STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARANPROJECT

BASED LEARNINGDANDISCOVERY LEARNINGDENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS

X SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

Catur Wulandhari

Model pembelajaran merupakan salah satu hal terpenting dalam proses

pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran dapat menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian peran guru sangat diperlukan untuk memilih model pembelajaran yang baik yang dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar siswa sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penelitian ini mengkaji tentang model pembelajaranProject Based LearningdanDiscovery Learningdengan memperhatikan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan

komparatif. Populasi penelitian ini berjumlah 134 siswa dengan sampel 79 siswa. Dengan teknik pengambilan sampel yaituCluster Random Sampling.Teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan teknik tes. Pengujian hipotesis menggunakan rumus anava dua jalan dan t-test dua sampel independen.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh sebagai berikut (1) terdapat perbedaan hasil belajar Ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranProject Based LearningdanDiscovery Learning,(2) hasil belajar Ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang pembelajarannya menggunakan modelProject Based Learninglebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan modelDiscovery Learning, (3) hasil belajar Ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang pembelajarannya menggunakan model DiscoveryLearninglebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakanProject Based Learning, (4) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Ekonomi.

Kata kunci : Hasil Belajar, Ekonomi, Berpikir kritis, Project Based Learning, Discovery Learning


(2)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED

LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIDOMULYO

TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

CATUR WULANDHARI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIDOMULYO

TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh:

CATUR WULANDHARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

Halaman HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian... 10

F. Kegunaan Penelitian... 11

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR PENELITIAN RELEVAN DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Definisi Belajar ... 13

2. Prinsip–Prinsip Belajar... 14

3. Hasil Belajar ... 15

4. Teori Belajar... 16

5. Model PembelajaranProject Based Learning... 25

6. Model PembelajaranDiscovery Learning... 29

7. Kemampuan Berpikir Kritis ... 32

8. Mata Pelajaran Ekonomi ... 35

B. Penelitian yang Relevan ... 37

C. Kerangka Pemikiran ... 38

D. Anggapan Dasar ... 44


(5)

2. Prosedur Penelitian... 48

B. Populasi dan Sampel ... 50

C. Variabel Penelitian ... 51

D. Definisi Konseptual Variabel ... 52

E. Definisi Operasional Variabel ... 53

F. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Uji Persyaratan Instrumen ... 55

1. Uji Validitas Instrumen ...…….55

2. Uji Reliabilitas Instrumen ...56

3. Taraf Kesukaran ...58

4. Daya Beda ...59

H. Uji Persyaratan Analisis Data ...60

1. Uji Normalitas...60

2. Uji Homogenitas ...61

I. Teknik Analisis Data ...61

1. Analisis Varians Dua Jalan ...61

2. T-Test Dua Sampel Independen ...63

J. Pengujian Hipotesis...64

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...67

1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Sidomulyo...67

2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Sidomulyo ...67

3. Sarana dan Fasilitas SMA Negeri 1 Sidomulyo...68

4. Proses Belajar Mengajar di SMA Negeri 1 Sidomulyo ...69

5. Data Pegawai SMA Negeri 1 Sidomulyo...69

6. Kegiatan Ekstrakurikuler ...70

B. Deskripsi Data ...70

1. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...70

2. Deskripsi Data Hasil Belajar ...74

3. Data Tes Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ...79

C. Uji Persyaratan Analisis Data ...87

1. Uji Normalitas...88

2. Uji Homogenitas ...89

D. PengujianHipotesis ...90


(6)

B. Saran... . ...107 DAFTAR PUSTAKA


(7)

Lampiran

1. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen Kelas XIPS 1 (Model Pembelajaran Project Based Learning)

2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol Kelas XIPS 2 (Model Pembelajaran Project Discovery Learning)

3. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen 4. Pembagian Kelompok Kelas Kontrol 5. Silabus

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol 8. Kisi-kisi Soal Kenmampuan Berpikir Kritis

9. Kisi-kisi Soal Hasil Belajar 10. Soal Kemampuan Berpikir Kritis

11. Kunci Jawaban Kemampuan Berpikir Kritis 12. Soal Hasil belajar

13. Kunci Jawaban Hasil Belajar 14. Data Penelitian Hasil Belajar Siswa 15. Uji Coba Soal Hasil Belajar

16. Uji Normalitas 17. Uji Homogenitas

18. Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Siswa dengan Menggunakan Model PembelajaranProject Based LearningdanDiscovery Learningdengan Memperhatikan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

19. Hasil Belajar Ekonomi

20. Estimated Marginal Means of Hasil Belajar Ekonomi

21. Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Siswa dengan Menggunakan Model PembelajaranProject Based LearningdanDiscovery Learningdengan Memperhatikan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi

22. Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Siswa dengan Menggunakan Model PembelajaranProject Based LearningdanDiscovery Learningdengan Memperhatikan Kemampuan Berpikir Kritis Rendah


(8)

Tabel Halaman 1. Daftar Nilai Mid Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi Siswa

Kelas X SMA Negeri 1 Sidomulyo TP. 2014/2015 ... 6

2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

3. Desain Eksperimen ... 47

4. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 54

5. Tingkatan Besarnya Reliabel ... 57

6. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalur... 62

7. Cara Untuk Menentukan Kesimpulan ... 63

8. Sarana dan fasilitas SMA Negeri 1 Sidomulyo ... 68

9. Data Pegawai SMA Negeri 1 Sidomulyo ... 69

10. Distribusi Hasil Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen ... 71

11. Distribusi Hasil Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol... 73

12. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pada Kelas Eksperimen... 75

13. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pada Kelas Kontrol ... 77

14. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi Pada Kelas Eksperimen ... 80

15. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kemampuan Berpikir Kritis Rendah Pada Kelas Eksperimen ... 82

16. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi Pada Kelas Kontrol ... 84

17. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi Pada Kelas Kontrol ... 86

18. Hasil Uji Normalitas ... 88

19. Rekapitulasi Uji Normalitas ... 89

20. Hasil Uji Homogenitas ... 89

21. Hasil Pengujian Hipotesis 1... 92

22. Hasil Pengujian Hipotesis 2... 93

23. Hasil Pengujian Hipotesis 3... 94

24. Hasil Pengujian Group Statistics ... 95

25. Hasil Pengujian Hipotesis 4... 96


(9)

(10)

(11)

(12)

MOTO

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

“Hidup itu bagaikan tidak selalu diatas, adakalanya hidup berputar dibawah” (Catur Wulandhari)

“Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”

(Confusius)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.” (Aristoteles)


(13)

Alhamdulillah Hirobbil Alamin

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT, sehingga atas izin dan ridho-Nya selesai sudah karya kecil dari peluh dan letihku. Tulisan ini kupersembahkan

dengan tulus teruntuk:

Ibuku Hj. Erna Khadirahayu dan Ayahku H. Harna tercinta yang penuh dengan kesabaran selalu memberikan dukungan, doa, serta semangat untukku meraih cita-cita. Semoga Allah SWT

menggantikan segala letih dan lelah beliau dengan kemulyaan di dunia dan di akhirat

