Rencana Induk Investasi Air Limbah

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor

Error: Reference source
not found

1. Pendahuluan
1.1

Latar Belakang 1.2

Kerangka Kerja 1.3

Definisi Air Limbah

Pemerintah Australia mengumumkan Inisiatif Air dan Sanitasi (Water and Sanitation Initiative/WSI) pada
bulan Desember tahun 2008. Alokasi dana yang telah disepakati adalah sebesar 60,5 juta dolar Australia.
Dana tersebut merupakan dana yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia
(dana bilateral) dan dibelanjakan untuk periode 1 Juli 2009 – 30 Juni 2011. Mott MacDonald Indonesia
telah ditunjuk oleh IndII sebagai konsultan paket 1 Rencana Induk Pengelolaan Air Limbah untuk Surabaya
dan Bogor. Proyek dimulai pada tanggal 1 September 2010 dan diharapkan untuk selesai pada tanggal 30
Juni 2011.

Persiapan Rencana Investasi Pengelolaan Air Limbah dalam pekerjaan ini merupakan salah satu
komponen dari WSI Indonesia. Komponen lainnya mencakup hibah air dan sanitasi, dan bantuan untuk
PAMSIMAS. Program WSI Indonesia yang dilaksanakan oleh Indonesian Infrastructure Initiative (IndII),
merupakan proyek bilateral antara pemerintah Australia dan Indonesia, didanai oleh AusAid (Agen
Australia untuk Pembangunan Internasional). Ada 3 paket tender dari Rencana Induk Investasi
Pengelolaan Air Limbah yang mencakup 7 pemerintahan kota.
Proyek penyusunan rencana induk pengelolaan air limbah ini merupakan bagian dari Rancangan
Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Nasional. Usulan Rencana Induk dan Sistem
Pengelolaan Air Limbah yang termaktub di dalamnya mengacu pada strategi nasional pengembangan
sistem pengelolaan air limbah. Pelaksanaan rencana induk tersebut diarahkan melalui beberapa peraturan
dan komitmen. Dua peraturan utama tersebut adalah:
1. Peraturan Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman, dan
2. Peraturan Pemerintah No. 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan tersebut memberikan kerangka kerja misi dan visi kegiatan dan pengembangan sistem
pengelolaan air limbah yang bersifat umum dan tidak menyediakan banyak bimbingan teknis secara
spesifik akan pengelolaan air limbah sendiri. Namun demikian, kedua peraturan tersebut digunakan dalam
pengembangan rencana induk dari pemerintah kota dengan beberapa penyesuaian untuk mengimbangi
topik pengelolaan air limbah dan hal-hal spesifik yang berkaitan dengan area pelayanan.
Pemerintah Indonesia (GoI) telah berkomitmen untuk memenuhi target MDG dalam sektor sanitasi pada

tahun 2015. Hal tersebut berarti bahwa 76,8% dari populasi nasional telah mendapatkan akses atas
sanitasi yang baik dan aman.
The term ‘wastewater’ led to some confusion during discussions in the early stages of the development of
the masterplan. A more appropriate term would be ‘human waste management’, to distinguish it from storm
water. In the framework of the master plan, we distinguish the following three terms:
 Air Limbah Domestik: terdiri dari:

Error: Reference source not
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
found
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor
1.04.11_Bahasa.doc

1

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor

1.4

Error: Reference source

not found

Tujuan Umum dan Tujuan Khusus dari Rencana Induk

− Black Water (‘kakus’) = limbah manusia (tinja dan air seni) + air yang digunakan untuk
membersihkan anus dan pembilasan toilet (biasanya menggunakan tangan, sistem pour-flush)
− Grey Water = air limbah yang dihasilkan dari kegiatan mandi dan cuci

 Limbah Non-Domestik: limbah yang berasal dari usaha kecil, industri rumah tangga, daerah-daerah
industri;
 Lumpur Tinja: residu dari tinja yang mengendap setelah periode penguraian anaerobik dalam cubluk,
septik tank atau sistem pengolahan/pengumpulan lainnya.
Catatan. Limbah Non-domestik dari industri rumah tangga seperti pengolahan tahu atau polusi industri dari
penjagalan hewan dan sebagainya memberikan pengaruh signifikan terhadap lingkungan masyarakat
setempat. Ketidakmampuan kami untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi tersebut, karena keterbatasan skala
waktu kajian, kami tidak menyentuh isu tersebut dalam rencana induk. Lihat bagian 6.5 untuk keterangan
lebih lanjut.
Kesimpulan:
Dalam kerangka kerja rencana induk, istilah ‘air limbah’ berarti limbah domestik yang berasal dari
permukiman yang tediri dari black water, grey water dan lumpur namun tidak termasuk di dalamnya air

hujan. Pengurasan, pengangkutan serta pengolahan lumpur tinja termasuk di dalam rencana induk.

