Penggunaan Setsuzokujoshi Noni, Nagara-mo dan Nimokakawarazu dalam Novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.

(1)

GOTOKU KARYA RYOUTAROU SHIBA

NI LUH EKA MERIANI 1201705038

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL, 14 APRIL 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sastra Jepang

Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si. NIP.19860110 201012 2 003


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulisan skripsi dengan judul

“Penggunaansetsuzokujoshi Noni, Nagara-mo dan Nimokakawarazu dalam novel

Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni Luh Kade Yuliani Giri, S.S., M.Hum selaku pembimbing pertama dan Ni Made Wiriani, S.S., M.Hum selaku pembimbing kedua yang telah membimbing, memberikan motivasi dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Ucapan terima kasih ditunjukkan pula kepada Ibu Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana atas izin yang diberikan kepada penuis untuk mengikuti pendidikan S1 di Fakultas Sastra dab Budaya Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si Ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana sekaligus sebagai pembimbing akademik, serta seluruh dosen Program Studi Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan berguna sejak awal perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan lancar.


(4)

iv

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh anggota keluarga penulis, terutama untuk Ayah dan Ibu, I Wayan Nuarsa dan Ni Wayan Darmini yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada I Ketut Astika selaku paman penulis, Ni Wayan Astiari selaku bibik penulis, serta I Kadek Budiasa selaku saudara satu-satunya penulis yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan penulis, Dwika Yanti, Ayu Imelda, Pradnyani, Pradnyandari, Siska, Sri dan Bulan yang telah memberikan masukan-masukan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi. Prismayanti yang selalu bersama dengan penulis ketika melakukan bimbingan dengan dosen. Terima kasih kepada I Komang Suparka selaku teman penulis yang selalu memberikan dukungan dan mendorong penulis untuk segera lulus. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman Program Studi Sastra Jepang angkatan 2012 Keluarga Bambu (Take Dai Kazoku) yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan dan doa selama masa perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kakak kelas angkatan 2011 dan adik kelas angkatan 2013, 2014 serta angkatan 2015.


(5)

v

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca.

Denpasar, 14 April 2016


(6)

vi ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “PenggunaansetsuzokujoshiNoni, Nagara-mo dan

Nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku Karya Ryoutarou Shiba” ini

bertujuan untuk meneliti struktur dan makna setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan

nimokakawarazu pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam novel Tobu Ga Gotoku

Karya Ryoutarou Shiba. Penelitian ini menggunakan metode agih. Analisis struktur

setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu menggunakan teori sintaksis menurut Verhaar (2012) dengan mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1995 dan 1989), sedangkan analisis maknanya menggunakan teori makna kontekstual dari Pateda (2001).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi struktur setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu digabungkan dengan verba, adjektiva dan nomina. Verba bentuk ~te-iru ketika digabungkan dengan nagara-mo, menjadi bentuk ~teinagara-mo. Selain itu, noni dan nimokakawarazu juga bisa diletakkan di awal kalimat.

Dari segi makna kontekstual, setsuzokujoshi noni mempunyai makna konteks orangan (kedudukan), konteks situasi (ramai), dan konteks suasana hati (kesal). Setsuzokujoshi nagara-mo mempunyai makna konteks orangan (kedudukan), konteks suasana hati (senang), konteks tempat (rumah), dan konteks situasi (bahaya). Sementara setsuzokujoshi nimokakawarazu mempunyai makna yang berkaitan dengan konteks tujuan (mencegah terjadinya kejahatan, mencari solusi), konteks situasi (bahaya) dan konteks suasana hati (terkejut).


(7)

vii 要旨

本研究 タイ ル “司馬遼太郎作 小説 翔ぶ 如く 中 接続

助詞 も も わ ず 用法” 司馬遼太郎 小

説 翔ぶ 如く 文中 見 る接続助詞 も も

わ ず 構造 意味 研究を目的 している 本研究 分布方法

を使用した 接続助詞 も も わ ず 構造分

析 牧野 筒井(1995, 1998) 考え 言及さ ている Verhaar (2012)

る統語理論を使用し 意味分析 Pateda (2001) る文脈 る意味理

論を使用した

本研究結果 接続助詞 も も わ ず

構造面 動詞 形容詞 名詞 接続 るこ を示している 動詞 テ

イル形 も 接続した てい も 形 る

さ も わ ず も文頭 置くこ る

文脈上 意味面 接続助詞 人物 所在 文脈 状

況 賑や 心情 文脈 不満 意味を持 接続助詞 も

人物 所在 文脈 心情 文脈 喜び 場所 文脈 家 状況

文脈 危険 意味を持 そして接続助詞 も わ ず 目

的 文脈 犯罪 発生を防 解決方法を探 状況 文脈 危険

心情 文脈 驚 関連 る意味を持


(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK... vi

要旨... vii

DAFTAR ISI………....……… viii

DAFTAR SINGKATAN………. x

DAFTAR SIMBOL... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan Umum………... 4

1.3.2 Tujuan Khusus……….. 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

1.4.1 Manfaat Teoretis ……….. . 5

1.4.5 Manfaat Praktis ……… 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian………....………... 5

1.6 Sumber Data………....………..…... 5

1.7 Metode Dan Teknik Penelitian... 6

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………... 6

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data………... 7

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil analisis Data……….... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka………... 9

