ANALISIS UNGKAPAN SAMBUNG –NAGARA, -TSUTSU, -KUSENI SEBAGAI PENGUNGKAP MAKNA PERTENTANGAN DALAM NOVEL SANNENME NO IRISU KARYA GENCHI AKIRA.

(1)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ANALISIS UNGKAPAN SAMBUNG NAGARA, -TSUTSU, -KUSENI SEBAGAI PENGUNGKAP MAKNA PERTENTANGAN DALAM

NOVEL SANNENME NO IRISU KARYA GENCHI AKIRA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Bandung

Oleh :

Hari Firdaus Fadillah 0902690

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

ANALISIS UNGKAPAN SAMBUNG

NAGARA, TSUTSU,

-KUSENI

SEBAGAI PENGUNGKAP MAKNA

PERTENTANGAN DALAM NOVEL SANNENME NO IRISU

KARYA GENCHI AKIRA

Oleh

Hari Firdaus Fadillah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Hari Firdaus Fadillah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Ungkapan Sambung -nagara, -tsutsu, -kuseni Sebagai Pengungkap Makna Pertentangan dalam Novel Sannenme no Irisu Karya Genchi Akira

Nama : Hari Firdaus Fadillah NIM :

NO. SK :

0902690

1347/UN40.3/DT/2013

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. H. Sudjianto, M. Hum Drs. H. Ahmad Dahidi, M. A

NIP. 195906051985031004 NIP. 195802281983031004

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

Dra. Neneng Sutjiati, M. Hum NIP. 196011081986012001


(4)

(5)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... PERNYATAAN ...

SINOPSIS ... i

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. . Joshi (Partikel) dalam Bahasa Jepang ... 12

B. Pengertian Hyougen ... 17

C. Pengertian Gyakusetsu ... 18


(6)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

E. Ungkapan Sambung -tsutsu ... 25

F. Ungkapan sambung -kuseni ... 28

G. Novel Sannenme no Irisu ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Metodologi Penelitian………..34

B. Instrumen dan Sumber Data Penelitian……….. 36

C. Teknik Pengolahan Data………. 36

BAB IV ANALISIS DATA ... 38

A. Penggunaan Ungkapan Sambung Nagara, Tsutsu dan Kuseni ... 38

B. Fungsi Ungkapan Sambung Nagara, Tsutsu dan Kuseni... 60

C. Perbedaan dan Persamaan Ungkapan Sambung Nagara, Tsutsu dan Kuseni ... 62

BAB V PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan……….. 73

B. Saran……… 76

DAFTAR PUSTAKA………77


(7)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(8)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Chaer (dalam Kridalaksana, 1983: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Sedangkan menurut Keraf (1984 : 16), bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi – suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dengan bahasa manusia bisa menghasilkan berbagai bentuk interaksi, mampu memberikan kesan dan pesan kepada orang lain, sehingga bahasa pun menjadi hal yang essensial dalam kehidupan manusia.

Kemajuan dan perkembangan yang terjadi secara continue dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan penguasaan terhadap bahasa asing sebagai hal yang mutlak. Dampak positif yang ditimbulkan adalah jumlah pembelajar bahasa asing dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tak terkecuali untuk pembelajar Bahasa Jepang.

Seperti diungkapkan oleh Sudjianto dan Dahidi (2007: 11) bahwa bahasa Jepang adalah bahasa yang unik, apabila kita melihat para penuturnya, tidak ada masyarakat negara lain yang memakai bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya.


(9)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2 Keunikan bahasa Jepang terdapat dalam banyak hal. Dalam ragam bahasa tulisnya dikenal huruf kana, kanji dan romaji. Keragaman huruf tersebut sering menjadi daya tarik tersendiri bagi pembelajar bahasa asing untuk mempelajari bahasa Jepang. Selain itu, terdapat pula keunikan dalam aspek bunyi dan intonasi, dan jika dikaji lebih mendalam akan ditemukan berbagai hal menarik dalam tata bahasa juga kosakatanya.

