ANALISIS KEMAMPUAN PEMBELAJAR BAHASA JEPANG DALAM PELAFALAN BUNYI Za, Zu, Ze DAN Zo : Penelitian Deskriptif Terhadap Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI.

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN PEMBELAJAR BAHASA JEPANG DALAM PELAFALAN BUNYI ZA, ZU, ZE DAN ZO

(PenelitianDeskriptifterhadapMahasiswaPendidikanBahasaJepang FPBS UPI )

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh: ARIANI ARIFIN

0906434

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

ANALISIS KEMAMPUAN PEMBELAJAR BAHASA JEPANG DALAM PELAFALAN BUNYI ZA, ZU, ZE DAN ZO

(PenelitianDeskriptifterhadapMahasiswaPendidikanBahasaJepang FPBS UPI )

Oleh Ariani Arifin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Ariani Arifin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LembarPengesahan

Nama :ArianiArifin

NIM : 0906434

No. SK : 228/UN40.3.5.3/DT/2013

Judulskripsi :AnalisisKemampuanPembelajarBahasaJepangdalam PelafalanBunyiZa, Zu, ZedanZo (PenelitianDeskriptif MahasiswaBahasaJepang FPBS UPI)

Tanggalpengesahan : 17 Desember 2013 Disahkanoleh:

Pembimbing I Pembimbing II

DianniRisda, M.Ed. Dra.NenengSutjiatiM.Hum NIP. 197105261998032002 NIP. 196011081986012001

Mengetahui

KetuaJurusanPendidikanBahasaJepang

Dra.NenengSutjiati, M.Hum. NIP. 196011081986012001


(4)

Abstrak

Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang dalam Pelafalan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo (Penelitian Deskriptif terhadap Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang

FPBS UPI) Ariani Arifin

0906434

Ketika kita menggunakan bahasa Lisan maka kita harus memperhatikan pelafalan dalam mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jepang. Pelafalan yang salah sering kali dapat mengakibatkan lawan bicara tidak dapat memahami maksud pembicara dan dapat pula menyebabkan perbedaan arti.

Pada penelitian ini penulis akan meneliti tentang pelafalan bunyi frikatif khusunya bunyi “Z”. Bagi pembelajar asing khususnya Indonesia bunyi “Z” ini sering sekali mengalami kesalahan dalam pelafalannya. Bunyi “Z” ini sering keluar menjadi bunyi “J”, sedangkan dalam bahasa Jepang “Z” sangat berbeda dengan “J”.

Bunyi “Z” termasuk bunyi konsonan frikatif dental alveolar yang bersuara, yaitu bunyi yang dikeluarkan dengan menggunakan alat ucap antara gigi atas dan gusi (alveolum) dengan ujung lidah, dan bunyi ini mengeluarkan suara desis karena arus udara pernafasan (pada alat ucap) yang menyempit. ( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 33, 35)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan instrument penelitian berupa tes dan angket. Sampel penelitian ini yaitu Mahasiswa tingkat I, II, III, IV JPBJ FPBS UPI dengan masing-masing tingkat 10 orang.

Dalam penelitian ini penulis merekam suara responden ketika membaca bunyi Za, Zu, Ze dan Zo dalam bentuk kalimat dan kata. Kata rekaman tersebut diperiksa oleh native lalu dianalisis.

Hasil penelitian ini adalah 1) tingkat kemampuan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang UPI melafalkan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo adalah cukup. 2) faktor-faktor yang mempangaruhi kesalahan pelafalan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo dilihat dari data tes adalah karena faktor letak, sedangkan dilihat dari data angket antara lain karena bahasa ibu dan karena terburu-buru.

Berdasarkan F test menggunakan teknik ANAVA hasilnya menujukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat I, II, III dan IV dalam mlafalkan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo dalam bentuk kalimat maupun kata. Ini berarti lamanya belajar tindak mempengaruhi tingkat kemampuan mahasiswa dalam melafalkan bunyi Za, Zu, Ze, dan Zo.


(5)

Abstract

Analysis of the capability of Japanese language learners in pronouncing the sound of Za, Zu, Ze and Zo (Descriptive Research to Student of Japanese

Language Education FPBS UPI ) Ariani Arifin

0906434

When we use the spoken language then we must pay attention to prounounciation in pronouncing the words in Japanese. The incorrect pronounciation often result in caller is not able to understand the intent of the speaker and can cause a difference in meaning.

On this research the author will researching about fricative sound pronounciation especially the sound of Z. for foreign learners especially Indonesia learners the sound of Z often encounter errors in pronounciation. The sound of Z are often out into the sound of J.

The sound of Z included dental fricative alveolar consonant, which is a sound that resulted by using tone between upper teeth and alveolum with tongue tip. And, this pronounce produces a rattle-like sound caused by compressed breath.

This research using quantitative descriptive research method with a research instrument is a test and question form. The sample of this research is Japanese student FPBS UPI of 1st,2nd , 3rd and 4th grade with each level is 10 person.

