KAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG (Amorphophallus onchophyllus).

KAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG
(Amorphophallus onchophyllus)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

DIAN AYUNING RAKHMAWATI
NPM : 1025010040

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR
SURAB AYA
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG

(Amorphophallus onchophyllus)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi : Agroteknologi

Diajukan Oleh :

DIAN AYUNING RAKHMAWATI
NPM : 1025010040

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR
SURAB AYA
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Skripsi yang Berjudul :
KAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG
(Amorphophallus onchophyllus)
Disusun oleh :
Dian Ayuning Rakhmawati
NPM : 1025010040

Telah Ujian dan Diterima
Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada Tanggal 17 Januari 2014
Menyetujui,
Pembimbing :
1. Pembimbing Utama

Tim Penguji :
1.

DR. IR. RAMDAN HIDAYAT, MS.

2. Pembimbing Pendamping

DR. IR. RAMDAN HIDAYAT, MS
2.

IR. DJARWATININGSIH, MP

IR. DJARWATININGSIH, MP.
3.
DR. IR. NORA AUGUSTIEN, MP
4.
IR. AGUS SULISTYONO, MP.
Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian

DR. IR. RAMDAN HIDAYAT, MS

Ketua Program Studi


IR. MULYADI, MS

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Telah Direvisi
Tanggal : ........................... 2014

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

DR. IR. RAMDAN HIDAYAT, MS.

IR. DJARWATININGSIH, MP.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Skripsi yang Berjudul :

KAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG
(Amorphophallus onchophyllus)

Disusun oleh :
Dian Ayuning Rakhamawati
NPM : 1025010040

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Dr.Ir. Ramdan Hidayat, MS

Ir. Djarwatiningsih, MP

Mengetahui :
Ketua Program Studi Agroteknologi


Ir. Mulyadi, MS.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya penulisan skripsi ini telah dapat diselesaikan.

Skripsi yang berjudul “KAJIAN

KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG (Amorphophallus onchophyllus)” ini
ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pertanian Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat:
1.

Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS., selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Pembangunan Nasional UPN “Veteran” Jawa Timur.

2.

Ir. Djarwatiningsih, MP., selaku Dosen Pembimbing Pendamping.

3.

Ir. Mulyadi, MS., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi.

4.

Kedua orang tua yang telah memberikan do’a, ridha, dan segala dukungannya.

5.


Adikku tersayang, Bagus Andreawan atas semangat dan dukungannya.

6.

Arif Satrio, dan Silta Reslita Br Ginting yang selalu membantu dalam penyelesaian
penelitian ini.

7.

Teman-teman dari Perhiptani, Racana Panglima Sudirman-R.A. Kartini, Fakultas
Pertanian, dan semua teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan. Besar harapan penulis semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Januari 2014

Penulis
vi


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

xiii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................

1

B. Tujuan ................................................................................


2

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Tanaman Porang.....................................................

4

B. Cara Perkembangbiakan Tanaman Porang........................

5

1. Perkembangbiakan dengan Bulbil atau Katak ............

5

2. Perkembangbiakan dengan Biji/Buah .........................

6


3. Perkembangbiakan dengan Umbi ..............................

6

4. Perkembangbiakan secara Kultur Jaringan ................

6

C. Syarat Tumbuh Tanaman Porang ......................................

7

1. Keadaan Iklim ............................................................

7

2. Keadaan Tanah..........................................................

7

3. Kondisi Lingkungan ....................................................

7

D. Budidaya Tanaman Porang ................................................

8

1. Persiapan Lahan ........................................................

8

a. Pada Lahan Datar ...............................................

8

b. Pada Lahan Miring ..............................................

8

2. Penanaman ................................................................

8

3. Pemeliharaan Tanaman .............................................

8

a. Penyulaman ........................................................

9

b. Pengairan ............................................................

9

c. Penyiangan .........................................................

9

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

d. Pemupukan .........................................................

10

e. Pengendalian OPT .............................................

10

4. Panen ........................................................................

10

5. Hasil Tanaman Porang...............................................

11

E. Ritme Pertumbuhan Tanaman Porang ...............................

11

F. Bulbil sebagai Alat Perkembangbiakan Tanaman Porang ..

11

G. Peranan Zat Pengatur Tumbuh Sitokinin terhadap
Pertumbuhan Tanaman ...........................................

12

H. Hipotesis ............................................................................

14

III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat .............................................................

15

B. Bahan dan Alat ...................................................................

15

C. Metode Penelitian...............................................................

15

D. Pelaksanaan Penelitian ......................................................

17

1. Persiapan Media ........................................................

17

2. Pemilihan Bibit ...........................................................

17

3. Pemberian CPPU .......................................................

18

4. Penanaman Bulbil ......................................................

20

5. Pemeliharaan .............................................................

21

a. Penyiraman .........................................................

21

b. Pengendalian Gulma ...........................................

21

c. Pengendalian Hama dan Penyakit.......................

21

d. Pemupukan .........................................................

21

e. Pendangiran dan Pembumbunan ........................

22

f. Panen ..................................................................

22

E. Pengamatan .......................................................................

23

F. Analisa Ragam dan Uji Lanjutan ........................................

23

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................

24

A. Hasil
1. Saat Pecah Tunas (HST) ...........................................

24

2. Tinggi Tanaman (Cm) ................................................

25

3. Diameter Batang (mm) ...............................................

26

4. Lebar Kanopi (Cm) .....................................................

28

5. Jumlah Batang (Batang).............................................

29

6. Jumlah Bulbil Teminal dan Aksilar (Bulbil) ..................

31

7. Diameter Bulbil Terminal (mm) ...................................

32

B. Pembahasan
1. Perlakuan Kombinasi .................................................

33

2. Perlakuan Konsentrasi Sitokinin (CPPU) ....................

34

3. Perlakuan Sumber Bibit Bulbil ....................................

35

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................

38

B. Saran .................................................................................

38

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

39

LAMPIRAN ..............................................................................................

