PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI RUMAH SINGGAH YAYASAN NURMA DI KABUPATEN SIDOARJO.

PEMBINAAN ANAK J ALANAN MELALUI RUMAH
SINGGAH YAYASAN NURMA DI KABUPATEN SIDOARJ O

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Oleh:
Ike Oktavianis
NPM. 0941010004

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA
2014

PEMBINAAN ANAK J ALANAN MELAUI RUMAH SINGGAH
YAYASAN NURMA DI KABUPATEN SIDOARJ O


Disusun Oleh :

Ike Oktavianis
NPM. 0941010004

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing

Dr s. Ananta Pratama, Msi
NIP. 196004131990031001

Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP. 195507181983022001

PEMBINAAN ANAK J ALANAN MELALUI RUMAH SINGGAH
YAYASAN NURMA DI KABUPATEN SIDOARJ O


Disusun Oleh :

Ike Oktavianis
NPM. 0941010004

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ” Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 17 Oktober 2014
Tim Penguji :

Pembimbing

1.

Dr. Lukman Arif, M.Si
NIP. 196411021994031001

Dr s. Ananta Pratama, Msi

NIP. 196004131990031001

2.

Dra. Sri Wibawani, Msi
NIP. 196704061994032001
3.

Dr s. Ananta Pratama, Msi
NIP. 196004131990031001
Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP. 195507181983022001

PEMBINAAN ANAK J ALANAN MELALUI RUMAH SINGGAH
YAYASAN NURMA DI KABUPATEN SIDOARJ O
Nama Mahasiswa


:

Ike Oktavianis

NPM

:

0941010004

J urusan

:

Ilmu Administrasi Negara

Fakultas

:


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa skripsi ini telah direvisi dan disahkan
Pada Tanggal 24 Oktober 2014

Mengetahui / Menyetujui :
DosenPenguji I

DosenPenguji II

DosenPenguji III

Dr. Lukman Arif, M.Si
NIP. 196411021994031001

Dra. Sri Wibawani, Msi
NIP. 196704061994032001

Dr s. Ananta Pratama, Msi
NIP. 196004131990031001


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan

rahmat,

berkat,

dan

anugerah-Nya

sehingga

penulis

dapat


menyelesaikan skripsi dengan judul “Pembinaan Anak J alanan Melaui Rumah
Singgah Yayasan Nurma di Kabupaten Sidoarjo”
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Bapak
Drs.Ananta Prathama, M.Si. Sebagai dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Tak lupa juga
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pelaksanaan penyusunan skripsi ini diantaranya :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. DR. Lukman Arif, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Anastasia, selaku Kepala Lingkungan Pondok Sosial Sidokare
4. Bapak Hasyim, selaku Pendamping Lingkungan Pondok Sosial Sidokare
5. Ibu Ratih, selaku Ketua Pengurus Yayasan Nurma
6. Kedua

Orang

Tua


saya

yang

banyak

memberi dukungan

menyelesaikan laporan skripsi.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

i

selama

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan
demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya,

Oktober 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................

i

DAFTAR ISI.....................................................................................

iii


DAFTAR TABEL............................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR....................................................................... .

viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah..........................................................

9

1.3 Tujuan Penelitian..............................................................

9


1.4 Manfaat Penelitian............................................................

9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu..........................................................

11

2.2 Landasan Teori..................................................................

15

2.2.1 Pengertian Kesejahteraan Anak.........................

15

2.2.2 Pengertian Kebijakan Sosial..............................

16

2.2.3 Pembinaan..........................................................

18

2.2.3.1 Pengertian Pembinaan.........................

18

2.2.3.2 Tujuan Pembinaan..............................

19

2.2.3.3 Manfaat Pembinaan............................

20

iii

2.2.3.4 Metode Pembinaan..............................

20

2.2.3.5 Bentuk Pembinaan..............................

21

2.2.4 Pemberdayaan....................................................

22

2.2.4.1 Pengertian Pemberdayaan...................

22

2.2.4.2 Tahapan Pemberdayaan......................

22

2.2.4.3 Upaya-upaya Pemberdayaan...............

23

2.2.4.4 Definisi Interaksi Sosial......................

25

2.2.4.5 Pengertian Rumah Singgah.................

26

2.2.5 Konsep Anak......................................................

27

2.2.5.1 Pengertian Anak..................................

27

2.2.5.2 Pengertian Anak Jalanan.....................

29

2.2.5.3 Pengertian dan Karakteristik
Anak Jalanan.......................................

30

2.2.5.4 Faktor-faktor Penyebab Timbul
dan Tumbuhnya Anak Jalanan............

36

2.2.5.5 Proses Terjadinya Anak Jalanan.........

39

2.3 Kerangka Berfikir.............................................................

43

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian..................................................................

44

3.2 Lokasi Penelitian...............................................................

45

3.3 Fokus Penelitian................................................................

45

iv

3.4 Sumber Data......................................................................

48

3.5 Pengumpulan Data............................................................

49

3.6 Analisis Data.....................................................................

51

3.7 Keabsahan Data................................................................

54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian..................................

57

4.1.1 Profil Sekretariat Yayasan Nurma.....................

57

4.1.2 Visi dan Misi Yayasan Nurma...........................

58

4.1.3 Struktur Organisasi Sosial Yayasan Nurma.......

59

4.1.5 Komposisi Pengurus..........................................

62

4.1.6 Sarana dan Prasarana.........................................

65

4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Pemberian Bantuan Beasiswa............................

67

4.2.2 Kegiatan Rekreasi..............................................

69

4.2.3 Latihan Keterampilan.........................................

70

4.2.4 Bantuan kesehatan dan
Tambahan Gizi/Permakanan..............................

72

4.2.5 Bantuan Modal Usaha Pada Anak.....................

73

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pemberian Bantuan Beasiswa............................

75

4.3.2 Kegiatan Rekreasi..............................................

76

v

4.3.3 Latihan Keterampilan.........................................

78

4.3.4 Bantuan Kesehatan dan
Tambahan Gizi/Permakanan..............................

80

4.3.5 Bantuan Modal Usaha Pada Anak.....................

81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...................................................................................

