PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM SIMPAN PINJAM UNTUK KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) : Studi Kasus Tentang Proses SPP Di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung.

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM SIMPAN PINJAM UNTUK KELOMPOK PEREMPUAN (SPP)

(Studi Kasus Tentang Proses SPP di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Disusun Oleh: ROMY NOVAN FAUZI

0901279

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN ROMY NOVAN FAUZI

0901279

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM SIMPAN PINJAM UNTUK KELOMPOK PEREMPUAN (SPP)

(STUDI KASUS TENTANG PROSES SPP DI DESA LEBAKWANGI KECAMATAN ARJASARI KABUPATEN BANDUNG)

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.Ed. NIP. 19550101 198101 1 001

Pembimbing II

Dr. Iip Sarifah, M.Pd. NIP. 19701210 199802 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Jajat Sudrajat Ardiwinata, M.Pd. NIP. 19590826 198603 1 003


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (SPP) (Studi Kasus Tentang Proses SPP di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung)” ini beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan kepada saya.

Bandung, Januari 2014 Yang Membuat Pernyataan


(4)

ABSTRAK

Romy Novan Fauzi (0901279), Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (SPP) (Studi Kasus Tentang Proses SPP Di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung).

Penelitian ini bertitik tolak pada permasalahan pokok yaitu bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi penyelenggaraan SPP, serta untuk melihat faktor pendukung dan penghambat juga dampak yang didapati dari program SPP dalam memberdayakan masyarakat Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung tahun 2012-2013.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Mendeskripsikan data tentang proses program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) 2) Mendeskripsikan data mengenai faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) 3) Mendeskripsikan data mengenai dampak pelaksanaan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya pemberdayaan masyarakat , yang dilaksanakan di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung tahun 2012-2013.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat, konsep manajemen PLS, konsep perubahan sosial, dan konsep PNPM Mandiri Perdesaan yang dimana konsep tersebut saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

Dari hasil penelitian maka diperoleh gambaran bahwa proses penyelenggaraan program SPP di Desa Lebakwangi oleh fasilitator telah berhasil mencakup semua prosedur penyelenggaraan program PNPM. Faktor-faktor yang mendukung dalam penyelenggaraan program SPP secara umum adalah partisipasi masyarakat yang tinggi dari semua elemen-elemen masyrakat, hingga semangat memberdayakan masyarakat dari fasilitator yang berdampak positif dalam keberlangsungan program yang telah dilaksanakan. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan program SPP sebagian besar adalah fasilitator yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan administrasi, namun dengan adanya faktor pendukung dan penghambat dalam program SPP, kegiatan ini cukup membantu dalam memberdayakan masyarakat Desa Lebakwangi. Dampak yang terjadi setelah program SPP dilaksanakan, masyarakat Desa Lebakwangi secara umum telah mengalami peningkatan kualitas dalam aspek ekonomi dan sosial masyarakat.

Dari temuan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses kegiatan SPP yang dilaksanakan fasilitator sudah sesuai dengan prosedur penyelenggaraan program PNPM dan berjalan dengan baik, yang tentu saja dalam pelaksanaannya terdapat faktor pendukung dan penghambat yang dapat dijadikan pembelajaran bagi fasilitator di periode selanjutnya. Namun dengan adanya faktor-faktor dalam penyelenggaraan program SPP di Desa Lebakwangi, kegiatan ini secara umum telah berdampak sangat baik dalam aspek ekonomi dan sosial masyarakat, yang juga terbukti memberi hasil yang baik dalam memberdayakan masyarakat. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk fokus meneliti pengaruh program simpan pinjam untuk kelompok perempuan terhadap ekonomi masyarakat.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Tinjauan Teoritis ... 11

G. Metodelogi Penelitian ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Konsep Pemberdayaan ... 13

1. Pengertian Pemberdayaan ... 13

2. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 15

B. Konsep Manajemen PLS ... 18

1. Pengertian Manajemen PLS ... 18

2. Perencanaan ... 18

3. Pelaksanaan ... 20

4. Evaluasi ... 23

C. Konsep Perubahan Sosial ... 24

1. Definisi Perubahan Sosial ... 24

D. Konsep PNPM Mandiri ... 25


(6)

2. Latar Belakang ... 26

3. Visi dan Misi ... 27

4. Tujuan ... 27

5. Keluaran Program ... 28

6. Prinsip-Prinsip Dasar PNPM ... 29

7. Ruang Lingkup Kegiatan ... 30

8. Komponen Program PNPM ... 30

9. Simpan Pinjam Perempuan ... 31

10. Tim Pengelola Kegiatan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 35

1. Lokasi Penelitian ... 35

2. Subjek Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ... 36

C. Definisi Operasional ... 41

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Triangulasi Data... 44

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Lebakwangi ... 47

1. Lokasi Penelitian ... 47

2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 48

B. Gambaran Umum PNPM Desa Lebakwangi ... 51

1. Sejarah Singkat PNPM ... 51

2. Organisasi Pelaksana PNPM ... 52

3. Sekretariat PNPM ... 53

C. Gambaran Informan ... 53

D. Penyajian Hasil Pengolahan Data ... 54


(7)

a. Perencanaan ... 54

b. Pelaksanaan ... 57

c. Evaluasi ... 59

2. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 60

a. Jawaban Informan ... 60

b. Refleksi Jawaban ... 63

3. Dampak Program ... 65

a. Dampak Ekonomi ... 66

b. Dampak Sosial ... 67

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

1. Proses Pelaksanaan Program ... 67

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Program ... 74

3. Dampak Program ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……. ... 86

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Daftar Tabel

Halaman

1.1 Tingkat Kemiskinan Indonesia ... 1

1.2 Tingkat Kemiskinan Provinsi Di Indonesia ... 2

3.1 Matriks SWOT Kearns ... 40

4.1 Keadaan Penduduk Desa Lebakwangi... 48

4.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 49

4.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 50

4.4 Kepengurusan Desa Lebakwangi ... 50

4.5 Daftar Informan ... 53

4.6 Daftar Kelompok Peserta SPP ... 56

4.7 Faktor Internal ... 60

4.8 Faktor Eksternal ... 61

4.9 Strategi Strength Opportunity ... 78

4.10 Strategi Strength Treath ... 79

4.11 Strategi Weakness Opportunity ... 80


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang fenomenal di Indonesia. Dalam Wikipedia Indonesia, kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll. (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan, diakses pada 18, Januari 2014). Untuk meilhat data kemiskinan di Indonesia, dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :

TABEL 1.1

TINGKAT KEMISKINAN INDONESIA

No Periode Jumlah/orang Persentase

1 Maret 2013 28,07 juta 11,37%

2 September 2012 28,59 juta 11,66%

3 Maret 2012 29,13 juta 11,96%

4 September 2011 29,89 juta 12,36%

5 Maret 2011 30,02 juta 12,49%

6 Maret 2010 31,02 juta 13,33%

7 Maret 2009 32,53 juta 14,15%

8 Maret 2008 34,96 juta 15,42%

9 Maret 2007 37,17 juta 16,58%

10 Maret 2006 39,30 juta 17,75%

11 Februari 2005 35,10 juta 15,97%

12 Februari 2005 36,10 juta 16,66%

(sumber: BPS 2013)

Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen). Selama periode September 2012-Maret 2013, jumlah


(10)

penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang (dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013). Selama periode September 2012-Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2012 sebesar 8,60 persen, turun menjadi 8,39 persen pada Maret 2013. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen pada Maret 2013. (http://www.bps.go.id/?news=1023, diakses pada tanggal 15, September 2013). Untuk melihat lebih lanjut angka kemiskinan berdasarkan provinsi di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :

TABEL 1.2

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI DI INDONESIA

Provinsi Jumlah penduduk miskin Tingkat

Kemiskinan (%)

Aceh 876.600 18.58

Sumatera Utara 1,378.400 10.41

Sumatera Barat 397.900 8.00

Kepulauan Riau 131.200 6.83

DKI Jakarta 366.800 3.70

Jawa Barat 4.421.500 9.89

Jawa Tengah 4.863.400 14.98

DI Yogyakarta 562.100 15.88

Jawa Timur 4.960.500 13.08

Banten 648.300 5.71

Bali 161.000 3.95

Nusa Tenggara Barat 828.300 18.02

Nusa Tenggara Timur 1.000.300 20.41

Kalimantan Barat 355.700 7.96

Kalimantan Tengah 141.900 6.19

Kalimantan selatan 189.200 5.01

Kalimantan Timur 246.100 6.38

Sulawesi Utara 177.500 7.64

Sulawesi Tengah 409.600 14.94

Sulawesi Selatan 805.900 9.82

Sulawesi Tenggara 304.300 13.06

Gorontalo 187.700 17.22


(11)

Maluku 338.900 20.76

Maluku Utara 88.300 8.06

Papua Barat 223.200 27.04

Papua 976.400 30.66

Indonesia 28.594.600 11.66

(sumber : BPS, 2012)

Menurut tabel 1.2 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat kemiskinan provinsi di Indonesia beragam, Jawa Barat walaupun tidak berada pada provinsi yang paling miskin tetapi didapati menjadi provinsi ketiga termiskin berdasarkan jumlah penduduk setelah jawa timur dan jawa tengah sebesar 4.421.500 jiwa pada tahun 2012. Oleh karena itu masih banyak penduduk miskin dijawabarat yang perlu diturunkan angka kemiskinan melalui pembangunan dalam menurunkan angka kemiskinan khususnya dijawabarat, dan pada umumnya di Indonesia.

Mengakhiri kemiskinan merupakan sebuah ideology pembangunan, Fathur Anas, seorang peneliti di Developing Countries Studies Center (DCSC) dalam situs di internet (http://suar.okezone.com/read/2013/04/04/58/786060/large, yang diakses pada 18, Januari 2014) mengatakan bahwa pengentasan kemiskinan masih menjadi agenda besar pembangunan global dewasa ini. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Untuk mengurangi kemiskinan tersebut diperlukan berbagai langkah strategis. Indonesia pun terus membangun untuk memberantas kemiskinan. Pemerintah sampai saat ini terus berupaya keras untuk meningkatkan kesejahteraan. Banyak program-program yang dijalankan untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan di Indonesia ini. Tentu untuk mencapai kesejahteraan dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Jika kita perhatikan data kemiskinan yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, angka kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun secara persentase mengalami penurunan. Saat ini Indonesia berada dalam posisi lebih baik dalam pengentasan kemiskinan. Jika saat Millenium Development Goals disusun pada tahun 2000 tingkat kemiskinan di Indonesia berada di level 19,14 persen, maka saat ini tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan cukup singnifikan menjadi 11,37 persen (BPS, 2013). Berbagai program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah boleh dikatakan cukup berhasil. Penurunan angka kemiskinan di Indonesia dapat


(12)

terjadi karena Indonesia cukup berhasil melakukan terobosan berarti dalam pengurangan pengangguran dan pengentasan kemiskinan, Untuk itu, sejak tahun 2007 dilakukan langkah-langkah pengurangan kemiskinan secara terpadu dengan tiga jenis paket. Paket pertama disebut dengan bantuan dan perlindungan sosial. Paket kedua adalah memberdayakan kecamatan dan desa melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Paket ketiga adalah pemberian kredit usaha rakyat (KUR) bagi usaha kecil dan menengah. Dengan dicanangkannya PNPM Mandiri sebagai upaya pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan, maka perlu kita dalami bagaimana peran PNPM dalam menurunkan angka kemiskinan.

Dalam upaya menurunkan angka kemiskinan Indonesia, pada tahun 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan program pemerintah yang bernama PNPM Mandiri guna menurunkan angka kemiskinan, dalam PTO (petunjuk tekhnis operasional) pada halaman 1 dalam sub bab latarbelakang, disebutkan bahwa Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan. Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.


(13)

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). (PTO PNPM Mandiri)

Sasaran dari program PNPM Mandiri ini ialah kecamatan-kecamatan yang dinilai paling miskin, dan Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung merupakan salah satu desa yang masuk dalam kategori tersebut. Ada berbagai macam mata pencaharian di Desa Lebakwangi, mulai dari petani, buruh industry, hingga pedagang. Pada tahun 2008, PNPM Mandiri telah diselenggarakan di Desa Lebakwangi dengan tujuan-tujuan yang sesuai dengan PTO PNPM Mandiri yakni, meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan, meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif, dan akuntabel,


(14)

meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor), meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan, meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya, meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan local, meningkatnya inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

Dengan seiring berjalannya PNPM Mandiri sejak 2007, pada 18 Juni 2013, Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PNPM Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran 2013 bertema “Penguatan kelembagaan untuk keberlanjutan program pemberdayaan msyarakat menuju kemandirian”. Dalam rakernas tersebut, Menko Kesra HR. Agung Laksono mengatakan bahwa berdasarkan evaluasi, setelah tujuh tahun program berjalan, kita dapat melihat adanya kontribusi signifikan dari program-program pemberdayaan masyarakat dalam penurunan angka kemiskinan secara nasional. Secara khusus melalui PNPM Mandiri Perdesaan sampai saat ini, telah terkumpul aset abadi senilai 8,4 triliun rupiah yang terus akan bergulir menjadi modal pemberdayaan bagi 683.789 kelompok masyarakat. Disamping itu, masyarakat juga telah mampu melaksanakan kegiatan secara swakelola guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat miskin di perdesaan. Demikian antara lain dikatakan Menko Kesra Dalam Rakernas tersebut yang didampingi Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.
Lebih lanjut Menko Kesra mengakan PNPM Mandiri Perdesaan telah memberikan hasil-hasil yang positif, terutama berupa keterlibatan dan partisipasi aktif masyararakat, terselenggaranya integrasi perencanaan pembangunan, pengorganisasian masyarakat dalam mengelola kegiatan secara swakelola, serta proses demokratisasi dalam pengambilan


