PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DAN KONVENSIONAL DI MTS.SUBULUSSALAM KOTANOPAN TAHUN AJARAN 2013/2014.
i
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG DIAJAR DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DAN
KONVENSIONAL DI MTs.SUBULUSSALAM KOTANOPAN
TAHUN AJARAN 2013/2014
RIZKA EVALINA (NIM. 409311043)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada dengan
metode konvensional di MTs.Subulussalam Kotanopan tahun ajaran 2013/ 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
MTs.Subulussalam Kotanopan tahun ajaran 2013/ 2014 yang terdiri dari 4 kelas.
Sedangkan yang menjadi sampel dalam dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu
kelas VIII-3 sebanyak 35 orang dan kelas VIII-2 sebanyak 35 orang. Jenis
penelitian ini adalah eksperimen dengan instrumen berupa tes berpikir kritis yang
telah divalidasi oleh 2 orang dosen dan seorang guru bidang study. Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan tes essay yaitu
untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa.
Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji normalitas dan
homogenitas data. Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari
populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari
analisis data pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pretest 30,43 dan
simpangan baku pretest 10,87 sedangkan nilai rata-rata posttest 78 dan simpangan
baku posttest 8,06. Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest 27,43 dan
simpangan baku pretest 8,34 sedangkan nilai rata-rata posttest 70 dan simpangan
baku posttest 7,17. Dari analisa data posttest dengan menggunakan uji t pada taraf
= 0,05 diperoleh thitung = 4,386 dan ttabel = 1,997 ternyata thitung ttabel maka H0
ditolak dan Ha diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik
daripada dengan metode konvensional di MTs.Subulussalam Kotanopan tahun
ajaran 2013/ 2014.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan kasih dan sayang-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika Yang Diajar Dengan Model
Pembelajaran Learning Cycle
Dan Konvensional di MTs.Subulussalam
Kotanopan Tahun Ajaran 2013/2014.”
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Izwita
Dewi,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan pada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si., Bapak Drs. Zul Amry,
M.Si., dan Bapak Drs.H.Banjarnahor, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Ibu Dra.Nurliani Manurung, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selama ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu
Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di
rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D., selaku Dekan FMIPA, Bapak
Drs. Syafari, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry
M.Si., selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia,
M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai
Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Usron
Rangkuti,S.Pd dan Ibunda Siti Lanna Batubara,BA yang terus memberikan
motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini, juga
kepada Adinda Aida Rahmah, Ahmad Mustafa Husein, dan Rahmat Husein
Rangkuti. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala
MTs.Subulussalam Kotanopan dan Ibu Rahma Donni selaku guru bidang studi
v
matematika di MTs.Subulussalam Kotanopan yang telah banyak membantu
penulis selama penelitian.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Sahabat-sahabat yang
telah banyak membantu dan mendukung penulis selama perkuliahan sampai
menyelesaikan skripsi ini Muhammad Fadlan Siregar, Siti Maryam Lubis, dan
Eflida Yanti Nasution. Beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi
maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Medan,
Penulis,
April 2014
Rizka Evalina
NIM. 409311043
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
i
RIWAYAT HIDUP
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Identifikasi Masalah
5
1.3 Batasan Masalah
6
1.4 Rumussan Masalah
6
1.5 Tujuan Penelitian
6
1.6 Manfaat Penelitian
6
1.7 Defenisi Operasional
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
9
2.1.1 Model pembelajaran
9
2.1.2 Pendekatan Kontruktivisme
9
2.1.3 Model Learning Cycle
13
2.1.3.1 Landasan Teoritis Learning Cycle
13
2.1.3.2 Perkembangan Model Learning Cycle
17
2.1.3.3 Karakteristik Learning Cycle
23
2.1.4 Model Pembelajaran Konvensional
25
2.1.5 Berpikir Kritis
27
2.1.6 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
28
2.1.7 Kajian Materi Teorema Phytagoras
35
vii
2.2 Kerangka Konseptual
43
2.3 Hipotesis penelitian
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
45
3.2 Populasi dan Sampel
45
3.2.1 Populasi Penelitian
45
3.2.2 Sampel Penelitian
45
3.3 Variabel dan Instrumen Penelitian
45
3.3.1 Variabel
45
3.3.2 Instrumen Penelitian
46
3.4 Rancangan Penelitian
50
3.5 Prosedur Kegiatan penelitian
51
3.6 Instrumen Penelitian
53
3.7 Teknik Analisis Data
54
3.7.1 Menghitung Rata-Rata Skor
54
3.7.2 Menghitung Standard Deviasi
54
3.7.3 Uji Normalitas
54
3.7.4 Uji Homogenitas
55
3.7.5 Pengujian Hipotesis
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
58
4.1.1 Persentase Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
58
4.1.2 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
62
4.1.3 Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
63
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian
65
4.2.1 Uji Normalitas Data
65
4.2.2 Uji Homogenitas
66
4.2.3 Pengujian Hipotesis
66
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
67
4.4 Diskusi Penelitian
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
viii
5.1 Kesimpulan
72
5.2 Saran
72
DAFTAR PUSTAKA
74
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Perbedaan situasi pembelajaran berdasarkan pandangan
konvensional dan kontruktivisme
11
Tabel 2.2
Sintaks Model Learning Cycle 5e
22
Tabel 2.3
Indikator-indikator dari Kemampuan Berpikir Kritis
31
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Test
46
Tabel 3.2
Bobot Skor Setiap Kriteria Jawaban Soal Berpikir Kritis
47
Tabel 3.3
Rancangan Penelitian
50
Tabel 4.1
Deskripsi
Kemampuan
Pretest
Berpikir
Kritis
Kelas
Eksperimen
Tabel 4.2
Deskripsi Kemampuan Pretest Berpikir Kritis Kelas Kontrol
Tabel 4.3
Deskripsi Kemampuan Postest Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen
58
59
60
Tabel 4.4
Deskripsi Kemampuan Postest Berpikir Kritis Kelas Kontrol
60
Tabel 4.5
Ringkasan Persentase Indikator Berpikir Kritis Kedua Kelas