In this research author record sound of student when reading a sound of Za, Zu Ze and Zo in the form of sentences and words.the recording of result then in the analysis by native speaker.

The result of this research is 1) ability of student in pronouncing the sound of Za, Zu, Ze and Zo is quite. 2)when we view of test result factors the sound of Z often encounter errors in pronounciation is because the position of the sound, and when we view of question form is because mother tongue and in a hurry when them read a test.

Based on the F test using the technique of ANAVAthe results showed no significant difference between Japanese student FPBS UPI of 1st,2nd , 3rd and 4th grade. It is mean length of study do not effect the level of ability of pronouncing the sound of Za, Zu, Ze and Zo.

Keyword : fricative, pronouncing, analisys of the capability


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

SINOPSIS ... iii

KATA PENGANTAR ...viii

UCAPAN TERIMAKASIH...ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

Daftar Grafik………xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1.4 Landasan teoristik..…………... 4

1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Metode Penelitian………. 5

1.5.2 Sampel dan populasi...………... 5

1.5.3 Instrumen Penelitian…. ………... 6

1.5.4 Teknik pengolahan data………10

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Fonologi Bahasa Indonesia 2.1.1 Proses Pembentukan Bunyi………. 13

2.1.2Dasar Klasifikasi Bunyi Segmental ……….………… 14

2.2 Bunyi Bahasa di dalam Bahasa Jepang 2.2.1 Bunyi Vokal... ………15

2.2.2 Bunyi Konsonan... 16

2.2.3 Aksen, Intonasi, Prominen………25

2.3 Penelitian Terdahulu……….26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 29

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi……….30

3.2.2 Sampel………..30

3.3Instrumen Penelitian 3.3.1 Rekaman... ………..30

3.3.2 Angket... 31

3.3.3 Follow up interview……….32

3.4 Teknik Pengolahan Data 3.4.1 Data Perekaman………32


(7)

3.4.2 Pengolahan Data Angket………..36

3.4.3 Pengolahan follow up Interview………..37

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data 4.1.1 Analisis Data Tes ... 38

4.1.2 Pengolahan Data Angket... 52

4.1.3 Analisis Data Follow up Interview………...63

4.2 Pembahasan...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ...77 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Dalam bahasa kita mengenal istilah ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan. Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang di hasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar. Sedangkan ragam bahasa tulisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasar. ( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 54)

Ketika kita menggunakan bahasa Lisan maka kita harus memperhatikan pelafalan dalam mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jepang. Pelafalan yang salah sering kali dapat mengakibatkan lawan bicara tidak dapat memahami maksud pembicara dan dapat pula menyebabkan perbedaan arti. Ada beberapa huruf yang apabila di ucapkan akan berbeda artinya.

Pada penelitian ini penulis akan memneliti tentang pelafalan bunyi frikatif khusunya bunyi “Z”. Bagi pembelajar asing khususnya Indonesia bunyi “Z” ini sering sekali mengalami kesalahan dalam pelafalannya. Bunyi “Z” ini sering keluar menjadi bunyi “J”, sedangkan dalam bahasa Jepang “Z” sangat berbeda dengan “J”.

Bunyi “Z” termasuk bunyi konsonan frikatif dental alveolar yang bersuara, yaitu bunyi yang dikeluarkan dengan menggunakan alat ucap antara gigi atas dan gusi (alveolum) dengan ujung lidah, dan bunyi ini mengeluarkan suara desis karena arus udara pernafasan (pada alat ucap) yang menyempit. ( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 33, 35)

Seperti pada kata “arigatou gozaimasu” terkadang pembelajar mengucapkannya dengan bunyi “arigatou gojaimasu”, lalu pada kata zangyou menjadi “jangyou”, dan banyak lagi kata yang menggunakan


(9)

bunyi “Z” baik di awal kata, tengah kata, maupun akhir kata yang sering di baca menjadi bunyi “J”, padahal dia tahu bahwa huruf “ ” ini di baca “ZA”. Dalam bahasa Indonesia terdapat huruf Z, tetapi kata yang menggunakan huruf Z ini sangat sedikit dan kebanyakan adalah kata-kata serapan, seperti rizki, zakat, izin dan lain-lain. Hal ini pun menjadi salah satu penyebab terjadinya kesalahan pada pelafalan bunyi “Z” karena jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Karena sering kali terjadinya kesalahan pelafalan dalam bunyi “Z” khususnya pada pembelajar bahasa Jepang di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut dalam penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang dalam Pelafalan Bunyi Frikatif “Z” (Penelitian Deskriptif terhadap mahasiswa tingkat I, II, III, dan IV Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013 )”.

1.2Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kemampuan mahasiswa tingkat I, II, III, dan IV jurusan Pendidikan Bahsa Jepang FPBS UPI dalam pelafalan bunyi frikatif “Z” ? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesalahan pelafalan bunyi

frikatif “Z” ?