83

5.2 Saran.............................................................................................

85

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

vi

DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Tabel Jumlah Anak Jalanan Yang di Identifikasi..................................... 4
1.2 Tabel Jumlah Anak Jalanan Berdasarkan Daerah Asal............................ 5
4.1 Tabel Komposisi Pengurus Berdasarkan Jenis Kelamin.......................... 62
4.2 Tabel Komposisi Pengurus Berdasarkan Usia.........................................

63

4.3 Tabel Komposisi Pengurus Berdasarkan Pendidikan............................... 64
4.4 Tabel Komposisi Pengurus Berdasarkan Status Pekerjaan......................

64

4.5 Tabel Jumlah Anak Jalanan di Yayasan Nurma....................................... 65
4.6 Tabel Jumlah Anak Jalanan Berdasarkan Usia........................................

66

4.7 Tabel Jumlah Anak Jalanan Berdasarkan Pendidikan.............................. 66

vi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1

Gambar Kerangka Berfikir......................................................................

39

3.1

Gambar Analisis Data Kualitatif Model Interaktif..................................

49

4.1

Gambar Struktur Organisasi Sosial Yayasan Nurma...............................

59

vii

ABTRAKSI
Ike Oktavianis. Pembinaan Anak J alanan Melalui Rumah Singgah Yayasan
Nur ma Di Kabupaten Sidoarjo.
Penelitian ini berdasarkan pada fenomena bahwa permasalahan sosial yang
muncul di perkotaan diantaranya adalah anak jalanan, mereka sering dianggap
mengganggu keindahan kota karena biasa mangkal di alun-alun kota. Dengan
penampilan kotor, mengenakan anting-anting dan dengan kondisi celana yang
sobek-sobek. Sebagai anak-anak mereka tetap menjadi aset bangsa yang harus
dilindungi oleh negara.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan pembinaan anak jalanan melalui rumah singgah yayasan nurma
di Kabupaten Sidoarjo.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subyek penellitian secara holistic dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Yang menjadi fokus penelitian adalah pokok
kegiatan meliputi pemberian bantuan beasiswa, kegiatan rekreasi, latihan
keterampilan, bantuan kesehatan dan tambahan gizi/permakanan, serta bantuan
modal usaha pada anak.
Lokasi pada penelitian ini pada Yayasan Nurma Sidoarjo. Adapun sumber
data dalam penelitian ini adalah informan dimana pemilihannya secara purposive
sampling dan diseleksi melalui teknik snowball sampling, sumber tertulis dan
foto. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Analisis data terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, menarik
kesimpulan atau verifikasi. Keabsahan data yang digunakan yaitu derajat
kepercayaan (creadibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), kepastian (confirmability).
Hasil dari penelitian di Yayasan Nurma bahwa pokok kegiatan meliputi
pemberian bantuan beasiswa sudah baik, kegiatan rekreasi telah dilaksanakan
dengan baik walaupun tidak secara rutin, latihan keterampilan yang dilaksanakan
dirasa kurang baik karena tidak terjadwal dan tidak ada pelatih khusus yang sesuai
dengan bidang masing-masing, bantuan kesehatan dan tambahan gizi/permakanan
diberikan cukup baik dengan bekerjasama oleh klinik terdekat serta bantuan
permakanan dari dana APBN dan APBD, bantuan modal usaha pada anak
diberikan berupa fasilitas untuk dikelola. Sarana dan prasarana perlu ditingkatkan
lagi karena ruang tidur yang tidak nyaman serta kurangnya fasilitas tempat tidur.

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional adalah serangkaian usaha yang dilakukan secara
berkesinambungan dalam semua bidang kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara untuk menuju suatu keadaan yang lebih baik. Pembangunan Nasional
dilakukan dalam rangka merealisasikan tujuan nasional seperti yang tertulis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan
segenap

tumpah

darah

Indonesia,

meningkatkan

kesejahteraan

umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Indonesia sebagai negara berkembang, banyak yang perlu dibenahi.
Kemampuan negara dalam berbagai sektor pembangunan tidak bisa dilakukan
secara serentak dan menghasilkan maksimal. Perlu ada suatu tahapan-tahapan atau
suatu perencanaan dalam pemerataan pembangunan. keterbatasan kemampuan
suatu negara maka perlu bantuan dan kesadaran dari setiap lapisan.
Dalam proses pembangunan saat ini tentu menghadapi berbagai
permasalahan pokok seperti salah satunya kemiskinan yang merupakan imbas dari
ketidakmerataan pembangunan antara kota dan desa. jumlah masyarakat miskin
pertahun semakin meningkat. Oleh karena itu, pembangunan pada saat ini lebih
diutamakan pada pembangunan ekonomi dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya.

1

2

Pembangunan yang berpusat pada perkotaan dapat menimbulkan
pertumbuhan ekonomi yang berpusat di perkotaan, sehingga memotivasi
masyarakat pedesaan untuk urbanisasi dari desa ke kota.
Bergulirnya sistem pemerintahan dari yang terpusat ke otonomi daerah
maka Pemerintah Daerah berupaya untuk mengembangkan daerah masingmasing, terutama dari segi perekonomian yang dapat berdampak pada
kesejahteraan masyarakat. Namun dengan lapangan kerja yang ada masih belum
mampu menampung seluruh sumber daya manusia-nya, serta masih banyaknya
sumber daya manusia yang tidak terampil yang dapat menjadikan mereka sebagai
pengangguran sehingga menimbulkan kemiskinan.
Prosentase kenaikan penduduk miskin pada 2008 sekira 9,44 persen.
Sedangkan pada 2011 mencapai 7,45 persen. Meski secara prosentase menurun,
namun jumlahnya terbilang tinggi. Hingga akhir 2011, jumlah warga miskin di
Sidoarjo mencapai 99 ribu KK atau 375 ribu jiwa, dengan jumlah penduduk
Sidoarjo sekitar 2 juta jiwa. Maka ada kenaikan jumlah penduduk miskin lebih
dari 10 ribu KK per tahun. (http://www.koransidoarjo.com/2012/04/24).
Hal tersebut dapat memunculkan berbagai permasalahan sosial. Dari
beberapa masalah sosial yang muncul di perkotaan, diantaranya adalah anak
jalanan. Sebagai anak-anak mereka tetap menjadi aset bangsa yang harus
dilindungi oleh negara. sebagaimana yang telah tercantum dalam Undang-Undang
No.23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

