TARI TOPENG MAK YONG DI SANGGAR MAK YONG CILIK TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU.
TARI TOPENG MAK YONG
DI SANGGAR MAK YONG CILIK
TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU
SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Seni Tari
Oleh
Yulia Afrianti
0901737
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
(2)
TARI TOPENG MAK YONG
DI SANGGAR MAK YONG CILIK
TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Oleh
Yulia Afrianti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
©
Yulia Afrianti
2013 Universitas Pendidikan IndonesiaOktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
ABSTRAK
Tari Topeng Mak Yong merupakan salah satu seni tradisional yang terdapat dalam kesenian Mak Yong yang berkembang di Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Kesenian Mak Yong sendiri sudah berada dari kalangan istana dahulu. Saat ini Tari Topeng Mak Yong adalah salah satu bentuk kesenian tradisional di Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Pada awalnya kesenian Mak Yong bermula di lingkungan istana, setelah mengalami pergeseran dan Mak Yong memasuki kawasan Kepulauan Riau, Tari Topeng Mak Yong dalam kesenian Mak Yong dipertunjukkan ketika para petani atau nelayan pulang dari bekerja dan berkumpul dengan warga sekitar untuk melepaskan lelah. Selain itu juga Mak Yong adalah sebagai tanda rasa syukur atas hasil panen. Tetapi saat ini Tari Topeng Mak Yong dalam kesenian Mak Yong sudah dipertunjukkan sebagai hiburan rakyat semata, karena di dalam kesenian Mak Yong terdapat nasehat dan kata-kata jenaka sebagai penghibur. Pemilihan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang unsur dan struktur gerak Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Kepulauan Riau dan faktor-faktor bertahannya Mak Yong di lingkungan masyarakat. Hal-hal yang ingin diketahui baik dalam unsur yang terdapat dalam pertunjukkan Mak Yong yang masih tetap ada dan yang sudah tidak digunakan, struktur gerak tari dalam pertunjukkan Mak Yong, Tata Busana dan Tata Rias yang digunakan dan Musik pengiringnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa struktur gerak tarian yang terdapat dalam Tari Topeng Mak Yong memiliki pakem-pakem yang khusus diantaranya: gerakan bertabik, gerakan menghadap rebab, gerakan menggulung tali, gerakan canggai dan gerakan inang atau gerakan bergembira sebagai penutup pertunjukkan kesenian Mak Yong. Sedangakan unsur dari Tari Topeng Mak Yong sangatlah mempengaruihi dalam pertunjukkan tetapi saat ini unsur-unsur tersebut tidak digunakan selain Topeng sebagai properti dalam pertunjukkan Mak Yong.
Kata Kunci : Tari Topeng Mak Yong Cilik Tanjungpinang Di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
(5)
ABSTRACT
Mak Yong mask dance is one of the tradisional arts in the arts are thriving in the Mak Yong Tanjungpinang Riau Islands Province. Art it self has been Mak Yong of the palace first currently Mak Yong mask dance is one of the traditional art from in Tanjungpinang Riau Islands Province. At first the art Mak Yong began at the court, after a shift and Mak Yong enter the area Riau Islands Province, mask Mak Yong dance in art Mak Yong perfomed when farmeres ang fishermen come here from work an gather with surrounding residents to release tired. It also Mak Yong is a sign of gratitude for the harvest. But time this Mak Yong mask dance art Mak Yong folk already perfomed as entertaiment only, because in the art there are Mak Yong advice and witty words as an entertainer. The selection method used in this research is descriptive. This study was conclucted to gainan over view ogthe compenents and the structure of the mask dance in the studio Mak Yong little Tanjungpinang Riau Islands Province and survival factors Mak Yong in society. Things you want to know both the elements contained in the Mak Yong show that there still remain and that is not used, the structure of dance in the show Mak Yong, fashion and make up that there used and the accompanying music. The data collection techniques were perfomed in this study is observation, interviews, library reseach and documentation. Based on the result obtained from the data that dance motion structure contained in the Mak Yong mask dance has a special grips which include bertabik motion, menghadap
rebab motion, menggulung tali motion, canggai motion, and inang motion or
happy motion as cover art perfomance Mak Yong. While the elements of Mak Yong mask dance is affecting the current perfomances but these elements are not used other than as a mask in the show Mak Yong property.
(6)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Metode Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... F. Asumsi ... G. Struktur Organisasi ...
1 1 5 5 6 7 8 8
BAB II KAJIAN TEORETIS ...
A. Penelitian yang Relevan ... B. Mak Yong ... C. Teori Struktur dan Unsur Pertunjukan ... D. Teori Sosiologi Kebudayaan ...
11
11 12 18 23
BAB III METODELOGI PENELITIAN ...
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian ... 2. Subjek Penelitian ... B. MetodePenelitian ... C. Definisi Operasional ... D. Instrumen Penelitian ... 1. Pedoman Wawancara ... 2. Lembar Observasi ... E. Teknik Pengumpulan Data ...
1. Observasi ... 2. Wawancara ... 3. Dokumentasi ... 4. Studi Pustaka ... 5. Tahap-Tahap Penelitian ...
26 26 26 26 26 28 29 30 30 30 31 32 34 35 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Hasil Penelitian ... 1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 2. Struktur Penyajian Tari Topeng Mak Yong ...
40 40 41
(7)
3. Unsur Penyajian Tari Topeng Mak Yong ... 4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Penyajian Pertunjukan Mak Yong di Lingkungan Masyarakat ... B. Pembahasan Penelitian ...
58
76 79
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 81
A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ...
81 82
DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM
LAMPIRAN
(8)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam kegiatan,di antaranya adalah “seni” yang di dalamnya termasuk seni tari.
Batasan “seni tari” sudah banyak dikemukakan oleh para ahli, yang
mengatakan bahwa tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diungkapkan lewat gerak ritmis dan indah yang telah mengalamai stilisasi dan distorsi. Tari merupakan salah satu cabang seni, dan bagian dari seni pertunjukan dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Peran tari dalam masyarakat mendapatkan perhatian besar. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja dan waktu kapan saja. Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai kegiatan seni tari dapat berfungsi sebagai sarana upacara dan adat istiadat yang tidak terpisahkan dalam kehidupan yang membentuknya.
Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata “sani” yang artinya Jiwa yang Luhur atau Ketulusan Jiwa. Dalam Bahasa Inggris dengan istilah “Art” (Artifisial) yang artinya adalah barang
atau karya sebuah kegiatan. Hal tersebut sesuai diungkapkan oleh Soedarsono SP (1988:16) bahwa seni adalah karya manusia yang mengandung kualitas dan nilai estetis dan aneka keahlian yang didapatkan dari pengalaman yang memungkinkan seseorang memiliki kecakapan membuat, menyusun dan merencanakan sesuatu secara sistematis dan tujuan mengungkapkan sesuai dengan prinsip-prinsip estetis, baik secara intuitif maupun kognitif.
Konsep ini, sejalan dengan berkembangnya kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang dinamis. Menurut Ki Hajar Dewantara seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya. Seni juga
(9)
2
memiliki nilai, “nilai” diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas
(Purwadarminto, 1967:667). Agar mempunyai nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang penting bermutu atau berguna dalam kehidupan manusia. Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis, kehadirannya tidak bersifat independen. Dilihat secara tekstural, tari dapat dipahami dari bentuk dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (bentuk atau penataan koreografi) atau teknik penarinya (cara melakukan atau keterampilan).