3. Apakah perbedaan lama waktu belajar pembelajar mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam pelafalan bunyi frikatif “Z” ?


(10)

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya meneliti bagaimana tingkat kemampuan mahasiswa tingkat I, II, III, IV jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013 dalam pelafalan bunyi frikatif “Z”. 2. Penelitian ini hanya meneliti tetatang faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi kemampuan pelafalan bunyi frikatif “Z”.

3. Penelitian ini hanya meneliti apakah perbedaan lama waktu belajar mempengaruhi kemampuan pelafalan bunyi frikatif “Z”.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa tingkat I, II, III, dan IV jurusan Pendidikan bahasa Jepang dalam pelafalan bunyi frikatif “Z”. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan pada

pelafalan bunyi frikatif “Z”.

3. Untuk mengetahui apakah lamanya belajar mempengaruhi kemampuan dalam pelafalan bunyi frikatif “Z”.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, dapat lebih memperdalam pengetahuan mengenai fonetik terutama bunyi “Z” (konsonan dental alveolar frikatif)

2. Bagi pengajar memberikan gambaran bagaimana kemampuan mahasiswa Bahasa Jepang dalam pelafalan bunyi frikatif “Z” sehingga dapat


(11)

dijadikan umpan balik oleh pendidik untuk mencari pemecahan masalah dalam pembelajaran di kelas.

3. Bagi mahasiswa , dapat dijadikan pedoman bagi para mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI tentang bunyi frikatif “Z” sehingga diharapkan dapat menghindari kesalah pahaman dalam berkomunikasi .

1.4Landasan Teoristik

Bagian-bagian tubuh manusia yag digunakan untuk mengeluarkan atau mengucapakan bunyi bahasa disebut onsei kikan. (katou, 1991 :24). Dengan

onsei kikan (alat ucap) tersebut bunyi bahasa dibentuk dengan memanfaatkan

arus udara pernafasan yang dimanfaatkan untuk mengucapkan bunyi bahasa keluar dari paru-paru (hai) melewati tenggorokan (kikan) dan setelah mengalami proses pengolahan oleh alat ucap, lalu di hembuskan melalui rongga mulut (kookoo/ kuchimuro) atau ada pula yang melalui rongga hidung (bikoo/hanamuro). ( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 24)

Dengan mengunakan berbagai alat ucap maka akan di hasilkan bunyi-bunyi bahasa yang berbeda-beda. Bunyi-bunyi-bunyi tersebut pada umumnya terdiri atas bunyi vokal (boin), bunyi konsonan (shi’in), dan bunyi semi vokal

(hanboin).

Katoo Akihiko menjelaskan bahwa konsonan (shi’in) ialah bunyi suara

yang dibentuk dengan arus udara pernafasanyang keluar melewati pita suara yang mengalami rintangan, hambatan, halangan atau gangguan seperti dengan penutupan atau penyempitan alat ucap manusia (katoo, 1991 : 26). Diantara konsonan-konsonan itu ada yang berupa bunyi bersuara (yuuseion) dan ada juga yang berupa bunyi tidak bersuara (museion).


(12)

Ada dua macam klasifikasi konsonan di dalam bahasa Jepang yaitu, kalsifikasi konsonan berdasarkan jeis hambatan, dan kalsifikasi konsonan berdasarkan cara keluarnya arus udara pernafasan (Iwabuchi, 1989 : 129).

Berdasarkan jenis hambatanya bunyi “Z” termasuk pada dental alveolar atau bunyi yang dikeluarkan antara gigi atas dan gusi ( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 33). Dan berdasarkan cara-cara keluar arus udara pernafasan termasuk pada konsonan frikatif atau arus udara keluar melewati celah-celah jalannya pernafasan (pada alat ucap) yang menyempit sehingga mengeluarkan suara mendesis ( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 35).

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan unutk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini denagn menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara actual. (Dedi Sutedi, 2009 : 58). Metode lain yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data – data dan informasi yang bersumber dari buku – buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan kata- kata yang ada bunyi frikatif “Z” di dalamnya serta mengenai pelafalan atau bunyi itu sendiri.

1.5.2 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013.


(13)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013 yang di ambil dari tingkat I sampai tingkat IV masing-masing 10 orang. Teknik penyampelan yang digunakan adalah teknik stratifikasi. Teknik ini digunakan karena karakter populasinya bervariasi.

