PENGARUH PHONOLOGICAL AWARENESS TERHADAP KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR.
PENGARUH PHONOLOGICAL AWARENESS TERHADAP KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA
DI SEKOLAH DASAR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister (S2) Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh :
EEN RATNENGSIH
NIM. 1004799
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
(2)
PENGARUH PHONOLOGICAL AWARENESS TERHADAP KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR
Oleh Een Ratnengsih S.Pd UPI, 2006
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Een Ratnengsih 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Phonological Awareness terhadap Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika Di Sekolah Dasar”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah komponen phonological awareness (semantik dan sintaksis) memiliki pengaruh terhadap kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar? Berapa besaran pengaruh komponen phonological awareness (semantik dan sintaksis) terhadap kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komponen
phonological awareness (semantik dan sintaksis) terhadap kemampuan
penyelesaian soal cerita matematika pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode ekspos fakto dengan pendekatan kuantitatif. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dengan satu kali pengambilan, yaitu tes kemampuan penyelesaian soal cerita matematika dan tes kemampuan phonological awareness. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan path analysis. Sampel dalam penelitian ini adalah 96 orang siswa kelas 1 Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani Bandung.
Hasil temuan lapangan menunjukan bahwa komponen phonological
awareness (semantik dan sintaksis) baik secara parsisal maupun gabungan
memiliki pengarauh signifikan terhadap kemampuan penyelesaian soal cerita matematika (reading comprehension, computation dan mathematic comprehension). Adapun besaran pengaruh semantik secara parsial dan langsung
terhadap reading comprehension adalah sebesar 21.9 %, sedangkan besaran pengaruh komponen sintaksis adalah sebesar 29.8%. Besaran pengaruh komponen semantik secara parsial dan langsung terhadap computation adalah sebesar 35,2 %, sedangkan besaran pengaruh komponen sintaksis adalah sebesar
21,7%. Besaran pengaruh komponen phonological awareness pada komponen
semantik secara parsial dan langsung terhadap mathematic comprehension adalah sebesar 13,7 %, sedangkan besaran pengaruh komponen sintaksis adalah sebesar
27,2%. Artinya bahwa kemampuan phonological awareness (semantik dan
sintaksis) yang diukur memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tinggi rendahnya kemampuan penyelesaian soal cerita matematika (reading
comprehension, computation dan mathematic comprehension), dengan besaran
(5)
ABSTRACT
This research entitled "The Effect of phonological awareness for Problem Resolution Capability in Elementary School Math Stories". The formulation of the problem in the research is whether phonological awareness component (semantic and syntactic) have an influence on the ability of finishing math story problems in grade 1 elementary school? How big is the influence of phonological awareness component (semantic and syntactic) to the ability of the completion of math story problems in grade 1 elementary school? The purpose of this study was to determine the effect of phonological awareness component (semantic and syntactic) the ability of the completion of a story about math at the Grade 1 Elementary School. To achieve the research objectives, this research is using the exposure facto quantitative approach. The data collection in this study using a test technique with one retrieval, which tests math story problem resolution skills and phonological awareness skills test. The data was analyzed using path analysis. The samples in this study were 96 students of grade 1 elementary school in the District Antapani Bandung.
The results of field findings indicate that phonological awareness components (semantics and syntax) and the combined parsisal both have significant effect on the ability of the settlement pengarauh story about math (reading comprehension, mathematic computation and comprehension). The amount of the partial semantic influence and direct the reading comprehension is at 21.9%, while the amount of influence the syntactic component amounted to 29.8%. The amount of the partial effect of semantic components and direct the computation is equal to 35.2%, while the amount of influence the syntactic component is 21.7%. The amount of the influence on the components of phonological awareness and partial semantic components directly to the mathematic comprehension was 13.7%, while the amount of influence the syntactic component is 27.2%. This means that the ability of phonological awareness (semantic and syntactic) measured had a significant positive effect on the level of math story problem resolution skills (reading comprehension, mathematic computation and comprehension), with the amount of influence of each of the above.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH... v
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Batasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 11
G. Definisi Operasional ... 12
H. Asumsi ... 13
I. Hipotesis ... 16
J. Kerangka Berfikir ... 17
BAB II LANDASAN TEORI ... 21
A. Konsep Phonological Awareness ... 21
B. Matematika ( Soal Cerita Matematika) ... 30
1. Definisi ... 30
2. Tahap Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... 32
3. Komponen Keterampilan Penyelesaian Soal cerita Matematika ... 36
4. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar... 41
5. Kesulitan Belajar Matematika ... 45
(7)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54
A. Pendekatan Penelitian ... 54
B. Populasi dan Sampel ... 55
1. Populasi ... 55
2. Sampel ... 57
C. Teknik Pengumpulan Data ... 59
1. Tes Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... 59
2. Tes Kemampuan Phonological Awareness ... 60
D. Instrumen Penelitian ... 61
1. Instrumen Tes Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... 61
2. Instrumen Tes Kemampuan Phonological Awareness ... 64
E. Uji Coba Instrumen... 66
1. Pengujian Validitas ... 66
2. Pengujian Reliabilitas ... 69
3. Pengujian Keterbacaan ... 72
F. Teknik Analisis Data... 73
G. Prosedur Penelitian ... 81
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83
A. Hasil Penelitian ... 83
1. Hasil Penelitian Secara Deskriptif ... 83
a. KemampuanPhonological Awareness ... 83
b.Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... 89
2. PengujianHpotesis ... 98
a. Hipotesis 1 ... 101
b. Hipotesis 2 ... 103
c. Hipotesis 3 ... 108
d. Hipotesis 4 ... 113
3. Besaran PengaruhVariabel ... 121
(8)
BABV KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 150
A. Kesimpulan ... 150
B. Rekomendasi ... 152
DAFTAR PUSTAKA ... 154
RIWAYAT HIDUP ... 155
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Sub-tahap Sensori Motor ... 42
3.1 Data SD se-Kecamatan Antapani Kota Bandung ... 56
3.2 Kriteria Pengelompokan Skor Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... 60
3.3 Kriteria Pengelompokan Skor Phonological Awareness Matematika ... 61
3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... 63
3.5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Kemampuan Phonological Awareness ... 65
3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penyelesaian Soal Cerita Matematika Soal Membaca Pemahaman (Reading Comprehension) ... 70
3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penyelesaian Soal Cerita Matematika Soal Komputasi (Computation) ... 70
3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penyelesaian Soal Cerita Matematika Soal Pemahaman Matematika (Mathematic Comprehension) ... 71
3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Phonological Awareness Soal Semantik ... 71
3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Phonological Awareness Soal Sintaksis ... 72
3.11 Kriteria Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... 74
3.12 Hasil Uji Normalitas Semantik (X1) ... 75
3.13 Hasil Uji Normalitas Sintaksis (X2) ... 76
3.14 Hasil Uji Normalitas Reading Comprehension (Y1) ... 77
3.15 Hasil Uji Normalitas Computation (Y2) ... 78
3.16 Hasil Uji Normalitas Reading Comprehension (Y3) ... 79
(10)
4.2 Deskripsi Data Komponen Semantik ... 85
4.3 Distribusi Frekuensi Skor Komponen Semantik ... 86
4.4 Kriteria Pengelompokan Skor Komponen Semantik ... 86
4.5 Deskripsi Data Komponen Sintaksis ... 88
4.6 Distribusi Frekuensi Skor Komponen Sintaksis ... 88
4.7 Kriteria Pengelompokan Skor Komponen Semantik ... 89
4.8 Deskripsi Data Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika... 91
4.9 Deskripsi Data Komponen Reading Comprehension ... 92
4.10 Distribusi Frekuensi Skor Komponen Reading Comprehension ... 93
4.11 Kriteria Pengelompokan Skor Reading Comprehension ... 93
4.12 Deskripsi Data Komponen Computation ... 95
4.13 Distribusi Frekuensi Skor Komponen Computation ... 95
4.14 Kriteria Pengelompokan Skor Komponen Computation ... 96
4.15 Deskripsi Data Komponen Mathematic Comprehension ... 97
4.16 Distribusi Frekuensi Skor Komponen Mathematic Comprehension ... 98
4.17 Kriteria Pengelompokan Skor Komponen Mathematic Comprehension ... 99
4.18 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Parsial Komponen Semantik (X1), Sintaksis (X2), Reading Comprehension (Y1) dan Computation (Y2) terhadap Mathematic Comprehension (Y3) Soal Sintaksis ... 121
4.19 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Gabungan Komponen Semantik (X1), Sintaksis (X2), Reading Comprehension (Y1) dan Computation (Y2) terhadap Mathematic Comprehension (Y3) Soal Sintaksis ... 122
4.20 Besaran Pengaruh Langsung (Direct Effect) Parsial Komponen Semantik (X1) dan Sintaksis (X2) terhadap Reading Comprehension (Y1) ... 123
4.21 Besaran Pengaruh Langsung (Direct Effect) Parsial Komponen Semantik (X1) dan Sintaksis (X2) terhadap Computation (Y2) ... 124
(11)
4.22 Besaran Pengaruh Langsung (Direct Effect) Parsial Komponen Semantik (X1) dan Sintaksis (X2) terhadap
Mathematic Comprehension (Y3) ... 125
4.23 Besaran Pengaruh Langsung (Direct Effect) Parsial Reading
Comprehension (Y1) dan Computation (Y2) terhadap
Mathematic Comprehension (Y3) ... 126
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Alur Pikir Penelitian ... 20
2.1 Proses Berbahasa ... 24
2.2 Kemampuan Mengartikan Kata dalam Membaca dan Akibatnya ... 27
2.3 Pengaruh Phonological Awareness Terhadap Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... 49
3.1 Desain Penelitian ... 55
3.2 Tahap Menentukan Sampel Penelitian dengan Teknik Cluster Sampling ... 58
3.3 Hasil Uji Normalitas Semantik (X1) ... 75
3.4 Hasil Uji Normalitas Sintaksis (X2) ... 76
3.5 Hasil Uji Normalitas Reading Comprehension (Y1) ... 77
4.6 Hasil Uji Normalitas Computation (Y2) ... 78
3.7 Hasil Uji Normalitas Reading Comprehension (Y3) ... 79
4.1 Deskripsi Data Komponen Phonological Awareness ... 84
4.2 Distribusi Frekuensi Skor Komponen Semantik ... 87
4.3 Distribusi Frekuensi Skor Komponen Sintaksis ... 90
4.4 Deskripsi Data Komponen Penyelesian Soal Cerita Matematika ... 92
4.5 Deskripsi Data Komponen Reading Comprehension ... 94
4.6 Deskripsi Data Komponen Computation ... 97
4.7 Deskripsi Data Komponen Mathematic Comprehension ... 99
4.8 Struktur Hubungan Antar Variabel ... 129
(13)
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sasaran pendidikan adalah untuk memberi bekal pengetahuan dan kemampuan siswa yang diharapkan dapat berfungsi secara efektif dalam menjalani kehidupan di zaman yang semakin berkembang. Apa yang dipelajari dijenjang pendidikan formal diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah seharusnya menjadi sesuatu hal yang disukai dan diminati oleh siswa, sehingga diharapkan siswa akan belajar dan memahami setiap mata pelajaran tersebut tanpa beban.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diperoleh oleh peserta didik di jenjang pendidikan formal. Meskipun pada kenyataannya mata pelajaran matematika masih sering menjadi hal yang sangat sulit dan tidak disukai, hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Rusffendi (1991:34) bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi, dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan memperdayakan. Akibatnya motivasi dan kemampuan yang ditampilkan dalam mata pelajaran ini cenderung tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa.