Mbah Uyut Hj. Ladiyem, mbak ku Martha Linda Ningrum dan Non Tince dan kaka-kaka ku Ari Dwiyansah, Hendro Triwibowo dan mas Didik Hartono Hondawan yang selalu memberikan

motivasi, kasih sayang, senyum yang menjadi semangat untuk meraih cita-citaku

Seluruh keluarga besar ku yang memberikan kehangatan di setiap kebersamaan, menjadi tempat ku menghilangkan kesedihan dan kepenatan dalam mencapai cita-cita ku

Para pendidik yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat

Pria terdekatku yang selalu sabar membimbing ku

Sahabat-sahabat dan rekan-rekan seperjuangan yang ku sayangi


(14)

Penulis dilahirkan di Sidodadi Kec. Sidomulyo Lampung Selatan pada tanggal 06 Sebtember 1993 dengan nama lengkap Catur Wulandhari. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Harna.S.Pd. dan Ibu Hj. Erna Khadirahayu. S.Pd.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu sebagai berikut. 1. SD Negeri 1 Sidomulyo diselesaikan pada tahun 2005

2. SMP Negeri 1 Sidomulyo diselesaikan pada tahun 2008 3. SMA Negeri 1 Sidomulyo diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur UML(Ujian Mandiri Lokal) Jalur Mandiri. Pada Januari 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Solo - Bali - Yogyakarta - Bandung – Jakarta. Pada bulan Juli s.d September, penulis mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Ratu Ngambur Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.


(15)

SANWACANA

Segala puji hanya milik Allah SWT Rabb semesta alam yang tiada henti memberikan kenikmatan, rahmat, kasih sayang, dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul: “STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED

LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN

MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN AJARAN 2014/2015”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakulatas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah membimbing dan membantu kelancaran akan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;


(16)

4. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FKIP Universitas Lampung;

5. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Zulkarnain, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila;

7. Bapak Drs. Tedi Rusman, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, dan selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini;

8. Bapak Drs. Edi Purnomo,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

9. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M. Si., selaku Dosen Pembimbing 2 atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini;

10.Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis;

11.Mama ku Hj.Erna Khadirahayu dan papaku Hi. Harna tersayang, terimakasih atas semua yang telah diberikan untukku, doa, airmata, kasih sayang, dan semua pengorbanan untukku yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun.


(17)

12.Sahabat-sahabatku tersayang, Awit, Ajeng, Eka, Esti, Lisna, Nidut, Semok, Rini, Yusmai, Fredi, Tomi dan Andreas. Terimakasih untuk segala kebersamaan, kekonyolan, dan keseruan yang kalian ukir dalam perjalananku selama ini;

13.Saudara-saudara seperjuanganku di kelas genap Pendidikan Ekonomi angkatan 2011, Yuli, Cici, Cui, Defa, Edy, Heni, Ica, Irfan, Isra, Komar, Arum, mba’ Dita, mba’ Rika, Meilani, Ocni, Ratna, Sandy, Irvan, Susi, Tata, Wahyu, Wayan, Yayuk dan Yuda. Terimakasih untuk suka duka menghadapi dinamika perkuliahan selama ini.;

14.Kak Dani dan Om Herdi terimakasih atas bantuan dan candaannya selama ini;

Semoga semua bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,

Catur Wulandhari NIP. 1113031016


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Globalisasi telah mengubah dunia menjadi satu kota besar, tidak ada pembatasan untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda atau peristiwa yang terjadi di ujung dunia sekalipun. Hal ini dimungkinkan karena adanya pendidikan. Pendidikan telah memperluas pikiran kita, sehingga kita tidak terbatas pada negara kita dan zona tertentu lagi.

Pendidikan membentuk dasar dari setiap masyarakat. Hal ini berkaitan dalam pertumbuhan ekonomi, sosial, politik dan perkembangan

masyarakat pada umumnya. Pendidikan menanamkan pengetahuan, dimana membuat penemu dan menerapkannya untuk kemajuan masyarakat menjadi mungkin. Untuk mewujudkan pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan


(19)

lain-lain. Mutu pendidikan haruslah ditingkatkan dengan cara

memperbaiki pembelajaran agar siswa menjadi lebih aktif dan mencapai hasil belajar yang baik, yang kemudian bekal ilmu tersebut dapat

dipergunakan untuk mengembangkan potensi yang telah dimilikinya.

Menurut Wahyudin, dkk (2007: 2), pendidikan berfungsi memanusiakan manusia, bersifat normatif dan harus dapat dipertanggung jawabkan. Pendidikan hendaknya upaya yang betul-betul disadari, jelas landasannya, tepat arah dan tujuannya, efektif dan efisien pelaksanaannya.

Seiring dengan pendapat di atas Hamalik (2013: 3), menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan

lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara memadai dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami transisi kurikulum dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi kurikulum 2013.

Hal tersebut sejalan dengan Mulyasa (2013: 65) pengembangan kurikulum difokuskan kepada pembentukan kompetensi dan karakter para peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual. Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh “kesempatan”, “harapan”,

dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. Pendidikan juga dapat menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan agar sebuah kondisi menjadi lebih baik.

Pendidikan membentuk dasar dari setiap masyarakat, pendidikan juga memiliki tingkatan dari jenjang SD, SMP, dan SMA. SMA merupakan jenjang sekolah menengah atas yang dalam kegiatan belajar mengajarnya siswa sudah dikelompokan ke dalam jurusan IPA dan IPS.


(20)

Mata pelajaran ekonomi adalah bagian dari mata pelajaran di sekolah yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya yang tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas jumlahnya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan muncullah ilmu yang disebut ilmu ekonomi. Menurut Paul A. Samuelson (Sukwiaty, dkk, 200: 120) mengemukakan bahwa:

Ilmu ekonomi sebagai suatu studi tentang prilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditas, untuk kemudian menyalurkannya, baik saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat.

Kata ekonomi berasal dari sebuah kata dalam bahasa yunani yang menunjuk kepada “pihak yang mengelola rumah tangga”. Ilmu ekonomi

pada dasarnya adalah studi tentang bagaimana masyarakat mengelola sumber-sumber daya yang selalu terbatas atau langka.

Menurut Suherman (200: 3) sebagai salah satu cabang dari pohon ilmu pengetahuan yang amat besar dan luas, ilmu ekonomi diberi gelar sebagai the oldest art, and the newset science, atau ekonomi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai kemakmuran.

Proses pembelajaran ekonomi di SMA selama ini masih terdapat kelemahan. Pertama, pola pembelajaran yang diterapkan masih terpusat pada guru (teacher oriented), sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan belum terlibat dalam proses pembelajaran. Kedua penerapan pembelajaran kooperatif untuk materi ekonomi belum secara jelas memenuhi prosedur pembelajaran kooperatif.


(21)

Ini terlihat dalam proses pembelajaran yang hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang kemampuannya rendah kurang berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok sehingga interaksi antara siswa dengan siswa yang lain sangat kurang. Kelemahan tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting sebagai indikator keberhasilan belajar. Bagi seorang guru, hasil belajar siswa merupakan pedoman evaluasi sebagai keberhasilan belajar siswa. Sedangkan bagi siswa, hasil belajar merupakan sarana informasi yang berguna untuk mengukur tingkat kemampuan atau keberhasilan belajarnya, apakah mengalami perubahan yang bersifat positif maupun perubahan yang

bersifat negatif. Hal ini senada dengan pendapat Djamarah dan Zain (2006: 128), yang menyatakan bahwa “siswa dinyatakan berhasil dalam

belajarnya apabila siswa tersebut menguasai bahan pelajaran minimal

65%”.

