Pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan: studi kasus di rumah singgah anak kurnia

(1)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Siti Shofiah

106011000181

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Siti Shofiah

106011000181

Di bawah bimbingan :

Dr. Zaimudin,MAg Nip : 19590705 199103 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431/2010


(3)

Jalanan ( Studi kasus di rumah singgah “Anak Kurnia”)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada tanggal 09 Desember 2010 dihadapan dewan penguji, karena itu penulis berhak memperoleh gelar saarjana

S1 (S.Pd.I) dalam Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 12 Desember 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI) Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M.Ag

NIP: 19680307 199803 1 002 ... ... Sekretaris Jurusan PAI

Drs. Sapiuddin Shidik, MA

NIP: 19670328 20003 1 001 ... ... Penguji 1

Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA

NIP: 19471402 19651 0 001 ... ... Penguji II

Drs. Sapiuddin Shidik, MA

NIP: 19670328 20003 1 001 ... ...

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP: 195710051 98703 1 00 3


(4)

a. Nama Lengkap : Siti Shofiah b. No. Induk Mahasiswa : 106011000181

c. Fakultas/Jurusan : FITK/PAI (Pendidikan Agama Islam)

d. Judul Skripsi : “Pembinaan Kesadaran Beragama pada Kehidupan Anak Jalanan (Studi Kasus di Rumah Singgah Anak Kurnia)”.

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah penulis cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya/skripsi ini bukan hasil karya penulis, maka penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 November 2010

Siti Shofiah


(5)

Anak Jalanan (studi kasus di Rumah Singgah Anak Kurnia)”.

Rumah Singgah merupakan lembaga non formal dengan pendekatan yang melibatkan keluarga dan masyarakat yang bertujuan mencegah anak-anak ke jalan dan mendorong penyedian sarana pemenuhan kebutuhan anak. Adapun pembinaan kesadaran beragama yang dilaksanakan pada Rumah Singgah Anak Kurnia adalah suatu bentuk proses, bimbingan, arahan, keteladanan yang dilakukan oleh pendidik kepada anak didik (anak jalanan) mengenai pembelajaran baik dan buruk untuk bekal mereka bertingkah laku yang baik di dalam kehidupannya sehari-hari.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pembinaan kesadaran beragama yang dilakukan di Rumah Singgah terhadap tingkah laku anak jalanan dalam kehidupannya sehari-hari. Adapun pembentukan sikap keagamaan itu sendiri dipengaruhi oleh dua faktor (intern dan ekstern). Yang termasuk kedalam faktor intern adalah hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi jiwa seseorang. Dan yang termasuk faktor ektern adalah keluarga, instansi/lembaga, dan masyarakat. Dari kedua faktor tesebut yang banyak mempengaruhi ke dalam sikap keagamaan seseorang adalah faktor ekstern. Karena mengingat setiap anak yang dilahirkan kedunia membawa fitrah mereka masing-masing. Dan disinilah peran penting pendidikan keluarga,instansi/sekolah, dan masyarakat.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskripsi analisia yaitu penelitian yang memaparkan data apa adanya dan menganalisa data. Adapun jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 20 anak yang tinggal di Rumah Singgah Anak Kurnia.

Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis memperoleh data mengenai pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan yang dilakukan di Rumah Singgah Anak Kurnia baik, hal ini dapat dilihat dari hasil interpretasi data dengan nilai hasil rata-rata skor 78,8%


(6)

alam yang maha pengasih dan penyayang, yang telah memberikan nikmat kepada hambanya. Berkat rahmat, taufik, dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para sahabatnya, dan semoga sampai kepada umatnya yang senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir zaman.

Karya tulis yang berjudul “Pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S.Pd.I).

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, meskipun waktu, tenaga, dan biaya telah diupayakan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini. Namun, kiranya penelitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.

Selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk. Zaimudin, selaku Dosen Pembimbing skripsi, terima kasih atas segala waktu, tenaga, ilmu, kesabaran, dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu serta membimbing dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.


(7)

untuk mengadakan penelitian yayasan/lembaga tersebut, serta para guru dan pengasuh/pengelola yayasan yang telah banyak membantu penulis.

6. Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Nasional yang dalam penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam hal penyediaan bahan pustaka dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

7. Orang Tua tercinta, Bapak Empik Syafrudin dan ibu Rukiah dengan segala perhatian, bimbingan, dorongan dan cinta kasih sayangnya dalam mendidik dan mengasuh penulis sehingga dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dengan baik. Semoga segala jasa dan upaya yang telah diberikan menjadi amal shaleh dan diterima di sisi Allah SWT. amin.

8. Saudara-saudaraku tercinta, lilis, wiwin, aang, irma dan neng ica, terima kasih atas segala do’a, dan semangatnya.

9. Kepada kakanda (Ropiudin) dengan segala perhatian,bimbingan serta kasih sayangnya memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 10.Sahabat-sahabat terdekat (Yuli, Syifa) dan sahabat-sahabat kostan

yang selalu menghiasi hari-hari penulis dengan kebersamaan, keceriaan dan kebahagiaan yang begitu besar. Semoga ukhuwah kita tetap terjaga dan dirahmati oleh Allah SWT.

11.Teman-teman Mahasiswa FITK angkatan 2006 khususnya mahasiswa PAI kelas E yang telah memberikan semangat, dukungan, serta menghiasi dengan kebersamaan, semoga persaudaraan kita tetap terjaga.


(8)

Jakarta, 25 November 2010

Penulis


(9)

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

B A. Pembinaan Kesadaran Beragama ... 7

nusia Memerlukan Agama ... 9

4. Fitrah Manusia ... 11

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Signifikasi Masalah ... 6

AB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN a. Kersadaran beragama ... 1. Pengertian ... 7

2. Latar Belakang Ma 3. Teori sumber kejiwaagamaan manusia ... 10

5. Kebutuhan Manusia ... 13

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Keberagamaan ... 17

7. Indikator Sikap keberagamaan ... 23

b. Pembinaan Kesadaran beragama... 27


(10)

C.

D. Hipotesis ... 34

BA B. Variabel Penelitian ... 36

C. E. BAB IV H 1. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Anak Kurnia ... 44

ak Kurnia ... 45

3. Pendekatan Penanganan Anak Jalanan ... 32

4. Masalah-masalah yang di hadapi Anak Jalanan... 32

Kerangka Berpikir ... 34

B III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Tempat Penelitian ... 36

Populasi dan Sampel ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 38

F. Teknik pengolahan dan Analisis Data... 41

ASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

2. Visi dan Misi Rumah Singgah An 3. Tujuan,Sasaran dan Kegiatan Keagamaan ... 46

4. Sarana dan Prasarana ... 47

5. Profil Rumah Singgah Anak Kurnia ... 47

6. Keadaan guru dan karyawan Rumah singgah anak Kurnia ... 48


(11)

x

A. esimpulan ... 90 ... 91

LAMPIRAN

D. Interpretasi Data ... 86

BAB V PENUTUP K

B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Anak jalanan merupakan sekelompok anak yang menghabiskan waktunya di jalanan. Berkaitan dengan anak jalanan, umumnya mereka berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.

Mereka itu ada yang tinggal di kota setempat, di kota lain terdekat, atau di propinsi lain. Ada anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya karena pekerjaan, menikah lagi, atau cerai. Ada juga anak jalanan yang masih tinggal bersama keluarga, ada yang tinggal terpisah tetapi masih sering pulang ke tempat keluarga, ada yang sama sekali tak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada anak yang tak mengenal keluarganya.

Karena itu, keharmonisan keluarga antara bapak dan ibu mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku anak. Sekian banyak penyakit moral; egois, anarkis, dan hilangnya rasa percaya diri, sombong, munafik, dan tidak bertanggung jawab adalah bersumber dan berawal dari suasana kehidupan keluarga. Sekolahan dan masyarakat tidak mampu meluruskannya. Ada memang penyakit tersebut yang disebabkan oleh pengaruh teman-temannya (salah


(13)

pergaaulan), tapi dapat kembali baik karena memiliki latar belakang keluarga yang baik dan moral yang baik yang sudah tertanam sejak kecil.1

Manusia baik kecil maupun besar, muda ataupun tua, dibekali Allah dengan seperangkat kebutuhan jasmani yang perlu dipenuhi, tidak hanya kebutuhan jasmaniah saja yang perlu dipenuhi, akan tetapi ia juga memerlukan kebutuhan-kebutuhan kejiwaan yang menentukan perkembangan selanjutnya. Kebutuhan terpokok yang harus dipenuhi adalah kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa aman. Setelah ia lahir, ia memerlukan pemeliharan dari orang yang dianggapnya dapat membantunya untuk melindungi dirinya setiap saat.

Karena keluarga adalah sumber utama dalam pendidikan anak, yang akan membentuk kepribadian anak sesuai dengan fitrah mereka semenjak lahir, maka apabila tidak adanya kesadaran akan rasa tanggungjawab para pendidik (orang tua), itu akan menimbulkan sebab dari penyimpangan yang akan dilakukan oleh anak.

Adapun faktor lainnya adalah ketidakharmonisan di dalam keluarga yang menimbulkan perceraian, dan absennya orang tua karena meninggal dunia maupun tidak bisa menjalankan fungsinya, serta konflik hubungan orang tua dengan anak akibat kekerasan dalam keluarga yang mengakibatkan anak berinisiatif untuk memilih hidup di jalanan. Dan biasanya mereka bertingkah laku yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.