Menurut Geary (2004) hasil survey di California Amerika terdapat 15-24 orang dari 300 sampel yang diteliti atau sekitar 5% - 8% siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika atau mathematic learning difficultie.
(14)
dengan jumlah sampel yang hamper sama juga. Dari data yang diperoleh hasil survei tersebut jelas terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Di Indonesia pun bukan hal yang tidak mungkin tentang keberadaan siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika, meskipun belum ada hasil survei tentang prevalensi anak kesulitan belajar matematika di negeri ini. Semua siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika tersebut berhak memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya.
Paradigma baru menuntut layanan pendidikan yang diberikan harus inkusif atau dikenal dengan pendidikan inklusif, dimana layanan pendidikan yang diberikan harus berpusat pada siswa dan memenuhi kebutuhan belajar siswa, termasuk siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Layanan pendidikan bagi siswa berkesulitan belajar tidak mesti belajar di seting segregasi, terlebih Sekolah Khusus (SLB) untuk kategori anak berkesulitan belajar spesifik matematika masih langka ditemui. Dengan paradigma baru siswa berkesulitan belajar matematika dapat memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya di sekolah regular.
Oleh karena itu layanan pendidikan yang melihat dari sudut pandang kebutuhan anak atau berpusat pada tahapan perkembangan anak harus mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan siswa bukan semata berpusat pada tuntutan kurikulum. Sehingga mengidentifikasi hambatan dan kebutuhan siswa sejak awal menjadi hal penting yang harus dilakukan untuk mewujudkan layanan pendidikan yang tepat bagi siswa. Pada siswa yang
(15)
memiliki kesulitan belajar matematika, identifikasi awal akan berguna untuk menentukan sasaran dalam intervensi atau pengajaran yang diberikan serta meminimalisasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar pada siswa, sehingga keterampilan siswa dalam dapat berkembang dengan optimal.
Salah satu pembahasan yang dipelajari dalam mata pelajaran matematika di jenjang Sekolah Dasar adalah problem solving, antara lain pembahasan tentang penyelesaian soal cerita. Menurut hasil penelitian Fitriani (2011:3) kesulitan yang seringkali muncul pada siswa sekolah dasar berkaitan dengan penyelesaian soal cerita matematika yaitu : (1) Siswa tidak dapat memahami kalimat dalam soal cerita; (2) Siswa tidak dapat menarik beberapa informasi yang terdapat dalam soal cerita; (3) Siswa tidak dapat menentukan apa inti permasalahan yang ditanyakan dalam soal cerita; (4) Siswa tidak dapat menentukan sendiri langkah penyelesaian soal cerita matematika; (5) Siswa tidak dapat menyimpulkan jawaban soal cerita matematika. Hal ini senada dengan pendapat Gooding (2009) yang menyatakan bahwa berdasarkan beberapa hasil penelitian terdapat lima kategori penyebab kesulitan yang berkaitan dengan masalah kata dalam matematika yaitu : (1) Kemampuan membaca dan pemahaman bahasa yang digunakan dalam masalah matematika; (2) memahami dan mengimajinasikan konteks dalam masalah matematika; (3) menyusun kalimat matematika yang berkaitan dengan masalah matematika; (4) menentukan perhitungan
(16)
matematika; dan (5) mengiterpretasikan jawaban dengan pertanyaan yang dimaksud.
Permasalahan lain muncul tidak hanya disebabkan karena faktor internal melainkan juga disebabkan faktor eksternal yaitu faktor penyebab diluar diri anak. Menurut Lovitt (1989:147) terdapat tiga kelompok penyebab seorang siswa dalam bidang studi matematika mengalami kegagalan, yaitu ;(1) Kegagalan yang berhubungan dengan penyebab lain (correlated failure), (2) Kegagalan karena sistem pengajaran yang digunakan (instructional
failure), dan (3) kegagalan dari dalam individu (individual failure).
Salah satu komponen yang harus dikuasai dalam menyelesaikan soal cerita matematika adalah kemampuan memahami permasalahan matematika. Kemampuan memahami permasalahan matematika akan berkaitan dengan kemampuan membaca pemahaman. Kemampuan membaca pemahaman menjadi faktor penting karena soal cerita matematika disajikan dalam bentuk soal bacaan kalimat. Berbicara masalah membaca pemahaman tentu akan terkait dengan pemahaman makna kata dan kalimat. Pemahaman kata dan kalimat sendiri tidak akan terlepas dari pembahasan bahasa. Menurut Bruner dalam Dahar (2005:106) bahwa bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunkasi antar manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Berbicara bahasa maka akan terkait dengan persoalan bunyi dimana prosesnya dilalui salah satunya lewat sensori auditoris. Komponen bahasa menjadi penting dalam matematika senada dengan pendapat para ahli (Robinson, Manchetti, dan Torgesen :
(17)
2002) yang menggunakan proses pemerolehan komponen bahasa dengan istilah phonological processing.
Istilah phonological processing menurut Lancaster dan Pope (1997:4) yaitu operasi mental yang diaplikasikan dalam bicara untuk merubah bentuk atau urutan bunyi. Dalam phonological processing terdapat tiga komponen, yaitu : (1) Kesadaran Fonologis (Phonological Awareness); (2) Kecepatan Penamaan (Rapid Naming) dan (3) Ingatan Fonologis (Phonological
Memory). Masing–masing dikembangkan secara terpisah oleh Wagner, et all (1999).
Salah satu komponen yang terdapat dalam phonological processing adalah kesadaran fonologis (Phonological Awareness). Menurut Torgessen dan Wagner (1998) Phonological Awarenes adalah sensitivitas atau kesadaran eksplisit seseorang yang meliputi kemampuan melihat, memikirkan atau memanipulasi struktur bunyi dari kata-kata dalam bahasanya. Apabila melihat pengertian phonological awareness dan phonological processing memiliki kajian yang sama yaitu persoalan bunyi. Phonological awerrenes merupakan bagian dari phonological processing seperti yang dikemukakan Wagner, et all (1999). Oleh karena itu pembahasan mengenai phonological
processing dapat juga menggunakan istilah phonological awerreness. Dalam phonological awareness terdapat beberapa komponen antara lain komponen
fonem, morfem, semantik, sintasksis, prosidi dan pragmatik.
