PERTUNJUKAN KESENIAN TERBANG DI KECAMATAN CIATER KABUPATEN SUBANG DAN BENTUK PELESTARIANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PELATIHAN EKSTRAKURIKULER DI SMA.

(1)

PERTUNJUKAN KESENIAN TERBANG DI KECAMATAN

CIATER KABUPATEN SUBANG DAN BENTUK

PELESTARIANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR PELATIHAN

EKSTRAKURIKULER

DI SMA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

EMBANG LOGITA NIM 1201382

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Lembar Hak Cipta untuk Mahasiswa S2

==========================================================

English Education at Secondary

Education

Oleh Embang Logita M.Pd UPI, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia

© Embang Logita 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

EMBANG LOGITA

PERTUNJUKAN KESENIAN TERBANG DI KECAMATAN CIATER KABUPATEN SUBANG DAN BENTUK PELESTARIANNYA SEBAGAI

BAHAN AJAR PELATIHAN EKSTRAKURIKULER DI SMA

disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd

Pembimbing II

Dr. Tedi Permadi, M.Hum NIP 1970062420066041001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Dr. Sumiyadi, M.Hum


(4)

ABSTRAK

Logita Embang. 2105 “Pertunjukan Kesenian Terbang dan Bentuk Pelestariannya Sebagai Bahan Ajar Pelatihan Ekstrakurikuler Di SMA” Sekolah Pasca Sarjana UPI. Latar belakang: keberadaan pertunjukan kesenian terbang asli yang hampir tidak diminati oleh generasi muda yang beranggapan merupakan kesenian yang bertradisi lama. Masalah penelitian: Bagaimana bentuk pertunjukan kesenian terbang? Bagaimana struktur teks yang terkandung dalam lagu-lagu? Bagaimana ko-teks dan konteks dan fungsi pada pertunjukan kesenian terbang? Bagaimana bentuk pelestarian di SMA? Tujuan dari penelitian: mendeskripsikan pertunjukan kesenian terbang, menyajikan ancangan buku panduan pelatihan ekstrakurikuler di SMA. Teori yang digunakan: teori kebudayaan, tradisi lisan, bentuk dan struktur teks, kajian semantik, bunyi dan teori isi tradisi lisan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data: teknik observasi partisipatif, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian: peneliti sendiri dan dibantu dengan pedoman wawancara, observasi, catatan lapangan, tape recorder, dan kamera. Sumber datanya: pertunjukan kesenian terbang, teks lagu-lagu dan konteks. Analisis data dan pembahasan mengenai pertunjukan kesenian terbang, bentuk, analisis struktur semantik dan formula bunyi, ko-teks dan konteks dari lagu-lagu pertunjukan kesenian terbang, Teks lagu-lagu dalam pertunjukan kesenian terbang memiliki struktur semantik yang beragam. Formula bunyinya berupa pengulangan bunyi kata, baik dalam baris, maupun antar baris dengan irama yang dinamis. Konteks dari pertunjukan kesenian terbang ini tidak terikat oleh ruang dan waktu, namun harus mempertimbangkan suasana. Fungsi dari pertunjukan kesenian terbang selain sebagai penghibur juga sebagai unsur pendidikan, pranata kehidupan sosial, fungsi keagamaan. Upaya pelestarian dari pertunjukan kesenian terbang, yaitu melalui pembuatan bahan ajar berupa ancangan buku panduan pelatihan kegiatan ekstrakurikuler di SMA.


(5)

ABSTRACT

Logita Embang. 2015 “Arts Terbang Performance and Instructional Material As a preservation From Extracurricular Training in School”. Post Graduate of UPI. Background: Young generations are not interested in existence of the original art terbang performance, they thought that it is old tradition. The research problem: how is form of art terbang performance? How the structure of the text contained in the songs? How co-text and context of the function of to show art terbang? What are the forms of preservation in high school? The purpose of the research: to describe art terbang performance, presenting definition guidebook extracurricular training in high school. The used theory: the theory of culture, oral traditions, the shape and structure of the text, the study of semantics, the sound and content of the theory of oral tradition. This research used qualitative descriptive method. Data collection techniques: technique of participant observation, interviews, and documentation. Instrument of the research: the researchers themselves and assisted with interview, observation, field notes, tape recorder, and camera. Source of data: art terbang performance of songs and context. Data analysis and discussion of art terbang performance, to analyze the shape, structure, semantic, and sound formula, co-text and context of art performance songs terbang. Text songs of art terbang performance have a diverse semantic structure. Formula repetition of sound such as the sound of the word, both in rows with a dynamic rhythm. Context of art terbang performance is not bound by the cast and the time, but must consider the atmosphere. The function of the art terbang performance as an entertainer also other than as a component of education, social life institution, a religious function. Conservation effort of art terbang performance is through making material definition guide book training extracurricular in high school.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….. i

UCAPAN TERIMA KASIH ………. ii

DAFTAR TABEL ……….. iv

DAFTAR GAMBAR ……….. vi

ABSTRAK ……….. vii

DAFTAR ISI ……… ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah ………. 7

1.3 Batasan Masalah ……….. 9

1.4 Rumusan Masalah ……… 10

1.5 Tujuan Penelitian ……….. 11

1.6 Manfaat Penelitian ……… 12

1.7 Definisi Operasional ………... 12

1.8 Anggapan Dasar ……… 14

BAB 2 KAJIAN TEORETIS TRADISI LISAN PERTUNJUKAN KESENIAN TERBANG 2.1 Kebudayaan ……….. 15

2.2 Tradisi Lisan ……… 17

2.3 Pertunjukan Kesenian Terbang ……….. 23

2.4 Unsur-unsur dalam Pertunjukan ………….. .……….. 26

1. Tempat ……… 27

2. Ritual ………. 27

1) Mantra ……… 27

2) Sesajen ……… 29

3. Pelaku ……….. 30

4. Peralatan ……….. 30

5. Waktu ……….. 30


(7)

7. Sajian Kesenian ……… 31

1) Nyanyian/lagu ………. 31

1. Bentuk Nyanyian Rakyat ……….. 31

2. Fungsi Nyanyian Rakyat ……… 33

3. Makna Nyanyian Rakyat ……… 33

2) Tarian ……… 34

2.5 Struktur Penyajian Kesenian ……… 34

2.6 Struktur Teks Tradisi Lisan ……….. 35

1. Struktur Makro ………. 36

2. Superstruktur (Struktur Alur) ……….. 37

3. Struktur Mikro ………. 38

1) Bentuk ……… 38

2) Kajian Semantik ………. 39

1. Makna Leksikal ………... 41

2. Makna Asosiatif ……… 42

3. Makna Stilistika ……… 42

4. Makna Afektif ………. 43

5. Makna Kolokatif ……….. 43

6. Makna Konotatif ……….. 43

3) Bunyi ……… 43

1. Rima ……… 45

2. Asonansi dan Ariterasi ……… 45

3. Irama ……… 46

2.7 Ko-teks ……… 46

2.8 Konteks ……….. 47

2.9 Fungsi ………. 48

2.10 Pendekatan Kajian Tradisi Lisan ……… 50

2.11 Upaya Pelestarian Melalui Penggunaan Buku Panduan Pelatihan Ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Atas ……… . 51

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ……… 62


(8)

3.2 Paradigma Penelitian ……… 63

3.3 Data dan Sumber Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ……… 64

3.3.1 Data Penelitian ……… 64

3.3.2 Sumber Data Penelitian ……….. 65

3.4 Teknik Penelitian ……….. 67

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ………. 67

3.4.2 Teknik Pengolahan Data ………. 69

3.5 Instrumen Penelitian ……… 70

3.5.1 Instrumen Pengumpulan Data ………. 70

3.5.2 Instrumen Pengolahan Data ……… 78

3.6 Prosedur Penelitian ……….. 78

3.6.1 Tahap Persiapan ………. 78

3.6.2 Tahap Pelaksanaan ………. 79

1. Analisis Data ……….. 79

2. Pedoman Analisis Data ……….. 80

BAB 4 PEMBAHASAN Pengantar ……… 82

4.1 Pertunjukan Kesenian Terbang ………. 4.1.1 Tinjauan Tentang Pertunjukan Kesenian Terbang Di Kabupaten Subang ……….. 82

4.1.1.1 Masa Pembentukan (1400-1900an) ……….. 82

4.1.1.2 Masa Kelahiran (1948-1967) ……….. 83

1. Pertunjukan Kesenian Terbang Asli ……….. 84

2. Pertunjukan Kesenian Terbang Modern …………. 86

4.2. Analisis Data ……… 89

4.2.1 Bentuk Lagu-Lagu dalam Pertunjukan Kesenian Terbang ……… 90

4.2.2 Analisis Lagu-Lagu dalam Pertunjukan Kesenian Terbang ... 92

4.2.2.1 Analisis Struktur Teks ……….. 93


(9)

1. Teks Lagu Huya Alloh ……….. 93

Analisis Semantik Lirik Lagu Huya Alloh ………… 93

2. Teks Lagu Ulaela ……… 97

Analisis Semantik Lirik Lagu Ulaela ………. 97

3. Teks Lagu Pinangkalu ……… 100

Analisis Semantik Lirik Lagu Pinangkalu ………. 100

4. Teks Lagu Engko ……… 103

Analisis Semantik Lirik Lagu Engko ………. 103

5. Teks Lagu Ayun Puntang ……… 106

Analisis Semantik Lirik Lagu Ayun Puntang ……. 106

6. Teks Lagu Gobyog ……….. 109

Analisis Semantik Lirik Lagu Gobyog ……… 109

7. Teks Lagu Dipapag-papag ……… 113

Analisis Semantik Lirik Lagu Dipapag-papag ……. 113

8. Teks Lagu Siuh ……… 116

Analisis Semantik Lirik Lagu Siuh ……….. 116

9. Teks Lagu Ayun Ambing ………. 119

Analisis Semantik Lirik Lagu Ayun Ambing ……….. 119

10. Teks Lagu Kembang Kacang ……….. 125

Analisis Semantik Lirik Lagu Kembang Kacang …… 125

2) Analisis Formula bunyi ………. 128

a. Rima ……….. 128

1. Analisis Rima Teks Lagu Huya Alloh ………. 128

2. Analisis Rima Teks Lagu Ulaela ……….. 129

3. Analisis Rima Teks Lagu Pinangkalu ……….. 130

4. Analisis Rima Teks Lagu Engko ……….. 131

5. Analisis Rima Teks Lagu Ayun Puntang ……….. 132

6. Analisis Rima Teks Lagu Gobyog ………. 133

7. Analisis Rima Teks Lagu Dipapag-papag ……… 135

8. Analisis Rima Teks Lagu Siuh ……….. 136

9. Analisis RimaTeks Lagu Ayun Ambing ………. 138


(10)