Setelah anak memilih untuk keluar dari rumah, mereka akan mencari teman bermain dan bergaul untuk mengisi kekosongan. Sekiranya teman-teman itu jahat dan berperangai buruk, tidak mustahil ia akan terbawa dan tertulari. Dan kemungkinan penyimpangan dan penyelewengan yang dibuat akan semakin menjadi-jadi dan akhirnya akan menjadi bencana bagi masyarakat dan negaranya.2

1

Abudin, Nata, dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits ,(Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), Cet-1. h. 236.

2

. Abdullah, Nashih Ulwan. Pendidikan Anak Menurut Islam (Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), Cet-1, h. 98.


(14)

Perkembangan sosial, budaya, politik ekonomi, teknologi serta perkembangan pertumbuhan penduduk yang cepat, secara langsung maupun tidak mempengaruhi tatanan kehidupan dan budaya suatu bangsa. Banyak anak yang terampas haknya untuk bermain dan sekolah. Disebabkan factor ekonomi yang mengakibatkan ketidakberdayaan orang tua untuk menjaga dan melindungi mereka serta memenuhi kebutuhannya, sehingga menjadikan anak-anak mereka sebagai tumpuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau untuk pembayaran hutang.

Selain faktor ekstern, ada faktor intern yang ikut mempengaruhi sikap keberagamaan pada diri seseorang. Faktor- faktor intern yang mempengaruhi tersebut antara lain ialah faktor Hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi jiwa seseorang yang turut serta mempengaruhi dan membentuk sikap dan prilaku seseorang.

Masalah sikap dan tingkah laku merupakan masalah yang penting yang di dalamnya akan mencerminkan sikap dari tingkah laku yang mencerminkan seseorang beragama. Karena masalah ini penting dalam kehidupan bermasyarakat, terutama lagi dalam kehidupan anak yang berada di jalanan. Karena biasanya mereka kurang control bahkan tidak ada control dari orang tua mereka yang mengakibatkan mereka bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dan ajaran agama Islam.

Dengan melihat keadaan di atas, yang menyebabkan prilaku menyimpang sebagai bagian dari kepribadian beragama tatkala seseorang menunjukan hal-hal yang tidak dapat dimaklumi sebagai prilaku yang mencerminkan kesadaran beragama, sehingga timbulah upaya untuk memperbaiki penyimpangan prilaku yang dilakukan oleh anak jalanan.

Selama ini upaya yang dapat dilakukan untuk menangani anak-anak jalanan biasanya adalah dengan mengeluarkan mereka dari jalanan, memasukan mereka ke tempat singgah, tempat-tempat pelatihan dan sejenisnya dengan harapan diberikan bekal pendidikan dan keterampilan tertentu, mengurangi aktivitas dan kembalinya mereka ke jalanan.


(15)

Melihat begitu penting pembentukan prilaku anak jalanan yang mencerminkan prilaku kesadaran beragama, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian berdasarkan latar belakang masalah di atas. Dengan memilih judul “Pembinaan Kesadaran Beragama pada Kehidupan Anak Jalanan” (study kasus di rumah singgah Anak Kurnia).

B. Identifikasi Masalah

1. Kurang efektifnya pendidikan agama dalam keluarga untuk menanamkan kesadaran beragama.

2. Berkembangan politik, ekonomi yang semakin pesat. 3. Kurang berdayanya orang tua untuk menjaga anak mereka.

4. Tidak adanya pegangan nilai dan moral agama yang dapat dijadikan pedoman hidup bagi anak jalanan.

5. Kurangnya jiwa tolong menolong di dalam masyarakat menyebabkan meningkatnya jumlah anak jalanan.

6. Adanya Faktor ekstern dan intern yang ikut mampengaruhi sikap keagamaan.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi oleh dua aspek pembinaan kesadaran beragama dan kehidupan anak jalanan. Yaitu:

1. Kurang efektifnya pendidikan agama dalam keluarga.

2. Tidak adanya pegangan nilai dan moral agama yang dapat dijadikan pedoman hidup bagi anak jalanan dalam berprilaku yang baik.

2. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penyusunan skripsi ini, maka permasalahan yang dibahas dapat penulis rumuskan sebagai berikut:


(16)

“Apakah pembinaan kesadaran beragama dapat berpengaruh pada prilaku kehidupan anak jalanan?”

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk menjelaskan sejauhmana pengaruh pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan.

Menganalisa hasil penerapan pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan yang di selenggarakan pada rumah singgah.

Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir S1. E. Signifikasi Masalah

a. Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam memperbaiki dan meningkatkan pelayanan bimbingan pada anak jalanan yang berpengaruh terhadap prilaku berkehidupan.

b. Hasil penelitian ini, dapat dijadikan sumbangan dalam pendidikan, baik bagi penulis khususnya, dan bagi rumah singgah pada umumnya.


(17)

BAB II

KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pembinaan Kesadaran Beragama a. Kesadaran Beragama

1.Pengertian

Arti sadar dalam kamus ilmiah adalah ingat akan dirinya; merasa dan insyaf akan dirinya; siuman; depan; permulaan.1 Berarti kesadaran ialah ingat akan dirinya untuk melakukan sesuatu berdasarkan dorongan yang ada dari dalam jiwa.

Agama berarti “teks” atau “kitab suci” berarti agama diartikan sebagai tuntunan. Selain kata agama, kita juga mengenal kata din yang dalam bahasa Indonesia diartartikan mengandung arti dengan agama. Din dalam bahasa Arab Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, kata “Din” mengandung arti menguasai, menundukan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Selain kata diatas (agama dan din), ada juga yang disebut dengan religi yang berasal dari bahasa latin asal dari “relegere” yang berarti mengumpulkan dan membaca. Menurut pendapat lain kata tersebut berasal dari “religare” yang berarti mengikat.2

1

Adi, Satrio, Kamus Ilmiah Populer, Visi 7, 2005, h. 524

2

M. Ali, Hasan, Study Islam Al-Qur’an dan Sunnah, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.1. h. 19.


(18)

Harun Nasution mengatakan bahwa definisi agama adalah sebagai berikut: 1) pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi; 2) pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia; 3) mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang menandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia; 4) kepercayaan pada suatu kekuaatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu; 5) suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan ghaib; 6) pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib; 7) pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat sekitar alam manusia; 8) ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.3

Sedangkan kesadaran beragama menurut Zakiah Darajat ialah; aspek mental dari aktivitas agama. Aspek ini merupakan bagian atau segi agama yang hadir (terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi. Dengan adanya kesadaran agama dalam diri seseorang yang akan ditunjukan melalui aktivitas keagamaan, maka munculah pengalaman beragama. Adapun yang dimaksud dengan pengalaman beragama ialah unsur perasaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan dalam tindakan (amaliah) nyata.4

Secara fitriyah, manusia diciptakan untuk menjadi abdi Allah, yang mana dalam hal ini akan tercremin gambaran menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara Pencipta, manusia dan lingkungan dalam konteks pembentukan ihsan kamil (yang berakhlak karimah) sebagai tujuan akhir pendidikan islam. Hubungan dan keterkaitan tersebut sekaligus mencerminkan pola tingkah laku yang sejalan dengan penciptaan manusia, yaitu menjadi pengabdi Allah yang setia.5

3

Harun Natusion, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979), jilid 1, h. 10.

4

Ramayulis, Psikologi Agama,(Jakarta:Kalam Mulia,2009), cet.9,h. 8.

5


(19)

Firman Allah SWT:

⌧ ☺

⌧ ☺

⌧ ⌧

Dan (ingatlah), ketika Tuhan-mu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksiaan terhadap jiwa mereka (seraya berfirman). Bukanlah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, tentu (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Q.S. Al-Araf:172).6

Dengan demikian, anak yang baru lahir sudah memiliki potensi untuk menjadi manusia yang bertuhan. Walau ada orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan bukanlah merupakan sifat dari asalnya, tetapi erat kaitannya dengan pengaruh lingkungan.

Jadi, pada dasarnya kesadaran untuk beragama dan mengabdikan diri sebagai hamba Allah itu sudah dimiliki oleh masing-masing individu. Karena pada dasarnyapun hakikat penciptaan manusia untuk mengabdikan dirinya kepada Allah agar selamat di dunia dan akhirat.

2. Latar Belakang Manusia Memerlukan Agama

Dalam bukunya Prof Dr. Abudin Nata (metodologi study Islam) mengatakan bahwasannya yang tiga alasan yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah sebagai berikut:

1. Latar belakang fitrah manusia

Bukti bahwa manusia sebgai makhluk yang memiliki potensi beragama ini dapat dilihat dari bukti historis dan antropologis. Melalui bukti ini kita ketahui

6

Departemen Agama, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Gema Insani, 2005), QS. Al A’raaf: 172.


(20)

bahwa pada manusia promitif yang kepadanya tidak pernah datang informasi tentang Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan.

2. Kelemahan dan kekurangan manusia

Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan yang melatarbelakangi untuk memerlukan agama. Hal ini antara lain diungkapkan oleh kata nafs. Menurut Abudin Natta yang dikutip dari Quraisy Shihab, bahwa dalam pandangan Al-Qur’an nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan.

3. Tantangan manusia

Faktor ini menyebabkan manusia memerlukan agama karena dalam kehidupannya manusia senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan syaitan (lihat QS 12:5;17:53).

Sedangkan tantangan dari luar ialah berupa rekayasa dan upaya manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.7

3.Teori Sumber Kejiwa Agamaan pada Manusia

Bahwa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada makan, minum, pakaian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Pada dasrnya pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan melebihi kebutuhan-kebutuhan akan rasa kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodratri, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwasannya manusia ingin mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan tertinggi. Keinginan itu terdapat pada setiap kelompok,

7

Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.16.


(21)

golongan, atau masyarakat manusia baik yang paling primitif hingga yang paling modern.