Dalam mempelajari bahasa asing, tidak sedikit terjadi ketidaklancaran suatu komunikasi disebabkan karena ketidakpahaman penggunaan suatu kata yang dapat menimbulkan perbedaan makna dan maksud yang ingin disampaikan. Hal inilah yang menjadi salah satu dasar perlunya diadakan suatu penelitian kebahasaan yang mendeskripsikan makna secara terperinci. Bahasa Jepang sendiri dikenal memiliki banyak kata yang memiliki persamaan makna atau sinonim (Ruigigo). Banyaknya kata yang bersinonim dalam bahasa Jepang yang juga menjadi penyebab munculnya kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang, sehingga memunculkan berbagai kesalahan (Sutedi, 2009: 60).

Selain itu, untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa asing seperti halnya bahasa Jepang, kemampuan untuk memilih jenis ungkapan yang tepat merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan adanya kemampuan ini akan memudahkan seseorang untuk menyampaikan pikiran, perasaan serta kemauannya


(10)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

terhadap orang lain secara tepat sehingga terhindar dari kesalahpahaman. Dalam bahasa Jepang ungkapan tersebut dikenal dengan istilah hyoogen.

Ungkapan dalam bahasa Jepang terbagi ke dalam beberapa jenis. Di antaranya adalah setsuzoku no hyoogen (ungkapan sambung). Penggunaan ungkapan ini seringkali menimbulkan kesulitan karena tidak sedikit di dalamnya terdapat ungkapan yang sama tapi mempunyai arti berbeda, atau sebaliknya ungkapan yang berbeda tapi mempunyai arti yang sama, misalnya:

(1) ご 飯 食 べ 新 聞 読 い 父 母 悪 い

(Matsuoka, Nihongo Nouryouku Shiken ni Deru Bunpou Nikyu, 2005: 10)

Gohan o tabenagara, shinbun o yondeiru chichi wa, haha wa kigen ga warui.

‘Ayah makan sambil membaca koran, ibu menjadi kesal.’

(2) そ 話 す 聞 い い 彼 知 い 言 た (Matsuoka,

Nihongo Nouryouku Shiken ni Deru Bunpou Nikyu, 2005: 10)

Sono hanasu o kiiteinagara, kare wa shiranai to itta.


(11)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4 Pada kalimat (1) dan (2), kedua kalimat tersebut menggunakan kata sambung

nagara. Tetapi ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, keduanya memiliki

makna yang berbeda. Pada kalimat (1), nagara bermakna melakukan suatu pekerjaan sambil melakukan pekerjaan yang lain, atau dengan kata lain melakukan lebih dari satu pekerjaan pada waktu bersamaan. Sedangkan pada kalimat (2), kata sambung

nagara menunjukkan makna pertentangan.

(3) 金 い く せ 高 い も 欲 し あ (Matsuoka,

Nihongo Nouryouku Shiken ni Deru Bunpou Nikyu, 2005: 54)

Okane ga nai kuseni, takaimono bakari hoshi ga aru.

‘Padahal tidak punya uang, tetapi selalu ingin barang yang mahal.’

(4) 夫 いいわ うそ 知 笑顔 受 入 妻 (Matsuoka,

Nihongo Nouryouku Shiken ni Deru Bunpou Nikyu, 2005: 110)

Otto no ii wake o uso to shiritsutsu, egao de ukeireru tsuma.

‘Meskipun tahu suami berbohong, tetapi istri menerima dengan

senyuman.’

Pada kalimat (3) dan (4), keduanya menggunakan kata sambung yang berbeda yaitu kuseni dan tsutsu, tetapi ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia


(12)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

memiliki makna yang sama yaitu makna pertentangan. Kalimat (3) menjelaskan sebuah kondisi dimana ketika seseorang tidak punya uang tetapi terus menerus memiliki hasrat membeli barang-barang mahal. Sedangkan kalimat (4) menjelaskan sebuah kondisi yang bertentangan ketika seorang istri tahu suaminya sedang berbohong, tetapi yang dilakukan istri bukan marah melainkan tersenyum.

Dengan melihat pada contoh kalimat di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh lagi tentang ungkapan nagara, tsutsu, dan kuseni yang sama-sama merupakan ungkapan sambung yang menyatakan pertentangan dengan judul Analisis

Ungkapan Sambung -nagara, -tsutsu, -kuseni Sebagai Pengungkap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Irisu Karya Genchi Akira.

