagi rasa kecintaan terhadap kesenian tradisional, karena kalau
(39)
120
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bukan kita sebagai masyarakatnya siapa lagi yang akan menjaga kelestarian tradisional.
4. Sebagai salah satu potensi seni tradisi di Kabupaten Ciamis, peneliti
menyarankan kepada instansi terkait agar lebih memperhatikan
perkembangan dan kelestarian Topeng Rahwana khususnya dan kesenian tradisional yang lain yang berada di kabupaten Ciamis pada umumnya. Misalnya dengan cara mengadakan pameran dan gelar kesenian tradisional Ciamis, ataupun kegiatan lain yang bertujuan untuk tetap menjaga dan memperkenalkan kesenian tradisional kepada masyarakat luas khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, termasuk memberikan donasi pembinaannya.
(40)
121 Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya. (1988). Motivasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Amsar Suanda, Toto. (2009). Tari Topeng Cirebon Bahan Ajar. Bandung: Jurusan Tari STSI.
Arikunto, Suharsimi (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Atmadibrata, Enoch. (1976). Kreativitas Dalam Seni Tari Sunda. Bandung: ASTI.
Caturwati, Endang dan Sudjatmi, Sri. (1984). Tata Rias Tari Sunda. Bandung: ASTI.
Caturwati, Endang, dkk. (1997). Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung: STSI Press.
Hatimah, Ihat, Susilana, Rudi dan Aedi, Nur. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.
Humphrey, Doris. (1983). Seni Menata Tari. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
Karnita. (2011). “Terkenang Topeng Cirebon”. Bhineka Karya Winaya. Khayam, U. (1981), Seni Tradisional Masyarakat. Jakarta: PT. Djaya Pirusa. Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Kussudiardja, Bagong. (2000). Bagong Kussudiardja dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Padepokan Press Yayasan Bagong Kussudiardja.
Murgiyanto, Sal. (1983). Koreografi. Jakarta: Proyek Pengadaan Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
---. (1986). Dasar-dasar Koreografi Tari, Artikel dalam buku pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(41)
122
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
---. (1986). Komposisi Tari, Artikel dalam Buku Pengetahuan Elementari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Narawati, Tati. dan Soedarsono. (2005). Tari Sunda Dulu, Kini dan Esok. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional Universitas Pendidikan Indonesia (P4ST UPI).
---. (2003). Seni dan Pendidikan Seni Sebuah Bunga Rampai. Bandung: P4ST UPI.
Rosala, Dedi. dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press.
Rusliana, Iyus. (2008). Penciptaan Tari Sunda Gagasan Global Bersumber Nilai-nilai Lokal. Bandung: The Eksyezet.
Sediawati, E. (1993). Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar HARAPAN
Soedarsono,R.M. dan Tati Narawati. (2011). Dramatari di Indonesia, Kontinuitas dan Perubahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suanda, Toto Asmar. (2001). Topeng Cirebon dan Perubahan. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional STSI.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Ben. (1985). Komposis Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti.
Sumardjo, Y. (2002). Tafsir Kosmologi Topeng Cirebon. Bandung: STSI Bandung.
Surahmad, Winaryo. (1984) Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.
Surjaatmadja. (2009). Tari Topeng Cirebon dan Pernannya di
Masyarakat.Bandung: STSI PRESS
Tim Penyusun Kamus dan Pengembangan Bahasa. (1984). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka.
(42)
123
Asti Purnamasari, 2013
Tari Topeng Rahwana Gaya Kurdi Suryadi Di Sanggar Mekar Budayasari Kabupaten Ciamis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tresna Yulia, Faola. (2008). Tari Topeng Rahwana Abah Entis dalam Pertunjukan Bejang di Ujungberung Kota Bandung. Skripsi. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
(1)
118
Priangan. Hanya saja lebih cenderung ke topeng Priangan, karena ceritanya diambil dari Ramayana.