41

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG
(Amorphophallus onchophyllus) (DIAN AYUNING RAKHMAWATI, 1025010040)
Dibimbing oleh : Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS. Dan Ir. Djarwatiningsih, MP.
RINGKASAN
Porang

atau

iles-iles

(Amorphophallus

onchophyllus)

merupakan

tumbuhan semak yang memiliki tinggi 100 – 150 cm, batang tegak, lunak, batang
halus berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Tanaman
porang berguna untuk keperluan industri dan juga dapat dipergunakan sebagai
pengganti agar-agar, sebagai bahan pembuat negatif film, isolator dan seluloid
karena sifatnya yang mirip selulosa. Perkembangbiakan tanaman porang, selain
menggunakan umbi, juga dapat menggunakan bulbil. Bulbil pada tanaman
porang terbagi menjadi 2, yaitu bulbil terminal dan bulbil aksilar.
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Jawa Timur pada bulan Agustus 2013-Januari 2014. Penelitian ini
merupakan rancangan percobaan faktorial dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dan diulang sebanyak 4 kali. Faktor I yaitu konsentrasi
CPPU (K) yang terdiri dari 4 level : 0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 40ppm. Sedangkan
faktor II yaitu jenis sumber bulbil (S), yang terdiri dari 2 level : sumber bulbil
terminal dan aksilar.
Parameter pengamatan yaitu saat pecah tunas (HST), tinggi tanaman
(Cm), diameter batang (mm), lebar kanopi daun (Cm),jumlah batang (batang),
jumlah bulbil terminal dan aksilar (bulbil), dan diameter bulbil terminal (mm). Data
pengamatan yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan anova.
Apabila hasilnya menunjukkan perbedaan nyata, maka dilakukan uji BNT 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yang nyata antara
pengaruh

konsentrasi

sitokinin

(CPPU)

terhadap

pertumbuhan

dan

perkembangan dua sumber bibit bulbil tanaman porang. Namun, faktor tunggal
konsentrasi CPPU berpengaruh nyata terhadap saat pecah tunas, tinggi
tanaman, diameter batang, lebar kanopi, dan jumlah batang tanaman porang.
Perlakuan konsentrasi CPPU 40 ppm (K3) memberikan pertumbuhan dan
perkembangan terbaik dibandingkan dengan kontrol, perlakuan K1, dan K2.
Sumber bibit bulbil memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman,
diameter batang, lebar kanopi, jumlah batang, dan jumlah bulbil tanaman porang.
Sumber bibit bulbil terminal (S1) memberikan pertumbuhan dan perkembangan
yang lebih baik dibandingkan dengan bibit yang berasal dari bulbil aksilar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman porang atau iles-iles merupakan tumbuhan semak (herba) perdu
yang memiliki tinggi 100 – 150 cm, batang tegak, lunak, dan halus berwarna
hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal bercabang
menjadi tiga batang sekunder dan akan bercabang lagi sekaligus menjadi
tangkai daun. Pada setiap ketiak akan tumbuh bulbil/katak berwarna coklat
kehitam-hitaman. Sifat khas tanaman yang menghasilkan umbi ini, yaitu memiliki
toleransi tinggi terhadap lingkungan yang ternaungi.
Tanaman porang digunakan untuk keperluan industri, antara lain :
mengkilapkan kain, perekat kertas, cat kain katun, wool dan bahan imitasi yang
memiliki sifat lebih baik dari amilum serta harganya yang lebih murah. Selain itu,
bahan ini juga dapat dipergunakan sebagai pengganti agar-agar, sebagai bahan
pembuat negatif film, isolator dan seluloid karena sifatnya yang mirip selulosa.
Beberapa tahun terakhir, kebutuhan porang sangat besar. Besarnya
kebutuhan ini tidak diimbangi dengan kegiatan budidaya yang intensif. Upaya
untuk melakukan budidaya porang yang intensif tentu harus ditunjang dengan
dengan

ketersediaan

bibit.

Selain

dapat

dikembangbiakkan

dengan

menggunakan umbi batang dan biji, tanaman porang juga dapat diperbanyak
dengan menggunakan umbi generatif yang tumbuh pada pangkal daun dan
ketiak daun (bulbil).
Bulbil pada tanaman porang terdiri dari dua macam, yaitu bulbil terminal
yang tumbuh dari ujung batang atau pangkal percabangan daun dan bulbil
aksilar yang tumbuh di ketiak cabang daun. Secara umum, bulbil berwarna coklat
gelap keabuan dengan tonjolan-tonjolan mata tunas dalam jumlah banyak. Mata
tunas tersebut akan tumbuh menjadi tanaman.

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Pertumbuhan tanaman porang tergantung pada musim. Periode tumbuh
tanaman ini hanya 4 bulan per tahun. Pada awal musim hujan tanaman ini mulai
tumbuh dan menjelang akhir musim hujan mengalami dorman. Dengan demikian,
bulbil yang dipanen sejatinya adalah bibit yang tidak bisa langsung ditanam
karena bulbil tersebut berada dalam keadaan dormansi. Salah satu upaya yang
diharapkan mampu untuk memecah dan mempercepat masa dormansinya
tersebut yaitu dengan pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin (CPPU).
CPPU (1-(2-chloro-4-pyridil)-3-phenylurea) merupakan sitokinin sintetis
yang efektif memacu pertumbuhan. Sitokinin adalah zat pengatur tumbuh yang
berfungsi dalam mendorong pembentukan sel, merangsang inisiasi dan
pertumbuhan tunas. Selain itu, sitokinin juga berfungsi dalam pembentukan
organ dan menunda penuaan daun pada berbagai jenis tanaman. CPPU dapat
juga berperan sebagai zat pemecah dormansi yang berfungsi memperpendek
periode

dormansi

dengan

meningkatkan

aktifitas

meristem

sub-apikal.