Tujuan umum dari proyek ini adalah untuk mengembangkan rencana induk jangka panjang (2003) dan
untuk, bersama-sama dengan pemerintah kota, mengembangkan sarana dan kemampuan untuk
menyiapkan Strategi Sanitasi Pemerintah Kota. Dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah kota
diharapkan mampu untuk mengembangkan dengan lebih baik tujuan-tujuan yang lebih terfokus,
menstrukturkan kembali proses pengelolaan apabila diperlukan, memfasilitasi pelaksanaan program dan
melaksanakan, mengoperasikan serta memelihara infrastruktur fisik proyek di masa yang akan datang.
Tujuan khusus dari proyek ini adalah untuk mengidentifikasi prioritas pelaksanaan proyek dalam periode
lima tahun pertama dari rencana induk, yaitu pada tahun 2015 dan untuk memungkinkan Multilateral
Development Banks (MDB’s) serta agen-agen pengembangan bilateral berkomitmen pada pengembangan
lebih lanjut dari usulan pengelolaan air limbah dengan persetujuan Pemerintah Indonesia. Hasil kegiatan
dirancang sesuai dengan ketentuan MDB’s atau agen-agen bilateral yang berkomitmen untuk
menyediakan dana, dan mengingat bahwa Pemerintah Indonesia telah setuju untuk menyikapinya dengan
usulan pendanaan yang cukup pada tahap awal kegiatan.
Proyek yang ditentukan akan mengikuti satu kajian kelayakan, TG3. Apabila suatu kajian dirasakan perlu,
maka kajian tersebut akan disiapkan dalam proyek ini. Program investasi yang diisulkan harus disetujui
oleh pemerintah daerah dan dikaji secara seksama. Perubahan kelembagaan/legislatif yang dirasa perlu
harus diusulkan untuk memfasilitasi pelaksanaan. Perubahan tersebut berada pada bagian kegiatan
Pengembangan Kapasitas, TG4, dari proyek ini.

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor
1.04.11_Bahasa.doc

2

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor

1.5
1.6

Error: Reference source
not found

Target untuk
Daerah
KajianPemerintah Kota dan Tujuan Strategis Rencana Induk

Seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek ini, dalam penyusunan Rencana Induk dilakukan
dengan kerja sama penuh dan erat dengan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kapasitas

keahlian mereka demi keberlanjutan pengelolaan air limbah. Rencana induk mencakup infrastruktur fisik,
elemen peningkatan kapasitas dan implikasi finansial dari pengembangan sistem pengelolaan air limbah.
Target: Target rencana induk adalah untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat di Bogor.
Pengumpulan, pengangkutan serta pembuangan akhir/penggunaan ulang dari limbah (pengelolaan limbah)
berdasarkan pada prinsip-prinsip keberlanjutan.
Tujuan Strategis
1. Perbaikan segera atas kondisi masyarakat yang BAB (Buang Air Besar) di tempat terbuka: Bebas
Buang Air Besar (BAB) di Tempat Terbuka pada tahun 2015.
2. Penyediaan sistem pengelolaan air limbah untuk daerah pemukiman dimana penduduk memiliki
kondisi lingkungan yang relative tidak sehat. Hal tersebut tergambar sebagai area berisiko Sanitasi
sebagaimana halnya tercantum dalam studi EHRA .
3. Perbaikan kualitas dan kuantitas infrastruktur pengelolaan air limbah pemerintah kota sehingga beban
polusi lingkungan kota Bogor paling tidak berkurang hingga 50% pada tahun 2030, dibandingkan
dengan beban polusi pada tahun 2010. Lihat Bab 4, gambar 4.1.
4. Pengidentifikasian rute utama dari pipa induk menjadi bagian dari rencana jangka panjang sistem air
limbah skala kota (2030). Dengan demikian kebijakan tata kota dalam penempatan kerangka utama
dari system terpusat dan pengolahan limbah yang akan menjadi bagian dari infrastruktur jangka
panjang.
5. Pengembangan awal sistem limbah off-site (embrio) pada salah satu daerah perdagangan linier dan
pemukiman padat penduduk, pada tahun 2015.

6. Pengembangan kerangka hukum dan kelembagaan yang berkelanjutan untuk pengelolaan,
pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas air limbah yang lebih baik pada tahun 2015, dimana BLUD
berperan sebagai operator pengolah air limbah pada tahun 2017.
7. Motivasi dari penduduk, pengusaha dan lembaga lainnya untuk melaksanakan, mengoperasikan dan
memelihara fasilitas air limbah yang sesuai.
8. Pengembangan kemampuan fisik, financial dan teknis perbaikan air limbah di setiap tingkatan:
pemerintah, lembaga, pengusaha, pemukiman dan masyarakat.
Daerah yang dimaksud dalam rencana induk adalah daerah administratif Kota, lihat gambar 1.1. Untuk
daerah berkembang yang bersebelahan atau melintasi batas Kota, hanya lokasi yang merupakan bagian
dari wilayah Kota lah yang termasuk di dalam rencana induk. Pembicaraan lebih lanjut perlu dilakukan
pada masa yang akan datang berkenaan dengan diadakannya kerjasama dengan daerah lintas kota untuk
pengembangan solusi air limbah di daerah tersebut.

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor
1.04.11_Bahasa.doc

3

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor


1.7

Error: Reference source
not found

Basis

Gambar 1-1: Daerah Administratif Kota

Rencana induk harus dikembangkan dalam waktu 5 bulan. Hal ini diartikan bahwa banyak dihadapi
keterbatasan dari kajian ,seperti halnya:
 Ketidakmampuan untuk melakukan survei topografis secara terperinci.
 Survei SOSEC harus dilakukan di daerah-daerah yang representatif. Tidak seluruh area dari kota
digunakan sebagai sampel.
 Penggunaan data sekunder tanpa adanya ulasan yang terperinci.
 Analisa area yang bersifat umum untuk memberikan solusi yang diusulkan.
 Penggunaan batas wilayah Kelurahan, dan bukannya batas komunitas secara geografis.
 Data dan statistik kota bedasarkan skala Kelurahan.
 Ketidakmampuan dalam melakukan analisis spesifik dari limbah industri rumah tangga.

 Limbah industri tidak termasuk dalam kajian, limbah industri seharusnya dikelola oleh industri penghasil
limbah itu sendiri.
 Identifikasi lokasi instalasi pengolahan air limbah dibatasi oleh ketersediaan lahan dalam wilayah
administratif kota. Kerjasama lintas batas Kota sebaiknya dilaksanakan untuk mendapatkan lokasi IPAL
yang lebih baik

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor
1.04.11_Bahasa.doc

4

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor

Error: Reference source
not found

1.8
1.8.3


Pendekatan
Pengembangandan
Cakupan
Metodologi
Rancangan
1.8.4
1.8.2
Sistem
Identifikasi
Strategi
Air Limbah
Sanitasi
Sistem
1.8.5
Kota
Air Limbah
Sistem yang
Air Limbah
Sesuaiyang Dipilih


1.8.1

Prooyeksi Penduduk

Data penduduk berdasarkan pada data yang disediakan oleh POKJA dan sesuai dengan Rancangan Tata
Kota. Tingkat pertumbuhan sebesar 3,02% digunakan untuk memproyeksikan populasi pada tahun 2010,
2015, 2020 dan 2030.
Telah dilakukan pengkajian terhadap strategi sanitasi Kota dan menilai usulan pengolahan air limbah yang
termasuk di dalamnya, Usulan dan prioritas Kota yang sesuai, dimasukkan juga dalam Rencana Induk
.Usulan yang tidak masuk dalam proposal, telah dimasukkan dalam laporan ini.
Telah disusun lembar kerja yang berisi perhitungan cakupan rancangan air limbah, yang telah
menggabungkan strategi dan tujuan yang ada dalam rencana induk, di mana termasuk di dalamnya skala
waktu pencapaian tujuan, beban pencemaran lingkungan, perkiraan skenario pengurangan BOD, termasuk
kategorisasi sistem air limbah dan perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Lihat
lampiran A untuk keterangan lebih lanjut.
Pada kerangka acuan, dituliskan bahwa rencana induk mencakup pembuangan air limbah system
perpipaan. Sistem yang dimaksud di sini adalah sistem off-site yang dapat menimbulkan kebingungan.
Dalam rencana induk yang dimaksud dengan sistem pembuangan limbah adalah sistem pembuangan
konvensional dimana pengumpulan air hujan tidak termasuk di dalamnya (yaitu pembuangan konvensional
terpisah).
Untuk mencegah terjadinya kebingungan, kami menggunakan istilah berikut ini dalam rencana induk:
 Sistem “on-site” (tingkat rumah tangga)
 Sistem terpusat – “off-site” (skala kota secara keseluruhan);
 Sistem “intermediate”: gabungan antara sistem komunal dan sistem ”off-site”, dan bukan sistem
pembuangan konvensional (tingkat kelompok atau RT).
Umumnya sistem on-site dipilih karena biayanya murah, tersedia dan dapat dibangun oleh masyarakat
setempat atau masing-masing rumah tangga. Namun demikian pada tingkat kota, sanitasi satuan rumah
tangga terhambat dengan kondisi berikut ini:
 Tingkat kepadatan bangunan, tidak adanya lahan kosong
 Tingginya air tanah
 Tanah yang kedap air
Hambatan tersebut harus diperhatikan secara seksama pada saat mengidentifikasi sistem limbah yang
sesuai. Bagan alur sebagai perangkat untuk membantu proses perencanaan telah dikembangkan. Bagan
alur ini digunakan sebagai langkah ‘kasar’ pertama untuk menentukan dimana lokasi penerapan sistem
pembuangan off-site/konvensional dan sistem on-site. Bagan tersebut menggunakan indikator sebagai
berikut:
 Angka kasar kepadatan penduduk Kelurahan. Angka bersih kepadatan penduduk tidak tersedia.
 Keberadaan pusat bisnis atau daerah linier perdagangan.
 Sumber air yang ada atau yang dibutuhkan
 Kedalaman air tanah, kekedapan/kondisi tanah
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor
1.04.11_Bahasa.doc

5

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor

1.8.6
1.9

Error: Reference source
not found

Horison
Pengembangan
Perencanaan
Sistem Pembuangan Konvensional Off-Site Kota1.8.7

Prioritas

 Kemiringan tanah, tersedianya lahan
 Keterjangkauan dan kesesuaian.
Apabila sistem limbah konvensional tidak terjangkau dan tidak sesuai, maka sistem lain perlu
dipertimbangkan. Dalam kerangka kerja rencana induk, sistem ini disebut dengan sistem intermediate.
Prosedur berikut ini diterapkan dalam mengidentifikasi sistem pembuangan konvensional untuk daerah
Kota:
 Identifikasi daerah dengan proyeksi kepadatan populasi yang melebihi 300 orang/ha pada tahun 2015,
2020 dan 2030, berdasarkan pada perkiraan kepadatan penduduk (lihat bagian 2.3.1)
 Identifikasi daerah perdagangan dan pusat usaha linier yang telah ada dan yang direncanakan
berdasarkan pada rancangan pengembangan daerah kota yang ada.
 Gabungkan daerah padat penduduk dan daerah perdagangan dalam peta dan menkaji
kelayakan/kesesuaian sistem pembuangan konvensional pada daerah tersebut secara finansial
berdasarkan pada
− Hasil grup diskusi terfokus dengan pihak swasta
− Diskusi dengan POKJA
 Daerah tersisa setelah langkah nomor tiga di atas dinilai sebagai daerah yang potensial sebagai daerah
pengumpulan air limbah dalam peta topografis Kota.
 Setelah itu, kami ‘menghubungkan’ daerah potensial secara logis dan menentukan lokasi yang
memungkinkan untuk dibangunnya pipa induk air limbah , dengan mempertimbangkan ketersediaan
lahan yang potensial untuk dibangunnya instalasi pengolahan limbah. Pemetaan ini kemudian
dikonfirmasikan di lapangan (GPS) dan dimusyawarahkan dengan Bina Marga.
Untuk pengembangan awal dari sistem pembuangan Kota, telah diindentifikasi embrio (sebagai
permulaan) yang meliputi daerah cakupan pelayanan berupa daerah usaha dan perdagangan.
Dearah yang teridentifikasi untuk sistem onsite dan intermediate, masing-masing keluharan merupakan
prioritas, berdasarkan pada kepadatan penduduk dan kajian “resiko kesehatan”. Kajian tersebut didapat
dari survei rumah tangga EHRA yang dilakukan pada tahun 2010 sebagai bagian dari pengembangan
Strategi Sanitasi Kota (CSS).
Kerangka acuan mengharuskan bahwa dokumen rencana induk harus dapat menggambarkan intervensi
yang disetujui, baik fisik maupun non-fisik, untuk perencanaan lebih dari 20 tahun dan
mengelompokkannya dalam periode 5 tahunan. Penyusunan kajian kelayakan dilakukan hanya untuk
usulan proyek dalam kurun 5 tahun pertama saja.
Kami mengusulkan untuk membatasi pengelompokkan dalam tiga periode waktu. Jangka pendek (5
tahun), jangka menengah (10 tahun) dan jangka panjang (20 tahun). Hal tersebut lebih sesuai dengan pola
perencanaan di Indonesia. Indonesia pada saat ini berkembang dengan sangat cepat sehingga sebuah
prediksi akan situasi pada tahun ke 15 (limabelas) akan sama dengan situasi setelah tahun ke 20. Dengan
demikian, periode ke empat (15 hingga 20 tahun) akan memberikan prediksi yang tidak relevan sama
sekali.

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor
1.04.11_Bahasa.doc

6

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor

1.10

Error: Reference source
not found

“Pedoman untuk Pembaca” Laporan Rencana Induk

Dengan demikian kami mengusulkan untuk menggunakan: 2015 (sebagai tahun ke 5), 2020 (sebagai
tahun ke 10) dan 2030 (sebagai tahun ke 20). Alasan utamanya adalah bahwa tahun 2015 merupakan
batasan penting yaitu tahun dari MDG.
Dari perspektif pendanaan asing, akhir dari periode jangka pendek yaitu tahun 2015, dipandang sangatlah
optimistik. Jika tanpa hambatan yang berarti, rencana induk akan disetujui pada tahun 2011. Kajian
kelayakan yang mendetail akan disetujui pada Oktober 2011 dan proyek akan didanai dari tahun
2012/2013 dan seterusnya. Dengan demikian hasil nyata dari pelaksanaan proyek 5 tahun rencana induk
akan dirasakan manfaatnya pada tahun 2017/2018.
Rekomendasi Perencanaan
 Saat ini
 Periode Jangka Pendek
 Periode Jangka Menengah
 Periode Jangka Panjang

2010 (tahun ke 0)
2015 (tahun ke 5)
2020 (tahun ke 10)
2030 (tahun ke 20)

Penjelasan di bawah ini dimaksudkan untuk menjelaskan bab demi bab dari isi laporan Rencana Induk,
 Bab 2  Bab 3  Bab 4  Bab 5  Bab 6  Bab 7  Bab 8  Bab 9  Bab 10  Bab 11 -

gambaran umum kota dan ciri-cirinya
ringkasan kondisi pelayanan air limbah saat ini dan akibatnya pada masyarakat dan
lingkungan kota
uraian bagaimana kita menganalisa permintaan pelayanan dan tujuan strategis di masa
yang akan datang
gambaran singkat pemilihan sistem yang tepat untuk masing-masing daerah pelayanan
di kota dan pengembangan rancangan kerangka waktu untuk masing-masing intervensi
uraian usulan, waktu pelaksanaan dan biaya untuk masing-masing sistem limbah, per
area pelayanan
Uraian ringkasan keadaan lembaga yang mengoperasikan sistem air limbah saat ini dan
analisa usulan Pemerintah Kota di masa yang akan datang
Uraian singkat pilihan-pilihan pembiayaan investasi yang memungkinkan
Pengenalan awal terhadap aspek-aspek berbeda dari peningkatan kapasitas (capacity
building) yang akan dikembangkan dalam 4 bulan
Usulan investasi utama dan rekomendasi pelaksanaan
Daftar prioritas proyek untuk lima tahun pertama dari rencana induk dan rekomendasi
singkat kegiatan dan kajian lanjutan yang mendukung pelaksanaan perbaikan limbah
yang teridentifikasi dalam rencana induk.

CATATAN seluruh rencana yang ada dalam laporan utama juga termasuk dalam lampiran secara garis
besar untuk peningkatan pemahaman.

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor
1.04.11_Bahasa.doc

7