STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN MODEL TTW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP GLOBAL MADANI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN MODEL TTW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP GLOBAL

MADANI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh

AJENG PERWITO SARI

Penelitian ini mengkaji tentang studi perbandingan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan Think Talk Write dengan memperhatikan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII semester ganjil SMP Global Madani Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian ini berjumlah 3 kelas dan jumlah sampel sebanyak 2 kelas yang diambil dengan teknik sampling cluster random sampling. Teknik pengambilan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi, tes kemampuan berpikir kritis, angket. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varian dua jalan dan t-test dua sampel independen. Hasil analisis data menunjukan (1) ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dan Think Talk Write, (2) kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Think Pair and Share lebih tinggi dibandingkan yang pembelajaannya menggunakan model kooperatif tipe Think Talk Write, (3) kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Think Pair and Share lebih rendah dibandingkan yang

pembelajarannya menggunakan model koopratif tipe Think Talk Write, (4) ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada kemampuan berpikir kritis.


(2)

STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE (TPS)DAN MODEL PEMBELAJARAN THINK

TALK WRITE (TTW)DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP GLOBAL MADANI BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Oleh

Ajeng Perwito Sari Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 19 Agustus 1993 dengan nama lengkap Ajeng Perwito Sari. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Raden Supriyadi dan Ibu Poningsih.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu sebagai berikut. 1. TK Handayani Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1999 2. SD Negeri 2 Gedong Air diselesaikan pada tahun 2005

3. SMP Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008 4. SMA Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada Januari 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Solo - Bali - Yogyakarta - Bandung – Jakarta. Pada bulan Juli s.d September, penulis mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Kagungan Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus.


(7)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah Hirobbil Alamin

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT, sehingga atas izin dan ridho-Nya selesai sudah karya kecil dari peluh dan letihku. Tulisan ini kupersembahkan

dengan tulus teruntuk:

Bapak Raden Supriyadi dan Ibuku Poningsih tercinta yang penuh dengan kesabaran selalu memberikan dukungan, doa, serta semangat untukku meraih cita-cita. Semoga Allah SWT

menggantikan segala letih dan lelah mereka dengan kemulyaan di dunia dan di akhirat Kakakku Mas Seto, Mbak Ayu, serta Kak Eko, yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang,

senyum dan tangis yang menjadi semangat untuk meraih cita-citaku

Seluruh keluarga besar ku yang memberikan kehangatan di setiap kebersamaan, menjadi tempat ku menghilangkan kesedihan dan kepenatan dalam mencapai cita-cita ku

Para pendidik yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat Pria terbaik yang selalu ku sebut namanya dalam doa ku Sahabat-sahabat dan rekan-rekan seperjuangan yang ku sayangi


(8)

MOTTO

“Kesabaran akan menuntun mu pada kekuatan” (Ajeng Perwito Sari)

“Perjuangan akan membawa mu kepada kesuksesan” (Ajeng Perwito Sari)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”

(Muhammad Ali)

“Jangan takut dengan kesalahan, kebijaksanaan biasanya lahir dari kesalahan” (Paul Galvin)

“Berusahalah untuk bukan menjadi orang yang sukses melainkan orang yang berharga”


(9)

SANWACANA

Segala puji hanya milik Allah SWT Rabb semesta alam yang tiada henti memberikan kenikmatan, rahmat, kasih sayang, dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul: “Studi Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Antara Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Global Madani Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakulatas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah membimbing dan membantu kelancaran akan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;


(10)

3. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama FKIP Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FKIP Universitas Lampung;

5. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum.,selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila;

7. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi, selaku Dosen Penguji atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini; 8. Bapak Dr. Eddy Purnomo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

9. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

10.Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis;


(11)

13.Ibu Niken, selaku guru mitra atas kerjasama dan bimbingannya;

14.Seluruh staf, guru, dan siswa-siswi SMP Global Madani Bandar Lampung khususnya kelas VIII B dan VIII C yang telah membantu dan studi menerima keberadaan penulis selama penelitian;

15.Bapak dan Ibu tersayang, terimakasih atas semua yang telah diberikan untukku, doa, airmata, kasih sayang, dan semua pengorbanan kalian untukku yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun. Semoga kelak Allah SWT menyediakan jannah-Nya untuk Bapak dan Ibu. Aamiin ya Rabbal A’lamiin; 16.Kakakku, Mas Seto, Mbak Ayu dan Kak Eko, terimakasih atas doa,

dukungan, canda, perhatian, kasih sayang, motivasi, dan pengorbanannya selama ini;

17.Om Alam, Kak Eva, Mamak Rosnani, Mamak Mbole. Terimakasih selalu memberikan semangat dan motivasinya selama ini,

18.Sahabat-sahabatku tersayang, Mbole, Awit, Eka, Yusmai, Wulan, Esti, Nidut, Rini, Yona, dan tiga lelaki terbaikku Andreas, Fredy dan Tomy. Terimakasih untuk segala kebersamaan, kekonyolan, dan keseruan yang kalian ukir dalam perjalananku selama ini. Terimakasih juga karena kalian selalu ada bersama ku disaat susah maupun senang, aku sayang kalian;

19.Terimakasih buat Dani Wijaya yang selalu menemaniku dan selalu sabar dalam menghadapi segala tingkah lakuku selama ini. Terimakasih atas motivasi, semangat, kasih sayang dan bantuannnya selama ini;


(12)

memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsiku;

21.Sahabat-sahabatku “gacil” Mimi, Meli, Bela, Vani, Destari. Terimakasih untuk segalanya, semangat, doa, dan kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini. Semoga persahabatan ini akan terjalin untuk selamanya, Aamiin; 22.Saudara-saudara seperjuanganku di kelas genap Pendidikan Ekonomi

angkatan 2011, Arum, Yuli, Cici, Cui, Defa, Edy, Heni, Ica, Irfan, Isra, Komar, mba’ Dita, mba’ Rika, Meilani, Ocni, Ratna, Sandy, Irvan, Susi, Tata, Wahyu, Wayan, Yayuk dan Yuda. Terimakasih untuk suka duka menghadapi dinamika perkuliahan selama ini;

23.Dita, Maya, Kak Rizki, Kak Topan, Kak Tendi, Taufik, dan Mbak Astika. Terimakasih sudah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini; 24.Kak Dani dan Om Herdi terimakasih atas bantuan dan candaannya selama ini; 25.Sahabat-sahabat KKN tercinta, Mamsky Uci, Ivah, Enggar, Erizkha, Dilah,