(15)

keputusan secara mandiri oleh masyarakat. Semua capaian positif PNPM Mandiri, membuat kita semua semakin yakin bahwa program pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan perlu untuk tetap dilanjutkan. Kewajiban Pemerintah bersama Pemerintah Daerah adalah selalu mendampingi dan meyakinkan masyarakat bahwa kemandirian masyarakat perdesaanlah yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga dan mengangkat kehidupan bersama di perdesaan. Saat ini PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan di 5.146 kecamatan, 392 kabupaten pada 32 provinsi yang meliputi hampir 65.490 desa/kelurahan di Indonesia (sumber : http://www.menkokesra.go.id/

content/menko-kesra-pnpm-mandiri-memberikan-kontribusi-penurunan-kemiskinan, diakses pada tanggal 18, Januari 2014)

Salah satu program dari PNPM Mandiri ialah SPP. SPP merupakan kegiatan simpan pinjam untuk kelompok perempuan. Berdasarkan PTO PNPM Mandiri SPP ini merupakan kegiatan pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam, yang bertujuan mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan social dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan RTM.

Program SPP ini di awasi oleh UPK (Unit Pengelola Kegiatan) di tingkat kecamatan, dan di kelola oleh TPK (Tim Pengelola Kegiatan) di tingkat Desa, SPP sendiri telah diselenggarakan di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung sejak tahun 2008, menurut kepala desa Lebakwangi, program SPP memberi dampak positif bagi masyarakat desa Lebakwangi yang di dominasi oleh rumah tangga miskin khususnya bagi ibu rumah tangga non produktif. ditambah SPP merupakan sebuah bidang program yang mendapatkan antusias tertinggi pada saat musyawarah desa (musdes) diselenggarakan pada tahun 2008 di Desa Lebakwangi, oleh karenanya musdes tersebut sepakat untuk menyelenggarakan program SPP di Desa Lebakwangi kecamatan Arjasari, namun dengan seiiring berjalannya program SPP tentu tidak selalu berjalan lancar, masih ada kendala-kendala dalam program SPP, salah satunya adalah masih adanya


(16)

peserta yang menggunakan dana SPP untuk keperluan pribadi, tentu hal ini tidak sejalan dengan pencapaian tujuan SPP.

TPK PNPM Mandiri merupakan suatu tim pengelola kegiatan yang memerlukan pengelolaan terpadu, baik oleh KPMD sebagai pelaksana kegiatan program maupun oleh ketua TPK sebagai pengendali kegiatan di TPK. Koordinasi yang baik oleh ketua TPK melahirkan pencapaian tujuan SPP, serta tujuan dari para individu yang ada di linkungan Desa Lebakwangi. Disamping itu, keterpaduan kerja KPMD dalam melaksanakan kegiatan program SPP serta penciptaan situasi yang kondusif merupakan prasyarat keberhasilan tujuan diselenggarakannya SPP di Desa Lebakwangi. Dengan demikian, KPMD memegang peranan penting, baik dalam mengelola kegiatan SPP maupun dalam mengelola administrasi yang dapat menunjang keberhasilan tujuan PNPM sesuai PTO PNPM Mandiri pada halaman 11 yang membahas pelaku di tingkat desa.

Dari uraian di atas, dalam rangka ikut berpartisipasi mengembangkan PNPM Mandiri dalam program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam pemberdayaan masyarakat, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Pemberdayaan masyarakat melalui program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka peneliti mengidentifikasi permasalahan tersebut yaitu :

1. Masih banyaknya rumah tangga miskin di Desa Lebakwangi

2. Sebagian besar perempuan di Desa Lebakwangi merupakan ibu rumah tangga non produktif

3. Program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) memberi peluang bagi masyarakat, khususnya masyarakat perempuan untuk meningkatkan perekonomian rumah tangga.

4. Program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) merupakan program yang mendapatkan antusias tertinggi dari pada program fisik


(17)

PNPM pada saat musyawarah desa (musdes) diselenggarakan pada tahun 2008 di Desa Lebakwangi.

5. Masih adanya peserta simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) yang menggunakan dana program untuk kebutuhan pribadi, sehingga bertentangan dengan pencapaian tujuan SPP diselenggarakan

C. Perumusan Masalah

Dari hasil identifikasi yang telah dipaparkan di atas maka penulis membatasi mengenai penelitian yaitu program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam pemberdayaan masyarakat Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. Maka dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana peran program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya pemberdayakan masyarakat di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung?

Bedasarkan permasalahan di atas maka dapat dimunculkan rumusan masalah, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya memberdayakan masyarakat Desa Lebakwangi

2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi

3. Bagaimanakah dampak pelaksanaan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Lebakwangi

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui program SPP di Desa Lebakwangi.


(18)

1. Mendeskripsikan data tentang proses program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi

2. Mendeskripsikan data mengenai faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi

3. Mendeskripsikan data mengenai dampak pelaksanaan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Lebakwangi

E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu Pendidikan Luar Sekolah khususnya Pemberdayaan Masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman ilmu pengetahuan ilmu Pendidikan Luar Sekolah khususnya dalam konteks pemberdayaan masyarakat.

b. Bagi pihak-pihak lain, semoga hasil penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat untuk mempelajari mengenai sistem yang ada pada PNPM Mandiri, guna memberdayakan masyarakat

F. TINJAUAN TEORITIS

Yang menjadi tinjauan teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pemberdayaan adalah sebuah upaya penyediaan kepada orang-orang atas

sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka (Ife, 1995:182) 2. PNPM mandiri merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan

untuk menanggulangi kemiskinan. Pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)


(19)

Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal (PTO PNPM Mandiri)

3. SPP atau simpan pinjam untuk kelompok perempuan adalah kegiatan yang dilakukan oleh kaum perempuan dengan aktifitas/kegiatan pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman (PTO PNPM Mandiri)

G. METODELOGI PENELITIAN

Tekhnik pengumpulan data yang dipakai peneliti untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan dokumentasi, pengertian dari masing-masing teknik tersebut ialah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan serta pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2013:72).

b. Observasi

Observasi adalah kegiatan mempelajari suatu gejala dan peristiwa melalui upaya melihat dan mencatat data atau informasi secara sistematis (Sudjana, 2004:238).

