PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Kabupaten Jepara.

(1)

1

Penemuan obat baru telah banyak ditemukan seiring dengan perkembangan dunia kesehatan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut juga semakin banyak (Depkes RI, 2008). Pesatnya kemajuan di bidang kesehatan menyebabkan produksi berbagai jenis obat juga meningkat pesat. Setiap perilaku kesehatan dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu sikap, persepsi dan pengetahuan (ISFI, 2008).

Obat bermanfaat untuk mendiagnosa, menyembuhkan dari penyakit atau memelihara kesehatan tubuh, dan mencegah adanya penyakit apabila penggunaannya tepat dan takarannya yang sesuai (Depkes RI, 2008). Obat adalah senyawa kimia unik yang dapat menghasilkan efek dengan melewati berbagai proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi, terpenting obat harus mencapai tempat aksinya (Ikawati, 2008). Agar obat mencapai tempat aksinya, sifat obat dan cara pemakaian obat harus diketahui agar tepat dan aman dalam menggunakannya (Depkes RI, 2008).

Ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya dikarenakan ketidakpahaman pasien terhadap terapi yang sedang dijalaninya (Perwitasari, 2010). Kurangnya informasi tentang pengobatan dan informasi tentang obat yang dikonsumsi menjadi penyebab ketidakpatuhan pasien tersebut terjadi (Depkes RIa, 2007). Informasi obat yang tepat dan terkini merupakan pelayanan yang diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien (Vinker et al, 2007). Informasi dalam bentuk tulisan misalnya dari buku-buku pedoman seperti Informasi Spesialit Obat (ISO), Farmakologi dan Terapi, Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), serta berbagai buku lainnya, kemudian pula informasi bisa melalui brosur obat yang sering disertakan dalam kemasan obat (Depkes RI, 2006).

Leaflet atau brosur merupakan informasi yang sederhana dan lengkap, selain itu leaflet atau brosur juga merupakan informasi yang paling dipercaya


(2)

karena jenis informasi obat dari industri farmasi yang penyiapannya dikontrol oleh Departemen Kesehatan RI (UGM, 2007). Leaflet atau brosur dapat bermanfaat tergantung pada kemauan membaca dan pemahaman pasien (Vinker et al,2007)

Penelitian Nurhastanti (2013) di Desa Kopen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung menunjukkan tingkat pengetahuan responden tentang obat sebelum pemberian leaflet adalah rendah dengan nilai rata-rata 52,46±11,23 dan setelah pemberian leaflet tingkat pengetahuan responden meningkat dengan nilai rata-rata 75,69±6,63. Penelitian oleh Supardi et al., (1998) di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur menghasilkan peningkatan pengetahuan responden terhadap pengobatan sendiri setelah dilakukan penyuluhan obat menggunakan leaflet obat sebesar 93,2% dan pada responden kontrol yang tidak diberi perlakuan 12,1%. Menurut penelitian Supriati (2005) di Universitas Muhammadiyah Surakarta bahwa ada pengaruh dari pemberian leaflet dan penggunaan obat maag, sebelum perlakuan tingkat pengetahuan 20,4% kemudian meningkat tidak signifikan menjadi 23,74% setelah perlakuan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian edukasi menggunakan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan tentang obat kepada responden.

Penelitian ini dilakukan dengan harapan mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan tentang obat melalui media leaflet obat kepada masyarakat Kabupaten Jepara berdasarkan hasil wawancara dengan Ari (2014) bagian promosi kesehatan dinas kesehatan Kabupaten Jepara jumlah penduduk Kabupaten Jepara sebanyak 1.144.916 jiwa. Mayoritas penduduk Kabupaten Jepara bekerja sebagai wiraswasta, petani dan nelayan. Sarana kesehatan di Kabupaten Jepara terdapat 5 Rumah Sakit, diantaranya Rumah Sakit RA. Kartini, Rumah Sakit Islam Sultan Hadirin, Rumah Sakit Rehatta, Rumah Sakit Graha Husada dan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, kemudian selain Rumah Sakit juga terdapat sarana kesehatan 20 Puskesmas. Penelitian ini sekaligus dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang obat pada masyarakat Kabupaten Jepara.