2.2 Konsep………... 13


(9)

ix

BAB III STRUKTUR NONI, NAGARA-MO DAN NIMOKAKAWARAZU

3.1 Struktur Noni………... 26

3.1.1 Penggabungan Verba dengan Setsuzokujoshi Noni... 27

3.1.2 Penggabungan Adjektiva dengan Setsuzokujoshi Noni... 32

3.1.3 Penggabungan Nomina dengan Setsuzokujoshi Noni... 33

3.2 Struktur Nagara-mo………... 35

3.2.1 Penggabungan Verba dengan Setsuzokujoshi Nagara-mo... 35

3.2.2 Penggabungan Adjektiva dengan Setsuzokujoshi Nagara-mo. 37 3.2.3 Penggabungan Nomina dengan Setsuzokujoshi Nagara-mo... 39

3.3 Struktur Nimokakawarazu………... 40

3.3.1 Penggabungan Verba dengan Setsuzokujoshi Nimokakawarazu... 40

3.3.2 Penggabungan Adjektiva dengan Setsuzokujoshi Nimokakawarazu... 46

3.3.3 Penggabungan Nomina dengan Setsuzokujoshi Nimokakawarazu... 47

BAB IV MAKNA NONI, NAGARA-MO DAN NIMOKAKAWARAZU 4.1 Makna Noni... 52

4.2 Makna Nagara-mo... 58

4.3 Makna Nimokakawarazu... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 70

5.2 Saran... 72 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR KAMUS DATA VERIFIKATOR CURRICULUM VITAE


(10)

x

DAFTAR SINGKATAN

ADIJG : A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar

ADBJG : A Dictionary of Basic Japanese Grammar

AKU : Akusatif

BTK LAM : Bentuk Lampau BTK NEG : Bentuk Negatif GEN : Genetif

KOP : Kopula NOM : Nominatif PAR : Partikel

SHU : Shuujoshi atau partikel akhir TGG : Tobu Ga Gotoku


(11)

xi

DAFTAR SIMBOL

‘ ‘ = Simbol yang menunjukkan terjemahan bebas.

“ “ = Simbol yang menunjukkan petikan langsung yang berasal dari sumber tertulis, judul skripsi dan kata atau frase dalam analisis. ~ = Simbol menunjukkan bentuk atau pola.

) = Simbol yang menunjukkan contoh

( ) = Simbol menunjukkan data atau tambahan keterangan. / = Simbol yang menunjukkan kata (atau).

+ = Simbol yang digunakan untuk penambahan.


(12)

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bahasa Jepang terdapat banyak kata-kata yang memiliki arti yang mirip atau sinonim. Sinonim merupakan salah satu permasalahan yang sulit bagi pembelajar bahasa Jepang. Sinonim terdapat pada semua kelas kata baik kelas kata yang sejenis ataupun tidak. Salah satunya seperti; shikashi, demo, dan ga yang sama-sama memiliki arti ‘tetapi’, shika dan dake yang memiliki arti ‘hanya’, noni

dan temo yang memiliki arti ‘meskipun’. Dari sekian banyak pertikel yang terdapat dalam bahasa Jepang yang memiliki arti yang sama, penelitian ini hanya menganalisis dari segi struktur dan makna noni, nagara-mo dan nimokakawarazu

yang sama-sama memiliki arti ‘meskipun’ bila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia.

Noni, nagara-mo dan nimokakawarazu termasuk ke dalam setsuzokujoshi, yaitu menghubungkan bagian kalimat satu dengan bagian kalimat lainnya (Takayuki dalam Sudjianto, 2000:50). Bagi pembelajar bahasa Jepang yang kurang memahami

noni, nagara-mo dan nimokakawarazu kemungkinan tidak terlalu memperhatikan penggunaannya dalam sebuah kalimat, sehingga menganggap ketiga partikel tersebut dapat saling menggantikan satu sama lain, karena kesamaan arti dan fungsi yang dimilikinya. Walaupun demikian, pada konteks kalimat tertentu ketiga partikel tersebut memiliki beberapa perbedaan. Apabila penggunaannya dalam sebuah kalimat tidak dipahami dengan baik oleh


(14)

pembelajar bahasa Jepang, maka dapat menyebabkan kesalahan dalam penggunaan dan penafsiran kalimat yang menggunakan noni, nagara-mo dan nimokakawarazu.

1) 毎日 漢字 を 勉強している

Mainichi kanji wo benkyoushiteiru

Setiap hari kanji AKU belajar く 考え い

noni yoku kangaeranai.

meskipun sering ingat. BTK NEG

Meskipun setiap hari belajar kanji, sering tidak ingat.”

(Makino dan Tsutsui, 1989 : 331)

2) こ 部屋 狭い も 居心地 い

Kono heya wa semai nagara mo igokochi ga yoi.

Ini kamar TOP sempit meskipun nyaman NOM baik

Meskipun kamar ini sempit, nyaman.’

(Makino dan Tsutsui, 1995 : 200)

3) 試験 難し た も わ ず く 出来た

Shiken ga muzukashikatta no nimokakawarazu yoku dekita.

Ujian NOM sulit GEN meskipun baik bisa ‘Meskipun ujiannya sulit, bisa mengerjakan dengan baik.’

(Makino dan Tsutsui, 1995 :258)

Dari ketiga contoh kalimat tersebut, dapat dilihat bahwa noni, nagara-mo

dan nimokakawarazu bila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia sama-sama berarti ‘meskipun’. Walaupun ketiga partikel tersebut memiliki arti yang sama, tetapi kata-kata tersebut hanya pada konteks tertentu saja, karena tidak semua makna dari setsuzokujoshi persis sama. Pada konteks tertentu akan ditemukan suatu perbedaan meskipun perbedaan tersebut sangat kecil. Makna dari setsuzokujoshi


(15)

suatu kata dalam kalimat dengan nuansa yang tepat. Hal tersebut penting guna menghindari potensi terjadinya kesalahpahaman saat berkomunikasi. Pemahaman terhadap sinonim memang memerlukan suatu analisis khusus terutama dari segi nuansa yang muncul dalam kata yang bersinonim.