Tari topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini tidak jauh berbeda dengan topeng Rahwana/Klana yang ada di Priangan. Memiliki 34 gerak pokok, terbagi menjadi empat babak yang pertama bata rubuh, lalamba, keringan, dan yang terakhir badayaan. Struktur geraknya dibagi menjadi empat bagian yaitu gerak peralihan/perpindahaan (kebut sampur, cindek), gerak murni (capang, tumpang tali), gerak maknawi (nyawang manggut) dan yang terakhir adalah gerak penguat ekspresi (mincid ageung).
Busana yang digunakan tari Topeng Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini hampir secara keselurukan berwarna merah. Menurut Kurdi merah mewakili watak Rahwana yang sangat gagah tapi bertabeat buruk, angkuh, serakah, dan tidak bisa mengendalikan hawa napsu. Makutanya bernama Sekar Kelewih, bagian belakangnya disebut Garuda Mungkur motif Gajah Menga. Bentuk atau bagian-bagian pada kedok Rahwana gaya Kurdi Suryadi ini berbeda dengan topeng Rahwana Priangan pada umumnya. Bagian dahi memiliki ukiran makota yang dinamakan sekar kuluwih, kemudian memiliki lis yang berwarna emas melintang di dahinya. Matanya berbentuk cindul teureup, dahinya berbentuk cunong, hidungnya disebut jungir, dan giginya anggaresol. Kemudian pada telinganya menggunakan susumping, tanggannya memakai kilat bahu di tangan bagian atas dan gelang tangan di pergelangan tangan. Baju kutung, rompi, tempal dada, pelayang, dodot motif rereng, beubeur, celana kutung dan gelang kaki.
Tata rias yang digunakna dalam topeng Rahwana gaya Kurdi ini cukup dengan riasan cantik (character makeup) yang menggambarkan seorang Putri Dewi Sinta. Alis berbentuk jeler paeh nangal sapisan, di tengah-tengah antara alis disebut dengan titik pupusti. Eye shadow berwarna biru menggambarkan keagungan, dibalut dengan warna emas melambangkan kemewahan. Bibir berwarna merah melambangkan keberanian, pintar berbicara, dan jambang bebenntuk puput gedang. Pipi menggunakan blushon agar terlihat lebih berbuah.
Alat musik yang digunakan adalah saron I, saron II, bonang, rincik, satu kendang indung, kulanter, gong, kempul, ricik, jenglong, gambang, kecrek,
(2)
demung, peking, dan rebab. Babak pertama bata rubuh di iringi musik instrument topeng wadon, bagian lalamba di iringi rumyang untuk liriknya bebas biasanya menggunakan sisindiran, keringan iringan musiknya bendrong kulon dan lirik masih menggunakan sisindiran dan yang terakhir badayaan menggunakan iringan musik badayaan ½ wilet.
Namun seiring perjalanan karirnya Kurdi sering berpindah tempat dengan dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Pada akhirnya pakum dan kini mulai terlupakan.
B. Saran
Kesenian tradisional yang berada di sekitar kita adalah milik dan kebanggaan kita sebagai masyarakatnya, maka sudah sepantasnya dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk berusaha melestarikan kesenian tradisional yang kita punya, begitu pula halnya dengan topeng Rahwana. Dalam kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran kepada:
1. Para peneliti selanjutnya, masih banyak hal yang bisa digali dan diteliti. Seyogyanya bahwa tarian ini perlu adanya regenerisasi yaitu untuk merevitalisasi tari Topeng Rahwana gaya Kurdi di sanggar Mekar Budaya Sari kabupaten Ciamis dengan menggunakan teknik-teknik penelitian yang lebih sempurna. Perlu pengkajian lebih mendalam mengenai asfek-asfek yang ada di dalamnya untuk perkembangan seni dan perkembangan keilmuan terutama ilmu pendidikan seni tari, sehingga ada kontribusi yang signifikan, dan bisa menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kelangsungan dan perkembangan kesenian tersebut kelak di kemudian hari.