1.5.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Terdapat 3 instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulakan data penelitian ini, yaitu :

1. Rekaman

Penulis mengumpulkan beberapa kata yang di dalamnya terdapat bunyi “Z” yang terdiri dari bunyi “Za”, “Zu”, “Ze”, dan “Zo”.kata kata itu diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kata yang bermakna dan kata yang tidak bermakna.

a. Kata bermakna Bunyi ZA

 Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada awal kata seperti, んねん : menyesal

ん ょう: lembur

 Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada pertengahan kata seperti,

あ う いま : terimakasih


(14)

 Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada akhir kata seperti, : tikar

ひ : lutut

Bunyi ZU

 Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada awal kata seperti,

ズボン : celana

: mencabik; menyobek (sobek) kertas kecil-kecil

 Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada pertengahan kata seperti,

んズボン : celana pendek

い : kenakalan

 Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada akhir kata seperti,

あん : buah aprikot

: pasti; tentu; memang

Bunyi “ZE”

 Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada awal kata seperti,

ゼミ : seminar

ぜんぶ : semua

 Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada pertengahan kata seperti,

ぜん : lima ribu

んぜん : tiga ribu

 Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada akhir kata seperti,

ぜ : angin


(15)

Bunyi “ZO”

 Kata yang mengandung bunyi “ZO” pada awal kata seperti,

う : gajah

ろ ろ : berjalan; berturut-turut; berduyun-duyun

 Kata yang mengandung bunyi “ZO” pada pertengahan kata seperti, : keluarga

あ : langit biru

 Kata yang mengandung bunyi “ZO” pada akhir kata seperti,

ち う : gedung; konstruksi

う : sialahkan

b. Kata tidak bermakna Bunyi ZA

 Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada awal kata seperti,

 Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada pertengahan kata seperti,

ま ま

 Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada akhir kata seperti, あ


(16)

Bunyi ZU

 Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada awal kata seperti,

 Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada pertengahan kata seperti,

 Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada akhir kata seperti, あひ

Bunyi ZE

 Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada awal kata seperti, ぜひ

 Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada pertengahan kata seperti, ぜ

ひぜ

 Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada akhir kata seperti, ぜ

Bunyi ZO


(17)

 Kata yang mengandung bunyi “ZO” pada pertengahan kata seperti,

ひ め

 Kata yang mengandung bunyi “ZO” pada akhir kata seperti, てい

Perekaman suara responden dibagi menjadi 2 bagian . tes bagian pertama adalah membaca bunyi “Z” dalam bentuk kata, sedangkan tes bagian kedua membaca bunyi “Z” dalam bentuk kalimat.

2. Angket

Penulis memberikan angket pada responden untuk mengetahui data kualitatif berupa sejumlah informasi mengenai lamanya pengalaman belajar mahasiswa, bahasa ibu yang digunakan, kesulitan dan penyebab kesalahan mahasiswa dalam pelafalan bunyi “Z”, serta pendapat siswa tentang materi pelafalan bunyi “Z”.

3. Follow up interview

Penulis melakukan interview kepada responden setelah mengetahui hasil dari tes. Follow up interview ini dilakukan unutk mengetahui penyebab kesalahan yang terjadi yang tidak terjawab lewat angket, seperti tingkat kegugupan responden ketika dilakukan tes dan lain-lain.

1.5.4 Teknik Pengolahan Data a. Data perekaman

Teknik pengolahan data pada penelitian ini akan ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :


(18)

1. Data yang diperoleh dari tes dalam bentuk rekaman dengan menggunakan voice recorder, dan di alihkan kedalam komputer dengan jenis file 3gp.

2. Apakah responden melafalkan bunyi “Z” atau “J” akan di ketahui dengan bantuan native speaker.

3. Pengelompokan kata diklasifikasikan berdasarkan tingkat.

4. Pembuatan tabel analisis data, pelafalan yang benar dan salah dalam melafalkan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo.

5. Analisis data

a. Menghitung rata-rata nilai tingkat I, II, III, IV untuk mengetahui kemampuan mahasiswa tiap tingkat.

b. Menguji perbedaan rata-rata nilai dengan menggunakan teknik ANAVA untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan yang signifikan antara tingkat I, II, III dan IV.

c. Menginterpretasikan data dan menyimpulkan.

b. Data Angket

Data yang diperoleh dari hasil angket akan di analisis dengan cara : 1. Menjumlahkan jawaban setiap angket

2. Menyusun frekuensi dan presentase jawaban 3. Menginterpretasi data dan menyimpulkan

c. Data Follow up Interview

Data yang diperoleh dari follow up interview akan dianalisis denagn cara : 1. Mendengarkan hasil rekaman interview

2. Menuliskan alasan responden yang tidak terdapat dalam angket untuk manambahkan data penyebab kesalahan tersebut.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Dalam kamus besar bahasa Indonesia metode adalah cara yabg teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Penelitian adalah pemeriksaan yang teliti; penyelidikan; kegiatan pengumpulan, pengolahan analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.