Berdasarkan hasil penelitian Pranyoto (2013), penggunaan CPPU dengan
konsentrasi 10 ppm pada tanaman porang yang dibudidayakan dengan
menggunakan bibit umbi mampu memperpanjang masa aktif tumbuhnya sampai
24 hari.
B. Tujuan
Tujuan dari adanya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui interaksi antara konsentrasi sitokinin (CPPU) dengan beberapa
sumber

bulbil

yang

terbaik

untuk

mendukung

pertumbuhan

dan

perkembangan tanaman porang.
2. Mengetahui kosentrasi sitokinin (CPPU) yang efektif dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman porang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

3. Mengetahui jenis sumber bulbil yang terbaik dalam budidaya tanaman porang
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman porang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Tanaman Porang
Porang merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi dan
prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Selain mudah didapatkan, juga
mampu menghasilkan karbohidrat yang cukup tinggi berupa glukomanan
(Sumarwoto, 2004). Porang

merupakan tumbuhan asli daerah tropis yang

memiliki tinggi 100-250 cm (Prihatyanto, 2007).
Klasifikasi tanaman porang (Anonim, 2013 dalam Pranyoto, 2013) sebagai
berikut :
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas

: Arecidae

Ordo

: Arales

Famili

: Araceae (suku talas-talasan)

Genus

: Amorphophallus

Spesies

: Amorphophallus oncophyllus Prain

Porang termasuk tumbuhan semak yang memiliki tinggi 100 – 150 cm
tanaman ini memiliki ciri-ciri batang tegak, lunak, batang halus berwarna hijau
atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi
tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun,
memiliki umbi di dalam tanah. Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil/
katak berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman

4
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Porang. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan
kesuburan tanah (Anonim, 2012).
Menurut Sumarwoto (2004), tanaman porang memiliki warna daun yang
bervariasi, hijau muda sampai hijau tua. Permukaan daun halus dan licin. Bentuk
helaian daun tanaman porang yaitu elips dengan ujung daun runcing.
Bunga tanaman porang akan tumbuh dari umbi yang sudah dewasa
(setelah berumur lebih dari 3 tahun). Bunga berwarna merah muda tau pink,
berbentuk terompet. Setiap umbi hanya akan menghasilkan satu bunga yang
ditopang oleh tangkai bunga yang tumbuh

vertikal seperti batang kecil yang

tinggi berkisar 20 – 30 cm (Hidayat, Dewanti, Hartojo, 2012).
Tanaman porang memiliki umbi batang yang luarnya berwarna kuning
kecoklatan - krem, sedangkan bagian dalamnya berwarna kuning-kuning
kecoklatan. Umbi tanaman porang berbentuk bulat agak lonjong, berserabut
akar, dengan permukaan umbi batang yang halus-kasar. Umbi bibit tumbuh pada
helaian daun. Kadar glukoman pada umbi tanaman porang dalam satu periode
tumbuh mencapai 35-39 % (Sumarwoto 2005).
B. Cara Perkembangbiakan Tanaman Porang
Dwiyono (2009) menjelaskan bahwa perkembangbiakan tanaman porang
dapat dilakukan dengan cara generatif dengan biji maupun vegetatif dengan
umbi dan bulbil. Secara umum perkembangbiakan tanaman Porang dapat
dilakukan melalui berbagai cara yaitu antara lain:
1.

Perkembangbiakan dengan Bulbil atau Katak
Bulbil porang memiliki jumlah, bentuk, bobot, dan variasi ukuran yang

bermacam-macam. Dalam satu tanaman dapat dihasilkan antara 1-20 bulbil,
tergantung masa periode tumbuhnya. Tanaman yang masih mengalami satu kali
periode tumbuh, umumnya hanya menghasilkan satu bulbil, yang sudah dua

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

periode tumbuh dapat menghasilkan 4-7 bulbil, dan yang tiga-empat periode
tumbuh dapat menghasilkan bulbil lebih banyak lagi (10-20 bulbil). Bentuk, bobot,
dan ukuran bulbil beragam tergantung letaknya pada percabangan tulang daun
dan umur tanaman yang menghasilkan (Sumarwoto, 2005).
2.

Perkembangbiakan dengan Biji atau Buah
Pranyoto (2013) menjelaskan bahwa perkembangbiakan tanaman porang

menggunakan biji, dilakukan dengan cara menyemaikan biji terlebih dahulu pada
media pasir. Setelah berkecambah dan menjadi bibit setinggi 10 cm, bibit
dipindah ke polybag yang media tanamnya adalah tanah taman dicampur
kompos dengan perbandingan 3:1.
3.

Perkembangbiakan dengan Umbi
Pemilihan umbi porang untuk dijadikan sebagai bibit dilakukan dengan cara

memilih umbi yang berukuran kecil-kecil. Apabila bibit dari umbi kecil tidak
mencukupi, maka bibit dapat diupayakan dengan umbi besar yang sudah
dipotong kecil-kecil. Karakter umbi porang yang baik untuk dijadikan bibit antara
lain bentuk umbi normal (bulat), kulit umbinya berwarna coklat keabu-abuan dan
tidak ada bekas luka, di bagian cekungan sudah memperlihatkan calon mata
tunas yang timbul di tengah-tengah cekungan berwarna kemerah-merahan
(Hidayat, Dewanti, Hartojo, 2012).
4.

Perkembangbiakan secara Kultur Jaringan
Teknik kultur jaringan merupakan suatu alternatif upaya penyediaan bibit

tanaman yang perlu dipertimbangkan. Teknologi ini memberikan beberapa
keuntungan antara lain dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, seragam,
bebas patogen, dan relatif cepat. Tanaman porang yang unggul dapat dihasilkan
dari kultur jaringan dengan menggunakan media MS yang ditambah hormon BAP

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

1,5 mg/l untuk meningkatkan jumlah tunas, tinggi kuncup daun dan jumlah anak
daun serta hormon IBA 1,0 mg/l untuk merangsang pengkalusan dan jumlah akar
(Suheriyanto, Romaidi, dan Resmisari, 2012).
C. Syarat Tumbuh Tanaman Porang
Menurut Sumarwoto (2004), tanaman porang pada umumnya dapat
tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya
tanaman Porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang
merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman porang, terutama yang menyangkut
iklim dan keadaan tanahnya.
1. Keadaan Iklim
Tanaman porang mempunyai sifat khusus yaitu toleransi yang sangat
tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman
porang membutuhkan cahaya maksimum sampai 40%. Tanaman porang dapat
tumbuh pada ketinggian 0 - 1000 m dpl. Namun wilayah yang paling bagus
berada pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 - 600 m dpl (Hidayat,
Dewanti dan Hartojo, 2012).
2. Keadaan Tanah
Tanaman Porang menghendaki tanah dengan struktur gembur/subur serta
tidak becek (tergenang air) agar menghasilkan umbi yang baik. Derajat
keasaman tanah yang ideal adalah antara pH 6 - 7 dan pada kondisi jenis tanah
apa saja (Sumarwoto, 2004).
3. Kondisi Lingkungan
Wijayanto dan Pratiwi (2011), mengatakan bahwa pertumbuhan porang
lebih baik pada tegakan sengon bernaungan 30% daripada tegakan sengon
bernaungan 80%.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

D.