(3)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : apakah ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang obat sebelum dan sesudah pemberian informasi obat dengan media leaflet pada masyarakat Kabupaten Jepara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang obat pada masyarakat Kabupaten Jepara.

2. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian

leafletpada masyarakat Kabupaten Jepara.

D. Tinjauan Pustaka 1. Informasi Obat Dengan Media Leaflet

Leaflet obat merupakan informasi tentang obat bisa dalam bentuk gambar maupun tulisan atau kombinasi gambar dan tulisan yang dapat diperoleh pada kemasan produk obat (Notoatmodjo, 2007). Agar pasien memahami dan mengerti tentang pengobatan, leaflet obat disertakan pada kemasan obat dalam bentuk tertulis (Vinker et al., 2007).

Leaflet atau brosur berisi : Nama dagang yang disertai nama zat aktif yang terkandung dalam obat, komposisi, indikasi, kontraindikasi, dosis, aturan pakai, tanggal kadaluarsa, nomor ijin edar, nomor kode produksi, nama industri farmasi disertai alamat tempat industri farmasi yang memproduksi.

2. Pengetahuan Obat Bagi Masyarakat Kabupaten Jepara a. Pengertian Pengetahuan

Sebagian besar manusia mendapatkan pengetahuannya dengan bantuan pengindraannya terutama telinga dan mata (Notoatmodjo, 2003).


(4)

Pengetahuan tentang berbagai isi yang tercantum dalam leaflet obat merupakan pengetahuan tentang leaflet obat (Depkes RI, 2006).

Pengetahuan tentang obat mencakup mengetahui tentang cara penggunaan obat yang tepat, indikasi obat, efek samping obat, kontraindikasi obat, bentuk sediaan obat, cara penyimpanan obat yang tepat, penggolongan obat, cara pemusnahan obat dan tanda peringatan dalam leaflet obat.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2002):

1) Umur

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh umur, jika semakin cukup umur maka berfikir dan bekerja akan lebih matang

2) Tingkat Pendidikan

Semakin mudah menerima informasi menandakan semakin tinggi tingkat pendidikannya dan sebaliknya.

3) Pengalaman

Sumber pengetahuan adalah pengalaman, maka semakin banyak pengalaman pengetahuan juga semakin baik.

4) Status Ekonomi

Penghasilan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan karena penghasilan rendah tidak cukup uang untuk membeli obat atau memperoleh pendidikan yang baik dan sebaliknya.

3. Obat

a. Pengertian Obat

Obat ialah bahan yang digunakan pada manusia dan hewan untuk mendiagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah, serta memperelok badan atau bagian badan manusia (Anief, 2000). Obat dalam kondisi tepat dapat menyembuhkan, mencegah atau meringankan penyakit


(5)

beserta gejalanya, baik obat yang berasal dari zat nabati, kimiawi, maupun hewani (Tjay dan Rahardja, 2006).

Pemanfaatan obat untuk mencegah penyakit, mendiagnosa, menyembuhkan atau memelihara kesehatan jika pada takaran yang tepat dan hanya pada takaran tertentu (Depkes RIa, 2007)

b. Penggolongan Obat

Obat digolongkan menjadi empat (Depkes RI, 2006): 1) Obat Bebas

Pada kemasan obat ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Obat bebas dapat dibeli di warung, toko obat, dan Apotek, antara lain obat gosok, analgetik-antipiretik, suplemen, dan antasida.

2) Obat Bebas Terbatas

Pada kemasan obat ditandai dengan lingkaran berwarna biru. Produk obat bebas terbatas hanya dapat dibeli di Apotek dan toko obat yang sudah berizin. Golongan obat bebas terbatas antara lain obat batuk, obat penghilang rasa sakit, obat influenza dan penurun panas, obat tetes mata, suplemen vitamin dan mineral, dan obat antiseptika.