Karena adanya rasa keinginan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan atau dengan kata lain “apakah yang menjadi sumber kejiwa agamaan itu? Untuk menjawab itu timbulah beberapa teori antara lain:

1. Teori monistik ( mono = satu )

Teori monistik berpendapat, bahwa yang menjadi sumber kejiwa agamaan itu adalah satu sumber keagamaan. Adapun tokoh teori monistik adalah: Thomas Van Aquino, Fredrick Hegel, Fredrick Schleimacher, Rudolf Otto, Sigmund Freud, William Mac Dougall.

2. Teori Fakulty ( Faculty Teority )

Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada satu faktor tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang memegang peranan penting adalah: fungsi cipta, rasa, dan karsa.8

3. Teori Fitrah

Fitrah berarti mengakui ke-Esaan Allah (tauhid Allah). Manusia lahir dengan membawa potensi tauhid, atau paling tidak ia berkecenderungan untuk mengesakan Tuhan dan berusaha secara terus menerus untuk mencari dan mencapai ketauhidan tersebut.9

4. Fitrah Manusia

Dalam literatur Islam, istilah fitrah memiliki makna yang beragam. Hal itu disebabkan oleh pemilihan sudut makna. Fitrah dapat dimaknai secara etimologi, terminologi bahkan makna nasabi.

a. Makna Nasabi

Makna nasabi diambil dari pemahaman beberapa ayat dan hadits Nabi dimana kata fitrah itu berbeda. Karena masing-masing ayat dan hadits

8

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2009), h. 53.

9


(22)

memiliki konteks yang berbeda-beda maka pemaknaan fitrahpun mengalami keragaman

Pertama: fitrah berarti suci. Maksud suci disini bukan berarti kosong atau netral (tidak memiliki kecenderungan baik-buruk).

Kedua: fitrah berarti potensi ber-Islam

Ketiga: fitrah berarti mengakui ke-Esa-an Allah. Manusia lahir dengan membawa potensi tauhid, atau paling tidak, ia berkecenderungan mengesakan Tuhan, dan berusaha terus menerus mencari dan mencapai ketauhidan tersebut.

Keempat: fitrah berarti kondisi selamat dan kontinuitas.

Kelima: fitrah berarti perasaan yang tulus. Manusia lahir dengan membawa sifat baik. Diantara sifat itu ialah ketulusan dan kemurnian dalam melakukan aktivitas.

Keenam: fitrah berarti kesanggupan untuk menerima kebenaran.

Ketujuh: fitrah berarti potensi dasar manusia atau perasaan untuk beribadah dan makrifat kepada Allah.

Kedelapan: fitrah berarti ketetapan atau takdir asal manusia mengenai kebahagiaan dan kesengsaraan hidup.

Kesembilan: fitrah berarti tabiat atau watak asli manusia.

Kesepuluh: fitrah berati sifat-sifat Allah yang ditiupkan pada setiap manusia sebelum dilahirkan.

Kesebelas: fitrah dalam beberapa hadist memiliki arti takdir atau status anak yang dilahirkan.

لﺎ

:

لﺎ

،يﺮ ا

ا

ﺎ ﺪ

:

ﺎ ﺪ

ﺰ ﺰ ا

أ

، ﺎ

أ

،

ﺄ ا

ﺎ ﺪ

، ﺎ ا

ﺔ ر

لﺎ

،ةﺮ ﺮه

:

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

لﺎ

) :

ﺪ ﻮ

دﻮ ﻮ

آ

ﺎآﺮ

وأ

اﺮ

وأ

ادﻮﻬ

اﻮ ﺄ

،ﺔ ا

(

،

:

ﷲا

لﻮ ر


(23)

لﺎ

ﺪ أ

و

ﺮهﺎ ا

اﻮ أ

:

هو

ا

ﺎ ﺪ

ﺎ أ

نأ

بﺎﻬ

ا

ﺪ ﺰ

ا

ﻰ ﺮ أ

ﺮ ا

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

لﺎ

لﺎ

ةﺮ ﺮه

ﺎ أ

نأ

ﺮ أ

:

و

أﺮ ا

لﻮ

ةﺮ ا

ﺪ ﻮ

ﻻا

دﻮ ﻮ

ﺎﻬ

سﺎ ا

ﻰ ا

ﷲا

ةﺮ ا

ا

ﺪ ا

ﻚ ذ

ﷲا

) .

اور

(

11

b. Makna Terminologi

Berdasarkan makna etimologi dan nasabi maka fitrah menurut terminologi ialah “citra asli yang dinamis, yang terdapat pada sistem-sistem psikofisik manusia, dan dapat dikatualisasikan dalam bentuk tingkah laku, citra unik tersebut telah ada sejak awal penciptaannya.”12

Hasan langgulung mengatakan:

“Salah satu ciri fitrah ialah, bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain manusia itu dari asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian dari fitrahnya.

Dengan demikian, anak yang baru lahir sudah memiliki potensi untuk menjadi manusia yang bertuhan. Walau ada orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan bukanlah merupakan sifat dari asalnya, tetapi erat kaitannya dengan pengaruh lingkungan.

Menurut Yosep Nutti dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia seperti dorongan-dorongan lainnya, misalnya: makan, minum, intelek dan lain sebagainnya. Sejalan dengan hal itu dorongan untuk beragamapun menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusiapun mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu dorongan beragama merupakan

10

،ةرﻮ ﻰ ﺪ ﻰ ﻷ ا ﺎﺠ ايﺬ ﺮ ا ،ﺎ نﻮ ﺄ ا )

ﺔ ﺮ اراد

نﺎ توﺮ 297 -209 ـه ( ص . 851 . 11

، اﺰﺠ ا

)

عارﺎ اﺮ ﻮ

( ص، . 458 . 12

Abdul, Mujib, dkk, Nuansa-nuansa Psilkologi Islam, ( jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002), Cet.2.h.78-84


(24)

dorongan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan beberapa faktor penyebab yang bersumber pada sumber dan rasa keagamaan.13

5. Kebutuhan Manusia 1. Kebutuhan individu

Dalam bukunya Zakiayah Daradjat (peranan Agama dalam kesehatan mental), membagi kebutuhan manusia atas dua kebutuhan pokok, yaitu : 1. Kebutuhan primer, 2. Kebutuhan sekunder.

a. Kebutuhan Primer

Kebutuhan primer yaitu, berupa kebutuhan jasmaniah: seperti makan, minum, seks dan sebagainya (kebutuhan ini didapat manusia semenjak lahir tanpa dipelajari). Diantara kebututuhan tersebut yang banyak pengaruhnya terhadap kesehatan mental ialah kebutuhan seks.

1. Kebutuhan seks

Pemenuhan kebutuhan ini terutama pada masa remaja demikian menonjolnya sehingga dapat mendatangkan pengaruh negatif, dengan tidak terpenuhinya kebutuhan seks ini akan menimbulkan gangguan kejiwaan dalam bentuk tindakan abnormal, yang disebut sebagai keabnormalan seksuil.

2. Melarikan diri

Kebutuhan manusia akan perlindungan dan keselamatan baik jasmani maupun rohani. Perlengkapan dan persenjataan merupakan usaha manusia dalam menyalurkan kebutuhan proteksi jasmaniahnya, sedangkan agama merupakan penyaluran proteksi rohaniahnya. Jika kebutuhan ini meningkat ketaraf yang sudah tidak rasional lagi, maka timbulah rasa takut yang berlebih-lebihan (phobia).

3. Pencegahan

Kebutuhan manusia untuk mencegah terjadinya reaksi melarikan diri. Kebutuhan inimerupakan dorongan manusia terhadap tantangan dari luar, kemudian berusaha menekan, menantang kemudian menyalurkannya.

4. Ingin tahu

13


(25)

Kebutuhan rohani manusia untuk ingin mengetahui segala sesuatu termasuk latar belakang kehidupannya. Yang mana mendorong mengembangkan dirinya sesuai kodrat hidupnya.

5. Humor

Kebutuhan manusia untuk mengendorkan beban kejiwaan yang dialaminya dalam bentuk verbal dan perbuatan.

b. Kebutuhan Sekunder

Kebutuhan sekunder yaitu, kebutuhan rohaniah seperti kebutuhan sosial, kebutuhan ingin dicintai dan sebagainnya. Kebutuhan ini sudah ada sejak manusia kecil.

Zakiyah Daradzat membagi kebutuhan sekunder kedalam enam macam, yaitu:

1. Kebutuhan akan rasa kasih sayang

Kebutuhan akan rasa kasih sayang berperan penting dalam menentukan sikap dan tingkah laku kejiwaan seseorang.usaha untuk memperoleh rasa kasih saayang tersebut akan mengakibatkan mereka mengeluh, mengadu dan menjilat, sebagai usaha untuk memperoleh kasih sayang. Gejala sampingan kehilangan rasa nafsu makan, kurang tidur, pessimis, sakit kepala, keras kepala dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan akan rasa aman

Tidak adanya rasa aman akan menyebabkan manusia terganggu sikap intergritas dirinya dengan masyarakat dan dengan lingkungannya. Dampak negatif tidak taerpenuhinya kebutuhan ini ialah: curiga, buruk sangka, berusaha mempertahankan diri dengan menggunakan kekuatan fisik (jimat).

3. Kebutuhan akan rasa harga diri

Kebutuhan ini bersifat individual. Jika kebutuhan akan rasa harga diri tidak terpenuhi menyebabkan seseorang menyombongkan diri, dan sebagainya.

4. Kebutuhan akan rasa bebas

Penyaluran rasa bebas ini sampai merasa lega. Kehilangan rasa bebas akan menyebabkan seseorang merasa gelisah, tertekan, prustasi dan sebagainya. Banyak penyakit phisik seperti reumatik, darah tinggi, sakit jantung, lidah kaku,


(26)

maupun hilang ingatan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa bebas.