Budidaya Tanaman Porang
Budidaya tanaman porang memiliki langkah sebagai berikut :

1. Persiapan Lahan
a. Pada Lahan Datar
Lahan dibersihkan dari semak-semak liar/gulma lalu dibuat guludan
selebar 50 cm dengan tinggi 25 cm dan panjang di sesuaikan dengan lahan.
Jarak antara guludan adalah 50 cm (Anonim, 2012).
b. Pada Lahan Miring
Lahan dibersihkan tidak perlu diolah. Lalu dibuat lubang tempat ruang
tumbuh bibit tanaman porang yang dilaksanakan pada saat penanaman.
Persiapan bibit Porang dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif
(biji,tetas/bupil). Untuk bibit yang baik dipilih dari umbi dan bulbil yang sehat
(Anonim, 2012).
2. Penanaman
Waktu penanaman porang biasanya disesuaikan dengan keadaan
musimnya, yaitu saat akhir musim kemarau (bulan September-Oktober) dan akan
mulai tumbuh pada saat awal musim hujan tiba. Penanaman bibit porang diawali
dengan membuat congklakan atau lubang tanam. Kemudian setiap lubang
dimasukkan satu bibit dengan posisi bagian bibit yang terdapat calon tunas
berada di sebelah atas. Selanjutnya ditutup dengan tanah tipis-tipis (Hidayat,
Dewanti dan Hartojo, 2012).
3. Pemeliharaan Tanaman
Tanaman porang mudah tumbuh dan tidak memerlukan pemeliharaan
secara khusus. Pertumbuhan dan hasil tanaman porang yang maksimal dapat
diperoleh melalui perawatan yang intensif, diantaranya dengan cara:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

a. Penyulaman
Penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman mati dengan tanaman
baru. Tanaman mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman
baru. Penyulaman tanaman biasanya dilakukan setelah tanaman tersebut
ditanam sehingga jika terjadi tanaman mati akan mudah diketahui (Anonim,
2012).
b. Pengairan
Menurut Hidayat, Dewanti dan Hartojo (2012), tanaman porang biasanya
ditanam pada awal musim hujan, sehingga pengairan tidak diperlukan, tetapi
apabila setelah tanam untuk beberapa hari sampai satu minggu tidak hujan,
maka sebaiknya (bila memungkinkan) bibit porang yang sudah ditanam tersebut
segera dialiri dengan cara mengenagi lahan untuk beberapa saat. Pengenangan
dilakukan dengan cara mengaliri air melalui saluran (parit) yang ada ditepi dan
ditengah lahan. Selain untuk pengenangan fungsi lain dari parit tersebut juga
untuk pengaturan drainase pada saat musim hujan, agar air hujan tidak
menggenang cukup lama dilahan porang sebab tanaman porang tidak suka
dengan genangan air yang relatif lama yang dapat menyebabkan tanaman
porang roboh atau mati.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang berupa rumputrumput liar yang dapat menjadi pesaing tanaman porang dalam hal kebutuhan
air, unsur hara dan faktor lainnya. Penyiangan pertama sebaiknya dilakukan
sebulan setelah umbi porang ditanam. Sedangkan penyiangan berikutnya dapat
dilakukan kapan saja jika gulma muncul. Setelah dilakukan penyiangan,
selanjutnya gulma yang terkumpul ditimbun dalam sebuah lubang agar
membusuk dan menjadi kompos (Anonim, 2012).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

d. Pemupukan
Saat pertama kali bibit ditanam, dilakukan pemupukan dasar dengan
menggunakan pupuk kompos, selanjutnya untuk pemupukan susulan dilakukan
setahun sekali yaitu pada awal musim hujan. Jenis dan dosis pupuk Urea 200
kg/ha, SP 36 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Pemberian pupuk dilakukan dengan
cara ditugal di sekitar batang porang (Hidayat, Dewanti dan Hartojo 2012).
e. Pengendalian OPT
Pengendalian

hama

dilakukan

jika

tanaman

porang

tersebut

menunjukkan gejala terserang hama. Hama yang menyerang yaitu ulat daun
kepala besar (Papilio molytes, L), ulat kantong (Mahasena orbetti, L), dan
belalang (Locus, sp) dikendalikan secara manual disertai dengan penyemprotan
insektisida. Insektisida yang digunakan yaitu Decis dengan dosis 1 ml/1 liter air
(Sumarwoto, 2011).
4.

Panen
Tanaman porang setelah ditanam selama tiga tahun baru dapat dipanen

untuk pertama kalinya. Setelah itu dapat dipanen tanpa harus menanam kembali
umbinya. Waktu panen biasanya dilakukan pada bulan April sampai Juli pada
saat tanaman mengalami masa dormasi. Ciri-ciri umbi sudah saatnya dipanen
adalah sebagian besar atau seluruh bagian tanaman diatas tanah sudah
mengering dan tersisa batang kering dan lubang kecil yang menjadi petunjuk
keberadaan umbi porang tersebut. Umbi yang dipanen adalah umbi yang sudah
besar, beratnya mencapai lebih dari 1 kg/umbi. Sedangkan umbi yang masih
kecil ditinggalkan untuk dipanen pada daur berikutnya. Rata-rata produksi umbi
porang sekitar 10 ton per hektar (Anonim, 2012).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

5.

