TINJAUAN YURIDIS TERHADAP STATUS AGUNAN PRIBADI YANG DIJADIKAN JAMINAN KREDIT INVESTASI REFINANCING BERDASARKAN UUPT DAN UU PERBANKAN.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP STATUS AGUNAN PRIBADI YANG
DIJADIKAN JAMINAN KREDIT INVESTASI REFINANCING ATAS
NAMA PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN
UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1992 SEBAGAIMANA TELAH
DIUBAH MENJADI UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 1998 TENTANG
PERBANKAN
ABSTRAK
Ulfah Nurhasanah Hernawan
110110110169
Kredit investasi refinancing merupakan suatu fasilitas kredit yang
diberikan untuk mengganti pembiayaan perolehan modal, maka yang
menjadi agunan adalah usaha yang dibiayai oleh kredit tersebut.
Perjanjian kredit memiliki berbagai risiko dalam pelaksanaannya, maka
bank dalam memberikan kredit perlu berpedoman terhadap UU
Perbankan dan aturan yang berlaku. Masalah timbul apabila perseroan
menggunakan agunan pribadi sebagai jaminan dalam kredit investasi
refinancing karena akan menimbulkan risiko kredit bagi bank apabila
perseroan wanprestasi.
Penulisan skripsi ini dikaji berdasarkan metode pendekatan yuridis
normatif dan metode deskriptif analitis, yaitu memfokuskan pemecahan

masalah berdasarkan data yang diperoleh kemudian dianalisa
berdasarkan ketentuan dalam perundang-undangan terkait Hukum
Perusahaan, Hukum Perbankan, Hukum Jaminan, literatur serta bahan
lain yang berhubungan dengan penelitian dan penelitian lapangan untuk
memperoleh data primer melalui wawancara dan selanjutnya data
dianalisis secara normatif kualitatif.
Berdasarkan penelitian tersebut dieroleh hasil: Pertama, pelaksanaan
kredit investasi refinancing dengan jaminan agunan pribadi yang dilakukan
perseroan kepada lembaga perbankan, tidak sesuai dengan ketentuan
perbankan yaitu dalam kredit investasi refinancing yang menjadi jaminan
adalah aset kekayaan dari perseroan yang terpisah dari kekayaan para
pengurusnya sesuai dengan UUPT. Kedua, status dari agunan pribadi
pribadi yang dijaminkan untuk kredit investasi refinancing oleh perseroan
harus jelas karena akan berdampak resiko kredit bagi bank, apabila
agunan sebagai second way out tidak dapat dilaksanakan dikarenakan
pengikatan tidak sesuai dengan ketentuan.

iv