Sugeng. Terimakasih untuk kebersamaan dan kegilaan selama di Pekon Kagungan Kec. Kota Agung Timur Kab. Tanggamus serta semangat dan doa yang selalu kalian berikan selama ini;

26.Keluarga besar SMP Negeri 1 Kota Agung Timur yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman selama PPL;

27.Keluarga besar Pekon Kagungan Kec. Kota Agung Timur Kab. Tanggamus yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman selama KKN; 28.Terimakasih untuk semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi


(13)

jauh dari kesempurnaan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 9

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Belajar ... 11

2. Berpikir Kritis ... 14

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share ... 20

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write ... 24

5. Minat Belajar ... 28

B. Penelitian yang Relevan ... 31

C. Kerangka Pikir ... 33


(15)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 40

B. Populasi dan Sampel ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel………. 41

C. Variabel Penelitian ... 42

D. Definisi Konseptual Variabel ... 43

E. Definisi Operasional Variabel ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Wawancara ... 46

2. Observasi ... 46

3. Dokumentasi ... 46

4. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 47

5. Angket ... 47

G. Uji Persyaratan Instrumen ... 47

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reliabilitas ... 48

3. Taraf Kesukaran ... 49

4. Daya Beda ... 50

H. Uji Persyaratan Analisis Data ... 51

1. Uji Normalitas ... 51

2. Uji Homogenitas ... 51

I. Teknik Analisis Data ... 52

1. T-Tes Dua Sampel Independen ... 52

2. Analisis Varians Dua Jalan ... 53

J. Pengujian Hipotesis ... 55

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

1. Sejarah Berdirinya SMP Global Madani Bandar Lampung ... 57

2. Visi dan Misi SMP Global Madani ... 58

3. Keadaan SMP Global Madani Bandar Lampung ... 59

4. Proses Pembelajaran ... 60

5. Sarana dan Fasilitas SMP Global Madani Bandar Lampung ... 60

6. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 61

B. Deskripsi Data ... 61

1. Data Minat Belajar Siswa ... 61

a. Deskripsi Data Hasil Minat Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen (Model Think Talk Write) ... 62

b. Deskripsi Data Hasil Minat Belajar Siswa pada Kelas Kontrol (Model Think Pair and Share) ... 63

2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 65

a. Deskripsi Data Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen (Model Think Talk Write) ... 65

b. Deskripsi Data Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Kontrol (Model Think Pair and Share) ... 67


(16)

3. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Memperhatikan

Minat Belajar Siswa pada Kelas Kontrol ... 68

a. Deskripsi Data Hasil Tes Kemempuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Kelas Kontrol (Model Think Pair and Share) ... 68

b. Deskripsi Data Hasil Tes Kemempuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Kelas Kontrol (Model Think Pair and Share) ... 71

4. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen ... 73

a. Deskripsi Data Hasil Tes Kemempuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Kelas Eksperimen (Model Think Talk Write) ... 73

b. Deskripsi Data Hasil Tes Kemempuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Kelas Eksperimen (Model Think Talk Write) ... 76

C. Uji Persyaratan Analisis Data ... 78

1. Uji Normalitas ... 78

2. Uji Homogenitas ... 80

D. Pengujian Hipotesis ... 81

E. Pembahasan ... 90

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian yang Relevan ... 31

2. Definisi Operasional ... 44

3. Tingkat Besarnya Koefisien Korelasi ... 49

4. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan ... 54

5. Keadaan Siswa SMP Global Madani Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 59

6. Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 62

7. Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 64

8. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen ... 66

9. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol ... 67

10. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Kelas Kontrol ... 69

11. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Kelas Kontrol ... 72

12. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Kelas Eksperimen ... 74

13. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Kelas Eksperimen ... 77

14. Uji Normalitas ... 79

15. Rekapitulasi Uji Normalitas ... 80

16. Hasil Uji Homogenitas ... 80

17. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 82

18. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 84

19. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 85


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Nama Siswa Kelas VIII B (Eksperimen) ... 109

2. Daftar Nama Siswa Kelas VIII C (Kontrol)... 110

3. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen ... 111

4. Daftar Nama Kelompok Kelas Kontrol ... 112

5. Silabus ... 113

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen (VIIIB) ... 121

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol (VIIIC)... 137

8. Uji Normalitas ... 152

9. Uji Homogenitas ... 153

10. Uji T Tes ... 154

11. Uji ANAVA ... 155

12. Kisi-Kisi Soal Berpikir Kritis ... 156

13. Soal Berpikir Kritis ... 160

14. Kunci Jawaban Soal ... 161

15. Rubrik Penilaian Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 163

16. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar ... 165

17. Angket Uji Coba ... 167

18. Angket Minat Belajar ... 170

19. Uji Validitas Soal ... 173

20. Reliabilitas Soal ... 174

21. Taraf Kesukaran dan Daya Beda ... 175

22. Uji Validitas Angket ... 176

23. Uji Reliabilitas Angket ... 177

24. Daftar Nilai Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 178

25. Daftar Nilai Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 179

26. Daftar Nilai Minat Belajar Kelas Eksperimen ... 180

27. Daftar Nilai Minat Belajar Kelas Kontrol ... 181

28. Data Angket Minat Belajar dan Nilai Berpikir Kritis ... 182

29. Denah Lokasi ... 183


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paradigma Penelitian ... 38

2. Hasil Minat Belajar Kelas Eksperimen ... 63

3. Hasil Minat Belajar Kelas Kontrol ... 64

4. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 66

5. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 68

6. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Kelas Kontrol ... 70

7. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Kelas Kontrol ... 72

8. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Kelas Eksperimen ... 75

9. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Kelas Eksperimen ... 77


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan hidup manusia, hal ini dikarenakan pendidikan merupakan suatu wadah aktivitas dalam memperoleh dan menyampaikan ilmu

pengetahuan yang dimungkinkan akan dapat meneruskan suatu budaya yang kita anut ke generasi berikutnya atau yang akan datang. Pendidikan juga menempati posisi sentral dalam pembangunan sebuah bangsa karena tujuan pendidikan itu sendiri adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selain itu pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar yang diperolehnya selama proses pembelajaran dari berbagai ilmu pengetahuan yang ada di dalam sekolah.