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,1988: 111).

d. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi, Arikunto. 1999:207).


(20)

H. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Masalah,Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian, Asumsi Dasar, Hipotesis, Penjelasan Istilah, Metodologi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka yang didalamnya membahas beberapa Teori dan Konsep.

BAB III : Prosedur Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian, Subjek Penelitian Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Pengolahan dan Analisis Data.

BAB IV : Deskripsi analisis data hasil penelitian tentang hasil penelitian pengaruh kepemimpinan situasional terhadap program SPP di Desa Lebakwangi.


(21)

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. Desa Lebakwangi merupakan salah satu desa yang menyelenggarakan PNPM-MPd dengan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Kecamatan Arjasari.

2. Subjek Penelitian

Menurut Arikunto (1992:102) subjek penelitian adalah benda, hal atau orang dan tempat dimana data yang dipermasalhkan melekat. Responden penelitian adalah orang yang dapat merespon, memberikan informasi tentang data penelitian. Sedangkan sumber data adalah benda, hal atau orang dan tempat dimana peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam proses program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung.

Cara dalam menentukan sasaran yang dijadikan subjek penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan penjajagan ke kantor Desa Lebakwangi.

2. Meminta informasi kepada pihak secretariat TPK Desa Lebakwangi sebagai desa yang menjadi lokasi sasaran program SPP.

3. Mengadakan observasi terhadap lingkungan dan kondisi objektif masyarakat Desa Lebakwangi yang mengikuti program SPP.

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala desa, ketua TPK, kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD), dan masyarakat yang mengikuti program SPP sebanyak dua orang dengan alasan bahwa diasumsikan para informan tersebut adalah orang yang mengetahui mengenai program SPP yang diselenggarakan di Desa Lebakwangi.


(23)

purposive (Nasution, 2003:11) yang penting subjek tersebut dapat memberikan informasi secara tuntas sehingga mampu mengungkap permasalahan penelitian.

Selanjutnya menurut pendapat Nasution (1996:32) yang menyatakan : “Dalam penelitian naturalistic yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Seiring sampel berupa responden yang dapat diwawancarai. Sampel dipilih secara “purvosive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu”.

Subjek penelitian adalah berbagai karakteristik yang terlibat dalam proses program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka memberdayakan perempuan di Desa Lebakwangi, yang terdiri dari 1 orang kepala desa, 1 orang ketua TPK, 1 orang KPMD, dan 2 orang anggota kelompok peserta program SPP.

B. Metode Penelitian

1. Definisi Metode Penelitian

Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1990:131) bahwa :

Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu

Secara etimologis penelitian merupakan metode melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut (Sumarsono, 2004:1).

Penelitian sumber daya manusia adalah suatu proses penyidikan atau pencarian keterkaitan dengan perilaku manusia dipandang dari sudut ketenagakerjaan, yang dilakukan secara sistematis, hati-hati, kritis, dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh (Sumarsono, 2004:1)

Dalam suatu penelitian, peneliti harus menentukan metode yang akan dipergunakan, dengan ditentukannya metode penelitian, maka akan memandu seorang peneliti mengenai urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan (Nazir,


(24)

1983:51). Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai sutu tujuan penelitian (Kartono, 1990:20), berdasarkan kecendrungan data yang didapat dari studi penjajagan ke lapangan dan kesesuaian dengan tujuan penelitian, maka pendekatan yang diambil oleh penulis adalah pendekatan kualitatif dengan metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif.

Hadari Nawawi (1983:63) mengemukakan pengertian metode deskriptif sebagai berikut :

metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subjek/ objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya

Selanjutnya Winarno Surakhmad (1985:140) mengemukakan ciri-ciri metode deskriptif sebagai berikut :

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering disebut metode analitik).

Dalam penelitian ini peneliti mempergunakan pendekatan kualitatif karena pada hakekatnya ingin memahami dan mengungkapkan secara mendalam atau menurut bahasa peneliti yaitu memotret bagaimana gambaran proses program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. Menurut Kirk dan Miller (1986:9) :

penelitin kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung kepada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dalam bahasannya dan dalam peristilhannya

Sebagimana ditunjukan oleh namanya, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Biasanya, penelitian deskriptif seperti ini menggunakan metode survey (Atherton & Klemmack, 1982) dalam (Soehartono, 1995:35).


(25)

Sedangkan Bogdan dan Taylor (1975:5) yang dikemukakan oleh (Maleong, 1988:3) mendefinisikan pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh (holistic).

Nasution (1992:9) mengemukakan ciri-ciri penelitian kualitatif sebagai berikut :

1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting 2. Peneliti sebagai instrumen penelitian

3. Sangat deskriptif

4. Mementingkan proses maupun produk

5. Mencari makna dibelakang kelakuan atau perbuatan 6. Mengutamakan data langsung

7. Adanya triangulasi

8. Menonjolkan rincian konseptual

9. Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti 10. Mengutamakan perspektif emic, verifikasi, sampling yang purposive 11. Mengutamakan audit traol

12. Partisipasi tanpa mengganggu

13. Mengadakan analisis sejak awal penelitian 14. Desain penelitian tampil dalam proses penelitian

Berdasarkan ciri-ciri tersebut diatas peneliti dapat berkomunikasi secara langsung dengan subjek yang diteliti serta dapat mengamati mereka sejak awal sampai akhir proses penelitian. Fakta atau data itulah yang nantinya diberi makna sesuai dengan teori-teori yang terkait dengan fokus masalah yang diteliti.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus, menurut Yin (2003:18) mengemukakan, suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena didalam konteks kehidupan nyata, bilamana : batas-batas antara fenomena-fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan dimana: multi sumber bukti dimanfaatkan.

Peneliti memilih studi kasus ini karena metode inilah yang lebih mudah diadaptasikan dengan realitas yang beragam dan saling berinteraksi. Seperti yang


(26)

diungkapkan oleh Maxfield yang dikutif oleh Nazir M (1999:66) bahwa studi kasus adalah penelitian tentang status objek penelitian yang berkenaan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian ini berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat.

2. Analisis Swot

Menurut Kurtz (2008:45), SWOT analisis adalah suatu alat perencanaan strategik yang penting untuk membantu perencana untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari eksternal.

Menurut Robert W.Duncan (2007:142), menganalisa lingkungan internal dan eksternal merupakan hal penting dalam proses perencanaan strategi. Faktor-faktor lingkungan internal di dalam perusahaan biasanya dapat digolongkan sebagai Strength (S) atau Weakness (W), dan lingkungan eksternal perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai Opportunities (O) atau Threat (T). Analisis lingkungan strategi ini disebut sebagai analisis SWOT.