Berkaitan dengan phonological awareness Robinson, Menchetti, dan Torgesen (2000) menyatakan bahwa kegagalan individu dalam belajar
(18)
matematika sangat ditentukan oleh kemampuan individu untuk melakukan proses fonologis, yaitu kemampuan operasi mental yang diaplikasikan dalam bicara untuk merubah bentuk bunyi atau urutan bunyi. Okamoto dan Case dalam Santoso (2008) menyatakan bahwa hambatan dalam phonological
processing akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam penguasaan
komponen bahasa. Penguasaan komponen bahasa menyebabkan siswa mengalami hambatan dalam perkembangan isi dan bentuk bahasa. Dan jika siswa mengalami hambatan dalam perkembangan isi dan bentuk bahasa akibatnya siswa akan mengalami kesulitan dalam berbagai bidang pelajaran, termasuk belajar membaca dan matematika.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi Santoso (2008) berkaitan dengan phonological processing pada anak usia pra sekolah yang memiliki kemampuan phonological processing rendah dan tinggi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua kelompok tersebut. Dimana jika kemampuan phonological processing siswa rendah maka kemampuan keterampilan dasar matematika siswa tersebut tidak akan tinggi, sebaliknya jika kemampuan phonological processing siswa tinggi maka keterampilan matematika siswa tersebut juga tidak akan rendah. Adapun kemampuan
phonological processing yang diungkap dalam penelitian ini hanya pada
tahap dasar yaitu penguasaan komponen bahasa pada aspek fonem dan morfem.
Phonological awareness sebagai penguasaan komponen bahasa yang didalamnya berhubungan dengan perkembangan isi dan bentuk bahasa
(19)
memiliki pengaruh dan peran penting dalam kemampuan matematika termasuk salah satunya penyelesaian soal cerita matematika bagi siswa sekolah dasar. Komponen semantik dan sintaksis diduga memberikan pengaruh terhadap kemampuan penyelesaian soal cerita matematika, hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan Lancaster dan Pope (1997) yang menyatakan bahwa pengaruh phonological proccesing aspek semantik dan sintaksis akan menentukan pemahaman struktur semantik dan sintaksis dalam struktur konsep matematika, struktur konsep matematika terdiri dari; (1) prinsip-prinsip dalam matematika, (2) prosedur-prosedur dalam matematika, dan (3) hubungan-hubungan dalam matematika.
Penyelesaian soal cerita matematika tidak akan terlepas dari penguasaan siswa tentang stuktur konsep matematika yang didalamnya terdiri dari penguasaan prinsip-prinsip, prosedur-prosedur dan hubungan-hubungan. Oleh karena itu penguasaan komponen semantik dan sintaksis menjadi sangat penting dalam penyelesaian soal cerita matematika. Namun untuk mengetahui komponen mana yang paling berpengaruh terhadap kemampuan penyelesaian soal cerita matematika dan seberapa besar pengaruhnya perlu dilakukan studi untuk mencari dan membuktikan kebenaran teori yang telah ada. Sehingga untuk mengatasi siswa yang mengalami hambatan dalam penyelesaian soal cerita matematika pada jenjang sekolah dasar harus diketahui dimana letak permasalahannya baik yang langsung maupun tidak.
(20)
Berangkat dari permasalahan di atas maka penulis terdorong untuk mengkaji pengaruh phonological awareness (semantik dan sintaksis) terhadap kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada siswa sekolah dasar.
B. Identifikasi Masalah
Berbagai permasalahan yang muncul dalam proses penyelesaian soal cerita matematika di Sekolah Dasar disebabkan karena factor internal maupun internal siswa. Adapaun beberapa hambatan yang biasanya muncul adalah: (1) Siswa tidak dapat memahami kalimat dalam soal cerita; (2) Siswa tidak dapat menarik beberapa informasi yang terdapat dalam soal cerita; (3) Siswa tidak dapat menentukan apa inti permasalahan yang ditanyakan dalam soal cerita; (4) Siswa tidak dapat menentukan sendiri langkah penyelesaian soal cerita matematika; (5) Siswa tidak dapat menyimpulkan jawaban soal cerita matematika. Permasalahan tersebut muncul hampir merata pada semua level di jenjang Sekolah Dasar. Penyelesaian soal cerita matematika di jenjang awal diduga hal yang berat dipelajari siswa, karena pada tahap ini siswa baru mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan soal tersebut seperti membaca baik permulaan maupun pemahaman dan konsep serta operasi bilangan.
Robinson, Menchetti, dan Torgesen (2000) menyatakan bahwa kegagalan individu dalam belajar matematika sangat ditentukan oleh kemampuan individu untuk melakukan proses fonologis, yaitu kemampuan operasi mental yang diaplikasikan dalam bicara untuk merubah bentuk
(21)
bunyi atau urutan bunyi. Sedangkan menurut Lancaster dan Pope (1997) bahwa dalam konteks matematika proses fonologis dimana didalamnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : Phonological awarenes tahap dasar, pada tahap ini didalamnya terdapat aspek pemahaman struktur fonem dan morfem, Phonological awarrenes tahap lanjut, dalam tahap ini terdapat aspek semantik dan sintaksis, Phonological awarrenes tahap akhir, terdapat aspek pemahaman prosodi dan pragmatik.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh komponen
phonological awareness terhadap kemampuan penyelesaian soal cerita
matematika pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar.
Dalam penelitian ini komponen phonological awarenes dibatasi pada aspek semantik dan sintaksis. Selain itu kemampuan meyelesaikan soal cerita akan dibatasi pada soal cerita sehari-hari dalam opersi penjumlahan dan pengurangan. Hal ini disesuaikan dengan materi soal cerita yang dipelajari pada subjek penelitian siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Keterampilan menyelesaikan soal cerita yang dikaji mencakup tiga komponen yaitu : 1) membaca pemahaman (Reading comprehension); 2) Operasi bilangan (Computation) : 3) pemahaman matematika (Mathematic Comprehension).
D. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang dan identifikasi di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah komponen phonological
(22)
awareness (semantik dan sintaksis) memiliki pengaruh terhadap kemampuan
penyelesaian soal cerita matematika pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar?” Untuk memudahkan penelitian ini maka secara khusus masalah yang akan dikaji dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Berapa besar pengaruh komponen semantik dan sintaksis terhadap kemampuan reading comprehension?
2. Berapa besar pengaruh komponen semantik dan sintaksis terhadap kemampuan computation?
3. Berapa besar pengaruh komponen semantik dan sintaksis terhadap kemampuan mathematic comprehension ?
4. Berapa besar pengaruh komponen reading comprehension dan
computation terhadap kemampuan mathematic comprehension?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui apakah
phonological awareness (semantik dan sintaksis) berpengaruh terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika yang mencakup reading
comprehension, computation dan mathematic comprehension pada siswa
siswa kelas 1 sekolah dasar, sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
(23)
1. Mengetahui besaran pengaruh komponen semantik dan sintaksis terhadap kemampuan reading comprehension.
2. Mengetahui besaran pengaruh komponen semantik dan sintaksis terhadap kemampuan computation.
3. Mengetahui besaran pengaruh komponen semantik dan sintaksis terhadap kemampuan mathematic comprehension
4. Mengetahui besaran pengaruh komponen reading comprehension dan
computation terhadap kemampuan mathematic comprehension
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan:
1. Memberikan gambaran dan bukti empiris dari pengaruh Phonological
Awareness (komponen semantik dan sintaksis) terhadap kemampuan
penyelesaian soal cerita matematika
2. Secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru tentang pengaruh phonological awareness terhadap proses pembelajaran matematika di Sekolah Dasar terutama sebagai dasar dalam menangani siswa yang mengalami permasalahan belajar menyelesikan soal cerita matematika.
3. Memberi masukan kepada peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan phonological awarreness dan penyelesaian soal cerita matematika Sekolah Dasar.
(24)
G. Definisi Operasional
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variable yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Adapun variable bebas dalam penelitian ini adalah phonological awareness, yaitu terdiri dari :
a. Semantik (X1) adalah sensitivitas siswa dalam memahami makna atau
arti dari sebuah kata berkaitan dengan soal yang didengarnya melalui indera pendengaran.
b. Sintaksis (X2) adalah sensitivitas siswa dalam memahami tata bahasa
berupa kata yang disusun untuk membentuk sebuah kalimat atau berupa kalimat-kalimat yang disusun menjadi sebuah cerita melalui kata atau kalimat yang didengarnya.
2. Variabel Terikat (Y)
Adapun variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variable bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. a. Reading Comprehension (Y1) adalah kemampuan untuk memahami isi
dari sebuah bacaan dalam penyelesaian soal cerita matematika. b. Computation (Y2) adalah kemampuan untuk melakukan operasional
(25)
c. Mathematic Comprehension (Y3) adalah kemampuan untuk
memahami isi sebuah bacaan dengan menuangkannya (memformulasikan) kedalam kalimat matematika dan menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat.
H. Asumsi
Kemampuan Phonological Awareness merupakan proses mental yang diaplikasikan dalam bicara untuk merubah bunyi atau urutan. Hal ini akan terkait dengan dengan kemampuan seseorang dalam memahami komponen bahasa. Penguasaan komponen bahasa meliputi : (1) fonem; (2) morfem; (3) semantik; (4) sintaksis; (5) prosidi dan (6) pragmatik.
Menurut Lancaster dan Pope (1996:32) menyatakan dalam konteks matematika Phonological awareess dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1) Pemahaman Struktur fonem dan morfem; (2) Pemahaman stuktur semantik dan sintaksis; dan (3) pemahaman struktur prosidi dan pragmatik.