b. Irama ………. 142

1. Analisis Irama Teks Lagu Huya Alloh ……….. 143

2. Analisis Irama Teks Lagu Ulaela ……….. 143

3. Analisis Irama Teks Lagu Pinangkalu ……….. 144

4. Analisis Irama Teks Lagu Engko ……….. 145

5. Analisis Irama Teks Lagu Ayun Puntang ……….. 145

6. Analisis Irama Teks Lagu Gobyog ……… 146

7. Analisis Irama Teks Lagu Dipapag-papag ……… 147

8. Analisis Irama Teks Lagu Siuh ……….. 148

9. Analisis Irama Teks Lagu Ayun Ambing ………... 149

10. Analisis Irama Teks Lagu Kembang Kacang ………….. 150

4.2.3 Analisis Unsur-Unsur yang Terdapat dalam Pertunjukan Kesenian Terbang ……….. 151

4.2.3.1 Pertunjukan kesenian terbang ke-1………. 151

4.2.3.2 Pertunjukan kesenian terbang ke-2 ……….. 155

4.2.3.3 Pertunjukan kesenian terbang ke-3 ……… 159

4.2.4 Analisis Struktur Penyajian pertunjukan kesenian terbang .. 162

4.2.4.1 Pertunjukan kesenian terbang ke-1 ……… 162

4.2.4.2 Pertunjukan kesenian terbang ke-2 ……… 165

4.2.4.3 Pertunjukan kesenian terbang ke-3 ……… 169

4.3 Rangkuman Hasil Analisis 4.3.1 Analisis Lagu-Lagu dalam Pertunjukan Kesenian Terbang .. 172

4.3.2 Unsur-Unsur Pertunjukan Kesenian Terbang ……… 173

4.3.3 Struktur Penyajian Pertunjukan Kesenian Terbang …….. 178

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Mengenai Pertunjukan Kesenian Terbang ………... 184

4.5. Analisis Ko-teks ………. 185

4.6. Analisis Konteks ………. 187

1) Konteks Situasi ………... 187


(11)

3) Konteks Sosial ……… 188

4) Konteks Ideologi ………. 189

4.7 Fungsi Pertunjukan Kesenian Terbang ……….. 189

4.5.1 Fungsi Saat Dibentuknya ……….. 191

4.5.2 Fungsi Saat ini ……….. 191

a. Fungsi Langsung Pertunjukan Kesenian Terbang …. 191

b. Fungsi Tidak Langung Pertunjukan Kesenian Terbang ………. 192

BAB 5 BENTUK PELESTARIAN PERTUNJUKAN KESENIAN TERBANG SEBAGAI BAHAN AJAR PELATIHAN EKSTRAKURIKULER DI SMA Pengantar ……….. 193

5.1 Rancangan Pelestarian Pertunjukan Kesenian Terbang Digunakan sebagai Bahan Ajar Pelatihan di SMA ……….. 193

5.1.1 Visi dan Misi Kegiatan Ekstra kurikuler ……… 195

5.1.2. Tujuan Umum dari Kegiatan Ekstrakurikuler ………… 195

5.1.3. Tujuan Khusus dari Kegitan Ekstrakurikuler ……… 195

5.1.4. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler ……… 196

5.1.5. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler ……… 197

5.2 Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Bidang Pertunjukan Kesenian Terbang ……… 197

5.2.1. Penyusunan Program Bimbingan Kegiatan Ekstrakurikuler ……….. 197

1. Program Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler mengenai Pertunjukan Kesenian Terbang……….. 198

2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler mengenai Pertunjukan Kesenian Terbang ……… 202

3. Bahan Pelatihan Berupa Buku Panduan ……….. 207


(12)

6.1. Simpulan ……….. 210

6.2. Implikasi ……….. 213

6.3. Rekomendasi ……… 214

GLOSARIUM ……….. 216

DAFTAR PUSTAKA ……….. 220

RIWAYAT PENULIS ………. 224


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Dengan adanya pendidikan yang didapatkan oleh individu, kelompok, masyarakat, bangsa maka akan terbentuklah pola pikir-pola pikir yang lebih maju pada individu, kelompok, masyarakat, dan bangsa itu sendiri. Dengan adanya pendidikan dapat dihasilkan model manusia yang akan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa.

Negara Indonesia merupakan negara berkembang dengan komposisi jumlah penduduk untuk generasi muda lebih banyak dibandingkan generasi yang tua. Hubungannya dengan generasi muda atau masyarakat yang memperoleh pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat perguruaan tinggi mempunyai tantangan yang besar seiring dengan perkembangan jaman dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Apabila generasi muda atau masyarakat dalam melaksanakan pendidikan tidak dapat mengikutinya sesuai dengan keadaan jaman yang terus berubah, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia global terus berkembang, maka generasi bangsa Indonesia akan ketinggalan dalam perkembangan pendidikan sehingga imbasnya pendidikan bangsa akan semakin ketinggalan dari bangsa-bangsa yang lain.

Sekarang persoalannya, pendidikan yang bagaimanakah yang harus dikembangkan untuk membebaskan generasi muda atau masyarakat dari keterpurukan, terus ketinggalan dalam alih ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa. Salah satu alternatifnya adalah melalui jalur pendidikan yang dapat membangkitkan generasi bangsa baik melalui bidang pendidikan formal maupun nonformal dapat dijadikan sebagai wahana untuk menggali, dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka ataupun


(14)

potensi-pontesi yang telah ada dalam masyarakat yang sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia yang menjadi ciri khas bangsa seperti dibidang keagamaan, sosial, kebudayaan, kesenian, bahasa, kesusastraan dan sebagainya. Para generasi bangsa tetap kokoh memiliki kekuatan spiritual keagamaan, berakhlak mulia, dengan berkepribadian tinggi bisa mengendalikan diri dalam membangun bangsa, dan menjadikan generasi bangsa kreatif dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ilmu pengetahuan yang ditemukannya ataupun kreatif mengembangkan dan mempertahankan bidang-bidang yang bersifat positif yang telah dipunyai bangsa yang telah dikemukakan di atas menjadi tetap lestari. Hal ini sejalan juga dalam UU 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa dan negara.

Berangkat dari kebudayaan bangsa Indonesia, wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Meuroke, sehingga menjadikan keanekaragaman suku, kebudayaan, adat istiadat, tradisi bahkan bahasa yang dipakai. Kebudayaan, adat istiadat, bahasa, dan tradisi itu sudah menjadi ciri khas yang unik serta sudah menjadi identitas bangsa.

Para ahli telah mengemukakan bahwa ukuran sebuah kebudayaan secara universal dapat dilihat dari tujuh unsur kebudayaan, dimana disebut juga

“kebudayaan universal”. (Koentjaraningrat, 2009, hlm. 165) mengemukakan bahwa

kebudayaan universal terdiri dari tujuh unsur kebudayaan yaitu: (1) bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem mata pencaharian hidup, (6) sistem religi, dan (7) kesenian.

Hubungannya dengan, sistem religi dan kesenian yang ada dalam suatu masyarakat pada awalnya bentuk interaksi dan peredarannya secara lisan. Tradisi tulis pada masa itu belum ada, sehingga penyebaran ilmunya berupa tradisi mengenai pola kehidupan secara turun temurun dilakukan secara lisan. Dalam hal ini, unsur


(15)

istilah folklor atau tradisi lisan. Tradisi lisan itu perlu dikaji, dipelihara dan dilestarikan karena dengan tradisi lisan kita bisa melihat gambaran sejarah paradigma berpikir masyarakat pemilik tradisi bersangkutan pada masa itu. Masyarakat masa kini bukan masyarakat yang terlahir bersama tradisinya sendiri, namun tradisi yang dimilikinya itu adalah tradisi yang telah lama lahir dan merupakan kelanjutan dari budaya dan tradisi lama yang mengalami perkembangan yang lebih maju sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.

Kekhawatiran kita sekarang adalah pergeseran nilai-nilai budaya, adat istiadat bangsa karena dengan masuknya budaya, adat istiadat asing bersamaan dengan teknologi dan informasi tidak hanya membawa dampak positif bagi keberlangsungan hidup masyarakat, tetapi juga akan membawa dampak negatif tanpa batas kontrol yang menimpa tradisi lokal yang akan berujung fatal pada adat istiadat dan nilai-nilai budaya bangsa dan itu sendiri. Dampak pengetahuan yang modern dan baru akan mendominasi, bahkan akan menekan dan menghancurkan pengetahuan yang lama, termasuk adat istiadat, nilai-nilai budaya dan tradisi lisan masyarakat. Padahal banyak nilai-nilai penting yang terdapat dalam tradisi lisan, dimana apabila tidak segera diselamatkan akan ikut punah bersama yang lainnya. Oleh karena itu, sudah saatnya kita sebagai pemilik tradisi masing-masing secara bersama menjaga kelestarian budaya dengan berbagai bentuk dan upaya sesuai dengan kemampuan. Contohnya dengan tetap menanamkan nilai-nilai budaya, menjaga adat istiadat, sistem religi, kesenian dan lain sebagainya dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Tiga bentuk tradisi lisan yang mengisi kebudayaan suatu masyarakat (Danandjaja, 1997, hlm. 21-22; Hutomo, 1991, hlm. 8-9), yaitu (1) tradisi lisan yang lisan; (2) tradisi lisan sebagian lisan; (3) tradisi lisan yang bukan lisan. Misalnya nyanyian rakyat dan sajak rakyat. Dilihat dari bentuknya kedua jenis tradisi ini, termasuk ke dalam jenis tradisi lisan yang pertama, yakni tradisi lisan yang lisan. Hal ini disebabkan karena nyanyian rakyat dan sajak/puisi rakyat merupakan tradisi yang menggunakan media lisan secara utuh.

Di Indonesia, khususnya dalam dunia kesusastraan kita mengenal juga istilah sastra lisan dan sastra tulis. Sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat


(16)

dipisahkan dari sastra tulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah berperan dalam membentuk apresiasi sastra masyarakat, sehingga sastra lisan dan sastra tulis hidup berdampingan. Dikatakan sastra lisan karena sastra tersebut disalurkan dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan menggunakan bahasa lisan tanpa ada naskah.

Sastra berbahasa Indonesia mengandung fungsi sebagai lambang kenasionalan dan lambang persatuan. Sastra daerah berfungsi sebagai pelestari bahasa daerah, pengungkapan alam pikiran, ide, dan nilai-nilai budaya, serta akan menjadi entitas daerah tempat sastra tersebut hidup dengan ciri utama bahasa.