Dalam estetika, “nilai” diartikan sebagai keberhargaan (worth) dan
kebaikan (goodness). Keberadaan seni berkembang dari aktivitas kognitif yang murni dengan cara-cara yang biasa dipakai manusia. Berawal daru ucapan atau dialog. Demikian pula tari tentu dari gerakan atau gesture dan seterusnya berbagai seni yang lain. Oleh karena itu, keberadaan seni telah berakar kuat dalam sebuah kerangkakerja tentang kehidupan kolektif, dengan begitu ia merupakan sebuah bentuk komunitas umum yang intens, sehingga menambah kekuatan komunikasinya dan bahkan memperluas maknanya. Mempelajari seni dalam hal ini tari ditinjau dari ilmu sosial, sebenarnya mencoba menghubungkan tari dengan kesadaran kolektif, struktur sosial, individu, fungai tari dalam struktur itu dengan singkat merupakan kajian mengenai lingkungan sosial seni tari, baik yang berskala kecil (mikro) maupun berskala besar (makro).
Banyak orang yang mengatakan bahwa pada tahap yang paling awal seni itu adalah dari berbagai cara untuk melukiskan dan mengkomunikasikan sesuatu. Pada hakikatnya semua seni termasuk tari bermaksud untuk dikomunikasikan sesuatu. Pada hakikatnya semua seni termasuk tari bermaksud untuk dikomunikasikan. Oleh karena itu, sebagai hasil pengungkapan nilai maupun hasil ekspresi perasaan manusia. Komunikasi yang disampaikan sebuah tarian adalah pengalaman yang berharga, bermula dari imajinasi kreatif. Sebuah tarian baru bermakna atau dapat diresapkan apabila dalam tarian itu terkandung kekuatan pesan yang komunikatif.
(10)
3
Indonesia sangat kaya akan budaya, bukan saja seni tari melainkan salah satunya adalah seni peran. Jika membicarakan tentang seni peran pasti sangat identik dengan seni peran panggung atau biasa disebut dengan Teater atau Dramatari. Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalain dalam cerita pergaulan tentang kehidupan manusia. Seni peran atau teater terbagi atau menjadi dua bagian yaitu Seni Tradisional dan Seni Non Tradisional. Teater tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial, masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah. Proses terjadi atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata cara dimana tetaer tradisional lahir.
Kita tidak dapat memisahkan dan melepaskan bagian di dalam seni dan unsur-unsurnya dimana satu dengan lainnya saling berkaitan, sehingga menghasilkan sebuah karya seni. Begitu pula dengan pertunjukan Tari Topeng Mak Yong yang didukung oleh seni tari, seni musik, seni rupa dan lain-lain yang masing-masing mempunyai ciri tersendiri. Mak yong merupakan salah satu seni pertunjukan terdapat di daerah Kepulauan Riau. Seni pertunjukan ini sangat digemari dan pernah hidup serta berkembang dengan sangat suburnya sebagai salah satu hiburan rakyat. Dalam perjalanannya seni pertunjukan ini tampil dari sebuah bentuk pertunjukan rakyat menjadi sebuah bentuk pertunjukan yang digemari oleh seluruh lapisan bahkan sampai kalangan istana. Dilihat dari beberapa macam ritual yang terjadi dengan seni pertunjukan Mak Yong berasal dari kepercayaan animisme dan digunakan dalam pengobatan tradisional. Hal ini terlihat dari lambang-lambang yang dipergunakan yang mengarah kepada animisme. (Ghulam Sarwar Yousof, 1979).
(11)
4
Mak Yong memiliki nilai seni dan hiburan yang sangat tinggi dan selalu mengajarkan masyarakatnya untuk selalu berfikir positif dan berusaha dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Hal ini terlihat pada peran Mak Yong yang mimiliki watak jenaka dan tidak mengenal kesedihan serta kesusahan, sehingga penonton yang melihat pertunjukan Mak Yong tersebut dapat terhibur ketika melihat pertunjukan Mak Yong. Tarian yang terdapat pada pertunjukan Mak Yong memiliki makna dan nilai. Pada pertunjukan Mak Yong mengalami pengaruh asing sangat terlihat pada alat musik Rebab.
Dalam bentuknya yang baku, Mak Yong adalah jenis seni pertunjukan yang mengacu pada cerita pentas, tari, nyanyi dan musik menjadi satu. Bentuk kesenian ini dahulunya dikenal di seluruh negeri berkebudayaan Melayu. Setidaknya setiap kerajaan melayu pernah dikunjungi oleh sekelompok seni pertunjukan Mak Yong. Pertunjukan Mak Yong bukan hanya di Kepulauan Riau melainkan di negara bagian Terengganu, Pattani, Kelantan, Kedah dan Thailand.
Kayanya akan kesenian tradisional tidak lepas dari bagaimana kesenian tersebut tetap ada dilingkungan masyarakat sekitar. Kesenian tradisional sekarang ini harus sangat diperhatikan, agar kesenian tradisional tetap ada dan berkembang seiingnya zaman. Salah satu cara untuk melestarikan kesenian tradisional adalah sikap dan perilaku masyarakat sendiri. Jka di dalam diri masyarakat terdapat jiwa nasionalisme dominan, melestarikan kesenian tradisional tidak mudah. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi sati sama lain. Oleh karena itu, menjaga kelestarian budaya juga diperlukan rasa kebersamaan, kekompakkan untuk saling mengisi dan mendukung.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang keberadaan Tari Topeng Mak Yong Di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Keberadaan kesenian ini pada masa sekarang jarang muncul di kalangan masyarakat khususnya di tanah melayu, oleh karena itu peneliti tertarik untuk
(12)
5
melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Tari Topeng Mak Yong
Di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasrakan judul penelitian serta latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan di antaranya:
1. Bagaimana struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong Di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau?
2. Bagaimana unsur penyajian Tari Topeng Mak Yong Di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyajian pertunjukan Mak Yong tetap bertahan di lingkungan masyarakat khususnya Tanjungpinang?
C. Tujuan Penelitian
Berpijak pada rumusan masalah di atas, peneliti mempunyai tujuan sasaran yang ingin dicapai, yaitu:
1. Mendeskripsikan struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong pada pertunjukan Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
2. Mendeskripsikan unsur Tari Topeng Mak Yong pada Pertunjukan Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyajian pertunjukan Mak Yong bertahan di lingkungan masyarakat Tanjungpinang.
(13)
6
D. Metode Penelitian
1. Metode
Metode penelitian adalah cara untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh peneliti. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2004:1) bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada penelitian ini metode yang di gunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan metode ini peneliti dapat melakukan informasi data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yaitu: a. Observasi
Observasi ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh data yang menunjang penelitian seputar Tari Topeng Mak Yong Di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada informan, selaku nara sumber, yaitu Bapak Said Parman dengan menggunakan daftar pertanyaan (daftar pertanyaan terlampir) sehingga data yang diperoleh memberikan gambaran tentang data yang dibutuhkan terkait topik penelitian. c. Dokumentasi
Alat yang digunakan untuk mendokumentasikan hasil penelitian adalah camera digital, handphone, handycam dan alat perekam suara. Hasil dari dokumentasi berupa foto-foto penelitian digunakan sebagai penguat pendeskripsian hasil penelitian yang dilakukan.
d. Studi Pustaka
Dalam penggunaan studi pustaka peneliti menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti sehingga mendapatkan hasil kajian yang lebih tepat dan sesuai dengan landasan teoretis.