3

Anak yang mempunyai masalah adalah anak yang antara lain tidak
mempunyai orang tua dan terlantar, anak terlantar, anak yang tidak mampu, anak
yang mengalami masalah kelakuan dan anak cacat (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1988)
Anak Jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan
atau tempat-tempat umum dan bisa berpindah-pindah (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980).
Menurut Sanituti (1999 : 5), dikelompokan menjadi empat penyebab pokok
menjadi anak jalanan:
1) Kesulitan ekonomi keluarga yang menempatkan seorang anak harus
membantu keluarganya mencari uang dengan kegiatan-kegiatan dijalan.
2) Ketidakharmonisan rumah tangga atau keluarga, baik hubungan antara
bapak dan ibu, maupun orang tua dengan anak.
3) Suasana lingkungan yang kurang mendukung untuk anak-anak menikmati
kehidupan masa kanak-kanaknya termasuk suasana perselingkuhan yang
kadang-kadang dianggap mereka sangat monoton dan membelenggu
hidupnya.
4) Rayuan kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri dan menikmati
kehidupan lainnya yang diharapkan diperoleh sebagai anak jalanan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2012 tentang penyelanggaraan
Kesejahteraan Sosial pasal 37,
Kesejahteraan Sosial berupa:

sarana dan

prasarana penyelenggaraan

4

1. Panti Sosial
2. Pusat Rehabilitasi
3. Pusat Pendidikan Dan Pelatihan
4. Pusat Kesejahteraan Sosial
5. Rumah Singgah
6. Rumah Perlindungan Sosial

Tidak sulit menemukan anak jalanan (anjal) yang termasuk PMKS di
Sidoarjo. Mereka tersebar dimana-mana. Namun, yang terbanyak berada di kota
Sidoarjo. Berikut ini jumlah anak jalanan yang ada di Lingkungan Pondok Sosial
Sidokare.
Tabel 1.1
J umlah Anak J alanan Yang di Identifikasi di Lingkungan Pondok Sosial
Sidokar e
Tahun 2012-2013
No.

TAHUN

1
2

2012
2013

ANAK JALANAN
(Orang)
Laki-Laki Perempuan
51
8
42
7

Total

Terhitung hingga
bulan agustus

Sumber : Lingkungan Pondok Sosial Sidokare Tahun 2013

59
49

5

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa maih adanya anak
jalanan di Kabupaten Sidoarjo. Dengan jumlah yang tidak sedikit. Oleh karena itu
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melaksanakan penanganan terhadap anak jalanan.
Bertujuan untuk mengurangi jumlah anak jalanan yang berada di Kabupaten
Sidoarjo, sehingga diharapkan Kabupaten Sidoarjo dapat bebas dari para anak
jalanan.
Dalam

penanganannya,

Lingkungan

Pondok

Sosial

Sidokare

mengkategorikan anak jalanan menjadi dua yakni, anak jalanan asal Kabupaten
Sidoarjo, dan anak jalanan dengan daerah asal diluar Kabupaten Sidoarjo. Jumlah
anak jalanan apabila dikategorikan berdasarkan daerah asal, dapat dilihat dari
tabel berikut:
Tabel 1.2
J umlah Anak J alanan di Identifikasi di Lingkungan Pondok Sosial
Sidokar e Berdasar kan Daerah Asal Tahun 2012-2013
No.

Tahun

1.
2.

2012
2013

Anak Jalanan Asal
Kabupaten
Sidoarjo
59
49

Anak Jalanan Asal
Luar Kabupaten
Sidoarjo
25
13

Total

84
62

Terhitung hingga
bulan agustus

Sumber: Lingkungan Pondok Sosial Sidokare 2013
Dilihat dari tabel diatas maka dapat diketahui bahwa jumlah anak jalanan
asal Kabupaten Sidoarjo lebih banyak daripada jumlah anak jalanan asal luar
Kabupaten Sidoarjo. Untuk anak jalanan asal Kabupaten Sidoarjo, Lingkungan
Pondok Sosial Sidokare melakukan penyaluran dan dikembalikan ke keluarga
sehingga dapat memulihkan harga diri, dan bertanggung jawab terhadap masa

6

depannya, serta menumbuh kembangkan fungsi sosialnya secara wajar agar dapat
diterima kembali dimasyarakat. Sedangkan anak jalanan yang bukan warga
Kabupaten Sidoarjo dikembalikan ke daerah asal atau disalurkan ke UPT Provinsi
Jatim sesuai dengan permasalahan klien.
Dianggap menggangu keindahan kota, puluhan anak jalanan (Anjal) yang
biasa mangkal di kawasan alun-alun kabupaten digaruk Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Kabupaten Sidoarjo. Dari identifikasi yang dilakukan Satpol
PP, selain anjal dari Sidoarjo, ada beberapa anak jalanan yang berasal dari luar
Sidoarjo bahkan dari luar Propinsi Jawa Timur. Seperti Anjal bernama Anton dari
Banten Jawa barat,. Yang mengaku sudah 2 minggu berada di Sidoarjo. ”Sudah
dua minggu di Sidoarjo mas, saya tidak punya keluarga,” aku bocah berusia 13
tahun ini. Selain Anton, ada juga Joko yang mengaku asal Bangkalan Madura.
Penampilan anjal satu ini sedikit lebih kotor dibanding anjal yang lain.
Menggenakan anting anting dengan kondisi celana yang sobek sana-sini,
membuat orang yang melihatnya sedikit geram. Setelah diamankan, puluhan anjal
ini kemudian di kumpulkan di depan koperasi delta Sidoarjo. Mereka diberikan
makanan nasi bungkus oleh anggota Satpol PP, kemudian dibawa ke mako satpol
PP untuk membuat surat pernyataan. Kepala bagian Operasional dan Penertiban
Satpol PP Sidoarjo, Widiyantoro SH menegaskan, operasi penertiban ini
dilakukan secara rutin, untuk menjaga keindahan alun alun sebagai pusat
kabupaten. ”Kita akan terus lekukan penertiban anjal dan gepeng di alun-alun,”
tegasnya (Abidin). (http://kabarsidoarjo.com).
Walaupun telah ada upaya Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk
penanganan anak jalanan, namun ternyata masih belum bisa menjangkau anak
jalanan secara keseluruhan. Dan bahkan masih banyak anak jalanan yang sudah
dilakukan pembinaan masih turun ke jalanan lagi.
Tidak sulit menemukan gelandangan dan pengemis (gepeng) serta anak
jalanan (anjal) di Sidoarjo. Mereka tersebar dimana-mana. Namun, yang
terbanyak berada di kota Sidoaorjo. Terutama disekitar alun-alun. Jumlahnyapun
bukan satu-dua, melaikan belasan. Banyaknya gepeng dan anjal itu sering menjadi
sorotan. Sayangnya dari hari ke hari jumlah mereka tidak berkurang, bahkan kian
banyak. Apalagi pada jum’at. Di depan Masjid Agung pasti banyak pengemis