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, fungsi sekolah sangat penting. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk membentuk manusia berkualitas dalam pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan yang pencapaiannya dilakukan terencana, terarah, dan

sistematis. Semakin maju masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakatnya. SMP Global Madani Bandar Lampung merupakan salah satu


(21)

sekolah swasta yang ada di Kota Bandar Lampung. SMP Global Madani sendiri terletak di lingkungan yang cukup sunyi sehingga aktivitas belajar dapat berjalan dengan baik di sana. Di SMP Global Madani banyak berbagai mata pelajaran yang diajarkan salah satunya adalah mata pelajaran IPS Terpadu. IPS Terpadu merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Tujuan mata pelajaran IPS Terpadu adalah untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis serta kritis, untuk memecahkan

masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, untuk memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat. Diharapkan proses pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukan di sekolah dapat mencapai tujuannya. Akan tetapi, pada saat proses

pembelajaran IPS Terpadu yang berlangsung masih banyak siswa yang kurang memahami pelajaran tersebut.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang saya lakukan di SMP Global Madani terdapat beberapa masalah yang muncul pada saat peroses pembelajaran IPS Terpadu berlangsung yaitu.

1. Keterampilan Menganalisis

Di SMP Global Madani masih banyak siswa yang kurang mampu menganalisis suatu masalah. Hal ini terlihat pada saat diskusi berlangsung, masih banyak siswa yang kurang mampu memahami


(22)

sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci masalah tersebut kedalam bagian-bagian yang lebih terperinci lagi.

2. Keterampilan Mensintesis

Siswa disini masih kurang dalam keterampilan mensintesis, hal ini terlihat dari masih ketidakmampuan siswa dalam memadukan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga tidak muncul ide-ide baru yang seharusnya dapat diperoleh siswa setelah membaca materi pelajaran.

3. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah

Pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang tidak mampu untuk memahami suatu permasalahan yang diberikan oleh guru dengan kritis. Sehingga setelah kegiatan diskusi selesai siswa tidak memahami pokok permasalahan yang ada pada kasus diskusi tersebut. 4. Keterampilan Menyimpulkan

Masih kurang mampunya siswa pada saat menyimpulkan materi yang telah diajarkan oleh guru. Hal ini terlihat saat siswa memberikan kesimpulan materi pelajaran IPS Terpadu, siswa masih kurang mampu dalam menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar dapat sampai kepada sebuah kesimpulan.

5. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai

Keterampilan mengevaluasi atau menilai ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki siswa agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu, namun


(23)

hal ini masih belum terlihat pada siswa di SMP Global Madani Bandar Lampung, siswa disini masih kurang mampu dalam keterampilan mengevaluasi dan menilai.

Setelah dilihat dari permasalahan yang terjadi di SMP Global Madani dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang kurang baik dalam kemampuan berpikir kritisnya. Maka upaya yang diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran di sekolah untuk menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan bagi siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pemahaman belajar siswa. Hal ini sudah sepatutnya diterapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa lainnya dalam menjalankan tugas-tugas yang terstruktur. Slavin (2009: 11) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif ada beberapa model yaitu (1) Student

Achievement Divisions (STAD); (2) Team Games Tournaments (TGT); (3) Jigsaw; (4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); (5) Team Accelerated instruction (TAI).

Model-model pembelajaran tersebut dapat diterapkan agar proses

pembelajaran menjadi bervariasi dan tidak monoton. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa jenuh dalam belajar.Akan tetapi pada kenyataannya, model pengajaran guru di dalam kelas masih menggunakan model

konvensional atau model ceramah sehingga dalam kegiatan belajar-mengajar menimbulkan kejenuhan pada siswa. Penggunaan model seperti ini juga


(24)

membuat siswa tidak aktif dalam proses belajar. Kondisi pembelajaran berpusat pada guru (teacher center), guru bersikap aktif sedangkan siswanya pasif sehingga proses pembelajaran kurang melibatkan para siswa baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran demikian membuat sebagian besar siswa kurang beminat. Kondisi ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang bertanya sangat sedikit, kurang adanya keberanian untuk berpendapat yang berbeda dengan pendapat guru, siswa cenderung bersikap pasif, dan merasa cukup menerima materi yang telah dipersiapkan oleh guru yang dikait dalam pembelajaran.

Kejenuhan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran bukan hanya semata disebabkan oleh cara pengajaran guru yang monoton, akan tetapi terdapat faktor lain yang mempengaruhi kejenuhan siswa diantaranya yaitu kondisi fisik, kepribadian, keyakinan, pendidikan, lingkungan, dan budaya. Salah satu unsur dalam kepribadian yang ada kaitannya dengan penyesuian diri terhadap lingkungan belajar yang dapat mempengaruhi kemampuan cara berpikir kritis siswa adalah minat belajar. “Djaali (2012: 121) yang

mengemukakan bahwa minat adalah sesuatu yang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dilakukan melalui pertisipasi dalam suatu aktivitas”. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat yang akan tumbuh. Suatu minat dapat pula dilihat melalui pertisipasi dalam suatu aktivitas siswa yang memiliki minat dalam subjek tersebut. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru.


(25)

Minat memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini, minat belajar siswa memiliki tingkat perbandingan dalam pemahaman terhadap model

pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis yang siswa alami, karena tidak semua siswa memiliki minat belajar yang baik. Dengan demikian, terjadi ketidak sesuaian dalam model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sebaiknya guru menerapkan model pembelajaran yang bervariasi.

Tipe model pembelajaran yang bervariasi akan memudahkan guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki dan kondisi internal siswa. Model

pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dan model pembelajaran tipe Think Talk Write (TTW).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka diperlukan penelitian yang berjudul “Studi Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Antara Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan

Memperhatikan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Global Madani Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015”.


(26)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu masih kurang baik.

2. Aktivitas siswa sangat rendah di dalam kelas.

3. Kurangnya variasi model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. 4. Proses belajar mengajar yang masih monoton sehingga siswa merasa

bosan di kelas.

5. Kurangnya minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada kajian perbandingan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) kelas VIII SMP Global Madani Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 dengan memperhatikan minat belajar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(27)

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair and Share (TPS) dan Think Talk Write (TTW) pada pelajaran IPS Terpadu? 2. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair and Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan Think Talk Write (TTW) pada siswa yang memiliki minat belajar rendah? 3. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair and Share (TPS) lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan Think Talk Write (TTW) pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi? 4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar

siswa pada kemampuan berpikir kritis?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair and Share (TPS) dan Think Talk Write (TTW) pada pelajaran IPS Terpadu. 2. Mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair and Share (TPS) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan Think Talk Write (TTW) pada siswa yang memiliki minat belajar rendah.