5. Kebutuhan akan rasa sukses

Penyaluran kebutuhan ini akan menambah rasa harga diri. Pemberian tugas yang sesuai dengan kemampuan dan ganjaran batin penghargaan terhadap keberhasilan seseorang merupakan untuk menyalurkan rasa sukses.

6. Kebutuhan akan rasa ingin tahu

Kebutuhan rasa ingin tahu akan terpenuhi melalui pembinaan pribadi seseorang. Kebutuhan ini jika tidak tersalurkan akan menyebabkan orang melakukan tindakan-tindakan negatif yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Zakiayah Daradjat, adanya kerjasama keenam macam kebutuhan tersebut menyebabkan orang membutuhkan agama. Melalui agama kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat disalurkan. Yaitu dengan cara melaksanakan ajaran agama secara benar dan baik maka semua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.

2. Kebutuhan Sosial

Bentuk kebutuhan ini menurut Guilford berupa: a. Pujian dan kritikan

b. Kekuasaan dan mengalah c. Pergaulan

d. Imitasi dan simpati e. Perhatian

3. Kebutuhan terhadap Agama

Menurut howard ada 9 buah kebutuhan dasar spiritual manusia, yaitu:


(27)

1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trus) yang senan tiasa secara teratur terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.

2. Kebutuhan akan makna hidup, tujuan hidup dalam membangun hubungan yang selaras, serasi dan seimbang dengan Tuhannya (vertikal) dan dengan manusia (horizontal) serta alam sekitarnya.

3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dalam hidup keseharian. Pengalaman agama hendaknya integratif antara ritual dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan selalu secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan. Ini dimaksudkan agar kekuatan iman tidak melemah.

5. Kebutuhan akan rasa bebas dari rasa bersalah dan berdosa. Rasa bersalah merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa. Dengan melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh maka seseorang akan terbebas dari rasa bersalah dan berdosa.

6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri, disinilah pentingnya agama agar martabat manusia tetap pada fitrahnya.

7. Kebutuhan akan rasa aman terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan. Dengan adanya kebutuhan ini melahirkan adanya kepercayaan terhadap hari akhirat. Dengan adanya kepercayaan ini orang berusaha mencapai keselamatan hidup di akhirat.

8. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia. Dengan kata lain, manusia harus menjalin hubungan dengan makhluk Tuhan yang lain, baik sesama manusia maupun lingkungan sekitar.

9. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang sarat dengan nilai-nilai religiusitas. Merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan komunitas keagamaan. Dengan melakukan berbagai


(28)

kegiatan peribatan bersama merupakan media selain mempererat kasih sayang dan meningkatkan keimanan.14

Dengan demikian, dari 9 kebutuhan manusia tersebut, berarti manusia memerlukan tuntunan. Karena manusia tidak pernah bebas dari berbagai macam pengalaman senang ataupun susah, takut atau tenang, kecewa atau puas, sakit atau sehat dan sebagainya. Tuntunan naluri agama yang akan menjadi tuntunan dalam kehidupan manusia, harus berdasarkan wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya.

Dalam keadaan bagaimanapun dan kepada siapa pun juga, agama dapat memberikan jalan pemecahan, atau jalan keluar dari berbagai macam kesulitan yang dihadapi. Agama Islam sesuai untuk orang yang sederhana sekalipun dan sampai kepada pemikir-pemikir yang jenius.15

Kebutuhan anak akan agama pada umumnya kurang mendapat perhatian para pendidik dan psikolog. Padahal si anak sejak lahir telah dihadapkan kepada pengalaman keagamaan, lewat penglihatan, pendengaran, dan perlakuan orang tuanya terutama di dalam keluarga yang taat beragama. Misalnya anak-anak di dalam keluarga muslim, begitu lahir telah diperdengarkan di telinganya suara adzan. Kemudian suara adzan itu akan berulangkali didengarnya setiap waktu sholat tiba.16

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan.

Manusia sebagai makhluk Allah yang diberi kelebihan dari pada makhluk lainnya yaitu dianugerahkan untuk mengenal tuhannya. Dari kemampuan untuk mengenal Tuhan, lahirlah kemampuan untuk beragama. Keduanya fitrah yang dianugerahkan oleh Tuhan dalam diri manusia.

Dengan kemampuan mengenal Tuhan, manusia dapat memenuhi kebutuhan jiwanya seperti kebutuhan kebebasan, kebutuhan akan rasa kasih

14

. Ramayulis, Psikologi Agama.... hlm. 38

15

M. Ali, Hasan, Study Islam Al-Qur’an dan Sunnah, ... Cet, 1. hlm. 28.

16

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,1995), Cet.2, hlm. 22.


(29)

sayang, rasa aman dan sebagainya. Namun demikian, tidak setiap orang mempunyai kesempatan untuk mengenal agama. Hal itu disebabkan karena orang tuanya acuh tak acuh terhadap agama, ditambah lagi dengan keadaan lingkungan yang jauh dari nilai-nilai agama. Selain itu ada juga yang mendapat kesempatan untuk mengenal agama, karena sejak kecil telah dibiasakan dan dilatih untuk menjalankan agama. Orang tuanya pun taat beribadah dan memberi contoh yang baik, di samping itu lingkungan masyarakat sekitarnya diwarnai nilai-nilai agama.

Agama menyangkut batin manusia, oleh karena itu kesadaran beragama dan pengalaman seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan ghaib. Dari kesadaran beragama dan pengalaman beragama yang kemudian munculah sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang.

Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya sikap keagamaan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Di bawah ini akan lebih dijelaskan mengenai dua faktor tersebut adalah:

1. Faktor intern, yaitu faktor dari manusia itu sendiri, karena manusia adalah homo religius (makhluk beragama) yang sudah memiliki fitrah untuk beragama. 17

Di sumber lain dikatakan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Hereditas

Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur lainnya yang mencakup kognitif, afektif dan konatif. Menurut Sigmund Freud perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan menimbulkan rasa bersalah (sense of guilt) dalam diri seseorang. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap larangan agama, maka dalam diri pelakunya akan timbul rasa berdosa, dan perasaan seperti ini barangkali yang ikut mempengaruhi perkembangan

17


(30)

jiwa keagamaan seseorang sebagai unsur hereditas, sebab dari berbagai kasus pelaku zina sebagian besar memilki latar belakang keturunan dengan kasus yang sama.

b. Tingkat usia

Meskipun tingkat usia bukan merupakan satu-satunya faktor perkembangan jiwa keagamaan seseorang, tetapi kenyataan ini dapat dilihat dari perbedaan pemahaman agama dari tingkat usia yang berbeda.

c. Kepribadian

Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur hereditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara unsur hereditas dengan pengaruh lingkungan inilah yang membentuk kepribadian, dan setiap manusia memiliki kepribadian yang unik dan berbeda-beda, sehingga perbedaan tersebut membawa pengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan seseorang.

d. Kondisi jiwa seseorang

Bagaimanapun juga kondisi jiwa seseorang akan berpengaruh pada pandangan tentang agama, seseorang yang mengidap phobia akan dicekam rasa takut yang irrasional sehingga pandanganya terhadap agama akan dipengaruhi oleh hal yang demikian juga. Sedangkan seseorang yang normal akan memandang agama secara sadar dan dapat berpikir sehat.18

2. Faktor ekstern, yaitu lingkungan yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan seseorang, karena lingkungan merupakan tempat dimana seseorang itu hidup dan berinteraksi, lingkungan disini dibagi menjadi tiga, yaitu keluarga, instuisi dan masyarakat.

Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh baik pula, begitupun sebaliknya.

18


(31)

Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, tujuan terpenting dari pembentukan keluarga ialah sebagai berikut:

• Mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga. .

• Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis.

• Mewujudkan Sunnah Rasulullah

• Memenuhi kebutuhan cinta-kasih anak.

• Menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan penyimpangan-penyimpanagan19

Jadi, keluarga adalah orang yang pertama bertanggung jawab terhadap perkembangan atau pendidikan anak yang sedang tumbuh. Hal tersebut sebagaimana yang telah tertulis dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6:20

….

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …

Dalam bukunya Abdul Rachman Shaleh, ada tiga macam lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan keagamaan seseorang yaitu:21

1. Keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan agama bagi perkembangan anak, orang tua dari lingkungan keluarga yang demikian akan selalu mendorong anaknya untuk kemajuan pendidikan agama serta bersama-sama mengajak anak untuk menjalankan perintah agama dan menjauhi laranganya. Dalam hal ini orang tua dapat mendatangkan guru ngaji atau privat agama serta menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah madrasah dan mengikuti kursus-kursus keagamaan.

19

Abdurrahman, An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat..., hlm.139.

20

Departemen Agama, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Gema Insani, 2005), QS.

At-Tahrim ayat 6. 21

Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000), Cet. 1, hlm. 96.


(32)

2. Keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan agama anak. Orang tua dari keluarga seperti ini tidak mendorong ataupun melarang terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan dan bersikap acuh terhadap sikap keagamaan anak-anak mereka.

3. Keluarga yang antipati terhadap dampak dari keberadaan pendidikan agama di sekolah atau dari masyarakat sekitarnya. Orang tua dari keluarga seperti ini akan menghalangi dan menyikapinya dengan kebencian terhadap kegiatan keagamaan yang dilakukakan oleh anak mereka.

