DAMPAK SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA DI SEKOLAH TERHADAP KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI : Studi Deskriptif SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

(1)

DAMPAK SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA DI SEKOLAH TERHADAP KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI

(Studi Deskriptif SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

Riyan Fathul Choer 0907054

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

DAMPAK SARANA DAN PRASARANA

OLAHRAGA DI SEKOLAH TERHADAP

KREATIVITAS GURU DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI

Oleh

Riyan Fathul Choer

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Riyan Fathul Choer 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RIYAN FATHUL CHOER 0907054

DAMPAK SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA DI SEKOLAH TERHADAP KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI

(Studi Deskriptif SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001

Pembimbing II

Sufyar Mudjianto, M. Pd NIP. 197503222008011005

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001


(4)

RIYAN FATHUL CHOER, 2014

Dampak Sarana Dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

ABSTRAK

Riyan Fathul Choer NIM. 0907054. Skripsi : Dampak Sarana dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani (Studi Deskriptif SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung). Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Drs. Mudjihartono, M.Pd. Pembimbing II Sufyar Mudjianto, M.Pd.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak sarana dan prasarana olahraga di sekolah terhadap kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini, guru SMP pendidikan jasmani di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung sejumlah 8 orang dari 4 SMP, sampel dalam penelitian ini yaitu sampel jenuh dengan menggunakan semua anggota populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Instrument penelitian yang digunakan adalah lembar observasi dan wawancara. Pengumpulan data penelitian yaitu observasi dan wawancara serta teknik analisis data dengan menggunakan skala Guttman. Hasilnya aspek sensitivitas atau kepekaannya terhadap masalah sebesar 100%, kelancaran dan kebebasan dalam berpikir dan bertindak sebesar 100%, fleksibilitas/keluwesan dalam mencari alternatif pemecahan masalah sebesar 75%, originalitas dan kebaruan dalam gagasan maupun karya nyata sebesar 58%, penyusunan dan pengembangan sebesar 75%, redefinisi atau pendefinisian ulang sebesar 75%. Kesimpulan secara keseluruhan dampak sarana dan prasarana olahraga di sekolah terhadap kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani SMP di Kecamatan Bojongloa Kaler adalah sebesar 81%.

Kata kunci : Sarana dan prasarana olahraga, kreativitas guru, pembelajaran pendidikan jasmani.


(5)

RIYAN FATHUL CHOER, 2014

Dampak Sarana Dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam ABSTRAK

Riyan Fathul Choer NIM. 0907054. Skripsi : Dampak Sarana dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani (Studi Deskriptif SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung). Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Drs. Mudjihartono, M.Pd. Pembimbing II Sufyar Mudjianto, M.Pd.

The purpose of this study was to determine how much impact sports facilities and infrastructure in schools to teachers' creativity in teaching physical education in junior Bandung District of Bojongloa Kaler. The method used is descriptive research method. The population in this study, junior high school physical education teacher in the district of Bandung Kaler Bojongloa number 8 people from 4 Junior High School, the sample in this study is the sample saturated with the use of all members of the population. The sampling technique using saturated sampling technique. Instrument used in this study is the observation and interview sheet. Research data collection is observation and interviews as well as data analysis techniques using a Guttman scale. The result aspects of sensitivity or sensitivity to the problem of 100%, smoothness and freedom in thinking and acting at 100%, versatility / flexibility in finding alternative solutions to problems by 75%, originality and novelty in the idea and 58% real work, the preparation and development of 75%, or redefinition redefinition by 75%. Conclusion The overall impact of sports facilities and infrastructure in schools to teachers' creativity in teaching junior high school physical education in the District Bojongloa Kaler is 81%.

Keywords: Sports facilities and infrastructure, teacher creativity, learning physical education.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam melaksanakan rutinitas kehidupannya tidak akan pernah lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia baik individu maupun kelompok, baik jasmani, rohani, spiritual, material maupun kematangan berfikir, dengan kata lain untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seperti yang tertera dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses pendidikan. Berbagai macam ilmu dapat disampaikan di sekolah, tidak terkecuali pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan alat pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik dan olahraga sebagai media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

“Pendidikan jasmani adalah peroses pendidikan melalui aktivitas jasmani,

permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”

(Mahendra, 2009: 21). Berdasarkan pengertian pendidikan jasmani di atas cukup jelas bahwa pendidikan jasmani salah satu tujuan untuk mencapai sebuah pendidikan melalui aktivitas gerak tubuh dan berbagai macam bentuk permainan olahraga.

Guru merupakan salah satu faktor strategi lain yang mempunyai pengaruh nyata terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Begitu pentingnya kedudukan guru sebagai faktor strategi belajar mengajar, strategi belajar mengajar merupakan suatu prosedur memilih, menetapkan, dan memadukan


(7)

kegiatan-kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru jika ingin tercapai tujuan pembelajarannya, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun setrategi belajar mengajar. Proses belajar mengajar itu pada hakekatnya ada di tangan guru. Hasil proses belajar mengajar salah satunya ditentukan oleh seorang guru.

Materi, tujuan, proses pembelajaran dan peserta didik (siswa) merupakan elemen penting yang saling terkait dan mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya namun ada yang harus diperhatikan kompetensi seorang guru pendidikan jasmani tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan penunjang yang sangat penting dalam semua jenjang pendidikan. Salah satu kendala yang masih dihadapi dalam dunia pendidikan kita diantaranya kemampuan keuangan yang kurang efektif serta faktor-faktor lain yang telah menyebabkan kondisi sekolah masih jauh dari memadai atau seadanya.