B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dan contoh-contoh yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka cakupan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi:

a. Bagaimanakah penggunaan ungkapan sambung nagara, tsutsu, dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang?


(13)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6 b. Apakah fungsi ungkapan sambung nagara, tsutsu, dan kuseni dalam

kalimat bahasa Jepang?

c. Apakah perbedaan dan persamaan ungkapan sambung nagara, tsutsu, dan

kuseni dalam kalimat bahasa Jepang? 2. Batasan Masalah

Mengenai masalah dalam penelitian ini akan membatasi masalah agar penelitian lebih terpusat, diantaranya:

a. Penelitian ini hanya akan meneliti tentang perbedaan serta penggunaan ungkapan sambung nagara, tsutsu, dan kuseni yang menyatakan kalimat pertentangan.

b. Penelitian ini hanya akan meneliti tentang fungsi ungkapan sambung

nagara, tsutsu, dan kuseni yang menyatakan kalimat pertentangan.

c. Penelitian ini hanya akan meneliti tentang penggunaan ungkapan sambung nagara, tsutsu, dan kuseni dalam novel Sannenme no irisu karya

Genchi Akira

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(14)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

a. Untuk mengetahui penggunaan ungkapan sambung nagara, tsutsu, dan

kuseni dalam kalimat bahasa Jepang.

b. Untuk mengetahui fungsi ungkapan sambung nagara, tsutsu, dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang.

c. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan ungkapan sambung nagara,

tsutsu, dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan sama. Ketidaksamaan itu terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor tempat, waktu, keformalan, faktor sosial, bidang kegiatan dan nuansa makna (Chaer, 1994: 298-299). Jadi dari enam faktor yang dibicarakan dapat disimpulkan bahwa dua buah kata yang bersinonim tidak akan selalu dapat dipertukarkan atau disubsitusikan. Dalam penelitian sinonim ini, diharapkan hasilnya dapat mendeskripsikan persamaan dan perbedaan tersebut. Sehingga dapat bermanfaat bagi para pembelajar bahasa jepang ataupun untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi para pembelajar bahasa Jepang dapat mengetahui tentang arti, fungsi, penggunaan serta perbedaan dari ungkapan sambung nagara,


(15)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8 2) Bagi pengajar bahasa Jepang dapat memberikan informasi tentang tentang arti, fungsi, penggunaan serta perbedaan dari ungkapan sambung

nagara, tsutsu, serta kuseni yang menyatakan pertentangan kepada

pembelajar bahasa Jepang.

D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu jalan kearah kemajuan dan pemecahan suatu masalah. (Good, 1983: 18). Penelitian terdiri atas beberapa jenis, diantaranya terdapat penelitian yang berhubungan dengan pendidikan dan dinamakan penelitian pendidikan. Dalam bidang pendidikan jenis penelitian ini sangat bermanfaat terutama dalam rangka melakukan perbaikan. Penelitian pendidikan merupakan upaya untuk memahami permasalahan yang dihadapi dibidang pendidikan (Danasasmita dan Sutedi, 1996: 3). Seperti yang telah diuraikan dalam tema penelitian sebelumnya, bahwa penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan untuk meneliti keadaan yang terjadi pada masa kini maka metode penelitian yang penulis pilih adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada masa kini (Danasasmita dan Sutedi, 1996: 17).

Jenis penelitian dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya bukan


(16)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

berupa angka-angka dan tidak perlu diolah dengan menggunakan metode statistik. Data penelitian dapat berupa kalimat, rekaman atau dalam bentuk yang lainnya. Penelitian ini berdasarkan pada pendekatan naturalistik, yaitu memandang bahwa setiap fenomena itu berdimensi jamak, merupakan satu kesatuan, dan berubah-berubah. Oleh karena itu, rancangan penelitiannya berkembang selama proses penelitian berlangsung (Sutedi, 2009: 23).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik studi literatur baik dari buku, novel, internet, ataupun sumber-sumber lain yang relevan, mengenai penjelasan tentang fungsi, penggunaan serta perbedaan dari ungkapan sambung nagara, tsustu, dan kuseni dalam bahasa Jepang.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu novel Sannenme no irisu karya Genchi Akira.

b. Sampel

Sampel adalah bagian atau perwakilan dari populasi. Sampel yang akan di gunakan dalam penelitian ini yang merupakan contoh-contoh kalimat dalam novel Sannenme no Irisu karya Genchi Akira.