Untuk dapat meningkatkan pembelajaran yang berkualitas yang sesuai dengan perkembangan zaman, banyak upaya yang dilakukan untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas di sekolah salah satunya yaitu dengan penerapan model pembelajaran. Adanya upaya tersebut diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia diarahkan dengan pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, bertanggungjawab, berilmu, akan menjadi lebih baik agar mampu bersaing seiring perkembangan


(22)

zaman. Pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, diperlukan mulai dari perencanaan yang matang, pembuatan perangkat pembelajaran, hingga evaluasi pembelajaran yang semua itu saling

berkesinambungan. Guru sangat berperan penting dalam dunia pendidikan, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat bergantung pada guru. Oleh karena itu. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan mampu

menggunakan dan mengkombinasikan model-model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran dan yang mampu merangsang siswa agar aktif dalam proses belajar mengajar.

Setelah melakukan wawancara terhadap guru Ekonomi di SMA Negeri 1 Sidomulyo diketahuai bahwa metode belajar mengajar yang digunakan sejauh ini masih menggunakan metode langsung atau metode ceramah. Siswa hanya mampu menerima pelajaran dan informasi yang didapat dari guru. Metode langsung tersebut, tidak semua siswa mampu menangkap dan menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga hasil belajar siswa tidak maksimal dan memuaskan.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada siswa kelas X IPS SMA Negeri 1Sidomulyo Tahun Pelajaran 2014 / 2015 diketahui hasil belajar siswa sebagai berikut:


(23)

Tabel 1. Hasil Ujian Mid Semester Ganjil Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sidomulyo Tahun Ajaran 2014 / 2015

No Kelas Nilai Jumlah

Siswa

<75 ≥75

1 X IPS I 31 8 39

2 X IPS II 28 10 38

Siswa 59 18 77

% 76,6 23,4 100

Sumber: Guru mata pelajaran ekonomi 2014

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa tidak maksimal. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di SMA Negeri 1 Sidomulyo yaitu sebanyak 18 siswa dari 77 atau 23,4%. Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 59 dari 77 atau mencapai 76,6%.

Kurang maksimalnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi kelas X SMA Negeri 1 Sidomulyo menunjukan hasil belajar yang kurang maksimal maka diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar yang sudah seharusnya mulai diterapkan di sekolah.

Menurut Baker (2005:141), “Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan model mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar”. Salah satu model pembelajaran yang dianggap mampu mengatasi masalah tersebut adalah model Project Based Learningdan Discovery Learning.

Blumenfeldet.al(dalam Ngalimun, 2014:183) mendeskripsikan Project-Based Learning atau model pembelajaran berbasis proyek adalah model


(24)

pembelajaran yang berpusat pada proses relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan mengintegrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan atau disiplin atau lapangan studi. Proyek yang dilakukan akan dikerjakan oleh siswa secara berkelompok. Hal ini dapat membangun kemampuan kolaboratif siswa. Sedangkan Budiningsih (2005: 43) StrategiDiscovery Learningadalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Pembelajaran ini bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,

mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan. Melalui kedua model pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat lebih aktif dan kreatif lagi dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru dan dapat mencapai indikator dari kompetensi dasar serta hasil belajar Ekonomi siswa dapat memenuhi KKM yang ditentukan di sekolah.

Salah satu faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir juga sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa. Dunia pendidikan proses pembelajaran selama ini penekanannya lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan.


(25)

Proses berpikir merupakan aspek penting dalam pendidikan. Karena hakikat pendidikan adalah melakukan usaha melatih manusia untuk menggunakan olah pikir agar menjadi manusia yang mandiri. Pendidikan, melalui proses pembelajaran membawa siswa untuk mengetahui sesuatu yang relatif baru. Proses berpikir, seorang siswa melalui indera

penglihatan, pendengaran atau perasa, akan memproses informasi yang disampaikan guru atau sumber belajar lainnya. Penerapan strategi dan metode dalam kegiatan pembelajaran secara kontinyu, akan memberi kontribusi terhadap cara berpikir seseorang siswa dalam memproses informasi dan menyelesaikan tugas.

Menurut Morgan dalam Septiana (2012: 18) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis antar-Universitas(Intercollege Committee on Critical Thinking)yang terdiri atas (1) Kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecah masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudulStudi Perbandingan Hasil Belajar

Ekonomi dengan Menggunakan Model PembelajaranProject Based LearningdanDiscovery Learningdengan Memperhatikan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa kelas X SMA Negeri 1 Sidomulyo Tahun Ajaran 2014/2015”.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut.


(26)

1. Hasil pembelajaran Ekonomi masih tergolong rendah, hal ini tampak tidak tercapainya kriteria ketuntasan belajar minimum.

2. Pusat pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Sehingga partisipasi siswa secara ktif dalam proses pemebelajaran masih sangat rendah.

3. Proses belajar mengajar yang monoton sehingga siswa mengalami kejenuhan belajar di kelas. Hal ini disebabkan karena kurangnya variasi model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

4. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga membuat suasana kelas menjadi pasif

5. Kemampuan berpikir kritis siswa yang selama ini tidak diperhatikan.

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, tampak jelas bahwa masalah hasil belajar ekonomi dipengaruhi oleh banyak faktor. Maka penelitian ini dibatasi pada kajian membandingkan antara penerapan model pembelajaranProject Based LearningdanDiscovery Learning, dengan memperhatikan variabel moderator yaitu Kemampuan Berpikir Kritis.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah.


(27)

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Ekonomi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranProject Based Learningdan model pembelajaranDiscovery Learning?

2. Apakah hasil belajar Ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan modelProject Based Learninglebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learningpada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi?

3. Apakah hasil belajar Ekonomi siswa yang pembelajarannya

menggunakan modelDiscovery Learninglebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model Project based learning pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran Ekonomi?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Ekonomi antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranProject Based Learningdan model pembelajaranDiscovery Learning.

2. Mengetahui efektivitas hasil belajar Ekonomi siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaranProject Based Learningdan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran


(28)

Discovery Learningpada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi.

3. Mengetahui efektivitas hasil belajar Ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranDiscovery Learningdan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Project Based Learningpada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.

4. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran Ekonomi.

F. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis

Untuk menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran Ekonomi.

2. Secara praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran di sekolah. b. Menjadi bahan masukan untuk guru dan sumbangan pemikiran

tentang alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar Ekonomi.

c. Sebagai tambahan pengetahuan untuk meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara lebih optimal.


(29)

d. Bagi peneliti sebagai bentuk praktik dan pengabdian terhadap ilmu yang telah diperoleh serta sebagai syarat menyelesaikan studi di Universitas Lampung

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar Ekonomi, model pembelajaran Project Based Learningdan model pembelajaranDiscovery Learning, kemampuan berpikir kritis.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPS semester genap. 3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sidomulyo. 4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014 / 2015.