2. Jurusan Pendidikan Seni Tari, dilihat dari sudut pandang keilmuan tari Topeng Rahwana memiliki unsur gerak yang bisa dipelajari, bisa diambil dari perwatakannya, sehingga mengenai kesenian topeng bisa bertambah.
3. Masyarakat merupakan dukungan terbesar dari keberadaan suatu kesenian tradisional. Oleh sebab itu, dimulai dari sekarang lebih di pupuk dan lebih ditumbuhkan lagi rasa kecintaan terhadap kesenian tradisional, karena kalau
(3)
120
bukan kita sebagai masyarakatnya siapa lagi yang akan menjaga kelestarian tradisional.
4. Sebagai salah satu potensi seni tradisi di Kabupaten Ciamis, peneliti menyarankan kepada instansi terkait agar lebih memperhatikan perkembangan dan kelestarian Topeng Rahwana khususnya dan kesenian tradisional yang lain yang berada di kabupaten Ciamis pada umumnya. Misalnya dengan cara mengadakan pameran dan gelar kesenian tradisional Ciamis, ataupun kegiatan lain yang bertujuan untuk tetap menjaga dan memperkenalkan kesenian tradisional kepada masyarakat luas khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, termasuk memberikan donasi pembinaannya.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya. (1988). Motivasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Amsar Suanda, Toto. (2009). Tari Topeng Cirebon Bahan Ajar. Bandung: Jurusan Tari STSI.
Arikunto, Suharsimi (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Atmadibrata, Enoch. (1976). Kreativitas Dalam Seni Tari Sunda. Bandung: ASTI.
Caturwati, Endang dan Sudjatmi, Sri. (1984). Tata Rias Tari Sunda. Bandung: ASTI.
Caturwati, Endang, dkk. (1997). Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung: STSI Press.
Hatimah, Ihat, Susilana, Rudi dan Aedi, Nur. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI PRESS.
Humphrey, Doris. (1983). Seni Menata Tari. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
Karnita. (2011). “Terkenang Topeng Cirebon”. Bhineka Karya Winaya. Khayam, U. (1981), Seni Tradisional Masyarakat. Jakarta: PT. Djaya Pirusa.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kussudiardja, Bagong. (2000). Bagong Kussudiardja dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Padepokan Press Yayasan Bagong Kussudiardja.
Murgiyanto, Sal. (1983). Koreografi. Jakarta: Proyek Pengadaan Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
---. (1986). Dasar-dasar Koreografi Tari, Artikel dalam buku pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(5)
122
---. (1986). Komposisi Tari, Artikel dalam Buku Pengetahuan Elementari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Narawati, Tati. dan Soedarsono. (2005). Tari Sunda Dulu, Kini dan Esok. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional Universitas Pendidikan Indonesia (P4ST UPI).
---. (2003). Seni dan Pendidikan Seni Sebuah Bunga Rampai. Bandung: P4ST UPI.
Rosala, Dedi. dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press.
Rusliana, Iyus. (2008). Penciptaan Tari Sunda Gagasan Global Bersumber Nilai-nilai Lokal. Bandung: The Eksyezet.
Sediawati, E. (1993). Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar HARAPAN
Soedarsono,R.M. dan Tati Narawati. (2011). Dramatari di Indonesia, Kontinuitas dan Perubahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suanda, Toto Asmar. (2001). Topeng Cirebon dan Perubahan. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional STSI.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Ben. (1985). Komposis Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti.
Sumardjo, Y. (2002). Tafsir Kosmologi Topeng Cirebon. Bandung: STSI Bandung.
Surahmad, Winaryo. (1984) Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.
Surjaatmadja. (2009). Tari Topeng Cirebon dan Pernannya di Masyarakat.Bandung: STSI PRESS
Tim Penyusun Kamus dan Pengembangan Bahasa. (1984). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka.
(6)
Tresna Yulia, Faola. (2008). Tari Topeng Rahwana Abah Entis dalam Pertunjukan Bejang di Ujungberung Kota Bandung. Skripsi. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.