Nilai-nilai yang terkandung dalam sastra daerah tidaklah jauh berbeda dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sastra Indonesia bahkan dapat dikatakan sederajat. Hal ini seperti dikatakan oleh Rusyana (1978, hlm. 6) sebagai berikut :

Nampaklah bahwa dalam karya sastra daerah terkandung muatan nilai-nilai moral. Dalam sastra-sastra daerah, dalam wujud ekspresi estetik itu tersaji pula nilai-nilai etik. Dari pembacaan terhadap cerita rakyat, berupa mithe, legenda, dongeng, kita dapat mengapreasiasi nilai-nilai moral yang terpadu secara halus di dalammnya. Begitu juga di dalam hikayat, syair, pantun serta jenis sastra lama lainnya, serta selanjutnya dalam novel, cerita pendek, drama dan puisi modern, nilai-nilai moral itu terungkap.

Hampir sebagian besar suku bangsa Indonesia memiliki tradisi lisan dan sastra lisan demikian juga dengan masyarakat suku Sunda (Jawa Barat) memiliki banyak tradisi lisan dan sastra lisan yang tersebar di seluruh wilayahnya.

Ada tradisi lisan milik masyarakat Sunda, khususnya mengenai tradisi lisan yang berada di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang yang menurut peneliti sangat menarik untuk diteliti atau diketahui secara ilmiah. Tradisi lisan atau folklor yang berbentuk kesenian yaitu mengenai pertunjukan kesenian terbang.

Upacara adat perkawinan ataupun upacara adat khitanan di tatar Sunda pada dasarnya sama. Untuk di daerah Kabupaten Subang di Kecamatan Ciater dimana sebelum melaksanakan upacara adat perkawinan atau upacara khitanan terlebih dahulu diharuskan melakukan pertunjukan kesenian terbang. Penyampaian sastra dalam pertunjukan kesenian terbang yang menampilkan penyajian mantra, nyanyian


(17)

atau lagu-lagu buhun dan lagu modern yang dibantu dengan alat-alat musik seperti rebana besar/terbang, gong, kecrek dan seni tari. Dengan melantunkan lagu-lagu dengan bantuan alat musik (waditra) dan seni tari tujuannya supaya dalam melakukan upacara perkawinan atau khitanan diberi kemudahan, keamanan, kesehatan dan keselamatan pagi pemangku hajat khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya. Menurut (Masduki, 2005, hlm. 15) kesenian terbang adalah kesenian dengan pertunjukan tabuhan rebana besar dengan melantunkan nyanyian-nyanyian. Kesenian ini dinamakan sesuai dengan alat musik yang digunakan yaitu terbang. Istilah terbang memiliki arti yang variatif di antaranya adalah terbang merupakan waditra yang terbuat dari kayu yang melingkar berbentuk silinder berdiameter 40-60 cm dengan tinggi 10-15 cm, bentuknya mirip rebana. Bagian mukanya ditutup dengan kulit. Istilah terbang pun diartikan ngapung, hal tersebut dikarenakan ada anggapan sederhana bahwa karena Allah swt. berada di langit ke tujuh maka agar sampai ke sana harus terbang (iigapung). Realisasinya disimbolkan dengan menggunakan alat musik yang dinamakan genjring besar (terbang). Maksud simbol tersebut berarti menghubungkan batiniah antara manusia dengan Allah swt yang menguasai dan menciptakan alam beserta isinya.

. Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12 April 2013 kepada salah satu informan dan dua kali melihat pertunjukan yang dilihat oleh peneliti tidak ada anak muda yang ikut dalam pertunjukan kesenian terbang ini, padahal tidak diharuskan hanya orang tua yang dapat melakukan tabuhan pertunjukan tetapi anak muda juga bisa memainkan memainkan tabuhan rebana dan melantunkan nyanyian dalam pertunjukan kesenian terbang ini. Para generasi muda menganggap bahwa pertunjukan kesenian terbang merupakan kesenian tradisi lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman, dengan hanya memakai alat yang tidak modern dan hapalan nyanyiannya yang menggunakan bahasa Sunda buhun dan bahasa Jawa Cirebon yang menurut mereka merupakan bahasa yang rumit dan sulit dimengerti dengan tingkatan-tingkatan tertentu. Padahal di dalam lantunan nyanyian rakyat atau lagu dan tarian dalam pertunjukan kesenian terbang terkandung nilai-nilai


(18)

pendidikan di dalamnya yang dapat mengkokohkan kehidupan masyarakat itu sendiri/generasi muda itu sendiri.

Pertunjukan kesenian terbang ini merupakan salah satu aset bangsa pada

umumnya dan aset daerah Kabupaten Subang pada khususnya yang tidak boleh punah karena generasi muda tidak mau lagi andil dalam melestarikan warisan budaya leluhur. Sebagai salah satu bentuk tradisi masyarakat, maka perlu dilakukan penyelamatan dan pelestarian terhadap pertunjukan kesenian terbang yang didalamnya ada unsur-unsur pertunjukan berupa lagu-lagu atau nyanyian rakyat, mantra, alat musik, dan tarian dan struktur penyajian pertunjukan kesenian terbang dari pra penyajian, pelaksanaan penyajian, pasca penyajian yang dijadikan sebagai konteks pertunjukan, dan fungsi dari pertunjukan kesenian terbang itu sendiri.

Sebagai salah satu bentuk tradisi masyarakat yang ada di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang yang hampir punah, maka perlu dilakukan upaya penyelamatan dan pelestarian terhadap pertunjukan kesenian terbang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara pengkajian ilmiah untuk menentukan identitas ilmiah dalam pertunjukan kesenian terbang. Setelah itu, bentuk pelestarian dilanjutkan dengan upaya penerapannya kepada generasi bangsa dalam masyarakat, baik dilingkungan pendidikan formal maupun nonformal. Sehingga pertunjukan kesenian terbang tetap lestari.

Sudah disebutkan di atas pertunjukan kesenian terbang sebagai bentuk tradisi lisan memiliki struktur penyajian pertunjukan, mempunyai unsur-unsur dalam penyajian pertunjukkannya. Sederhananya pertunjukan kesenian terbang merupakan bentuk folklor atau tradisi lisan yang mempunyai struktur penyajian, unsur-unsur penyajian yang berfungsi dan bermakna, terutama bagi masyarakat di Kecamatan Ciater sebagai pemiliknya pada khususnya dan masyarakat Kabupaten Subang pada umumnya.

Beberapa penelitian yang sama mengenai pertunjukan kesenian terbang telah banyak dilakukan diantaranya oleh Yanyan (1996), mahasiswa STSI yang skripsinya berjudul Tari Pada Seni Terbang Dalam Ruwatan Rumah Di Tanjungkerta


(19)

Sumedang. Dalam skripsinya Yanyan membahas tentang tarian seluruhnya pada

pertunjukan seni terbang. Penelitian juga dilakukan oleh Dani Nursandhi (2013) mahasiswa Unikom yang meneliti tentang Makna pesan Non Verbal Dalam

Kesenian Gemyung di Kabupaten Subang. Dalam penelitiannya membahas tentang

makna perilaku dalam kesenian gembyung di Kabupaten Subang.

Pertunjukan kesenian terbang yang merupakan tradisi masyarakat yang ada di

Kecamatan Ciater Kabupaten Subang yang dapat terancam punah oleh perkembangan jaman dan alih teknologi masa kini. Generasi muda tidak mau lagi memperhatikan keberadaan pertunjukan kesenian terbang, mereka sudah melirik tradisi-tradisi modern. Oleh karena itu, pertunjukan kesenian terbang ini perlu dikaji secara ilmiah secara keseluruhan sebagai upaya pemeliharaan, dan pelestarian tradisi lisan. Upaya pelestarian dilanjutkan dalam bentuk upaya pemanfaatan dalam bentuk pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal.

Perbedaan penelitian penulis dengan peneliti-peneliti di atas terletak pada objek penelitian dimana yang akan dikaji oleh peneliti adalah unsur non verbal dan unsur verbal dari pertunjukan kesenian terbang sebagai bagian dari bentuk tradisi lisan. Non verbalnya meliputi unsur-unsur yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang dan struktur penyajian yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang. Unsur verbalnya peneliti akan mengkaji dari segi struktur lagu lagu yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang yang meliputi bentuk, kajian semantik, formula bunyi yang meliputi rima dan irama dari lagu-lagu dalam kesenian terbang, ko teks, konteks pertunjukan, fungsi dan bentuk pelestarian yang memfokuskan pada pembuatan bentuk bahan ajar pelatihan dalam kegiatan ekstrakurikuler pada Sekolah Menengah Atas. Perbedaan objek penelitian dan bentuk pelestarian yang diteliti akan memunculkan fenomena yang berbeda pada penelitian ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam penelitian adalah :


(20)

1. Pertunjukan kesenian terbang banyak di pertunjukan oleh para orang tua, sehingga masalah pewarisan kepada generasi muda tidak terjadi sehingga apabila generasi muda tidak mau menerima dan mengembangkan pertunjukan akan terjadi kepunahan.

2. Nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat pada saat ini mulai punah dengan adanya teknologi yang semakin berkembang sehingga masyarakat lebih melirik kemodernnan dibandingkan tradisi-tradisi lama.

3. Unsur-unsur yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang berhubungan dengan bahasa yaitu nyanyian atau lagu, mantra. Berhubungan dengan perbuatan adalah tari dan yang berhubungan dengan benda yaitu alat musik, sesajen.

4. Lagu-lagu atau nyanyian dalam pertunjukan kesenian terbang menggunakan bahasa Sunda buhun dan bercampur dengan bahasa Jawa Cirebon dimana generasi muda merasa tidak paham dengan bahasa-bahasa dahulu mereka hanya menginginkan bahasa yang modern.

5. Lagu-lagu atau nyanyian-nyanyian dalam pertunjukan kesenian terbang merupakan nyanyian rakyat yang perlu dilestarikan karena mempunyai makna-makna di dalamnya yang menjadikan contoh kepada masyarakat untuk mengagungkan kebesaran Tuhan, saling menghormati sesama keluarga, tetangga, masyarakat, berbuat kebaikan, kasih sayang terhadap terhadap anak-anak sebagai generasi bangsa

6. Lirik lagu atau nyanyian yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang mempunyai makna sehingga perlu dikaji secara ilmiah.

7. Unsur-unsur yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.

8. Struktur/tata cara penyajian yang terdapat dalam serta pertunjukan kesenian terbang di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.

9. Pertunjukan kesenian terbang dapat dipertunjukan pada saat adanya hajatan perkawinan atau khitanan, sehingga tidak sembarang waktu dapat ditonton atau dilihat oleh masyarakat sekitar.