Phonological awareness tahap dasar, pada tahap ini didalamnya
terdapat aspek pemahaman struktur fonem dan morfem. Dalam konteks belajar matematika, kemampuan ini akan menentukan kemampuan untuk mengkodekan bunyi ujaran angka dan kemampuan untuk menghubungkan antara bunyi ujaran angka dengan symbol angkanya.
Phonological awarrenes tahap lanjut, dalam tahap ini terdapat aspek
(26)
konsep matematika, Struktur konsep matematika terdiri dari; (1) prinsip-prinsip dalam matematika, (2) prosedur-prosedur dalam matematika, dan (3) hubungan-hubugan dalam matematik.
Phonological awarrenes tahap akhir, terdapat aspek pemahaman
prosodi dan pragmatik. Pada tahap ini menentukan pemahaman variasi dan kompleksitas logika matematika. Variasi dan kompleksitas logika matematika akan nampak pada apikasi matematika dalam interaksi social secara verbal.
Menurut Robinson, Mancheti dan Torgesen (2000:15) menyatakan bahwa siswa yang mengalami hambatan memahami struktur semantik dan sintaksis akan mengalami kesulitan mememahmai stuktur semantik dan sintaksis dalam struktur konsep matematika yang meliputi pemahaman prinsip-prinsip prosedur-prosedur dan hubungan-hubungan dalam matematika.
Hasil studi yang sudah dilakukan oleh Perlwitz dalam Beardeu (1994) menyatakan bahwa siswa Sekolah Dasar kelas satu mengindikasikan bahwa aktivitas linguistik anak baik secara individu maupun keompok mempengaruhi pembentukan konsep matematika, sebaliknya tingkat kognisi anak mempengaruhi terhadap aktivitas linguistik siswa baik secara individu dan kelompok.
Hasil temuan Foster (2011) bahwa phonological awareness memberikan pengaruh terhadap skor matematika dasar. Pada anak-anak
(27)
awareness rendah maka kemampuan matematika dasar menjadi rendah
apabila tidak disertai dengan prevate speech yang baik.
Sejumlah peneliti (Hiebert & Moser, 1983; De Corter & Verschafel, 1981; Kintch & Greeno, 1985; Morales, Shute, & Pellegrino, 1985; Riley, Greeno, & Heller, 1983, Vergnaud, 1982) dalam Prabawanto (2012) menyatakan bahwa salah satu aspek dari soal cerita yang berkenaan dengan penjumlahan dan pengurangan adalah struktrur semantiknya. Struktur ini diidentifikasi dalam beberapa tipe, yaitu yaitu merubah (change), menggabungkan (combine), membandingkan (compare), dan menyamakan (equalize). Selanjutnya Riley, dkk (1983) menyatakan bahwa keberhasilan menyelesaikan soal-soal cerita tergantung pada hubungan pengetahuan semantik yang ditemukan dalam masalah-masalah itu dan tergantung pula pada keterkaitan pengetahuan ini dengan langkah-langkah yang diperlukan dalam menyelesaikannya.
Tidak hanya unsur semantik ternyata sintaksis juga memiliki hubungan terkait keterampilan berbahasa. Menurut Pauslton dan Bruder dalam Ramli (1976:1) keterampilan berbahasa itu sangat erat hubunganya dengan penguasaan tatabahasa (sintaksis), karena tatabahasa itu meresap kepada empat keterampilan berbahasa, yaitu : mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
Dalam mata pelajaran matematika pada pembahasan problem solving khususnya soal cerita akan melibatkan komponen tersebut di atas dalam tiap tahap proses penyelesaianya. Menurut Goodstein dalam McLoughlin &
(28)
Lewis (1986 : 307) menyatakan bahwa siswa harus memahami empat tahap dalam proses pengerjaaan pemecahan soal cerita, yaitu (1) Kemampuan mengidentifiksi operasi aritmatika yang diperlukan; (2) Mengidentifikasi bagian informasi yang relevan; (3) Terampil memformulasikan komputasi secara tepat dan sesuai; dan (4) Ketepatan dalam melakukan komputasi. Keempat tahap tersebut dikerucutkan ke dalam tiga kemampuan yaitu (1)
Reading Comprehension dan (2) Computation dan (3) gabungan dari
keduanya yaitu Mathematic Comprehension.
I. Hipotesis
Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah
1. Komponen semantik dan sintaksis baik secara parsial atau gabungan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan reading comprehension pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar.
2. Komponen semantik dan sintaksis baik secara parsial atau gabungan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan computation pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar.
3. Komponen semantik dan sintaksis baik secara parsial atau gabungan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan mathematic
comprehension pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar.
4. Komponen reading comprehension dan computation baik secara parsial atau gabungan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan
(29)
J. Kerangka Berfikir
Kemampuan penyelesaian soal cerita matematika merupakan salah satu bagian dari kemampuan problem solving. Terdapat banyak keterampilan yang harus dimiliki siswa ketika menyelesaian soal cerita matematika. Menurut Goodstein dalam McLoughlin & Lewis (1986 : 307) siswa harus memahami empat tahap dalam proses pengerjaaan pemecahan soal cerita, yaitu (1) Kemampuan mengidentifiksi operasi aritmatika yang diperlukan; (2) Mengidentifikasi bagian informasi yang relevan; (3) Terampil memformulasikan komputasi secara tepat dan sesuai; dan (4) Ketepatan dalam melakukan komputasi. Selain itu menurut George Polya dalam Rahadjo (2011:10-12) menyarankan empat langkah rencana dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, termasuk didalamnya soal cerita yaitu: Memahami masalah (understanding the problem); Menyusun rencana (devising a plan); Pelaksanaan rencana (carrying out the plan); dan Memeriksa kembali (looking back). Apabila melihat pendapat dari kedua ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga keterampilan yang harus dimiliki siswa ketika akan meyelesaikan soal problem solving khususnya cerita matematika yaitu (1) Membaca Pemahaman (Reading
Comprehension); (2) Komputasi (Computation): dan Pemahaman
Matematika (Mathematic Comprhension).
Setiap keterampilan yang dimiliki siswa pasti harus menguasai keterampilan sebelumnya (prerequisit). Hal ini mengacu pada konsep perkembangan yang dikemukakan Piaget, bahwa perkembangan itu seperti
(30)
anak tangga dimana untuk melalui anak tangga yang yang di atas harus melewati ank tangga sebelumnya. Begitu pula dalam keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki dalam penyelesaian soal cerita matematika. Salah satu aspek yang terkait dengan ketrampilan-ketrampilan tersebut adalah aspek bahasa, salah stunya melalui verbal atau lisan (bicara). Sedangkan phonologica Awarenes merupakan bagian dari proses perolehan bahasa pada individu.
Kemampuan Phonological Awareness merupakan proses mental yang diaplikasikan dalam bicara untuk merubah bunyi atau urutan. Hal ini akan terkait dengan dengan kemampuan seseorang dalam memahami komponen bahasa. Penguasaan komponen bahasa meliputi: (1) Pemahaman struktur fonem dan morfem; (2) Pemahaman stuktur semantik dan sintaksis; dan (3) pemahaman struktur prosidi dan pragmatik.
Kemampuan phonological awareess dalam konteks matematika menurut Lancaster dan Pope (1997) dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
Phonological awarenes tahap dasar. Pada tahap ini didalamnya terdapat
aspek pemahaman struktur fonem dan morfem. Dalam konteks belajar matematika, kemampuan ini akan menentukan kemampuan untuk mengkodekan bunyi ujaran angka dan kemampuan untuk menghubungkan antara bunyi ujaran angka dengan symbol angkanya.
Phonological awarenes tahap lanjut, dalam tahap ini terdapat aspek
semantik dan sintaksis, kemampuan phonological processing ini menentukan pemahaman struktur semantik dan sintaksis dalam struktur
(31)
konsep matematika yang terdiri dari: (1) prinsip-prinsip dalam matematika, (2) prosedur-prosedur dalam matematika, dan (3) hubungan-hubungan dalam matematika
Phonological awareness tahap akhir, pada tahap akhir terdapat aspek
pemahaman prosodi dan pragmatik. Pada tahap ini menentukan pemahaman variasi dan kompleksitas logika matematika. Variasi dan kompleksitas logika matematika akan nampak pada aplikasi matematika dalam interaksi social secara verbal.
Dalam kontek penyelesaian soal cerita matematika tahapan
phonological awareness yang relevan adalah pada tahap kedua yaitu
tahapan aspek semantik dan sintakis, karena pada tahap ini seharusnya siswa sudah menguasai tahapan sebelumnya yaitu fonem dan morfem. Apabila kedua tahapan dalam phonological awareness tersebut sudah dikuasai, idealnya anak sudah mampu menguasai keterampilan dasar matematika dan memahami prinsip-prisip, prosedur-prosedur dan hubungan-hubungan dalam matematika. Selain itu secara parsial
phonologicl awareness juga merupakan prerequisit dari keterampilan
membaca dan komputasi.