(28)

3. Mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair and Share (TPS) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan Think Talk Write (TTW) pada siswa yang memiliki minat belajar rendah.

4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa pada kemampuan berpikir kritis

.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih lengkap mengenai penelitian yang menekankan pada penelitian model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Sumbangan khasanah keilmuan serta untuk melengkapi teori yang sudah diperoleh melalui penelitian sebelumnya.

2. Secara Praktis

Bagi sekolah hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat untuk perbaikan mutu pelajaran. Bagi guru mata pelajaran IPS Terpadu diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam pemilihan alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Bagi siswa, untuk membantu peningkatan kemampuan berpikir kritis. Bagi peneliti, sebagai referensi yang ingin meneliti lebih lanjut.


(29)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) dan tipe Think Talk Write (TTW), kemampuan berpikir kritis, minat belajar siswa.

2. Subjek penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII. 3. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Global Madani Bandar Lampung. 4. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar

Belajar adalah sebuah proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku sepertii peningkatan kecakapan, pengetahuan sikap kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan kemampuan-kemampuan yang lain. Belajar juga merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Menurut Siregar (2010: 1), belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Siregar (2010: 4), belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah. a. Bertambahnya jumlah pengetahuan,

b. Adanya kemampuan mengingat dan mereproduks, c. Ada penerapan pengetahuan,


(31)

e. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan adanya perubahan sebagai pribadi.

Dari berbagai pengertian belajar di atas maka, dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. Seseorang dikatakan telah belajar kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya.

Teori konstruktivisme merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman. Dalam proses belajar biasanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan

gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat

menciptakan belajar yang kondusif.

Menurut Siregar (2010: 39), teori konstruktivisme memahami belajar sebagai proses pembentukan konstruksi pengetahuan oleh si pelajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang

mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru kepada orang lain. teori belajar konstruktivisme,

pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.

Menurut Piaget dalam Siregar (2010: 39), mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru serta pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi (bentukan) orang itu sendiri.


(32)

Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Siswa juga diharapkan dapat mengembangkan pengetahuannya berdasarkan setiap pengalaman-pengalaman baru yang dialaminya.

Menurut Driver dalam Siregar (2010: 39), ciri-ciri belajar berbasis konstruktivisme adalah sebagai berikut.

1. Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik dengan memberi

kesempatan melakukan observasi.

2. Elisitasi, yaitu siswa mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi menulis membuat poster dan lain-lain.

3. Restruktirasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide baru.

4. Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi.

5. Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah.

Menurut Siregar (2010: 41), peranan guru pada pendekatan

konstruktivisme ini lebih sebagai mediator dan fasilitator bagi siswa, yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa

bertanggung jawab, mengajar atau berceramah bukanlah tugas atama seorang guru.

2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya. Guru perlu menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konfli.

3. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berjalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.


(33)

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya aliran konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Dalam penerapan teori konstruktivisme kegiatan ditujukan untuk

membantu siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dialami siswa dalam kehidupannya. Aliran

konstruktivisme ini juga membuat siswa akan mudah mengingat materi-materi yang diajarkan guru dan dapat dengan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.Dengan diterapkannya teori konstruktivisme ini juga siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir dari pengetahuannya.

2. Berpikir Kritis

Slameto (2010: 144) menyatakan berpikir kritis sama pengertiannya dengan berpikir konvergen yang berarti berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah. Dengan berpikir kritis dapat membantu siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Suryosubroto (2009: 193) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis informasi. Informasi didapat melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, dan membaca. Peserta didik berpikir kritis ditunjukan dengan kemampuan menganalisa masalah secara kritis dengan pertanyaan mengapa, mampu menunjukan perubahan-perubahan secra detail, menemukan penyelesaian masalah yang kurang lazim, memberikan ide yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain, memberikan argumen dengan perbandingan atau perbedaan.


(34)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa berpikir kritis

merupakan proses berpikir ke arah yang lebih mendalam. Berpikir kritis menuntut siswa dalam kemampuan menganalisa suatu masalah,

menemukan penyelesaian masalah serta memberikan ide-ide baru yang dapat memberikan gambaran baru atas pemecahan suatu masalah.

Dewey dalam Fisher (2009: 2) seorang filsuf, psikolog, dan edukator berkebangsaan Amerika, secara luas dipandang sebagai bapak tradisi berpikir kritis modern. Ia menamakannya sebagai berpikir reflektif dan mendefinisikannya sebagai pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang

mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.

Tilaar (2011: 11) mengungkapkan bahwa berpikir kritis pada tataran psikologis sifatnya deskritif sedangkan pada tataran filosofis mempunyai nilai kritikal, artinya, memenuhi suatu standar atau kriteria akseptabilitas artinya sesuatu yang dianggap baik, sedangkan menurut Fisher (2009: 2) mengungkapkan bahwa berpikir kritis secara essensial adalah sebuah proses aktif, proses dimana anda memikirkan berbagai hal secara lebih mendalam untuk diri anda, mengajukan berbagai pertanyaan untuk diri anda menemukan informasi yang relevan untuk diri anda, dan lain-lain, ketimbang menerima berbagai hal dari orang lain sebagaian besarnya secara pasif.

Berdasarkan pemaparan di atas, berpikir kritis dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengetahui secara pasti tentang apa yang didapatnya serta selalu memberikan alasan dari apa yang diyakininya benar setelah


(35)

melalui proses pemikiran tentang berbagai hal secara mendalam. Berpikir kritis tidak hanya menerima anggapan orang lain begitu saja tanpa di ketahui secara pasti bahwa anggapan orang tersebut benar atau tidak.

Fisher (2009: 13) mengatakan bahwa singkatnya, berpikir kritis adalah sejenis berpikir evaluatif yang mencakup baik itu kritik maupun berpikir kreatif dan yang secara khusus berhubungan dengan kualitas pemikiran atau argumen yang disajikan untuk mendukung suatu keyakinan atau rentetan tindakan yang akan diambilnya.

Gleser dalam Fisher (2009: 3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai. (1) Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah

dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang Model-model pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menetapkan model-model tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti

pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu sikap dan keterampilan tentang pengetahuan dan penalaran logis dalam mengenal masalah, menemukan, mengumpulkan dan menyusun informasi, membuat asumsi, menganalisis dan menarik kesimpulan menggunakan bahasa yang tepat dan jelas.

Paul dalam Fisher (2009: 4) mendefinisikan berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur secara melekat dalam pemikiran dan

menerapkan standar-standar intelektual padanya.