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas, hal ini menarik untuk dikaji. Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimanakah penggabungan ketiga partikel tersebut dengan verba, nomina, dan adjektiva serta bagaimanakah makna

noni, nagara-mo dan nimokakawarazu berdasarkan konteksnya pada kalimat bahasa Jepang. Noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dijadikan sebagai objek penelitian karena ketiga partikel tersebut belum pernah dibahas sebelumnya. Penelitian ini menggunakan novel berbahasa Jepang sebagai sumber data. Novel yang digunakan pada penelitian ini adalah novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Dipilihnya novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba, karena dalam novel ini terdapat data-data yang dibutuhkan untuk penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur kalimat setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan

nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba? 2. Bagaimanakah makna setsuzokujoshi, noni, nagara-mo dan


(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam bidang linguistik bahasa Jepang. Serta dapat memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mengetahui tentang setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan

nimokakawarazu khususnya tentang struktur dan makna yang terkandung dalam sebuah kalimat bahasa Jepang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui struktur kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi noni,

nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.

2. Mengetahui makna setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan nimokakawarazu

dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan penelitian berikutnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu, manfaat teoretis dan manfaat praktis.


(17)

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu untuk peningkatan ilmu pendidikan dalam kajian linguistik Jepang. Selain itu, dapat dijadikan sebagai bahan acuan ataupun studi perbandingan penelitian lanjutan bagi para peneliti khususnya dalam bidang ilmu sintaksis dan semantik.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu mampu menambah pengetahuan tentang setsuzokujoshi noni, nagara-mo dan

nimokakawarazu. Khususnya dari segi bentuk dan makna dari kalimat yang mengandung noni, nagara-mo dan nimokakawarazu .

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya ruang lingkup penelitian untuk membatasi masalah yang dibahas agar tidak terlalu meluas. Oleh karena itu, penelitian ini hanya menganalisis struktur kalimat dan makna setsuzokujoshinoni,

nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba.

1.6 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Novel ini diterbitkan di Jepang pada tahun 1980 oleh Koudansha Bunko. Novel ini terdiri dari sepuluh volume dengan judul yang


(18)

sama. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah teks asli novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba dalam bentuk bahasa Jepang.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu metode dan teknik penelitian untuk tercapainya tujuan dari penelitian yang dilakukan. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi tiga bagian yaitu, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data serta metode dan teknik penyajian hasil analisis data. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dan teknik penelitian yang mengacu pada Sudaryanto (1993).

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan data

Pada tahap pengumpulan data metode yang digunakan adalah metode simak. Metode simak adalah suatu metode penyimakan penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993 :133). Data yang disimak dalam metode ini adalah data tertulis yang berupa novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik catat. Teknik catat adalah suatu teknik pengumpulah data yang dilakukan dengan cara mencatat data-data yang diperlukan untuk penelitian (Sudaryanto, 1993 : 139). Novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba dalam bahasa Jepang dibaca secara teliti dan dipahami, kemudian data-data yang di perlukan yaitu kalimat-kalimat yang mengandung partikel noni, nagara-mo dan

nimokakawarazu dicatat serta diklasifikasikan. Setelah semua data terkumpul, data tersebut dilanjutkan dengan analisis.


(19)

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode yang penentunya adalah bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993 : 15) dalam hal ini adalah bahasa Jepang. Kemudian teknik yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung, yaitu membagi satuan lingual menjadi unsur-unsur yang bersangkutan yang dipandang sebagai bagian yang membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993 : 31). Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh dari novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba dibagi satuan kebahasaannya menjadi beberapa unsur seperti verba, adjektiva, nomina, dan lain sebagainya yang merupakan bagian yang membentuk sebuah kalimat, kemudian dilanjutkan dengan analisis.

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis

Data-data yang telah dianalisis dipaparkan secara terperinci. Pada tahapan penyajian hasil analisis data, metode yang digunakan adalah metode informal. Penyajian hasil analisis data dengan menggunakan metode informal dilakukan dengan kata-kata, bukan dalam bentuk angka-angka, bagan, ataupun statistik (Sudaryanto, 1993:145). Teknik yang digunakan selanjutnya adalah teknik deduktif yaitu menjelaskan hal-hal yang bersifat umum dan sebagai penjelas dikemukakan dengan hal yang khusus (Hadi, 1983:44). Setelah selesai melakukan analisis, hasil dari analisis tersebut diuraikan dalam bentuk kata-kata biasa dan penjelasannya dimulai dari pembentukan noni, nagara-mo dan nimokakawarazu kemudian dilanjutkan dengan makna yang terkandung berdasarkan konteks kalimat.


(20)

(21)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian dijadikan sebagai pembanding. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Anggraini (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk dan Perbedaan Makna uchi ni, aida ni dan kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi dalam Novel

Ryoma Ga Yuku Karya Ryōtarō Shiba” membahas tentang bagaimanakah bentuk

dan makna setsuzokushiuchi ni, aida ni dan kagiri, dalam novel Ryoma Ga Yuku

karya Ryōtarō Shiba. Metode dan teknik analisis data yang digunakan adalah metode agih dengan teknik ganti. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori makna yang dikemukakan oleh Pateda (2001), dan analisis mengenai bentuk

setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri mengacu pada pendapat Makino dan Tutsui (1989), serta pendapat Ichikawa (2007).