Banyak alasan mengapa pendidikan agama di rumah sangat penting, yang pertama. Karena pendidikan di sekolah, di masyarakat di rumah ibadahpun prekuensinya sangat rendah. Karena Pendidikan agama di masyarakat, di rumah ibadah seperti masjid hanya berlangsung beberapa jam saja setiap minggunya, sedangkan di sekolah hanya berlangsung dua sampai empat jam pelajaran setiap minggunya. Alasan kedua, dan yang paling penting bahwasanya inti dari pendidikan agama islam adalah penanaman iman ke dalam diri seseorang, dan penanaman iman itu hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari dan itu hanya mungkin dilakukan di rumah, karena pendidikan agama itu intinya adalah pendidikan keberimanan, yaitu usahaa-usaha menanamkan keimanan di hati anak-anak.22

Pembentukan kesadaran beragama ini sangat erat kaitannya dengan peran orang tua sebagai teladan dalam pembentukan pribadi anak, karena orang tua adalah panutan dan cermin pertama kali yang mereka lihat dan mereka tiru sewbelum mereka berpaling kepada lingkungan sekitarnya. Yang mana dari kesadaran beragama tersebut akan menimbulkan sikap atau tingkah laku beragama.

Perkembangan sikap sosial anak pun terbentuk mulai di dalam keluarga, orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil, dan bijaksana, akan menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak, ia akan gembira dan segera akrab dengan orang lain. Karena ia merasa diterima dan disayangi oleh orang tuanya,

22

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1999), Cet. IV, hlm. 134.


(33)

maka akan bertumbuh padanya rasa percaya diri dan percaya terhadap lingkungannya; hal yang menunjang terbentuknya pribadi yang menyenangkan dan suka bergaul. Seperti dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir yang artinya:

“Barang siapa yang memberikan teladan suatu kebaikan, maka ia akan memperoleh pahala ditambah pahala seperti pahala yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dalam Islam itu, barang siapa yang memberi teladan keburukan, maka ia akan memperoleh dosa ditambah dosa seperti yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.”

Dapat penulis simpulkan Jika para pendidik (orang tua) tidak bertanggung jawab atas perkembangan serta amanah dalam menjaga anak-anaknya, dan jeleknya pendidikan mereka dalam keluarga akan membawa atau sebab bagi seorang anak untuk melakukan penyimpangan. Diantara faktor- faktor dasar yang menyebabkan penyimpangan anak diantaranya sebagai berikut:23

• Kefakiran yang menaungi sebagian rumah

•Perselisihan dan konflik antara ibu-bapak

•Perceraian dan implikasi kemiskinan

•Memanfaatkan waktu luang anak dan remaja

•Buruknya perlakuan orang tua terhadap anak

•Kelalaian orang tua terhadap pendidikan anak

•Musibah keyatiman Lingkungan Institusional

Lingkungan institusional yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan dapat berupa intitusi formal seperti sekolah maupun non formal seperti perkumpulan atau organisasi.

23

Al Ahwani, Abdullah, Nashih Ulwan. Pendidikan Anak Menurut Islam (Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak),... hlm. 97.


(34)

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksaanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. Dalam hubungan ini Zakiah Daradjat mengatakan, bahwasanya;

Lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana adalah sekolah. Guru-guru yang melaksanakan tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas pendidikan. Guru masuk kedalam kelas, membawa seluruh unsur kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikiranya, sikap dan ilmu pengetahuan yang dmilikinya. Penampilan guru, pakaiannya, cara berbicara, bergaul dan memperlakukan anak bahkan emosi dan keadaan jiwa yang dialaminya, ideologi dan paham yang dianutnya terbawa tanpa disengaja ketika ia berhadapan dengan anak didiknya. Seluruhnya akan terserapoleh sianak tanpa disadari oleh guru dan orang tua, bahkan anak sampai kagum dan sayang kepada gurunya. 24

Lingkungan Masyarakat

Dalam kehidupan, manusia tidak akan pernah lepas dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya saling membutuhkan satu sama lain. Untuk itu, lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang juga ikut mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku seseorang.

Masyarakat disini dapat diartikan sebagai komunitas yang amat heterogen dengan berbagai aspeknya. Di dalamnya terdapat kegiatan dalam bidang agama, sosial, ekonomi, politik, seni budaya, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Semuanya itu merupakan lingkungan yang dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan. 25

24

Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1, hlm. 270.

25


(35)

Adapun lingkungan masyarakat yang dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan sikap keagamaan anak dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:26

1. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.

Lingkungan yang seperti ini biasanya tidak peduli terhadap segala aspek kegiatan yang bersifat keagamaan bagi masyarakatnya. Masyarakat seperti ini menganggap bahwasanya urusan agama merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing.

2. Lingkungan yang berpegang teguh pada tradisi agama, tetapi tanpa dorongan batin.

Biasanya lingkungan seperti ini manghasilkan anak-anak beragama tanpa kritik, atau beragama secara kebetulan.

3. Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.

Bagi lingkungan yang kurang kesadarannya, anak-anak akan mengunjungi tempat-tempat ibadah dan ada dorongan orang tua, tetaapi tidak kritis dan tidak ada bimbingan. Sedangkan bagi lingkungan agama yang kuat, kemungkinan hasilnya akan lebih baik dan bergantung kepada baik buruknya pimpinan dan kesempatan yang diberikan.

Suatu kehidupan masyarakat pada dasarnya dibatasi oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang didukung oleh warganya. Oleh karena itu, setiap warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan norma dan nilai yang ada dan tolong menolong dalam hal kebajikan. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Maidah:2.

....

26


(36)

dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Walaupun kecenderungan beragama merupakan fitrah bagi setiap manusia, akan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh faktor intern dan ekstern individu dan keduanya mempunyai kaitan satu sama lain dalam arti saling mempengaruhi.

7. Indikator Sikap Keagamaan

Agama menyangkut kehidupan manusia. Kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang berkaitan dengan sesuatu yang sakral dan ghaib. Dari kesadaran dan pengalaman agama inilah timbulnya sikap keagamaan yang ditampilkan oleh seseorang.

Untuk dapat menilai apakah seseorang mempunyai sikap keagamaan atau tidak dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu:27

1. Dimensi keyakinan (ideologis) yang disejajarkan dengan akidah.

Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam Islam, dimensi ini menyangkut keyakinan tentang Allah, para Malaikat, Nabi/ Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka dan lain-lain. Contoh: Apakah mereka percaya pada Allah, para Malaikat, Nabi/ Rasul, Kitab-Kitab Allah, surga dan neraka dan lain-lain.

2. Dimensi peribadatan/ praktek agama (ritualistik) yang disejajarkan dengan syariah.

Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan ritual sebagaimana diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya, dalam Islam dimensi peribadatan menyangkut

27

Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam ; Solusi Islam akan Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005, Cet . I, h. 77


(37)

pelaksanaan shalat, zakat, membaca al-Qur’an, berdoa, dan lain-lain. Contoh: apakah mereka shalat, puasa, zakat, membaca al-Qu’an, berdoa dan lain-lain.

3. Dimensi penghayatan (eksperiensal)

Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat seorang muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman religius, dalam Islam dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan doa-doa terkabul, perasaan bersyukur pada Allah dan lain-lain. Contoh: Apakah mereka memiliki perasaan dekat atau akrab dengan Allah dan lain-lain.

4. Dimensi pengetahuan

Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat pengetahuan dan pemahaman seorang muslim terhadap ajaran-ajarannya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya, dalam Islam dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi al-Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Iman dan rukun Islam), hukum-hukum Islam dan sebagainya. Contoh: Apakah mereka mengikuti pengajian, kegiatan-kegiatan keagamaan, membaca buku-buku keagamaan dan lain-lain).

5. Dimensi pengamalan (konsekuensial) yang disejajarkan dengan akhlak Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat pengamalan seorang muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya yaitu bagaimana seorang manusia berinteraksi dengan alam dan manusia lain. Dalam Islam, dimensi ini meliputi suka menolong, bekerjasama, menegakkan keadilan, berlaku jujur, bersikap sopan santun, memaafkan, tidak mencuri dan lain-lain.

Secara umum cerminan sikap keagamaan dinyatakan dalam tiga hal, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Akidah merupakan pondasi utama yang akan menentukan sikap seseorang dengan keimanan yang tertanam dalam dirinya. Obyek keimanan yang tidak akan berubah dan tidak akan pernah hilang adalah keimanan yang ditentukan oleh agama. Akhlak itu sendiri merupakan tingkah laku


(38)

manusia atau sikap hidup manusia dengan pergaulan hidup, sedangkan syariah merupakan peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau pokok-pokok supaya manusia berpegang teguh kepadanya di dalam hubungannya dengan Tuhannya dan dengan kehidupannya.28

Liput syariah sendiri meliputi segi hubungan manusia dengan Tuhan yang disebut dengan ibadah, dan segi hubungan manusia dengan sesama yang disebut dengan muamalah. Antara ibadah dan muamalah mempunyai ikatan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dalam artian keduanya harus bernilai ibadah sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaan manusia.

Sementara itu, akhlak merupakan pokok esensi ajaran islam disamping akidah dan syariah. Dalam ajaran agama islam, akhlak adalah suatu ilmu yang di dalamnya terdapat ajaran tentang tingkah laku manusia atau sikap hidup manusia dengan pergaulan hidup. Ajaran akhlak merupakan indikator kuat bahwa prinsip-prinsip Islam sudah mencakup semua aspek dari segi kehidupan manusia lahir maupun batin dan mencakup semua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi vertikal dan horizontal.

Dengan demikian, untuk menjadikan manusia memiliki sikap keagamaan yang sesuai dengan ajaran agama Islam, mereka memerlukan bimbingan dan pengembangan. Untuk dapat mengetahui bentuk sikap keagamaan seseorang maka dapat dilihat dari seberapa jauh keterkaitan komponen kognisi, afeksi dan konasi seseorang dengan masalah-masalah yang menyangkut agama. Karena bagaimanapun juga hal tersebut tidak ditentukan oleh hubungan sesaat melainkan hubungan proses, sebab sikap dibentuk melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman.29

Jika keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, maka merujuk pada rumusan di atas terlihat bahwa ada tiga aspek keagamaan, yaitu:

28

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam...., hlm. 42-43.