Dalam kegiatan penelitian metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengambilan kesimpulan. Adapun masalah teknik berkaitan dengan teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan (analisa) data. Teknik pengumpulan data berkaitan dengan jenis instrumen yang digunakan, sedangkan teknik pengolahan data berkaitan dengan prosedur atau langkah konkret yang ditempuh pada saat analisa data dilakukan. (Dedi sutedi. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. 2009 : 53)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara actual. Masalah dalam penelitian deskriptif adalah masalah-masalah actual yang terjadi pada masa penelitian ini dilakukan. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan, penelitian deskriptif dapat difungsikan untuk memecahkan masalah praktis yang timbul di lapangan. (Dedi sutedi. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. 2009 : 58)


(20)

Penulis memilih menggunakan metode deskriptif ini karena penulis nmengganggap bahwa masalah ini berkenaan dengan fenomena yang terjadi saat ini yaitu tentang kesalahan pelafalan yang sering terjadi oleh pembelajar bahasa Jepang.

3.2Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto, 2006:130) Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia tahun ajaran 2012/2013.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil ppopulasi yang di teliti (Arikunto, 2006:131). Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013 yang diambil dari tingkat I sampai dengan tingkat IV masing-masing 10 orang. Teknik penyampelan yang diambil adalah teknik stratifikasi. Teknik ini digunakan karena karakter populasi nya bervariasi.

3.3Instrumen Penelitian 3.3.1 Rekaman

Penulis mengumpulkan beberapa kata yang di dalamnya terdapat bunyi “Z” yang terdiri dari bunyi “Za”, “Zu”, “Ze”, dan “Zo”.kata kata itu diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kata yang bermakna dan kata yang tidak bermakna.

Proses perekaman yang pertama dilakukan dengan cara responden di berikan kertas tes yang didalam nya berisi beberapa kosa kata yang mengandung bunyi Z. Untuk kevalidan dari proses perekaman penulis tidak hanya memasukkan kata yang mengandung bunyi Z saja tetapi juga kata yang tidak mengandung bunyi Z. hal ini dilakukan agar


(21)

responden mengucapkan kata tersebut sesuai kemampuan mereka dalam melafalkan bunyi frikatif Z.

Kata-kata yang akan direkam di susun kesamping menyerupai paragraph dan disusun secara acak.

Tabel 3.1

Tabel kisi-kisi penulisan kosa kata perekaman

Materi Jumlah

Kata yang mengandung bunyi ZA 7

Kata yang mengandung bunyi ZU 6

Kata yang mengandung bunyi ZE 6

Kata yang mengandung bunyi ZO 6

Kata yang mengandung Za, Zu, Ze, Zo yang tidak bermakna

5

Kata pengecoh 10

Perekaman suara responden dibagi menjadi 2 bagian . tes bagian pertama adalah membaca bunyi “Z” dalam bentuk kata, sedangkan tes bagian kedua membaca bunyi “Z” dalam bentuk kalimat. Kalimat yang akan di teskan berjumlah 20 kalimat.

3.3.2 Angket

Pada penelitian ini penulis juga menggunakan angket. Angket adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.


(22)

Angket ini terdiri dari 10 pertanyaan dalam bentuk jawaban tertutup, tetapi terdapat beberapa jawaban yang pada jawaban akhirnya diberikan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada responden menjawab secara bebas.

Penulis memberikan angket pada responden untuk mengetahui data kualitatif berupa sejumlah informasi mengenai lamanya pengalaman belajar mahasiswa, bahasa ibu yang digunakan, kesulitan dan penyebab kesalahan mahasiswa dalam pelafalan bunyi “Z”, serta pendapat siswa tentang materi pelafalan bunyi “Z”.

3.3.3 Follow up interview

Penulis melakukan interview kepada responden setelah mengetahui hasil dari tes. Follow up interview ini dilakukan unutk mengetahui penyebab kesalahan yang terjadi yang tidak terjawab lewat angket, seperti tingkat kegugupan responden ketika dilakukan tes dan lain-lain. Pertanyaan yang di ajukan sebanyak 2 buah pertanyaan.

3.4Teknik Pengolahan Data 3.4.1 Data Perekaman

Tes pertama terdiri dari 35 kosa kata yang terdiri dari 25 kata yang mengandung hasatsuon Z dan 10 kata pengecoh. Lalu pada tes kedua responden membaca 10 kalimat yang didalamnya mengandung bunyi hasatsuon Z. setelah data perekaman selesai lalu penulis mencoba menganalisis dengan di bantu oleh native speaker untuk mengetahui apakah pelafalan yang telah diucapkan oleh responden itu tepat, kurang tepat, atau bahkan salah. Kuisioner yang di berikan kepada native adalah yang berisi kosa kata yang di teskan kepada responden beserta pilihan jawaban apakah di baca bunyi Z, J, atau tidak jelas.


(23)

Setelah kuisioner di isi penulis juga meminta kepada native untuk di rekam suaranya dengan kertas tes yang sama dengan responden, yaitu membaca kosa kata dan kalimat yang mengandung bunyi hasatsuon.

Setelah suara dari native di ambil lalu surara native tesebut di perdengarkan kepada responden mahasiswa, lalu di berikan kuisioner yang sama dengan yang diisi oleh native. Pengisian kuisioner ini untuk mengetahui apakah para responden bias membedakan pelafalan bunyi z atau bunyi lain yang diucapkan oleh native speaker.