7

lengkap dengan peralatannya. Kadin sosnaker Sidoarjo Hisyam Rosidi
mengatakan sangat sulit mengatasi gepeng dan anjal. Sebab, setelah dirazia
mereka bakal balik lagi. “sesaat setelah obrakan memang tidak ada. Tapi, setelah
itu mereka akan datang lagi.”terangnya. pengemis di Sidoarjo, terang Hisyam,
rata-rata bukan orang Sidoarjo sendiri. Mereka berasal dari Pasuruan, Kediri,
Mojokerto, dan beberapa daerah yang lain. pengemis luar kota yang tertangkap
biasanya langsung dipulangkan. Namun, selang beberapa waktu mereka kembali
lagi. Padahal sebelum dipulangkan, para pengemis dan anjal tersebut sudah
dibekali dengan ketrampilan. Mulai dari menjahit, tambal ban, hingga berbagai
keterampilan lain. bahkan modal usaha.(http://sidoarjokab.go.id).
Untuk mengatasi masalah anak jalanan (Anjal) di Sidoarjo, perlu adanya
kerja sama antara Pemerintah, LSM, maupun pihak swasta. Dalam pelaksanaan
yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mengirimkan Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) untuk merazia semua anak jalanan yang ada diseluruh
sudut kota Sidoarjo, untuk kemudian dijaring dan diberikan pengarahan. Hal ini
bertujuan untuk membersihkan kota dari anak jalanan, serta berupaya untuk
memberikan penyadaran kepada mereka. Dan salah satu usaha yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo adalah dengan mengembalikan ke keluarga dan
disalurkan/dirujuk ke rumah singgah. Sesuai dengan

Model Pembangunan

Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Timur bahwa pembinaan anak jalanan
dilakukan melaui Rumah Singgah. Tugas ini menjadi wewenang dari Lingkungan
Pondok Sosial (Liponsos) Sidokare, dalam Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 38
Tahun 2011 telah ditegaskan bahwa Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Sidokare melaksanakan usaha-usaha
penyaluran dan penempatan kembali ke keluarga kepada para Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) termasuk anak jalanan.

8

Menurut Departemen Sosial RI Rumah Singgah merupakan tempat
penampungan sementara anak jalanan sebagai wahana pelayanan kesejahteraan
sosial. Yayasan Nurma merupakan salah satu rumah singgah yang ada di
Kabupaten Sidoarjo yang menjadi tempat penampungan sementara untuk para
anak jalanan yang berada di wilayah Sidoarjo.
Dari hal tersebut diatas dengan masih adanya anak jalanan tentu tidak
sepadan dengan diterimanya penghargaan oleh Bupati Sidoarjo. Kabupaten
Sidoarjo meraih penghargaan Kota Layak Anak dari Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, dengan penerimaan
penghargaan ini, Kabupaten Sidoarjo dinilai memenuhi sejumlah kriteria
perlindungan hak anak yang meliputi kesehatan dasar, pendidikan, pola
pengasuhan

dan

pengasuhan

alternatif,

perlindungan,

lingkungan,

dan

pemanfaatan waktu luang untuk kegiatan seni budaya. Dengan terpenuhinya
klaster-klaster tersebut sejumlah hak anak pun dapat terpenuhi seperti hak hidup,
hak

tumbuh

kembang,

hak

partisipasi,

dan

hak

perlindungan.

(http://www.kabarsidoarjo.com/2013/07/24).
Kota Layak Anak adalah strategi pembangunan kota yang mengintegrasikan
komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang
terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam program dan kegiatan
pemenuhan hak anak. (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti ingin membahas
mengenai pembinaan melalui rumah singgah yayasan nurma sesuai yang telah

9

dianjurkan oleh Liponsos Sidokare Kabupaten Sidoarjo. Sehingga dapat
ditentukan judul penelitian yaitu ”Pembinaan Anak J alanan Melalui Rumah
Singgah Yayasan Nurma di Kabupaten Sidoarjo”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat dirumuskan perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :
“Bagaimana Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah Yayasan Nurma
Di Kabupaten Sidoarjo?”

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah
Yayasan Nurma Di Kabupaten Sidoarjo.

1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dalam menganalisa suatu masalah
dengan menerapkan teori yang telah diperoleh dengan literatur serta
membandingkan keadaan nyata di lapangan
b. Bagi Instansi
Hasil ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan
dalam mengatasi masalah yang terjadi dan juga untuk membantu
memberikan pemahaman lebih kepada Lingkungan Pondok Sosial

10

(Liponsos) Sidokare dan Yayasan Nurma dalam memberikan
pembinaan bagi anak jalanan di Kabupaten Sidoarjo.
c. Bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk menambah referensi yang dapat berguna bagi penelitian serta
menambah wawasan baru bagi mahasiswa FISIP di masa yang akan
datang.