5. Ruang Lingkup Ilmu


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PENELITIAN RELEVAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berati bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialaminya. Arsyad (2011: 3)mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan

perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Kata lain dari perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang

dapat diamati”. Menurut Cronbach (dalam Riyanto, 2012: 5) belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Cronbach memiliki pandangan bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan pancaindra. Teori yang

mendukung pendapat Cronbach ini adalah TeoriConnectionismyang dikemukakan oleh Thorndike (dalam Riyanto, 2012: 6) menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan pancaindra(sense


(31)

impression)dan impuls untuk bertindak atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon.

Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Menurut Sudjana (2014: 17)

“Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik

dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan

pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.

2. Prinsip-Prinsip Belajar

Slameto (2010: 27 - 28) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut.

a. Berdasarkan persyaratan yang diperlukan untuk belajar

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;

2) Belajar harus dapat menimbulkanreinforcementdan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksporasi dan belajar dengan efektif;

b. Sesuai hakikat belajar

1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;

2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;

3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan.


(32)

1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;

2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya. d. Syarat keberhasilan belajar

1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa. Keempat prinsip belajar tersebut sangatlah penting untuk dipahami agar proses belajar menjadi maksimal. Belajar adalah suatu proses yang kontinyu. Dimana proses belajar yang dialami oleh siswa ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku dalam diri siswa baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan dengan tahap sesuai perkembangannya yang tercermin dalam hasil belajar siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dari dalam diri siswa dan secara kontinyu yaitu dari tahapan ke tahapan selanjutnya sesuai perkembangannya.

3) Hasil Belajar

Sudjana (2004: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku setelah menempuh pengalaman belajar (proses belajar mengajar).

Hasil belajar adalah suatu angka indek yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang siswa dalam proses pembelajaran. Angka dari hasil tes yang diperoleh siswa tidak hanya sekedar gambaran usaha belajar siswa yang dilakukan dalam pembelajaran tapi juga merupakan gambaran keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri (Lina dalam Slameto, 2010: 8).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar.


(33)

Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Bukti seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, hal ini akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Aspek-aspek itu menurut Hamalik (2004: 36) adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Sadirman (2001: 19) mengemukakan bahwa agar memperoleh hasil belajar yang optimal, maka proses belajar dan pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisir. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh proses belajar yang dicerminkan dalam bentuk angka atau skor yang diperoleh setelah mengikuti tes. Hasil belajar memiliki arti penting karena dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah.

4) Teori Belajar

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Berikut adalah macam-macam teori belajar.


(34)

a. Teori belajar Behavioristik

Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Beberapa ilmuan yang termasuk pendiri sekaligus penganut behavioristik antara lain adalah Thorndike (1911), Watson (1970), Clark Hull (1943), Edwin Gutrie, dan Skinner (1968).

1) Thorndike (1911)

Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons ( yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Dari pengertian ini, wujud tingkah laku tersebut bisa saja dapat diamati ataupun tidak dapat diamati. Teori belajar Thorndikedisebut sebagai “aliran koneksionis” (connectionism).

Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error).Mencoba-coba dilakukan bila seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respons atas sesuatu, kemungkinan akan ditemukan respons yang tepat berkaitan dengan masalah yang dihadapinya.

2) Watson (1970)

Menurut Watson, setelah mengadakan serangkaian

eksperimen, ia menyimpilkan bahwa pengubahan tingkah laku dapat dilakukan melalaui latihan/membiasakan mereaksi terhadap stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Sebab menurut Watson, faktor-faktor yang tidak teramati tersebut tidak dapat menjelaskan apakah proses belajar sudah trjadi atau belum. 3) Clark Hull (1943)

Teori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun


(35)

sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium. Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull ialah adanyaincentive motivation(motivasi insentif) dandrive reduction(pengurangan stimulus

pendorong). Kecepatan berespon berubah bila besarnya hadiah (revaro) berubah.

Penggunaan praktis teori belajar dari Hull ini untuk kegiatan dalam kelas, adalah sebagai berikut.

1. Teori belajar didasarkan padadrive-reductionataudrive stimulus reduction.

2. Intruksional obyektif harus dirumuskan secara spesifik dan jelas.

3. Ruangan kelas harus dimulai dari yang sedemikian rupa sehingga memudahkan terjadinya proses belajar.

4. Pelajaran harus dimulai dari yang sederhana/ mudah menuju kepada yang lebih kompleks/ sulit.

5. Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar.

6. Latihan harus didistribusikan dengan hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi. Dengan kata lain, kelelahan tidak boleh menggangu belajar.

7. Urutan mata pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga mata pelajaran yang terdahulu tidak menghambat tetapi justru harus menjadi perangsang yang mendorong belajar pada mata pelajaran berikutnya.

4) Edwin Guthrie

Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu dapat diubah, tingkah laku baik dapat diubah menjadi buruk dan sebaliknya, tingkah laku buruk dapat dirubah menjadi baik. Menurut Guthrie, stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan biologis, karena hubungan antara stimulus dan


(36)

respons cenderung bersifat sementara. Tiga metode pengubahan tingkah laku yang dikemukakannya adalah sebagai berikut.

a. Metode respons bertentangan. Misalnya saja, jika anak takut terhadap sesuatu, misalnya kucing, maka letakkan permainan yang disukai anak dekat dengan kucing. Dengan mendekatkan kucing dengan permainan anak, lambat laun anak akan tidak takut lagi pada kucing, namun hal ini harus dilakukan berulang-ulang. b. Metode membosankan. Misalnya seorang anak

mencoba-coba mengisap rokok, minta kepadanya untuk merokok terus sampai bosan; setelah bosan, ia akan berhenti merokok dengan sendirinya.

c. Metode mengubah lingkungan. Jika anak bosan belajar, ubahlah lingkungan belajanya dengan suasana lain yang lebih nyaman dan menyenangkan sehingga membuat ia betah belajar.

5) Skinner (1968)

Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkin teori Skinner yang paling besar pengaruhnya terhadap

perkembangan teori belajar. Beberapa program

pembelajaran sepertiteaching machine, mathetics,atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respons, dan factor penguat (reinforcement),adalah contoh-contoh program yang memanfaatkan teori skinner.

Prinsip belajar Skinner adalah sebagai berikut.

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul. 3. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan

aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.


(37)

4. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwalvariable ratio reinforcer.

5. Dalam pembelajaran digunakanshapping. (Eveline dan Hartini, 2010: 25).

b. Teori belajar Kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui

upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.

Berdasarkan ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada aspek

pengelolaan (organaizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.

Menurut Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahap, yakni 1). Asimilasi, 2). Akomondasi, 3). Equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang ada dalam benak siswa. Akomondasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi


(38)

yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomondasi.

Sumber:http;//id.m.wikipedia.org/wiki/teori_belajar

c. Teori belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme memahami belajar sebagai proses

pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak

seseorang guru kepada orang lain (siswa). Glaserfeld, Bettencourt (1989) dan Matthews (1994), mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil kontruksi (bentukan) orang itu sendiri.

Sementara itu, Piaget (1971), mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang dikontruksikan dari

pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru. Sedikit berbeda dengan para pendahulunya. Glaserfeld (dalam Paul, 1996), mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu

(1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,

(2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan tentang sesuatu hal, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu


(39)

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan

terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri, sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.