(17)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

10 Intrumen dalam penelitian ini berupa studi literature untuk mengetahui jenis- jenis ungkapan sambung yang menyatakan pertentangan, dalam novel

Sannenme no irisu karya Genchi Akira.

5. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Waktu yang akan dilaksanakan untuk penelitian yaitu dari bulan Januari sampai Juni 2013.

b. Tempat Penelitian

Tempat yang akan digunakan dalam penelitian ini tidak dibatasi, bisa di rumah, kampus, perpustakaan dan tempat tempat lainnya yang akan di kunjungi sesuai kebutuhan peneliti.

6. Prosedur Penelitian

a. Pada tahap pertama, penulis mengumpulkan data dari sumber data primer dan dari buku-buku para pakar serta sumber data lainnya yang relevan. b. Pada tahap kedua, penulis melakukan pencatatan secara keseluruhan kata

sambung yang berkaitan dengan penelitian.

c. Pada tahap ketiga, penulis melakukan substitusi antara kata sambung nagara/tsutsu/kuseni dengan kata penggantinya untuk mengetahui makna yg dimiliki dari kata sambung yang terdapat dalam kalimat.


(18)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

d. Pada tahap keempat, penulis menganalisa fungsi dan penggunaan nagara, tsutsu, kuseni dalam kalimat.

e. Pada tahap kelima, penulis menganalisa persamaan dan perbedaan dari kata sambung nagara, tsutsu, dan kuseni.

f. Pada tahap keenam, penulis menarik kesimpulan .

E. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan mengenai makna yang dimiliki oleh kata sambung

nagara, tsutsu, dan kuseni berdasarkan data-data yang telah diperoleh penulis.

Serta disajikan teori-teori yang sesuai dengan penelitian.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Membahas mengenai metode penelitian, instrumen dan sumber data penelitian, serta teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian.


(19)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

12 BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menyajikan, membahas serta mengkaji data-data yang telah penulis peroleh.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Di bab terakhir ini penulis akan memaparkan kesimpulan dari hasil penelitiannya, juga memberikan saran untuk penelitian selanjutnya.


(20)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Peradaban yang terus maju dan berkembang dari waktu ke waktu merupakan hasil dari adanya berbagai macam penelitian yang dilakukan oleh manusia. Dengan melakukan penelitian, manusia mengalami banyak kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk di dalamnya aspek kebahasaan.

Penelitian adalah suatu jalan ke arah kemajuan dan pemecahan suatu masalah (Good, 1983: 18). Penelitian terdiri atas beberapa jenis, di antaranya terdapat penelitian yang berhubungan dengan pendidikan yang dinamakan penelitian pendidikan. Dalam bidang pendidikan jenis penelitian ini sangat bermanfaat terutama dalam rangka melakukan perbaikan. Penelitian pendidikan merupakan upaya untuk memahami permasalahan yang dihadapi dibidang pendidikan (Danasasmita dan Sutedi, 1996: 3).

Metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang metode. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Djajasudarma, 2006: 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1989) metode diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud sedangkan penelitian adalah pemeriksaan yang teliti atau penyelidikan.

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Hakekat suatu penelitian dapat dipahami dengan


(21)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

35 mempelajari berbagai aspek yang mendorong untuk dilakukannya penelitian. Motivasi setiap orang untuk melakukan suatu penelitian bisa berbeda-beda. Tetapi secara umum, motivasi dan tujuan penelitian pada dasarnya sama, merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu yang baru. Manusia melakukan berbagai macam penelitian untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan atau dapat memecahkan suatu masalah. Masalah tersebut dapat muncul dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya aspek kebahasaan. Ada berribu-ribu bahasa yang digunakan manusia. Dan banyak kesalahpahaman terjadi antara pengguna bahasa karena adanya perbedaan pemahaman. Sebagai manusia yang memiliki bahasa ibu dan juga mempelajari bahasa asing, maka masalah yang dibahasa dalam penelitian ini adalah mengenai kebahasaan.