Setelah semua data terkumpul dan dimasukkan dalam tabel yang di bedakan menurut warnanya, penulis menghitung persentase jumlah bunyi yang di anggap hasatsuaon bunyi Z oleh native, dan persentase jumlah responden yang menjawab benar isi kuisioner dari setiap angkatan. Rumus ini dikutip dari Anisa Arianingsing, 2011: 45.

Perhitungan nya adalah sebagai berikut : P =

Keterangan :

P: persentase pengucapan hasatsuon bunyi Z setiap angkatan f : jumlah bunyi yang dianggap bunyi hasatsuon z oleh native n : jumlah soal

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan yang signifikan antara tingkat I, II, III, dan VI dalam pelafalan bunyi hasatsuon Z maka dianalisis dengan menggunakan ANAVA. Teknik ini digunakan karena dalam penelitian ini terdiri dari 4 sampel, yaitu tingkat I, II, III, dan VI .


(24)

Setelah mengumplkan data dari tes yang telah dilakukan, data tersebut kemudian diolah, dianalisis dan di interpretasikan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Memeriksa dan menghitung banyaknya data

b. Membuat tabel distribusi hasil tes (tabel persiapan) tes membaca hasatsuon bunyi Z dalam bentuk kata dan kalimat. c. Mencari jumlah kuadrat keseluruhan dengan menggunakan

rumus.

Keterangan

: jumlah kuadrat total

: jumlah kuadrat keseluruhan nilai dari seluruh kelompok

: factor koreksi yang muncul berkali-kali d. Mencari jumlah kuadrat kelompok dengan menggunakan

rumus:

Keterangan

: jumlah kuadrat kelompok

: jumlah keseluruhan dari nilai tiap kelompok : jumlah responden dalam kelompok


(25)

f. Mencari derajat kebebasan dengan rumus sebagai berikut : 1)

2) 3)

Keterangan :

N : jumlah seluruh sampel K : banyaknya kelompok

g. Mencari mean kuadrat kelompok (MKk) dan mean kuadrat (MKd)dalam dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1) MKk = JKk : dbk

2) MKd = JKd : dbd

h. Mencari F rasio dengan menggunakan rumus:

i. Membandingkan F rasio dengan F tabel dan menentukan kesimpulan.

j.

Untuk menginterpretasikan kemampuan pelafalan bunyi Z tersebut menggunakan pedoman sebagai berikut,

Tabel 3.2

Tabel kemampuan melafalkan bunyi Z

Nilai Penafsiran

0-54 Sangat kurang

55-64 Kurang

65-75 Cukup

75-84 Baik


(26)

3.4.2 Pengolahan Data Angket

Penulis menganalisis data angket yang terdiri dari 10 butir pertanyan. Pengolahan data angket dilakukan dengan teknik proporsional, yaitu melihat persentase jumlah jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan setiap jawaban angket b. Menyusun frekuensi jawaban

c. Membuat tabel frekuensi

d. Menghitung persentase frekuensi dari setiap jawaban dengan menggunakan rumus:

P =

Keterangan :

P = persentase frekuensi dari setiap jawaban f = frekuensi dari setiap jawaban

n = jumlah responden

e. Menginterpretasikan data dan menyimpulkan

Penafsiran data angket dilakukan dengan menggunakan kategori persentas yang disajikan dibawah ini,

Tabel 3.3

Pedoman Interpretasi Angket

(Dikutip dari Hanidah, dalam Anisa Arianingsih 2011:41) Persentase Jawaban (%) Kriteria

P=0 Tidak ada seorangpun

0<P<25 Sebagian kecil 25≤P<50 Hampir setengahnya


(27)

50<P<75 Sebagian besar 75≤P<100 Hampir seluruhnya

P=100 Seluruhnya

3.4.3 Pengolahan Follow Up interview

Penulis melakukan interview kepada responden setelah mengetahui hasil dari tes. Follow up interview ini dilakukan unutk mengetahui penyebab kesalahan yang terjadi yang tidak terjawab lewat angket, seperti tingkat kegugupan responden ketika dilakukan tes dan lain-lain. Follow up interview atau wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas karena tidak terikat sistematika susunan pertanyaan tertentu namun hanya diarahkan oleh beberapa pedoman wawancara sehingga pewawancara dapat bebas mengembangkan apa yang akan ditanyakan nanti.

Sedangkan model pertanyaan yang digunakan pada saat follow up

interview atau wawancara ini adalah model pertanyaan terbuka.

Dengan melakukan hal ini penulis dapat melakukan observasi jawaban jauh lebih dalam dan leluasa karena tidak terikat pada satu struktur susunan tertentu.