Kerangka berfikir dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan Phonological awarenes (semantik dan sintaksis) secara signifkan terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Berikut alur fikir penelitian disajikan pada gambar 1.1 :
(32)
Gambar 1.1 Alur Pikir Penelitian
Pengaruh Phonological Awareness terhadap Kemampuan Peyelesaian Soal Cerita Matematika
KEMAMPUAN
PROBLEM
SOLVING
P
E
N
G
U
A
S
A
A
N
K
O
M
P
O
N
E
N
B
A
H
A
S
A
P
H
O
N
O
L
O
G
IC
A
L
A
W
A
RE
N
E
S
S
KOMPONEN
SEMANTIK
KOMPONEN
SINTAKSIS
READING COMPREHENSION READING COMPREHENSION MATHEMATIC COMPREHENSIONPENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA
(33)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran pengaruh phonological
awareness terhadap kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada
siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan metode ekspos fakto dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sukmadinata, A.S (2006:55) penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian ekspos fakto dilakukan terhadap program, kegiatan yang telah berlangsung atau telah terjadi. Penelitian ekspos fakto tidak ada pengontrolan variabel dan biasanya tidak ada pre tes. Metode penelitian ini dianggap tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.
Adapun desain dalam penelitian ini adalah menunjukan hubungan antar dua variabel bebas (X) yaitu komponen phonological awareness (semantik dan sintaksis) dan variabel terikat (Y) yaitu kemampuan penyelesaian soal cerita matematika (reading comprehension, computation dan mathematics
comprehension). Berikut ini ilustrasi keterhubungan antar vaiabel dalam
(34)
Gambar 3.1 Desain Penelitian
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Penentuan populasi dalam sebuah penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena populasi akan memberikan informasi atau data yang berharga bagi peneliti. Sugiono (2007 : 90) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
Kemampuan Phonological Awareness
Variabel Bebas (X)
Kemampuan Penyelesaian Soal cerita
Matematika Variabel Terikat (Y)
Semantik
(X1)
Reading
Comprehension (Y1)
Computation (Y2)
Mathematic Comprehansion
(Y3)
Sintaksis (X2)
(35)
mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas satu Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani Kota Bandung baik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika dan siswa yang tidak mengalami kesulitan menyelesaikan soal cerita matematika. Secara rinci, populasi dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 3.1
Data SD se-Kecamatan Antapani Kota Bandung
No. Gugus Nama sekolah
1. Kel. Antapani Wetan 1. SDN Antapani 1 2. SDN Antapani 5 3. SDN Griba 32 4. SDN Sindangsari 1 2. Kel. Antapani Kidul 5. SDS Muhammadiyah 7
6. SDN Sindangsari 3 7. SDN Sindangsari 5 8. SDN Griba 14/1 9. SDN Griba 14/2 10. SDN Griba 14/3 11. SDN Griba 13/1 3. Kel. Antapai Tengah 12. SDN Griba 27/1
13. SDN Griba 27/2 14. SDN Griba 14/3 15. SDN Griba 23
(36)
16. SDS Mutiara Hati 17. SDN Griba 18/1 18. SDN Griba 5/1 19. SDN Griba 5/2 4. Kel. Antapani Kulon 20. SDN Antapai 2 21. SDN Antapai 3
2. Sampel
Populasi dalam penelitian ini memiliki jumlah yang cukup besar, oleh karena itu peneliti menggunakan sampel sebagai subjek dalam penelitian ini. Menurut Sugiono (2007:91) sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cluster sampling untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Menurut Nasir (2005 : 311) bahwa
Cluster sampling adalah teknik memilih sebuah sampel dari
kelompok-kelompok unit-unit terkecil atau cluster. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total populasi.
Adapun penentuan sampel dilakukan melalui multy stages sampling yaitu dua tahap atau dikenal dengan two stage cluster sumpling. Dimana Kecamatan Antapani terbagi menjadi 4 kelurahan. Jika diilustrasikan kedalam gambar 3.2 sebagai berikut :
(37)
C. Pengembangan Instrumen Penelitian
Gambar 3.2
Tahap Menentukan Sampel Penelitian dengan Teknik Cluster Sampling
Berdasarkan teknik pengambilan sampel di atas, maka jumah sampel terdiri dari 96 orang siswa kelas 1 di 4 Sekolah Dasar di Kecamantan Antapani yang diambil dari masing-masing cluster 1 sekolah.
Sekolah Dasar di Kecamatan Antapani
Kota Bandung Kel. Antapani Wetan Kel. Antapani Kidul Kel. Antapani Kulon SD 1 SD 2 SD 19 SD 5 SD 6 SD 7 SD 12 SD 13 SD 14 SD 15 SD 20 SD 21 SD 4 SD 3 SD 9 SD 10 SD 16 SD 17 SD 11 SD 8 SD 4 SD 5 Kel. Antapani Tengah SD 12 SD 21 SD 18
(38)
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tes. Menurut Nasir (2005:23) teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Adapun instrument yang digunakan untuk mengungkap data terdiri dari 5 subvariabel instrumen, antara lain 2 subvariabel merupakan instrument untuk mengungkap variable bebas (X) dan 3 subvariabel merupakan instrument untuk mengungkap variable terikat (Y).
1. Tes Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika.
Tes ini dilakukan kepada seluruh siswa kelas satu SD yang telah dipilih sebagai sampel dengan tujuan untuk mengetahui skor kemampuan penyelesaian soal cerita matematika siswa kelas 1 Sekolah Dasar
Tes ini terdiri dari 3 sub variable yaitu: (1) kemampuan membaca pemahaman (Reading Comprehension); (2) kemampuan komputasi (Computation); (3) kemampuan pemahaman matematika (Mathematic
Comprehension). Dari tes ini akan diperoleh 2 skor yaitu skor
per-subvariabel dan skor gabungan yang akan digunakan data deskripsi untuk mengindikasikan kemampuan siswa berada dalam kelompok yang mana. Pengelompokan dilakukan dengan menghitung deviasi
(39)
standar (Standard Deviasi/SD). Berikut kriteria yang dikemukakan Hadi dalam Ali (2010: 200).
Tabel 3.2
Kriteria Pengelompokan
Skor Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika
Kelompok Kriteria
Tinggi Mean + 1 SD ke atas
Sedang Mean - 1 SD sampai mean +1 SD
Rendah Mean - 1 SD ke bawah
2. Tes Kemampuan Phonological Awareness.
Tes ini dilakukan kepada seluruh siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Tes ini terdiri dari 2 sub variable yaitu: (1) Kemampuan Phonological
Awarenes dalam semantik dan (2) kemampuan Phonological Awareness dalam sintaksis. Dari tes ini akan diperoleh 2 skor yaitu
skor per-subvariabel dan skor gabungan yang akan digunakan data deskripsi untuk mengindikasikan kemampuan siswa berada dalam kelompok yang mana. Pengelompokan dilakukan dengan menghitung deviasi standar (Standard Deviasi/SD). Berikut kriteria yang dikemukakan Hadi dalam Ali (2010: 200):
(40)
Tabel 3.3
Kriteria Pengelompokan Skor Phonological Awareness
Kelompok Kriteria
Tinggi Mean + 1 SD ke atas
Sedang Mean - 1 SD sampai mean +1 SD
Rendah Mean - 1 SD ke bawah
D. Instrumen Penelitian
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu instrument tes keterampilan penyelesaian soal cerita matematika yang terdiri dari: (1) membaca pemahaman (reading comprehension); (2) komputasi (computation) dan (3) pemahaman matematika (mathematic
comprehension). Sedangkan instrument tes phonological awareness terdiri
dari: (1) semantik dan (2) sintaksis.
1. Instrument Tes Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika
Tes keterampilan penyelesaian soal cerita matematika digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika terdiri dari 3 bagian yaitu: (1) membaca pemahaman (reading comprehension); (2) komputasi (computation) dan (3) pemahaman matematika (mathematic comprehension).
a. Tes Membaca Pemahaman (Reading Comprehension)
Tes disajikan dalam bentuk soal tertulis , namun dikerjakan secara individual. Siswa mengisi jawaban dengan cara menuangkan
(41)
dalam bentuk tulisan pada kolom jawaban yang telah tersedia pada lembar jawaban. Jumlah kata yang terdapat dalam setiap soal terdiri dari 35-50 kata.
b. Tes Komputasi (Computation)
Tes kemampuan komputasi ini disajikan dalam 3 bentuk soal yaitu soal dalam bentuk kongkrit, semi kongkrit dan abstrak. Pada soal bentuk kongkrit guru memperagakan soal komputasi secara langsung kepada anak, sedangkan siswa menjawab soal dengan menuangkan ke dalam tulisan. Untuk soal komputasi dalam bentuk semi kongkrit dan abstrak disajikan dalam bentuk tertulis. Soal terdiri dari operasional penjumlahan dan pengurangan dengan angka yang digunakan terdiri dari rentang 1-50.
c. Tes Pemahaman Matematika (Mathematic Comprehension)
Tes kemampuan Pemahaman Matematika ini berbentuk soal cerita sehari-hari yang berkaitan dengan operasional penjumlahan dan pengurangan dengan angka yang digunakan terdiri dari rentang 1-50. Tes disajikan dalam bentuk soal tertulis , namun dikerjakan secara individual. Siswa mengisi jawaban dengan cara menuangkan dalam bentuk tulisan pada kolom jawaban yang telah disediakan.