Menurut Thompson (2008:97), analisa SWOT adalah simpel tetapi merupakan alat bantu yang sangat kuat untuk memperbesar kapabilitas serta mengetahui ketidakefisienan sumber daya perusahaan, kesempatan dari pasar dan ancaman eksternal untuk masa depan agar lebih baik lagi.

Menurut Fred David (1997:134), analisa SWOT adalah adalah metode perencanaan strategis yang berfungsi untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman suatu perusahaan.

2.1 Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Dalam situs:http://daps.bps.go.id/file_artikel/66/Analisis%20SWOT.pdf, yang diakses pada tanggal 13, November 2013, pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.


(27)

TABEL 3.1

MATRIKS SWOT KEARNS EKSTERNAL

INTERNAL

OPPORTUNITY TREATHS

STRENGTH Comparative Advantage Mobilization WEAKNESS Divestment/Investment Damage Control

Sumber: Hisyam, 1998 Keterangan:

a. Sel A : Comparative Advantage

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.

b. Sel B : Mobilization

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

c. Sel C : Divestment/Investment

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).

d. Sel D : Damage Control

Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi


(28)

organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penulisan, maka penulis memberikan penjelasan umum maupun definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan adalah sebuah upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka (Ife, 1995:182)

2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) PNPM mandiri merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan. Pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal (PTO PNPM Mandiri). 3. Simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP)

SPP atau simpan pinjam untuk kelompok perempuan adalah kegiatan yang dilakukan oleh kaum perempuan dengan aktifitas/kegiatan pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman (PTO PNPM Mandiri)

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang berkaitan dengan alat-alat atau sarana untuk memperoleh data. Dalam penelitian kualitatif, instrumen yang paling utama adalah peneliti sendiri. Pendekatan kualitatif menekankan pada peneliti sebagai instrumen utama, karena peneliti inilah yang dapat melaksanakan pengamatan langsung.


(29)

peneliti, kegiatan ini sesuai dengan tujuan penelitian adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai : fakta-fakta, serta hubungan antara gejala/ kejadian yang diselidiki.

Namun demikian, sebagai pedoman dalam melakukan pengamatan, peneliti membekali diri dengan pedoman observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan untuk memperdalam dan memperluas dengan tema dan kondisi yang ada. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini diharapkan dapat saling melengkapi sehingga informasi yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian.

a. Studi Kepustakaan

Menurut Subino (1982:82) dalam Betty (2004), studi kepustakaan atau literatur dimaksudkan untuk mendapatkan teori-teori, konsep-konsep, sebagai bahan pertimbangan, penguat atau penolakan terhadap temuan hasil penelitian dan untuk mengambil beberapa kesimpulan. Literature dan buku-buku yang di kaji dalam studi kepustakaan terutama yang berkaitan langsung dengan permasalahan penelitian. Teori yang dijadikan sumber pustaka diantaranya mengenai konsep pembangunan masyarakat, konsep pemberdayaan masyarakat, , dan konsep PNPM Mandiri Pedesaan.

b. Observasi

Observasi adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatandan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut Sukmadinata (2009:220) “observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”

Menurut Sukmadinata (2009:220) mengemukakan bahwa:

observasi dapat dilakukan secara partisipatif maupun dengan cara nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif, pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Sedangkan, dalam observasi nonpartisipatif, pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.


(30)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi nonpartisipatif karena peneliti tidak ikut serta secara langsung dalam kegiatan.

Observasi dilakukan bertujuan untuk melihat langsung kondisi masalah sebenarnya dilapangan, dengan melakukan observasi guna mengetahui kondisi masalah yang ada dilapangan. Yang menjadi objek observasi dalam peneletian ini meliputi benda, kondisi, perilaku, sarana prasarana, metode dan objek lain yang mendukung dalam proses pemberdayaan melalui program SPP.

c. Wawancara

Menurut Sukmadinata (2009:216) “wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Wawancara dilakukan secara lisan dalam

pertemuan tatap muka secara individual”. Wawancara yaitu teknik pengumpulan

data dengan mengadakan tanya jawab antara peneliti dengan narasumber berkaitan dengan masalah yang dibahas dan diteliti. Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrument wawancara yang disebut pedoman wawancara. Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden.

Wawancara dilakukan kepada kepada desa, ketua TPK, KPMD, dan masyarakat peserta kegiatan SPP, guna untuk mengetahui gambaran mengenai proses hingga dampak yang dirasakan dari kegiatan SPP tersebut dalam upaya pemberdayaan masyarakat Desa Lebakwangi.

d. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang lain juga digunakan untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara, yaitu berupa studi dokumentasi sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2003:85) bahwa data dalam penelitian kualitatif diperoleh dari sumber manusia “human resources” melalui observasi dan

wawancara. Akan tetapi terdapat pula sumber data yang “non-human resources”

berupa dokumentasi yang mana bahannya telah ada, telah tersedia dan siap pakai serta tidak memerlukan biaya.


(31)

Triangulasi dalam proses pengumpulan data bertujuan untuk mengecek kredibilitas data dengan teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. “Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2011:241)”. Peneliti menggunakan triangulasi teknik dalam penelitian ini yang berarti peneliti menggunakan berbagai teknik pengumpulan data yang berbeda-beda dalam mendapatkan data dari sumber yang sama yaitu observasi, wawancara, serta studi dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Pada tahap ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara yaitu, hasil wawancara dengan 1 orang kepala desa, 1 orang ketua TPK, 1 orang KPMD yang kemudian dilakukan lagi pengecekan dengan pertanyaan yang sama dengan membandingkan hasil wawancara dengan responden sebelumnya yaitu pengelola dan 2 anggota kelompok program SPP yang dijadikan responden untuk menilai dampak dari program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) tersebut terhadap pemberdayaan masyarakat di Desa Lebakwangi.

F. Langkah-langkah Pengumpulan Data

Penelitian atau riset adalah aktivitas ilmiah yang sistematis, terarah, dan bertujuan. Prosedur atau langkah yang ditempuh dalam penelitian ini, secara garis besar dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang mengacu pada pendapat Moleong yaitu :

1. Tahap pra lapangan merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum pengumpulan data, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan, untuk bahan rujukan yang dijadikan dasar dalam menentukan fokus penelitian.

b. Tahap orientasi, bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai fokus permasalahan dengan mengadakan observasi dan wawancara secara informal kepada pihak yang berkompeten, yaitu pengelola program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP)


(32)

2. Tahap pekerjaan lapangan merupakan kegiatan peneliti yang dilakukan langsung ditempat penelitian yang berupa pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam dengan kegiatan sebagai berikut : a. Tahapan melakukan proses pengumpulan data yang diperlukan sesuai

dengan fokus dan tujuan penelitian dan secara langsung melakukan pengumpulan data di lapangan melalui kegiatan observasi, dan wawancara. Mengadakan wawancara dengan pengelola sebagai subjek penelitian utama yang difokuskan pada proses hingga dampak dalam program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi.

b. Wawancara ini juga dilakukan terhadap kepala desa guna menghasilkan data yang lebih objektif tentang proses hingga dampak dari program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP).