Peranan guru pada pendekatan konstruktivisme ini lebih sebagai mediator dan fasilitator bagi siswa, yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.

a. Menyediakan pengalaman kerja yang memungkinkan siswa bertanggung jawab, mengajar atau berceramah bukanlah tugas utama seorang guru.

b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya. Guru perlu

menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik.

c. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berjalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.


(40)

Sarana belajar dalam hal ini merupakan pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam pengkonstruksi pengetahuannya sendiri, melalui bahan, media, peralatan,

lingkungan dan fasilitas lainnya yang disediakan untuk membantu pembentukan tersebut (Eveline dan Hartini, 2010: 25).

d. Teori belajar Humanistik 1) Bloom dan Krathowl

Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut.

a) Kognitif

Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu i. Pengetahuan (mengingat, menghafal) ii. Pemahaman(menginterprestasikan)

iii. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)

iv. Analisis (menjabarkan suatu konsep)

v. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)

vi. Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya)

b) Psikomotor

Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu i. Peniruan (menirukan gerak).

ii. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak).

iii. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar). iv. Perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan

benar).


(41)

c) Afektif

Afektif terdiri dari lima tingkatan.

i. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

ii. Merespons (aktif berpartisipasi)

iii. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai nilai tertentu)

iv. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)

v. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagi bagian dari pola hidup).

Sumber:http//www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/te ori%20belajar%20 dan %20pembelajaran.htm.

2) Kolb

Sementara, Kolb membagi tahapan belajar dalam empat tahap, yaitu“pengalaman konkret, pengamatan aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan ekperimen aktif. Tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian”.

Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut. Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya. Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi

atau “teori” tentang suatu hal yang diamatinya. Pada tahap

akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu


(42)

3) Honey dan Mumford

Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa. Menurut mereka ada empat macam atau tipe siswa, yaitu; a) aktivis, b)reflectorc) teoris, dan d) pragmatis.

4) Habermas

Ahli psikologi lain adalah Habermas yang dalam pandangannya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu; belajar teknis

(technical learning), belajar praktis (practical learning), dan belajar emansipatoris (emancipatory learning) (Eveline dan Hartini, 2010: 25).

5. Model PembelajaranProject Based Learning

a. Pengertian model pembelajaranproject based learning Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Daryanto (2014: 27) pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering


(43)

menyebabkan absensi berkurang, lebih sedikit masalah disiplin kelas dan siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang termasuk orang dewasa.

Blumenfeldet.al(dalam Ngalimun, 2014: 183) mendeskripsikan Project-Based Learning atau model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang berpusat pada proses relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan mengintegrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan atau disiplin atau lapangan studi.

Proyek yang dilakukan akan dikerjakan oleh siswa secara

berkelompok. Hal ini dapat membangun kemampuan kolaboratif siswa. Mengajarkan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain, dimana hal ini adalah hakikat dari manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Kosasih (2014: 96) mendefinisikanProject Based-Learning sebagai model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai tujuannya. Fokus model pembelajaran ini adalah pada aktivitas siswa yang berupa pengumpulan informasi dan

pemanfaatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan siswa sendiri atau bagi orang lain namun tetap terkait dengan kompetensi dasar dalam kurikulum.

Project Based-Learningmerupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk

merencanakan aktivitas belajar dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Diharapkan hasil tersebut dapat memberikan manfaat kepada orang lain atau paling tidak bermanfaat bagi siswa sendiri. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Mengingat bahwa


(44)

masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi diri nya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Masalah sebagai langkah awal mengindikasikan bahwa model pembelajaran ini didukung oleh teoriProblem Solvingyang dikemukakan oleh J. Dewey. Teori ini beranggapan dengan memecahkan suatu

masalah, siswa bisa memahami lebih dalam tentang sesuatu. Teori belajar konstruktivistik yaitu teori belajar yang mendapat

dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri.Project-Based Learningdapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa mengkonstruk pengetahuan dan

keterampilan.

b. Langkah- langkah pembelajaranproject based learning

Terdapat beberapa tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, yaitu

1) Penyajian permasalahan. Permasalahan diajukan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan awal yang diajukan adalah pertanyaan esensial (penting) yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat dalam belajar. Permasalahan yang dibahas adalah permasalahan dunia nyata yang membutuhkan investigasi mendalam.

2) Membuat perencanaan. Guru perlu merencanakan standar kompetensi yang akan dikaji sebaiknya mencangkup konsep penting yang ada dalam kurikulum.

3) Menyusun penjadwalan. Siswa harus membuat penjadwalan pelaksanaan proyek yang disepakati bersama guru.


(45)

4) Memonitir pembuatan proyek. Pelaksanaan pekerjaan siswa harus dimonitor dan difasilitasi prosesnya, paling sedikit pada dua tahapan yang dilakukan oleh siswa (chekpoint).

5) Melakukan penilaian. Penilaian dilakukan secara auntentik dan guru perlu memvariasikan jenis penilaian yang

digunakan. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam

periode/waktu tertentu.

6) Evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa dalam melakukan refleksi

pembelajaran yang telah dilakukan baik secara individual maupun kelompok (Sani, 2014: 171).

Penerapan PjBL harus dimulai dari perencanaan pembelajaran yang memadai, yakni dengan mengikuti tahapan sebagai berikut (Sani, 2014:178):

1) Menentukan Materi Proyek

Menetapkan misi proyek berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi.

2) Menentukan Tujuan Proyek

Menganalisis keterkaitan misi proyek dengan kurikulum yang digunakan, kemudian menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum tersebut.

3) Mengidentifikasi keterampilan dan pengetahuan awal siswa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek

Guru harus mengevaluasi apakah semua siswa memiliki kemampuan yang memadai untuk melaksanakan proyek dan menetapkan strategi untuk mengatasi kendala yang

ditemukan.

4) Menentukan kelompok belajar

Guru perlu mempertimbangkan jumlah anggota kelompok yang akan melaksanakan proyek berdasarkan beban kerja dan kemampuan (kompetensi, waktu dan biaya) untuk

menyelesaikan proyek.

5) Menentukan jadwal pelaksanaan proyek

Guru perlu menentukan tenggat atau waktu akhir untuk melakukan proyek.

6) Mengevaluasi sumber daya dan material yang akan digunakan

Guru perlu mengevaluasi rencana penggunaan fasilitas untuk pelaksanaan program proyek.

7) Menentukan cara evaluasi yang akan digunakan

Guru perlu merencanakan metode dan instrumen evaluasi untuk menilai setiap siswa yang bekerja dalam kelompok.


(46)

c. Kelebihan dan kelemahanproject based learning

Sani (2014: 189) menyatakan kelebihan dan kelemahan PjBL sebagai berikut.

1) Kelebihanproject based learningsebagai berikut.

a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting;

b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; c) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil

memecahkan problem-problem yang kompleks; d) Meningkatkan kolaborasi;

e) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan memperaktikkan keterampilan berkomunikasi;

f) Meningkakan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber;

g) Memberikan pengalaman pada peserta didik;

h) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki.