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui fungsi dan penggunaan kata sambung –nagara, -tsutsu, dan –kuseni sebagai

makna pertentangan dalam kalimat bahasa Jepang. Dengan metodologi kualitatif, dari penelitian ini akan dihasilkan data deskriptif berupa data tertulis.

Penelitian kebahasaan (linguistik) seperti ini penting untuk dilakukan karena dalam mempelajari bahasa asing sering terjadi salah pemahaman antara bahasa ibu dengan bahasa asing karena adanya berbagai macam perbedaan, mulai dari makna kata hingga struktur kalimat. Dalam bahasa Jepang sendiri, banyaknya kata yang bersinonim sering membuat bingung para pembelajar mengenai saat yang tepat untuk penggunaan kata tersebut. Sehingga tidak jarang menjadi penyebab munculnya berbagai kesalahan dalam menggunakan bahasa. Salah satunya mengenai kata sambung –nagara, -tsutsu, dan –kuseni yang sama-sama


(22)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan manggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi, 2009: 48). Dalam bidang pendidikan, penelitian deskriptif ini dapat difungsikan untuk memecahkan masalah praktis yang timbul dalam bidang pendidikan.

B. Instrumen dan Sumber Data Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa korpus data dan studi literatur. Jadi penulis mengumpulkan contoh-contoh kalimat yang berhubungan dengan materi penelitian dari sumber data yang ada. Kemudian dilakukan studi literatur terhadap sumber data dan contoh-contoh kalimat tersebut.

Sumber data penelitian berupa data kualitatif berupa contoh-contoh kalimat penggunaan bahasa dalam kehidupan nyata (jitsurei). Adapun data kalimat-kalimat diambil dari:

1. Novel Sannenme no irisu karya Genchi Akira

Penulis memilih novel ini karena di dalamnya terdapat cukup banyak kalimat yang menggunakan kata sambung –nagara, -tsutsu, dan –kuseni.

2. Kamus Bahasa Jepang

Kamus yang penulis gunakan sebagai sumber data dalam penelitian kali ini adalah

Nihongo Daijiten, Shogaku Kokugo Jiten, dan A Dictionary of Japanese Particles.

C. Teknik Pengolahan Data


(23)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

37 1. Pada tahap pertama, penulis mengumpulkan data dari sumber data primer yaitu novel Sannenme no Irisu, dan data lainnya diambil dari kamus-kamus bahasa Jepang.

2. Pada tahap kedua, penulis melakukan pencatatan secara keseluruhan kata sambung yang berkaitan dengan penelitian.

3. Pada tahap ketiga, penulis melakukan substitusi antara kata sambung nagara/tsutsu/kuseni dengan kata penggantinya untuk mengetahui makna yg dimiliki dari kata sambung yang terdapat dalam kalimat.

4. Pada tahap keempat, penulis menganalisa fungsi dan penggunaan nagara, tsutsu, kuseni dalam kalimat.

5. Pada tahap kelima, penulis menganalisa persamaan dan perbedaan dari kata sambung nagara, tsutsu, dan kuseni.


(24)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai kata sambung nagara, tsutsu, dan kuseni, kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut

1. Penggunaan ungkapan sambung nagara, tsutsu dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang adalah sebagai berikut

a. Nagara digunakan untuk menyatakan sesuatu di luar dugaan atau di luar kebiasaan

b. Tsutsu digunakan untuk mengekspresikan penyesalan, introspeksi diri, atau pengakuan si pembicara terhadap suatu nilai

c. Kuseni digunakan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan, ketidakpuasan,kritikan atau penghinaan terhadap suatu nilai/kebiasaan yang dianggap buruk

2. Fungsi ungkapan sambung nagara, tsutsu dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang adalah sebagai berikut

a. Ungkapan sambung nagara dalam kalimat bahasa Jepang menyatakan makna pertentangan dan melakukan dua kegiatan dalam waktu bersamaan.