(21)

10. Pertunjukan kesenian terbang pertunjukannnya dapat dilaksankan di luar rumah atau pun di dalam rumah sesuai keinginan yang mempunyai hajat.

11. Konteks pertunjukan yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang di Kecamatan Ciater tertata dari adanya unsur-unsur yang ada dalam pertunjukan mulai dari adanya penyajian mantra, lagu atau nyanyian, alat-alat musik atau waditra sampai pada adanya tarian-tarian yang diramngkum dalam tahapan penyajian. Hal ini berhubungan dengan konteks situasi sampai tatacara penyajian yang lengkap sehingga terasa tertata rapih dalam menampilkan sebuah pertunjukan, tetapi dengan adanya struktur penyajian yang panjang mengakibatkan masyarakat merasa enggan untuk ikut melestarikan dan mengembangkan seni pertunjukan terbang. Hal ini berhubungan dengan konteks budaya.

12. Fungsi dari pertunjukan kesenian terbang di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang menjadi fungsi hiburan bagi masyarakat pemiliknya walaupun tidak bisa dinikmati setiap hari.

13. Bentuk pelestarian dari pertunjukan kesenian terbang yang dapat diselenggarakan baik dalam pendidikan formal maupun non formal akan memberi wawasan, pengetahuan, dan memberikan contoh karakter kepada generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang baik dilihat dari makna lagu-lagu yang didendangkan maupun makna tarian-tarian yang disajikan dalam pertunjukan.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan luasnya permasalahan yang terdapat dalam penelitian, maka adanya pembatasan ruang lingkup penelitian. Penelitian ini dibatasi sebagai berikut : 1. Lirik lagu-lagu atau nyanyian dalam upacara hajatan atau khitanan yang ada dalam

pertunjukan kesenian terbang merupakan lirik lagu atau nyanyian yang mempunyai makna sehingga perlu dikaji secara ilmiah.

2. Unsur-unsur yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.


(22)

3. Struktur penyajian yang terdapat dalam serta pertunjukan kesenian terbang di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.

4. Konteks pertunjukan dalam upacara hajatan perkawinan atau khitanan yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang di Kecamatan Ciater tertata dari adanya unsur-unsur yang ada dalam pertunjukan mulai dari adanya penyajian mantra, lagu atau nyanyian, alat-alat musik sampai pada adanya tarian-tarian sampai tatacara penyajian yang lengkap sehingga terasa tertata rapih dalam menampilkan sebuah pertunjukan, hal ini berhubungan dengan konteks situasi tetapi dengan adanya struktur penyajian yang panjang mengakibatkan masyarakat merasa enggan untuk ikut melestarikan dan mengembangkan seni pertunjukan terbang. Hal ini berhubungan dengan konteks budaya. Perbedaan jenis kelamin penutur, perbedaan kelompok etnik, perbedaan usia, latar belakang pendidikan, bahkan sampai pada stratifikasi sosial mereka yang semuanya itu mempengaruhi penggunaan teks lagu pertunjukan kesenian terbang. Hal ini berhubungan dengan konteks sosial

5. Fungsi dari pertunjukan kesenian terbang untuk hajatan perrkawinan atau sunatan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang menjadi fungsi hiburan bagi masyarakat pemiliknya walaupun tidak bisa dinikmati setiap hari.

6. Bentuk pelestarian dari pertunjukan kesenian terbang yang dapat diselenggarakan baik dalam pendidikan formal maupun non formal akan memberi wawasan, pengetahuan, dan memberikan contoh positif kepada generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang baik dilihat dari makna lagu-lagu yang didendangkan maupun makna tarian-tarian yang disajikan dalam pertunjukan

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka timbul permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk pertunjukan kesenian terbang dalam hajatan perkawinan atau khitanan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang?


(23)

2. Bagaimana struktur teks yang terdapat dalam lirik lagu-lagu pertunjukan kesenian terbang dalam hajatan perkawinan atau khitanan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang?

3. Bagaimana ko-teks yang terdapat pada pertunjukan kesenian terbang alam hajatan perkawinan atau khitanan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang?

4. Bagaimana konteks pertunjukan yang terdapat pada pertunjukan kesenian terbang alam hajatan perkawinan atau khitanan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang? 5. Bagaimana fungsi pertunjukan kesenian terbang dalam hajatan perkawinan atau

khitanan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang?

6. Bagaimana bentuk pelestarian nyanyian pada pertunjukan kesenian terbang di Sekolah Menengah Atas?

1.5 Tujuan Penelitian

Dari uraian latarbelakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Mendeskripsikan bentuk pertunjukan kesenian terbang dalam hajatan perkawinan atau khitanan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.

2. Mendeskripsikan struktur teks yang terdapat dalam lirik lagu-lagu pertunjukan kesenian terbang dalam hajatan perkawinan atau khitanan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.

3. Mendeskripsikan mengenai koteks dari pertunjukan kesenian terbang dalam dalam hajatan perkawinan atau khitanan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. 4. Mendeskripsikan mengenai konteks pertunjukan dari pertunjukan kesenian

terbang dalam dalam hajatan perkawinan atau khitanan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.

5. Mendeskripsikan fungsi pertunjukan kesenian terbang dalam dalam hajatan perkawinan atau khitanan di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.

6. Menyajikan ancangan buku panduan pelatihan ekstrakurikuler sebagai upaya pelestarian nyanyian dalam pertunjukan kesenian terbang.


(24)

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, diharapkan penelitian ini mampu mengisi atau manambah kekayaan penelitian sastra lisan yang begitu kaya di kawasan nusantara ini, khususnya yang ada di tatar Sunda ini.

1) Bagi Peneliti

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi pribadi penulis sebagai penambah wawasan dan pengalaman tradisi lisan di nusantara umumnya dan tradisi lisan tanah Sunda pada khususnya yaitu mengenai pertunjukan kesenian terbang sehingga dapat mengantarkan pemahaman kita terhadap tradisi lisan dan kebudayaan suatu daerah.

2) Bagi Peneliti lain

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi yang cukup berarti bagi penciptaan karya sastra mengenai pertunjukan kesenian terbang yang merupakan salah satu sastra nusantara yang termasuk kedalam tradisi lisan.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan interpretasi dan penafsiran dalam mengkaji penelitian ini, peneliti memberikan definisi operasional yang berkaitan dengan pennelitian, yakni sebagai berikut :

1) Seni terbang adalah pagelaran kesenian yang berupa pembacaan doa, lagu-lagu dan tarian yang diiringi alat musik terbang (semacam rebana yang bentuknya besar). Pertunjukan kesenian terbang ini digelar sebelum adanya hajatan perkawinan atau khitanan.

2) Nyanyian atau lagu dalam pertunjukan kesenian terbang adalah nyanyian atau lagu yang ada pada masyarakat Sunda khsususnya di Kecamatan Ciater Kab Subang yang biasa digunakan sebagai sarana sakral sewaktu akan melakukan hajatan perkawinan atau khitanan anak.


(25)

3) Unsur-unsur pertunjukan kesenian terbang pada masyarakat di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang adalah analisis terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang.

4) Struktur penyajian dalam pertunjukan kesenian terbang pada masyarakat di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang adalah analisis terhadap susunan tata cara penyajian dalam pertunjukan kesenian terbang mulai dari pra penyajian, pelaksanaan penyajian dan pasca penyajian.

5) Struktur teks dari lirik lagu-lagu dalam pertunjukan kesenian terbang merupakan kajian yang meliputi bentuk, kajian semantik, dimana kajian semantik dalam lirik lagu-lagu dalam pertunjukan kesenian terbang pada masyarakat kampung Kecamatan Ciater Kabupaten Subang adalah analisis terhadap makna leksikal, makna asosiatif, makna stilistika, makna afektif dan makna kolokatif yang terdapat dalam setiap lirik lagu yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang. Formula bunyi yang meliputi rima dan irama.

6) Koteks dalam tradisi lisan menyangkut hal yang dinyanyikan sebagai analisis verbal karena tradisi lisan tidak terlepas dari adanya intonasi, aksen, jeda, dan tekanan. Juga berhubungan dengan komunikasi pada penggunaan gerak isyarat sebagai bagian dari bentuk teks verbal komunikasi pada penggunaan gerak isyarat sebagai bagian dari analisis bentuk nonverbal

7) Konteks pertunjukan dalam nyanyian pertunjukan terbang, dipandang dari konteks-konteks tertentu. Konteks-konteks tersebut yaitu konteks situasi, konteks budaya dan konteks sosial. Pertama, konteks situasi berkaitan dengan unsur atau hal-hal yang berkaitan lansung dengan peristiwa pertunjukan seperti teknik pertunjukan, bentuk pertunjukan (musik, nyanyi, tari). Kedua, konteks budaya adalah untuk membantu menguak latar belakang makna ucapan dan tindakan penyaji dan pendengar atau audiens dalam pertunjukan. Ketiga, konteks sosial adalah konteks yang berkaitan dengan faktor-faktor sosial yang mencakup perbedaan jenis kelamin penutur, perbedaan kelompok etnik, perbedaan usia, latar belakang pendidikan, bahkan sampai pada stratifikasi sosial mereka yang semuanya itu mempengaruhi penggunaan teks lagu dalam pertunjukan.


(26)

8) Fungsi adalah kegunaan atau manfaat dari pertunjukan kesenian terbang yang terkandung dalam isi lagu-lagu baik dari segi sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya.

9) Pelestarian dari pertunjukan kesenian terbang merupakan upaya pelestarian dengan membuat bentuk bahan ajar pelatihan ekstrakurikuler dari pertunjukan kesenian terbang khususnya pada masyarakat Desa Ciater Kabupaten Subang dalam pendidikan di tingkat SMA sehingga dapat mempertahankan seni tradisi yang ada di masyarakat menjadi tidak punah.

1.8 Anggapan Dasar

Asumsi atau anggapan dasar yang penulis gunakan sebagai pedoman penelitian adalah sebagai berikut :

1) Pertunjukan kesenian terbang pada masyarakat Kecamatan Ciater Kabupaten Subang merupakan aset budaya yang turut memperkaya kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional.

2) Pertunjukan kesenian terbang pada masyarakat Kecamatan Ciater kabupaten Subang bila dimaknai memiliki nilai-nilai budaya yang perlu diwariskan kepada generasi penerus.

3) Melestarikan dan mengembangkan budaya daerah berupa pertunjukan kesenian terbang berarti melestarikan dan mengembangkan budaya nasional.