2) Kelemahanproject based learningsebagai berikut.

a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah; b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak;

c) Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional di mana guru memegang peran utama di kelas;

d) Banyaknya peralatan uang harus disediakan;

e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan;

f) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok;

g) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

6. Model PembelajaranDiscovery Learning

a. Pengertian model pembelajarandiscovery learning Discoverymerupakan suatu metode pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini memerlukan proses mental, seperti mengamati, mengukur,


(47)

menggolongkan, menduga, menjelaskan, dan mengambil kesimpulan. Pada kegiatandiscoveryguru hanya memberikan masalah dan siswa memecahkan masalah melalui percobaan. Dalam pembelajaran penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.

Hamalik (2004: 134) menyatakan bahwa:

pendekatandiscoverymerupakan suatu komponen dari praktek pendidikan yang sering disebut denganheuristic teaching,yakni suatu tipe pengajaran yang meliputi metode-metode yang didesain untuk memajukan rentang yang luas dari belajar aktif,

berorientasi pada proses, membimbing diri sendiri (self-directed), inkuiri dan model belajar reflektif.

Metode penemuan (discovery method) menurut Suryosubroto (2002 : 192) diartikan sebgai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan,manipulasi obyek dan lain lain, sebelum sampai pada generalisasi. Pendapat tersebut ditegaskan kembali oleh Roestiyah (2001: 20) metodediscovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri dan mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dengan


(48)

demikian modeldiscoverydapat memberikan kesempatan kepada siswa menemukan sendiri informasi yang secara tradisonal biasa diberitahukan atau diarahkan, mengembangkan potensi dirinya, bertindak seperti seorang ilmuan (scientist), dan melakukan eksperimen.

b. Langkah - langkahdiscovery learning

Terdapat beberapa tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan model pembelajarandiscovery learningberikut.

1) Mengidentifikasi dan merumuskan topik; 2) Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta;

3) Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2;

4) Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul;

5) Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai preposisi tentang fakta; 6) Jawaban mungkin merupakan sintesis antara hipotesis yang

diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul. Hamalik ( 2001: 220)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan dalam mengajar guru tidak perlu memberikan seluruh informasi kepada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan informasi dan bahan ajar yang dipelajari, guru hanya sebagai fasilitator. Belajar menemukan, menyebabkan siswa berkembang potensi intelektualnya. Dengan menemukan hubungan dan keteraturan dari materi yang sedang dipelajari, siswa menjadi lebih mudah mengingat konsep, mengerti struktur yang telah di temukan.


(49)

c. Kelebihan dan kelemahandiscovery learning

Hamalik ( 2001: 220) mengemukakan kelebihan dan kelemahan discovery learningsebagai berikut.

1) Pengetahuan sebagai pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa;

2) Metodediscoverydapat menimbulkan gairah pada diri siswa karena siswa merasakan jerih payahnya membuahkan hasil; 3) Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

maju berkelanjutan sesuai dengan kemampuannya sendiri; 4) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan belajarnya

sendiri, sehingga lebih termotivasi untuk belajar;

5) Metode ini membantu siswa memperkuat konsep-konsep siswa dengan bertambahnya rasa percaya diri selama proses kerjadiscovery;

6) Metode ini terpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator dan pendinamisator dari penemuan;

7) Metode ini membantu perkembangan siswa menuju ke skeptisme (perasaan meragukan) yang sehat untuk mencapai kebenaran akhir dan mutlak;

Sedangkan kelemahandiscovery learningsebagai berikut. 1) Metode ini mempersyaratkan suatu persiapan kemampuan

berpikir yang dapat dipercaya.

2) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas yang jumlahnya besar.

3) Harapan yang ditimbulkan oleh metode ini, kurang bisa diterapkan oleh guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran yang tradisional.

4) Mengajar dengan pengetahuan akan dipandang sebagai metode yang telah menekankan pada pengusaan pengetahuan dan kurang memperhatikan perolehan sikap.

7. Kemampuan Berpikir Kritis

Pembelajaran dengan hasil pada level tertinggi adalah pengembangan critical thingkingyakni kemampuan berpikir kritis. Moore dalam Rosyada (2004: 49) memberikan ilustrasi bahwa kemampuan berpikir lebih tinggi dari sekedar mengetahui, memahami, aplikasi, analisis,


(50)

sintesis dan evaluasi. Namun, kemampuan tersebut bisa dilatih dan dikembangkan, yang diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran yang memungkinkan untuk pengembangan berpikir tersebut.

Hal ini senada dengan pendapat Anggelo dalam Achmad (2007: 1) berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkaan dan mengevaluasi. Secara teknis, kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom diartikan sebagai kemampuan intelektual, yaitu kemampuan

menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi (Komalasari, 2010: 266). Spliter dalam Komalasari (2010: 167) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan.

Krischenbaum dalam Zuchdi (2008: 49-50) menyatakan bahwa ciri-ciri orang berpikir kritis adalah: mencari kejelasan pertanyaan atau pernyataan, mencari alasan, mencoba memperoleh informasi yang benar, menggunakan sumber yang dapat dipercaya, bersifat terbuka mempertimbangkan seluruh situasi, mecari alternative, bersikap terbuka, mengubah pandangan apabila ada bukti yang dapat dipercayi, mencari ketepatan suatu permasalahan, sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, tingkat kecanggihan orang lain. Ciri tersebut hanya dapat dikembangkan lewat latihan yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan.

Morgan dalam Septiana (2012: 18) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis


(51)

atas (1) kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan hipotesis, (5) kemampuan menarik kesimpulan.

Menurut Langrehr dalam Mulyana (2010: 6), untuk melatih berpikir kritis, siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut

a. Menentukan konsekuensi dari suatu keputusan atau suatu kejadian; b. Mengidentifikasi asumsi-asumsi yang digunakan dalam suatu

pernyataan;

c. Merumuskan pokok-pokok permasalahan;

d. Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda;

e. Mengungkapkan penyebab suatu kejadian;

f. Memilih faktor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan.

Gokhlae dalam Mulyana (2010: 6) menambahkan bahwa yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa meliputi: kemampuan

mendefinisikan masalah, kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, kemampuan merumuskan hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan.


(52)

8. Mata pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas (SMA) a. Pengertian Ekonomi

Kata ekonomi berasal dari sebuah kata dalam bahasa yunani yang menunjuk kepada “pihak yang mengelola rumah tangga”.Ilmu ekonomi pada dasarnya adalah studi tentang bagaimana masyarakat mengelola sumber-sumber daya yang selalu terbatas atau langka. Di sebagian besar masyarakat, sumber-sumber daya bukan dialokasi oleh sebuah pelaku perencana tunggal, melainkan oleh jutaan unit atau pelaku ekonomi yang terdiri dari sekian banyak rumah tangga dan perusahaan (Mankiw,1998: 3).

Anthony dalam Suherman (2001: 7-8) telah mengumpulkan sekurang-kurangnya enam buah definisi dari berbagai ahli lain. Keenam definisi itu masing-masing adalah:

1) Ilmu Ekonomi atau ilmu politik adalah suatu studi tentang kegiatan-kegiatan yang dengan atau tanpa menggunakan uang, mencangkup atau melibatkan transaksi-transaksi pertukaran antar manusia.