61
Tabel 4.6
Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
63
Tabel 4.7
Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
63
Tabel 4.8
Ringkasan Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest Kedua Kelas
64
Tabel 4.9
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Kemempuan Berpikir
Kritis Metematis
Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas
65
65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Daftar Kegiatan Penelitian
76
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
77
Lampiran 3
Lembar Aktivitas Siswa 1
102
Lampiran 4
Alternatif Penyelesaian LAS 1
104
Lampiran 5
Lembar Aktivitas Siswa 2
106
Lampiran 6
Alternatif Penyelesaian LAS 2
109
Lampiran 7
Lembar Aktivitas Siswa 3
111
Lampiran 8
Alternatif Penyelesaian LAS 3
113
Lampiran 9
Lembar Aktivitas Siswa 4
115
Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS 4
117
Lampiran 11 Kisi-Kisi Pretes Kemamuan Berpikir Kritis Matematis
119
Lampiran 12 Kisi-Kisi Postes Kemamuan Berpikir Kritis Matematis
120
Lampiran 13 Pretes
121
Lampiran 14 Alternatif Jawaban Pretes
123
Lampiran 15 Postes
126
Lampiran 16 Alternatif Jawaban Postes
128
Lampiran 17 Pedoman Penskoran Postes Kemampuan Berpikir Kritis
131
Lampiran 18 Lembar Validasi Pretest Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
Lampiran 19 Lembar Validasi Postest Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
Lampiran 20 Daftar Validator Soal Pre Test Dan Post Test Siswa
Lampiran 21 Data Hasil Pretest Berdasarkan Indikator Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen
Lampiran 22 Data Hasil Pretest Berdasarkan Indikator Berpikir Kritis
Kelas Kontrol
Lampiran 23 Data Hasil Postest Berdasarkan Indikator Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen
134
137
140
141
142
143
xii
Lampiran 24 Data Hasil Postest Berdasarkan Indikator Berpikir Kritis
Kelas Kontrol
144
Lampiran 25 Data Hasil Pretest Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
145
Lampiran 26 Data Hasil Pretest Berpikir Kritis Kelas Kontrol
146
Lampiran 27 Data Hasil Postest Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
147
Lampiran 28 Data Hasil Postest Berpikir Kritis Kelas Kontrol
148
Lampiran 29 Data Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa
149
Lampiran 30 Perhitungan Rata-Rata, Standard Deviasi dan Varians Nilai
Pretest dan Postest Berpikir Kritis
Lampiran 31 Perhitungan Rata-Rata, Standard Deviasi dan Varians
Peningkatan (Selisih Postest dan Pretest Berpikir Kritis)
151
155
Lampiran 32 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Tes Berpikir Kritis
157
Lampiran 33 Perhitungan Uji Homogenitas
162
Lampiran 34 Perhitungan Uji Hipotesis
164
Lampiran 35 Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors
168
Lampiran 36 Tabel Luas Distribusi Normal Standard
169
Lampiran 37 Tabel Nilai Kritis Distribusi F
171
Lampiran 38 Tabel Nilai Kritis Distribusi t
172
Lampiran 39 Dokumentasi
174
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern sehingga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Permendiknas,2006). Menyadari betapa
perlunya matematika, setidaknya dapat kita lihat dalam kurikulum matematika di
sekolah yang dapat porsi jam lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran
lainnya. Selain itu, sesuai dengan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
matematika, tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah yaitu:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak
atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan
efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan.
Berdasarkan tujuan umumnya, adanya pelajaran matematika di sekolah
dimaksudkan sebagai sarana untuk melatih para siswa agar dapat memiliki
kemampuan berpikir kritis. Ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis
merupakan kompetensi yang sangat penting untuk dikembangkan.
Berpikir kritis merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembanngkan
dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan
berbagai kemunngkinan dan membuat keputusan ketika menggunakan semua
1
keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Menurut
Ennis (Fisher, 2009 : 4), berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif yang
difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Richard Paul (Fisher, 2009: 4),
mengungkapkan bahwa, siswa yang berpikir kritis ialah melalui ‘berpikir tentang
pemikiran diri sendiri’ (atau sering disebut ‘metakognisi’), dan secara sadar
berupaya memperbaikinya dengan merujuk pada beberapa model berpikir yang
baik dalam bidang itu. Kemampuan berpikir krotis tidak hanya bermanfaat pada
saat siswa belajar, tetapi dapat menjadi bekal bagi siswa di masa akan dating.
Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa kemampuan berpikir kritis
sangatlah penting. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa masih sangat rendah. Hasil studi Progamme for
International Student Assesment (PISA) tahun 2009 untuk siswa SLTP/ SMA/
SMK se-Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-61 dari 65
negara pesertanya. Sejauh ini Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan
penghuni papan bawah. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika
siswa Indonesia terhadap hasil survei pusat statistik internasional untuk pendidikan
dimana Indonesia peringkat 39 dari 41 Negara.
Siswa tersebut hanya mampu
menguasai matematika sebatas memecahkan satu permasalahan sederhana,
mereka belum mampu menyelesaikan masalah yang kompleks dan masalah yang
rumit. Hal ini disebabkan upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis di
seklah-sekolah jarang dilakukan. Pada kenyataannya pembelajaran matematika
didominasi oleh guru melalui model konvensional. Pembelajaran secara
konvensional ini membuat siswa hanya mendengarkan, mencatat, bertanya, dan
mengerjakan soal secara individu maupun kelompok.
Sejalan dengan hal di atas, ketika peneliti melakukan pengamatan selama
melakukan praktik mengajar, kebanyakan siswa menganggap bahwa matematika
hanya mata pelajaran menghitung dan menggunakan rumus sehingga sulit untuk
dipelajari. Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans,
2007) yang menyatakan bahwa :
”Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit,
diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis,
sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang
membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika
karena matematika penuh dengan hitungan”.