(14)
7
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti
Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan wawasan yang luas serta beberapa pengalaman terutama pengalaman melakukan penelitian mengenai Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
2. Bagi Sanggar Mak Yong Cilik
2.1 Mengetahui kebudayaan dan kesenian yang ada di daerah asal (kampung halaman)
2.2 Melestarikan warisan kebudayaan yang telah ada sehingga tidak punah
2.3 Mengembangkan teater tradisional dan Tari Topeng Mak Yong 2.4 Memberikan apresiasi secara tertulis
3. Bagi Pelaku Seni
Dengan adanya penelitian tentang Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, memberikan motivasi yang lebih meningkatkan serta melestarikan Tari Topeng Mak Yong sebagai salah satu kesenian Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
4. Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang
Dengan adanya penelitian tentang Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, menjadi sumber informasi baru tentang keberadaan Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, sebagai warisan seni budaya Melayu yang masih hidup di tengah masyarakat.
5. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wacana pengetahuan, memberikan informasi tentang keberadaan dan perkembangan Tari Topeng Mak Yong serta menambah wawasan
(15)
8
pengetahuan bagi insan akademisi di lingkungan Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI.
F. Asumsi
Kesenian Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, keberadaannya masih dapat dinikmati dan dipahami sebagai pencerminan karakterisasi atau pola budaya masyarakat sekitar terhadap adat istiadat, sehingga Mak Yong yang berasal dari kalangan istana tetapi berkembang di lingkungan masyarakat sebagai sarana hiburan semata.
G. Struktur Organisasi
Struktur organisasi penulisan skripsi ini memuat bagian; Judul, lembar pengesahan, lembar pernyataan kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, bab satu (I), sampai dengan bab lima (V) dan sumber pustaka dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Judul
Menentukan judul pada skripsi ini berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan pada BAB I, sehingga peneliti memberikan judul skripsi yaitu Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
2. Lembar Pengesahan
Lembar pengesahan bertujuan memberikan legalitas bahwa semua isi dari skripsi telah disahkan oleh pembimbing I dan pembimbing II. 3. Lembar Pernyataan
Pada lembar pernyataan merupakan pernyataan tentang keaslian skripsi yang menegaskan bahwa skripsi adalah benar-benar asli karya peneliti dan bukan plagiarisme. Pernyataan ini juga harus menyebutkan bahwa skripsi bebas dari plagiarisme.
(16)
9
4. Kata Pengantar
Kata pengantar yang terdapat pada skripsi ini merupakan wujud dari rasa terima kasih atas bantuan, dukungan serta motivasi untuk peneliti dalam menyelesaikan penelitian hingga selesai.
5. Abstrak
Abstrak adalah uraian singkat dan lengkap dalam penelitian Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau dan menjelaskan mengenai rumusan, tujuan, metode dilakukan peneliti terkait penelitian terhadap subjek yang diteliti dan diakhiri dengan kesimpulan dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian.
6. Daftar Isi
Merupakan penyajian sistematika isi secara rinci dari skripsi yang berfungsi untuk mempermudah para pembaca untuk mencari sumber data yang digunakan peneliti sebagai sumber acuan sumber peneliti. 7. Daftar Tabel
Menyajikan tabel secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel terakhir yang tercantum dalam skripsi. Beberapa daftar gambar yang tertera pada penelitian ini tabel busana pemeran Mak Yong, macam-macam topeng yang digunakan pada pemeran Mak Yong, alat musik yang digunakan pada pertunjukan Mak Yong, dan properti yang digunakan pada pertunjukan Mak Yong.
8. Daftar Gambar
Menyajikan gambar secara berurutan mulai dari gambar pertama yang tercantum dalam skripsi. Beberapa daftar gambar yang tertera pada penelitian ini yaitu struktur gerak tari Topeng Mak Yong, arena pertunjukan Mak Yong, profil Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau dan ritual buka tanah oleh Ketua Panjak sebelum memulai pertunjukan.
(17)
10
9. Daftar Lampiran
Daftar lampiran menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari lampiran pertama hingga terakhir pada skripsi. Lampiran yang tercantum pada penelitian ini diantaranya pedoman wawancara dan surat keputusan.
10. Bab Isi Skripsi
Bab I, menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan struktur organisasi. Bab II, menjelaskan tentang teori-teori yang menguatkan dalam topik penelitian, diantaranya teori seni pertunjukan, struktur penyajian pertunjukan tradisional, tata rias, dan tentang kajian ilmu sosial. Bab III, menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian serta pendekatannya. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Selain itu juga terdapat lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian dan tahapan penelitian yang dilakukan peneliti. Bab IV, mendeskripsikan hasil dan pembahsan penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan peneliti pada bab I, terkait Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Bab V, berisikan kesimpulan dan rekomendasi peneliti terhadap hasil penelitian dalam hubungan dengan tujuan penelitian sebagaimana diungkapkan peneliti pada bab I dan sumber pustaka sebagai bahan acuan sumber data yang memiliki validitas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
(18)
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Tempat yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian di Jalan Kuantan Gang Puteri Ledeng 14 No. 11 Kelurahan Kota Piring Kecamatan Tanjungpinang Timur Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi ini dipilih karena kesenian Mak Yong berasal dari daerah tersebut dan persinggahan terakhir Tari Topeng Mak Yong dan merupakan satu-satunya lokasi yang terdapat kesenian Mak Yong.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini diperlukan data-data informasi dari sumber yang dapat memberikan informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan penelitian. Oleh karena itu, diperlukan subjek penelitian yang dapat dijadikan sumber informasi yang diinginkan. Berdasarkan uraian diatas maka yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian memberikan gambaran kepada peneliti bagaimana seharusnya penelitian ini dilakukan. Metode yang dipilih harus berhubungan erat dengan prosedur dan teknik penelitian yang digunakan. Oleh karena itu, untuk mempermudah memecahkan suatu masalah yang adala dalam penelitian, maka diperlukan penerapan metode yang tepat sesuai permasalahan tersebut. Arikunto, (1997:150) mengemukakan bahwa, yang dimaksud dengan metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Dengan adanya pernyataan tersebut maka penelitian memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai.
(19)
27
Oleh karena itu untuk mendapatakan hasil dan tujuan yang diharapkan maka peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif karena peneliti berusaha mendeskripsikan dan menganalisis suatu tindakan dan peristiwa yang berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2008:105) bahwa metode deskriptif merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.
Pendektan yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan pokok permasalahan yang dikaji. Penelitian ini menggunkaan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian sebagai suatu sistem. Dengan kata lain obyek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang paling terkait. Penelitian kualitatif yang mengutamakan kualitas data oleh karena itu, teknik pengumpulan datanya banyak menggunakan wawancara yang berkesinambungan dan observasi langsung. Koentjaraningrat, (2006:3) mengemukakan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian kebudayaan akan lebih tepat jika menggunakan pendekatan naturalistis atau pendekatan kualitatif. Alasannya karena jenis penelitian tersebut lebih mencari ke dalam suatu permasalahan dari pada suatu jawaban yang biasa digeneralisir secara umum.
Dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data yang sebenarnya kemudian disusun, diolah dan dianalisis. Untuk dapat diberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif artinya penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis terhadap apa yang diamati atau dengan kata lain data yang ada di lapangan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang ada di lapangan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah dipersiapkan sebelumnya.
(20)
28
C.Definisi Operasional
Menurut Nasir (1999:152), definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan atau menberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Agar terhindar dari terjadinya kesalahpahaman maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut:
Seni pertunjukan pada pokoknya sesuatu yang membutuhkan kelompok dan memberikan pengalaman langsung (Sedyawati, 1981:62). Lebih lanjut Soedarsono (1978:17) menjelaskan bahwa seni pertunjukan merupakan salah satu cabang seni yang selalu hadir dalam kehidupan masyarakat. Seni pertunjukan sebagai seni yang hilang dalam waktu, karena hanya kita yang nikmati apabila seni tersebut dipertunjukan. Soedarsono, (2003:91).
Berdasarkan definisi tersebut peneliti menyimpulkan seni pertunjukan adalah seni pertunjukan merupakan sebuah ungkapan budaya menyampaikan nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-norma estetika yang berkembang sesuai dengan zaman dan wilayah dimana seni pertunjukan itu tumbuh dan berkembang. Dalam mengkaji seni pertunjukan dapat pula ditinjau dari perspektif sosial ekonomi dan politik suatu negara atau daerah dimana bentuk seni pertunjukan tersebut tumbuh dan berkembang.
Tari Topeng Mak Yong adalah kesenian istana yang sekarang berada di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Pada tari Topeng Mak Yong mempunyai gerakan Lambak atau gerakan yang mengalun menjadi ciri khas gerak tari dalam pertunjukan Mak Yong berlangsung. Sanggar Mak Yong Cilik berlokasi di Jalan Kuantan, Gang Puteri Ledeng 14 No.11 Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Seni pertunjukan merupakan sebuah penyajian bentuk karya seni dengan cara di pertontonkan. Seni pertunjukan terdiri dari dua suka kata yaitu seni dan pertunjukan. Seni adalah segenap kegatan budipikiran seorang seniman yang secara mahir menciptakan suatu karya sebagai pengungkapan perasaan manusia. Sedangkan pertunjukan sama dengan pementasan atau di pertontonkan, jadi seni pertunjukan adalah sebuah bentuk penyajian karya seni yang ditampilkan dengan cara dipentaskan
(21)
29
atau dipertunjukan seperti drama, tari, musik dan teater. (The Liang Gie, 1996:18).
Keindahan penikmat seni pertunjukan bukan hanya harus mampu menghibur, sebagai sebuah seni yang mampu banyak penikmat, seharusnya seni pertunjukan mempu memberikan nilai-nilai positif sehingga mampu memberikan andil dalam segala hal. Menurut Soedarsono dalam buku Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisrsono dalam buku Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, seni memiliki fungsi yaitu: sebagai sarana ritual, sebagai hiburan pribadi dan sebagai presentasi estetis.
Seni pertunjukan memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia. oleh karena begitu kompleksnya seni pertunjukan dalam masyarakat, serta antara masyarakat yang satu menempatkan salah satu bentuk seni pertunjukan lebih penting dari masyarakat yang lain maka tak pernah ada kesempakatan serta keragaman pendapat mengenai fungsi-fungsi yang sangat kompleks ini. (Soedarsono, 2002:118 dan 120).
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini lebih mengutamakan peran tari dalam seni pertunjukan sebagai presentasi estetis dimana tarian yang dibawakan oleh peran atau tokoh dalam Mak Yong bersifat hiburan di lingkungan masyarakat.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikemukakan oleh Sugiyono, (2008:205) bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh benar ilmiah atau merupakan data langsung. Pendapat lain dikemukakan oleh Arikunto, (2000:134) bahwa alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sitematis dan dipermudah olehnya.
Dari paparan di atas secara tidak langsung menuntut para peneliti agar mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup mendalam terhadap masalah yang
(22)
30
diteliti. Oleh karena itu, peneliti harus mempu persiapan yang matang dengan mempersiapkan:
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan daftar yang berisi butir-butir pertanyaan untuk mendapatkan jawaban atau informasi dari narasumber yang dituju. Butir-butir pertanyaan yang peneliti buat merupakan pertanyaan-pertanyaan yang masih meluas dan masih belum terfokus. Oleh karena itu, pada pelaksanaanya memungkinkan peneliti untuk memodifikasi pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang mendetail. Pedoman wawancara peneliti dibuat dalam tiga kategori yaitu, pertama mengenai latar belakang dan pengalaman yang dituju pada seniman atau tokoh terkait. Kedua, mengenai pengetahuan, perasaan dan opini atau nilai ditujukan pada tokoh masyarakat, tokoh agama dan budayawan. Ketiga, mengenai pengalaman dan opini ditinjaukan pada pemerintah Kota Tanjungpinang.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan kerangka berupa kisi-kisi terhadap subjek penelitianyang akan diamati. Dalam penelitian ini yang akan diamati menjadi latar (tempat atau suasana), Pelibat (responden atau narasumber), kegiatan yang dapa dilakukan antara peneliti dan narasumber, serta yang diperlukan untuk melakukan pengamatan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto, (1998:148) bahwa untuk dapat mengetahui dan mengungkapkan kebenaran suatu permasalahan yang terjadi di lapangan, maka diperlukan tekni dalam penelitiannya. Teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah untuk mengkaji kembali, catatan-catatan yang diperoleh peneliti untuk mengetahui apakah data dan informasi yang didapatkan sudah tepat untuk digunakan menyimpulkan kebenaran yang selanjutnya digunakan untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini di maksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan atau informasi yang benar dan dipercaya. Pengumpulan teknik dan alat pengumpul
(23)
31
yang tepat memungkinkan data yang obyektif. Teknik pengumpulan data yang digunkaan dalam penelitian ini menggunakan metode yaitu:
1. Observasi
Teknik observasi digunakan salam penelitian ini dengan maksud untuk mendapatkan informasi dan data secara langsung dari lokasi penelitian, yaitu untuk melihat secara langsung bagaimana Tari Topeng Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Menurut Arikunto, (1998:146) observasi adalah pengamatan yang meliputi perbuatan pemantauan terhadap suatu obyek yang menggunakan seluruh alat indera atau pengamatan langsung. Observasi dalam penelitian ini menggunakan cara langsung terhadap observasi yang relevan dengan kondisi lingkungan di lokasi penelitian yang di amati.
Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakoleh peneliti terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi pengecekan lokasi dan sasaran penelitian, dan tahap kedua sebagai penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan data dan bahan yang akan dibutuhkan dalam pembahasan masalah. Obyek yang diamati atau di observasi meliputi:
a. Kondisi fisik lokasi penelitian, yang meliputi letak dan kondisi geografis desa atau kampung, beserta pembagian wilayah dan jumlah penduduknya. Kegiatan observasi dimulai dengan melakukan survey awal atau pengecekkan lokasi pada tanggal 17 April 2013 dengan menggunakan teknik pengamatan tertutup yaitu tanpa diketahui oleh para subyek. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bulan April juga tepatnya pada tanggal 19 April 2013 dengan menggunakan t awal atau pengecekkan lokasi pada tanggal 17 April 2013 dengan menggunakan teknik pengamatan tertutup yaitu tanpa diketahui oleh para subyek. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bulan April juga tepatnya pada tanggal 19 April 2013 dengan menggunakan teknik terbuka yaitu diketahui oleh subyek-subyek. Subyek disini adalah narasumber primer Bapak Said Parman (Pemilik Sanggar Mak Yong Cilik), narasumber
(24)
32
sekunder Ibu Elvi Letriana (Istri bapak Said Parman), Bapak Satar (budayawan Kota Tanjungpinang), Bapak Setioso (Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Raan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau).
b. Kondisi sosial budaya masyarakat desan dan kampung yang meliputi pendidikan, mata pencaharian masyarakat, kehidupan seni dalam masyarakat dan kehidupan keagamaan. Proses observasi dimulai dengan menggunakan survey awal yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap masyarakat sekitar dan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan subyek yang berkaitan dengan obyek atau sasaran penelitian.
c. Masyarakat dan pelaku seni (anggota Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang) yang meliputi perangkat desa atau kampung, tokoh masyarakat dan para seniman dari Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh kedua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2002:135). Wawancara harus dilakukan secara efektif, artinya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data sebanyak-banyaknya. Bahasanya harus jelas, terarh, suasana harus tetap nyaman dan santai agar data yang diperoleh daya yang obyektif dan dapat dipercaya (Arikunto, 1998:129).
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin yaitu pewawancara membahas pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan diteliti. Pertanyaan itu secara khusus ditunjukan kepada informan peneliti, yakni Bapak Said Parman (Pemilik Sanggar Mak Yong Cilik), Ibu Elvi Letriana (Istri bapak Said Parman), Bapak Satar (ngbudayawan Kota Tanjungpinang), Bapak Setioso (Kepala Dinas
(25)
33
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Raan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau). Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan bagaimana struktur penyajian, unsur penyajian, tata rias, tata busana dan musik pada Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalm teknik wawancara adalah: menentukan lokasi, menentukan informan yang akan dijadikan sebagai narasumber informasi, menentukan waktu wawancara dan membuat daftar pertanyaan yang memuat hal-hal yang perlu ditanyakan kepada sumber atau informasi.
Dalam memilih informasi yang dianggap menguasai dan dapat dipercaya untuk menjadi nara sumber data yang jelas. Informan yang dipilih adalah pewaris Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang dan beberapa tokoh masyarakat. Secara umum mereka yang menguasai tentang Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Wawancara dilakukan dengan para responden yang meliputi:
a. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang, materi wawancara seputar bagaimana melestarikan kesenian Mak Yong khususnya di Kota Tanjungpinang, ada berapa sanggar yang masih melestarikan kesenian Mak Yong di Kota Tanjungpinang, kapan dan dimana saja kesenian Mak Yong dapat melangsungkan pertunjukan, adakah perbedaan Mak Yong dahulu dengan Mak Yong sekarang, adakah kontribusi pemerintah Tanjungpinang pada kesenian Mak Yong dan berapakah anggaran yang keluar untuk kesenian Mak Yong setiap pertunjukan berlangsung.
b. Tokoh masyarakat, materi wawancara seputar kehidupan sosial budaya dan kehidupan kesenian masyarakat yang meliputi asal-usul latar belakang kesenian Mak Yong, serta bagaimana tanggapaan mengenai kesenian Mak Yong yang berada di Kota Tanjungpinang dalam kelangsungan hidup masyarakat.
(26)
34
c. Pewaris Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang, materi wawancara seputar latar belakang dan berkmbangnya pertunjukan Tari Topeng Mak Yong yang mencakup tentang: sejarah lahirnya, pencipta awal dan pemilik dari awal hingga saat ini, siapa pewaris saat ini, fungsi dan peran serta bergesernya kesenian Mak Yong, cerita apa saja yang dibawakan dlam pertunjukan Mak Yong, bagaimana gerak, kostum, tata rias, properti, sesaji, musik dan nilai pendidikan dalam pertunjukan Mak Yong, berapa jumlah penari dalam pertunjukan Mak Yong, makna apa yang terkandung dalam cerita yang dibawakan pertunjukan Mak Yong, adakah persamaan dan perbedaan pada tarian yang dibawakan dalam setiap cerita kesenian Mak Yong, bagaimana struktur gerak dalam penyajian tari Topeng Mak Yong, kapan dan dimana saja pertunjukan Mak Yong berlangsung dan adakah keterkaitan tari dengan cerita yang disajikan pada pertunjukan Mak Yong.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengambil peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Rahman, 1993:31). Dokumentasi merupakan data yang diperoleh dari penelitian yang berupa dokumen (foto) dan informasi dari masyarakat yang berhubungan dengan obyek penelitian yaitu pengambilan gambar (foto) menggunakan camera digital saat pertunjukan dan merekam hasil wawancara menggunakan media audio visual (handycam).
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah foto karena foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian kualitatif, serta merupakan sumber data yang stabil dan akurat. Proses dokumentasi dilakukan dalam waktu pengumpulan data, yang diantaranya dilakukan dengan cara menanyakan dengan pewaris Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinangtentang diadakan pertunjukan kesenian Mak Yong, kemudian mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan.
(27)
35
Ketika pada saat pertunjukan peneliti hadir dalam pertunjukan tersebut untuk mengambil gambar yang dibutuhkan. Data-data yang dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumen data geografis dan demografis desa atau kampung setempat yang menjadi lokasi penelitian.
4. Studi Pustaka
Masalah penelitian dapat ditemukan dari beberapa sumber, yaitu dari pengalaman sendiri, dari teori-teori yang perlu diuji kebenarannya dari dari bahan-bahan pustaka. Setelah masalah penelitian ditemukan, seorang peneliti perlu melakukan suatu kegiatan yang menyangkut pengkajian bahan-bahan tertulis yang merupakan sumber acuan untuk penelitiannya. Kegiatan ini juga disebut studi pustaka, yaitu suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, baik sebelum maupun selama penelitian berlangsung. Studi pustaka adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik permasalahan yang akan atau sedang diteliti.
Studi pustaka merupakan teknk pengumpulan data, yakni informasi dengan cara mempelajari literatur atau pustaka karena didukung dengan buku-buku yang relevan dan dijadikan sumber untuk mendapatkan hasil kajian yang lebih tepat. Dalam penggunaan buku sebagai sumber dapat menganalisis data penelitian dan pendapat para ahli yang relevan dan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan. Kemudian sumber-sumber itu peneliti pelajari sehingga memperoleh data dan teori dari literatur tersebut.