3) Obat Keras

Pada kemasan obat ditandai dengan lingkaran berwarna merah yang didalamnya terdapat huruf K. Golongan Obat keras antara lain obat jantung, obat darah tinggi, obat diabetes, hormon, antibiotik, dan obat lambung. Obat golongan ini hanya dapat dibeli di Apotek dengan resep dokter.

4) Obat Narkotika

Obat atau zat dengan efek penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, hilangnya rasa, dan mengalami ketergantungan. Obat golongan narkotika ini ditandai dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+) berwarna merah pada kemasan. Obat golongan narkotika bisa berasal dari tanaman atau bukan tanaman bisa sintesis atau semi sintesis.


(6)

Obat golongan narkotika biasa digunakan sebagai anestesi dan analgetik dalam bidang kesehatan, misalnya : opium, coca, ganja, morfin, heroin, dan lain sebagainya. Untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter asli (tidak menggunakan kopi resep) dan hanya tersedia di Apotek karena penggunaan obat narkotika diawasi dengan ketat.

c. Cara Penggunaan Obat

Penggunaan obat harus dalam dosis dan jumlah yang tepat disertai informasi yang lengkap dan tidak menyesatkan. Diharapkan pasien menerima obat yang benar sesuai dengan kebutuhan klinis dengan dosis sesuai kebutuhan (Adisasmito, 2012).

Cara dan tujuan penggunaan obat adalah sebagai berikut (Anief, 2000):

1) Oral

Cara penggunaan obat yang masuk melalui mulut. Cara oral relatif aman, praktis, ekonomis tetapi timbulnya efek lambat, kemudian tidak cocok untuk pasien yang sering diare, muntah, tidak sadar, rasanya tidak enak.

Penggunaan oral adalah yang paling murah, aman dan menyenangkan. Tetapi ada beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus jadi tidak cocok untuk oral. Pada pasien yang butuh onset cepat, mengalami koma, dan muntah tidak dapat menggunakan obat dengan oral.

2) Sublingual

Penggunaan obat dengan cara dimasukkan dibawah lidah. Cara sublingual bertujuan agar efek lebih cepat karena dibawah lidah terdapat pembuluh darah pusat sakit. Misalnya pada penyakit jantung dan bila obat melalui lambung obat akan dirusak.

3) Inhalasi

Cara penggunaannya dengan menyemprotkan ke mulut. Absorpsi akan lebih cepat dan homogen, dapat diberikan langsung pada bronkus,


(7)

kadar obat dapat dikontrol. Tetapi cara inhalasi ini kekurangannya memerlukan alat dan metode khusus, toksisitas pada jantung, sukar mengatur dosis.

4) Rektal

Penggunaan obat dengan cara melalui dubur. Cara rektal bersifat lokal dan digunakan untuk obat yang sistemik. Tidak dapat dilakukan dengan cara oral karena iritasi lambung dan bisa juga obat bersifat terurai di lambung. Misalnya asetosal, barbiturat, parasetamol.

5) Pervaginal

Cara menggunakannya dengan memasukkan obat ke vagina. Bentuk obat hampir sama seperti obat rektal. Contoh, pada penderita keputihan.

6) Parenteral

Penggunaan obat dengan memasukkan ke dalam tubuh selain saluran cerna/tidak melalui mulut. Cara parenteral dapat dilakukan pada pasien yang tidak sadar, diare, sering muntah, sulit menelan, mengalami iritasi lambung dan bisa juga cara parenteral digunakan bila obat dapat rusak di saluran cerna dan hati. Tetapi cara parenteral kurang aman, karena membutuhkan tenaga medis. Misalnya suntikan atau insulin.