11

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan
penelitian ini, yaitu :
1. SIGIT BAYU LEKSONO, (2011) PERAN DINAS SOSIAL DAN
TENAGA

KERJA

KABUPATEN

SIDOARJO

DALAM

PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN (Studi Pada Anak Jalanan Di
Kecamatan Sidoarjo). Skripsi, UPN "Veteran" Jatim.
Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia juga
memiliki sejumlah permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang
akan terus menerus mengikuti laju pembangunan dan pertumbuhan.
Salah satu fenomena sosial yang terjadi saat ini yaitu munculnya
anak-anak jalanan. Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu
kabupaten yang ada di Jawa Timur. Keberadaan anak jalanan di
beberapa titik yang ada di Sidoarjo, hal ini seringkali memicu stigma
negatif dari masyarakat, selain itu juga banyak masyarakat yang
menggambarkan mereka dekat dengan dunia miras, narkoba bahkan
sex

bebas.

Melihat

hal

tersebut,

sebaiknya

perlu

adanya

penanganannya dari pemerintah yang dipusatkan pada titik tersebut,
agar kawasan tersebut terbebas dari kesan yang tak sedap. Akan tetapi
pada kenyataan peran pemerintah dalam penanganan anak jalanan

11

12

dapat dikatakan sangat lamban dan masih kurang maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang peran Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja dalam pemberdayaan anak jalanan di
Kecamatan Sidoarjo. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif
dengan pendekatan deskriptif, sedangkan sumber data diperoleh
dengan melakukan wawancara dan observasi dengan pihak terkait,
dalam hal ini adalah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam
pemberdayaan anak jalanan di Kabupaten Sidoarjo dan juga para
anak-anak jalanan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dapat
ditarik kesimpulan bahwa jumlah anak jalanan yang tertangkap pada
saat operasi penertiban yang telah dilakukan oleh Dinas Kesejahteraan
Sosial Kabupaten Sidoarjo dan secara bersama-sama oleh pihak
Satpol PP, Kepolisian, dan Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten
Sidoarjo mayoritas berasal dari Sidoarjo yaitu sebanyak 14 orang atau
sebesar 82,35%. Setelah di lakukan registrasi. Untuk anak jalanan
yang berasal dari Kabupaten Sidoarjo di tangani langsung oleh Dinas
Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sidoarjo, dan diberikan pembinaan
sosial melalui bimbingan sosial dan pembinaan ketrampilan kerja,
sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh anak jalanan.
Selain itu pengawasan juga dilakukan terhadap anak jalanan yang
ditampung dalam pembinaan Dinas Sosial dan melakukan evaluasi
terhadap pelatihan dan pembinaan dari berbagai kegiatan yang diikuti

13

oleh anak-anak jalanan, sehingga nantinya mereka dapat berpartisipasi
dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
2. FEBRI DRASTRIANTO, (2008) PEMBINAAN ANAK JALANAN
OLEH DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN
SIDOARJO. Skripsi, UPN “Veteran” Jatim.
Latar belakang dalam penelitian ini yaitu bahwa pada aspek ekonomi
perkembangan tidak banyak terjadi, bahkan sebaiknya banyaknya
pengangguran dan PHK yang semakin meningkat pada tahun ke
tahun. Hal tersebut mengakibatkan semakin maningkatnya masyarakat
miskin di Indonesia khususnya di Kabupaten Sidoarjo, keadaan ini
membuat sebagian masyarakat bimbang dan berusaha untuk survive
dengan cara seadanya, seperti menjadi anak jalanan, cara mencari
nafkah yang melanggar hukum dan norma-norma agama serta sosial.
Untuk itu diperlukan upaya-upaya dari berbagai pihak untuk
mengatasi permasalahn ini. Metode analisis data dan penelitian
kualitatif ini adalah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif dimana dalam penelitian ini digambarkan suatu fenomena
dengan mendeskripsikan pelaksanaan pembinaan anak jalanan yang
dilakukan

oleh Dinas

Keejahteraan Sosial,

di Pemerintahan

Kabupaten Sidoarjo. Variabel dalam penelitian ini adalah pembinaan
terhadap anak jalanan, dimana informan dan responden dalam
penelitian ini adalah pimpinan dan pegawai Dinas Kesejahteraan
Sosial, Kepala Sub dan Staff Rehabilitasi Sosial, serta para anak

14

jalanan yang dibina. Fokus penelitian ini adalah pembinaan sosial,
melalui ceramah agama dan ceramah sosial, pembinaan ketrampilan
kerja, memberikan pelatihan ketrampilan yang disesuaikan dengan
bakat dan kemampuan anak jalanan, dan pemberian program UEP
(Usaha Ekonomi Produktif). Hasil penelitian ini sesuai fokus
penelitian yang ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa upaya Dinas
Kesejahteraan Sosial dalam pembinaan anak jalanan adalah bagian
dari pelaksanaa tugas dan fungsi lembaga yang melaksanakan
kebijakan publik yang diikuti dan dilaksanakan oleh perilaku atau
sekelompok guna memecahkan masalah tertentu. Pembinaan sosial
melalui ceramah agama dan ceramah sosial bertujuan supaya mereka
tidak kembali lagi menjadi anak jalanan dan dapat bekerja dengan
layak sehingga perbuatan mereka tidak akan bertentangan dengan
norma-norma agama dan norma sosial. Pembinaan ketrampilan kerja
melalui pelatihan ketrampilan pembuatan sablon dan pembuatan
etalase bertujuan agar mereka mempunyai bekal yang nantinya dapat
digunakan untuk mencari kerja sesuai dengan kemampuan dan bakat
yang mereka miliki, yang merupakan bentuk dari pemberdayaan
masyarakat.
Perbedaan dengan kedua penelitian diatas, yaitu penelitian yang dilakukan
Sigit Bayu Leksono dan Febri Drastrianto lebih menekankan pada peran Dinas
Sosial dalam pemberdayaan anak jalanan, sedangkan penelitian yang dilakukan

15

oleh peneliti lebih menekankan pada peran Rumah Singgah dalam pembinaan
anak jalanan di Kabupaten Sidoarjo.