Kebanyakan siswa tidak tahu dan bingung manfaat dari mempelajari
matematika. Hal ini menyebabkan respon siswa terhadap mata pelajaran
matematika tergolong rendah. Salah satu penyebab rendahnya respon siswa yaitu
pembelajaran matematika tidak menarik dan membosankan. Rendahnya respon
siswa terhadap mata pelajaran matematika ini akan menghambat proses dan hasil
belajar. Sementara itu, respon siswa merupakan salah satu faktor penting yang
ikut menentukan keberhasilan belajar siswa.
Kemampuan berpikir kritis seseorang dalam bidang studi tidak dapat
terlepas dari pemahamannya terhadap materi bidang studi tersebut. Hal ini sejalan
dengan pendapat Meyer (1986), bahwa seseorang tidak mungkin dapat berpikir
kritis dalam suatu bidang studi tertentu tanpa pengetahuan mengenai isi dan teori
bidang studi tersebut. Oleh karena itu, agar siswa dapat berpikir kritis dalam
matematika, maka dia harus memahami matematika dengan baik.
Pada kenyataannya, disaat pembelajaran berlangsung sering kita temukan,
bahwa para siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
kehidupan
sehari-hari
yang
memerlukan
penggunaan
matematika
dan
menyusunnya ke dalam sebuah model matematika. Kesulitan yang dihadapi dapat
dilihat dari bagaimana cara siswa berpikir secara kritis dalam dalam
menyelesaikan soal matematika yang diberikan.
Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilakukan
oleh
peneliti
di
MTs.Subulussalam Kotanopan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa
di sekolah tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari tes awal yang diberikan
berupa materi prasyarat teorema pythagoras yaitu materi luas segitiga, kuadarat
dan akar kuadrat dimana siswa mengalami kesulitan menyelesaikannya. Hasil
yang diperoleh 72% siswa tidak mampu memisahkan informasi ke dalam yang
lebih kecil dan terperinci (analisis), 61% siswa tidak mampu menggabungkan
bagian-bagian informasi menjadi bentuk atau susunan yang baru (sintesis), 89%
siswa tidak mampu membuat pemodelan matematika, 83% tidak mampu
menentukan strategi penyelesaian, dan 61% tidak mampu memberikan jawaban
akhir.
Agar kemampuan berpikir kritis siswa berkembang dengan optimal dan
mendapat respon yang baik dari siswa, maka diperlukan strategi atau model
pembelajaran matematika yang tepat. Fisher (2009) menyatakan bahwa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, diperlukan pembelajaran yang
membiasakan dan memberikan keleluasaan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu,
guru hendaknya dapat memperbaiki kembali proses-proses pembelajaran yangs
selama ini biasa dilaksanakan. Sebaliknya guru berupaya agar mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa belajar dengan
baik dan bersemangat, dengan suasana pembelajaran yang menantang untuk
memotivasi siswa dalam belajar akan berdampak positif dalam pencapaian
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini merupakan cirri dari pembelajaran yang
nerpusat pada siswa.
Menyikapi masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika di atas
maka alangkah baiknya siswa mengkonstruksikan pemahamannya sendiri. Sesuai
dengan teori belajar kntruktivisme (menurut Nur dalam Trianto, 2009) yang
menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang aktif dimana siswa membangan
sendiri pengetahuannya dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka
pelajari. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator, membantu keaktifan
siswa dalam membentuk pengetahuannya sehingga belajar merupakan proses aftif
yang dilakukan siswa.
Salah satu pembelajaran yang berlandaskan kontruksivisme adalah
Learning Cycle. Pembelajaran dengan model Learning Cycle bertujuan membantu
mengembangkan berpikir siswa dari berpikir konkrit ke abstrak (atau dari konkrit
ke formal). Learning Cycle merupakan model yang digunakan pada bidang sains
namun dilihat dari konteks model pembelajaran ini juga baik untuk digunakan
pada mata pelajaran matematika. Learning Cycle adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yang terdiri dari lima
fase yaitu engagement (menarikperhatian-mengikat), exploration (eksplorasi),
explanation (menjelaskan), elaboration (perluasan), dan evaluation (evaluasi)
yang diorganisasikan sedemikaian rupa sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperan aktif. (Wena, 2008)
Teerdapat keterkaitan antara model Learning Cycle dengan kemampuan
berpikir kritis. Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification),
membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (inference),
memberikan penjelasan lanjut (advance clarification), dan mengatur strategi dan
teknik (strategics and tactics).
Berdasarkan uraian tersebut,maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Pada Pembelajaran Matematika Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran
Learning Cycle
Dan Konvensional MTs.Subulussalam Kotanopan Tahun
Ajaran 2013/2014.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berfokus pada latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini meliputi :
1. Prestasi Matematika di Indonesia masih rendah.
2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
3. Pelajaran matematika bersifat abstrak dianggap sulit oleh siswa.
4. Pelajaran matematika kurang disenangi dikarenakan siswa menganggap bahwa
matematika hanya mata pelajaran menghitung dan menggunakan rumus
sehingga sulit untuk dipelajari.
5. Kebanyakan siswa tidak tahu dan bingung manfaat dari mempelajari
matematika.
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada perbedaan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa pada pembelajaran matematika yang diajar dengan model
pembelajaran learning cycle
dan konvensional MTs.subulussalam Kotanopan
tahun ajaran 2013/2014.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran learning cycle lebih baik dari kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional di MTs.subulussalam
kotanopan tahun ajaran 2013/2014?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui Apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada
dengan metode konvensional di MTs.Subulussalam Kotanopan tahun ajaran
2013/ 2014.
1.6 Manfaat Penellitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, terutama:
1. Bagi Peneliti
Peneliti ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan dalam perbedaan
model pembelajaran learning cycle dan konvensional pada pembelajaran
matematika. Selain itu hasil penelitian diharapkan bisa dijadikan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi siswa
a. Melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle diharapkan dapat merangsang kemampuan berpikir kritis siswa.
b. Melatih siswa aktif dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi guru
Sebagai alternatif dalam mengelola pembelajaran dan dapat menumbuhkan
kreatifitas guru dalam pembelajaran.
4. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
1.7 Defenisi Operasional
Untuk mengurangi perbedaan atau kekurang jelasan makna, maka defenisi
operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Kontstruktivisme adalah suatu pendekatan yang menekankan bahwa
pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh siswa itu sendiri. Karena
penekanannya pada siswa yang aktif, maka strategi pembelajarannya sering
disebut pengajaran yang berpusat pada siswa atau centered instruction (dalam
Ema, 2012).
2. Model Pembelajaran Learning Cycle
Learning cycle merupakan model pembelajaran sains yang berbasis inquiri
dan metode pengajarannya berpusat pada siswa, yang terdiri dari lima fase
yaitu engagement (menarikperhatian-mengikat), exploration (eksplorasi),
explanation (menjelaskan), elaboration (perluasan), dan evaluation (evaluasi).
3. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses berpikir yang bertujuan untuk memenuhi proses
analisis; sintesis; mengenal dan memecahkan masalah; menyimpulkan; dan
mengevaluasi atau menilai.
4. Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah kesanggupan dalam analisis; sintesis;
mengenal dan memecahkan masalah; menyimpulkan; dan mengevaluasi atau
menilai.
5. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang
didominasi oleh aktivitas guru sehingga peran siswa masih kurang. Guru
terlebih dahulu menjelaskan materi yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan
memberikan contoh-contoh soal, kemudian siswa diberi latihan untuk
diselesaikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diambil kesimpulan
sebagai berikut :
Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran learning cycle lebih baik dari kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional di MTs.subulussalam
kotanopan tahun ajaran 2013/2014.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis menyarankan
hal-hal berikut :
1. Diharapkan bagi guru Matematika untuk memperhatikan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa dan melibatkan peran aktif siswa dalam
proses belajar mengajar. Untuk itu, hendaknya guru matematika dapat
menerapkan model pembelajaran learning cycle karena ada lima tahap
learning cycle yang dapat menjadi salah satu alternative untuk
meningkatkan kemampuan berikir kritis matematis siswa.
2. Kepada siswa MTs.Subulussalam disarankan agar lebih berani dalam
menyampaikan pendapat atau ide-ide dan mempergunakan seluruh
perangkat pembelajaran sebagai acuan yang dapat membuat siswa menjadi
lebih aktif sehingga guru dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran.
3. Diharapkan bagi calon guru sebelum proses mengajar dilakukan, harus
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi-materi prasyarat dari suatu
topik yang akan diajarkan, karena pengetahuan siswa sebelumnya sangat
menentukan keberhasilan siswa memahami materi baru yang akan diajarkan
serta melakukan identifikasi pendapat siswa tentang pelajaran yang
dipelajari.
4. Lingkungan kelas harus nyaman dan kondusif sehingga siswa dapt
mengutarakan pendapatnya tanpa rasa takut dari ejekan, dan kritikan dari
temannya. Dalam hal ini, guru perlu menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan bagi semua siswa.
5. Kepada peneliti yang lain meneliti penelitian ini dengan materi yang
berbeda
agar
dapat
dijadikan
sebagai
studi
perbandingan
dalam
meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada mata pelajaran
Matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, M. Cholik. 2005. Matematika untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Ahmad,
Arif,
(2007).
Artikel:
Memahami
http://reseachengines.com/1007arief3.html.
Berpikir
Kritis.
Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi
VI, Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed.
Fathoni, A., (2007), http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasidalam-matematika.html (diakses pada tanggal 27 Januari 2013)
Fatimah, Nurul, (2012), Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Terhadap Mata Pelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan
Berfikir
Kritis
Siswa
SMA.
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pek_0800435_chapter2.pdf)
(dikakses 24 jan 2013).
Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Hariaty, Ema, (2012), Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, Skripsi
Unimed, Medan.
Hassoubah, DR.Z.I. (2004). Develoving Creative and Critical Thingking Skills,
Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa Cendekia.
Lismiana, Elita. (2013). Pengaruh Model Learning Cycle Terhadap Peningkatan
Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP. Skiripsi. UPI.
Meltzer, 2002, The Relationship Beetwen Mathemathics Preparation and
Conceptual Learning Gain In Physics, Hidden Variabel In Doagnostic
Present Scors Americant Jurnal Physics : 70 (12), (1259, 1267).
Ngalimun, S.Pd., M. Pd. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.
Nuharini, Dewi. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Nuryanti, Siti, (2012), Model Pembelajaran Learning Cycle , Prototype Media
Berbasis Camptools dan Hasil Belajar,
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pek_0800435_chapter2.pdf
(diakses 24 jan 2013).
Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi
pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Kencana.
Sagala, Syaiful. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Silitonga, P.,M.,(2011), Statistik Teori dan Aplikasi Dalam Penelitian, FMIPA
Universitas Negeri Medan, Medan.
Simanjuntak, Andrew Oscar. (2009). Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada
Materi Trigonometri, Skripsi Unimed, Medan.
Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta.
Wena, M., 2011, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara,
Jakarta.
ii
RIWAYAT HIDUP
Rizka Evalina dilahirkan di Singengu Jae, pada tanggal 09 september
1990. Ayah bernama Usron Rangkuti S.Pd dan Ibu bernama Siti Lanna
Batubara,BA, merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 1997,
masuk sekolah SD Negeri 2 Kotanopan dan lulus pada tahun 2003, melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 4 Kotanopan dan lulus pada tahun 2006, melanjutkan
sekolah di MAN 2 Model Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 2009. Pada
tahun 2009 diterima di program studi Pendidikan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Kegiatan
ekstrakurikuler di Universitas Negeri Medan yang pernah diikuti yaitu pernah
menjadi anggota KSR PMI UNIMED dan HMI Komisariat FMIPA UNIMED.