7) Topikal

Cara penggunaan obat yang sifatnya lokal. Cara topikal ini sering digunakan pada pasien luka luar atau iritasi ringan. Misalnya pada obat tetes mata, salep, obat telinga.

d. Efek Samping Obat

Efek samping obat merupakan efek dari obat yang tidak diinginkan atau merugikan dan tidak diharapkan terjadi pada manusia dengan penggunaan dosis yang tepat (Depkes RIb, 2007).

Setiap efek samping obat yang timbul pada manusia dicatat, dianalisis dan dievaluasi yang bertujuan untuk memperoleh informasi baru mengenai


(8)

efek samping obat, sehingga bisa segera dilakukan tindakan yang dianggap perlu untuk penyesuaian penggunaan obat (Sirait, 2001)

e. Waktu Penggunaan Obat

Golongan obat yang diminum sebelum makan:

1) Golongan obat yang diminum sebelum makan (Depkes RIb,2007): a) Obat kuras

b) Obat cacing c) Obat maag

d) Obat yang terurai oleh asam lambung

2) Golongan obat yang diminum sesudah makan (Depkes RIb, 2007): a) Obat yang dapat merangsang selaput lendir lambung

b) Obat untuk kencing manis dan obat untuk darah tinggi

3) Golongan obat yang dapat diminum sewaktu makan yaitu golongan obat yang dapat membantu pencernaan (Depkes RIb, 2007).

4) Golongan obat yang diminum pada pagi hari (Depkes RIb, 2007):

a) Golongan obat diuretika. Pasien harus sering buang air kecil jadi tidak tepat bila diminum pada malam hari karena dapat mengganggu pola tidur.

b) Obat pencahar

5) Golongan obat yang diminum pada malam hari (Depkes RIb, 2007): a) Obat keras yang reaksi kerjanya lambat

b) Obat tidur

Sudah dijelaskan pada uraian diatas bahwa penggunaan obat tidak boleh sembarangan, karena efek samping obat ada pada setiap obat dan tidak diharapkan terjadi pada manusia.

f. Bentuk Sediaan Obat 1) Pulvis

Pulvis merupakan campuran dua atau lebih bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan.


(9)

2) Pulveres

Pulveres merupakan serbuk yang dibagi dengan bobot lebih kurang sama dan dibungkus dengan pengemas yang sesuai

3) Salep

Salep merupakan sediaan yang dipakai untuk pengobatan luar dengan bentuk sediaan setengah padat.

4) Tablet

Tablet merupakan sediaan padat yang dibuat dengan mesin cetak . 5) Larutan

Larutan merupakan sediaan cair dengan mengandung bahan kimia yang terlarut dengan pelarut air suling kecuali dinyatakan lain.

6) Pil

Pil merupakan sediaan berbentuk bulat kecil yang mengandung bahan obat untuk pemakaian oral.

7) Suppositoria

Suppositoria merupakan sediaan obat padat dengan bentuk mirip terpedo yang penggunaannya melalui dubur.

8) Kapsul

Kapsul merupakan sediaan obat didalam cangkang yang dapat larut.

9) Suspensi

Suspensi merupakan sediaan yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cairan.

10) Emulsi

Emulsi merupakan larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan surfaktan yang tepat.

11) Infusa

Infusa merupakan ekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit.


(10)

12) Inhalasi

Inhalasi merupakan sediaan berbentuk larutan atau suspensi, yang diberikan melalui saluran nafas dengan efek lokal atau sistemik.

13) Injeksi

Injeksi merupakan sediaan berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk dengan keadaan steril yang sebelum digunakan harus disuspensikan lebih dahulu. Sediaan injeksi nantinya akan disuntikkan melalui kulit atau selaput lendir (Anief, 2000).

g. Penyimpanan Obat

Obat harus disimpan agar tidak tercemar dan terurai, terhindar dari pengaruh cahaya, udara, kelembaban dan panas. Obat yang mudah menguap atau terurai harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup rapat yang berisi kapur tohor, sedangkan obat yang mudah menyerap CO2 harus disimpan dalam wadah yang berisi kapur tohor atau zat lain yang sesuai.