Hasil Tanaman Porang
Hidayat,

Dewanti

dan

Hartojo

(2012)

menjelaskan,

penanganan

pascapanen yang perlu sesegera mungkin dilakukan adalah pembersihan dan
pengeringan. Umbi porang dibersihkan dari kotoran yang masih menempel pada
umbinya secara manual dengan tangan. Setelah bersih, maka umbi dianginanginkan. Kemudian dilakukan pengirisan dengan ketebalan 5-8 mm. Proses
selanjutnya yaitu pengeringan. Pengeringan ini dapat dilakukan secara alami di
bawah sinar matahari, atau dalam pengeringan buatan (oven).
E. Ritme Pertumbuhan Tanaman Porang
Pertumbuhan porang dimulai dengan adanya pertumbuhan akar yang
sangat banyak dan bagian atas tanaman memperlihatkan pertumbuhan tunas
pada bulan November. Bulan Desember, tanaman porang mengalamai
pertumbuhan yang cepat (exponential) dengan membentuk batang dan daun,
serta terjadi inisiasi terbentuknya bulbil atau katak. Bulan Januari, tanaman
porang memiliki ukuran daun dan diameter batang maksimum, serta peningkatan
ukuran bulbil. Laju pertumbuhan batang dan bulbil tanaman porang terjadi
peningkatan secara maksimal pada bulan Februari. Selanjutnya memasuki bulan
Maret sebagian tanaman porang sudah mulai roboh dan memasuki masa
dormansi. Bulan April batang tanaman porang roboh, batang dan daun
mengering akan tetapi masih melekat pada mata tunas dibagian umbi. Panen
umbi porang dan bulbil dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus
(Hidayat, Dewanti dan Hartojo, 2012).
F. Bulbil sebagai Alat Perkembangbiakan Tanaman Porang
Saat tumbuh aktif sekitar 2 bulan dan daun-daun sudah tumbuh pada
stadia lanjut, tanaman porang mulai mengeluarkan bulbil atau katak, yaitu umbi
generatif yang tumbuh pada pangkal daun dan ketiak daun. Besarnya bulbil

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

mulai seujung pensil sampai sekepalan tangan anak kecil. Bulbil terminal tumbuh
dari ujung batang atau pangkal percabangan daun dan bulbil aksilar yang
tumbuh di ketiak cabang daun. Bulbil terminal berukuran lebih besar dan
berbentuk bulat (jumlahnya hanya satu buah) dengan berat >25 gram.
Sedangkan bulbil aksilar berukuran lebih kecil dan berbentuk lonjong, beratnya <
10 gram. Jumlah bulbil tergantung ruas percabangan daun, biasanya berkisar
antara 4-15 buah bulbil per tanaman (Hidayat, Dewanti, Hartojo, 2012).
Hasil penelitian Sumarwoto dan Maryana (2011) menunjukkan ukuran
bulbil berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Bulbil yang
ukurannya semakin besar memberikan pertumbuhan relatif lebih baik daripada
bulbil yang berukuran kecil seperti yang disajikan dalam Tabel 1 :
Tabel 1. Pengaruh Berbagai Ukuran Bulbil dan Jenis Media Tanam terhadap
Tinggi Tanaman (Panjang Batang Semu) tanaman Iles-iles pada 12
mst (cm) (Sumarwoto dan Maryana, 2011)
Tinggi Tanaman 12 MST (Cm)
M1
M2
M3
Rerata
(seresah) (Pukan Sapi) (Pukan Ayam)
Ukuran U1 (Kecil)
35,24
40,76
44,16
40,05 p
Bulbil U2 (Sedang)
34,91
43,40
49,29
42,53 pq
U3 (Besar)
39,65
46,15
49,06
44,95 q
Rerata
36,60 a
43,44 b
47,50 c
(-)
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom dan jenis perlakuan
yang sama tidak berbeda nyata menurut uji wilayah berganda
Duncan (DMRT) pada α = 0,05
Perlakuan

G. Peranan Zat
Tanaman

Pengatur

Tumbuh

Sitokinin

terhadap

Pertumbuhan

Zat pengatur pertumbuhan adalah senyawa organik yang dalam jumlah
sedikit mendorong, menghambat atau mengatur proses fisiologis di dalam
tanaman.

Penggunaan

zat

pengatur

pertumbuhan

dimaksudkan

untuk

mempercepat pertumbuhan sekaligus pertumbuhan yang optimum. Tanggapan
terhadap zat pengatur pertumbuhan sangat bervariasi tergantung tingkat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

pertumbuhan yang telah dicapai tanaman dan konsentrasi yang diberikan
(Kusumo, 1984 dalam Arnita, 2008).
1-(2-chloro-4-pyridil)-3-phenylurea (CPPU) merupakan zat pengatur
tumbuh sitokinin. Sitokinin merupakan hormon tanaman yang mendorong
pembelahan sel, perkecambahan, menunda penuaan, memainkan peranan
penting

dalam

pengaturan

berbagai

proses

biologis

seperti

aktivitas

pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme. Cara kerja hormon Sitokinin
yaitu dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur
sel tanaman. Sitokinin juga dapat menunda penuaan daun, bunga, dan buah
dengan cara mengontrol dengan baik proses kemunduran yang menyebabkan
kematian sel-sel tanaman (Junaidi, 2010).
Hasil penelitian Pranyoto (2013) menunjukkan konsentrasi zat pengatur
tumbuh CPPU berpengaruh nyata terhadap bobot umbi, peningkatan bobot umbi
panen dan saat pecah tunas tanaman porang (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Sumber Bibit (B) dan Konsentrasi CPPU (K)
terhadap Bobot Umbi, Penambahan Bobot Umbi dan Saat Pecah
Tunas Tanaman Porang (Pranyoto, 2013)
Perlakuan
Konsentrasi CPPU (K)
- Kontrol (K0)
- 5 ppm (K1)
- 10 ppm (K2)
- 15 ppm (K3)
BNT 5%
Sumber Bibit (B)
- Umbi (B1)
- Bulbil (B2)
- Biji (B3)
BNT 5%

Umbi Awal
(gram)

Bobot Umbi (gram)
Bobot Umbi
Penambahan
Panen (gram) Bobot Umbi (gram)

Saat Pecah
Tunas (HST)