(27)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3 ini mencakup perihal pemerolehan data dalam rangka menjaring data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan sampai pada perencanaan langkah-langkah analisis data yang akan digunakan.

3.1 Metode Penelitian

Untuk menemukan analisis fenomena dalam pertunjukan kesenian terbang dilihat dari unsur-unsur yang berhubungan dengan bahasa, benda, dan perbuatan yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang, struktur penyajian, bentuk dari lirik lagu-lagu, ko teks, konteks pertunjukan, dan fungsi, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan penelitian kualitatif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menggunakan metode kualitatif dengan alasan karena permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dapat dijaring secara kuantitatif (Sugiyono, 2011, hlm. 381).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, perlakuan orang secara individual maupun kelompok (Syaodih, 2010, hlm. 94). Metode deskriptif kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antara konsep yang sedang dikaji (Endraswara, 2008, hlm. 5). Metode ini paling cocok digunakan dalam penelitian sastra karena baik karya sastra tradisional maupun karya sastra modern adalah dunia kata dan simbol yang penuh makna. Sastra bukanlah fenomena yang secara mudah mengikuti gejala ilmu alam yang mudah dihitung.

Dengan pendekatan deskriptif kualitatif ini peneliti akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam kehidupan dan pemikirannya. Sekaitan


(28)

dengan hal tersebut, dalam pendeskripsian dan penganalisisan data dilakukan dengan cara menunjukkan fakta-fakta yang berhubungan dengan unsur-unsur yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang, struktur penyajian pertunjukan kesenian terbang, struktur teks lirik lagu-lagu, koteks, konteks pertunjukan, dan fungsi dalam pertunjukan kesenian terbang.

Metode deskriptif kualitatif merupakan suatu cara yang bukan hanya bertujuan pada pengumpulan data, tetapi sampai pada tahap analisis hingga tercapai sebuah simpulan yang berdasarkan atas pertanyaan dalam penelitian.

Dengan digunakan deskriptif kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

3.2 Paradigma Penelitian

Agar dapat tergambar dengan jelas maksud dalam penelitian ini, maka penulis akan memperlihatkan paradigm penelitian guna menjawab masalah yang telah dirumuskan di awal.


(29)

Paradigma Penelitian Tabel. 3.2

Pertunjukan Kesenian Terbang (Unsur-unsur, Struktur Penyajian)

Kajian Kajian Ko-teks Fungsi Struktur dan Konteks

(Kajian Semantik Formula Bunyi)

Bentuk Pelestarian Pelatihan Ekstrakurikuler di SMA

3.3 Data dan Sumber Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah berupa tradisi lisan mengenai pertunjukan kesenian terbang yang terdiri dari: (1) Bentuk dari pertunjukan kesenian terbang dilihat dari (a) Unsur-unsur yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang dalam bentuk bahasa berupa mantra dan lagu-lagu. Unsur lain yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang yaitu dalam bentuk benda berupa waditra atau alat musik kesenian terbang, sesajen dan dalam bentuk perbuatan berupa tari. (b) Dilihat dari stuktur penyajian dalam pertunjukan kesenian terbang. Dua unsur diatas merupakan unsur nonverbal yang akan diteliti dalam kajian tradisi lisan (2)


(30)

Kajian struktur teks dari lirik lagu-lagu pertunjukan kesenian terbang mempunyai sepuluh lagu yang akan dianalisis oleh peneliti yaitu, Huyaalloh, Ulaela,

Pinangkalu, Engko, Ayun Ambing, Dipapag-papag, Siuh, Gobyog, Ayun Puntang, dan Kembang Kacang. Kajian terhadap lagu-lagu ini merupakan kajian verbal

dalam tradisi lisan Kajian struktur ini meliputi kajian semantik dan formula bunyi yang terdiri dari asonansi, aliterasi, rima dan irama. (3) Koteks (4) Konteks pertunjukan dimana selain dilihat dari lagu-lagu yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang konteks pertunjukan juga dilihat dari unsur unsur yang ada dalam pertunjukan dan adanya struktur penyajian dalam pertunjukan kesenian terbang yang terdiri dari pra penyajian, pelaksanaan penyajian, dan pasca penyajian sebagai penelitian dilihat dari konteks situasi dan konteks budaya, konteks sosial dan konteks ideologi (5) Fungsi pertunjukan dalam pertunjukan kesenian terbang.

3.3.2 Sumber Data dan Tempat Penelitian

Data dalam penelitian ini diperoleh dari informasi secara lisan yang datanya dari salah satu masyarakat setiap desa yang ada di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang yakni dimana sebagai orang yang mengetahui dan pelestari kesenian terbang yang ada di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang Jawa Barat bernama Bapak Suhab, Bapak Engkab, Bapak Dudung.

Untuk sumber data mengenai bentuk pelestarian berupa pelatihan ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Atas ini dilakukan penelitian di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Neglasari Kecamatan Ciater Kabupaten Subang, dimana di sekolah tersebut kegiatan ekstrakurikuler yang telah ada diantaranya ekstrakurikuler wajib berupa kepramukaan, ekstrakurikuler pilihan ada olah raga bola voly, pencak silat, dan sepak bola

Sumber data yang peneliti dapatkan dari tradisi lisan pertunjukan kesenian terbang meliputi unsur-unsur yang berhubungan dengan bahasa, benda, dan perbuatan, struktur penyajian, struktur teks dalam lirik lagu-lagu dalam pertunjukan kesenian terbang pada masyarakat Kecamatan Ciater Kabupaten Subang dan bentuk pelestariannya berupa pelatihan yang akan di berikan kepada siswa Sekolah Menengah Atas. Bentuk sumber data penelitian sebagai berikut.


(31)

Tabel 3.3

NO DATA SUMBER DATA

1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

Pertunjukan kesenian terbang.

Unsur-Unsur yang berhubungan dengan bahasa, benda dan perbuatan yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang. Struktur penyajian dari pertunjukan kesenian terbang.

Struktur teks yang terdapat dalam lagu pertunjukan kesenian terbang.

Bentuk pelestariannya berupa pelatihan pada siswa Sekolah Menengah Atas Wawancara. Daftar Pustaka. Wawancara.

- Informan Penelitian. - Pihak yang memahami

tentang nyanyian dalam pertunjukan kesenian terbang.

- Teori, Fungsi Folklor (Danandjaja).

- Kesenian Terbang (Masduki).

- Kamus Besar bahasa Indonesia (Balai Pustaka). - Kajian semantik (Abdul

Chaer).

- Pengantar studi tentang makna (Aminuddin).

- Informan Penelitian - Kepala Sekolah

- Guru sebagai salah satu nara sumber

Adapun sumber data yang berkenaan dengan studi pustaka menunjukkan bahwasannya penelitian yang dilakukan dengan merelevansikan dengan fokus penelitian yang berhubungan lagu dalam pertunjukan kesenian terbang.


(32)

3.4 Teknik Penelitian

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tentang pertunjukan kesenian terbang adalah penelitian tentang suatu tradisi masyarakat dimana bermaksud memahami situasi sosialnya yang berguna untuk memperoleh hasil secara menyeluruh membutuhkan penelusuran secara mendalam. Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha untuk mengungkap fenomena sebagaimana adanya dilihat dari sisi si pelakunya sendiri. Oleh karena itu teknik pengumpulan datanya memerlukan teknik pengumpulan data yang lengkap, yaitu terdiri dari teknik wawancara, teknik observasi, dan dokumentasi atau biasa dikenal dengan istilah triangulasi (Sugiyono, 2011, hlm. 383). Dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Wawancara.

Wawancara dilakukan dengan orang-orang yang kompeten terhadap pertunjukan kesenian terbang dan teks lagu yang diteliti.

2. Observasi.

Observasi dilakukan untuk memahami konteks budaya masyarakat pemilik teks.

3. Dokumentasi.

Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian dapat berupa tulisan, gambar, karya karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012, hlm. 82).

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data diawali dengan pengelompokan data yang telah diperoleh, yang diturunkan dari masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu sebagai berikut.

1. Bentuk pertunjukan kesenian terbang yang ada di Kecamatan Ciater kabupaten Subang yang meliputi:

a. Unsur-unsur yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang.

Data tersebut diperoleh dengan menentukan unsur-unsur yang terdapat dalam dalam pertunjukan kesenian terbang. Adapun tahap analisisnya adalah sebagai berikut.

1) Analisis yang berhubungan dengan bahasa yaitu mantra yang dilakukan oleh seorang saehu sebelum melakukan pertunjukan dan lagu yang


(33)

didendangkan dalam pertunjukan kesenian terbang. Analisis yang berhubungan dengan benda yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang yaitu hubungannya dengan alat-alat musik, pakaian, sesajen, dalam pertunjukan kesenian terbang.

2) Analisis yang berhubungan dengan perbuatan yaitu menganalisis tentang tarian, yang dilakukan dalam pertunjukan kesenian terbang.

b. Struktur penyajian dalam pertunjukan kesenian terbang dengan menganalisis waktu penyajian yaitu :

a. Pra penyajian

b. Pelaksanaan penyajian c. Pasca penyajian

2. Struktur teks dari lirik lagu-lagu dalam pertunjukan kesenian terbang.

Data tersebut diperoleh dengan menentukan makna leksikal, makna asosiatif yang di dalamnya juga adanya makna stilistika, makna afektif, makna kolokatif dan makna konotatif yang terdapat dalam lirik lagu dari pertunjukan kesenian terbang. Adapun tahap analisisnya adalah sebagai berikut:

a. Analisis makna leksikal, dilakukan dengan memeriksa kata atau kalimat tiap baris berdasarkan makna leksikal

b. Analisis makna asosiatif, dilakukan dengan memeriksa tiap kata atau kalimat pembangun lirik nyanyian dalam pertunjukan kesenian terbang. Teks akan dianalisis berdasarkan makna asosiatif, dimana makna asosiatif ini berhubungan juga dengan :

1) Makna stilistika yaitu berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat lagu-lagu pertunjukan kesenian terbang.

2) Makna afektif yaitu makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa.

3) Makna kolokatif yaitu yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama.

4) Makna konotatif yaitu makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar leksikalnya.


(34)

Kemudian juga dalam menganalisis struktur teks dilihat dari formula bunyi yang berhubungan dengan asonansi, aliterasi, rima dan irama.

3. Koteks dalam pertunjukan kesenian terbang yang berhubungan dengan paralinguistik, kinetik, dan unsur material,

4. Konteks pertunjukan dalam pertunjukan kesenian terbang. Data mengenai konteks pertunjukan yang terkandung dalam pertunjukan kesenian terbang diperoleh melalui wawancara dengan penyaji yaitu salah masyarakat di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang yang masih mengetahui dan melestarikan kesenian terbang dan paham mengenai pertunjukan kesenian terbang.