Penyimpanan obat pada suhu 15oC hingga 30oC disebut penyimpanan pada suhu kamar. Penyimpanan pada suhu 5oC hingga 15oC disebut penyimpanan ditempat sejuk. Penyimpanan pada suhu 0oC hingga 5oC disebut penyimpanan ditempat dingin. Sedangkan penyimpanan pada suhu -15oC hingga 0oC disebut penyimpanan ditempat lewat dingin (Anief, 2000).

h. Pemusnahan Obat

Setelah lewat tanggal kadaluwarsa, warna obat berubah, label obat tidak terbaca, obat dalam bentuk cairan berubah dari jernih menjadi keruh, maka obat tersebut harus dimusnahkan. Berikut cara pemusnahan obat:

1) Tidak boleh membuang obat yang sudah tidak dipakai di tempat sampah. 2) Obat dipisah dari kemasannya dan dihancurkan atau dibuang isinya jika


(11)

3) Obat golongan antibiotik tidak boleh dibuang di jamban karena dapat membunuh bakteri penghancur.

E. Landasan Teori

Leaflet dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengobatan sesuai dengan aturan (Supardi et al., 1998). Leaflet obat disertakan langsung dalam kemasan obat sebagai sumber informasi obat tersebut agar pasien dapat memahami dan mengerti dengan tepat tentang obat yang dikonsumsi atau tentang pengobatan yang dijalani (Vinker et al., 2007).

Adanya leaflet dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang spesifikasi obat, cara penggunaan obat yang tepat, penggolongan obat, efek samping obat, bentuk sediaan obat, waktu penggunaan obat, cara penyimpanan obat yang tepat, dan pemusnahan obat yang tepat. Peneliti bermaksud menggunakan media leaflet sebagai alat ukur seberapa besar leaflet memberikan pengetahuan pada masyarakat.

F. Hipotesis

Pengetahuan tentang obat pada masyarakat Kabupaten Jepara dapat ditingkatkan dengan pemberian informasi tentang obat melalui leafletobat.


(1)

Obat golongan narkotika biasa digunakan sebagai anestesi dan analgetik dalam bidang kesehatan, misalnya : opium, coca, ganja, morfin, heroin, dan lain sebagainya. Untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter asli (tidak menggunakan kopi resep) dan hanya tersedia di Apotek karena penggunaan obat narkotika diawasi dengan ketat.

c. Cara Penggunaan Obat

Penggunaan obat harus dalam dosis dan jumlah yang tepat disertai informasi yang lengkap dan tidak menyesatkan. Diharapkan pasien menerima obat yang benar sesuai dengan kebutuhan klinis dengan dosis sesuai kebutuhan (Adisasmito, 2012).

Cara dan tujuan penggunaan obat adalah sebagai berikut (Anief, 2000):

1) Oral

Cara penggunaan obat yang masuk melalui mulut. Cara oral relatif aman, praktis, ekonomis tetapi timbulnya efek lambat, kemudian tidak cocok untuk pasien yang sering diare, muntah, tidak sadar, rasanya tidak enak.

Penggunaan oral adalah yang paling murah, aman dan menyenangkan. Tetapi ada beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus jadi tidak cocok untuk oral. Pada pasien yang butuh onset cepat, mengalami koma, dan muntah tidak dapat menggunakan obat dengan oral.

2) Sublingual

Penggunaan obat dengan cara dimasukkan dibawah lidah. Cara sublingual bertujuan agar efek lebih cepat karena dibawah lidah terdapat pembuluh darah pusat sakit. Misalnya pada penyakit jantung dan bila obat melalui lambung obat akan dirusak.

3) Inhalasi

Cara penggunaannya dengan menyemprotkan ke mulut. Absorpsi akan lebih cepat dan homogen, dapat diberikan langsung pada bronkus,


(2)

kadar obat dapat dikontrol. Tetapi cara inhalasi ini kekurangannya memerlukan alat dan metode khusus, toksisitas pada jantung, sukar mengatur dosis.