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Kesejahteraan Anak
Menurut Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan
anak, bahwa kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar,
baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
Sedangkan usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial
yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama
terpenuhinya kebutuhan pokok anak.
Selain itu, kesejahteraan anak menurut Johnson dan Schwartz (1991 : 167)
juga didefinisikan sebagai: Series of activities and programs through which
society expresses is special concern for children until they are able to care for
themselves. (Bagian dari kegiatan dan program yang mana melalui pernyataan
masyarakat itu sebagai perhatian khusus untuk anak-anak dan kesejahteraannya
untuk mengambil pertanggung jawaban untuk beberapa anak sampai mereka
mampu untuk mandiri).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan
anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar sampai mereka mampu untuk
mandiri.

16

2.2.2 Pengertian Kebijakan Sosial
Dalam arti spesifik atau sempit, kata sosial menyangkut sector kesejahteraan
sosial sebagai suatu bidang atau bagian dari pembangunan sosial atau
kesejahteraan rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
manusia, terutama mereka yang dikategorikan sebagai kelompok yang tidak
beruntung (disadvantaged group) dan kelompok rentan (vulnerable group). Kata
sosial disini menyangkut program-program dan atau pelayanan-pelayanan sosial
untuk mengatasi masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, ketelantaran,
ketidakberfungsian fisik dan psikis, tuna sosial dan tuna susila, kenakalan remaja.
Sementara kebijakan sosial diartikan sebagai kebijakan yang menyangkut aspek
sosial dalam pengertian spesifik, yakni yang menyangkut bidang kesejahteraan
sosial. Pengertian sosial seperti ini selaras dengan pengertian perencanaan sosial
sebagaimana dikemukakan oleh Conyer. Menurut Conyer (1992), perencanaan
sosial adalah perencanaan perundang-undangan tentang pelayanan kesejahteraan
social (dalam Suharto 2005 : 9).
Menurut Marshall (2003 : 21) kebijakan sosial adalah kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan tindakan yang memiliki dampak langsung terhadap
kesejahteraan warga negara melalui penyediaan pelayanan sosial atau bantuan
keuangan.
Selanjutnya menurut Huttman (1981) kebijakan sosial adalah strategistrategi, tindakan-tindakan, atau rencana-rencana untuk mengatasi masalah sosial
dan memenuhi kebutuhan sosial.

17

Kemudian dari pada itu, maka Huttman (1981) dan Gilbert dan Specht
(1986) melihat kebijakan sosial dari tiga sudut pandang, yakni kebijakan sosial
sebagai proses, sebagai produk dan sebagai kinerja atau capaian.
Pertama, Sebagai suatu proses, kebijakan sosial menunjuk pada perumusan
kebijakan dalam kaitannya dengan variabel-variabel sosial-politik dan teknik
metodologi. Kebijakan sosial merupakan suatu tahapan untuk membuat sebuah
rencana tindak (plan of action) yang dimulai dari pengidentifikasian kebutuhan
(assessing need), penetapan alternatif-alternatif tindakan, penyeleksian strategistrategi kebijakan.
Kedua, kebijakan sosial sebagai produk, kebijakan sosial adalah hasil dari
proses perumusan kebijakan atau perencanaan sosial, yaitu mencakup segala
bentuk peraturan perundang-undangan atau proposal program yang berfungsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan berbagai kegiatan atau proyek.
Ketiga, kebijakan sosial sebagai suatu kinerja (performance), kebijakan
sosial merupakan deskripsi atau evaluasi terhadap hasil pengimplementasian
produk kebijakan sosial atau pencapaian tujuan suatu rencana pembangunan.
Kebijakan sosial dalam pengertian ini, menyangkut kegiatan analisa untuk melihat
dampak atau pengaruh yang terjadi pada masyarakat, baik yang bersifat positif
maupun negatif, sebagai akibat dari diterapkannya suatu perundang-undangan
atau suatu program. Secara khusus dimensi ketiga ini biasanya diistilahkan
dengan analisa kebijakan sosial (Dunn, 1981 ; Quide, 1982).

18

2.2.3 Pembinaan
2.2.3.1 Pengertian Pembinaan
Menurut Departemen Sosial (2004:153) pembinaan adalah serangkaian
upaya untuk membimbing, membina, mengarahkan dan mengendalikan proses
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi agar tujuan yang ditetapkan
berjalan efektif dan efesien.
Sedangkan Mifta Thoha (2002:7) mengemukakan pengertian pembinaan
adalah suatu tindakan, proses, hasil atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal
ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evaluasi atas
berbagai kemungkinan, perkembangan atau atas peningkatan sesuatu.
Selanjutnya Menurut Widjaja (2000:14) Pembinaan adalah suatu proses
atau pengembangan yang mencakup urutan – urutan pengertian, diawali dengan
mendirikan membutuhkan memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha
– usaha perbaikan, menyempurnakan dan mengembangkannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 134) dijelaskan bahwa
pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, usaha atau
proses yang lebih baik.
Dengan melihat beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pembinaan adalah suatu usaha, upaya, atau tindakan yang dilakukan secara
berencana, teratur, dan terarah untuk menjadi yang lebih baik dengan maksud
adanya peningkatan, kemajuan, atau perkembangan agar dapat mencapain suatu
tujuan.

19

2.2.3.2 Tujuan Pembinaan
Tujuan pembinaan secara umum menurut Moekiyat (1991 : 32) adalah :
1. Untuk

mengembangkan

keahlian

sehingga

pekerjaan

dapat

diselesaikan dengan cepat dan efektif
2. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat
terselesaikan dengan rasional.
3. Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kemauan kerja.
Menurut Musanef (1986:16) tujuan yang diharapkan dari pembinaan
adalah:
1. Untuk meningkatkan mutu dan ketrampilan serta memupuk kegairahan
dalam bekerja sehingga berpartisipasi dalam melaksanakan secara
menyeluruh.
2. Diarahkan pada terwujudnya suatu komposisi pegawai baik dalam
bentuk jumlah maupun mutu yang memadai, serasi dan harmonis
sehingga dapat menhasilkan prestasi kerja yang optimal.
3. Diarahkan untuk menjamin tugas-tugas pemerintah dan pembangunan
secara berdaya guna baik sector dalam pemerintah maupun BUMN
atau swasta.
Berdasarkan dari beberapa tujuan pembinaan diatas apabila dikaitkan
dengan obyek yang dikaji yaitu anak jalanan, maka tujuan dari pembinaan
tersebut diharapkan dapat memberikan rasa percaya diri dan terbentuknya