Adapun kisi-kisi instrumen kemampuan penyelesian sol cerita matematika secara keseluruhan sebagai berikut :
(42)
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika SUB
VARIABEL
ASPEK INDIKATOR KODE
SOAL ITEM SOAL SKOR NILAI TOTA L SKOR Membaca Pemahaman (Reading Comprehensi on)
- Lateral /Eksplisit
- Mampu menjawab pertanyaan bersifat fakta
MP.L.1 (1.a), (2.a), (3.a)
1 3
- Mampu menjawab pertanyaan yang bersifat argumentasi
MP.L.2 (1.b), (2.b), (3.b)
1 3
- Imperens i/ Implisit
- Mampu menjawab pertanyaan analogi
MP.I (1.c), (2.c), (3.c)
1 3
JUMLAH SOAL DAN SKOR SOAL 9 9
Komputasi - Kongkrit - Mampu menjawab soal operasional penjumlahan dalam bentuk soal kongkrit
K.K.1 (1,2,) 1 2
- Mampu menjawab soal operasional pengurangan dalam bentuk soal kongkrit
K.K.2 (3,4) 1 2
- Mampu menjawab soal operasional campuran dalam bentuk soal kongkrit
K.K.3 (5,6) 1 2
- Semi Kongkrit
- Mampu menjawab soal operasional penjumlahan dalam bentuk soal semi kongkrit
K.SK.1 (7,8) 1 2
- Mampu menjawab soal operasional pengurangan dalam bentuk soal semi kongkrit
K.SK.2 (9, 10) 1 2
- Mampu menjawab soal operasional campuran dalam bentuk soal semi kongkrit
K.SK.3 (11, 12) 1 2
- Abstrak - Mampu menjawab soal operasional penjumlahan dalam bentuk soal abstrak
(43)
- Mampu menjawab soal operasional pengurangan dalam bentuk soal abstrak
K.A.1 (15, 16) 1 2
- Mampu menjawab soal operasional campuran dalam bentuk soal abstrak
K.A.2 (17,18) 1 2
JUMLAH SOAL DAN SKOR SOAL 18 18
Pemahaman Matematika
- Penyeles aian Soal cerita Matemati ka
- Mampu menuangkan soal cerita kedalam kalimat matematika
PM (1.a -6.a) 1 6
- Mampu menjawab pertayaan dengan tepat
PM (1.b – 6.b) 1 6
JUMLAH SOAL DAN SKOR SOAL 12 12
JUMLAH SOAL DAN SEKOR SOAL KESELURUHAN 39 39
Adapun insturumen dapat dilihat dalam lampiran.
2. Instrumen Tes Kemampuan Phonological Awareness
Tes kemampuan phonoligcal awareness digunakan untuk mengukur keterampilan siswa phonological awareness yang terdiri dari 2 bagian yaitu: (1) Semantik dan (2) Sintaksis
a. Tes Semantik
Tes kemampuan semantik ini disajikan dalam bentuk tes lisan. Tes dilakukan dengan bantuan media berupa kartu. Konten instrument yang diberikan mengenai pemahaman makna kata yang relevan dengan konteks penyelesaian soal cerita matematika yaitu: (1) menentukan kata yang tepat dalam sebuah kalimat; (2) mengidentifikasi kata dalam perencanaan; (3) memahami makna
(44)
makna kata yang berlawaan; (6) Memahami peleburan makna kata; dan (7) memahami makna kata sebab akibat. Tester memberikan soal secara lisan dan siswa menjawab secara lisan juga, Untuk mempermudah dispalay hasil jawaban anak maka dibantu dengan lembar jawaban yang diisi oleh tester. Tes dilakukan secara individual.
b.Tes Sintaksis
Tes kemampuan sintaksis ini dilakukan dalam bentuk tes lisan. Tes diakukan dengan bantuan media berupa kartu. Konten instrument yang diberikan mengenai pemahaman stuktur kalimat yang terdiri: (1) memahami stuktur urutan kalimat; dan (2) memahami isi sebuah cerita. Tester memberikan soal secara lisan dan siswa menjawab secara lisan juga, untuk mempermudah display hasil jawaban anak maka dibantu dengan lembar jawaban yang diisi oleh tester. Tes dilakukan secara individual.
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Phonlogical Awareness SUB
VARIABEL
ASPEK INDIKATOR KODE
SOAL JUMLAH ITEM SOAL SKOR NILAI TOTA L SKOR
Semantik - Makna Kata
- Mampu menentukan kata yang tepat dalam sebuah kalimat
S.MK.1 5 soal 1 5
- Mampu mengidentifikasi kata dalam perencanaan
S.MK.2 5 soal 4 20
- Mampu memahami makna kata dalam posisi
S.MK.3 9 soal 1 9
- Memahami makna kata dalam ukuran
S.MK.4 11 soal 1 11
(45)
- Memahami peleburan makna kata
S.MK.6 5 soal 1 1
- Mampu memahami makna kata sebab akibat
S.MK.7 6 soal 1 6
JUMLAH SOAL DAN SKOR SOAL 46 57
Sintaksis - Stuktur kalimat
- Mampu memahami stuktur urutan kalimat
S.SK.1 (1-5) 1 5
- Mampu memahami isi sebuah cerita
S.SK.2 (5-10) 2 10
JUMLAH SOAL DAN SKOR SOAL 10 15
JUMLAH SOAL DAN SEKOR SOAL KESELURUHAN 56 72
Adapun insturumen dapat dilihat dalam lampiran .
E. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrument penelitian digunakan sebagai pengumpul data, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Tujuan dari uji coba instrument adalah untuk mengetahui kelayakan instrument sehingga dapat digunakan untuk penelitian. Instrumen yang diujicobakan terdiri dari instrument tes keterampilan penyelesian soal cerita matematika dan tes kemampuan
Phonological Awareness. Adapun uji coba dilakukan dalam beberapa tahap
sebagi berikut :
1. Pengujian validitas
Uji validitas bertujuan untuk mencari kesesuaian antara alat pengukuran dengan tujuan yang hendak diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrument menurut Sugiyono (2010;173) menjelaskan bahwa instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur item) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas dilakukan melalui dua cara yaitu validitas isi dan validitas empiris. Validitas isi dilakukan dengan
(46)
menyesuaikan atau mencokan antara kajian teori yang dituangkan dalam kisi-kisi dan indikator dengan item soal melalui proses diskusi dan bimbingan. Sedangkan untuk validitas empiris dilakukan dengan mengujicobakan instrument penelitian kepada 10 orang siswa di SDN Antapani 1. Pengujian validitas empirik menggunakan rumus
Pearson Product Moment sebagai berikut :
r hitung =
Ket :
r hitung = Koefesien korelasi
∑X = Jumlah skor item
∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah subjek
Selanjutya dihitung dengan Uji-t dengan rumus sebagai berikut : r √n-2
t hitung =
√n-r2
Ket :
t = Nilai t hitung
r = Koefesien korelasi hasil r hitung
n = Jumlah subjek
Distribusi (table t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan : Dk = n-2
(47)
= 10-2 = 8
Maka t tabel = 1,860
Dan jika : t tabel > t hitung berarti valid
t tabel < t hitung berarti tidak valid
Secara jelas hasil uji coba instrument diperoleh validitas instrument sebagai berikut :
a. Instrumen Kemampuan Penyelesian Soal Cerita Matematika
Instrume kemampuan penyelesian soal cerita matematika pada subvariabel membaca pemahaman (reading comprehension) menunjukan valid seluruhnya. Untuk subvariabel komputasi (computation) terdapat 7 item soal yang tidak valid yaitu pada soal no 3, 7, 10, 12, 13, 16, 18. Sedangkan untuk soal subvariabel pemahaman matematika (mathematic comprehension) terdapat terdapat 1 item soal yang tidak valid yaitu pada soal no 3. Hasil perhitungan dapat dilihat dalam lampiran (Hasil Uji Instrumen).
b.Instrumen Phonological Awareness
Instrumen phonological awareness pada sub variable semantik dan sintaksisi menunjukan valid seluruhnya. Sehingga seluruh instrument digunakan seluruhnya untuk mengungkap data. Hasil perhitungan dapat dilihat dalam lampiran (Hasil Uji Instrumen)
(48)
Uji reliabilitas bertujuan untuk menentukan apakah instrumen penelitian yang dibuat dapat dipercaya atau tidak dalam pengumpul data. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan pengujian reliabilitas internal yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut :
Adapun langkah yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Menghitung varians skor tiap item
b. Menghitung varians total dari butir soal c. Mencari reliabilitas instrument
d. Mengkonsultasikan nilai rhitung dengan rtabel. Pada taraf signifikansi
α= 95 % dengan N = 10, maka nilai rtabel = 0,632
e. Mengambil keputusan dengan menggunakan kriteria : Jika : r tabel > t hitung berarti reliabel
r tabel < t hitung berarti tidak relibel
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus diatas dengan menggunakan alat bantu hitung SPSS 16 diperoleh diperoleh hasil sebagai berikut :
(49)
Tabel 3.6
Hasil Reliabilitas Instrumen penyelesaian soal cerita matematika Soal Membaca Pemahaman (Reading Comprehension)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.574 3
Tabel 3.7
Hasil Reliabilitas Instrumen penyelesaian soal cerita matematika Soal Komputasi (Computation)
Tabel 3.8
Hasil uji Reliabilitas Instrumen penyelesaian soal cerita matematika Soal Pemahaman Matematika (Mathematic Comprehension)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(50)
Hasil di atas menunjukan bahwa instrumen penyelesaian soal cerita matematika pada subvariabel membaca pemahaman (reading comprehension), komputasi (computation) dan pemahaman matematika (mathematic comprehension) dinyatakan reliabel.