Dalam analisis konteks pertunjukan yang akan dideskripsikan adalah yang berhubungan dengan penyaji, pendengar, situasi dan tata cara pertunjukan. 5. Fungsi dari pertunjukan kesenian terbang sebagai bentuk pertunjukan kesenian

rakyat. Data mengenai analisis fungsi yang terkandung dalam pertunjukan kesenian terbang diperoleh melalui studi pustaka dan wawancara dengan penyaji salah masyarakat Kampung Neglasari Desa Ciater Kecamatan Ciater Kabupaten Subang yang masih mengetahui dan melestarikan kesenian terbang. 6. Penetapan hasil penelitian mengenai pertunjukan kesenian terbang ke dalam

bentuk bahan ajar untuk pelatihan ekstrakurikuler pada siswa di Sekolah Menengah Atas khususnya yang ada Kecamatan Ciater dan umumnya yang ada di Kabupaten Subang.

3.4.2 Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari lapangan kemudian diolah. Dikarenakan data mengenai pertunjukan kesenian terbang peneliti melakukan beberapa wawancara maka dalam penelitian ini, data langsung dianalisis.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Instrumen Pengumpulan Data

1) Daftar pertanyaan wawancara

Daftar pertanyaan wawancara memuat sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada narasumber. Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber disesuaikan


(35)

dengan posisi narasumber. Sedangkan untuk menganalisis konteks pertunjukan dan fungsi yakni peneliti sendiri dibantu oleh pihak lain (informan) yang diperoleh melalui wawancara.

2) Alat rekam data

Alat rekam data digunakan untuk merekam data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Alat rekam data yang digunakan antara lain :

(1) alat tulis; (2) kamera,dan; (3) alat rekam.

Berikut ini merupakan instrumen pengumpul data yang diturunkan dari perumusan masalah penelitian :

1. Instrumen untuk memperoleh data berupa bentuk pertunjukan kesenian terbang yang meliput:

1) struktur penyajian dalam pertunjukan kesenian terbang.

Tabel 3.4

No Analisis Struktur Penyajian Dalam Pertunjukan Kesenian Terbang

1 2

1

Struktur penyajian dalam pertunjukan kesenian terbang dengan menganalisis waktu penyajian yaitu :

a. Pra penyajian

b. Pelaksanaan Penyajian c. Pasca Penyajian

2) Instrumen untuk memperoleh data berupa unsur-unsur yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang.

Tabel. 3.5 No

Analisis Unsur-Unsur yang Ada Dalam Pertunjukan Kesenian Terbang


(36)

1.

a. Analisis yang berhubungan dengan bahasa yaitu mengenai mantra dan lagu, dilakukan dengan cara menganalisis makna yang terdapat pertunjukan kesenian terbang berupa mantra yang dilakukan oleh seorang saehu sebelum melakukan pertunjukan dan nyanyian dalam pertunjukan kesenian terbang. Kemudian menganalisis tentang lagu yang didendangkan dalam pertunjukan kesenian terbang.

b. Analisis yang berhubungan dengan benda yang ada dalam pertunjukan kesenian terbang yaitu hubungannya dengan alat-alat musik, pakaian sesajen, dalam pertunjukan kesenian terbang.

c. Analisis yang berhubungan dengan perbuatan yaitu menganalisis tentang tari yang dilakukan dalam pertunjukan kesenian terbang.

3. Instrumen untuk memperoleh data berupa struktur teks pembangun lirik

Tabel. 3.6

No Langkah-Langkah menganalisis Lirik Lagu dalam Pertunjukan Kesenian Terbang Melalui Kajian Semantik

1 2

1. Menganalisis lagu dalam pertunjukan kesenian terbang melalui makna leksikal, makna asosiatif, makna stilistika, makna afektif, makna kolokatif dan makna konotatif.

a. Memeriksa kata tiap baris pada teks lagu-lagu dalam pertunjukan kesenian terbang.

b. Menterjemaahkan tek lagu-lagu dari bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia.


(37)

2.

c. Menganalisis kata atau kalimat tiap baris pada teks lagu-lagu dalam pertunjukan kesenian terbang melalui analisis makna leksikal.

d. Menganalisis kata atau kalimat tiap baris pada teks lagu-lagu dalam pertunjukan kesenian terbang melalui analisis makna asosiatif. e. Menganalisis kata atau kalimat tiap baris pada teks lagu-lagu dalam

pertunjukan kesenian terbang melalui analisis makna stilistika. f. Menganalisis kata atau kalimat tiap baris pada teks lagu-lagu dalam

pertunjukan kesenian terbang melalui analisis makna afektif.

g. Menganalisis kata atau kalimat tiap baris pada teks lagu-lagu dalam pertunjukan kesenian terbang melalui analisis makna kolokatif. h. Menganalisis kata atau kalimat tiap baris pada teks lagu-lagu dalam

pertunjukan kesenian terbang melalui analisis makna konotatif Menganalisis formula bunyi berupa asonansi, aliterasi, rima dan irama

4. Instrumen untuk memperoleh data berupa koteks dan konteks pertunjukan, dan fungsi yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang.

Data yang berupa konteks pertunjukan dan fungsi dalam pertunjukan kesenian terbang diperoleh dengan cara sebagai berikut :

1) Alat Perekam Suara (Tape Recorder)

Tape recorder digunakan untuk merekam lagu-lagu yang dilantunkan oleh

para pelaku penabuh pertunjukan kesenian terbang berlangsung, serta digunakan pula untuk merekam pembicaraan pada saat peneliti mewawancarai para informan.

2) Kamera (Handycam)

Kamera digunakan untuk merekam dan mendapatkan foto atau gambar pada saat pertunjukan kesenian terbang berlangsung dipertunjukkan.

3) Pedoman Wawancara

Pedomanan wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentng konteks pertunjukan dan fungsi yang terkandung dalam pertunjukan kesenian terbang pada masyarakat di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang Jawa Barat serta model pelestariannya. Berikut kisi-kisi pedoman wawancara yang berkenaan dengan pertunjukan kesenian terbang, yang dilakukan oleh pengguna


(38)

(masyarakat Kecamatan Ciater pada khususnya dan masyarakat Kabupaten Subang pada umumnya) yang masih mengetahui dan melestarikan pertunjukan ksenian terbang dan pedoman wawancara bagi guru sebagai bentuk pelestarian dalam bentuk bahan ajar pelatihan kegiatan ekstra kurikuler dalam penerapannya di Sekolah Menengah Atas.

Tabel. 3.7

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan

1 2 3 4

1. Bagaimana konteks

pertunjukan dalam dalam pertunjukan kesenian terbang di masyarakat yang ada di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang? Menjelaskan konteks pertunjukan yang terkandung dalam dalam pertunjukan kesenian terbang. Konteks pertunjukan berkaitan dengan situasi, penyaji dan waktu lagu dituturkan

1. Sejak kapan bapak/ibu mengenal tentang kesenian terbang? 2. Apakah Bapak bisa

memainkan pertunjukan kesenian terbang ini, berikut melantunkan lagu-lagunya?

3. Siapa saja yang dapat memainkan pertunjukan kesenian terbang? 4. Berapa lagu yang harus

dilantunkan dalam pertunjukan kesenian terbang?

5. Kapan pertunjukan kesenian terbang ini

dapat dipertunjukan? 6. Bagaimana latar tempat


(39)

2. Apakah fungsi dari dalam pertunjukan

kesenian terbang

pada masyarakat di Kecamatan Ciater Kabupaten

Subang?

Menjelaskan fungsi dari pertunjukan

kesenian terbang

untuk perkembangan generasi penerus.

yang dapat digunakan dalam mempertunjukan kesenian terbang? 7. Hubungannya dengan

lagu yang dilantunkan, bagaimana bentuk lantunan dalam setiap lagu yang

diperdendangkan dalam pertunjukan kesenian terbang?

8. Apakah pertunjukan kesenian terbang ini hanya digunakan untuk masyarakat di Kecamatan Ciater?

9. Apakah ada maknanya dari setiap pertunjukan kesenian terbang ini?

1.Apa fungsi dari dalam

pertunjukan kesenian terbang pada masyarakat

di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang? 2.Adakah fungsi untuk


(40)

3. Bagaimana model pelestarian untuk

pertunjukan

kesenian terbanng?

Memilih salah satu model pelestarian sehingga pertunjukan

kesenian terbang tetap

ada dan berkembang.

3. Apakah Bapak mengenal mengenai pertunjukan

kesenian terbang yang

berkembang di daerah Kecamatan Ciater? 4. Menurut Bapak

bagaimana keberadaan mengenai pertunjukan

kesenian terbang yang

saat ini ada di daerah Kecamatan Ciater ini? 5. Apakah harus ada bentuk

pelesatarian yang harus diturunkan kepada generasi muda?

6. Apakah perlu ada bentuk pewarisan khusus yang harus diberikan kepada generasi muda saat ini?

1. Apakah Bapak/Ibu /Saudara mempunyai keinginan untuk

melestarikan pertunjukan

kesenian terbang ini di

lestarikan melalui jalur formal

yaitu dengan

diberdayakannya para siswa Sekolah Menengah


(41)

Atas ini sehingga kesenian ini akan tetap berlangsung dan lestari dengan baik? 2. Apakah ada saran bentuk

yang dikembangkan dalam pelestarian ini untuk para siswa?

Tabel. 3.8

Pedoman Wawancara Untuk penguji dalam Pertunjukan Kesenian Terbang

1

Identitas Informan :

1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Pekerjaan :

Pertanyaan :

1. Sejak kapan bapak mengenal tentang Kesenian Terbang?

2. Apakah Bapak bisa memainkan pertunjukan kesenian terbang ini, berikut dapat melantunkan lagu-lagunya?

3. Siapa sajakah yang dapat memainkan pertunjukan kesenian terbang? 4. Ada berapa lagu yang dilantunkan dalam pertunjukan kesenian terbang? 5. Kapan pertunjukan kesenian terbang ini dapat dipertunjukan?

6. Bagaimana latar tempat yang dapat digunakan dalam mempertunjukan kesenian terbang ?


(42)

1

7. Hubungannya dengan lagu yang dilantunkan, bagaimana bentuk lantunan dalam setiap lagu yang diperdendangkan dalam pertunjukan kesenian terbang?

8. Apakah makna dari setiap lagu yang dilantunkan pada kesenian terbang ini hanya digunakan untuk masyarakat di Kecamatan Ciater saja?