Hasil dari penelitian Anggraini adalah uchi ni, aida ni dan kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi dapat digabungkan dengan kelas kata lain dalam bahasa Jepang yaitu verba, adjektif, dan nomina. Setsuzokushi tersebut memiliki arti yang hampir sama namun di dalamnya mengandung makna adanya dua buah peristiwa atau situasi yang berlangsung dalam waktu yang bersamaan, dan adanya


(22)

suatu perubahan yang terjadi pada saat adanya suatu situasi atau tindakan yang terjadi secara bersamaan. Setsuzokushi kagiri mengandung makna adanya suatu persyaratan agar suatu hal dapat terjadi.

Persamaan penelitian Anggaraini dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode agih pada tahap analisis data serta menggunakan teori makna dari Pateda (2001) yang kemudian mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1989). Perbedaan penelitian Anggaraini dengan penelitian ini adalah objek kajian yang berbeda. Penelitian Anggaraini menganalisis tentang uchi ni, aida ni dan

kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi, sedangkan pada penelitian ini menganalisis tentang noni, nagara-mo dan nimokakawarazu. Dalam penelitian ini membahas tentang struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo dan

nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Penelitian Anggaraini bermanfaat bagi penelitian ini, karena memberikan wawasan mengenai cara menganalisis makna. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Anggaraini adalah dalam penelitian ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori.

Dwita (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penggunaan Setsuzokushi ga dan keredomo dalam novel Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke”

membahas tentang bagaimanakah fungsi dan makna serta perbedaan penggunaan

setsuzokushi ga dan keredomo dalam novel Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke.

Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian Dwita adalah metode agih dengan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah. Dalam penelitiannya,


(23)

Dwita menggunakan beberapa teori yaitu teori mengenai setsuzokushi ga dan

keredomo yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya Koizumi (1993), Takayuki (1993), Chaer (1995), Yuriko (1998), serta Katsumi dan Y. Shinichi (1998).

Hasil dari penelitian Dwita adalah setsuzokushi ga dan keredomo memiliki empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan, menggabungkan dan menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan menunjukkan kalimat yang belum selesai. Keredomo memiliki fungsi dan makna yang menyatakan dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan ga dan keredomo yaitu; pertama, ga lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan jika dibandingkan dengan

keredomo. Kedua, ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat, sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk baku atau bentuk hormat. Secara makna, ga dapat menggantikan keredomo dengan memerhatikan konteks. Sedangkan keredomo tidak dapat menggantikan ga jika kedua kalimat yang dihubungkan dengan ga dalam bentuk baku atau hormat.

Persamaan penelitian Dwita dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode agih pada tahap analisis data. Perbedaan penelitian Dwita dengan penelitian ini adalah terletak pada objek yang diteliti. Penelitian Dwita membahas mengenai fungsi dan makna setsuzokushi ga dan keredomo sedangkan pada penelitian ini membahas tentang struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo

dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.

Penelitian Dwita bermanfaat bagi penelitian ini karena digunakan sebagai acuan bagaimana menganalisis makna serta bagaimana menganalisis struktur kalimat.


(24)

Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Dwita adalah dalam penelitian ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori.

Octarina (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Struktur Kalimat dan Makna Bentuk Pertentangan Temo dan Noni Dalam Novel Mado Giwa No Tottochan Karya Tetsuko Kuroyanagi” yang bertujuan untuk meneliti proses

penggabungan temo dan noni pada kata, baik pada verba, adjektiva-i, dan nomina struktur kalimat yang menggunakan temo dan noni. Metode dan teknik yang digunakan pada tahap analisis data adalah metode agih dengan teknik bagi unsur langsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai pembentukan kata (Tsujimura, 1996:148), teori hubungan antar klausa (Arifin dan Junaiyah, 2009:34), dan teori mengenai makna gramatikal (Djajasudarma, 1993:16-17).

Hasil penelitian Octarina menunjukkan bahwa temo dan noni dapat digabungkan dengan verba, adjektiva, dan nomina. Ketika digabungkan dengan verba, verba harus diubah menjadi bentuk {~te} kemudian ditambah mo. Pada adjektiva-i pada proses penggabungan dengan temo mengalami proses konjungsi pada i di akhir kata menjadi ku kemudian ditambah mo. Pada adjektiva-na dan nomina, kopula da berubah menjadi de kemudian ditambah mo. Noni pada proses penggabungan dengan verba, nomina, dan adjektiva-i dalam bentuk futsuu-kei. Struktur kalimat yang menggunakan temo dan noni memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan yang terdapat diantaranya adalah menjadi penghubung antar klausa. Perbedaan penggunaan temo dan noni pada struktur kalimat adalah untuk


(25)

temo dapat diletakkan di awal kalimat setelah kata yang digabungkan, sedangkan pada noni dapat diletakkan di akhir kalimat. Makna gramatikal yang terdapat pada kalimat yang yang menggunakan temo dan noni adalah untuk menyatakan hal yang bertentangan. Perbedaan makna gramatikal antara temo dan noni adalah temo untuk hal-hal yang sifatnya subjektif, sedangkan noni untuk hal-hal yang sifatnya objektif. Persamaan penelitian Octarina dengan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis tentang setsuzokujoshi serta sama-sama menganalisis tentang makna dan struktur kalimat. Perbedaan penelitian Octarina dengan penelitian ini adalah terletak pada setsuzokujoshi yang dibahas. Pada penelitian Octarina menganalisis tentang setsuzokujoshitemo dan noni sedangkan pada penelitian ini menganalisis tentang noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Penelitian Octarina bermanfaat bagi penelitian ini karena bisa dijadikan sebagai acuan bagaimana menganalisis makna dan bentuk setsuzokujoshi noni. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Octarina adalah dalam penelitian ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang digunakan. Konsep-konsep tersebut yaitu setsuzokujoshi, noni, nagara-mo, dan nimokakawarazu.