4) Rektal

Penggunaan obat dengan cara melalui dubur. Cara rektal bersifat lokal dan digunakan untuk obat yang sistemik. Tidak dapat dilakukan dengan cara oral karena iritasi lambung dan bisa juga obat bersifat terurai di lambung. Misalnya asetosal, barbiturat, parasetamol.

5) Pervaginal

Cara menggunakannya dengan memasukkan obat ke vagina. Bentuk obat hampir sama seperti obat rektal. Contoh, pada penderita keputihan.

6) Parenteral

Penggunaan obat dengan memasukkan ke dalam tubuh selain saluran cerna/tidak melalui mulut. Cara parenteral dapat dilakukan pada pasien yang tidak sadar, diare, sering muntah, sulit menelan, mengalami iritasi lambung dan bisa juga cara parenteral digunakan bila obat dapat rusak di saluran cerna dan hati. Tetapi cara parenteral kurang aman, karena membutuhkan tenaga medis. Misalnya suntikan atau insulin.

7) Topikal

Cara penggunaan obat yang sifatnya lokal. Cara topikal ini sering digunakan pada pasien luka luar atau iritasi ringan. Misalnya pada obat tetes mata, salep, obat telinga.

d. Efek Samping Obat

Efek samping obat merupakan efek dari obat yang tidak diinginkan atau merugikan dan tidak diharapkan terjadi pada manusia dengan penggunaan dosis yang tepat (Depkes RIb, 2007).

Setiap efek samping obat yang timbul pada manusia dicatat, dianalisis dan dievaluasi yang bertujuan untuk memperoleh informasi baru mengenai


(3)

efek samping obat, sehingga bisa segera dilakukan tindakan yang dianggap perlu untuk penyesuaian penggunaan obat (Sirait, 2001)

e. Waktu Penggunaan Obat

Golongan obat yang diminum sebelum makan:

1) Golongan obat yang diminum sebelum makan (Depkes RIb,2007): a) Obat kuras

b) Obat cacing c) Obat maag

d) Obat yang terurai oleh asam lambung

2) Golongan obat yang diminum sesudah makan (Depkes RIb, 2007): a) Obat yang dapat merangsang selaput lendir lambung

b) Obat untuk kencing manis dan obat untuk darah tinggi

3) Golongan obat yang dapat diminum sewaktu makan yaitu golongan obat yang dapat membantu pencernaan (Depkes RIb, 2007).

4) Golongan obat yang diminum pada pagi hari (Depkes RIb, 2007):

a) Golongan obat diuretika. Pasien harus sering buang air kecil jadi tidak tepat bila diminum pada malam hari karena dapat mengganggu pola tidur.

b) Obat pencahar

5) Golongan obat yang diminum pada malam hari (Depkes RIb, 2007): a) Obat keras yang reaksi kerjanya lambat

b) Obat tidur

Sudah dijelaskan pada uraian diatas bahwa penggunaan obat tidak boleh sembarangan, karena efek samping obat ada pada setiap obat dan tidak diharapkan terjadi pada manusia.

f. Bentuk Sediaan Obat 1) Pulvis

Pulvis merupakan campuran dua atau lebih bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan.


(4)

2) Pulveres

Pulveres merupakan serbuk yang dibagi dengan bobot lebih kurang sama dan dibungkus dengan pengemas yang sesuai

3) Salep

Salep merupakan sediaan yang dipakai untuk pengobatan luar dengan bentuk sediaan setengah padat.

4) Tablet

Tablet merupakan sediaan padat yang dibuat dengan mesin cetak . 5) Larutan

Larutan merupakan sediaan cair dengan mengandung bahan kimia yang terlarut dengan pelarut air suling kecuali dinyatakan lain.

6) Pil

Pil merupakan sediaan berbentuk bulat kecil yang mengandung bahan obat untuk pemakaian oral.

7) Suppositoria

Suppositoria merupakan sediaan obat padat dengan bentuk mirip terpedo yang penggunaannya melalui dubur.