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG DIAJAR DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DAN
KONVENSIONAL DI MTs.SUBULUSSALAM KOTANOPAN
TAHUN AJARAN 2013/2014
RIZKA EVALINA (NIM. 409311043)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada dengan
metode konvensional di MTs.Subulussalam Kotanopan tahun ajaran 2013/ 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
MTs.Subulussalam Kotanopan tahun ajaran 2013/ 2014 yang terdiri dari 4 kelas.
Sedangkan yang menjadi sampel dalam dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu
kelas VIII-3 sebanyak 35 orang dan kelas VIII-2 sebanyak 35 orang. Jenis
penelitian ini adalah eksperimen dengan instrumen berupa tes berpikir kritis yang
telah divalidasi oleh 2 orang dosen dan seorang guru bidang study. Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan tes essay yaitu
untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa.
Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji normalitas dan
homogenitas data. Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari
populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari
analisis data pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pretest 30,43 dan
simpangan baku pretest 10,87 sedangkan nilai rata-rata posttest 78 dan simpangan
baku posttest 8,06. Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest 27,43 dan
simpangan baku pretest 8,34 sedangkan nilai rata-rata posttest 70 dan simpangan
baku posttest 7,17. Dari analisa data posttest dengan menggunakan uji t pada taraf
= 0,05 diperoleh thitung = 4,386 dan ttabel = 1,997 ternyata thitung ttabel maka H0
ditolak dan Ha diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik
daripada dengan metode konvensional di MTs.Subulussalam Kotanopan tahun
ajaran 2013/ 2014.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan kasih dan sayang-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika Yang Diajar Dengan Model
Pembelajaran Learning Cycle
Dan Konvensional di MTs.Subulussalam
Kotanopan Tahun Ajaran 2013/2014.”
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Izwita
Dewi,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan pada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si., Bapak Drs. Zul Amry,
M.Si., dan Bapak Drs.H.Banjarnahor, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Ibu Dra.Nurliani Manurung, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selama ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu
Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di
rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D., selaku Dekan FMIPA, Bapak
Drs. Syafari, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry
M.Si., selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia,
M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai
Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Usron
Rangkuti,S.Pd dan Ibunda Siti Lanna Batubara,BA yang terus memberikan
motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini, juga
kepada Adinda Aida Rahmah, Ahmad Mustafa Husein, dan Rahmat Husein
Rangkuti. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala
MTs.Subulussalam Kotanopan dan Ibu Rahma Donni selaku guru bidang studi
v
matematika di MTs.Subulussalam Kotanopan yang telah banyak membantu
penulis selama penelitian.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Sahabat-sahabat yang
telah banyak membantu dan mendukung penulis selama perkuliahan sampai
menyelesaikan skripsi ini Muhammad Fadlan Siregar, Siti Maryam Lubis, dan
Eflida Yanti Nasution. Beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi
maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Medan,
Penulis,
April 2014
Rizka Evalina
NIM. 409311043
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
i
RIWAYAT HIDUP
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Identifikasi Masalah
5
1.3 Batasan Masalah
6
1.4 Rumussan Masalah
6
1.5 Tujuan Penelitian
6
1.6 Manfaat Penelitian
6
1.7 Defenisi Operasional
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
9
2.1.1 Model pembelajaran
9
2.1.2 Pendekatan Kontruktivisme
9
2.1.3 Model Learning Cycle
13
2.1.3.1 Landasan Teoritis Learning Cycle
13
2.1.3.2 Perkembangan Model Learning Cycle
17
2.1.3.3 Karakteristik Learning Cycle
23
2.1.4 Model Pembelajaran Konvensional
25
2.1.5 Berpikir Kritis
27
2.1.6 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
28
2.1.7 Kajian Materi Teorema Phytagoras
35
vii
2.2 Kerangka Konseptual
43
2.3 Hipotesis penelitian
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
45
3.2 Populasi dan Sampel
45
3.2.1 Populasi Penelitian
45
3.2.2 Sampel Penelitian
45
3.3 Variabel dan Instrumen Penelitian
45
3.3.1 Variabel
45
3.3.2 Instrumen Penelitian
46
3.4 Rancangan Penelitian
50
3.5 Prosedur Kegiatan penelitian
51
3.6 Instrumen Penelitian
53
3.7 Teknik Analisis Data
54
3.7.1 Menghitung Rata-Rata Skor
54
3.7.2 Menghitung Standard Deviasi
54
3.7.3 Uji Normalitas
54
3.7.4 Uji Homogenitas
55
3.7.5 Pengujian Hipotesis
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
58
4.1.1 Persentase Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
58
4.1.2 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
62
4.1.3 Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
63
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian
65
4.2.1 Uji Normalitas Data
65
4.2.2 Uji Homogenitas
66
4.2.3 Pengujian Hipotesis
66
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
67
4.4 Diskusi Penelitian
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
viii
5.1 Kesimpulan
72
5.2 Saran
72
DAFTAR PUSTAKA
74
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Perbedaan situasi pembelajaran berdasarkan pandangan
konvensional dan kontruktivisme
11
Tabel 2.2
Sintaks Model Learning Cycle 5e
22
Tabel 2.3
Indikator-indikator dari Kemampuan Berpikir Kritis
31
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Test
46
Tabel 3.2
Bobot Skor Setiap Kriteria Jawaban Soal Berpikir Kritis
47
Tabel 3.3
Rancangan Penelitian
50
Tabel 4.1
Deskripsi
Kemampuan
Pretest
Berpikir
Kritis
Kelas
Eksperimen
Tabel 4.2
Deskripsi Kemampuan Pretest Berpikir Kritis Kelas Kontrol
Tabel 4.3
Deskripsi Kemampuan Postest Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen
58
59
60
Tabel 4.4
Deskripsi Kemampuan Postest Berpikir Kritis Kelas Kontrol
60
Tabel 4.5
Ringkasan Persentase Indikator Berpikir Kritis Kedua Kelas
61
Tabel 4.6
Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
63
Tabel 4.7
Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
63
Tabel 4.8
Ringkasan Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest Kedua Kelas
64
Tabel 4.9
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Kemempuan Berpikir
Kritis Metematis
Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas
65
65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Daftar Kegiatan Penelitian
76
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
77
Lampiran 3
Lembar Aktivitas Siswa 1
102
Lampiran 4
Alternatif Penyelesaian LAS 1
104
Lampiran 5
Lembar Aktivitas Siswa 2
106
Lampiran 6
Alternatif Penyelesaian LAS 2
109
Lampiran 7
Lembar Aktivitas Siswa 3
111
Lampiran 8
Alternatif Penyelesaian LAS 3
113
Lampiran 9
Lembar Aktivitas Siswa 4
115
Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS 4
117
Lampiran 11 Kisi-Kisi Pretes Kemamuan Berpikir Kritis Matematis
119
Lampiran 12 Kisi-Kisi Postes Kemamuan Berpikir Kritis Matematis
120
Lampiran 13 Pretes
121
Lampiran 14 Alternatif Jawaban Pretes
123
Lampiran 15 Postes
126
Lampiran 16 Alternatif Jawaban Postes
128
Lampiran 17 Pedoman Penskoran Postes Kemampuan Berpikir Kritis
131
Lampiran 18 Lembar Validasi Pretest Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
Lampiran 19 Lembar Validasi Postest Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
Lampiran 20 Daftar Validator Soal Pre Test Dan Post Test Siswa
Lampiran 21 Data Hasil Pretest Berdasarkan Indikator Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen
Lampiran 22 Data Hasil Pretest Berdasarkan Indikator Berpikir Kritis
Kelas Kontrol
Lampiran 23 Data Hasil Postest Berdasarkan Indikator Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen
134
137
140
141
142
143
xii
Lampiran 24 Data Hasil Postest Berdasarkan Indikator Berpikir Kritis
Kelas Kontrol
144
Lampiran 25 Data Hasil Pretest Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
145
Lampiran 26 Data Hasil Pretest Berpikir Kritis Kelas Kontrol
146
Lampiran 27 Data Hasil Postest Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
147
Lampiran 28 Data Hasil Postest Berpikir Kritis Kelas Kontrol
148
Lampiran 29 Data Hasil Tes Berpikir Kritis Siswa
149
Lampiran 30 Perhitungan Rata-Rata, Standard Deviasi dan Varians Nilai
Pretest dan Postest Berpikir Kritis
Lampiran 31 Perhitungan Rata-Rata, Standard Deviasi dan Varians
Peningkatan (Selisih Postest dan Pretest Berpikir Kritis)
151
155
Lampiran 32 Perhitungan Uji Normalitas Hasil Tes Berpikir Kritis
157
Lampiran 33 Perhitungan Uji Homogenitas
162
Lampiran 34 Perhitungan Uji Hipotesis
164
Lampiran 35 Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors
168
Lampiran 36 Tabel Luas Distribusi Normal Standard
169
Lampiran 37 Tabel Nilai Kritis Distribusi F
171
Lampiran 38 Tabel Nilai Kritis Distribusi t
172
Lampiran 39 Dokumentasi
174
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern sehingga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Permendiknas,2006). Menyadari betapa
perlunya matematika, setidaknya dapat kita lihat dalam kurikulum matematika di
sekolah yang dapat porsi jam lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran
lainnya. Selain itu, sesuai dengan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
matematika, tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah yaitu:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak
atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan
efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan.
Berdasarkan tujuan umumnya, adanya pelajaran matematika di sekolah
dimaksudkan sebagai sarana untuk melatih para siswa agar dapat memiliki
kemampuan berpikir kritis. Ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis
merupakan kompetensi yang sangat penting untuk dikembangkan.
Berpikir kritis merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembanngkan
dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan
berbagai kemunngkinan dan membuat keputusan ketika menggunakan semua
1
keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Menurut
Ennis (Fisher, 2009 : 4), berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif yang
difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Richard Paul (Fisher, 2009: 4),
mengungkapkan bahwa, siswa yang berpikir kritis ialah melalui ‘berpikir tentang
pemikiran diri sendiri’ (atau sering disebut ‘metakognisi’), dan secara sadar
berupaya memperbaikinya dengan merujuk pada beberapa model berpikir yang
baik dalam bidang itu. Kemampuan berpikir krotis tidak hanya bermanfaat pada
saat siswa belajar, tetapi dapat menjadi bekal bagi siswa di masa akan dating.
Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa kemampuan berpikir kritis
sangatlah penting. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa masih sangat rendah. Hasil studi Progamme for
International Student Assesment (PISA) tahun 2009 untuk siswa SLTP/ SMA/
SMK se-Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-61 dari 65
negara pesertanya. Sejauh ini Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan
penghuni papan bawah. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika
siswa Indonesia terhadap hasil survei pusat statistik internasional untuk pendidikan
dimana Indonesia peringkat 39 dari 41 Negara.
Siswa tersebut hanya mampu
menguasai matematika sebatas memecahkan satu permasalahan sederhana,
mereka belum mampu menyelesaikan masalah yang kompleks dan masalah yang
rumit. Hal ini disebabkan upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis di
seklah-sekolah jarang dilakukan. Pada kenyataannya pembelajaran matematika
didominasi oleh guru melalui model konvensional. Pembelajaran secara
konvensional ini membuat siswa hanya mendengarkan, mencatat, bertanya, dan
mengerjakan soal secara individu maupun kelompok.
Sejalan dengan hal di atas, ketika peneliti melakukan pengamatan selama
melakukan praktik mengajar, kebanyakan siswa menganggap bahwa matematika
hanya mata pelajaran menghitung dan menggunakan rumus sehingga sulit untuk
dipelajari. Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans,
2007) yang menyatakan bahwa :
”Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit,
diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis,
sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang
membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika
karena matematika penuh dengan hitungan”.