Buku-buku yang sangat mendukung dalam penelitian ini terdapat di beberapa perpustakaan di antaranya di Perpustakaan Umum Universitas Pendidikan Indonesia, STSI Bandung dan Perpustakaan Umum Kota Tanjungpinang yang berjudul:
1. Seni Pertunjukan Indonesia karangan Edi Sedyawati tahun 1993 2. Pertumbuhan Seni Pertunjukan karangan Edi Sedyawati tahun 1981 3. Seni Pertunjukan di Era Globalisasi karangan Soedarsono tahun 2002
(28)
36
4. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D karangan Sugiyono tahun 2010
5. Seni Pertunjukan dalam Perspektif Sejarah karangan Sumardjo tahun 2001
Dari beberapa judul buku yang didapatkan dari Perpustakaan Umum Universitas Pendidikan Indonesia, STSI Bandung dan Perpustakaan Umum Kota Tanjungpinang sangat mendukung peneliti dalam menyelesaikan hasil penelitian khususnya dalam menidentifikasi perkembangan Mak Yong, struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong pada pertunjukan Mak Yong sehingga menemukan perbedaan antara Mak Yong dahulu dengan Mak Yong saat ini yang ada di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Banyak literatur yang berjudul Mak Yong yang sangat mendukung penelitian dalam menyusun hasil penelitian yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini. Maksud tinjauan pustaka ini dilakukan untuk memberikan gambaran bahwa penelitian ini bukan merupakan duplikat dan belum pernah ada yang meneliti.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam penelitian ini, peneliti mencari sumber rujukan untuk menunjang kebutuhan tulisan ini antara lain berupa buku yang dijadikan acuan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Pertumbuhan Seni Pertunjukan (1981) oleh Edi Sedyawati mengulas mengenai seni-seni tradisional dan perkembangannya. Buku ini berguna untuk memperkaya dan menambah wawasan bentuk seni pertunjukan yang ada di Indonesia selain itu buku ini cukup membantu dalam menelaah serta mengupas tentang Tari Topeng Mak Yong.
2. Sosiologi Pertumbuhan Sosial (2005) oleh Piotr Sztompka terbitan Prenada, buku ini membahas tentang kajian konsep perubahan sosial masyarakat dan memberi gambaran tentang pemahaman terjadinya perubahan sosial. Buku ini sangat membantu dalam penelitian untuk membandingkan Mak Yong yang berada di beberapa daerah sehingga muncul di Kepulauan Riau.
(29)
37
3. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi (1991) oleh R.M Soedarsono di terbitkan oleh Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, jakarta. Buku ini membahas tentang seni pertunjukan di Indonesia, walaupun hanya beberapa sampel. Dalam isi buku ini mengungkap tentang fungsi seni pertunjukan sebagai sarana ritual, sebagai hiburan pribadi, sebagai presentasi estetis, juga seni pertunjukan sebagai komoditi industri dan pariwisata. Buku ini sangat menunjang terutama dalam melihat Tari Topeng Mak Yong dari sisi unsur penyajian dalam pertunjukan Mak Yong.
4. Budaya dan Masyarakat (1987) karya Kuntowijaya diterbitkan oleh Tiara Wacana Yogyakarta. Buku ini memeberikan gambaran tentang perubahan-perubahan kebudayaan dan kesenian yang telah ada dan sedang berlangsung disertai pembahasan secara menyeluruh meliputi berbagai dimensinya yang saling terkait. Buku tersebut bermanfaat dalam pemahaman perubahan kebudayaan dalam masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dengan teknik studi pustaka adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang fokus penelitian untuk memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang sedang dibahas sehingga memperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar teoretis tentang masalah pada penelitian. (Nurul Zuriah, 2005:53).
5. Tahap-Tahap Penelitian
a. Pengajuan Topik atau Judul
Dalam tahap ini peneliti memilih topik atau judul yang akan dijadikan bahan penelitian. Selanjutnya peneliti mencari beberapa sumber yang dijadikan acuan untuk memperkuat judul sebelum kelapangan.
b. Pengajuan Proposal
Setelah judul disetujui, dilakukan penyusunan proposal untuk mengetahui latar belakang dan rumusan masalah yang akan diteliti.
(30)
38
c. Survei
Survei langsung kelapangan dilakukan bertujuan mendapatkan informasi dan data awal dari penelitian ini.
d. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari data yang akurat baik buku, jurnal, skripsi dari nternet, yang selanjutnya melakukan observasi dan wawancara terhadap narasumber yang mengetahui tentang Tari Topeng Mak Yong.
e. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan berbentuk skripsi, yang merupakan hasil dari keseluruhan penelitian yang selanjutnya dipertanggungjawabkan pada ujian pra sidang dan sidang skripsi.
f. Ujian Pra Sidang
Pra sidang dilakukan untuk mempersiapkan diri menuju sidang akhir. Dimana pada pra sidang sangat banyak masukan dari penguji agar penulisan lebih baik lagi dan melengkapi yang kurang di dalam hasil penelitian skripsi.
g. Sidang
Pada sidang peneliti mempresentasikan hasil akhir dari isi skripsi dan juga menyampaikan hasil bimbingan dan masukan para penguji yang telah peneliti tulis di dalam isi skripsi. Di akhir sidang skripsi juga pengumuman hasil dari sidang skripsi yang telah ditempuh, lulus atau tidak lulus.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan beberapa macam teknik pengumpulan data (tringulasi) serta dilakukan secara terus menerus hingga mencapai titik puncaknya. Oleh karena itu diperlukan adanya proses pengolahan data untuk menyaring dan mengelompokkan data yang penting dan mendukung dalam penelitian.
(31)
39
Selanjutnya data yang dianggap mendukung penelitian dianalisis berdasarkan metode yang digunkaan oleh peneliti.
Analisis data yang dilakukan setelah mendapat gambaran data yang jelas serta akurat mengacu pada kerangka penelitian. Setelah data diperoleh kemudian diolah dengan memisahkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu dengan cara mendeskripsikan, menganalisis dan menyimpulkan seluruh data penelitian. Dengan melakukan langkah-langkah yang sudah jelas di atas, peneliti berharap dapat menghasilkan penelitian yang optimal. Sehingga mampu menjelaskan kondisi yang nyata terhadap Tari Mak Yong pada pertunjukan Mak Yong, karena diperkirakan Tari Topeng Mak Yong pada pertunjukan Mak Yong yang berada di Tanjungpinang memiliki identitasnya sendiri. Dengan demikian munculnya Tari Topeng Mak Yong dalam pertunjukan Mak Yong ini menambah khasanah seni tradisional seni tradisional di Tanjungpinang. Adapun data yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis unsur penyajian Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
2. Menganalisis struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
3. Mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan Tari Topeng Mak Yong tetap bertahan dilingkungan masyarakat khususnya Kota Tanjungpinang
4. Menarik kesimpulan dari data yang telah diperoleh dan data yang telah diperoleh dan data yang sudah diolah dan disusun.
(32)
81
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau adalah salah satu kesenian rumpun melayu tradisi yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kota Tanjungpinang. Tari Topeng Mak Yong yang berada di Tanjungpinang adalah pimpinan Bapak Said Parman. Dalam perkembangannya Tari Topeng Mak Yong mendapat pengaruh, hal itu dapat dilihat pada properti yang digunakan dalam pementasan Mak Yong yaitu Topeng. Pada awalnya penari Topeng Mak Yong yang berasal dari Negeri gajah (Thailand) tidak menggunakan topeng dan berasal dari kalangan istana. Tetapi setelah memasuki daerah Kepulauan Riau Tari Topeng Mak Yong mengalami perubahan yaitu menggunakan topeng dan pertunjukannya juga saat ini sebagai hiburan rakyat. Mantera dan sesaji pada Mak Yong dahulu sangat berperan dalam berjalannya pementasannya tetapi pada Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinangpimpinan Bapak Said Parman, sesaji dan mantera tidak digunakan karena semua pertolongan dan kepasrahan diri hanyalah milik Allah SWT.
Gerak yang terdapat dalam Tari Topeng Mak Yong sangatlah sederhana sekali. Pakem-pakem yang harus ada dalam Tarian Topeng Mak Yong dapat terlihat pada gerakan bertabik (pembukaan), gerakan canggai, gerakan
menggulung tali, dan gerakan bergembira atau sayang cik milik. Dari
keempat gerakan tersebut memiliki arti yang sangat sakral dan penting dalam pertunjukan Mak Yong.
Hal yang menyebabkan Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang telah dikenal oleh beberapa negara tetangga antara lain: letak geografisnya, adanya kesamaan rumpun suku dan budaya melayu dengan beberapa negara tetangga dan yang paling menarik adalah anggota Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang adalah anak-anak yang masih
(33)
82
menjaga dan melestarikan budaya melayu ayng hampir punah seiringnya zaman.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kepada temuan-temuan yang berhasil penelitian temukan dalam penelitian ini, demi kemajuan dan melestarikan Tari Topeng Mak Yong terdapat beberapa hal yang ingin peneliti implikasikan atau saran yaitu: 1. Perlu dilakukannya pembinaan dan penanganan yang serius terhadap
seni-seni tradisi yang ada di daerah, baik pemerintahan sebagai lembaga yang berwenang menanganinya serta langsung, maupun lembaga-lembaga formal dalam bidang seni. Keluhan dari pembina Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang terhadap pemerintah setempat adalah kekurangannya perhatian yang serius hampir dalam segala hal untuk kegiatan latihan dan pertunjukan Tari Topeng Mak Yong. Padahal Tari Topeng Mak Yong merupakan salah satu kesenian yang telah berhasil membawa nama baik Indonesia, khususnya Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau di mata mancanegara sebagai salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Sebaliknya, penanganan dan perhatian tersebut dapat diberikan dalam bentuk menejemen organisasi dan pengembangan kreativitas materi.
2. Perlu diadakan kegiatan penelitian lanjut yang keberadaannya belum diteliti dalam penelitian ini, misalnya analisis makna simbol, sejarah lengkap, lahirnya kesenian tersebut, serta fungsi ritual pada awal memulai pertunjukan Mak Yong tersebut.
(34)
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku
Achmad, K.Y. Ganda, A. Rochyatmo, A. dan Mudjiono. (1997). Ungkapan
Beberapa Bentuk Kesenian Teater, Wayang dan Tari. Jakarta: Direktorat
Kesenian, Proyek Pengembangan Kesenian Depdikbud.
Ardi, Sumantri. (2002). Amuk Melayu dalam Tuntutan Propinsi Kepulauan Riau. Pekanbaru: UNRI PRESS.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
BM, Syamsudin. (1982). Seni peran Mak Yong Khazanah Budaya Warisan
Budaya. Pekanbaru: Majalah Pengetahuan Umum dan Profesi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Ernst, Cassirer. (1987). Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esai Tentang
Manusia. Jakarta: Gramedia.
Falah, Jaka. (2011). Analisis Pergeseran Fungsi Pertunjukan Teater Dul Muluk di
Kota Palembang Sumatera Selatan (Dulu, Kini dan Masa Depan (Tesis):
Bandung. UPI.
Ihrohim. (2006). Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Laura, Raja Larassati. (2008). Kajian Struktur dan Fungsi Seni Pertunjukan Tari
Dangkong di Tengah Masyarakat Pulau Moro Kabupaten Karimun (Skripsi): Bandung. UPI.
Nasution, Makmur. (2002). Pewaris Teater Mak Yong di Kepulauan Riau. KOMPAS
Ruslan, dkk. (1983). Seni Pertunjukan Tradisional (teater Rakyat) daerah Riau. Pekanbaru: UNRI PRESS.
Sedyawati, Edi. (1993). Seni Pertunjukan Indonesia (Mayarakat Seni
Pertunjukan). Jakarta: Grasindo
______________. (1984). Tari Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Soedarsono. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: UGM.
(35)
__________. (1976). Pengantar Pengetahuan Tari Yogyakarta. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia
Soemantri, Sastrosoewondo. (1986). Teater Mak Yong dan Perkembangannya
dalam Budisantoso (Penyunting) Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya. Pekanbaru: Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I
Riau.
Sumardjo, Y. (2001). Seni Pertunjukan Dalam Prespektif Sejarah. Bandung: STSI PRESS.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabet.
Sumardi, Y.Y. (2004). Simbolisasi Topeng Mak Yong Senia Peran Tradisional
Masyarakat mantang Arang Kepulauan Riau. Pekanbaru: UIR PRESS
Surakhman, Winarno. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Winarta, S.H. (2002). Antropologi Budaya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Sumber Lain-lain
http://uun-halimah.blogspot.com/2008/03/mak-yong.html
http://www.adicita.com/artikel/detail/30/509/Teater-Makyong-Riau-dan-Pengembangannya
http://www.butang-emas.net/2010/02/4-makyong-alat-musik.html
http://www.indonesia.travel/id/destination/63/pulau-bintan/article/225/makyong-teater-tradisional-di-kepulauan-riau
(1)
38
Yulia Afrianti, 2014
Tari topeng mak yong Di sanggar mak yong cilik tanjungpinang provinsi kepulauan riau
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Survei
Survei langsung kelapangan dilakukan bertujuan mendapatkan informasi dan data awal dari penelitian ini.
d. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari data yang akurat baik buku, jurnal, skripsi dari nternet, yang selanjutnya melakukan observasi dan wawancara terhadap narasumber yang mengetahui tentang Tari Topeng Mak Yong.
e. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan berbentuk skripsi, yang merupakan hasil dari keseluruhan penelitian yang selanjutnya dipertanggungjawabkan pada ujian pra sidang dan sidang skripsi.
f. Ujian Pra Sidang
Pra sidang dilakukan untuk mempersiapkan diri menuju sidang akhir. Dimana pada pra sidang sangat banyak masukan dari penguji agar penulisan lebih baik lagi dan melengkapi yang kurang di dalam hasil penelitian skripsi.
g. Sidang
Pada sidang peneliti mempresentasikan hasil akhir dari isi skripsi dan juga menyampaikan hasil bimbingan dan masukan para penguji yang telah peneliti tulis di dalam isi skripsi. Di akhir sidang skripsi juga pengumuman hasil dari sidang skripsi yang telah ditempuh, lulus atau tidak lulus.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan beberapa macam teknik pengumpulan data (tringulasi) serta dilakukan secara terus menerus hingga mencapai titik puncaknya. Oleh karena itu diperlukan adanya proses pengolahan data untuk menyaring dan mengelompokkan data yang penting dan mendukung dalam penelitian.
(2)
39
Selanjutnya data yang dianggap mendukung penelitian dianalisis berdasarkan metode yang digunkaan oleh peneliti.