(26)

2.2.1 Setsuzokujoshi

Setsuzokujoshi memiliki fungsi dan ciri-ciri yang hampir sama dengan

setsuzokushi. Setsuzokujoshi adalah partikel yang dipakai untuk menghubungkan bagian kalimat sebelumnya dengan bagian kalimat berikutnya (Takayuki dalam Sudjianto, 2000:50). Setsuzokujoshi biasanya dipakai setelah verba, adjektiva-i dan adjektiva-na sebagai bagian kalimat yang diletakkan sebelum setsuzokujoshi yang ada hubungannya dengan bagian kalimat setelah setsuzokujoshi. Selain itu, ada juga

setsuzokujoshi yang dipakai setelah nomina. Partikel-partikel yang termasuk ke dalam setsuzokujoshi adalah ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi, tari, temo dan lain sebagainya (Sudjianto,2000:51).

2.2.2 Noni

Partikel noni dapat dipakai untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang memiliki makna yang bertolak belakang. Bagian kalimat pertama yang menyatakan keadaan atau aktivitas kemudian kalimat berikutnya menyatakan keadaan atau aktivitas tidak bisa terjadi atau tidak bisa dilakukan berdasarkan pada keadaan atau aktivitas sebelumnya (Sudjianto, 2000:61).

Makino dan Tsutsui (1989) menyatakan bahwa :

Contrary to everybody’s expectation based on the sentence preceding noni,

the proposition in the sentence following noni is the case.

‘Bertentangan dengan harapan semua orang berdasarkan pada kalimat yang

sebelum noni, hal dalam kalimat yang mengikuti noni adalah permasalahnya.’ (ADBJG, 1989 :331)


(27)

Contoh :

4) 毎日 漢字 勉強し い く 覚え い

Mainichi kanji wo benkyoushiteiru noni yoku kangaerarenai.

setiap hari kanji AKU belajar meskipun sering ingat BTK NEG ‘Meskipun belajar kanji setiap hari, sering tidak ingat.’

5) 清水さ ゴ フ 下手

Shimizusan wa gorufu ga hetana noni suki desu.

Shimizu TOP golf NOM tidak pintar meskipun suka KOP ‘Meskipun Shimizu tidak pintar bermain golf, dia suka.’

Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa noni berfungsi untuk menyatakan dua hal yang berlawanan. Pernyataan sebelumnya berlawanan dengan pernyataan selanjutnya.

2.2.3 Nagara-mo

Makino dan Tsutsui (1995) menyatakan bahwa :

A disjunctive conjunction used normally in written Japanese with the meaning

‘although’.

‘Sebuah konjungsi kata pemisahan yang biasanya digunakan dalam penulisan bahasa Jepang yang memiliki arti 'meskipun'.

(ADIJG, 1995 : 199) Contoh :

6) 山口 そ こ 知 も

Yamaguchi wa sono koto wo shiri nagara mo

Yamaguchi TOP itu hal AKU mengetahui meskipun

黙 い

damatteita.

tutup mulut BTK LAM


(28)

7) あ 子 小さい も 両親 気持

Ano ko wa chiisai nagara mo, ryooshin no kimochi

Itu anak TOP kecil meskipun orang tua GEN perasaan く わ い

Ga yoku wakatte iru.

NOM baik mengerti.

Meskipun anak itu masih kecil, dia mengerti dengan baik perasaan orang tuanya.’

8) 彼 会社 社長 い も

Kare wa kaisha no shachou nagara, itsumo

Dia TOP perusahaan GEN kepala perusahaan meskipun selalu 腰 低い 人

koshi no hikui hitoda.

punggung GEN rendah orang.

Meskipun dia adalah kepala perusahaan, orangnya selalu rendah hati.’ Berdasarkan contoh di atas, penggunaan nagara-mo menyatakan dua pernyataan yang berbeda. Pernyataan kedua tidak sesuai dengan apa yang di paparkan pada pernyataan sebelumnya.

2.2.4 Nimokakawarazu

Makino dan Tsutsui (1995) menyatakan bahwa :

Without any relation to a preceding event / situation.

‘Tanpa kaitannya dengan peristiwa / situasi sebelumnya.’

(ADIJG, 1995 : 257) Contoh :

9) 間 合う う 駅 着い も わ

Maniau youni eki ni tsuita nimokakawarazu,


(29)

電車 もう 出 しま 後

densha wa mou deteshimatta ato datta.

kereta api TOP sudah berangkat sesudah KOP

Meskipun sudah tepat waktu tiba di stasiun, kereta api sudah berangkat.’ 10) あ 人 く 運動 も わ

Ano hito wa yoku undou wo suru nimokakawarazu,

itu orang TOP sering berolahraga AKU melakukan meskipun

太 い

futotteiru.

gemuk

Meskipun orang itu sering berolahraga, dia gemuk.’

Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa nimokakawarazu

menyatakan situasi sebelumnya tidak ada keterkaitan dengan situasi yang terjadi.

2.3 Kerangka Teori

Dalam suatu penelitian harus dilandasi oleh sebuah teori. Dalam penelitian yang membahas struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo dan dalam novel

Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba digunakan teori sintaksis menurut Verhar (2012) yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1995 dan 1989) tentang struktur kalimat noni, nagara-mo dan nimokakawarazu. Selain itu, digunakan juga teori makna kontekstual dari Pateda (2001) untuk menganalisis makna noni, nagara-mo dan nimokakawarazu.


(30)

2.3.1 Sintaksis

Verhaar (2012:161) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang ilmu sintaksis adalah hubungan gramatikal antar-kata dalam sebuah kalimat. Menganalisis klausa secara sintaksis yaitu dengan menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut adalah subjek, predikat objek yang ada dalam sebuah kalimat. Teori sintaksis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis struktur kalimat yang mengandung noni, nagara mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku

karya Ryoutarou Shiba dengan mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1995 dan 1989).

1. Noni

Adapun struktur kalimat yang menggunakan noni menurut Makino dan Tsutsui (1986:331) adalah sebagai berikut :

a. Penggabungan verba dengan noni

Verba bentuk biasa (futsukei) + noni

Contoh :

毎日 漢字 勉強し い く 覚え い

Mainichi kanji wo benkyoushiteiru noni yoku kangaerarenai.

setiap hari kanji AKU belajar meskipun sering ingat BTK NEG ‘Meskipun belajar kanji setiap hari, sering tidak ingat.’

b. Penggabungan adjektiva (i) dengan noni

Adjektiva (i) + noni

Contoh :

こ ステーキ 高い いしく い

Kono suteki wa takai noni oishikunai.

Ini steak TOP mahal meskipun enak BTK NEG ‘Meskipun steak ini mahal, tidak enak.’


(31)

c. Penggabungn adjektiva (na) dengan noni

Adjektiva (na) na/datta + noni

Contoh :

清水さ ゴ フ 下手

Shimizusan wa gorufu ga hetana noni suki desu.

Shimizu TOP golf NOM tidak pintar meskipun suka KOP ‘Meskipun Shimizu tidak pintar bermain golf, dia suka.’

d. Penggabungan nomina dengan noni

Nomina na/datta + noni

Contoh :

ホー さ アメ カ 人

Hourusan wa Amerika jinna noni niku ga

Houru TOP Amerika orang meskipun daging NOM 嫌い

kirai desu.

tidak suka KOP

Meskipun Houru orang amerika, dia tidak suka daging.’ 2. Nagara-mo

Aadapun struktur kalimat yang menggunakan nagara-mo menurut Makino dan Tsutsui (1995:200) adalah sebagai berikut :

a. Penggabungan verba dengan nagara-mo

Verba bentuk masu /verba bentuk te-iru + nagara-mo

Contoh :

山口 そ こ 知 も

Yamaguchi wa sono koto wo shiri nagara mo

Yamaguchi TOP itu hal AKU mengetahui meskipun


(32)

黙 い

damatteita.

tutup mulut BTK LAM

Meskipun Yamaguchi mengetahui hal itu, dia tutup mulut.’

こ 体 悪い 分 い も

Tabako wa karada ni warui to wakattei nagara mo,

Rokok TOP tubuh untuk tidak baik kalau mengetahui meskipun

吸 しまう

sutteshimau.

merokok.

Meskipun mengetahui kalau rokok tidak baik untuk tubuh, ia merokok.’ b. Penggabungan adjektiva (i) dengan nagara-mo

Adjektiva (i) bentuk biasa + nagara-mo

Contoh :

こ 部屋 狭い も 居心地 い

Kono heya wa semai nagara mo igokochi ga yoi.

Ini kamar TOP sempit meskipun nyaman NOM bagus ‘Meskipun kamar ini sempit, nyaman.’

c. Penggabungan adjektiva (na) dengan nagara-mo

Adjektiva (na) stem + nagara-mo

Contoh :

こ 辺 不便 も 車 も 少 く

Kono hen wa fuben nagara mo, kuruma mo sukunaku,

Ini daerah TOP tidak praktis meskipun mobil pun sedikit 空気 い

kuuki ga kirei. da

udara NOM bersih KOP


(33)

d. Penggabungan nomina dengan nagara-mo

Nomina + nagara-mo

Contoh :

あ 人 若い も 有能 Ano hito wa wakai nagara mo nakanaka yuunou da.

Itu orang TOP muda meskipun sangat mampu KOP ‘Meskipun orang itu muda, dia sangat mampu.’

3. Nimokakawarazu

Adapun struktur kalimat yang menggunakan nimokakawarazu menurut Makino dan Tsutsui (1995:258) adalah sebagai berikut :

a. Penggabungan verba dengan nimokaakawarazu

Verba bentuk biasa (futsukei) + (no) nimokaakawarazu

Contoh :

あ 人 く 運動 も わ

Ano hito wa yoku undou wo suru nimokakawarazu,

itu orang TOP sering berolahraga AKU melakukan meskipun

太 い

futotteiru.

gemuk

Meskipun orang itu sering berolahraga, dia gemuk.’ b. Penggabungan adjektiva (i) dengan nimokaakawarazu

Adjektiva (i) bentuk biasa + (no) nimokaakawarazu

Contoh :

試験 難し も わ く

Shiken ga muzukashikatta nimokakawarazu, yoku dekita.

Ujian NOM sulit meskipun baik bisa BTK LAM BTK LAM ‘Meskipun ujiannya sulit, bisa mengerjakan dengan baik.’


(34)

c. Penggabungan adjektiva (na) dengan nimokaakawarazu

Adjektiva (na) stem { nano /dearu (no) / datta (no) / de atta (no) } +

nimokaakawarazu

Contoh :

冬山 危険 も わ

Fuyuyama wa kikenna nonimokakawarazu,

pegunungan musim dingin TOP berbahaya meskipun 一郎 山 へ 出 け

Ichiro wa yama e dekaketa.

Ichiro TOP gunung ke pergi BTK LAM

Meskipun pegunungan musim dingin berbahaya, Ichiro pergi ke gunung.’ d. Penggabungan nomina dengan nimokaakawarazu

Nomina {ø/ nano /dearu (no) / datta (no) / de atta (no) }+nimokaakawarazu

Contoh :

懸命 努力 も わ 健一

Kenmeina doryoku nimokakawarazu, kenichi wa

Keras berusaha meskipun Kenichi TOP 大学 入試 失敗し

daigaku nyuushi ni shippaishita.

perguruan tinggi masuk PAR gagal

Meskipun berusaha dengan keras, Kenichi gagal masuk perguruan tinggi.’

Pendapat dari Makino dan Tsutsui akan digunakan untuk menganalisis rumusan masalah yang pertama yaitu bagaimana struktur kalimat yang mengandung noni, nagara-mo, dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku


(35)

2.3.2 Makna kontekstual

Makna yang dianalisis pada penelitian ini adalah makna kontekstual. Teori kontekstual yang digunakan mengacu pada pendapat Pateda (2001). Menurut Pateda (2001:116) makna kontekstual atau makna situasional adalah makna yang muncul akibat adanya hubungan antara ujaran dengan konteks. Konteks yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Konteks orangan adalah konteks yang berkaitan dengan jenis klamin, kedudukan pembicara/pendengar, latar belakang sosial ekonomi pembicara/pendengar. Dalam konteks orangan seseorang dipaksa menggunakan kata-kata yang maknanya dipahami oleh lawan bicara sesuai dengan usia, jenis klamin, latar belakang sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan.

2. Koneks situasi misalnya situasi ribut, situasi aman. Seseorang akan mencari kata-kata yang maknanya berkaitan dengan situasi, misalnya menggunakan kata-kata yang maknanya ikut bersedih, kasihan, sayang dan lain sebagainya. 3. Konteks tujuan, misalnya meminta, mengharapkan sesuatu. Misalnya tujuan

untuk meminta maka seseorang akan mencari kata-kata yang maknanya meminta.

4. Konteks formal atau tidaknya pembicaraan memaksa seseorang mencari kata-kata yang sesuai dengan formal atau tidaknya pembicaraan.

5. Konteks suasana hati pembicara/pendengar memaksa seseorang mencari kata-kata yang maknanya menyatakan suasana hati pembicara/pendengar, misalnya takut, gembira atau jengkel.


(36)

6. Konteks waktu, misalnya waktu malam, waktu akan beristirahat. Jika seseorang bertemu pada waktu seseorang akan beristirahat, maka orang yang diajak pembicara akan merasa kesal. Hal itu bisa dilihat dari makna kata-kata yang digunakan oleh pembicara.

7. Konteks tempat, misalnya di depan bioskop, di pasar. Konteks tempat sangat mempengaruhi kata yang digunakan. Di tempat-tempat tersebut orang akan mencari kata-kata yang bermakna biasa-biasa, misalnya makna yang berhubungan dengan informasi.

8. Konteks objek adalah apa yang menjadi fokus dalam pembicaraan. Misalnya fokus pembicaraan adalah tentang ekonomi, maka orang akan mencari kata-kata yang maknanya berkaitan dengan ekonomi.

9. Konteks kelengkapan alat bicara/dengar pada pembicara/pendengar. Misalnya orang yang tidak normal alat bicaranya melafalkan suatu kata, namun kata tersebut tidak bisa dilafalkan dengan baik sehingga orang yang mendengar tidak bisa memahami apa isi kalimat dan akan menyebabkan salah pengertian.

10.Konteks kebahasaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan kaidah bahasa yang digunakan oleh kedua belah pihak apakah sudah sesuai dengan kaidah kebahasaan. Misalnya dalam tulis-menulis hal yang diperhatikan adalah tanda baca dan diksi, sedangkan dalam bahasa lisan yang perlu diperhatikan adalah tekanan suara, panjang-pendek, dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu.


(37)

11.Konteks bahasa adalah bahasa yang digunakan. Dalam konteks bahasa kedua belah pihak harus menguasai bahasa yang digunakan

Dari kesebelas konteks yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini hanya menganalisis makna konteks orangan, konteks situasi, konteks suasana hati, konteks tempat dan konteks tujuan.


(38)

(1)

d. Penggabungan nomina dengan nagara-mo Nomina + nagara-mo

Contoh :

あ 人 若い も 有能 Ano hito wa wakai nagara mo nakanaka yuunou da. Itu orang TOP muda meskipun sangat mampu KOP ‘Meskipun orang itu muda, dia sangat mampu.’

3. Nimokakawarazu

Adapun struktur kalimat yang menggunakan nimokakawarazu menurut Makino dan Tsutsui (1995:258) adalah sebagai berikut :

a. Penggabungan verba dengan nimokaakawarazu Verba bentuk biasa (futsukei) + (no) nimokaakawarazu Contoh :

あ 人 く 運動 も わ Ano hito wa yoku undou wo suru nimokakawarazu, itu orang TOP sering berolahraga AKU melakukan meskipun 太 い

futotteiru. gemuk

Meskipun orang itu sering berolahraga, dia gemuk.’ b. Penggabungan adjektiva (i) dengan nimokaakawarazu Adjektiva (i) bentuk biasa + (no) nimokaakawarazu

Contoh :

試験 難し も わ く

Shiken ga muzukashikatta nimokakawarazu, yoku dekita. Ujian NOM sulit meskipun baik bisa BTK LAM BTK LAM ‘Meskipun ujiannya sulit, bisa mengerjakan dengan baik.’


(2)

c. Penggabungan adjektiva (na) dengan nimokaakawarazu

Adjektiva (na) stem { nano /dearu (no) / datta (no) / de atta (no) } + nimokaakawarazu

Contoh :

冬山 危険 も わ Fuyuyama wa kikenna nonimokakawarazu, pegunungan musim dingin TOP berbahaya meskipun 一郎 山 へ 出 け

Ichiro wa yama e dekaketa. Ichiro TOP gunung ke pergi BTK LAM

Meskipun pegunungan musim dingin berbahaya, Ichiro pergi ke gunung.’ d. Penggabungan nomina dengan nimokaakawarazu

Nomina {ø/ nano /dearu (no) / datta (no) / de atta (no) }+nimokaakawarazu Contoh :

懸命 努力 も わ 健一 Kenmeina doryoku nimokakawarazu, kenichi wa Keras berusaha meskipun Kenichi TOP 大学 入試 失敗し

daigaku nyuushi ni shippaishita. perguruan tinggi masuk PAR gagal

Meskipun berusaha dengan keras, Kenichi gagal masuk perguruan tinggi.’

Pendapat dari Makino dan Tsutsui akan digunakan untuk menganalisis rumusan masalah yang pertama yaitu bagaimana struktur kalimat yang mengandung noni, nagara-mo, dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.


(3)

2.3.2 Makna kontekstual

Makna yang dianalisis pada penelitian ini adalah makna kontekstual. Teori kontekstual yang digunakan mengacu pada pendapat Pateda (2001). Menurut Pateda (2001:116) makna kontekstual atau makna situasional adalah makna yang muncul akibat adanya hubungan antara ujaran dengan konteks. Konteks yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Konteks orangan adalah konteks yang berkaitan dengan jenis klamin, kedudukan pembicara/pendengar, latar belakang sosial ekonomi pembicara/pendengar. Dalam konteks orangan seseorang dipaksa menggunakan kata-kata yang maknanya dipahami oleh lawan bicara sesuai dengan usia, jenis klamin, latar belakang sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan.

2. Koneks situasi misalnya situasi ribut, situasi aman. Seseorang akan mencari kata-kata yang maknanya berkaitan dengan situasi, misalnya menggunakan kata-kata yang maknanya ikut bersedih, kasihan, sayang dan lain sebagainya. 3. Konteks tujuan, misalnya meminta, mengharapkan sesuatu. Misalnya tujuan

untuk meminta maka seseorang akan mencari kata-kata yang maknanya meminta.

4. Konteks formal atau tidaknya pembicaraan memaksa seseorang mencari kata-kata yang sesuai dengan formal atau tidaknya pembicaraan.

5. Konteks suasana hati pembicara/pendengar memaksa seseorang mencari kata-kata yang maknanya menyatakan suasana hati pembicara/pendengar, misalnya takut, gembira atau jengkel.


(4)

6. Konteks waktu, misalnya waktu malam, waktu akan beristirahat. Jika seseorang bertemu pada waktu seseorang akan beristirahat, maka orang yang diajak pembicara akan merasa kesal. Hal itu bisa dilihat dari makna kata-kata yang digunakan oleh pembicara.

7. Konteks tempat, misalnya di depan bioskop, di pasar. Konteks tempat sangat mempengaruhi kata yang digunakan. Di tempat-tempat tersebut orang akan mencari kata-kata yang bermakna biasa-biasa, misalnya makna yang berhubungan dengan informasi.

8. Konteks objek adalah apa yang menjadi fokus dalam pembicaraan. Misalnya fokus pembicaraan adalah tentang ekonomi, maka orang akan mencari kata-kata yang maknanya berkaitan dengan ekonomi.

9. Konteks kelengkapan alat bicara/dengar pada pembicara/pendengar. Misalnya orang yang tidak normal alat bicaranya melafalkan suatu kata, namun kata tersebut tidak bisa dilafalkan dengan baik sehingga orang yang mendengar tidak bisa memahami apa isi kalimat dan akan menyebabkan salah pengertian.

10.Konteks kebahasaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan kaidah bahasa yang digunakan oleh kedua belah pihak apakah sudah sesuai dengan kaidah kebahasaan. Misalnya dalam tulis-menulis hal yang diperhatikan adalah tanda baca dan diksi, sedangkan dalam bahasa lisan yang perlu diperhatikan adalah tekanan suara, panjang-pendek, dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu.


(5)

11.Konteks bahasa adalah bahasa yang digunakan. Dalam konteks bahasa kedua belah pihak harus menguasai bahasa yang digunakan

Dari kesebelas konteks yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini hanya menganalisis makna konteks orangan, konteks situasi, konteks suasana hati, konteks tempat dan konteks tujuan.


(6)