29,12
29,24
29,26
29,26
tn

42,11a
58,41b
56,53b
62,59b
13,76

12,99a
29,17b
27,27b
33,34b
14,01

20,76a
36,96b
44,31b
39,32b
14,47

80,75
6,20
0,71
tn

108,52c
38,49b
17,73a
15,89

27,77
32,28
17,03
tn

26,20a
33,73ab
46,08b
16,71

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf sama pada perlakuan yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Tanaman porang dengan perlakuan konsentrasi CPPU 10 ppm (K2)
menunjukkan periode tumbuh aktif tanaman porang terlama yaitu 44,31 hari.
Pemanjangan periode tumbuh aktif tanaman porang oleh pengaruh perlakuan
CPPU 10 ppm (K2) adalah 24 hari, sedangkan pemanjangan periode tumbuh
aktif tanaman porang pada perlakuan konsentrasi 5 ppm (K1) dan 15 ppm (K3)
masing- masing 16 dan 19 hari. Pada pertumbuhan tanaman hal yang paling
menguntungkan untuk hasil hasil produksi tanaman porang yaitu penundaan
penuaan tanaman sehingga tanaman tersebut mampu berproduksi dengan
maksimal.
H. Hipotesis
1. Diduga terdapat interaksi yang nyata antara konsentrasi CPPU dengan
sumber bulbil sebagai bibit terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman porang.
2. Diduga konsentrasi CPPU berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman porang.
3. Diduga sumber bibit bulbil berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman porang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013-Januari 2014.
Tempat penelitian di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa
Timur, pada ketinggian tempat 5 meter dpl dan ternaungi oleh tanaman
mengkudu.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan pada penelitian ini antara lain : tanah, pupuk
kompos, pupuk NPK majemuk, sekam, bulbil terminal dan aksilar, CPPU, dan air.
Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain : polybag, sekop, cetok,
timbangan, gelas ukur, beaker glass, sprayer, spet (alat suntik), gembor, selang,
penggaris, kamera, dan alat tulis.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan diulang sebanyak 4 kali. Faktor I adalah
konsentrasi CPPU yang terdiri dari 4 level dan faktor II adalah perlakuan sumber
bulbil yang terdiri dari 2 level.
Faktor I : Konsentrasi CPPU (K)
K0 : CPPU 0 ppm (kontrol)
K1 : CPPU 10 ppm
K2 : CPPU 20 ppm
K3 : CPPU 40 ppm
Faktor II : Sumber bulbil (S)
S1 : Sumber bulbil terminal
S2 : Sumber bulbil aksilar

15
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Dari kedua faktor diperoleh 8 perlakuan kombinasi sebagai berikut :
K0S1: Perlakuan pemberian CPPU 0 ppm dengan sumber bulbil terminal
K0S2 : Perlakuan pemberian CPPU 0 ppm dengan sumber bulbil aksilar
K1S1 : Perlakuan pemberian CPPU 10 ppm dengan sumber bulbil terminal
K1S2 : Perlakuan pemberian CPPU 10 ppm dengan sumber bulbil aksilar
K2S1 : Perlakuan pemberian CPPU 20 ppm dengan sumber bulbil terminal
K2S2 : Perlakuan pemberian CPPU 20 ppm dengan sumber bulbil aksilar
K3S1 : Perlakuan pemberian CPPU 40 ppm dengan sumber bulbil terminal
K3S2 : Perlakuan pemberian CPPU 40 ppm dengan sumber bulbil aksilar
Masing-masing perlakuan kombinasi tersebut diulang sebanyak empat
kali. Sehingga didapatkan 32 satuan percobaan, setiap satuan percobaan
terdapat 4 tanaman. Dengan demikian, polybag yang harus disiapkan sebanyak
128 polybag. Penempatan polybag tersebut dilakukan secara acak. Hasil
pengacakan tersaji pada denah Gambar 1 :
U

K1S1 I

K0S1 II

K1S1 III

K2S1 IV

K1S2 III

K0S2 III

K3S1 IV

K1S2 II

K0S1 I

K3S2 I

K0S1 IV

K2S2 III

K2S1 I

K2S2 IV

K1S2 IV

K3S1 II

K0S2 II

K1S1 II

K2S1 II

K2S1 III

K0S2 I

K0S1 III

K1S1 IV

K3S1 III

K1S2 I

K2S2 II

K3S1 I

K3S2 II

K2S2 I

K0S2 IV

K3S2 III

K3S2 IV

Gambar 1. Denah Penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Media
Media tanam yang digunakan pada penelitian ini merupakan campuran dari
tanah, sekam, dan pupuk kompos. Ketiga bahan tersebut dicampur secara
merata

dengan

perbandingan

1:1:1.

Perbandingan

media

didapatkan

berdasarkan perbandingan volumenya. Media yang telah dibuat tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam polybag berukuran 30x35 cm sampai 4/5 bagian
penuh. Selanjutnya, media disiram dengan air sampai jenuh.
2. Pemilihan Bibit
Bibit yang digunakan berupa bulbil, yang dibedakan menjadi bulbil terminal
dan bulbil aksilar. Bulbil terminal merupakan bulbil yang tumbuh pada pangkal
percabangan daun berukuran lebih besar dan berbentuk bulat. Sedangkan bulbil
aksilar merupakan bulbil yang tumbuh di ketiak cabang daun, berukuran lebih
kecil dan berbentuk lonjong. Perbedaan dari kedua bulbil tersebut terlihat pada
gambar 2.