Bidang berpikir kritis telah menghasilkan daftar


(36)

berpikir kritis. Glaser dalam Fisher (2009: 7) mendaftarkan kemampuan untuk.

(a) mengenal masalah, (b) menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, (c) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, (d) mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, (e) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas, (f) menganalisis data, (g) menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan, (h) mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah , (i) menarik kesimpualn-kesimpulan dan kesamaan yang diperlukan, (j) menguji

kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil, (k) menyusun kembali pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan (l) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Aplle dalam Tilaar (2011: 17) menyatakan ada beberapa pertimbangan berpikir kritis merupakan suatu yang penting di dalam pendidikan modern sebagai berikut.

a. Mengembangkan berpikir kritis di dalam pendidikan berarti kita memberikan penghargaan kepada peserta didik sebagai pribadi (respect as person). Hal ini akan memberikan kesempatan kepada perkembangan pribadi peserta didik sepenuhnya karena mereka merasa diberikan kesempatan dan dihormati akan hak-haknya dalam perkembangan pribadinya.

b. Berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal didalam pendidikan karena mempersipkan peserta didik untuk kehidupan kedewasaan bukan berati meberikan kepada mereka sesuatu yang telah siap tetapi mengikutsertakan peserta didik didalam pemenuhan perkembangan dirinya sendiri dan arah dari perkembangannya sendiri

(self-direction).

c. Pengembangan berpikir kritis dalam proses pendidikan merupakan suatu cita-cita tradisional seperti apa yang ingin dicapai melalui pelajaran ilmu-ilmu eksakta dan kealaman serta mata pelajaran lainnya yang secaratradisonal dianggap dapat mengembangkan berpikir kritis.

d. Berpikir kritis merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan didalam kehidupan demokratis. Demokratis hanya dapat berkembang apabila wargangaranya dapat berpikir kritis didalam masalah-masalah politik, sosial, dan ekonomi.


(37)

Oleh sebab itu, berpikir kritis adalah hal yang penting dalam pendidikan dan harus dimiliki oleh setiap siswa. Melalui berpikir kritis maka seorang guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir secara aktif. Selain itu, melalui berpikir kritislah tidak hanya kebijakan dalam pendidikan saja yang dapat diperbaiki tetapi juga berkaitan dengan bidang politik, ekonomi dan lain-lain.

Spliter dalam Komalasari (2010: 266) mengemukakan bahwa

keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan. Oleh karena itu keterampilan dalam berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Costa dalam Komalasari (2010: 266) menyatakan bahwa berpikir kritis terdiri atas kegiatan atau proses berikut.

a. Menentukan hukum sebab akiat.

b. Pemberian makna terhadap sesuatau yang baru. c. Mendeteksi keteraturan di antara fenomena. d. Penentuan kualitas bersama (klasifikasi). e. Menemukan ciri khas suatu fenomena.

Syah (2010: 123) menyatakan berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecah masalah. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecah masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.

Zubaedi (2012: 241) mengemukakan ciri orang yang berpikir kritis yaitu. 1) Mencari kejelasan pernyataan atau pertanyaan, 2) Mencari alasan, 3) Mencoba memperoleh informasi yang benar, 4) Menggunakan sumber yang dapat dipercaya, 5) Mempertimbangkan keseluruhan situasi, 6) Mencari alternatif, 7) Bersikap terbuka, 8) Mengubah pandangan apabila ada bukti yang dipercaya, 9) Mencari ketepatan permasalahan dan 10)


(38)

Sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, tingkat kecanggihan orang lain.

Morgan dalam Septiana (2012: 18) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis antar-Universitas (Intercollege Committee on Critical Thinking) yang terdiri atas (1) kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecah masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan.

Menurut Angelo dalam Filsaime (2008: 81) mengungkapkan bahwa ada lima indikator dalam berpikir kritis yaitu.

1. Keterampilan menganalisis, keterampilan menganalisis merupakan keterampilan menguraikan sebuah struktur kedalam komponen - komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. 2. Keterampilan mensintesis, keterampilan ini merupakan keterampilan

yang berlawanan dengan keterampilan menganalisis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.

3. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah selesai kegiatan membaca mampu menangkap beberapa pokok pikiran bacaan sehingga mampu mempola sebuah konsep. 4. Keterampilan menyimpulkan, kegiatan akal manusia berdasarkan

pengertian atau pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian (kebenaran) yang baru yang lain. 5. Keterampilan mengevaluasi atau menilai, keterampilan ini menuntut

pemikiran yang matang dalam menentuan sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan cara tes

evaluasi kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menemukan cara-cara yang dapat dipakai dalam menangani masalah-masalah, menyeleksi dan menyususun informasi yang diperlukan dan kemampuan menarik kesimpulan menggunakan bahasa yang tepat dan jelas.


(39)

Kemampuan berpikir kritis juga dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam keterampilan menganalisis, keterampilan mensintesis,

keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, keterampilan menyimpulkan serta keterampilan mengevaluasi dan menilai.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) Model pembelajaran Think Pair and Share merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman tahun 1985. Model ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu berpikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing). Siswa akan berpikir secara mandiri, menyampaikan ide pikiran kepada pasangannya untuk

didiskusikan, dan kemudian menyampaikan hasil diskusi ke depan kelas (Ibrahim, 2000: 26).

Model pembelajaran Think Pair and Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Model ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain.

Keunggulan model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004: 57). Model pembelajaran Think Pair and Share adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukan partisipasi kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair and Share adalah.


(40)

b. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.

c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

e. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

f. Guru member kesimpulan. g. Penutup.

(Mardiana dalam strukturaljabar, 2011.html)

Think Pair and Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Nurhadi, 2003: 66). Dengan demikian, siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran agar dapat memecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru.

Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair and Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut.

Tahap 1 : Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap 2 : Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau


(41)

hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru member waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3 : Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam model Think Pair and Share memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat

mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat yang dapat mengakibatkan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Menurut Jones (2002: 144), akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi

(berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.

Ada beberapa alasan mengapa TPS perlu digunakan antara lain. a. TPS membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses

yang telah ditentukan sehingga membatasi kesempatan pikirannya melantur dan tingkah laku yang menyimpang karena harus melapor hasil pemikirannya ke teman-temannya.

b. TPS dapat meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat siswa.

c. TPS meningkatkan lamanya “Time On Task” dalam kelas dan kualitas kontribusi siswa dalam diskusi kelas. Siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosialnya (Susilo, 2005: 3).