3. Melakukan observasi dan wawancara terhadap masyarakat yang mengikuti program SPP guna mengetahui dampak yang dirasakan dari program SPP. 4. Tahap analisis data merupakan tahapan pengecekan keabsahan, validitas

serta pengolahan data yang diperoleh di lapangan. Peneliti melakukan kegiatan mengolah data yang terkumpul melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

a. Redukasi Data

Kegiatan pengumpulan data akan menghasilkan sejumlah data yang bila dibiarkan akan terus menumpuk akan menyulitkan peneliti dalam mengetahui sejauh mana data yang telah dikumpulkannya. Untuk memudahkan penelitian, maka data yang telah terkumpul diredukasi dengan maksud untuk menajamkan, menggolongkan atau mengorganisasikan data sehingga peneliti dapat dengan mudah mengetahui data apa saja yang telah terkumpul, data apa saja yang harus dibuang/tidak terpakai, dan data apa saja yang belum terkumpul. Adapun data-data yang diredukasi tersebut terdiri dari hasil wawancara dan data hasil studi dokumentasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.


(33)

Setelah selesai selanjutnya mengelompokan atau menggolongkan keterangan dengan tujuan untuk mempermudah dan memperlancar dalam suatu pengolahan atau penafsiran data. Display data adalah suatu cara menggolongkan data kedalam kelompok-kelompok sehingga menggambarkan keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dalam hal ini data hasil reduksi digolongkan berdasarkan pertanyaan penelitian.

c. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Kegiatan menarik kesimpulan dilakukan peneliti sejak awal, hal ini mempermudah peneliti untuk memperoleh makna dari setiap data yang harus dikumpulkan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban-jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang diperoleh peneliti sebagai hasil wawancara, studi dokumentasi, dan observasi. Kesimpulan yang diambil hanya bersifat sementara dan masih diragukan, oleh karena itu kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menjaga tingkat kepercayaan penelitian.

5. Penulisan hasil laporan penelitian merupakan tahapan terakhir dari aktivitas peneliti setelah semua tahapan-tahapan tersebut diatas selesai dilaksanakan.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu: “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (Studi Kasus Tentang Proses SPP di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung).”

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dibahas di bab sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan hasil sebagai berikut :

1. proses program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi

Dalam perencanaan program SPP yang telah diselenggarakan oleh penyelenggara di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung telah memiliki kesejalanan konsep dengan hasil di lapangan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam PTO PNPM Mandiri. Perencanaan yang sesuai dengan konsep perencanaan yang didalamnya meliputi aspek pra-perencanaan dan pra-perencanaan yang sistematis. Pada tahap pra-pra-perencanaan ini TPK, KPMD, serta pemerintah Desa Lebakwangi telah melaksanakan tahapan-tahapan yang sesuai dengan PTO PNPM Mandiri. Hal ini dilakukan dalam tahapan MAD sosialisasi, dan musdes sosialisasi. Pada tahap perencanaan penyelenggara telah telah menyelesaikan tahapan sesuai PTO PNPM Mandiri. Hal ini sejalan dalam kegiatan musyawarah dusun, musyawarah khusus perempuan, verifikasi, hingga MAD prioritas usulan.

Pelaksanaan kegiatan merupakan tahap pelaksanaan seluruh rencana yang telah disepakati dalam MAD prioritas usulan. Dalam tahapan ini penyelenggara telah melakukan semua tahapan sesuai dengan konsep pelaksanaan program yang didalamnya meliputi aspek pengorganisasian, penggerakan/motivasi, dan pembinaan yang sistematis dengan baik mulai dari persiapan pelaksanaan,


(35)

program, hingga musdes pertanggung jawaban guna melaporkan hasil dari pelaksanaan program SPP kepada peserta program SPP.

Evaluasi yang dilakukan oleh penyelenggara dalam pelaksanaan program SPP di Desa Lebakwangi adalah guna mengetahui sejauh mana tingkat kefektifitasan program SPP, sehingga pelestarian program agar semakin berkembang di periode selanjutnya, yang jika dilhat dalam konsep pemberdayaan masyarakat, program SPP ini merupakan proses siklus yang terus-menerus.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi

Dalam membangun masyarakat melalui program SPP memiliki unsur yang saling terkait di masyarakat dan sulit dicapai apabila hanya mengandalkan satu faktor saja dari kondisi yang ada masyarakat. Yang menjadi faktor pendukung di Desa Lebakwangi dalam penyelenggaraan program SPP secara umum bermanfaat bagi keberlangsungan program, seperti partisipasi masyarakat yang tinggi dari semua elemen-elemen masyrakat, hingga semangat memberdayakan masyarakat dari fasilitator, yang terlihat dari upah kecil yang diterima, namun tetap melaksanakan tahapan program sesuai dengan prinsip-prinsip PNPM yang menjunjung transparansi dan akuntabilitas, yang tentunya menjadi faktor keberhasilan penyelenggaran program SPP di Desa Lebakwangi. Faktor penghambat yang didapati dalam penyelenggaraan program SPP pun cukup berdampak negative terhadap kegiatan, seperti fasilitator yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan administrasi, idealnya fasilitator lebih banyak lagi dalam mendampingi masyarakat. Namun dengan adanya faktor pendukung dan penghambat dalam program SPP, kegiatan ini harus terus dijalankan karena cukup membantu dalam memberdayakan masyarakat.

3. Dampak pelaksanaan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Lebakwangi

Program SPP telah berjalan dengan baik dan dianggap efektif oleh masyarakat Desa Lebakwangi. SPP dianggap dapat memberikan kontribusi untuk


(36)

mengembangkan usaha warga yang sudah ada, dan dalam beberapa kasus, SPP juga bisa menstimulasi warga untuk menciptakan usaha baru. Dalam aspek pemberdayaan masyarakat, peserta dituntut untuk mampu mengendalikan keadaan sosial dan ekonominya. Dalam aspek ekonomi, dari hasil penelitian mengenai program SPP, secara umum kegiatan ini berdampak baik dalam peningkatan ekonomi masyarakat Desa Lebakwangi karena dapat meningkatkan pendapatan peserta, seiring dengan peningkatan pendapatan pun perubahan sekunder dalam tabungan dan kepemilikan aset juga terjadi. Serta, pengelolaan yang baik dari peserta SPP menghasilkan penyerapan SDM yang bertambah, tentu hal ini sejalan dengan konsep pemberdayaan yang menghasilkan proses siklus terus-menerus. Dalam aspek sosial, penyelenggaraan SPP di desa Lebakwangi juga menambah tingkat swadaya masyarakat desa Lebakwangi meningkat, hal ini terlihat pada partisipasi masyarakat yaitu peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan program SPP. Oleh karena itu, PNPM MPd khususnya program SPP harus terus dilaksanakan, karena terbukti memberi hasil yang baik dalam memberdayakan masyarakat.