9. Apakah makna dari setiap lagu pada pertunjukan kesenian terbang ini? 10.Apakah fungsi dari pertunjukan kesenian terbang pada masyarakat di

Kecamatan Ciater Kabupaten Subang?

Tabel. 3.9

Pedoman Wawancara Untuk Guru 1

Identitas Informan :

1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Pekerjaan :

Pertanyaan :

1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengenal mengenai pertunjukan kesenian terbang yang berkembang di daerah Kecamatan Ciater

2. Menurut Bapak/Ibu/Saudara bagaimana keberadaan mengenai pertunjukan kesenian terbang yang saat ini ada di daerah Kecamatan Ciater ini?

3. Apakah harus ada bentuk pelesatarian yang harus diturunkan kepada generasi muda?

4. Apakah perlu ada bentuk pewarisan khusus yang harus diberikan kepada generasi muda saat ini?

5. Apakah Bapak/Ibu /Saudara mempunyai keinginan untuk melestarikan pertunjukan kesenian terbang ini di lestarikan melalui jalur formal yaitu


(43)

dengan diberdayakannya para siswa Sekolah Menengah Atas ini sehingga kesenian ini tetap berlangsung dan lestari dengan baik?

6. Apakah ada saran bentuk yang dikembangkan dalam pelestarian ini untuk para siswa?

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hala-hal yang dianggap perlu dan penting dalam mendukung penelitian

3.5.2 Instrumen Pengolahan Data

Dalam Pengolahan data, peneliti membutuhkan beberapa instrumen yaitu : 1) Alat rekam audio.

2) Alat tulis.

3.6 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.6.1 Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, peneliti menentukan objek penelitian. Setelah objek penelitian ditentukan, langkah selanjutnya adalah studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk memilih pendekatan apa yang sesuai dengan objek yang diteliti. Selain itu, studi pustaka dilakukan guna menambah informasi seputar objek penelitian.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan peneliti memperoleh data data lisan dari narasumber utama. Pemerolehan data lisan dilakukan dengan perekaman. Setelah data tersebut diperoleh, maka dilakukan transkripsi data. Setelah transkripsi dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah analisis.


(44)

1. Analisis Data

Surakmad (dalam Sudarmono 2009, hlm. 53) mengemukakan bahwa penelitian menggunakan metode deskriptif tidak terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data tetapi meliputi analisis dan interpretasi terhadap data tersebut. Oleh sebab itu, analisis dilakukan terhadap struktur, konteks pertunjukan dan fungsi dari nyanyian dalam pertunjukan kesenian terbang serta model pelestariannya yang disusun penulis dan data wawancara yang selanjutnya diinterpretasikan.

Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menulis dari sumber data untuk unsur-unsur dan struktur pertunjukan yang terdapat dalam pertunjukan kesenian terbang.

2) Menulis dari sumber data dan menerjemaahkan teks lagu dalam pertunjukan kesenian terbang.

3) Menentukan aspek-aspek unsur-unsur, struktur penyajian, struktur teks lirik lagu-lagu, koteks, konteks pertunjukan dan fungsi dari pertunjukan kesenian terbang.

4) Mendeskripsikan struktur penyajian, unsur-unsur, struktur teks lirik lagu-lagu koteks dan konteks pertunjukan dan fungsi dari pertunjukan kesenian terbang. 5) Mengelompokkan data tersebut berdasarkan ke dalam kategori unsur-unsur

yang ada dalam pertunjukan, struktur penyajian, struktur teks lirik lagu-lagu, ko teks, konteks pertunjukan, dan fungsi dari pertunjukan kesenian terbang. 6) Mengelompokkan dan menyusun pertanyaan-pertanyaan berdasarkan data

yang telah dikategorikan.

7) Menginterpretasikan data sesuai dengan teori yang digunakan.

8) Menyusun perencanaan model pelestarian dari pertunjukan kesenian terbang. 9) Menganalisis model pelestarian dari pertunjukan kesenian terbang yang telah

ditentukan.

10)Menarik kesimpulan. 11)Membuat laporan.


(45)

2. Pedoman Analisis Data

Tabel. 3.10

Pedoman Analisis Pertunjukan Kesenian Terbang di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang dan Bentuk Pelestariaannya Sebagai Bahan Ajar

Pelatihan di SMA.

No Tujuan Penelitian Data Temuan Pedoman Analisis

1 2 3 4

1. Bentuk pertunjukan kesenian terbang Mendeskripsikan unsur-unsur yang terdapat pertunjukan kesenian terbang. Tempat pelaksanaan pertunjukan, ritual, pelaku pertunjukan, peralatan yang digunakan dalam pertunjukan, waktu pelaksanaan, busana, sajian kesenian berupa lagu, tarian

Buku tentang kesenian terbang, mantra, lagu (Masduki, Edi S. Ekajati); Waditra, mengenal alat-alat kesenian daerah Jawa Barat (U. Kubarsah) Pengantar studi tentang makna (Aminuddin); Mendeskripsikan struktur penyajian dalam pertunjukan kesenian terbang. Pra penyajian, pelaksanaan penyajian, pasca penyajian.

Teori tentang struktur penyajian pertunjukan.

2. Mendeskripsikan struktur teks lirik lagu-lagu dalam

pertunjukan kesenian terbang.

Kajian semantik meliputi makna leksikal, makna asosiatif, makna

stilistika, makna afektif, makna kolokatif dan makna konotatif

Formula bunyi meliputi rima, aliterasi, asonansi dan irama.

Teori makna (Abdul Chaer); Metode penelitian sastra

analisis struktur puisi (Siswantoro);

Pengkajian puisi (Pradopo)


(46)

3. Mendeskripsikan konteks pertunjukan nyanyian dalam pertunjukan kesenian terbang.

Segala sesuatu yang nonteks yang berkaitan dengan lagu dalam pertunjukan kesenian terbang, misalnya berkaitan dengan waktu, suasana, tempat, tujuan penuturan, penutur dan pendengar dari lagu dalam pertunjukan kesenian terbang.

Teori kebudayaan (Koentjaraningrat).

4. Mendeskripsikan fungsi dari pertunjukan kesenian terbang.

Fungsi menghibur, kebersamaan/gotong royong dan mendidik

Teori fungsi; Teori fungsi folklor (Danandjaja)

5. Merumuskan model pelestarian

pertunjukan kesenian terbang dalam bentuk pelatihan di SMA

Pertunjukan kesenian terbang sebagai bentuk pelatihan terhadap generasi muda dengan tempat formal/sekolah

Program untuk ekstrakurikuler di SMA


(47)

BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Secara umum simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pertunjukan kesenian terbang merupakan bentuk pertunjukan yang sudah ada sejak jaman para wali dengan tujuan untuk menyiarkan agama Islam yang ada di pulau Jawa umumnya dan penyebaran agama Islam untuk daerah Jawa Barat sehingga berkembang sampai ke daerah Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Sesuai perkembangan jaman bukan hanya sebagai bentuk untuk peyebaran agama Islam kemudian pertunjukan kesenian terbang yang ada di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang menjadi keharusan yang dilakukan sebelum mengadakan hajatan baik hajatan perkawinan ataupun khitanan anak laki-laki ataupu anak perempuan sebagai bentuk penghormatan kepada kepada leluhur, dan meminta perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya proses hajatan berjalan dengan lancar.

1. Proses pertunjukan kesenian terbang

Pertunjukan kesenian terbang dapat dilaksanakan di dalam rumah yang mempunyai hajat ataupun diluar rumah yang berdekatan dengan rumah yang mempunyai hajat. Pelaksanaanya menggunakan alat berupa rebana besar (terbang) gong, kecrek dan kendang. Pertunjukan kesenian terbang ini dilaksanakan sebelum hajatan berlangsung, waktu pelaksanaannya dapat dilakukan pagi hari mulai pukul 08.00 siang hari mulai pukul 14.00 sampai sore atau dapat dilakukan malam hari mulai pukul 20.00 sampai tengah malam.

Para penabuh pertunjukan ini biasanya menggunakan pakaian dengan ciri khas yaitu baju kampret dan memakai ikat kepala. Sebelum melaksanakan pertunjukan, terlebih dahulu harus ada pembacaan mantra yang dilakukan oleh seorang saehu atau ketua dengan makna sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan meminta perlindungan kepada Yang Maha Kuasa agar pelaksanaan hajatan berjalan dengan lancar.


(48)

Dalam pertunjukan juga ada persembahan sesajen. Pemaknaan dari adanya sesajen ini adalah penghormatan kepada para leluhur. Pelaksanaan pertunjukan ini dengan cara menabuh terbang beserta alat kelengkapannya dengan iringan lagu-lagu utama yang bernafaskan Islam dan lagu-lagu-lagu-lagu tambahan dengan berbahasa Sunda, ataupun lagu berbahasa Jawa Cirebon, juga diiringi oleh tarian-tarian yang dapat dilakukan oleh yang mempunya hajat, penonton yang ada dalam pertunjukan.

2. Bentuk pertunjukan kesenian terbang

Bentuk pertunjukan yang dimaksud yaitu penggunaan unsur-unsur linguistik seperti kajian semantik dan formula bunyi. Kajian semantik mengarah pada makna leksikal, makna asosiatif, makna stilistika, makna afektif makna kolokatif dan makna konotatif. Makna keseluruhan yang terdapat dalam lagu- lagu dalam pertunjukan kesenian terbang ini mengisyarakatkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam keseharian masyarakat dalam menjalankan kehidupan maupun dari segi agama, dimana masyarakat dalam melakukan kegiatan apapun tetap harus selalu mengingat adanya Tuhan, mengingat kebesaran Tuhan akan karunia yang telah diberikan pada kita semua, hal ini terkadung dari lagu Ulaela, Huya

Allah, Pinangkalu dan Kembang Kacang. Dari segi pendidikan kepada anak,

terkandung dari lagu Ayun Puntang bahwa anak adalah rezeki terbesar yang diberikan Tuhan sehingga kita harus selalu menyayangi mereka dalam keadaan apapun. Dari saling menghormati antara sesama manusia, hal ini terdapat dalam lagu Dipapag-papag, apabila mempunyai kegiatan kenduri harus memberi tahu kepada tetangga dan saudara-saudara, saling berbagi rejeki kepada kerabat dan sanak saudara baik yang terdekat maupun sampai yang terjauh sekalipun, dan menerima mereka apa adanya. Dari segi kehidupan manusia, ini terdapat dalam lagu Ayun Ambing dan Kembang Kacang lagu ini mengisyaratkan bahwa manusia antara laki- laki denga wanita dalam mengarungi kehidupan yang baru harus saling menjada, menghormati satu sama lain.