20

tanggung jawab moral yang lebih baik terhadap para anak jalanan serta
terbentuknya lingkungan masyarakat dengan moral yang sehat.
2.2.3.3 Manfaat Pembinaan
Menurut Burhanudin (1993 : 148) manfaat pembinaan adalah:
1. Mengembangkan potensi
2. Sebagai wahana untuk memotivasi karyawan agar mengembangkan
bakat dari kemampuannya.
3. Mengurangi subyektivitas dalam promosi.
4. Memberikan kepastian hari depan.
5. Sebagai usaha yang mendukung organisasi dalam rangka memperoleh
tenaga-tenaga yang cakap dan terampil dalam melaksanakan program.
Dari uraian diatas tentang manfaat pembinaan dapat diambil kesimpulan
bahwa pembinaan merupakan upaya untuk

mengembangkan potensi yang

dimiliki,dapat memotivasi agar bersemangat, dan upaya untuk memperoleh
keterampilan sebagai bekal masa depan.

2.2.3.4 Metode Pembinaan
Metode pembinaan anak jalanan adalah sebagai berikut (Dinas
Kesejahteraan Sosial, 1996 : 11)
1. Metode ceramah, dipakai dalam rangka menyampaikan materi-materi
pembinaan atau pelatihan yang bersifat teori atau informasi dengan
peragaan-peragaan seperlunya untuk memperjelas teori atau informasi
yang diberikan.

21

2. Metode tanya jawab, dipakai dalam rangka pemahaman dan
penghayatan materi pembinaan atau pelatihan dengan klien secara aktif
untuk menanyakan hal-hal yang dirasa kurang jelas, serta penceramah
memberikan penjelasan ulang.
3. Praktek langsung dilapangan, dipakai dalam rangka penerapan teoriteori atau materi yang telah diperoleh sebelumnya. Pembina atau
pelatih

turut

serta

untuk

memberikan

pengarahan-pengarahan

seperlunya.
Metode yang digunakan dalam pembinaan sosial adalah metode yang
bersifat praktis, yaitu dengan menggunakan atau mendemontrasikan model-model
dengan secara cepat dapat dikerjakan oleh sasaran pelayanan sendiri (anak
jalanan), baik individu maupun secara kelompok.

2.2.3.5 Bentuk Pembinaan
Bentuk pembinaan anak jalanan menurut Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kabupaten Sidoarjo meliputi:
a. Bimbingan Sosial, merupakan suatu pembinaan sosial melalui ceramah
sosial dengan pengenalan nilai dan norma sosial.
b. Bimbingan Mental, merupakan suatu pembinaan agama melalui ibadah
dan siraman rohani.
c. Pelatihan dan Keterampilan, merupakan suatu pembinaan sosial dengan
memberikan pelatihan dan keterampilan sesuai dengan bakat dan
kemampuan yang dimiliki oleh anak jalanan.

22

2.2.4 Pemberdayaan
2.2.4.1 Pengertian Pemberdayaan
Menurut Bookman dan Morgen dalam Prijono dan Pranaka (1996 : 177)
dikemukakan bahwa pemberdayaan sebagai konsep yang sedang populer mengacu
pada usaha menumbuhkan keinginan pada seseorang untuk mengaktualisasikan
diri, melakukan mobilitas keatas, serta memberikan pengalaman psikologis yang
membuat seseorang merasa berdaya, keinginan untuk mengubah keadaan yang
datang dari dalam diri tersebut dapat muncul jika seseorang merasa dalam situasi
tertekan dan kemudian menyadari atau mengetahui sumber tekanan tersebut.
Menurut Kartsasmita (1996 : 144) pemberdayaan merupakan upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan.
Kemudian Ife dan Tesoriero (2008 : 510) “pemberdayaan berarti
menyediakan sumber daya, kesempatan, kosa kata, pengetahuan dan keterampilan
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menentukan masa depan
mereka sendiri dan untuk berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan
masyarakatnya”.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pemberdayaan adalah
suatu upaya dengan menyediakan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan
keterampilan untuk meningkatkan kemampuan untuk menentukan masa depan
dan meningkatkan harkat serta martabat agar mampu melepas diri dari kemiskinan
dan keterbelakangan.

23

2.2.4.2 Tahapan Pemberdayaan
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007 : 2-6) ada tiga tahap dan
pemberdayaan yaitu:
1. Penyedaran
Adalah pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka
mempunyai “sesuatu”.
2. Pengkapasitasan
Pengkapasitasan ini disebut capacity building atau memampukan manusia
baik dalam arti memampukan manusia, baik dalam konteks individu
maupun kelompok yaitu dengan pelatihan, workshop (loka latih), seminar,
dan sejenisnya.
3. Pemberian daya
Pemberian daya ini disebut empowerment, pada tahap ini target diberikan
daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.

2.2.4.3 Upaya-upaya Pemberdayaan
Menurut Mashoed (2004 : 44) dilihat dari profil kemiskinan masyarakat
terdapat beberapa masalah kemiskinan yang menjadi perhatian, diantaranya:
1. Masalah kemiskinan tidak hanya masalah kesejahteraan (welfare) akan
tetapi masalah kerentanan. Disini berarti bahwa penanganan terhadap
masalah kemiskinan masyarakat di samping diarahkan untuk
menangani masalah kesejahteraan dengan memberikan sejumlah

24

program peningkatan kesejahteraan, juga diarahkan untuk kemandirian
masyarakat.
2. Masalah

kemiskinan

adalah

masalah

ketidakberdayaan

(powerlessness) karena masyarakat tidak mendapatkan kesempatan
untuk mengaktualisasikan diri, tidak dapat kesempatan untuk ikut
menentukan keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan
masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi.
3. Masalah kemiskinan adalah masalah tertutupnya akses masyarakat
terhadap peluang kerja, karena hubungan produksi di dalam
masyarakat

tidak

memberi

peluang

kepada

mereka

untuk

berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya tingkat kualitas sumber daya
manusia maupun tidak terpenuhinya persyaratan kerja.
4. Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses
masyarakat pada pasar lantaran aksesbilitas yang rendah dan karena
kondisi alam yang miskin.
5. Masalah

kemiskinan

yang

teridentifikasi

karena

penghasilan

masyarakat sebagian besar dihabiskan untuk pemenuhan kebutuhan
konsumsi pangan dalam kuantitas dan kualitas yang terbatas, sehingga
produktivitas mereka menjadi rendah. Masalah kemiskinan juga
ditandai dengan tingginya depency ratio karena besarnya anggota
keluarga sehingga berpengaruh terhadap kemampuan untuk membiayai

25

pendidikan

dan

kesehatan.