29


(39)

1. Aspek kognisi, yaitu segala hal yang berhubungan dengan intelek manusia, dimana akal pikiran merupakan potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk mendorongnya melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang buruk. Dengan adanya kemampuan manusia berpikir dan memahami perbuatan-perbuatannya maka manusia membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, sehingga jiwa manusia mengakui adanya zat yang Maha Kuasa tempat untuk berlindung dan memohon pertolongan.

2. Aspek afeksi, yaitu segala hal yang berhubungan dengan segala perasan (emosional) seperti senang, setuju, tidak setuju bila seseorang percaya bahwa agama adalah sesuatu yang baik dan benar maka akan timbul perasaan suka terhadap agama sehingga menimbulkan sikap batin yang seimbang dalam menghayati kebenaran agama.

3. Aspek konasi, yaitu segala hal yang berhubungan dengan perilaku keagamaan. Aspek ini berfungsi mendorong timbulnya perasaan doktrin suatu ajaran agama untuk mengamalkan ajaran agama dengan penuh keikhlasan dalam hidupnya.

Dengan demikian ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama lain dalam pengamalan ajaran agama. Aspek kognisi berperan menentukan benar atau tidaknya ajaran agama berdasarkan pertimbangan intelaktual seseorang, aspek afeksi berperan menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama dan aspek kognisi berperan menimbulkan amalan-amalan doktrin keagamaan yang benar.

Dari berbagai uraian tentang sikap keagamaan, maka yang dimaksud dengan sikap keagamaan siswa di penelitian ini adalah: suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut terjadi oleh adanya konsistensi antara pemahaman terhadap keagamaan sebagai unsur kognitif, perasaan senang sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif.


(40)

Dengan demikian sikap keagamaan dari seorang yang berkepribadian muslim adalah suatu perwujudan dari keseluruhan totalitas manusia, baik sikap dan karakternya, tabiatnya, dan tindakannya sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam. Karena Islam merupakan suatu sistem yang menyeluruh, maka keagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam ibadah ritual saja, tetapi juga dalam bentuk aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pembinaan kesadaran Beragama

Untuk menumbuhkembangkan sikap kesadaran beragama dan pengalaman beragama seseorang, maka diperlukan metode tertentu dalam rangka menumbuh kembangkan potensi jasmani dan rohani pada diri manusia agar bermoral, berbudi pekerti yang baik dan luhur.

Cara lain yang dapat ditempuh dalam pembinaan, adalah dengan cara memakai metode.30

Metode yang tepat diantaranya sebagai berikut: a.Metode bimbingan dan penyuluhan

Dalam al-Qur’an terdapat firman Allah yang mengandung bimbingan dan penyuluhan karena al-qur’an sendiri diturunkan untuk membimbing dan menasehati manusia sehingga dapat memperoleh batin yang tenang, sehat, serta bebas dari segala konflik kejiwaan. Dengan metoda ini, manusia akan mampu mengatasi segala kesulitan hidup yang dihadapi atas dasar iman dan takwanya kepada yang maha menjadikan. Di bawah ini adalah salah satu ayat yang menunjukan metoda demikian yaitu;

⌦ ⌧

30


(41)

Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus:57).

Pendekatan yang diperlukan dalam melaksanaan metoda tersebut adalah melalui sikap yang lemah lembut dan lunak hati dengan gaya menuntun dan membimbing kearah kebenaran.

b.Metode Pemberian Contoh dan Teladan

Metode yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah metode pemberian contoh dan teladan dari kehidupan Nabi Muhammad adalah mengandung nilai pedagogis bagi para pengikutnya.31 Dalam bukunya Abdullah Nashih Ulwan yang diterjemahkan oleh Jamaludin Miri dalam bukunya “Pendidikan Anak dalam Islam”, dijelaskan bahwasanya keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak, yang tindak tanduk sopan santunnya, disadari atau tidak akan ditiru oleh anak.32

Menurut Drs. Heri Jauhari Muchtar dalam bukunya fikih pendidikan metode pendidikan islami yang sering digunakan di lembaga formal maupun non formal adalah

1. Metode keteladanan 2. Metode pembiasaan 3. Metode nasihat

31

Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999) , hlm. 114-117.

32

Abdullah Nasih Ulwan, Buku Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Terj.dari pendidikan Anak dalan Islam oleh Jamaludin Miri, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), cet.1,h. 2.


(42)

4. Metode memberi perhatian 5. Metode hukuman33

6. Menegakan disiplin

7. Memberi motivasi atau dorongan 8. Memberi hadiah terutama psikologis

9. Penciptaan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif.34 Untuk menanamkan iman, metode di atas memilki pengaruh sangat besar, dan dapat digunakan demi terciptanya kesadaran beragama pada diri seorang anak.

B. Kehidupan Anak Jalanan beserta Permasalahannya. 1. Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan adalah anak yang belum dewasa (secara fisik dan psikis) dan sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya. Umumnya anak jalanan berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar belakang kehidupan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga membaratkan jiwa dan berprilaku negatif.35 Dari devinisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwasannya faktor penting yang sering terkait dengan anak jalanan yaitu:

a. Anak-anak

b. Menghabiskan sebagian waktunya c. Mencari nafkah atau berkeliaran

33

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 18-21.

34

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam...h. 127.

35

Arif-Ahmad, “Pemberdayaan Anak Jalanan, dari Http://Researchengines.Com. 13 Oktober 2010.


(43)

d. Jalanan dan tempat-tempat umum lainnya

Faktor-faktor tersebut memperlihatkan terganggunya keberfungsiaan sosial (social functioning) anak. Konsep social functioning mengacu kepada situasi dan relasi anak-anak yang melahirkan berbagai tugas atau peran. Seorang anak setidak-tidaknya berada pada situasi rumah, sekolah, lingkungan bermain yang didalamnya berelasi dengan orang-orang dalam situasi tersebut dan mempunyai peranan tertentu seperti belajar, mematuhi orang tua, bermain dll. Keadaan mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dengan menghabiskan sebagian waktunya yang cukup banyak jelas menyimpang dengan social functional anak.

2. Karakteristik Anak Jalanan

Beberapa ciri-ciri anak jalanan dituangkan dalam matrik berikut: Tabel : ciri-ciri fisik dan psikis anak jalanan

Ciri-ciri fisik Ciri-ciri Psikis

Warna kulit kusam

Rambut kemerah-merahan Banyak berbadan kurus Pakaian tidak terurus

Mobilitas tinggi Acuh tak acuh Penuh curiga Sangat sensitif Berwatak keras Kreatif

Semangat tinggi

Berani menanggung resiko Mandiri

Ciri-ciri umum lainya adalah: Usia berkisar antara 6-18 tahun

Intensitas hubungan dengan keluarga (masih berhubungan teratur setiap harinya, dan hubungan dengan keluarga kurang misalnya seminggu sekali, dan sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga).


(44)

Waktu yang dihabiskan di jalanan rata-rata lebih dari 4 jam sehari.

Tempat anak jalanan sering dijumpai di pasar, terminal bus, stasiun kereta api, taman-taman kota, perempatan jalan raya, pusat perbelanjaan, kendaraan umum dan pembuangan sampah.

Aktifitas anak jalanan diantaranya: menyemir sepatu, pedagang asongan, pemulung, pengamen, ojek payung, pengelap mobil, kuli, pengemis, pekerja seks, joki three in one dan sebagainya. 36

3.Pendekatan Penanganan Anak Jalanan

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam penanganan Anak Jalanan dapat ditempuh dengan cara, antara lain:

Street Based, merupakan pendekatan di jalanan untuk menjangkau dan mendampingi anak jalanan untuk mengenal, mendampingi anak jalanan, mempertahankan relasi dan komunikasi, serta melakukan penanganan di jalan seperti konseling, diskusi permainan, dan pemberian orientasi. Orientasi street based upaya menangkal pengaruh negatif jalanan dan membekali anak jalanan dengan nilai-nilai dan wawasaan positif. Salah satu model dalam pendekatan ini adalah mobil sahabat anak.

Centre Based, merupakan pendekatan dimana anak jalanan sebagai penerima pelayanan ditempatkan pada suatu centre atau pusat kegiatan dan tempat tingkat dalam jangka waktu tertentu. Di tempat tersebut anak jalanan akan mendapatkan pelayanan sampai mencapai tujuan yang dikehendaki, salah satu pendekatan adalah boarding house.

Family and Community based, merupakan pendekatan yang melibatkan keluarga dan masyarakat yang bertujuan mencegah anak-anak ke jalan dan mendorong penyedian sarana pemenuhan kebutuhan

36

Yani, PAI bagi Anak Jalanan, Skripsi Sarjana PAI UINSyarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), hlm .23, t.d.


(45)

anak. Family and community based mengarah pada upaya membangkitkan kesadaran, tanggung jawab dan partisipasi anggota keluarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah anak jalanan, rumah singggah merupakan model program yang menggunakan tiga pendekatan sekaligus.37

Fungsi Rumah Singgah

• Sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.

• Rehabilitasi yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak.

• Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada bergagai pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan dll.38

4. Masalah-masalah yang dihadapi Anak Jalanan

Keberadaan anak jalanan sering dianggap mengganggu keamanan serta keresahan masyarakat. Penilaian seperti ini ada benarnya, karena secara rasional dapat dimengerti bahwa anak yang hidup di jalanan cenderung hidupnya tidak teratur dan karena kerasnya kehidupan mereka, maka anak lebih mudah untuk berbuat sesuatu yang mengganggu ketertiban dan keamanan. Misalkan berkelahi, mencuri, dsb. Sehingga dengan seringnya melakukan tindakan tersebut. Maka stigma negatif untuk anak jalanan sulit dilepaskan. Kendati begitupun, ini tidak

37

M. Rondang Siahaan, “Kampanye Sosial Penanggulangan Anak Jalanan Study Penanganan Anak Jalanan oleh Direktoriat Kesejahteraaan Anak Departemen Sosial RI”, Tesis Pascasarjana UI Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Nasional Jakarta, 2003), h.51-52,t.d.

38 Humanisclub, “Fenomena Anak Jalanan sebuah Tragedi Zaman ini”,


(46)

berarti bahwa semua anak jalanan melakukan perbuatan yang meresahkan masyarakat.

Dalam nasioanal kompas disebutkan, permasalahan yang sering dihadapi anak jalanan adalah rentannya kekerasan seperti kasus yang menimpa ardiansyah (9), seorang anak jalanan yang dimutilasi ayah asuhnya, dan barbagai macam kekerasan lainnya seperti pelecehan seksual.39

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka penulis dapat merumuskan kerangka berpikir. Bahwasannya pembinaan kesaadaran beragama pada kehidupan anak jalanan berpengaruh pada sikap dan tingkah laku yang dilakukan oleh anak jalanan dalam kesadaran dalam berprilaku baik.

Jika pembinaan tersebut dilaksanakan sebaik mungkin oleh rumah singgah, maka akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku yang baik. Begitu juga sebaliknya, jika pembinaan kesadaran beragama tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh rumah singgah, maka hasilnya pun kurang mempengaruhi sikap dan tingkah laku yang mencerminkan kesadaran beragama.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara dari hasil teori yang akan diuji lebih lanjut. Maka untuk itulah diperlukan penelitian. Dari kerangka berpikir di atas Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah:

1. Ho : tidak terdapat hubungan yang positif dari pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan

2. Ha : terdapat hubungan yang positif dari pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan

39 Sobran-Ahmad

, “Menguak Kehidupan Anak Jalanan Ayah Ibu nya pun Orang Jalanan”, dari Http://Nasioanal.Kompas.Com, 13 Oktober 2010.


(47)

Jelasnya, jika hipotesa alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesa nihil (Ho) ditolak, maka terdapat hubungan positif yang signifikan dari pembinaan kesadaran beragama pada kehidupan anak jalanan.


(48)

BAB III

METODOLOGI PEELITIAN

A. Desain dan Tempat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskripsi, yaitu memaparkan data sebagaimana adanya dan menganalisa data.

Penulis mengadakan penelitian di rumah singgah Anak Kurnia jln. Pedati No. 24 Rt 001/07 kelurahan tengah kec. Kramat jati Jak-Tim 13540.

B. Variabel Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti terdapat apa yang dinamakan variable penelitian. Variabel berasal dari bahasa inggris variable dengan arti “Ubahan” atau gejala yang dapat diubah-ubah.1 Variable dapat juga didefinisikan sebagai gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian.2

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini memiliki dua variabel yaitu pembinaan kesadaran beragama sebagai variabel bebas, dan kehidupan anak jalanan sebagai variabel terikat.

C. Populasi dan Sampel

Menurut suharsmini Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek penelitian3. Adapun populasi pada penelitian ini adalah anak jalanan yang berada

1

Anas, Sudijono, Pengantar Statistik Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h. 36.

2

Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , Jakarta: Rineka Cipta,2002. cet. Ke-12, h. 94

3

Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ....h. 94


(49)

di Rumah Singgah Anak Kurnia kramat jati yang berjumlah 60 orang. Akan tetapi penulis hanya mengambil populasi dari anak jalanan yang bermur 8 tahun keatas. Yang berjumlah 20 orang. Agar dapat terlihat pengaruh perubahan afektif dari hasil pembinaan di Rumah Singgah Anak Kurnia.

D.Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa teknik penelitian, antara lain:

1. observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat)terhadap gejala. Gejala subjek yang diselidiki, baik pengamatan dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan4

2.Wawancara

Wawancara yaitu proses tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung dengan dua orang atau lebih.5 Penulis mengadakan wawancara guna melengkapi data. Adapun wawancara yang dilakukan kepada pengelola Rumah Singgah Anak Kurnia, Anak binaan Rumah Singgah dan salah satu masyarakat setempat.

3. Angket

Angket disebut juga questioner sampel dihubungi melalui melalui daftar pertanyaan tertulis. Angket ini penulis berikan kepada anak jalanan yang berada di rumah singgah anak kurnia untuk memperoleh data tentang pengaruh pembinaan kesadaran beraagama pada perilaku kehidupan anak jalanan.

4

Winarno, Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung: Tarsito, 1998 . h. 161

5

Wardi , Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, jakarta: Logos 1997, cet 1. h. 72


(50)

38

ian

1. Kesadaran dalam meyakini ajaran agama

• Memiiki keyakinan tentang ajaran-ajaran agama

•Recaiving

•Responding

•Voluing

•Organization

•Characterization

1, 2, 6, 4, 8, 3, 9, 5, 7, 10

10

2. Kesadaran dalam melaksanakan ibadah

• Suka berdo’a

•Menjaga kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal.

•Melatih diri dalam melaksanakan ibadah (sholat, puasa dan membaca Al-Qur’an)

•Recaiving

•Organization

12, 13, 11, 15, 17, 18,

14, 16,


(51)

39

•Ingat akan dosa dan pahala

•Mau bersyukur

•Voluing 22, 23, 24, 26,

4. Kesadaran dalam menambah ilmu pengetahuan

•Memiliki sikap antusias dalam menambah ilmu pengetahuan

•Mengikuti

pelatihan-pelatihan agama.

•Receiving

•Responding

•Voluing

5. Kesadaran dalam berperilaku baik

•Memiliki kejujuran

•Memiliki kepedulian terhadap orang lain.

•Menepati janji

•Menunjukan sikap pemaaf

•Recaiving

•Responding

•Voluing


(52)

40

•Memiliki sikap sopan santun terhadap sesaama.

•Membiasakan

berbusana sopan lagi rapih


(53)

F. Teknik pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan data

Dalam pengolahan data, penulis menempuh cara sebagai berikut: a. Editing

yaitu dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan adalah melakukan edit atau memilih/menyortir data sehingga hanya data saja yang terpakai saja yang tinggal. Bila ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab oleh responden, penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya agar angket tersebut sah.

b. Coding

yaitu setelah data-data tersebut di edit, lalu penulis mengkode dan mengelompokkan data-data tersebut berdasarkan kategori pembahasan.

c. Tabulasi

yaitu pengolahan data dengan cara memindahkan jawaban yang terdapat di dalam angket ke dalam tabulasi.

2. Teknik analisis data

Data yang dipereoleh dari hasil observasi,angket,wawancara dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif analisis, yang menggambarkan apa adanya, kemudian dianalisis. Langkah pertama adalah menentukan skoring semua pertanyaan, data yang diperoleh ditabulasikan berdasarkan skor/nilai dengan cara jawaban yang berupa huruf akan dirubah menjadi nilai angka, yaitu sebagai berikut:

a. Untuk jawaban A, diberi nilai 4 b. Untuk jawaban B, diberi nilai 3 c. Untuk jawaban C, diberi nilai 2 d. Untuk jawaban D, diberi nilai 1

Pemberian skor di atas untuk pernyataan yang bernilai positif, adapun untuk pernyataan yang bernilai negatif adalah kebalikannya, seperti:


(54)

b. Untuk jawaban B, diberi nilai 2 c. Untuk jawaban C, diberi nilai 3 d. Untuk jawaban D, diberi nilai 4

Langkah selanjutnya adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberi skor. Data yang terkumpul di analisa secara kantitatif melalui tabel distribusi frekuensi dengan persentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus:

P = f x 100 %

N

P : Persentase

F : Frekuensi ( jumlah yang mengisi ) N : Jumlah Responden /sampel 100 % : Bilangan tetap (konstanta)

Untuk memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interpretasi yang dikemukakan oleh suharsimi Arikunto adalah sebagai berikut:

1. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100% 2. Cukup baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56-75% 3. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-55 4. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%

Untuk mengetahui persentase, digunakan rumus perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan nilai harapan (NH), nilai dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.


(55)

2. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupaakan nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil penelitian.

3. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus:


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Anak Kurnia

Rumah singgah anak kurnia merupakan lembaga pendidikan non formal yang berdiri di bawah naungan yayasan akur kurnia. Rumah singgah tersebut beralamat di jl.H. Sidih No. 66 Rt 04/07 kelurahan kampung tengah kecamatan kramat jati jakarta timur 13540. Lembaga non formal ini bergerak dalam bidang sosial yang berusaha menangani masalah sosial pendidikan dan kesehatan, salah satunya adalah PMKS (penyandang masalah kesejahteraan sosial) diantaranya adalah keluarga retak, orang tua tidak mampu, yatim piatu, anak terlantar dan anak jalanan yang khususnya berada di kampung tengah kecamatan kramat jati jakarta-timur yang membutuhkan pelatihan dari masyakat maupun pemerintah. Rumah singgah anak kurnia merupakan salah satu lembaga dari yayasan akur kurnia yang didirikan pada saat krisis ekonomi di tahun 1997.