8) Kapsul

Kapsul merupakan sediaan obat didalam cangkang yang dapat larut.

9) Suspensi

Suspensi merupakan sediaan yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cairan.

10) Emulsi

Emulsi merupakan larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan surfaktan yang tepat.

11) Infusa

Infusa merupakan ekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit.


(5)

12) Inhalasi

Inhalasi merupakan sediaan berbentuk larutan atau suspensi, yang diberikan melalui saluran nafas dengan efek lokal atau sistemik.

13) Injeksi

Injeksi merupakan sediaan berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk dengan keadaan steril yang sebelum digunakan harus disuspensikan lebih dahulu. Sediaan injeksi nantinya akan disuntikkan melalui kulit atau selaput lendir (Anief, 2000).

g. Penyimpanan Obat

Obat harus disimpan agar tidak tercemar dan terurai, terhindar dari pengaruh cahaya, udara, kelembaban dan panas. Obat yang mudah menguap atau terurai harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup rapat yang berisi kapur tohor, sedangkan obat yang mudah menyerap CO2 harus disimpan dalam wadah yang berisi kapur tohor atau zat lain yang sesuai.

Penyimpanan obat pada suhu 15oC hingga 30oC disebut penyimpanan pada suhu kamar. Penyimpanan pada suhu 5oC hingga 15oC disebut penyimpanan ditempat sejuk. Penyimpanan pada suhu 0oC hingga 5oC disebut penyimpanan ditempat dingin. Sedangkan penyimpanan pada suhu -15oC hingga 0oC disebut penyimpanan ditempat lewat dingin (Anief, 2000).

h. Pemusnahan Obat

Setelah lewat tanggal kadaluwarsa, warna obat berubah, label obat tidak terbaca, obat dalam bentuk cairan berubah dari jernih menjadi keruh, maka obat tersebut harus dimusnahkan. Berikut cara pemusnahan obat:

1) Tidak boleh membuang obat yang sudah tidak dipakai di tempat sampah. 2) Obat dipisah dari kemasannya dan dihancurkan atau dibuang isinya jika


(6)

3) Obat golongan antibiotik tidak boleh dibuang di jamban karena dapat membunuh bakteri penghancur.

E. Landasan Teori

Leaflet dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengobatan sesuai dengan aturan (Supardi et al., 1998). Leaflet obat disertakan langsung dalam kemasan obat sebagai sumber informasi obat tersebut agar pasien dapat memahami dan mengerti dengan tepat tentang obat yang dikonsumsi atau tentang pengobatan yang dijalani (Vinker et al., 2007).

Adanya leaflet dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang spesifikasi obat, cara penggunaan obat yang tepat, penggolongan obat, efek samping obat, bentuk sediaan obat, waktu penggunaan obat, cara penyimpanan obat yang tepat, dan pemusnahan obat yang tepat. Peneliti bermaksud menggunakan media leaflet sebagai alat ukur seberapa besar leaflet memberikan pengetahuan pada masyarakat.

F. Hipotesis

Pengetahuan tentang obat pada masyarakat Kabupaten Jepara dapat ditingkatkan dengan pemberian informasi tentang obat melalui leafletobat.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Kabupaten Jepara.

0 3 11

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Kabupaten Jepara.

1 5 16

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET PADA Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Desa Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

1 4 11

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Desa Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

1 9 16

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET PADA Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Desa Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

0 6 17

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU PKK DESA PECANGAAN KULON KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA.

0 3 16

PENDAHULUAN PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU PKK DESA PECANGAAN KULON KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA.

0 1 14

PENDAHULUAN PERBEDAAN PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENYULUHAN DENGAN LEAFLET PADA IBU-IBU PESUCEN KECAMATAN PETARUKAN KABBUPATEN PEMALANG.

0 4 12

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU ANGGOTA DHARMA WANITA PERSATUAN KABUPATEN REMBANG.

0 0 14

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET PADA IBU-IBU Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leafletpada Ibu-Ibu Pkk Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

0 1 12