B. SARAN

1. Bagi Pengelola PNPM Mandiri

a. PNPM harus terus dijalankan karena terbukti memberi hasil yang sangat baik dalam menurunkan kemiskinan, terutama di daerah miskin, terpencil dan minim infrastruktur.

b. Pendampingan terhadap peserta kelompok SPP perlu dioptimalkan c. Fasilitator agar lebih memberikan pelayanan yang baik dalam

penyelenggraan program SPP.

d. Hendaknya fasilitator lebih memahami betul karakteristik dan latar belakang dari peserta SPP

2. Bagi Masyarakat

a. Hendaknya masyarakat bisa lebih memahami makna dari penyelenggaraan SPP


(37)

b. Hendaknya masyarakat dapat lebih bertanggung jawab dengan dana SPP yang diberikan agar sesuai dengan prinsip-prinsip PNPM

c. Hendaknya masyarakat dapat lebih bekerjasama dengan anggota masyarakat lainnya dalam menggunakan dana SPP

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan secara deskriptif mengenai pemberdayaan masyarakat yang terjadi melalui program simpan pinjam untuk kelompok perempuan. Maka disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk fokus meneliti pengaruh program simpan pinjam untuk kelompok perempuan terhadap ekonomi masyarakat.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta

Boone, Louis E. Kurtz, David L. (2008). Pengantar Bisnis Kontemporer. Buku 1. Salemba Empat, Jakarta.

David, Fred R. 2006. Manajemen Strategi. Buku 1, Edisi kesepuluh. Jakarta :

Salemba Empat.

Hisyam, M.S. (1998). Analisa SWOT Sebagai Langkah Awal Perencanaan

Usaha. Makalah. Jakarta : SEM Institute.

Kamil, M. (2009). Pendidikan Non Formal, Bandung : Alfabeta

Kartono, K (1990). Pengantar Metodologi Riset. Bandung : Mandar Maju

Moeloeng, L.J (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Remaja

Mulyana, E. (2008). Model Tukar Belajar, Bandung : Alfabeta Nasution. S. (1987). Metode Research. Bandung : Jemmars Nazir, M. (2003), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia

Sudjana, Djudju (2000). Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah,

Perkembangan, Falsafah Dan Teori Pendukung Azas. Bandung : Falah

Production

Sudjana, Djudju (2004). Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Non

Formal Dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung : Falah

Production

Sudjana, Djudju (2004). Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah,

Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Azas. Bandung : Falah

Production

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Suharto, Edi. (2005), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung : Refika Aditama.


(39)

Sumodiningrat, Gunawan. (2010), Pemberdayaan sosial: kajian ringkas tentang

pembangunan manusia Indonesia. Jakarta : Kompas

Sumber lainnya :

BPS (2013). Tingkat Kemiskinan Indonesia. (online). Tersedia :

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_sub yek=23&notab=1 :14 September 2013

BPS. Analisis SWOT. (online). Tersedia :

http://daps.bps.go.id/file_artikel/66/Analisis%20SWOT.pdf : 28 Desember 2013

PTO PNPM Mandiri pnpm-perdesaan.or.id pnpm-mandiri.org


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai

masalah yang diteliti yaitu: “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program

Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (Studi Kasus Tentang Proses SPP di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung).”

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dibahas di bab sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan hasil sebagai berikut :

1. proses program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi

Dalam perencanaan program SPP yang telah diselenggarakan oleh penyelenggara di Desa Lebakwangi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung telah memiliki kesejalanan konsep dengan hasil di lapangan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam PTO PNPM Mandiri. Perencanaan yang sesuai dengan konsep perencanaan yang didalamnya meliputi aspek pra-perencanaan dan pra-perencanaan yang sistematis. Pada tahap pra-pra-perencanaan ini TPK, KPMD, serta pemerintah Desa Lebakwangi telah melaksanakan tahapan-tahapan yang sesuai dengan PTO PNPM Mandiri. Hal ini dilakukan dalam tahapan MAD sosialisasi, dan musdes sosialisasi. Pada tahap perencanaan penyelenggara telah telah menyelesaikan tahapan sesuai PTO PNPM Mandiri. Hal ini sejalan dalam kegiatan musyawarah dusun, musyawarah khusus perempuan, verifikasi, hingga MAD prioritas usulan.

Pelaksanaan kegiatan merupakan tahap pelaksanaan seluruh rencana yang telah disepakati dalam MAD prioritas usulan. Dalam tahapan ini penyelenggara telah melakukan semua tahapan sesuai dengan konsep pelaksanaan program yang didalamnya meliputi aspek pengorganisasian, penggerakan/motivasi, dan pembinaan yang sistematis dengan baik mulai dari persiapan pelaksanaan, pelatihan pembukuan, penyaluran dana SPP, peninjauan program, dokumentasi


(2)

88

Romy Novan Fauzi, 2014

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (SPP)

program, hingga musdes pertanggung jawaban guna melaporkan hasil dari pelaksanaan program SPP kepada peserta program SPP.

Evaluasi yang dilakukan oleh penyelenggara dalam pelaksanaan program SPP di Desa Lebakwangi adalah guna mengetahui sejauh mana tingkat kefektifitasan program SPP, sehingga pelestarian program agar semakin berkembang di periode selanjutnya, yang jika dilhat dalam konsep pemberdayaan masyarakat, program SPP ini merupakan proses siklus yang terus-menerus.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) di Desa Lebakwangi

Dalam membangun masyarakat melalui program SPP memiliki unsur yang saling terkait di masyarakat dan sulit dicapai apabila hanya mengandalkan satu faktor saja dari kondisi yang ada masyarakat. Yang menjadi faktor pendukung di Desa Lebakwangi dalam penyelenggaraan program SPP secara umum bermanfaat bagi keberlangsungan program, seperti partisipasi masyarakat yang tinggi dari semua elemen-elemen masyrakat, hingga semangat memberdayakan masyarakat dari fasilitator, yang terlihat dari upah kecil yang diterima, namun tetap melaksanakan tahapan program sesuai dengan prinsip-prinsip PNPM yang menjunjung transparansi dan akuntabilitas, yang tentunya menjadi faktor keberhasilan penyelenggaran program SPP di Desa Lebakwangi. Faktor penghambat yang didapati dalam penyelenggaraan program SPP pun cukup berdampak negative terhadap kegiatan, seperti fasilitator yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan administrasi, idealnya fasilitator lebih banyak lagi dalam mendampingi masyarakat. Namun dengan adanya faktor pendukung dan penghambat dalam program SPP, kegiatan ini harus terus dijalankan karena cukup membantu dalam memberdayakan masyarakat.