(25)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

74 b. Ungkapan sambung tsutsu dalam kalimat bahasa Jepang berfungsi menyatakan makna pertentangan, melakukan dua kegiatan dalam waktu bersamaan dan dalam

bentuk ‘tsutsu aru’ menyatakan kegiatan sedang berlangsung.

c. Ungkapan sambung kuseni dalam kalimat bahasa Jepang berfungsi menyatakan makna pertentangan disertai perasaan aneh atau lucu juga menunjukkan kritik atau penghinaan terhadap lawan bicara.

3. Perbedaan dan persamaan ungkapan sambung nagara, tsutsu dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang adalah sebagai berikut

a. Perbedaan ungkapan sambung nagara dan tsutsu

1) Nagara bisa digabungkan dengan kata kerja bentuk –teiru, sedangkan tsutsu tidak bisa.

2) Tsutsu lebih sering menjadikan orang pertama sebagai subjek kalimat, sedangkan nagara bisa digunakan oleh orang pertama maupun orang ketiga.

3) Tsutsu digunakan dalam ragam bahasa tulisan sedangkan nagara digunakan dalam ragam bahasa lisan.

b. Perbedaan ungkapan sambung nagara dan kuseni

1) Kuseni tidak digunakan jika subjeknya orang pertama, nagara bisa digunakan oleh orang pertama maupun orang ketiga.

2) Nagara digunaka untuk menyatakan hal diluar dugaan atau diluar kebiasaan secara wajar, Kuseni digunakan untuk mengungkapkan rasa ketidakpuasan,


(26)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel ketidaksetujuan, kritikan, hinaan dan celaan terhadap suatu nilai yang dianggap buruk.

c. Perbedaan ungkapan sambung tsutsu dan kuseni

Tsutsu digunakan untuk mengungkapkan rasa penyesalan dan introspeksi terhadap suatu nilai, sedangkan kuseni digunakan untuk mengungkapkan ketidakpuasan yang lebih bersifat sebagai kritikan.

d. Persamaan ungkapan sambung nagara dan tsutsu

1) Ungkapan sambung nagara dan tsutsu sama-sama digunakan untuk menunjukkan makna melakukan dua kegiatan dalam waktu bersamaan dalam kalimat bahasa Jepang.

2) Ungkapan sambung nagara dan tsutsu sama-sama berfungsi menunjukkan makna pertentangan dalam kalimat bahasa Jepang.

3) Dalam penggunaannya, orang pertama sama-sama bisa dijadikan subjek kalimat.

e. Persamaan ungkapan sambung nagara dan kuseni

Ungkapan sambung nagara dan kuseni sama-sama berfungsi menunjukkan makna pertentangan dalam kalimat bahasa Jepang.


(27)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

76 1) Ungkapan sambung tsutsu dan kuseni sama-sama berfungsi menunjukkan makna

pertentangan dalam kalimat bahasa Jepang.

2) Ungkapan sambung tsutsu dan kuseni bisa digunakan untuk mengungkapkan penyesalan, tetapi tsutsu lebih secara halus dan kuseni terkesan kasar karena biasanya menunjukkan perasaan hinaan dan celaan yang sagat kuat.

B. SARAN

Terdapat berbagai macam ungkapan sambung dalam bahasa Jepang. Untuk dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan ungkapan sambung khususnya ungkapan sambung nagara, tsutsu, dan kuseni yang menyatakan makna pertentangan, hendaknya mahasiswa banyak membaca buku-buku mengenai ungkapan sehingga dapat memahami dengan baik dan menggunakan secara tepat setiap ungkapan sambung yang ada dalam bahasa Jepang.

Penulis beranggapan, penelitian yang dilakukan penulis mengenai kata sambung nagara, tsutsu, dan kuseni sebagai makna pertentangan masih memiliki banyak kekurangan. Materi yang penulis ambil pada penelitian kali ini terbatas pada novel Sannenme no Irisu. Karena itu contoh kalimat yang penulis dapat masih sangat terbatas. Untuk itu penelitian lebih lanjut masih sangat diperlukan, untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai penggunaan, perbedaan dan persamaan kata sambung nagara, tsutsu, dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang.


(28)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (1995). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Danasanmita, Wawan. Sudjianto. (1983). Pengantar Tata Bahasa Jepang. Bandung: BSC. Djajasudarma, T. Fatimah. (2006). Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama. Isao, Iori, dkk. (2000). A Handbook of Japanese Grammar for Teachers of Beginners Courses.

