Tanggung Jawab Indonesia Atas Kasus Pelanggaran Ham Torture Puncak Jaya Oleh Aparat Militer Terhadap Masyarakat Sipil Di Papua Terduga Sebagai Anggota OPM Berdasarkan Ketentuan Hukum HAM Internasional.

ABSTRAK
Walaupun hukum internasional menjamin kedaulatan negara, aturan hukum
internasional tetap bersifat mengikat, terutama aturan yang tertinggi yaitu norma jus
cogens. Salah satunya adalah larangan atas torture, dengan definisi berdasarkan
Pasal 1 ayat (1) CAT 1984 yang telah diratifikasi Indonesia. Hak yang sama juga diatur
dalam Pasal 5 UDHR 1948 dan Pasal 7 ICCPR 1966. Satu dari empat Geneva
Conventions 1949 tentang Perlindungan atas Masyarakat Sipil dalam Waktu Perang,
juga menegaskan bahwa apapun sifat perang atau konflik dalam suatu negara,
terdapat hak-hak sipil yang tidak dapat dikurangi sama sekali (non-derogable rights);
salah satunya hak bebas dari penyiksaan.
Sepanjang tahun 2010-2011, media berhasil mendokumentasikan setidaknya 11
kasus penyiksaan di Papua. Komnas HAM menemukan adanya unsur pelanggaran
HAM oleh aparat hukum di Papua yaitu perampasan hak untuk bebas dari penyiksaan,
perlakuan yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat. Dari sekian
banyak kasus penyiksaan tersebut, salah satu yang diketahui publik adalah Kasus
Puncak Jaya tahun 2010, di mana Pengadilan Militer memutuskan para terdakwa
anggota militer yang melakukan torture hanya bersalah atas dakwaan pembangkangan
militer menurut KUHP Militer dan KUHP, dan dijatuhi hukuman penjara selama 3 (tiga)
bulan. Fakta itu menimbulkan urgensi bagi Penulis untuk melakukan penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis kesesuaian antara kasus penyiksaan di Papua dengan
elemen-elemen pelanggaran HAM torture, serta akibat hukumnya bagi Indonesia yaitu

tanggung jawab negara berdasarkan hukum internasional.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis
metode pendekatan yuridis normatif, menitikberatkan pada ketentuan-ketentuan hukum
sebagai data primer dan data-data kepustakaan dari literatur sebagai data sekunder,
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kasus penyiksaan di Papua memenuhi
karakteristik tindakan torture berdasarkan CAT sehingga kasus Puncak Jaya tidak
tepat untuk diadili semata-mata sebagai pelanggaran komando. Oleh sebab itu,
Indonesia berkewajiban memenuhi tanggung jawabnya untuk mengkriminalisasi aturan
hukum tentang torture ke dalam sistem hukum nasional Indonesia.