(42)

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) adalah.

a. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

b. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapat kesepakatan untuk memecahkan masalah.

c. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan

tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari dua orang.

d. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga hasil yang ada menyebar. e. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam

proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12).

Kelemahannya model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) adalah sebagai berikut.

a. Model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) belum banyak diterapkan di sekolah.

b. Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.

c. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berpikir anak.

d. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara

mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berpikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa (Lie, 2004: 28).

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) memberikan waktu yang banyak kepada siswa dan pasangannya untuk berpikir (think and pair) sebelum berbagi (share) dengan seluruh kelas berdasarkan pasangan atau kelompoknya masing-masing. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair


(43)

and Share (TPS) tidak hanya membuat aktivitas belajar lebih aktif tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) adalah model

pembelajaran yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin pada tahun 1996, ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan

menulis. Alur kemajuan Think Talk Write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau dialog dengan dirinya sendiri setelah proses

membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis, suasana seperti ini efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa.

Huinker dan Laughlin dalam Yamin (2012: 84) menyatakan bahwa: The think-talk-write strategy builds in time for thought and reflection and for the organization of ides and the testing of those ideas before students are expected to write. The flow of communication progresses from student engaging in thought or reflective dialogue with themselves, to talking and sharing ideas with one another, to writing”. Artinya, Model pembelajaran Think-Talk-Write membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum siswa diharapkan untuk menulis. Alur model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya sebelum siswa menulis.

Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) didasarkan pada

pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Dalam model pembelajaran ini siswa didorong untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Model pembelajaran ini


(44)

merupakan model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir dan menulis siswa, dengan menerapakan model pembelajaran ini

diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terdapat beberapa komponen penting yang cukup berperan dalam memperlancar jalannya model pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada pembelajaran yaitu.

a. Guru yang berkompeten dan profesional.

b. Anak didik yang aktif dalam proses pembelajaran.

c. Buku bacaan yang sesuai dengan topik materi yang diajarkan dengan jumlah yang banyak dan bervariasi.

d. Beberapa model pembelajaran yang mempunyai peranan cukup penting dalam terlaksananya strategi think talk write dalam pembelajaran, agar dapat tercapai tujuan yang telah ditentukan.

Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) ini, sebagaimana yang

dikemukakan Silver dan Smith dalam Yamin (2012: 90) adalah.

a. Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan, menantang setiap siswa berpikir.

b. Mendengar secara hati-hati ide siswa.

c. Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan. d. Memutuskan apa yang di gali dan di bawa siswa dalam diskusi. e. Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi

persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan.

f. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.


(45)

Langkah-langkah model pembelajaran tipe Think Talk Write (TTW) menurut Yamin (2012: 90) yaitu.

a. Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya.

b. Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri. c. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa).

d. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri, untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan.

e. Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan

keterkaitan konsep, model, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu peserta didik

menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi. f. Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok,

sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan. g. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan

kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

Manfaat model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, siswa dapat mengkomunikasikan tau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa


(46)

saling membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

b. Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara

sistematis sehingga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan idenya dalam bentuk tulisan.

(Muchlisin dalam academia.edu, 2014.html)

Kelebihan dari model pembelajaran Think Talk Write (TTW) ini yaitu. a. Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka

memahami materi ajar.

b. Dengan memberikan soal open ended dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.

c. Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.

d. Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahkan dengan diri mereka sendiri.

(Muchlisin dalam academia.edu, 2014.html)

Kelemahan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) adalah sebagai berikut.

a. Ketika siswa bekerja dalam kelompok itu mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan, karena didominasi oleh siswa yang mampu.


(47)

b. Guru harus benar–benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) tidak mengalami kesulitan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)

memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir, berbicara serta menulis. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) ini mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa serta dapat meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran.

5. Minat Belajar

Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Djaali (2012: 121) yang mengemukakan bahwa minat adalah sesuatu yang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang

menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dilakukan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

Menurut Sadirman (2004: 85) minat belajar mempunyai fungsi untuk (a) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (b) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (c) menyeleksi perbuatan, yaitu


(48)

guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Hamalik (2011: 158) berpendapat bahwa “Minat adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Tanpa adanya tujuan, orang tidak akan berminat untuk berbuat sesuatu. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar selalu mempunyai tujuan mengapa ia melakukan kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, minat merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar. Adanya minat diharapkan dapat memperoleh hasil yang

memuaskan dalam setiap kegiatan. Dari pendapat para ahli dapat

disimpulakan bahwa minat adalah kecendrungan seseorang tehadap suatu kegiatan yang diekspresikan melalui aktivitas untuk dapat menunjukan kesukaan terhadap suatu hal dari pada hal lainnya.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slameto, 2010: 21). Sedangkan menurut Syah (2010: 68) belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkahlaku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.


(49)

Menurut Sardiman (2004: 83) mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki minat tinggi yaitu berupa; (1) tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai), (b) ulet menghadapi kesulitan tidak (tidak lekas putus asa), (c) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (d) lebih senang bekerja mandiri, (e) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang berifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif), (f) dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu), (g) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, dan (h) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Syah (2010: 163) bahwa “Minat belajar adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Sedangkan menurut Hamalik (2011: 110) yang menyatakan bahwa belajar tanpa adanya minat kiranya sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal.

Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap objek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Dari pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa minat belajar akan timbul apabila mendapatkan

rangsangan dari luar dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya, perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik.


(50)

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal yang dilakukan seseorang secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Diharapkan dengan adanya minat belajar yang tinggi siswa mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta lebih aktif dalam proses pembelajaran.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan digunakan untuk membandingkan hasil penelitian penulis dengan penelitian terdahulu maka dibawah ini penulis akan menuliskan beberapa penelitian yang relevan yang ada kaitannya dengan pokok masalah.

No Penuis Judul Hasil Penelitian

1 Ike Dewi Septiana (2012)

Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Antara Model Pembelajaran PBI dengan Inkuiri

Terbimbing siswa kelas XI SMA Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012

Hasil belajar siswa pada model

pembelajran PBI lebih tinggi dibandingkan dengan model IT. Dengan nilai rata-rata hasil belajar model pembelajaran PBI 76,83 dan nilai rata-rata model pembelajaran IT 67,59. Kemampuan berpikir siswa pada model pembelajaran PBI lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran IT. Dengan nilai rata-rata Tabel 1. Penelitian yang Relevan


(51)

kemampuan berpikir kritis model

pembelajaran PBI 79,83 dan nilai rata-rata IT 67,93.