Tokyo: 3A Corporation.

Izuru, Shinmura. (2008). Koujien. Tokyo.

Kawashima, Sue. (1999). A Dictionary of Japanese Particles. Tokyo: Kodansha. Kindaiichi, Haruhiko. (Showa 49). Shoogaku Kokugo Jiten. Tokyo: Gakken.

Matsuoka, Tatsusane. (1995). Nihongo Nouryoku Shiken Ni Deru Bunpou 2 Kyuu. Tokyo: Kokusho.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sutedi, Dedi (2008). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang (Edisi Ketiga). Bandung: Humaniora Utama Press.

Tadao, Umesao. (1995). Nihongo Daijiten. Japan: Kodansha.

Tim Penyusun. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Yuliana. (2001). Analisis Tingkat Kemampuan Mahasiswa Dalam Menggunakan Ungkapan Sambung Yang Menyatakan Pertentangan. Skripsi pada UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(29)

Hari Firdaus Fadilah, 2013

Analisis Ungkapan Sambung, -Negara, -Tsutsu, -Kuseni, Sebagai Pengungakap Makna Pertentangan Dalam Novel Sannenme No Iriku Karya Gencih Akira

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

78 (http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/jn2/163485/m0u/ がら/)

(http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/jn2/147598/つつ/)

(http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/jn2/61659/m0u/くせ /)

(http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/thsrs/17254/m0u/つつ/)

(http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/thsrs/17251/m0u/くせ /)

(http://kotobank.jp/word/つつ)

(http://kotobank.jp/word/癖 )

(http://lab-bahasaku.blogspot.com/2012/12/hinshi-kelas-kata-dalam-bahasa-Jepang.html?m=1) (http://pdfnovels.net/)


(1)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai kata sambung nagara, tsutsu, dan kuseni, kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut

1. Penggunaan ungkapan sambung nagara, tsutsu dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang adalah sebagai berikut

a. Nagara digunakan untuk menyatakan sesuatu di luar dugaan atau di luar kebiasaan b. Tsutsu digunakan untuk mengekspresikan penyesalan, introspeksi diri, atau

pengakuan si pembicara terhadap suatu nilai

c. Kuseni digunakan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan, ketidakpuasan,kritikan atau penghinaan terhadap suatu nilai/kebiasaan yang dianggap buruk

2. Fungsi ungkapan sambung nagara, tsutsu dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang adalah sebagai berikut

a. Ungkapan sambung nagara dalam kalimat bahasa Jepang menyatakan makna pertentangan dan melakukan dua kegiatan dalam waktu bersamaan.


(2)

b. Ungkapan sambung tsutsu dalam kalimat bahasa Jepang berfungsi menyatakan makna pertentangan, melakukan dua kegiatan dalam waktu bersamaan dan dalam bentuk ‘tsutsu aru’ menyatakan kegiatan sedang berlangsung.

c. Ungkapan sambung kuseni dalam kalimat bahasa Jepang berfungsi menyatakan makna pertentangan disertai perasaan aneh atau lucu juga menunjukkan kritik atau penghinaan terhadap lawan bicara.

3. Perbedaan dan persamaan ungkapan sambung nagara, tsutsu dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang adalah sebagai berikut

a. Perbedaan ungkapan sambung nagara dan tsutsu

1) Nagara bisa digabungkan dengan kata kerja bentuk –teiru, sedangkan tsutsu tidak bisa.

2) Tsutsu lebih sering menjadikan orang pertama sebagai subjek kalimat, sedangkan nagara bisa digunakan oleh orang pertama maupun orang ketiga.

3) Tsutsu digunakan dalam ragam bahasa tulisan sedangkan nagara digunakan dalam ragam bahasa lisan.

b. Perbedaan ungkapan sambung nagara dan kuseni

1) Kuseni tidak digunakan jika subjeknya orang pertama, nagara bisa digunakan oleh orang pertama maupun orang ketiga.