Berikut ini hasil uji instrument phonological awareness :
Tabel 3.9
Hasil uji Reliabilitas Instrumen Phonological Awareness Soal Semantik
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.845 7
Tabel 3.10
Hasil uji Reliabilitas Instrumen Phonological Awareness Soal Sintaksis
Cronbach's
Alpha N of Items
(51)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.654 2
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa Instrumen
phonological awareness pada subvariabel semantik dan sintaksis
dinyatakan reliable.
Berdasarkan hasil uji coba pada seluruh instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan perhitungan reliabiltas internal melalui rumus Alpha diperoleh kesimpulan bahwa seluruh instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliable dan layak digunakan dalam proses penelitian sebenarnya.
3. Pengujian Keterbacaan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrument dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan maksud peneliti. Instrumen diujikan kepada 10 siswa di sekolah yang bukan merupakan sampel dalam penelitian yaitu SDN Antapani 1. Dari hasil uji keterbacaan ini terdapat beberapa instrument soal yang diperbaiki yaitu :
a. Pada instrument soal cerita subvariabel komputasi campuran (semi kongkrit), gambar yang diberikan sebagian besar
(52)
diinterpretasikan salah oleh anak, sehingga mengalami perubahan gambar.
b. Pada instrument soal phonological awareness subvariabel semantik salah satu gambar pada soal yaitu mengenai tenggelam dan terapung sebagian besar diinterpretasikan salah oleh anak, sehingga instrument mengalami perubahan.
c. Pada instrument soal phonological awareness subvariabel semantik pada soal mengenai posisi tengah, jumlah objek pada gambar menunjukan genap sehingga anak pada umumnya kesulitan menentukan jawaban (jawaban menjadi dua), sehingga instrument mengalami perubahan.
F. Teknik Analisis Data
Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data, dengan pengolahan data akan diketahui tentang makna dari data yang telah diperoleh. Adapun teknik analisis data yang digunakan dibagai berikut :
1. Menghitung skor data berdasarkan data yang telah diambil di lapangan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan baik pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dan kemampuan phonological awareness.
(53)
2. Untuk memperoleh gambaran umum tentang kemampuan siswa dalam menyelesaiakan soal cerita matematika dan Kemampuan Phonological
awareness digunakan teknik statistic statistik dengan menghitung
deviasi standar (Standard Deviasi/SD). Adapun kriteria pengelompokan yang digunakan menurut Hadi dalam Ali (2010: 200) sebagai berikut :
Tabel 3.11
Kriteria Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika
Kriteria Kategori
Mean (x) + 1 SD Tinggi
Mean (x)/ Standar Dviasi Rata-rata
Mean (x) - 1 SD Rendah
3. Sebelum menentukan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan beristribusi normal atau tidak. Apabila ternyata datanya berdistribusi normal, maka olah data yang digunakan adalah dengan statistik parametrik, dan apabila datanya tidak normal, maka olahan data yang digunakan dengan statistik nonparametrik (Sugiono, 2007:233). Adapun teknik yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah dengan kurva normal P-Plot. Data dinyatakan normal jika gambar distribusi data yang titik-titiknya menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik searah dengan garis
(54)
diagonal. Secara teknik uji normalitas meggunakan bantuan SPSS 16 dengan langkah-langkah menurut Susetyo (2010 :275).
Berikut hasil uji normlitas setiap variabel :
a. Semantik (X1)
Tabel 3.12
Hasil Uji Normalitas Semantik (X1)
Estimated Distribution Parameters
Semantik Normal Distribution Location 54.4271
Scale 7.49139 The cases are unweighted.
Gambar 3. 3
Hasil Uji Normalitas Semantik (X1) b. Sintaksis (X2)
(55)
Tabel 3.13
Hasil Uji Normalitas Sitaksis (X2)
Estimated Distribution Parameters
Sintaksis Normal Distribution Location 11.3854
Scale 3.69173 The cases are unweighted.
Gambar 3. 4
Hasil Uji Normalitas Sintaksis (X2)
(56)
Tabel 3.14
Hasil Uji Normalitas Reading Comprehension (Y1)
Estimated Distribution Parameters
Reading Comprehension Normal Distribution Location 5.6042
Scale 2.46012
The cases are unweighted.
Gambar 3. 5
Hasil Uji Normalitas Comprehension (Y1)
(57)
Hasil Uji Normalitas Computation (Y2)
Estimated Distribution Parameters
Computation Normal Distribution Location 11.6146
Scale 3.99307
The cases are unweighted.
Gambar 3. 6
Hasil Uji Normalitas Computation (Y2)
e. Mathematic Comprehension (Y3)
(58)
Hasil Uji Normalitas Mathematic Comprehension (Y3)
Gambar 3. 7
Hasil Uji Normalitas Mathematic Comprehension (Y3)
Estimated Distribution Parameters
MathematicCom prehension Normal Distribution Location 7.3646
Scale 2.64822
(59)
Berdasarkan pengujian normalitas yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data semua varibel menunjukan normal. Oleh karena itu pengujian statistik menggunakan parametrik.
4. Agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi maka diperlukan uji homogenitas. Uji homogenitas menggunakan teknik statistik melalui SPSS 16. Berikut hasil dari perhitungan homogenitas data.
Tabel 3.17 Hasil Uji Homogenitas
Dari table di atas dapat dilihat bahwa homogenitas varians kelompok pada subvariabel semantik dan sintaksis, baik pada komponen reading
comprehension, komponen computation maupun komponen mathematic comprehension memiliki taraf yang homogen.
5. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas data menunjukan data normal dan sampel homogen, oleh karena itu pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik statistik parametrik. Adapun
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
F df1 df2 Sig.
Reading Comprehension 1.001 66 29 .515
Computation 1.251 66 29 .256
MathematicComprehension 1.481 66 29 .122 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
(60)
langkah-langklah yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian ini sebagai berikut :
a. Melakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antar variabel b. Melakukan uji regresi untuk mencari pengaruh antar variable c. Melakukan uji analisis jalur (Path Analisis).
1) Pengujian hipotesis pengaruh secara menyeluruh 2) Pengujian hipotesis pengaruh secara parsial 3) Perhitungan pengaruh langsung (Direct Effect)
4) Perhitungan pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) 5) Perhitungan pengaruh total (Total Effect)
6) Menyusun persamaan stuktural.
Adapun secara teknis pengolahan data menggunakan (Statistical
Product and Service Solutions) SPSS versi 16.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap dengan visualisasi sebagai berikut :
1. Tahap 1 : Merancang rencana persiapan penelitian (latar belakang, rumusan masalah, hipotesis dan kajian pustaka).
2. Tahap 2 : Menyusun instrumen Kemampuan penyelesaian soal cerita matematika dan phonological awareness
(61)
4.. Tahap 4 : Memilih sampel penelitian berdasarkan sampel cluster. 5. Tahap 5 : Pegambilan data dengan melakukan tes kemampuan
penyelesaian soal cerita matematika pada siswa kelas satu Sekolah Dasar.
6. Tahap 6 : Pengambilan data dengan melakukan tes komponen phonological awareness.
7. Tahap 7 : Penyekoran jawaban siswa terhadap item instrumen kemampuan penyelesaia soal cerita matematika dan kemampuan phonological awarene.
8. Tahap 8 : Melakukan uji normalitas data dan homogenitas sampel. 9. Tahap 9 : Melakukan pengujian hipotesis dengan teknik analisis
jalur (Path Analisis).
10 . Tahap 10 : Mengambil keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis
(62)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa komponen
phonological awareness (semantik dan sintaksis) baik secara bersamaan atau
parsial memiliki pengaruh terhadap kemampuan penyelesaian soal cerita matematika yang meliputi (reading comprehension, computation dan
mathematic comprehension). Adapun temuan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Komponen semantik (X1) dan Sintaksis (X2) yang diukur melalui
kemampuan reading comprehension dalam penyelesaian soal cerita matematika memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tinggi rendahnya kemampuan reading comprehension. Besaran pengaruh komponen phonological awareness pada komponen semantik secara parsial dan langsung terhadap reading comprehension adalah sebesar 21.9 %, sedangkan besaran pengaruh komponen sintaksis adalah sebesar 29.8%.
2. Komponen semantik (X1) dan Sintaksis (X2) yang diukur melalui
kemampuan computation dalam penyelesaian soal cerita matematika memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tinggi rendahnya
(63)
komponen semantik secara parsial dan langsung terhadap computation adalah sebesar 35,2 %, sedangkan besaran pengaruh komponen sintaksis adalah sebesar 21,7%.