2 Eka Noviyanti (2012)

Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw dan Model

Pembelajaran

Kooperatif Tipe TPS dengan Memperhatikan Minat Belajar pada Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

(1) pada pengujian hipotesis pertama diperoleh Fhitung 5,039>Ftabel 4,11 dan terlihat dari hasil belajar IPS Terpadu dengan menggunakan model jigsaw 81,30 lebih tinggi

dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe TPS 76,15.

(2) pada pengujian hipotesis kedua diperoleh Thitung 2,198>Ttabel 2,101 dan terlihat dari hasil belajar IPS Terpadu siswa yang meiliki minat belajar tinggi dengan menggunakan model jigsaw 83,50 lebih tinggi

dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe TPS 76,70.

(3) pada pengujian hipotesis ketiga diperoleh Thitung 1,248>Ttabel 2,101 dan terlihat dari hasil belajar IPS Terpadu siswa yang memiliki minat belajar rendah dengan menggunakan model jigsaw 73,10 lebih rendah


(52)

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Dimana dalam penelitian ini ada dua variabel independen yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (X1) dan Think Talk Write (X2). Variabel dependennya adalah kemampuan berpikir kritis (Y) melalui penerapan model pembelajaran tersebut. Minat belajar siswa sebagai variabel moderator dalam mata

pelajaran IPS Terpadu.

dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe TPS 77,70.

3 Karsini Paidi (2014)

Pengaruh Penggunaan Model Think Talk Write (TTW) Terhadap Peningkatan

kemampuan Berpikir Kritis Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil (Tahun Pelajaran 2013/2014)

Hasilnya bahwa ada pengaruh penggunaan yang signifikan Model Think Talk Write (TTW) terhadap peningkatan

kemampuan berpikir kritis sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil (Tahun

Pelajaran 2013/2014), dengan hasil

perhitungan sebesar Fhitung = 24,158 > Ftabel = 3, 99. Tingkat signifikansi dari penggunaan model pembelajaran TTW terhadap kemampuan berpikir kritis kuat, cukup atau sedang yaitu pada r = 0,512.


(53)

1. Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) dan Think Talk Write (TTW)

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajarann. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kesamaan dalam langkah pembelajaran, diantaranya dalam cara menentukan kelompok heterogen yang berdasarkan dari kemampuan, akademis, jenis kelamin yang

berbeda. Dua jenis model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu kooperatif tipe Think Pair and Share dan Think Talk Write.

Model pembelajaran Think Pair and Share terdiri dari tiga tahap kegiatan siswa yang menekankan pada apa yang dikerjakan siswa pada setiap tahapannya. Tahap yang pertama adalah berpikir (think). Pada tahap ini, guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan siswa berpikir sendiri mengenai jawaban tersebut. Waktu berpikir ditentukan oleh guru. Pada tahap selanjutnya, siswa berpasangan (pair) dengan temannya dan mendiskusikan mengenai jawaban masing-masing. Pada tahap terakhir, siswa berbagi (share) yaitu guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan teman sekelas secara keseluruhan untuk mengungkapkan mengenai apa yang telah mereka diskusikan. Dengan demikian, diharapkan siswa lebih bisa memahami konsep, menambah pengetahuannya serta dapat menemukan kemungkinan solusi dari permasalahan.


(54)

Model pembelajaran Think Talk Write terdiri dari empat tahap kegiatan siswa yang menekankan apa yang diikerjakan siswa pada setiap

tahapnya. Tahap yang pertama adalah berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks LKS mata pelajaran IPS Terpadu kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri. Setelah tahap think selesai, dilanjutkan dengan tahap berikutnya talk yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Tahap berkomunukasi (talk) pada model

pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Tahap write yaitu menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja yang disediakan (LKS). Tahap terakhir dari model pembelajaran Think Talk Write (TTW) adalah presentasi.

Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat berbagi pendapat dalam ruang lingkup yang lebih besar yaitu dengan teman satu kelas. Setelah selesai presentasi, kemudian dibuka forum tanya jawab dimana semua siswa berhak mengajukan pertanyaan atau pendapat yang sifatnya mendukung jawaban ataupun menyanggah jawaban temannya yang presentasi. Setelah tanya jawab selesai, dilakukan sebuah penyimpulan bersama tentang materi yang dipelajari. Pada model pembelajaran Think Pair and Share dilakukan secara berdiskusi dan berpikir sendiri dengan teman lalu dipresentasikan didepan kelas. Sedangkan, pada model Think Talk Write


(55)

dilakukan secara berdiskusi dan berpikir sendiri kemudian hasil diskusi ditulis lalu dipresentasikan didepan kelas, hal ini dapat memicu siswa untuk bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan setiap tugasnya. Pada saat presentasi siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih mendominasi di kelas, sehingga terdapat perbedaan dalam kemampuan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran Think Pair and Share dibandingkan dengan model pembelajaran Think Talk Write. Perbedaan ini terjadi karena langkah-langkah yang dilakukan pada kedua model pembelajaran tersebut berbeda serta perbedaan aktivitas belajar yang terjadi pada saat model pembelajaran tersebut diterapkan di dalam kelas.

2. Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah yang Menggunakan Model Pembelajaran Tipe TPS Lebih Tinggi Dibandingkan dengan yang Menggunakann Model Pembelajaran Tipe TTW.

Pemahaman siswa dapat diperoleh dari pembelajaran dan dapat dilihat dari aktivitas serta kemampuan berpikir kritis siswa. Aktivitas belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), bagi siswa yang memiliki minat belajar rendah siswa harus

mempersiapkan diri secara optimal karena siswa dituntut untuk berpikir dan menyelesaikan masalah serta harus dapat menjelaskan atau

mempresentasikan secara individu.

Aktivitas belajar siswa yang memiliki minat belajar rendah pada model pembelajaran Think Talk Write (TTW) ini, akan merasa sulit


(56)

bisa menguasai materi yang diberikan, siswa harus berpikir dan memecahkan masalah sesuai kemampuan yang mereka miliki, siswa hurus menuliskan hasil diskusi kelompok secara individu serta harus mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Diduga kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar rendah yang menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW).

3. Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi yang Menggunakan Model Pembelajaran Tipe TPS Lebih Rendah Dibandingkan dengan yang Menggunakann Model Pembelajaran Tipe TTW.

Aktivitas belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), bagi siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan berkemampuan untuk menguasi materi terkadang masih kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya dan tidak

menyadari bahwa temannya yang memiliki minat belajar rendah akan berusaha memahami materi secara maksimal.