(3)

ketidaksetujuan, kritikan, hinaan dan celaan terhadap suatu nilai yang dianggap buruk.

c. Perbedaan ungkapan sambung tsutsu dan kuseni

Tsutsu digunakan untuk mengungkapkan rasa penyesalan dan introspeksi terhadap suatu nilai, sedangkan kuseni digunakan untuk mengungkapkan ketidakpuasan yang lebih bersifat sebagai kritikan.

d. Persamaan ungkapan sambung nagara dan tsutsu

1) Ungkapan sambung nagara dan tsutsu sama-sama digunakan untuk menunjukkan makna melakukan dua kegiatan dalam waktu bersamaan dalam kalimat bahasa Jepang.

2) Ungkapan sambung nagara dan tsutsu sama-sama berfungsi menunjukkan makna pertentangan dalam kalimat bahasa Jepang.

3) Dalam penggunaannya, orang pertama sama-sama bisa dijadikan subjek kalimat. e. Persamaan ungkapan sambung nagara dan kuseni

Ungkapan sambung nagara dan kuseni sama-sama berfungsi menunjukkan makna pertentangan dalam kalimat bahasa Jepang.


(4)

1) Ungkapan sambung tsutsu dan kuseni sama-sama berfungsi menunjukkan makna pertentangan dalam kalimat bahasa Jepang.

2) Ungkapan sambung tsutsu dan kuseni bisa digunakan untuk mengungkapkan penyesalan, tetapi tsutsu lebih secara halus dan kuseni terkesan kasar karena biasanya menunjukkan perasaan hinaan dan celaan yang sagat kuat.

B. SARAN

Terdapat berbagai macam ungkapan sambung dalam bahasa Jepang. Untuk dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan ungkapan sambung khususnya ungkapan sambung nagara, tsutsu, dan kuseni yang menyatakan makna pertentangan, hendaknya mahasiswa banyak membaca buku-buku mengenai ungkapan sehingga dapat memahami dengan baik dan menggunakan secara tepat setiap ungkapan sambung yang ada dalam bahasa Jepang.

Penulis beranggapan, penelitian yang dilakukan penulis mengenai kata sambung nagara, tsutsu, dan kuseni sebagai makna pertentangan masih memiliki banyak kekurangan. Materi yang penulis ambil pada penelitian kali ini terbatas pada novel Sannenme no Irisu. Karena itu contoh kalimat yang penulis dapat masih sangat terbatas. Untuk itu penelitian lebih lanjut masih sangat diperlukan, untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai penggunaan, perbedaan dan persamaan kata sambung nagara, tsutsu, dan kuseni dalam kalimat bahasa Jepang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (1995). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Danasanmita, Wawan. Sudjianto. (1983). Pengantar Tata Bahasa Jepang. Bandung: BSC. Djajasudarma, T. Fatimah. (2006). Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama. Isao, Iori, dkk. (2000). A Handbook of Japanese Grammar for Teachers of Beginners Courses.

Tokyo: 3A Corporation.

Izuru, Shinmura. (2008). Koujien. Tokyo.

Kawashima, Sue. (1999). A Dictionary of Japanese Particles. Tokyo: Kodansha. Kindaiichi, Haruhiko. (Showa 49). Shoogaku Kokugo Jiten. Tokyo: Gakken.

Matsuoka, Tatsusane. (1995). Nihongo Nouryoku Shiken Ni Deru Bunpou 2 Kyuu. Tokyo: Kokusho.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sutedi, Dedi (2008). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang (Edisi Ketiga). Bandung: Humaniora Utama Press.

Tadao, Umesao. (1995). Nihongo Daijiten. Japan: Kodansha.

Tim Penyusun. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Yuliana. (2001). Analisis Tingkat Kemampuan Mahasiswa Dalam Menggunakan Ungkapan Sambung Yang Menyatakan Pertentangan. Skripsi pada UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

(http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/jn2/163485/m0u/ がら/) (http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/jn2/147598/つつ/)

(http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/jn2/61659/m0u/くせ /) (http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/thsrs/17254/m0u/つつ/) (http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/thsrs/17251/m0u/くせ /) (http://kotobank.jp/word/つつ)

(http://kotobank.jp/word/癖 )

(http://lab-bahasaku.blogspot.com/2012/12/hinshi-kelas-kata-dalam-bahasa-Jepang.html?m=1) (http://pdfnovels.net/)