Penulis akan menjabarkan beberapa proses dari follow up interview tersebut dengan mendeskripsikan setiap pertanyaan yang di ajukan beserta jawaban dari para responden.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti. Kesimpulan yang penulis rumuskan diperoleh dari hasil analisis dan penafsiran data yang telah diperoleh. Sedangkan, saran diberikan sebagai bahan pertimbangan agar dapat membantu terlaksananya kegiatan pengajaran yang lebih baik.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun segbelumnya penulis menyimpulkan hal sebagai berikut :

1. Kesalahan pelafalan yang terjadi ketika pengambilan data yaitu para responden melafalkan bunyi lain ketika membaca bunyi Za, Zu, Ze dan Zo. Kesalahan yang di temukan adalah responden banyak yang melafalkan bunyi Z menjadi J dan S. kemampuan mahasiswa dalam melafalkan bunyi tersebut tergolong sedang.

2. Dilihat dari angket dan hasil data yang diperoleh kesalahan ini terjadi bukan karena tingkat atau lama nya responden belajar Bahasa Jepang, tetapi karena bahasa ibu yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari.Bahasa yang responden gunakan rata-rata adalah bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, dan sebagian kecil Berbahasa Jawa.bukan hanya karena bahasa ibu yang digunakan tetapi terburu-buru dalam membaca menjadi salah satu factor penyebab kesalahan tersebut.

3. Dilihat dari angket dan hasil tes menunjukan ketika mahasiswa membaca bunyi Za, Zu, Ze dan Zo dalam bentuk kalimat tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara tingkat I, II, III dan IV, begitu juga ketika membaca dalam bentuk kata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat I, II, III dan IV. Maka dari itu penulis dapat


(29)

menyimpulkan bahwa lamanya pembelajaran tidak terlalu mempengaruhi dalam kemampuan pelafalan. Seperti terlihat pada grafik kemampuan di bawah ini.

Grafik 5.1

Kemampuan mahasiswa dalam pelafalan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya jika masih terdapat kekurangan atau muncul kesalahan lainnya. Karena penelitian ini hanya sebatas memberikan tes membaca dalam bentuk kalimat dan kosa kata saja dan belum dianalisis lebih lanjut apabila secara membaca teks atau dokkai dan kemampuan berbicara langsung menggunakan bahasa Jepang.

60,5 68 70 66 61 69,7 72,33 71,33 54 56 58 60 62 64 66 68 70 72 74

tingkat I tingkat II tingkat III tingkat IV

kalimat


(30)

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian mengenai kemampuan pelafalan.

3. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak sekali kekurangan, maka diharapkan penelitian selanjutnya juga dapat mengembangkan penelitian baru dengan materi dengan tingkatan yang lebih tinggi sehingga aspek kecakapan berbahasa Jepang dapat lebih diteliti dan memberikan manfaat yang lebih baik lagi.


(31)

Daftar Pustaka

Aslinda dan Leni Syafyahya. (2007). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Rafika Aditama

Arianingsih, Anisa. (2011). Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang

dalam Pelafalan Choo’on.Skripsi pada FPBS UPI: Tidak diterbitkan

Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc

Febiano, Reynaldo. (2008). Analisis Kesalahan Pelafalan Bunyi Shi, Tsu dan Zu

dalam Bahasa Jepang pada Mahasiswa Sastra Jepang Semester Delapan Tahun 2008. Tesis Universitas Bina Nusantara: Tidak di terbitkan.

Hadi, Sutrisno. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Kawase. (1979). Nihongo Hatsuon. Tokyo: Japan Foundation

Kozok, Uli. http://transtoba2.seige.net/?lang=id&go=intro (di akses pada tanggal 7 september 2013)

Marlia. http://st286290.sitekno.com/article/4636/sistem-fonemis-pada-bahasa- sunda--jenis-vokal-konsonan--by-marlia-spd-mhum.html (diakses pada tanggal 7 septemer 2013)


(32)

Noboru, Oyanagi. (2001). New Approach Japanese Intermediate Course. Tokyo: Nihongo Kenkyusha

Sudjiono, Anas. (2004). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung:

Humaniora

Sutedi, Dedi. (2009). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora

Taniguchi, Goro. (1999). Kamus Standar Bahasa Jepang-Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat

Tim Penyusun. (2012). Joukyuu Dokkai 2. Bandung: UPI Tim Penyusun. (2012). Joukyuu Dokkai 1. Bandung: UPI

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka


(1)

50<P<75 Sebagian besar

75≤P<100 Hampir seluruhnya

P=100 Seluruhnya

3.4.3 Pengolahan Follow Up interview

Penulis melakukan interview kepada responden setelah mengetahui hasil dari tes. Follow up interview ini dilakukan unutk mengetahui penyebab kesalahan yang terjadi yang tidak terjawab lewat angket, seperti tingkat kegugupan responden ketika dilakukan tes dan lain-lain. Follow up interview atau wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas karena tidak terikat sistematika susunan pertanyaan tertentu namun hanya diarahkan oleh beberapa pedoman wawancara sehingga pewawancara dapat bebas mengembangkan apa yang akan ditanyakan nanti.