2) Ilmu Ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana orang menjatuhkan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan sumber-sumber produk yang langka dan terbatas jumlahnya, untuk menghasilkan berbagai barang serta mendistribusikan. 3) Ilmu Ekonomi adalah studi tentang manusia dalam kegiatan

hidup mereka sehari-hari, mendapat dan menikmati khidupan. 4) Ilmu Ekonomi adalah studi tentang bagaimana mereka

bertingkah seperti untuk mengorganisir kegiatan-kegiatan produksi dan konsumsinya

5) Ilmu Ekonomi adalah suatu studi tentang cara memperbaiki masyarakat.

Ilmu Ekonomi dalam SMA khususnya kelas X, membahas tentang pengenalan ekonomi serta ruang lingkup dalam ekonomi itu sendiri. Peserta didik dituntut untuk memahami teori dasar tentang ekonomi. Sehingga pemahaman ini akan bermanfaat bagi para siswa dalam masyarakat maupun dalam jenjang yang lebih tinggi tentang ekonomi.


(53)

Berdasarkan uraian di atas hasil belajar ekonomi adalah suatu yang dicapai siswa sebagai bukti telah mengikuti proses belajar dalam pelajaran ekonomi yang dilaksanakan disekolah. Hasil yang dicapai siswa akan napak dalam bentuk nilai nyata yang diperoleh melalui suatu penilaian yang telah distandarisasikan dalam bentuk huruf maupun angka.

b. Tujuan dan Fungsi mata pelajaran Ekonomi 1) Tujuan

a) Membekali siswa tentang konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu/rumah tangga, nasional, dan internasional.

b) Membekali siswa tentang konsep ekonomi yang

diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya, dan

c) Membekali nilai-nilai serta etika ekonomi/bisnis dan memiliki jiwa wirausaha.

2) Fungsi

Mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat.


(54)

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding atau acuan dalam melakukan kajian penelitian. Hasil penelitian yang dijadikan pembanding atau acuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2. Penelitian yang Relevan

No Penulis Judul Kesimpulan

1 Akhmad Afendi (2012)

Efektivitas Penggunaan MetodeDiscovery LearningTerhadap Hasil Belajar Kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta

Hasil penelitian ini diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran

discovery learninglebih baik dari rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode

pembelajaran konvensional. 2 Fatimah

(2011)

Upaya meningkatkan dan hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran dengan metode penemuan (discovery learning)

Adanya pengaruh antara minat dan hasil belajar dalam pembelajaran dengan menggunakan metode

discovery learning. 3 Anissa

Yulistia (2014)

Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014

Penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar.

4 Ike Dewi Septiana (2012)

Perbandingan Hasil Belajar Fisika Dan Kemampuan Berpikir Kritis Antara Model Pembelajaran PBI Dengan Inkuiri Terbimbing siswa kelas XI SMA Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012

Hasil belajar siswa pada model pembelajran TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan model GI. Dengan nilai rata-rata hasil belajar model pembelajaran TSTS 76,83 dan nilai rata-rata model pembelajaran GI 67,59. Kemampuan berpikir siswa pada model

pembelajaran TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran GI. Dengan nilai rata-rata kemampua berpikir kritis model pembelajaran TSTS


(55)

No Penulis Judul Kesimpulan

79,83 dan nilai rata-rata GI 67,93.

C. Kerangka Pikir

Tingkat keberhasilan atau tidaknya dalam belajar di sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan salah satunya adalah model

pembelajaran oleh guru. Penerapan model pembelajaran yang tepat sangat menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran yang akhirnya akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membuat pembelajaran jadi semakin menarik dan menyenangkan. Namun pada kenyataanya, masih banyak guru yang menggunakan metode langsung. Dalam pembelajaran langsung sifat pembelajarannya adalahteacher centered sehingga siswa tidak mendapatkan andil yang besar dalam pembelajaran. Hal ini karena peran guru dalam pembelajaran sangat dominan. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini ada dua model pembelajaran yang terdiri dari model pembelajaranProject Based Learning(X1) danDiscovery Learning(X2), hasil belajar Ekonomi (Y), kemampuan berpikir kritis (Z).


(56)

1. Perbedaan hasil belajar Ekonomi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranProject Based Learningdan model pembelajaran

Discovery Learning.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola

prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Ada berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik pembelajaran tematik dan pendekatan saintifik, diantaranya model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan model pembelajaran penemuan (discovery learning). Kedua model tersebut memiliki langkah-langkah yang berbeda namun tetap satu jalur yaitu pembelajaran secara kelompok yang berpusat pada siswa(student centered)dan guru hanya sebagai fasilitator.

Project Based Learning (PjBL)merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan.

Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang kompleks dan membutuhkan penguasaan berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya penyelesaiannya. Proyek yang dibuat dapat merupakan proyek dari satu guru, atau proyek bersama. Siswa dilatih untuk melakukan analisis terhadap permasalahan, kemudian melakukan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interpretasi, dan penilaian dalam mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang dikaji.


(57)

Model pembelajaran PjBL didasarkan pada teori belajar humanistik yang merupakan pembelajaran kognitif, psikomotorik, afektif, dan merupakan pembelajaran siswa aktif (student centered learning). Menurut teori humanistik, siswa belajar mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi melalui lingkungan. PjBL dilakukan untuk memperdalam

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang

diharapkan dimiliki oleh peserta didik.

Model pembelajaran penemuan(discovery learning)merupakan suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pembelajarandiscovery learningadalah proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya. Model pembelajarandiscovery learning didasarkan pada teori belajar kontruktivisme. Teori ini memahami belajar sebagai proses pembentukan pengetahuan oleh si belajar itu sendiri, dan peranan guru pada teori ini lebih sebagai mediator dan fasilitator bagi siswa. Siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan, dan aktif berpikir.

Berbeda dari PjBL yang menekankan pada produk atau karya yang dihasilkan, model DL justru lebih menekankan siswa menemukan sendiri informasi yang diberitahukan atau diarahkan.Discovery learningdilandasi oleh teori aktivitas. Teori ini dalam aktivitas pembelajaran lebih


(58)

menyelesaikan masalah. Kedua model pembelajaran tersebut diduga mampu meningkatkan hasil belajar siswa jika diimplementasikan dengan baik.

2. Hasil belajar Ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranProject Based Learninglebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaranDiscovery Learningpada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi

Model pembelajaranProject Based Learningmenuntut peserta didik agar melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi yang menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Untuk melakukan kegiatan tersebut diharapkan peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi agar dapat menyelesaikan tugas dalam proses pembelajaran Ekonomi. Model pembelajaranproject based learninglebih efisien bagi peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi.

3. Hasil belajar Ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranDiscovery Learninglebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah

Model pembelajarandiscovery learningmerupakan model pembelajaran penemu. Bagi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah sebaiknya mengikuti proses pembelajaran menggunakan modeldiscovery learning,karena diawal pembelajaran peserta didik diberikan materi oleh guru, sehingga memudahkan peserta didik dalam mengikuti proses


(59)

pembelajaran. Di dalam pembelajarandiscovery learningtidak dituntut dalam mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat bagi masyarakat. Untuk mendapatkan hasil belajar tinggi, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah lebih efisien pembelajarannya menggunakan model discovery learning.

