Rencana Induk Investasi Air Limbah

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor

1.1.1
1.1.2

Pentahapanlahan
Kebutuhan
untuk tahun 2015, 2020 and 2030 dan biaya investasi, operasi dan
pemeliharaan

277184BA01

MMI

MMI

12

A

/home/kominfo3/123/7.usulanfasilitas_3.doc

29 March 2011

Kebutuhan lahan untuk reaktor UASB di IPAL Paledang adalah sekitar 800 m 2.
Kebutuhan lahan untuk FAP pada tahun 2020 dan 2030 disajikan pada tabel 6.8. Adalah penting untuk
memastikan lahan untuk FAP dimasukkan dalam rencana pengembangan Kota dan dibebaskan
secepatnya. Pada saat ini terdapat lahan seluas 4ha di IPAL Kayumanis
Tabel 6.1:

Kebutuhan lahan untuk sistem FAP

Opsi Pengolahan

24/Mar/11

Kebutuhan Lahan (gross)

[ha]

BOGOR


BOGOR

BOGOR

BOGOR

STP 1:
Tegal
Gundil

STP 2:
Kayu
Manis

STP 2:
Kayu
Manis

STP 3:
Ciluar


2030

2020

2030

2030

0.54

3.66

7.56

3.26

Pentahapan IPAL adalah sama dengan pentahapan pipa induk sistem perpipaan air limbah:
 Tahap ‘start up’ (2010-2015):
− ‘Embrio’ IPAL Paledang di saluran irigasi Cipakancilan yang menlayani 4900 sambungan;

− Peningkatan operasi IPAL Tegal Gundil, untuk melayani 600 sambungan rumah;
 Tahap perluasan dan ‘kerangka’ (2015-2020):
− Konstruksi IPAL Kayumanis untuk melayani hingga 13700 sambungan;
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor
1.04.11_Bahasa.doc

1

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor

1.1.3

Menjaga kesinambungan IPAL

− Peningkatan IPAL Tegal Gundil dari kolam stabilisasi menjadi sistem Facultative aerated pond
dengan peningkatan kapasitas hingga 3000 sambungan;
 Tahap pematangan: (2020-2030):
− Perluasan IPAL Kayumanis hingga 34.000 sambungan;
− Konstruksi IPAL Ciluar hingga 12.300 sambungan.

Biaya untuk IPAL disajikan pada Tabel 6.9. Biaya unit “per sambungan” telah dikembangkan dan
digunakan untuk perhitungan biaya IPAL. Harga satuan uang digunakan didasarkan pada biaya sistem di
kota-kota lain di Indonesia.
Tabel 6.2:

Biaya investasi dan operasi dan pemeliharaan IPAL

Biaya investasi sistem
pengolahan off-site

2010-2015

2015-2020

2020-2030

Total

- IPAL embrio (Rp)


Rp 5

Juta/
rumah

22,000

-

-

22,000

- IPAl untuk sambungan rumah
baru (Rp)

Rp 5

Juta/
rumah


-

109,250

109,250

218,500

22,000

109,250

109,250

240,500

$
2


$
12

$
12

$
27

Total (Rp)
Total (US $)

Rp
9,000

O&M (Rp)

2%

4,810


Biaya operasi dan pemeliharaan diperkirakan sebesar 2% dari biaiya investasi, yaitu sekitar Rp 5 milyar
pada tahun 2030.
Catatan – ketika sistem air limbah embrio terhubung dengan saluran induk perpipaan zona Pusat, IPAL
Paledang dapat ditutup dan dibongkar. Jika reaktor UASB menggunakan material fiberglass, maka dapat
diangkat dan digunakan untuk pengolahan air limbah dilokasi lain.
Seperti dijelaskan pada Bab 5.1, terdapat beberapa resiko dalam pengembangan IPAL. Tabel 6.10
menyajikan resiko utama dan tindakan motivasional dan peningkatan kapasitas untuk meminimalkan resiko
tersebut, Tindakan ini bersifat motivasional (baik intrinsik dan ekstrinsik) dan meningkatkan kapasitas (fisik,
mental, finansial dan sosial/budaya).
Tabel 6.3:

Menjaga kesinambungan IPAL

Resiko
Staff tidak mengetahui bagaiman
mengoperasikan dan merawat
IPAL.
Tidak tersedia lahan untuk IPAL
Kontraktor tidak membangun

pengolahan air limbah dengan
baik.

Tindakan-tindakan Motivasi dan Kapasitas
Hanya menunjuk karyawan yang terdidik untuk menjalankan IPAL.
Usaha gabungan dengan badan pengolahan air limbah dan efluen lainnya untuk
memfasilitasi kunjungan site dan pembelajaran secara on-the-job
Jangan memulai pembangunan saluran air limbah sampai lahan untuk pengolahan air
limbah telah dibeli.
Hanya membayar kontraktor setelah seluruh sistem di-inspeksi;
Pengawasan yang ketat selama pembangunan;
Hanya memperkerjakan kontraktor yang memiliki pengalaman dengan pekerjaan

277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor
1.04.11_Bahasa.doc

2

Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I: Bogor


1.2

Sistem domestik on-site1.2.2

1.2.1

Tantangan yang dihadapi

Opsi teknologi

Resiko

Tindakan-tindakan Motivasi dan Kapasitas
pengolahan air limbah.

Tidak cukupnya aliran di dalam
sistem

Membangun IPAL dalam unit-unit paralel yang relatif kecil
Memastikan properti terhubung dengan baik dengan sistem air limbah.

BOD rendah dari limbah yang
masuk karena terlalu banyak
mengalir dalam sistem karena
masuknya air hujan melalui
lubang got dan prosedur
pembilasan yang buruk

Pasang Overflow darurat.

Dalam rangka menghadapi permasalahan yang dihadapi saat ini sebagaimana dijabarkan pada Bab 3 dan
untuk memenuhi kebutuhan masa depan sebagaimana di identifikasi pada Bab 4.3, sejumlah besar
fasilitas on-site perlu direhabilitasi dan beberapa fasilitas baru perlu dibangun. Tantangan yang dimaksud
disajikan pada Tabel 5.3. Pada bab ini diintifikasi jenis teknologi yang dibutuhkan pada sistem baru.
Dalam Bab 5, Bagian 5.1 kita telah menunjukkan bahwa pemilihan teknologi air limbah yang tepat
bergantung pada beberapa faktor fisik dan faktor non-fisik. Teknologi yang paling tepat adalah teknologi
yang memberikan tingkat pelayanan yang paling dapat diterima secara sosial dan ramah lingkungan
dengan biaya yang paling ekonomis. Lebih tepatnya teknologi yang sesuai adalah:
 Ramah lingkungan: air limbah ditangani sedemikian rupa sehingga tidak akan mempengaruhi manusia.
Air limbah tidak dapat diakses oleh lalat, nyamuk, tikus dll. Menghindari menangani kotoran segar. Di
daerah di mana orang bergantung pada air tanah sebagai sumber air minum, air tanah tidak boleh
tercemar;
 Nyaman: ada batasan kondisi bau dan kondisi warna. Fasilitas ini berada dalam jarak berjalan kaki dari
rumah;
 Mudah dioperasikan: operasi harian yang minim dan hanya membutuhkan rutinitas sederhana dan
aman;
 Tahan lama dan pemeliharaan yang minim: umur yang panjang secara teknis dan hanya memerlukan
pemeliharaan teknis sesekali saja, yaitu setiap 1 atau 2 tahun;
 Upgradable: memungkinkan untuk menambah dan melakukan perbaikan di masa depan;
 Biaya yang dapat diterima: ini tidak selalu berarti bahwa sistem tersebut murah. Teknologi yang terpilih
harus dalam jangkauan keuangan dan ekonomis dari anggaran kota dan rumah tangga.
Pada Tabel 6.11 kami menunjukkan berbagai pilihan teknologi tepat guna untuk kondisi khusus dalam
Surabaya. Kami merujuk kepada:

 Kepadatan penduduk: sistem on-site biasanya dibatasi untuk kepadatan rendah (Rp 3 mln./month]
KS3

Medium income [Rp 1.1 - Rp 3
mln./month] KS 2+KS3

Low income [