Sedangkan model pertanyaan yang digunakan pada saat follow up interview atau wawancara ini adalah model pertanyaan terbuka. Dengan melakukan hal ini penulis dapat melakukan observasi jawaban jauh lebih dalam dan leluasa karena tidak terikat pada satu struktur susunan tertentu.

Penulis akan menjabarkan beberapa proses dari follow up interview tersebut dengan mendeskripsikan setiap pertanyaan yang di ajukan beserta jawaban dari para responden.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti. Kesimpulan yang penulis rumuskan diperoleh dari hasil analisis dan penafsiran data yang telah diperoleh. Sedangkan, saran diberikan sebagai bahan pertimbangan agar dapat membantu terlaksananya kegiatan pengajaran yang lebih baik.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun segbelumnya penulis menyimpulkan hal sebagai berikut :

1. Kesalahan pelafalan yang terjadi ketika pengambilan data yaitu para responden melafalkan bunyi lain ketika membaca bunyi Za, Zu, Ze dan Zo. Kesalahan yang di temukan adalah responden banyak yang melafalkan bunyi Z menjadi J dan S. kemampuan mahasiswa dalam melafalkan bunyi tersebut tergolong sedang.

2. Dilihat dari angket dan hasil data yang diperoleh kesalahan ini terjadi bukan karena tingkat atau lama nya responden belajar Bahasa Jepang, tetapi karena bahasa ibu yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari.Bahasa yang responden gunakan rata-rata adalah bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, dan sebagian kecil Berbahasa Jawa.bukan hanya karena bahasa ibu yang digunakan tetapi terburu-buru dalam membaca menjadi salah satu factor penyebab kesalahan tersebut.

3. Dilihat dari angket dan hasil tes menunjukan ketika mahasiswa membaca bunyi Za, Zu, Ze dan Zo dalam bentuk kalimat tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara tingkat I, II, III dan IV, begitu juga ketika membaca dalam bentuk kata tidak terdapat perbedaan yang


(3)

menyimpulkan bahwa lamanya pembelajaran tidak terlalu mempengaruhi dalam kemampuan pelafalan. Seperti terlihat pada grafik kemampuan di bawah ini.

Grafik 5.1

Kemampuan mahasiswa dalam pelafalan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya jika masih terdapat kekurangan atau muncul kesalahan lainnya. Karena penelitian ini hanya sebatas memberikan tes membaca dalam bentuk kalimat dan kosa kata saja dan belum dianalisis lebih lanjut apabila secara membaca teks atau dokkai dan kemampuan berbicara langsung menggunakan bahasa Jepang.

60,5 68 70 66 61 69,7 72,33 71,33 54 56 58 60 62 64 66 68 70 72 74

tingkat I tingkat II tingkat III tingkat IV

kalimat


(4)

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian mengenai kemampuan pelafalan.

3. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak sekali kekurangan, maka diharapkan penelitian selanjutnya juga dapat mengembangkan penelitian baru dengan materi dengan tingkatan yang lebih tinggi sehingga aspek kecakapan berbahasa Jepang dapat lebih diteliti dan memberikan manfaat yang lebih baik lagi.


(5)

Daftar Pustaka

Aslinda dan Leni Syafyahya. (2007). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Rafika Aditama

Arianingsih, Anisa. (2011). Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang

dalam Pelafalan Choo’on.Skripsi pada FPBS UPI: Tidak diterbitkan

Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc

Febiano, Reynaldo. (2008). Analisis Kesalahan Pelafalan Bunyi Shi, Tsu dan Zu dalam Bahasa Jepang pada Mahasiswa Sastra Jepang Semester Delapan Tahun 2008. Tesis Universitas Bina Nusantara: Tidak di terbitkan.

Hadi, Sutrisno. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Kawase. (1979). Nihongo Hatsuon. Tokyo: Japan Foundation

Kozok, Uli. http://transtoba2.seige.net/?lang=id&go=intro (di akses pada tanggal 7 september 2013)

Marlia. http://st286290.sitekno.com/article/4636/sistem-fonemis-pada-bahasa- sunda--jenis-vokal-konsonan--by-marlia-spd-mhum.html (diakses pada tanggal 7 septemer 2013)


(6)

Noboru, Oyanagi. (2001). New Approach Japanese Intermediate Course. Tokyo: Nihongo Kenkyusha

Sudjiono, Anas. (2004). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung:

Humaniora

Sutedi, Dedi. (2009). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora

Taniguchi, Goro. (1999). Kamus Standar Bahasa Jepang-Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat

Tim Penyusun. (2012). Joukyuu Dokkai 2. Bandung: UPI Tim Penyusun. (2012). Joukyuu Dokkai 1. Bandung: UPI

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka