FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN PERTANIAN UPLAND BERKELANJUTAN DI GUNUNG LAWU, INDONESIA.

Dr. Puguh Karyanto, S.Si.,M.Si.,Ph.D.
NIP. 197508312001121001
Sebagai Staf Pengajar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Lahir di Magelang, 31 Agustus 1975

FKI
P
8
Riwayat Pendidikan:
 S-1. Universitas Gadjah Mada. 1998.
Bidang Ilmu: Ekologi
 S-2. Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. 2003.
Bidang Ilmu: Ekologi
 S-3. Faculty of International Studies Universiti Utara Malaysia. 2010.
Bidang Ilmu: Natural Resource/Environmental management

Judul Disertasi
FACTORS AFFECTING THE ADOPTION OF SUSTAINABLE UPLAND
AGRICULTURE AT LAWU MOUNTAIN, INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN

PERTANIAN UPLAND BERKELANJUTAN DI GUNUNG LAWU, INDONESIA
Sustainability in upland agriculture has
faced a great challenge since a balance
must be sought between environmental
protection and economic orientation.
Towards sustainable upland agriculture,
Stakeholders must perform particular
strategies that are addressing economic
orientation
of
agriculture
without
compromising the upland conservation
efforts to maintain the critical ecological
properties of the upland. At the study
site, organic farming and some other
forms
of
environmentally
friendly

agriculture have been promoted as
strategies that are in line with the idea
of
sustainable
upland
agriculture.
However, despite the promotion of these
green strategies, the upland farmers at
the study site are still suffered from
adopting these sustainable practices.
This case shows that the diffusion of
sustainable upland agriculture has faced
obstacles. Yet, this research is aimed to
observe factors behind the poor
diffusion
of
sustainable
upland
agriculture.
Framework of assessing linkage

between capacity/incentive and natural

Pertanian
upland
berkelanjutan
merupakan paradigm pertanian yang memadukan
secara strategis kepentingan sosio-ekonomi
pertanian dengan perlindungan properti ekologi
yang kritikal terkait dengan upaya perlindungan
kawasan. Tantangan yang dihadapi pertanian
upland kemudian menjadi lebih berat karena
keharusan untuk mencapai keseimbangan antara
orientasi ekonomi dan perlindungan kawasan
terkait dengan paradigm pertanian berkelanjutan.
Strategi yang telah dilakukan untuk mencapai
keadaan ‘pertanian berkelanjutan’ adalah dengan
usaha untuk mendifusikan beberapa cara bertani
yang dianggap bersesuaian dengan konsep
pertanian berkelanjutan misalnya bertani secara
organik, pertanian input dengan rendah maupun

bentuk-bentuk pertanian ramah lingkungan yang
lain (misalnya sistem agroforestri). Namun
demikian
beberapa
fenomena
kerusakan
lingkungan pertanian dan rendahnya adopsi
praktek pertanian ramah lingkungan dapat
merupakan bukti yang menunjukkan bahwa
usaha untuk mendifusikan gagasan pertanian
ramah lingkungan tersebut masih belum efektif.
Melalui sudut pandang petani selaku pengambil
keputusan utama, penelitian ini bertujuan untuk
mencari faktor-faktor di balik kurang efektifnya
difusi program-program menyangkut pertanian
berkelanjutan.
Tantangan atas tujuan penelitian dijawab
dengan menggunakan dua kerangka konseptual

resource degradation and the Driving

Force-Pressure-State-Response
Framework (DPSIR) were used in
combination in this research. The
capacity was translated into five type of
livelihood assets i.e. social, human,
financial, natural and physical capital.
The incentive was translated into the
governmental incentive and market
signal. Both capacity and inctntive were
proposed as predictors for the extent of
the adoption of sustainable upland
agriculture. Stratified random sampling
was the sampling technique used in this
research. The data was collected by
applying
questionnaire
upon
408
farmers. By using SPSS 16.5, the
obtained data was analyzed by the

multiple regression analyses.
The obtained R square from the
regression analysis is 0.649 with the F
statistic less than 0.95. The regression
did a good job in explaining relationship
between the proposed predictors and
the independent variable. All predictors
except
the
market
signal
are
significantly
associated
with
the
dependent variables. According to the
value
of
the

beta
standardized
coefficient, the incentive is the major
predictor in affecting the diffusion and
adoption
of
sustainable
upland
agriculture. Ensuring the profitability of
performing
sustainable
upland
agriculture by building good market
channel, providing credit and allocating
subsidy for the organic input are
considered as critical. Building strong
human
capital
in
agriculture

by
providing assistances, trainings and
guidance are also become one of
important action to improve the upland
farmers’ confident to adopt sustainable
upland agriculture.

secara kombinasi yaitu kerangka konseptual
Capacity/Incentive-Environmental
Degradation
dan Driving Force-Pressure-State-Response
Framework (DPSIR). Capacity dan Incentive
digunakan sebagaimana Driving Forces pada
DPSIR. Capacity dijabarkan menjadi lima aset
dasar masyarakat pedesaan yaitu modal sosial,
modal manusia, modal alam, modal saranaprasarana dan modal finansial. Incentive
dijabarkan menjadi segala bentuk insentif dari
pemerintah dan sinyal pasar. Kedua konstruk
(Capacity dan Incentive) sebagai Driving Forces
merupakan prediktor (variable bebas) yang

berasosiasi dengan adopsi pertanian ramah
lingkungan oleh petani upland sebagai Pressure
dalam DPSIR. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian adalah sampling acak berstrata.
Sampel sejumlah 408 petani yang merupakan
representasi dari populasi petani upland yang ada
disurvei dengan menggunakan kuisioner berbasis
skala Likert. Data yang diperoleh selanjutnya
dianalisis dengan regresi linear berganda
menggunakan SPSS 16.5 untuk mencapai tujuan
penelitian.
Hasil analisis regresi linear berganda
memperoleh nilai R kuadrat 0.649, menunjukkan
bahwa kedua konstruk (Capacity dan Incentive)
merupakan prediktor yang cukup baik yang dapat
menjelaskan 64% dari variable bergantungnya
(Pressure). Semua prediktor kecuali sinyal pasar
berasosiasi secara signifikan dengan variable
bergantungnya. Berdasarkan koefisien beta yang
diperoleh, insentif dari pemerintah merupakan

faktor utama pendorong keberhasilan penerapan
program pertanian upland berkelanjutan. Jaminan
pemerintah atas profitabilitas bertani secara
ramah lingkungan dan organik, jaminan kredit
lunak dan subsidi input ramah lingkungan
merupakan faktor kritis yang mempengaruhi
kemauan (willingness) dan perilaku petani upland
untuk
mengadopsi
program
pertanian
berkelanjutan. Penguatan SDM bidang pertanian
melalui pelatihan dan pendampingan petani
secara sinambung juga merupakan fakrot
pendorong bagi keberhasilan difusi program
pertanian berkelanjutan.
Kesadaran individu
petani upland untuk peduli terhadap lahan
sebagai aset utama sistem pertaniannya
(willingness) dapat memunculkan sikap kolektif

sebagai salah satu aspek modal sosial yang
penting yang mendukung difusi program
pertanian berkelanjutan.