3. Komponen semantik (X1) dan Sintaksis (X2) yang diukur melalui
kemampuan mathematic comprehension dalam penyelesaian soal cerita matematika memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tinggi rendahnya kemampuan mathematic comprehension. Besaran pengaruh komponen phonological awareness pada komponen semantik secara parsial dan langsung terhadap mathematic comprehension adalah sebesar 19,6 %, sedangkan besaran pengaruh komponen sintaksis adalah sebesar 20,3%.
4. Komponen reading comprehension (X1) dan computation (X2) yang diukur
melalui kemampuan mathematic comprehension dalam penyelesaian soal cerita matematika memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tinggi rendahnya kemampuan mathematic comprehension. Besaran pengaruh kemampuan reading comprehension secara parsial dan langsung terhadap
mathematic comprehension adalah sebesar 13,7 %, sedangkan besaran
(1)
keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki dalam tahapan penyelesaian soal cerita matematika secara mendalam. Apabila terdapat anak yang memiliki salah satu atau seluruhnya keterampilan-keterampilan tersebut tidak dikuasai, maka harus diberikan latihan phonological awareness sebagai prasyarat dari keterampilan-keterampilan tersebut.
2. Rekomendasi terhadap peneliti selanjutnya
a. Penentuan subjek dalam penelitian ini tidak dilakukan penyeleksian mengenai kemampuan membaca permulaan dan kemampuan mengenal konsep bilangannya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang hampir serupa namun subjeknya harus benar-benar diketahui memiliki kemampuan membaca permulaan dan konsep bilangan yang baik. b. Perlu dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan instrument yang
lebih komprehensif yang dapat mengungkap kemampuan phonological awareness untuk konteks matematika .
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, M. (2010). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa
Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan pada Anak Tunagrahita. [online]. Tersedia :http://z-alimin.blogspot.com [Mei 2012]. Aminudin. (2003). Semantik. Pengantar Studi tentang Makna. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Siuatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aryanti, Devi. (2004). Penerapan Pendekatan SQ3.R Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyelesaikan SoaL Cerita Pada Pelajaran Matematik. Bandung: Skripsi (tidak diterbitkan).
Beardeu, D. Kathrine. (1994). Oral language proficiency as a predictor of mathematics achievement on the Woodchock-Johnson Psycho educational Battery. Journal for Research in Mathematics Education.
Berk, Laura (2003). Child Develepment. USA: Pearson Education.
Carey, D. (1991). Number Sentences: Linking Addition and Subtraction Word Problems and Symbols. Journal for Research in Mathematics Education, 22(4), 266-280.
Chaer, Abdul. (2002). Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, Ratna Wilis, (2005) Teori-Teori Belajar. Bandung: Rineka Cipta,
Edi, T. (2011). Peningkatan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Strategi Pq4r Dan Bacaan Refutation Text. Bandung : Disertasi SPs [Tidak diterbitkan] Fitriani (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik. PGSD FIP UPI: Skrtipsi [Tidak diterbitkan]
Foster, E Matthew (2011). Indicators of Mathematics Skill Acquisition in Children with Mild Intellectual Disability: Phonological Awareness, Naming Speed,
(3)
and Vocabulary Knowledge. Georgia State University: Phsychology Theses.
Gani, A.R (2010). Pengaruh Pembelajaran Metode Inkuiri Model Alberta Terhadap Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas. Sekolah Pascasarjana UPI: Disertasi [Tidak diterbitkan]
Geary, D.C. (2004). Mathematic and Learning Disability. Journal of Learning Disability. 37 (1), 3-15.
Gooding, S. (2009). Children's Difficulties with Mathematical Word Problems. Proceedings of the British Society for Research into Learning Mathematics 29(3). University of Cambridge
Goodstein, H.A. (1987). Are The Errors we see to errors? Errors Analysis in verbal problem solving. Topic in Journal Learning Disabelities. 37 (1), 3-15. Haylock, D. dan Cockburn, A. (2009). Understanding Mathematic for Young
Children. London: SAGE
Herdiana, Heris. (2009). Pembelajaran Dengan Pendekatan Metaphorical Thinking Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik Dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah Pertama. Bandung : Disertasi SPs UPI [Tidak Diterbitkan]
Herman, Tatang (2010). Tren Pembelajaran Matematika Pada Era Informasi Global. Bandung : Aritikel Dosen MIPA UPI
Indriyani, D. (2011) Penalaran Moral Anak Tunagrahita Ditinjau dari Kemampuan Kognisi dan Pola Pengasuhan Orang Tua. Bandung : Tesis SPs [Tidak diterbitkan]
Keraf, Gorys. (1991). Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T. Grasindo.
Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lancaster, G., & Pope, L. (1997). Working With Children’s Phonology. Leicester
City: Winslow Press, Ltd.
Lovitt,T.C. (1989). Introduction of Learning Disability. Boston: Allyn and Bacon. McLoughlin, A.J. & Lewis, B.R (1986). Assessing Special Student. Sydney:
(4)
Nurcholis, H dsan Mafrukhi (2007). Saya Senang Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Nasir, M (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ostrad, A.S (2011). Private Speech Use in Arithmetical Calculation: Contributory Role of phonological Awareness in Children With and Without Mathematical Difficultie. Journal of Learning Disability Dec 1 2011. http://www.sagepublications.com [Agustus 2012]
Prabawanto, (2012). Matematika sebagai Pemecahan Masalah dan Komunikasi: Pembelajaran Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Tulisan. Bandung : Artikel Dosen FPMIPA UPI.
Proyono, Edi. (2007). Siswa tunanetra dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Bandung: Skripsi Jurusan PLB (tidak diterbitkan).
Rachmawati, S.A. (2010) Pengaruh Komponen Kesadaran Linguistik Terhadap Keterampilan Membaca Siswa Di Sekolah Dasar. Bandung: Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Rahardjo, M. dan Waluyati, A (2011). Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung Campuran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Ramli (1993). Hubungan Penguasaan Kosa Kata dan Struktur Kalimat terhadap
Pemahaman Informasi. Universitas Syah Kuala : Artikel
Riduwan & Kuncoro E.A. (2010). Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis. Bandung: Alfabeta.
Riley, M.S., Greeno, J.G., & Heller, J.I. (1983). Development of children „s problem solving ability in arithmetic. Dalam H. Ginsburg (Ed.), The development of mathematical thinking (h. 153-156). Orlando, FL: Academic Press.
Robinson, C.S., Mancetti, B.M. dan Torgesen, J.K. (2000) Toward a Two Factor Theory of One Tpe Mathematic Disabilities. Journal Learning Disabilities Research & Practice. 17 (2), 81-89
Rochyadi, E. (2011). Model pembelajaran Berbasis Kesadaran Linguistik dan Kesadaran Persepsi Visual untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Tunagrahita. Bandung : Disertasi SPs UPI [Tidak Diterbitkan]
Ruseffendi, E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini. Bandung: Tarsito.
(5)
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Santoso, Budi. (2008). Pengaruh Kemampuan Phonological Processing terhadap Keterampilan Dasar Matematika. Bandung: Tesis (tidak diterbitkan).
Saptuju. (2005). Meningkatkan Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Cerita Melalui Belajar Kelompok Kecil Dengan Pendekatan Problem Solving. Bandung: Tesis UPI (Tidak diterbitkan)
Shaywitz, S (2006). Overcoming Dyslexia a New and Complete Science Base Program for Reading Problem at Any Level. New York: Alfred.
Solso L. R. dkk (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga
Somantri, Sucihati. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Reflika Aditama
Subyakto, N.U (1988). Psikolinguistik : Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sugiono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Tarsito.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sumadayo, S. (2011). Strategi dan teknik pembelajaran membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sumarmo, U. (2002) Alternatif Pembelajaran Matematika Dalam Menerapkan Kurikulim Berbasis Kompetensi. Bandung : Makalah Dosen MIPA UPI Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Suwangsih, E dan Tiurlina ( 2009). Model Pembelajaran Matematika. Bandung:UPI PRESS
Syafri, Ahmad (2001). Mengatasi Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Satu Langkah di Kelas II SD. Malang : LPTK dan ISPI
Spector, J.E. (1992). Predicting Progress in Beginning Readig: Dynamic Asesment of Phonemic Awareness, Journal of Education Psychology 84, 64
(6)
Tarigan, H.G. (2008) Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.
Torabipou, A., Baharloue, N, &. Tazhibil, M (2011). The relationship between phonemic awareness and mathematical skills in first-grade students. Journal of Research In Rehabilitation Sience Vol.7 No.1 Isfahan University of Medical Sciences. http://www.jrrs.mui.ac.ir/index.php/jrrs/article/view/153 [Mei 2012]
Torgessen, J.K and Mathes P.G. (1998). Wahat Every Teacher Hould Know about Phonologycal Awareness, Article Florida Department of Education Division of Public Schools and Community Education Bureau of Instructional Support and Community Services.
Wagner, R. K., Torgesen, J.K., & Rashotte, C.A. (1999). Comprehensive Test of Phonological Processes. Austin, TX: PRO-ED Publishing, Inc. http://www.fcrr.org/publications/publicationspdffiles/Diagnostic_article.pdf [Mei 2012]
Wekipedia (2012) Teori Perkembangan Kognitif. Terdapat dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif [Mei 2012]