3. Dampak pelaksanaan program simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Lebakwangi

Program SPP telah berjalan dengan baik dan dianggap efektif oleh masyarakat Desa Lebakwangi. SPP dianggap dapat memberikan kontribusi untuk


(3)

mengembangkan usaha warga yang sudah ada, dan dalam beberapa kasus, SPP juga bisa menstimulasi warga untuk menciptakan usaha baru. Dalam aspek

pemberdayaan masyarakat, peserta dituntut untuk mampu mengendalikan

keadaan sosial dan ekonominya. Dalam aspek ekonomi, dari hasil penelitian mengenai program SPP, secara umum kegiatan ini berdampak baik dalam peningkatan ekonomi masyarakat Desa Lebakwangi karena dapat meningkatkan pendapatan peserta, seiring dengan peningkatan pendapatan pun perubahan sekunder dalam tabungan dan kepemilikan aset juga terjadi. Serta, pengelolaan yang baik dari peserta SPP menghasilkan penyerapan SDM yang bertambah, tentu hal ini sejalan dengan konsep pemberdayaan yang menghasilkan proses siklus terus-menerus. Dalam aspek sosial, penyelenggaraan SPP di desa Lebakwangi juga menambah tingkat swadaya masyarakat desa Lebakwangi meningkat, hal ini terlihat pada partisipasi masyarakat yaitu peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan program SPP. Oleh karena itu, PNPM MPd khususnya program SPP harus terus dilaksanakan, karena terbukti memberi hasil yang baik dalam memberdayakan masyarakat.

B. SARAN

1. Bagi Pengelola PNPM Mandiri

a. PNPM harus terus dijalankan karena terbukti memberi hasil yang sangat baik dalam menurunkan kemiskinan, terutama di daerah miskin, terpencil dan minim infrastruktur.

b. Pendampingan terhadap peserta kelompok SPP perlu dioptimalkan c. Fasilitator agar lebih memberikan pelayanan yang baik dalam

penyelenggraan program SPP.

d. Hendaknya fasilitator lebih memahami betul karakteristik dan latar belakang dari peserta SPP

2. Bagi Masyarakat

a. Hendaknya masyarakat bisa lebih memahami makna dari penyelenggaraan SPP


(4)

90

Romy Novan Fauzi, 2014

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (SPP)

b. Hendaknya masyarakat dapat lebih bertanggung jawab dengan dana SPP yang diberikan agar sesuai dengan prinsip-prinsip PNPM

c. Hendaknya masyarakat dapat lebih bekerjasama dengan anggota masyarakat lainnya dalam menggunakan dana SPP

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan secara deskriptif mengenai pemberdayaan masyarakat yang terjadi melalui program simpan pinjam untuk kelompok perempuan. Maka disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk fokus meneliti pengaruh program simpan pinjam untuk kelompok perempuan terhadap ekonomi masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta

Boone, Louis E. Kurtz, David L. (2008). Pengantar Bisnis Kontemporer. Buku 1. Salemba Empat, Jakarta.

David, Fred R. 2006. Manajemen Strategi. Buku 1, Edisi kesepuluh. Jakarta :

Salemba Empat.

Hisyam, M.S. (1998). Analisa SWOT Sebagai Langkah Awal Perencanaan

Usaha. Makalah. Jakarta : SEM Institute.

Kamil, M. (2009). Pendidikan Non Formal, Bandung : Alfabeta

Kartono, K (1990). Pengantar Metodologi Riset. Bandung : Mandar Maju

Moeloeng, L.J (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Remaja

Mulyana, E. (2008). Model Tukar Belajar, Bandung : Alfabeta Nasution. S. (1987). Metode Research. Bandung : Jemmars Nazir, M. (2003), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia

Sudjana, Djudju (2000). Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah,

Perkembangan, Falsafah Dan Teori Pendukung Azas. Bandung : Falah

Production

Sudjana, Djudju (2004). Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Non

Formal Dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung : Falah

Production

Sudjana, Djudju (2004). Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah,

Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Azas. Bandung : Falah

Production

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Suharto, Edi. (2005), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung : Refika Aditama.


(6)

Romy Novan Fauzi, 2014

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (SPP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumodiningrat, Gunawan. (2010), Pemberdayaan sosial: kajian ringkas tentang

pembangunan manusia Indonesia. Jakarta : Kompas

Sumber lainnya :

BPS (2013). Tingkat Kemiskinan Indonesia. (online). Tersedia :

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_sub yek=23&notab=1 :14 September 2013

BPS. Analisis SWOT. (online). Tersedia :

http://daps.bps.go.id/file_artikel/66/Analisis%20SWOT.pdf : 28 Desember 2013

PTO PNPM Mandiri pnpm-perdesaan.or.id pnpm-mandiri.org


Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN MODAL USAHA KEGIATAN SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) OLEH MASYARAKAT DESA KUTABULOH II KECAMATAN MEUKEK KABUPATEN ACEH SELATAN

0 3 1

DAMPAK PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM-MP) BIDANG SIMPAN PINJAM PEREMPUAN TERHADAP RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER

0 3 19

EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM-MP) BIDANG SIMPAN PINJAM BAGI KELOMPOK PEREMPUAN

0 9 8

EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM-MP) BIDANG SIMPAN PINJAM BAGI KELOMPOK PEREMPUAN (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Tanjungrejo Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember)

4 29 174

DAMPAK BANTUAN PNPM-MP PADA KELOMPOK PENERIMA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) DI DESA WONOSARI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 12 19

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGEMBALLAN PINJAMAN DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 9 86

PENGARUH KOMUNIKASI KELOMPOK TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM KEGIATAN SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) (Studi pada Kelompok SPP di Desa Marga Agung Kec. Jati Agung Kab. Lampung Selatan)

0 10 1

PENGARUH KOMUNIKASI KELOMPOK TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM KEGIATAN SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) (Studi pada Kelompok SPP di Desa Marga Agung Kec. Jati Agung Kab. Lampung Selatan)

0 7 2

PENGARUH BANTUAN MODAL DAN PEMBINAAN MANAJEMEN TERHADAP KINERJA USAHA ANGGOTA KELOMPOK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) (STUDI KASUS PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DI DESA GUNUNG SUGIH KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT)

0 18 64

IMPLEMENTASI PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ISLAM DI DESA PEMATANG TENGAH KECAMATAN TANJUNG PURA

0 0 84