4. Adanya interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran Ekonomi

Desain penelitian ini peneliti menduga bahwa ada pengaruh yang berbeda dari kemampuan berpikir kritis siswa. Jika pada model pembelajaran project based learning, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi hasil belajar Ekonomi akan lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajarandiscovery learning, dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah hasil belajar Ekonomi akan lebih tinggi apabila menggunakan model pembelajarandiscovery learning dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaranproject based learning.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola

prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Ada berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik pembelajaran tematik dan pendekatan saintifik, diantaranya model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan model pembelajaran penemuan (discovery learning). Kedua model tersebut memiliki langkah-langkah yang berbeda namun tetap satu jalur yaitu


(60)

pembelajaran secara kelompok yang berpusat pada siswa(student centered)dan guru hanya sebagai fasilitator.

Project Based Learning (PjBL)merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan.

Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang kompleks dan membutuhkan penguasaan berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya penyelesaiannya. Proyek yang dibuat dapat merupakan proyek dari satu guru, atau proyek bersama. Siswa dilatih untuk melakukan analisis terhadap permasalahan, kemudian melakukan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interpretasi, dan penilaian dalam mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang dikaji.

Model pembelajaran PjBL didasarkan pada teori konstruktivisme dan merupakan pembelajaran siswa aktif (student centered learning). Menurut teori konstruktivisme, siswa belajar mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi lingkungan. PjBL dilakukan untuk memperdalam

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang

diharapkan dimiliki oleh peserta didik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.


(61)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir D. Anggapan Dasar Hipotesis

Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti memiliki anggapan dasar, yaitu. 1. Seluruh siswa kelas X semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang

menjadi subyek penelitian mempunyai kemampuan akademis yang relatif sama dalam mata pelajaran Ekonomi.

2. Kelas yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based Learningdan model pembelajranDiscovery Learning, diajar oleh guru yang sama.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar Ekonomi selain kemampuan berpikir kritis , model pembelajaran

Project Based Learning

(X1)

Discovery Learning

(X2) Model

Pembelajaran

Kemampuan Berpikir kritis

Tinggi

Kemampuan Berpikir kritis

Rendah

Kemampuan Berpikir kritis

Tinggi

Kemampuan Berpikir kritis

Rendah

Hasil Belajar (Y)

Hasil Belajar (Y)


(62)

Project Based Learningdan model pembelajaranDiscovery Learning, diabaikan.

E. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan hasil belajar Ekonomi antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranProject Based LearningdanDiscovery Learning.

2. Hasil belajar Ekonomi antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan modelProject Based Learninglebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan modelDiscovery Learning pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi.

3. Hasil belajar Ekonomi antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan modelDiscovery Learning lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan modelProject Based

Learningpada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. 4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan


(1)

106

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan hasil belajar Ekonomi antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranProject Based LearningdanDiscovery Learning.Hal ini terlihat bahwa hasil belajar Ekonomi siswa yang menggunakan model pembelajaranProject Based Learninglebih besar dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model Discovery Learning.

2. Hasil belajar Ekonomi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Project Based Learninglebih tinggi dibandingkan yang diajarkan dengan model pembelajaranDiscovery Learning pada siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan yang diperoleh, bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi hasil belajarnya lebih tinggi jika diajarkan dengan model

pembelajaranProject Based Learning.

3. Hasil belajar Ekonomi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Discovery Learninglebih tinggi dibandingkan yang diajarkan dengan model


(2)

107

pembelajaranProject Based Learningpada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan yang diperoleh, bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah hasil belajarnya lebih tinggi jika diajarkan dengan menggunakan model pembelajaranDiscovery Learning.

4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Ekonomi. Interaksi merupakan hal yang saling berkaitan antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar Ekonomi siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut. 1. Guru sebaiknya dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan keaktifan siswa dan sebaiknya model pembelajaran disesuaikan dengan materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Guru sebaiknya dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi di dalam kegiatan pembelajarannya agar siswa tidak jenuh. 3. ModelProject Based Learningdapat dijadikan pilihan model pembelajaran

yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan hasil belajar baik bagi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi maupun rendah.


(3)

108

4. Untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi sebaiknya guru menerapkan model pembelajaranProject Based Learning.

5. Untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah sebaiknya guru menerapkan model pembelajaranDiscovery Learningkarena model pembelajaran ini disesuaikan dengan kreativitas siswa sehingga dapat menimbulkan ketertarikan dalam proses pembelajarannya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Majid. 2009.Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Akhmad, Afendi. 2012.Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta. (skripsi) Unila Bandar Lampung

Anita Lie. 2010.Cooperative Learning. Jakata: Grasindo

Annisa Yulistia. 2014.Model Pembelajaran Berbasisi Proyek untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014. (skripsi) Unila Bandar Lampung

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2013.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arsyad, A. 2011.Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Baker, Eva. 2005.Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: PT Rineka Cipta. Budiningsih, Asri. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Daryanto. 2014.Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2013.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri dan Asswan Zain. 2011.Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

E. Mulyasa. 2013.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(5)

Fatimah. 2011.Upaya meningkatkan dan hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran dengan metode penemuan (discovery learning).(skripsi) Unila Bandar Lampung

Fisher, Alec. 2009.Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hamalik, Oemar. 2011.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ike Dewi Septiana. 2012.Perbandingan Hasil Belajar Fisika Dan Kemampuan

Berpikir Kritis Antara Model Pembelajaran PBI Dengan Inkuiri Terbimbing siswa kelas XI SMA Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012.(skripsi) Unila Bandar Lampung

Jean Piaget. 1975.Developmental Psychology.

Johnson, Elaine B. 2009.Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: MLC.

Khamdi, Waras. 2007.Pembelajaran Berbasis Proyek : model potensial untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Bandung : PT. Bumi Aksara

Komalasari, Kokom. 2013.Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Krathwohl, David R. 1993Methods of Eaducation and Social Science Research. New York: London

Lie, Anita. 2010.Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di RuangRuang Kelas

Mankiw, N. Gregory. 2014.Pengantar Ekonomi Mikro.Jakarta: Salemba Empat Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta. Aswaja

Presindo

Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Roestiyah. 2001.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sani, Ridwan Abdulah. 2013.Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sapriya. 2009.Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Septiana, R. 2012.Efektifitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Hidrolisis Garam dalam Meningkatkan Keterampilan

Memberikan Penjelasan Sederhana dan Menerapkan Konsep yang Dapat Diterima.Jurnal pendidikan kimia UNILA. Volume 1 nomor 2. Diakses 13 Desember 2014

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2011.Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia


(6)

Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik (Terjemahan Narulita Yusron). Bandung: Nusa Media

Slameto. 2010.Belajar dan Faktorfaktor yang mempengaruhinya.Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudjana. 2005.Metoda Statistika.Bandung: Transito

Sudjana, Nana. 2010.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Suryosubroto. 2009.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Tilaar. 2009.Pedagogik Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.


Dokumen yang terkait

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELA

0 7 98

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 84

STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN MODEL TTW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP GLOBAL MADANI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 80

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 5 89

STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DAN HUBUNGAN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 PAGELARAN TAHUN PELAJ

0 6 76

STUDI PERBANDINGAN SIKAP SOSIAL SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTAIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 5 92

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN TAHUN AJARAN 2014/2015

1 8 95

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 METRO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 87

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

2 11 13

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X DENGAN MODEL BRAIN BASED LEARNING

0 0 9