Aktivitas belajar siswa yang memiliki minat belajar tinggi pada model pembelajaran Think Talk Write (TTW), siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih aktif dalam diskusi pemecahan masalah, siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan semakin memahami materi dan semakin baik pengetahuannya karena ia memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap materi diskusi pemecahan masalah yang diberikan oleh


(57)

guru. Diduga kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) lebih rendah dibandingkan dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW).

4. Ada Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif dengan Minat Belajar Siswa pada Kemampuan Berpikir Kritis

Jika pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), siswa yang memiliki minat belajar rendah dalam pelajaran IPS Terpadu kemampuan berpikir kritisnya lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi, dan jika model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW), siswa yang memiliki minat belajar tinggi kemampuan berpikir kritisnya lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar rendah, maka terjadi interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan minat belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Model Pembelajaran

TPS TTW

Minat Tinggi Minat Rendah

BK Rendah BK Tinggi

Minat Tinggi Minat Rendah

BK Tinggi BK Rendah


(58)

D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka pikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW).

2. Kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan yang pembelajaannya menggunakan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW).

3. Kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model koopratif tipe Think Talk Write (TTW).

4. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada kemampuan berpikir kritis.


(59)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono, 2013: 107). Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2013: 57). Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan panelitian lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, untuk mereduksi bila dipandang terlalu luas

(Sugiyono, 2013: 93).

Menurut Ary dalam Sukardi (2003: 180) penelitian eksperimen mempunyai tiga karakteristik penting.

1. Variabel bebas yang dimanipulasi.


(60)

3. Efek atau pengaruh manipulasi variabel terikat diamati secara langsung oleh peneliti (diobservasi).

Penelitian eksperimen yang sebenarnya harus dapat mengontrol semua sumber yang dapat mempengaruhi validitas. Prinsip ekuivalen antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol harus melalui prosedur random, sedangkan dalam penelitian pendidikan yang berlangsung di kelas sangat sulit melakukan hal ini karena, dalam penelitian ini akan dipilih dua subjek yang sudah ada kemudian memberikan perlakuan eksperimental. Berdasarkan hal tersebut, penelitian eksperimen ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari perlakuan atau tindakan terhadap suatu kelompok tertentu dibandingkan kelompok lain menggunakan perlakuan berbeda.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Global Madani Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah populasi dan karakteristik yang dimiliki oleh popuasi tersebut (Sugiyono, 2013: 118). Sedangkan sampel pada penelitian ini berjumlah 44 orang siswa, 22 orang siswa kelas VIII B dan 22 orang siswa kelas VIII C. Hasil tersebut berdasarkan

penggunaan teknik cluster random sampling diperoleh kelas VIII B dan VIII C sebagai sampel kemudian kedua kelas tersebut diundi untuk


(1)

H0 : Kemempuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model koopratif tipe Think Talk Write (TTW).

H1 : Kemempuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model koopratif tipe Think Talk Write (TTW).

Rumus Hipotesis 4

Ho : tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada kemampuan berpikir kritis.

Ha : ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada kemampuan berpikir kritis..

Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah. Jika nilai t hitung < t tabel maka terima H0 Jika nilai t hitung > t tabel maka tolak H0

Atau dapat pula menggunakan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut. Jika nilai Sig > (0,05) maka Terima H0


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write pada siswa kelas VIII SMP Global Madani Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya

menggunakann model kooperatif tipe Think Talk Write.

3. Kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif Tipe Think Pair Share lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakann model kooperatif tipe Think Talk Write.

4. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada kemampuan berpikir kritis.


(3)

Kritis Antara Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Global Madani Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015”, maka peneliti menyarankan:

1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TTW karena model ini dapat meningkatkan minat belajar kepada siswa. 2. Hendaknya untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran, sebaiknya para

guru dapat memilih model pembelajaran Think Talk Write (TTW). Hal ini dapat mendorong siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat membuat siswa lebih bersungguh-sungguh memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.

3. Sebaiknya jika siswa dalam kelas memiliki minat belajar rendah dalam pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) karena siswa yang belum mengerti bisa berdiskusi dengan teman sekelompoknya.

4. Sebaiknya jika siswa yang memiliki minat belajar tinggi dalam

pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) karena dapat menggali potensi yang ada pada peserta didik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, I Bansu. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press Group.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fatimah, Dewi. 2013. Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Think Pair and Share dan

Diskusi Kelompok Dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Abung Selatan. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung. Filsaime. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Fisher, Alec. 2009. Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hartina. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Makasar. Skripsi, FMIPA. Universitas Negeri Makasar.

http://www.academia.edu/6251239/model_pembelajaran_kooperatif_think_talk_ write.

http://www.strukturaljabar.co.cc/2011/10/word-square.html.

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ibrahim, Muslimin. 2000. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: MLC.


(5)

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Ling, Jonathan. 2012. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.

Noviyanti, Eka. 2012. Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dengan Memperhatikan Minat Belajar Pada Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press.

Paidi, Karsini. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Think Talk Write (TTW) Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Raharjo, Mulyo Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Rahmat, Abdul. 2009. Super Teacher. Bandung: MSQ Publishing.

Sadirman, A.M. 2004. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali.

Sani, Ridwan Abdulah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Septiana, Ike Dewi. 2012. Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika Dan

Kemampuan Berpikir Kritis Antara Model Pembelajaran PBI Dengan Inkuiri Terbimbing Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Siregar, Eveline. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Slavin, Robert. 2005. Coperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.


(6)

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sudjarwo, dkk. 2009. Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: CV. Maju Mundur Sugiyono, 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Susilo. 2005. Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share. Malang: UM Press. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tilaar. 2011. Pedagogik Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Yamin, Martinis. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press Group.


Dokumen yang terkait

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 95

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELA

0 7 98

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

0 5 93

STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN MODEL TTW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP GLOBAL MADANI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 80

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 5 89

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCAFFOLDING DAN LESSON STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS VII DI SMP NEGERI 8, BANDAR LAMPUNG DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA TAHUN AJARAN 2014/2015

0 5 93

STUDI PERBANDINGAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DAN TIPE BERTUKAR PASANGAN DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBERJAYA TAHUN AJARAN 20

0 4 81

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER(NHT) DAN TIPE THINK TALK WRITE(TTW) DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASANADVERSITAS SISWA KELAS VIII SMPN 1KASUI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 86

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN TAHUN AJARAN 2014/2015

1 8 95

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 METRO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 87