Akibatnya

kualitas

sumber

daya

manusianya menjadi rendah.
2.2.4.4 Definisi Interaksi Sosial
Menurut Theodore M. Newcomb menyatakan bahwa Social interaction is
this a complex affair, involving behavior which is both stimulus and response and
which may have one meaning as stimulus and another as response. (interaksi
sosial adalah peristiwa yang kompleks, termasuk tingkah laku yang berupa
rangsangan dan reaksi keduanya, dan yang mungkin mempunyai satu arti sebagai
rangsangan dan yang lain sebagai reaksi).
Menurut Sutherland menjelaskan bahwa Sosial interaction is a relation
which has dinamical influence between person and person and between person
and group in social situation. (interaksi sosial adalah suatu hubungan yang
mempunyai pengaruh secara dinamis antara individu dengan individu dan antara
individu dengan kelompok dalam situasi sosial).
Menurut S.Stanfeld Sargent mendefinisikan interaksi sosial: can be
described as a function of the participation individual in the social situation in
which they occur. (Interaksi sosial dapat diterangkan sebagai suatu fungsi
individu yang ikut berpartisipasi/ikut serta dalam situasi sosial yang mereka
setujui).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial
merupakan suatu hubungan yang mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku baik
antara individu dengan individu dan antara individu dengan kelompok dalam
suatu kegiatan bersama.

26

2.2.4.5 Pengertian Rumah Singgah
Salah satu bentuk penanganan anak jalanan adalah melalui pembentukan
rumah singgah. Konferensi Nasional II Masalah pekerja anak di Indonesia pada
bulan juli 1996 mendefinisikan rumah singgah sebagai tempat pemusatan
sementara yang bersifat non formal, dimana anakanak bertemu untuk memperoleh
informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih
lanjut.
Sedangkan menurut Departemen Sosial RI rumah singgah didefinisikan
sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka.
Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat
realisasi anak jalanan terhadap system nilai dan norma di masyarakat.
Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak
jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedang secara khusus tujuan rumah singgah
adalah :
1) Membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai
dan norma yang berlaku di masyarakat.
2) Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan atau ke
panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan.
3) Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan
anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang
produktif.
Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan
sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :
1. Sebagai tempat pertemuan ( meeting point) pekerja social dan anak
jalanan. Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan

27

keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan
dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.
2. Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi
sebagi tempat melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak
jalanan serta melakukan rujukan pelayanan social bagi anak jalanan.
3. Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga
pengganti, dan lembaga lainnya.
4. Perlindungan. Rumah singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari
berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari
kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk
kekerasan lainnya.
5. Pusat informasi tentang anak jalanan
6. Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungsi mengembalikan dan menanamkan
fungsi social anak.
7. Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak
jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan social.
8. Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang

berada ditengah-tengah

masyarakat merupakan salah satu upaya mengenalkan kembali norma,
situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain
mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga masyarakat
terhadap penanganan masalah anak jalanan.

2.2.5 Konsep Anak
2.2.5.1 Pengertian Anak
Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, anak adalah
seseorang yang berusia dibawah 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan

28

menurut UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
Untuk kebutuhan penelitian ini, anak didefinisikan sebagai seseorang yang
masih berusia sekolah yaitu 6-16 tahun yang mempunyai ciri-ciri fisik yang masih
berkembang dan masih memerlukan dukungan dari lingkungannya.
Anak sama halnya dengan manusia biasa yang juga mempunyai kebutuhan.
Menurut Abraham H. M aslow dalam Mangkunegara (2001 : 94), menyatakan
bahwa kebutuhan manusia itu mencakup: kebutuhan fisik (udara, air, makan),
kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi, kebutuhan
untuk penghargaan, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh.
Sebagai

manusia

yang

tengah

tumbuh-kembang,

anak

memiliki

keterbatasan untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang merupakan
hak anak. Orang tua, masyarakat, dan pemerintah berkewajiban untuk memenuhi
hak anak tersebut. Permasalahannya adalah orang yang berada disekitarnya
termasuk keluarganya seringkali belum cukup mampu memberikan hak-hak
tersebut. Seperti misalnya pada keluarga miskin, keluarga dengan pendidikan
orang tua yang rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi orang tua akan
keberadaan anak, dan sebagainya. Pada anak jalanan, hak-hak dan kebutuhan
tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik,. Untuk itulah menjadi kewajiban
semua pihak untuk mengupayakan agar kebutuhan dan hak-haknya dapat
terpenuhi secara optimal.

29

Berbagai upaya telah dilakukan dalam merumuskan hak-hak anak. Respon
ini telah menjadi komitmen dunia internasional dalam memperhatikan hak-hak
anak. Ini terbukti dengan disahkannya konvensi hak-hak anak oleh PBB untuk
memberikan perlindungan terhadap anak dan menegakkan hak-hak anak di
seluruh dunia. Indonesia pun sebagai bagian dunia telah meratifikasi konvensi
tersebut. Keseriusan Indonesia melihat persoalan hak anak juga telah dibuktikan
dengan lahirnya Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
anak. Tanpa terkecuali, siapapun yang termasuk anak Indonesia berhak
mendapatkan hak-haknya sebagai anak.

2.2.5.2 Pengertian Anak J alanan
Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang
mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun
masih memiliki hubungan dengan keluarganya.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 5 Tahun 2007,
anak jalana