Analisis data yang dilakukan setelah mendapat gambaran data yang jelas serta akurat mengacu pada kerangka penelitian. Setelah data diperoleh kemudian diolah dengan memisahkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu dengan cara mendeskripsikan, menganalisis dan menyimpulkan seluruh data penelitian. Dengan melakukan langkah-langkah yang sudah jelas di atas, peneliti berharap dapat menghasilkan penelitian yang optimal. Sehingga mampu menjelaskan kondisi yang nyata terhadap Tari Mak Yong pada pertunjukan Mak Yong, karena diperkirakan Tari Topeng Mak Yong pada pertunjukan Mak Yong yang berada di Tanjungpinang memiliki identitasnya sendiri. Dengan demikian munculnya Tari Topeng Mak Yong dalam pertunjukan Mak Yong ini menambah khasanah seni tradisional seni tradisional di Tanjungpinang. Adapun data yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis unsur penyajian Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
2. Menganalisis struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
3. Mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan Tari Topeng Mak Yong tetap bertahan dilingkungan masyarakat khususnya Kota Tanjungpinang
4. Menarik kesimpulan dari data yang telah diperoleh dan data yang telah diperoleh dan data yang sudah diolah dan disusun.
(3)
81
Yulia Afrianti, 2014
Tari topeng mak yong Di sanggar mak yong cilik tanjungpinang provinsi kepulauan riau
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau adalah salah satu kesenian rumpun melayu tradisi yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kota Tanjungpinang. Tari Topeng Mak Yong yang berada di Tanjungpinang adalah pimpinan Bapak Said Parman. Dalam perkembangannya Tari Topeng Mak Yong mendapat pengaruh, hal itu dapat dilihat pada properti yang digunakan dalam pementasan Mak Yong yaitu Topeng. Pada awalnya penari Topeng Mak Yong yang berasal dari Negeri gajah (Thailand) tidak menggunakan topeng dan berasal dari kalangan istana. Tetapi setelah memasuki daerah Kepulauan Riau Tari Topeng Mak Yong mengalami perubahan yaitu menggunakan topeng dan pertunjukannya juga saat ini sebagai hiburan rakyat. Mantera dan sesaji pada Mak Yong dahulu sangat berperan dalam berjalannya pementasannya tetapi pada Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinangpimpinan Bapak Said Parman, sesaji dan mantera tidak digunakan karena semua pertolongan dan kepasrahan diri hanyalah milik Allah SWT.
Gerak yang terdapat dalam Tari Topeng Mak Yong sangatlah sederhana sekali. Pakem-pakem yang harus ada dalam Tarian Topeng Mak Yong dapat terlihat pada gerakan bertabik (pembukaan), gerakan canggai, gerakan menggulung tali, dan gerakan bergembira atau sayang cik milik. Dari keempat gerakan tersebut memiliki arti yang sangat sakral dan penting dalam pertunjukan Mak Yong.
Hal yang menyebabkan Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang telah dikenal oleh beberapa negara tetangga antara lain: letak geografisnya, adanya kesamaan rumpun suku dan budaya melayu dengan beberapa negara tetangga dan yang paling menarik adalah anggota Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang adalah anak-anak yang masih
(4)
82
menjaga dan melestarikan budaya melayu ayng hampir punah seiringnya zaman.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kepada temuan-temuan yang berhasil penelitian temukan dalam penelitian ini, demi kemajuan dan melestarikan Tari Topeng Mak Yong terdapat beberapa hal yang ingin peneliti implikasikan atau saran yaitu: 1. Perlu dilakukannya pembinaan dan penanganan yang serius terhadap
seni-seni tradisi yang ada di daerah, baik pemerintahan sebagai lembaga yang berwenang menanganinya serta langsung, maupun lembaga-lembaga formal dalam bidang seni. Keluhan dari pembina Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang terhadap pemerintah setempat adalah kekurangannya perhatian yang serius hampir dalam segala hal untuk kegiatan latihan dan pertunjukan Tari Topeng Mak Yong. Padahal Tari Topeng Mak Yong merupakan salah satu kesenian yang telah berhasil membawa nama baik Indonesia, khususnya Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau di mata mancanegara sebagai salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Sebaliknya, penanganan dan perhatian tersebut dapat diberikan dalam bentuk menejemen organisasi dan pengembangan kreativitas materi.
2. Perlu diadakan kegiatan penelitian lanjut yang keberadaannya belum diteliti dalam penelitian ini, misalnya analisis makna simbol, sejarah lengkap, lahirnya kesenian tersebut, serta fungsi ritual pada awal memulai pertunjukan Mak Yong tersebut.
(5)
Yulia Afrianti, 2014
Tari topeng mak yong Di sanggar mak yong cilik tanjungpinang provinsi kepulauan riau
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku
Achmad, K.Y. Ganda, A. Rochyatmo, A. dan Mudjiono. (1997). Ungkapan Beberapa Bentuk Kesenian Teater, Wayang dan Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian, Proyek Pengembangan Kesenian Depdikbud.
Ardi, Sumantri. (2002). Amuk Melayu dalam Tuntutan Propinsi Kepulauan Riau. Pekanbaru: UNRI PRESS.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
BM, Syamsudin. (1982). Seni peran Mak Yong Khazanah Budaya Warisan Budaya. Pekanbaru: Majalah Pengetahuan Umum dan Profesi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ernst, Cassirer. (1987). Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esai Tentang Manusia. Jakarta: Gramedia.
Falah, Jaka. (2011). Analisis Pergeseran Fungsi Pertunjukan Teater Dul Muluk di Kota Palembang Sumatera Selatan (Dulu, Kini dan Masa Depan (Tesis): Bandung. UPI.
Ihrohim. (2006). Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Laura, Raja Larassati. (2008). Kajian Struktur dan Fungsi Seni Pertunjukan Tari Dangkong di Tengah Masyarakat Pulau Moro Kabupaten Karimun (Skripsi): Bandung. UPI.
Nasution, Makmur. (2002). Pewaris Teater Mak Yong di Kepulauan Riau. KOMPAS
Ruslan, dkk. (1983). Seni Pertunjukan Tradisional (teater Rakyat) daerah Riau. Pekanbaru: UNRI PRESS.
Sedyawati, Edi. (1993). Seni Pertunjukan Indonesia (Mayarakat Seni Pertunjukan). Jakarta: Grasindo
______________. (1984). Tari Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Soedarsono. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: UGM.
(6)
__________. (1976). Pengantar Pengetahuan Tari Yogyakarta. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia
Soemantri, Sastrosoewondo. (1986). Teater Mak Yong dan Perkembangannya dalam Budisantoso (Penyunting) Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya. Pekanbaru: Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Riau.
Sumardjo, Y. (2001). Seni Pertunjukan Dalam Prespektif Sejarah. Bandung: STSI PRESS.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabet.
Sumardi, Y.Y. (2004). Simbolisasi Topeng Mak Yong Senia Peran Tradisional Masyarakat mantang Arang Kepulauan Riau. Pekanbaru: UIR PRESS Surakhman, Winarno. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Winarta, S.H. (2002). Antropologi Budaya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Sumber Lain-lain
http://uun-halimah.blogspot.com/2008/03/mak-yong.html
http://www.adicita.com/artikel/detail/30/509/Teater-Makyong-Riau-dan-Pengembangannya
http://www.butang-emas.net/2010/02/4-makyong-alat-musik.html
http://www.indonesia.travel/id/destination/63/pulau-bintan/article/225/makyong-teater-tradisional-di-kepulauan-riau