Dari pemaparan analisis bunyi yang terdapat dalam lagu-lagu pertunjukan kesenian terbang dapat disimpulkan bahwa rima-rima banyak terdapat rima mutlak dan dari segi asonansi huruf-huruf vokal semuanya banyak diulang yaitu


(1)

mempunyai hajat ataupun di luar rumah berdekatan dengan rumah yang mempunyai hajat. Untuk di luar rumah memerlukan panggung dengan hiasan- hiasan yang sederhana. Dalam melantunkan lagu pertunjukan kesenian terbang dinyanyikan oleh kaum laki-laki yang juga sebagai penabuh. Mereka bertugas sebagai penyanyi utama biasanya dilakukan oleh seorang tetua atau saehu. Mereka bertugas sebagai penyanyi utama dilakukan oleh seorang tetua atau saehu dan ada juga tugas sebagai pengiring atau sengak. Pertunjukan kesenian terbang dapat didengar dan lihat oleh siapa saja tidak terbatas oleh usia baik orang tua, kaum muda maupaun anak-anak.

5.2 Implikasi

Sudah banyak penelitian mengenai tradisi lisan dikembangkan oleh peneliti-peneliti terdahulu sehingga tradisi lisan ini dapat menjadi asset untuk menjadi acuan bagi peliti-peneliti yang lain, begitu pula pertunjukan kesenian terbang ini bagian dari tradisi lisan yang sudah ada peneliti lain mengembangkan penelitian ini dari berbagai aspek, yang peneliti lakukan hanya penelitian sebagain kecil saja, mudah-mudah dalam dunia pendidikan berguna sebagai acuan terhadap penelitian yang lainnya. Sehingga secara umum penelitian tradisi lisan ini menjadi lebih berkembang tetap lestari.

Pertunjukan kesenian terbang merupakan bentuk kekayaan daerah yang tidak boleh punah. Generasi muda sebagai generasi bangsa mempunyai tugas mempertahankan pertunjukan kesenian terbang ini sehingga isi, makna, serta nilai-nilai yang ada dalam pertunjukan ini tetap tertanam dari masing-masing diri mereka sehingga dalam era globalisasi yang semakin kompleks menjalankan kehidupan mempunyai filter yang menjadi ciri khas sebagai bangsa Indonesia.

5.3 Rekomendasi


(2)

tradisi-sehingga pertunjukan kesenian terbang ini terhidar dari geseran budaya modern yang banyak diminati kaum muda sehingga terjadi kepunahan. Bertolak dari uraian di atas, penulis ingin mengajak pihak-pihak yang terkait untuk menjaga, memelihara, dan mempertahankan pertunjukan kesenian terbang asli ini demi kesinambungan budaya daerah yang ada di Jawa Barat. Oleh karena itu dibutuhkan kebersamaan yang kuat yang harus melibatkan semua pihak mulai dari orang tua, generasi muda, dunia pendidikan, pihak-pihak pemerintahan yang terkait. Oleh karena itu ada beberapa poin yang menjadi harapan penulis terkait dengan penelitian ini sebagai berikut.

1. Secara umum, diharapakan kepada generasi bangsa untuk tetap merasa bangga

atas anugrah yang telah diberikan Tuhan kepada bangsa Indonesia yang mempunyai keanekaragaman budaya. Secara khususnya kepada masyarakt Jawa Barat untuk tetap melestariakan asset daerah jangan sampai punah apalagi diambil alih oleh pihak-pihak lain. Penelitian ini hanya sebagaian kecil dari kebudayaan Indonesia, kebudayaan daerah, oleh karena itu diharapkan ada peneliti selanjutnya yang akan mengungkap makna-makna yang ada di balik kebudayaan daerah yang beragam ini di masa yang akan datang.

2. Penelitian ini membuktikan bahwa penelitian mengenai pertunjukan kesenian

terbang baik dari segi pra penyajian, pelaksaannya dengan adanya tabuhan rebana yang seiring antar personil penabuh dengan juga diiringi lagu-lagu yang memiliki nilai-nilai makna didalamnya untuk menjadi contoh dalam mengarungi kehidupan manusia di dunia ini. Oleh karena itu, harapan penulis agar seluru masyarakat Jawa Barat umumnya dan masyarakat di Kecamatan Ciater Kabupaten Subang tetap menjaga keberadaan tradisi ini dan mewariskannya kepada generasi mudanya.

3. Pertunjukan kesenian terbang merupak salah satu kekayaan tradisi masyarakat

Kabupaten Subang. Oleh karena itu sudah sewajarnya pemerintahan Kabupaten Subang memberikan kemudahan-kemudahan agar kesenian ini tetap dapat dipertahankan dari kepunahan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja, K. (1983). Kerangka studi antropologi sosial dan pembangunan. Bandung: Tarsito.

Aminuddin, (1995). Pengantar apresiasi karya sastra. Jakarta: Sinar Baru Algensindo. Aminudin, (2008). Semantik: Pengantar studi tentang makna. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Arikunto, S. (2006). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badrun, A. (2003). ‘Patu Mbojo’: Struktur, konteks pertunjukkan, proses

penciptaan, dan fungsi (Disertasi). Jakarta: Universitas Indonesia.

Chaer, A. 2009. Pengantar semantik bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta. Danandjaja, J. (1997). Foklor Indonesia ilmu gossip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti.

Dani, N. (2013) Makna pesan non verbal dalam kesenian gembyung di kabupaten

Subang.(Skripsi). UNIKOM. Bandung.

Djamaris, E. (1993). Menggali khazanah sastra Melayu klasik. Jakarta: Balai Pustaka.

Ekajati, E. (1980). Masyarakat Sunda dan kebudayaannya. Bandung: Giri Mukti Pusaka.

Endraswara, E. (2008). Metodologi penelitian kebudayaan Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Endraswara, E. (2008). Metodologi penelitian foklor konsep teori dan aplikasi. Yogyakarta: MedPress.

Endraswara, E. (2011). Metodologi penelitian sastra-epistimologi, model,teori,

dan aplikasi. Yogyakarta: CAPS.

Finnegan, R. (1992). Oral traditions and the verbal arts: A guide to research

praheces routledge. London and New York: Routledge.

Fraenkel, Jack R & Norman, E W. (2007). How to design and evaluate research. Gunawan, S. (1981). Antropologi budaya suatu perspektif kontemporer. Bandung:


(4)

Hutomo, S.S. (1991). Mutiara yang terlupakan. Pengantar studi sastra lisan, Surabaya: HISKI.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1997). Balai Pustaka.

Keraf, G. (1984). Tata bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta. Rineka Cipta. Kubarsah, U. (1994). Waditra, mengenal alat-alat kesenian daerah Jawa Barat.

Bandung: CV Sampurna.

Kuntjara, E . (2006). Penelitian kebudayaan, sebuah panduan praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Luxemburg. (1989). Tentang sastra. Jakarta: Intermasa.

Maliudin. (2012). ‘Nyanyia rakyat Kau-Kudara’ dalam masyarakat Muna kajian

struktur, konteks, dan fungsi serta upaya pelestariannya di sekolah (Tesis).

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Masduki, A dkk. (2005) Kesenian tradisional provinsi Banten: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.

Nazriani. (2012). Mantra dalam upacara pesondo. Kajian struktur, konteks

penuturan, proses penciptaan dan fungsi serta kemungkinan pelestariannya sebagai bahan ajar di SMA. Bandung. (Tesis). Jurusan

Pendidikan Bahasa Indonesia. SPS UPI, Bandung.

Ong, W.J. (1983). Orality and literacy: the technologizing of the word. New York: Methuen.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2013). Tentang kegiatan

ekstrakurikuler di sekolah.

Poerwadarminta, W.J.S. (1988). Kamus bahasa Indonesia. Jakarta:

Pradopo, R.D. (2010). Pengkajian puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Prastowo, A. (2012). Panduan kreatif membuat bahan inovatif. Yogyakarta: Diva Press.


(5)

Rahayu,T. B. dkk.1996. Kamus lengkep Sunda-Indonesia, Indonesia-Sunda,

Sunda-Sunda . Bandung: Pustaka Setia.

Restu, A. (2009). Analisis struktur, konteks pertunjukkan, proses penciptaan, dan

fungsi Kidung Sri Lima sebagai sastra lisan di kampung Cipining Bogor (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ratna, N. K. 2009. Stilistika kajian puitika, Bahasa, Sastra, dan Buda Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusyana, Y. (1970). Bagbagan puisi mantra Sunda.Bandung: Proyek penelitian pantun dan foklor Sunda.

Rusyana, Y. (1978). Sastra lisan Sunda cerita karuhun, kajajaden, dan dedemit. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Rusyana, Y. (2006). Peranan tradisi lisan dalam ketahanan budaya (makalah) Bandung.

Syamsudin, A.R. (2007). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sibarani. (2012). Kearifan lokal, hakikat, peran dan metode tradisi lisan. Jakarta: ATL.

Sedyawati, E. (1980). Pertumbuhan seni pertunjukan. Jakarta: Sinar harapan. Sedyawati, E. (2008). Keindonesiaan dalam budaya (buku 2). Jakarta: Wedatama

Widya Sastra.

Siswantoro. (2011). Metode penelitian sastra analisis struktur puisi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Soepandi, A. (1982). Khasanah kesenian daerah Jawa Barat. Bandung: Pelita masa.

Soepandi, A. (1985). Kamus istilah karawitan Sunda. Bandung: Satu Nusa.

Soepandi, A & Enoch. A. (1983). Khasanah kesenian daerah Jawa Barat. Bandung: Pelita masa.

Subagya, R. (1981). Agama asli Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan dan yayasan Cipta Loka Caraka.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta.


(6)

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan (R&D).Bandung: Alfabeta.

Sumarsono. (2007). Pengantar semantik. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Syaodih, N. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: CV Rosda.

Tarigan, H.G (1992). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G (2009). Pengkajian pragmatik. Bandung: Angkasa. Taum, Y.Y. (2011). Studi sastra lisan. Yogyakarta: Lamalera. Teeuw. (1984). Sastra dan ilmu sastra. Bandung: Pustaka Jaya.

Tilaar, H.A.R. (2000). Pendidikan kebudayaan dan masyarakat modern

Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Verhaar. (2006). Asas-asas linguistik umum. Yogjakarta. Gajah Mada University Pres.

Undang-Undang Nomor 20. (2003) Tentang sistem pendidikan nasional. Wacananusantara.org/tradisi-lisan-tulisan-di-lidah-kian-tak-didengar jurnal.ugm.ac.id > home > vol 14 Noo 3 (2002),oral-traditio.

Wellek & Warren. (1990) Teori kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yanyan. (1996). Tari pada seni terbang dalam ruwatan rumah di Tanjungkerta