Kebanyakan siswa tidak tahu dan bingung manfaat dari mempelajari
matematika. Hal ini menyebabkan respon siswa terhadap mata pelajaran
matematika tergolong rendah. Salah satu penyebab rendahnya respon siswa yaitu
pembelajaran matematika tidak menarik dan membosankan. Rendahnya respon
siswa terhadap mata pelajaran matematika ini akan menghambat proses dan hasil
belajar. Sementara itu, respon siswa merupakan salah satu faktor penting yang
ikut menentukan keberhasilan belajar siswa.
Kemampuan berpikir kritis seseorang dalam bidang studi tidak dapat
terlepas dari pemahamannya terhadap materi bidang studi tersebut. Hal ini sejalan
dengan pendapat Meyer (1986), bahwa seseorang tidak mungkin dapat berpikir
kritis dalam suatu bidang studi tertentu tanpa pengetahuan mengenai isi dan teori
bidang studi tersebut. Oleh karena itu, agar siswa dapat berpikir kritis dalam
matematika, maka dia harus memahami matematika dengan baik.
Pada kenyataannya, disaat pembelajaran berlangsung sering kita temukan,
bahwa para siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
kehidupan
sehari-hari
yang
memerlukan
penggunaan
matematika
dan
menyusunnya ke dalam sebuah model matematika. Kesulitan yang dihadapi dapat
dilihat dari bagaimana cara siswa berpikir secara kritis dalam dalam
menyelesaikan soal matematika yang diberikan.
Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilakukan
oleh
peneliti
di
MTs.Subulussalam Kotanopan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa
di sekolah tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari tes awal yang diberikan
berupa materi prasyarat teorema pythagoras yaitu materi luas segitiga, kuadarat
dan akar kuadrat dimana siswa mengalami kesulitan menyelesaikannya. Hasil
yang diperoleh 72% siswa tidak mampu memisahkan informasi ke dalam yang
lebih kecil dan terperinci (analisis), 61% siswa tidak mampu menggabungkan
bagian-bagian informasi menjadi bentuk atau susunan yang baru (sintesis), 89%
siswa tidak mampu membuat pemodelan matematika, 83% tidak mampu
menentukan strategi penyelesaian, dan 61% tidak mampu memberikan jawaban
akhir.
Agar kemampuan berpikir kritis siswa berkembang dengan optimal dan
mendapat respon yang baik dari siswa, maka diperlukan strategi atau model
pembelajaran matematika yang tepat. Fisher (2009) menyatakan bahwa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, diperlukan pembelajaran yang
membiasakan dan memberikan keleluasaan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu,
guru hendaknya dapat memperbaiki kembali proses-proses pembelajaran yangs
selama ini biasa dilaksanakan. Sebaliknya guru berupaya agar mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa belajar dengan
baik dan bersemangat, dengan suasana pembelajaran yang menantang untuk
memotivasi siswa dalam belajar akan berdampak positif dalam pencapaian
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini merupakan cirri dari pembelajaran yang
nerpusat pada siswa.
Menyikapi masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika di atas
maka alangkah baiknya siswa mengkonstruksikan pemahamannya sendiri. Sesuai
dengan teori belajar kntruktivisme (menurut Nur dalam Trianto, 2009) yang
menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang aktif dimana siswa membangan
sendiri pengetahuannya dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka
pelajari. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator, membantu keaktifan
siswa dalam membentuk pengetahuannya sehingga belajar merupakan proses aftif
yang dilakukan siswa.
Salah satu pembelajaran yang berlandaskan kontruksivisme adalah
Learning Cycle. Pembelajaran dengan model Learning Cycle bertujuan membantu
mengembangkan berpikir siswa dari berpikir konkrit ke abstrak (atau dari konkrit
ke formal). Learning Cycle merupakan model yang digunakan pada bidang sains
namun dilihat dari konteks model pembelajaran ini juga baik untuk digunakan
pada mata pelajaran matematika. Learning Cycle adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yang terdiri dari lima
fase yaitu engagement (menarikperhatian-mengikat), exploration (eksplorasi),
explanation (menjelaskan), elaboration (perluasan), dan evaluation (evaluasi)
yang diorganisasikan sedemikaian rupa sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperan aktif. (Wena, 2008)
Teerdapat keterkaitan antara model Learning Cycle dengan kemampuan
berpikir kritis. Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification),
membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (inference),
memberikan penjelasan lanjut (advance clarification), dan mengatur strategi dan
teknik (strategics and tactics).
Berdasarkan uraian tersebut,maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Pada Pembelajaran Matematika Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran
Learning Cycle
Dan Konvensional MTs.Subulussalam Kotanopan Tahun
Ajaran 2013/2014.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berfokus pada latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini meliputi :
1. Prestasi Matematika di Indonesia masih rendah.
2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
3. Pelajaran matematika bersifat abstrak dianggap sulit oleh siswa.
4. Pelajaran matematika kurang disenangi dikarenakan siswa menganggap bahwa
matematika hanya mata pelajaran menghitung dan menggunakan rumus
sehingga sulit untuk dipelajari.
5. Kebanyakan siswa tidak tahu dan bingung manfaat dari mempelajari
matematika.
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada perbedaan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa pada pembelajaran matematika yang diajar dengan model
pembelajaran learning cycle
dan konvensional MTs.subulussalam Kotanopan
tahun ajaran 2013/2014.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran learning cycle lebih baik dari kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional di MTs.subulussalam
kotanopan tahun ajaran 2013/2014?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui Apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada
dengan metode konvensional di MTs.Subulussalam Kotanopan tahun ajaran
2013/ 2014.
1.6 Manfaat Penellitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, terutama:
1. Bagi Peneliti
Peneliti ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan dalam perbedaan
model pembelajaran learning cycle dan konvensional pada pembelajaran
matematika. Selain itu hasil penelitian diharapkan bisa dijadikan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi siswa
a. Melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle diharapkan dapat merangsang kemampuan berpikir kritis siswa.
b. Melatih siswa aktif dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi guru
Sebagai alternatif dalam mengelola pembelajaran dan dapat menumbuhkan
kreatifitas guru dalam pembelajaran.
4. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
1.7 Defenisi Operasional
Untuk mengurangi perbedaan atau kekurang jelasan makna, maka defenisi
operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Kontstruktivisme adalah suatu pendekatan yang menekankan bahwa
pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh siswa itu sendiri. Karena
penekanannya pada siswa yang aktif, maka strategi pembelajarannya sering
disebut pengajaran yang berpusat pada siswa atau centered instruction (dalam
Ema, 2012).
2. Model Pembelajaran Learning Cycle
Learning cycle merupakan model pembelajaran sains yang berbasis inquiri
dan metode pengajarannya berpusat pada siswa, yang terdiri dari lima fase
yaitu engagement (menarikperhatian-mengikat), exploration (eksplorasi),
explanation (menjelaskan), elaboration (perluasan), dan evaluation (evaluasi).
3. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses berpikir yang bertujuan untuk memenuhi proses
analisis; sintesis; mengenal dan memecahkan masalah; menyimpulkan; dan
mengevaluasi atau menilai.
4. Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah kesanggupan dalam analisis; sintesis;
mengenal dan memecahkan masalah; menyimpulkan; dan mengevaluasi atau
menilai.
5. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang
didominasi oleh aktivitas guru sehingga peran siswa masih kurang. Guru
terlebih dahulu menjelaskan materi yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan
memberikan contoh-contoh soal, kemudian siswa diberi latihan untuk
diselesaikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diambil kesimpulan
sebagai berikut :
Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran learning cycle lebih baik dari kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional di MTs.subulussalam
kotanopan tahun ajaran 2013/2014.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis menyarankan
hal-hal berikut :
1. Diharapkan bagi guru Matematika untuk memperhatikan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa dan melibatkan peran aktif siswa dalam
proses belajar mengajar. Untuk itu, hendaknya guru matematika dapat
menerapkan model pembelajaran learning cycle karena ada lima tahap
learning cycle yang dapat menjadi salah satu alternative untuk
meningkatkan kemampuan berikir kritis matematis siswa.
2. Kepada siswa MTs.Subulussalam disarankan agar lebih berani dalam
menyampaikan pendapat atau ide-ide dan mempergunakan seluruh
perangkat pembelajaran sebagai acuan yang dapat membuat siswa menjadi
lebih aktif sehingga guru dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran.
3. Diharapkan bagi calon guru sebelum proses mengajar dilakukan, harus
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi-materi prasyarat dari suatu
topik yang akan diajarkan, karena pengetahuan siswa sebelumnya sangat
menentukan keberhasilan siswa memahami materi baru yang akan diajarkan
serta melakukan identifikasi pendapat siswa tentang pelajaran yang
dipelajari.
4. Lingkungan kelas harus nyaman dan kondusif sehingga siswa dapt
mengutarakan pendapatnya tanpa rasa takut dari ejekan, dan kritikan dari
temannya. Dalam hal ini, guru perlu menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan bagi semua siswa.
5. Kepada peneliti yang lain meneliti penelitian ini dengan materi yang
berbeda
agar
dapat
dijadikan
sebagai
studi
perbandingan
dalam
meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada mata pelajaran
Matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, M. Cholik. 2005. Matematika untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Ahmad,
Arif,
(2007).
Artikel:
Memahami
http://reseachengines.com/1007arief3.html.
Berpikir
Kritis.
Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi
VI, Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed.
Fathoni, A., (2007), http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasidalam-matematika.html (diakses pada tanggal 27 Januari 2013)
Fatimah, Nurul, (2012), Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Terhadap Mata Pelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan
Berfikir
Kritis
Siswa
SMA.
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pek_0800435_chapter2.pdf)
(dikakses 24 jan 2013).
Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Hariaty, Ema, (2012), Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, Skripsi
Unimed, Medan.
Hassoubah, DR.Z.I. (2004). Develoving Creative and Critical Thingking Skills,
Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa Cendekia.
Lismiana, Elita. (2013). Pengaruh Model Learning Cycle Terhadap Peningkatan
Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP. Skiripsi. UPI.
Meltzer, 2002, The Relationship Beetwen Mathemathics Preparation and
Conceptual Learning Gain In Physics, Hidden Variabel In Doagnostic
Present Scors Americant Jurnal Physics : 70 (12), (1259, 1267).
Ngalimun, S.Pd., M. Pd. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.
Nuharini, Dewi. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Nuryanti, Siti, (2012), Model Pembelajaran Learning Cycle , Prototype Media
Berbasis Camptools dan Hasil Belajar,
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pek_0800435_chapter2.pdf
(diakses 24 jan 2013).
Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi
pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Kencana.
Sagala, Syaiful. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Silitonga, P.,M.,(2011), Statistik Teori dan Aplikasi Dalam Penelitian, FMIPA
Universitas Negeri Medan, Medan.
Simanjuntak, Andrew Oscar. (2009). Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada
Materi Trigonometri, Skripsi Unimed, Medan.
Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta.
Wena, M., 2011, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara,
Jakarta.
ii
RIWAYAT HIDUP
Rizka Evalina dilahirkan di Singengu Jae, pada tanggal 09 september
1990. Ayah bernama Usron Rangkuti S.Pd dan Ibu bernama Siti Lanna
Batubara,BA, merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 1997,
masuk sekolah SD Negeri 2 Kotanopan dan lulus pada tahun 2003, melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 4 Kotanopan dan lulus pada tahun 2006, melanjutkan
sekolah di MAN 2 Model Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 2009. Pada
tahun 2009 diterima di program studi Pendidikan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Kegiatan
ekstrakurikuler di Universitas Negeri Medan yang pernah diikuti yaitu pernah
menjadi anggota KSR PMI UNIMED dan HMI Komisariat FMIPA UNIMED.