(57)

Di bawah ini adalah kebutuhan anak yang tersedia di Yayasan Akur Kurnia

Pembina Hj.Sa'adah

Bendahara sekertaris 

penanggung Jawab

Sri Suryani sulaiman  

H.Otong S

2. Visi dan Misi Rumah Singgah Anak kurnia

a. Visi Rumah Singgah Anak Kurnia

Meningkatkan kesejahteraan sosial keluarga kurang mampu khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Misi Rumah Singgah Anak Kurnia

Ikut berperan membantu pemerintah dalam usaha pengentasan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan melalui UKS (usaha kesejahteraaan sosial) sehinggga di harapkan fakir miskin, yatim piatu, jompo dan para duafa serta warga yang tidak mampu dan sebagainya, dapat menikmati hidup lebih layak bagi penerus bangsa.

KB

PEND. kesetar

an A,B,C

KETE RAMP ILAN

PS.  RSGAK

NPSAA RSG


(58)

3. Tujuan, Sasaran dan kegiatan keagamaan di rumah singgah Anak Kurnia

a. Tujuan

1. Berbagi rasa kebahagian dan kasih sayang kepada anak-anak yang kurang beruntung.

2. Dengan memberikan pendidikan non formal dan olah raga di harapkan dapat mandiri.

3. Dengan memberikan pembinaan mental dan spiritual akan menambah keimanan mereka sebagai bekal di masa yang akan datang.

4. Memberikan gizi dan pemakanan kepada anak-anak di harapkan meningkatkan pola makan yang baik sesuai dengan 4 sehat 5 sempurna. 5. Pemberian pelayanan kesehatan.

6. Memberikan motivasi akses usaha ekonomi produktif (UEP) Untuk meningkatkan ekonomi yang layak serta berguna untuk keterampilan yang hidupnya.

b. Sasaran

1. Masyarakat pra sejarah di wilayah kelurahan kap tengah kelurahan kramat jati jakarta-timur khususnya dan DKI pada umumnya.

2. Anak-anak kurang mampu masih mempunyai keinginan bersekolah. 3. Anak jalanan.

c. Jenis-jenis kegiatan keagamaan:

Dalam memberikan pendidikan non formal kepada anak-anak yang kurang beruntung, yayasan/rumah singgah memberikan pelatihan dan pembinaan mental dan spiritual untuk menambah keimanan mereka sebagai bekal dimasa mendatang. Adapun pembinaan yang dilakukan berupa pembiasaan-pembiasaan baik yang dilakukan melalui bimbingan atau arahan dan contoh/teladan dari para


(59)

guru, pengurus pengelola yayasan tersebut dengan harapan menumbuhkan rasa keberagamaan mereka yang nantinya akan tercermin dari tingkah laku baik sehari-hari. Karena pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memperhatikan ranah pendidikan yaitu asfek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

4. Sarana dan prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang ada di rumah singgah anak kurnia adalah sebagai berikut: Ruang sekretariat yang berukuruan kira 2x3 m, bersampingan dengan dengan ruang pimpinan, ruang belajar anak, ruang perpustakaan dan terkadang di pakai untuk memasak oleh pengelola, ruang tidur anak, dua buah kamar mandi, dan halaman bermain (dua buah ayunan dan kolam renang untuk anak).

5. Profil Rumah Singgah Anak Kurnia

Rumah singgah merupakan lembaga non formal dengan pendekatan yang melibatkan keluarga dan masyarakat yang bertujuan mencegah anak-anak ke jalan dan mendorong penyedian sarana pemenuhan kebutuhan anak. Family and community based mengarah pada upaya membangkitkan kesadaran, tanggung jawab dan partisipasi anggota keluarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah anak jalanan. Adapun rumah singgah anak kurnia beralamat Jl.H.Sidih No.66 Rt 004/07 Kp. Tengah Kramat Jati Jakarta-timur jawa-barat 13540.

Rumah singgah anak kurnia berdiri pada tahun 1997 ketika krisis moneter menimpa masyarakat yang di sahkan dengan akta notaris pada tanggal 2 juni 1998 No.3 dan diperbaharui pada tanggal 13 Desenber 2006 No.3. Adapun tanah tanah yang dijadikan tempat untuk berlindung anak tersebut berstatus kontrak dan hak milik. Luas tanah kontrak 400m dan yang sudah berdiri sebagai bangunan 250m³.

Selama ini dana yang diperoleh demi keberlangsungan kegiatan yang berada di rumah singgah tersebut merupaka subsidi dari dinas sosial provinsi DKI


(1)

b. Penting d. Sangat tidak penting

45. Hemat dalam menggunakan uang adalah upaya untuk menjauhkan diri dari perbuatan syaitan (boros).

a. Sangat penting c. Tidak penting b. Penting d. Sangat tidak penting

46. Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya karena setiap manusia merupakan saudara.

a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju

47. Memberi salam ketika bertamu kerumah orang merupakan sopan santun yang harus kita lakukan.

a. Sangat penting c. Tidak penting b. Penting d. Sangat tidak penting

48. Mencium tangan kedua orang tua ketika hendak berpergian untuk meminta do’a restu agar selamat dalam perjalanan.

a. Sangat penting c. Tidak penting b. Penting d. Sangat tidak penting

49. Bersikap sopan santun terhadap semua orang merupakan salah satu dari ajaran dari Nabi Muhammad.

a. Sangat baik c. Tidak baik b. Baik d. Sangat tidak baik

50. Mengenakan busana yang menutupi aurat agar tidak memancing orang dalam melakukan maksiat

a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju


(2)

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan daalam penulisan skripsi yang berjudul “Pembinaan Kesadaran Beragama pada Kehidupan Anak Jalanan (Studi Kasus di Rumah Singgah Anak Kurnia)” yang disusun oleh Siti Shofiah NIM 106011000181 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 01 Desember 2010.

Jakarta, 01 Desember 2010 Dosen Pembimbing skripsi

Dr. Zaimudin,MAg Nip : 19590705 199103 1 002


(3)

UJI REFERENSI  

No Referensi Hal. Skripsi Ket

1 Al Ahwani, Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalan Islam , Terj.dari Tarbiyat al Awlad Fial Islām oleh Jamaludin Miri, Jakarta: Pustaka Amani, cet.1, 1995.

22,

2 _____, Pendidikan Anak Menurut Islam (Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak), Terj. dari Tarbiyat al Awlad fial Islām, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet-1, 1990.

29

3 An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Jakarta:Gema Insani, Cet.1, 1995.

20,

4 Ancok , Djamaluddin dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam ; Solusi Islam akan Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka pelajar, Cet . I, 2005.

24

5 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , Jakarta: Rineka Cipta, Cet.12, 2002.

36

6 Arif-Ahmad, “Pemberdayaan Anak Jalanan”, dari Http://Researchengines.Com. 13 Oktober 2010.

30

7 Bahtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos 1997, Cet. 1.


(4)

8 Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, Cet.2, 1995.

17

9 Departemen Agama, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Gema Insani, 2005.

8

10 Hasan, M. Ali, Study Islam Al-Qur’an dan Sunnah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.1, 2000.

6, 17

11 Humanisclub, “Fenomena Anak Jalanan sebuah Tragedi Zaman ini”, dari Http://Humanisclub.Wordpress.Com, 13 Oktober 2010.

33

12 Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet.3, 2003.

7,

13 ______, Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, Cet. 13, 2010.

10, 18, 19, 27

14 Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

30

15 Mujib, Abdul, dkk, Nuansa-nuansa Psilkologi Islam, jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet.2, 2002.

12,

16 Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.

28

17 _____, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Ciputat: UIN Jakarta Press, Cet. 1, 2005.

23

18 _____, Metodologi Study Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

9

19 _____, dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, Ciputat: UIN


(5)

Jakarta Press, Cet-1, 2005.

20 Natusion, Harun, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid 1, Jakarta: UI Press, 1979.

7,

21 Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta:Kalam Mulia, Cet.9, 2009.

7, 12, 16,

22 Saleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, Cet. 1, 2000.

20,

23 Satrio, Adi, Kamus Ilmiah Populer, Visi 7, 2005.

6

24 Siahaan, M. Rondang, “Kampanye Sosial Penanggulangan Anak Jalanan Study Penanganan Anak Jalanan oleh Direktoriat Kesejahteraaan Anak Departemen Sosial RI”, Tesis Pascasarjana UI Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Nasional Jakarta, 2003.

33

25 Sobran-Ahmad, “Menguak Kehidupan Anak Jalanan Ayah.Ibunyapun Orang

Jalanan”, dari Http://Nasioanal.Kompas.Com, 13

Oktober 2010.

34

26 Sudijono, Anas, Pengantar Statistik pendidikan, Jakarta:Pt.Grapindo Persada, 2007.

36

27 Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik,


(6)

Bandung: Tarsito, 1998.

28 Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. IV, 1999.

21, 30

29 Uhbiyah, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

29

30 Wardi , Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, jakarta: Logos 1997.

37

31 Yani, PAI bagi Anak Jalanan, Skripsi Sarjana PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

32,

32 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 2, 1995.

23, 26

33 ﺢْﻴﺤﱠ ا ﺎﺠ ا يﺬ ﺮﱢﺘ ا ﻦﻨ ،ﺎﺤﻴ نﻮ ﺄ ﻴ ﻴ ا

ﻦﺑ ﻰ ﻴ ﻦﺑ ﺪ ﺤ ﻰ ﻴ ﻲﺑﻷ

،ةرﻮ

) توﺮﻴﺑ : راد

ﺔﻓﺮﻌ ا ، 209 -297 ـه .(

11

34 .(عارﺎ ﺳاﺮﺗﻮﻓ ﻪﻃ)،ﻲﻧﺎﺜ اﺰﺠ ا ﺢﻴﺤ 12 Mengetahui

Dosen Pembimbing  

 

Dr. Zaimudin,Mag Nip : 19590705 199103 1 002