Gambar 2. Bentuk Bulbil Aksilar (kiri) dan Bulbil Terminal (kanan)
Bulbil yang dipilih merupakan bulbil yang berukuran relatif seragam dan
telah memperlihatkan pertumbuhan tunas. Masing-masing bulbil kemudian
ditimbang. Hasil penimbangan menunjukkan bulbil terminal berukuran rata-rata
31,62 gram, sedangkan bulbil aksilar berukuran rata-rata 7,78 gram.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

3. Pemberian CPPU
Bulbil yang sudah dipilih kemudian diberi CPPU sesuai perlakuan masingmasing konsentrasi dengan cara menyemprotkan larutan CPPU yang telah
dibuatkan larutan stoknya dengan menggunakan sprayer secara merata pada
bulbil yang akan ditanam.
Pemberian kedua dilakukan pada 1 minggu setelah tanam dengan cara
menyemprotkan 5 ml CPPU sesuai perlakuan pada tunas yang telah tumbuh
dengan menggunakan spet (alat suntik). Apabila tunas belum tumbuh maka
aplikasi dilakukan dengan menyemprotkannya pada bagian permukaan bulbil.
Pemberian selanjutnya yaitu pada saat tanaman porang yang berumur 3 bulan,
hal ini disebabkan karena pada usia 3 bulan tanaman porang memiliki tinggi
yang relatif seragam sehingga jika dilakukan perlakuan sudah memenuhi kriteria
keseragaman tinggi tanaman. Pemberian ketiga dilakukan dengan cara
menyeprotkan 50 ml CPPU ke bagian permukaan daun tanaman porang.
Menurut Husniya (2012), pembuatan larutan stok CPPU 1000 ppm
sebanyak 1 liter dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
-

Pembuatan larutan stok 1000ppm :
1000 ppm =
=
=

Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh CPPU dapat dilakukan dengan
perhitungan rumus sebagai berikut :
M1 x V1 = M2 x V2

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Keterangan :
V1 = Volume larutan standart yang diencerkan
V2 = Volume larutan pengenceran
M1 = Konsentrasi larutan yang diencerkan
M2 = konsentrasi larutan pengenceran
-

Pembuatan larutan CPPU 0 ppm dari larutan stok 1000 ppm sebanyak 1000
ml :
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 0 x 1000
V1 =

0
1000

V1 = 0 ml
Membuat larutan CPPU 0 ppm dilakukan dengan tanpa memberi CPPU
pada 1000 ml aquadest.
-

Pembuatan larutan CPPU 10 ppm dari larutan stok 1000 ppm sebanyak
1000 ml :
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 10 x 1000
V1 = 10000
1000
V1 = 10 ml
Membuat larutan CPPU 10 ppm dilakukan dengan melarutkan 10 ml

larutan stok CPPU kedalam aquadest hingga volumenya mencapai 1000 ml.
-

Pembuatan larutan CPPU 20 ppm dari larutan stok 1000 ppm sebanyak
1000 ml :
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 20 x 1000

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

V1 = 20000
1000
V1 = 20 ml
Membuat larutan CPPU 20 ppm dilakukan dengan melarutkan 20 ml
larutan stok CPPU kedalam aquadest hingga volumenya mencapai 1000 ml.
-

Pembuatan larutan CPPU 40 ppm dari larutan stok 1000 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 40 x 1000
V1 = 40000
1000
V1 = 40 ml
Membuat larutan CPPU 40 ppm dilakukan dengan melarutkan 40 ml

larutan stok CPPU kedalam aquadest hingga volumenya mencapai 1000 ml.
4. Penanaman Bulbil
Penanaman bibit bulbil dilakukan dengan cara membuat lubang tanam
terlebih dahulu pada media yang telah disiapkan. Lubang yang dibuat
diupayakan tidak terlalu dalam, sehingga posisi kulit permukaan bulbil rata
dengan permukaan tanah. Jumlah bulbil yang ditanam sebanyak satu bibit tiap
polybag dengan posisi bagian bulbil yang tumbuh tunas berada di sebelah atas.
Setelah itu, bulbil yang sudah tertanam ditutupi tanah tipis-tipis 1 cm agar tunas
yang tumbuh tidak kesulitan menembus permukaan tanah dan tumbuhnya
normal. Selanjutnya, media disiram sampai dengan jenuh air.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

5. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin sebanyak 2x tiap hari, terutama pada
fase awal pertumbuhan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor
secara pelan-pelan dan merata sampai jenuh air.
b. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan jika pada polybag terdapat tanaman
pengganggu dengan cara mencabutnya.
c. Pengendalian Hama Dan Penyakit
Pengendalian ini dilakukan jika tanaman memperlihatkan gejala terserang
organisme pengganggu tanaman (OPT).

Hama yang menyerang tanaman

porang yaitu ulat daun kepala besar (Papilio molytes, L). Pengendalian dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan pestisida. Apabila OPT yang
menyerang dalam jumlah sedikit, maka pengendalian dapat dilakukan secara
manual dengan mengambil dan membuang OPT yang menyerang. Apabila OPT
yang menyerang dalam jumlah besar maka digunakan insektisida. Insektisida
yang digunakan untuk pemberantasan hama tersebut yaitu Decis dengan dosis
1ml/1 liter air.
d. Pemupukan
Pada saat bibit ditanam, dilakukan pemupukan dasar berupa pupuk
kompos. Selanjutnya, pupuk yang diberikan berupa pupuk NPK majemuk.
Pemberian pupuk selanjutnya dilakukan hanya satu kali, yaitu pada awal musim
hujan dengan dosis 10 gram tiap tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan
cara ditanam di sekitar pangkal batang porang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

e. Pendangiran dan Pembumbunan
Pendangiran bertujuan untuk menggemburkan tanah disekitar tanaman.
Sedangkan pembumbunan dilakukan jika media tanam didalam polybag sudah
mulai memadat atau berkurang yaitu berkurang dari 4/5 bagian polybag.
Pembumbunan ditujukan untuk menutup bagian akar yang terlihat di permukaan
tanah. Pembumbunan dilakukan di sekitar pangkal tanaman dengan cara
menggemburkan tanah sekitar lubang tanam menggunakan cetok kemudian
menimbunnya di bagian pangkal setiap 2 minggu. Pengerjaannya harus secara
hati-hati dan menghindari jangan sampai bibit terkena cetok dan terjadi luka yang
dapat berakibat adanya pembusukan pada bibit sehingga mengganggu
pertumbuhannya.
E. Pengamatan
Parameter pengamatan yang diamati dalam penelitian ini antara lain :
1. Saat Pecah Tunas (Hst)
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung waktu (hari) mulai dari
saat pemberian

CPPU

pertama

kali

sampai dengan

bibit

porang

memperlihatkan stadia pecah tunas..
2.

Tinggi Tanaman (Cm)
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai pangkal percabangan
menggunakan penggaris.

3.

Lebar Kanopi Daun (Cm)
Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengukur kanopi daun yang paling
lebar menggunakan penggaris

4.

Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong pada
ketinggian 10 cm dari pangkal batang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

5.

Jumlah Batang (batang)
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah batang yang tumbuh
dari bulbil yang sama pada setiap polybag.

6.

Jumlah Bulbil Aksilar dan Terminal (bulbil)
Jumlah bulbil didapatkan dengan cara menghitung jumlah bulbil yang
tumbuh pada setiap tanaman, baik bulbil aksilar maupun bulbil terminal.
Pengamatan dilakukan satu minggu sekali.

7.

Diameter Bulbil Terminal (mm)
Pengamatan diameter bulbil terminal dilakukan dengan menggunakan
jangka sorong.

F. Analisis Ragam dan Uji Lanjutan
Analisis ragam yang digunakan pada penelitian ini yaitu anova. Apabila
hasil pengamatan menunjukkan suatu perbedaan yang nyata maka akan
dilanjutkan dengan uji BNT 5 %.
Yijk =

µ + αi + βj + α (β)i j + εijk

Dimana:
Yijk

= Hasil/nilai pengamatan untuk faktor A level ke-i, faktor B level ke-j dan
pada ulangan ke-k

µ

= Nilai tengah umum

αi

= Pengaruh faktor A pada level ke-i

βj

= Pengaruh faktor B pada level ke-j

α (β) ij = Pengaruh interaksi AB pada level A ke-i, level B ke-j
εijk

= Galat percobaan untuk level ke-i (A), level ke-j (B) dan interaksi AB
yang ke-i dan ke-j pada ulangan ke-k. (Yitnosumarto, 1989)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Saat Pecah Tunas (HST)
Hasil sidik ragam pengaruh konsentrasi sitokinin (CPPU) terhadap saat
pecah tunas pada dua sumber bibit bulbil tanaman porang diketahui bahwa tidak
terdapat interaksi yang nyata. Namun, faktor tunggal konsentrasi sitokinin (CPPU)
berpengaruh sangat nyata terhadap saat pecah tunas bibit tanaman porang (Tabel
lampiran 1).
Rata-rata saat pecah tunas tanaman porang karena perlakuan konsentrasi
CPPU dan sumber bibit bulbil disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Saat Pecah Tunas (HST) karena Perlakuan Konsentrasi
Sitokinin (CPPU) dan Sumber Bibit Bulbil Tanaman Porang
Perlakuan

Saat Pecah Tunas (HST)

Konsentrasi CPPU
0 ppm (K0 = kont rol)

41,38 c

10 ppm (K1)

38,50 c

20 ppm (K2)

32,13 b

40 ppm (K3)
BNT 5 %

24,63 a

3,50

Sumber bibit bulbil
Bulbil Terminal (S1)

34,88

Bulbil Aksilar (S2)

33,44

tn

BNT 5 %

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf sama pada perlakuan yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
HST = Hari Setelah Tanam
Tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi CPPU 40 ppm (K3) menghasilkan
saat pecah tunas tercepat (24,63 HST) dan berbeda nyata dengan K2, K1, dan

24
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

kontrol. Percepatan saat pecah tunas bibit bulbil tanaman porang karena pengaruh
konsentrasi CPPU 40 ppm adalah 17 hari jika dibandingkan dengan kontrol.
Saat pecah tunas tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan sumber
bibit bulbil, baik yang bibitnya berasal dari bulbil terminal maupun dari bulbil aksilar
(Tabel 3).
2. Tinggi Tanaman (Cm)
Hasil sidik ragam pengaruh konsentrasi sitokinin (CPPU) terhadap tinggi
tanaman pada dua sumber bibit bulbil tanaman porang menunjukkan bahwa tidak
terdapat interaksi yang nyata. Namun, faktor tunggal konsentrasi sitokinin (CPPU)
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman porang pada umur 7-10 MST.
Sedangkan sumber bibit bulbil berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
pada semua umur pengamatan (Tabel lampiran 2-9).
Nilai rata-rata tinggi tanaman porang karena perlakuan sumber bibit bulbil
dan konsentrasi CPPU umur 7-14 MST disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Tinggi Tanaman (Cm) karena Perlakuan Konsentrasi
Sitokinin (CPPU) dan Sumber Bibit Bulbil Tanaman Porang Umur
7-14 MST
Tinggi Tanaman (Cm) (MST)

Perlakuan
7

8

9

10

11

12

13

14

0 ppm (K0 = kontrol)

21,14 a

25,31 a

28,17 a

31,15 a

34,26

39,47

43,74

47,83

10 ppm (K1)

25,90 b

28,43 ab

30,43 a

32,31 a

35,60

39,63

43,84

47,91

20 ppm (K2)

28,81 bc

29,91 bc

30,91 ab

34,34 ab

37,22

39,47

43,41

46,94

40 ppm (K3)

32,10 c

33,22 c

34,42 b

36,41 b

38,42

38,74

41,02

44,18

4,09

3,80

3,64

4,06

tn

tn

tn

tn

Bulbil Terminal (S1)

32,98 b

35,71 b

37,42 b

39,26 b

40,53 b

41,88 b

46,05 b

50,90 b

Bulbil Aksilar (S2)

21,00 a

22,72 a

24,54 a

27,84 a

32,21 a

36,77 a

39,96 a

42,54 a

2,89

2,69

2,57

2,87

3,40

4,28

3,98

3,83

Konsentrasi CPPU

BNT 5 %
Sumber bibit bulbil

BNT 5 %

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf sama pada perlakuan dan
kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
BNT 5 %.
MST : Minggu Setelah Tanam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Tabel 4 diketahui bahwa pemberian CPPU dengan konsentrasi CPPU 10
ppm, 20 ppm, dan 40 ppm memberikan pengaruh yang nyata dan berbeda
dibandingkan dengan kontrol pada umur 7 MST. Pada minggu ke-8 setelah tanam,
tinggi tanaman yang dihasilkan oleh kontrol menunjukkan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan K1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan K2 dan K3.