Soepartono, dalam buku Sarana dan Prasarana Olahraga Departemen Pendidikan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tahun (1999/2000) menyatakan:

Sarana olahraga merupakan terjemahan dari “facilities”, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sedangkan prasarana sendiri secara umum dapat berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terlaksananya suatu proses (usaha atau pembangunan).

Berdasarkan definisi tersebut beberapa contoh prasarana olahraga ialah; lapangan bola basket, lapangan tenis, gedung olahraga, stadion sepakbola, stadion atletik dan lain-lain. Gedung olahraga merupakan prasarana berfungsi serba guna yang secara berganti-ganti dapat digunakan untuk pertandingan beberapa cabang olahraga. Semua yang disebutkan itu adalah contoh-contoh prasarana olahraga dengan ukuran standar. Tetapi pendidikan jasmani seringkali hanya dilakukan di halaman sekolah atau disekitar taman.


(8)

Dikarenakan kondisi sekolah-sekolah saat ini hanya sedikit yang memiliki prasarana olahraga dengan ukuran standar.

Sarana dan prasarana olahraga di sekolah merupakan masalah di negara Indonesia. Ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak merata dan masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standar minimal. Untuk menuju pendidikan yang berkualitas, maka fasilitas olahraga harus dipenuhi.

Sarana dan prasarana olahraga di sekolah digunakan sesuai dengan waktu dan kebutuhan pendidikan sekolah, dengan tujuan untuk mencapai proses pembelajaran pendidikan jasmani. Seorang guru dan siswanya berhak menggunakan sarana dan prasarana olahraga yang ada di sekolah untuk berjalannya proses belajar mengajar pendidikan jasmani.

Di Indonesia, standar minimal fasilitas olahraga untuk sekolah telah dihasilkan oleh Ditjen Dikluspora melalui Lokakarya Fasilitas Olahraga tahun 1978-19179 untuk fasilitas olahraga di sekolah diusulkan rata-rata 7M2/siswa diakatakan rata-rata karena memang tidak dibagi secara proposional penggunaannya, berapa untuk lapangan terbuka, gedung olahraga dan kolam renang. Jika jumlah murid sedikit maka lapangan olahraga yang diperlukan lebih kecil dibanding dengan sekolah yang jumlah muridnya lebih banyak. Sarana prasarana olahraga yang ideal ditentukan sesuai dengan standar jumlah murid yang ada di sekolah. Ternyata fasilitas lapangan untuk pendidikan jasmani tidak sama dengan fasilitas untuk cabang-cabang olahraga untuk pendidikan jasmani harus dimodifikasi, disesuaikan dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa.

Mengajar dengan ukuran lapangan sebenarnya memerlukan lapangan yang luas. Seharusnya setiap sekolah memilki satu lapangan sepakbola, baru hampir semua cabang olahraga yang ada dikurikulum dapat dilaksanakan. Namun kondisi sekolah sekarang hanya satu dua yang mempunyai lapangan sepakbola. Kebanyakan hanya memiliki halaman yang tidak begitu luas. Karena masih ada guru yang mengajar dengan peralatan dan lapangan ukuran sebenarnya, maka banyak materi pendidikan jasmani yang mulai kelas 7 sampai kelas 9 SMP tidak diajarkan.


(9)

Guru pendidikan jasmani sering kali mengeluh tidak dapat mengajar dengan baik karena tidak memiliki peralatan olahraga yang cukup atau bahkan seadanya. Keluhan demikian biasanya dilakukan oleh guru yang masih mengajar dengan cara tradisional, dan peralatan yang dimaksud adalah peralatan olahraga standar yang biasa dipakai oleh orang-orang dewasa. Misalnya peralatan atletik seperti lembing, cakram, peluru dan lain-lain; peralatan permainan seperti bola basket, bola voli, bola sepak yang semuanya sama dengan yang dipakai oleh atlet elit. Padahal lapangan yang ada hanya halaman sekolah yang tidak terlalu luas.

Harus disadari oleh seorang guru pendidikan jasmani, bahwa pemanfaatan sarana dan prasarana olahraga di sekolah sangat penting terutama dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani.

Ketersediaan perlengkapan sarana dan prasarana olahraga di sekolah-sekolah, menuntut guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Guru yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru sehingga siswa merasa senang dan tidak bosan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. Salah satu daerah yang sekolah-sekolahnya masih mempunyai masalah dalam perlengkapan sarana dan prasarana olahraga yaitu sekolah SMP sekecamatan Bojongloa Kaler sehingga guru dituntut untuk dapat berkreativitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang Dampak Sarana dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SMP Kecamatan Bojongloa Kaler.

B. Identifikasi Masalah

Mengingat pentingnya pembelajaran, guru berkreativitas dalam mengajar atau menunjukan hal yang baru dalam mengajar dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani akan tercapai tujuan dari efektifitas pembelajaran. Dalam keadaan apapun sarana


(10)

dan prasarana olahraga pemebalajaran pendidikan jasmani harus tetap dilaksanakan, bagaimanapun keadaan fasilitas olahraga di sekolah baik itu memadai, standar atau bahkan kurang memadai. Bagi sarana dan prasarana olahraga yang memadai masih banyak kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan hanya untuk melihat anak bergerak saja tanpa melihat aspek pengembangan motivasi peserta didik. Tidak hanya sarana dan prasarana olahraga yang memadai saja bahkan terkadang bagi guru mengajar di sekolah yang fasilitasnya standar dan kurang memadaipun terkadang melakukan hal yang sama dalam mengajar siswanya. Keadaan seperti apapun sarana dan parsarana olahraga guru harus tetap berkreativitas dalam pembelajaranya guna untuk menguji kemampuannya dalam mengajar supaya peserta didik (siswa) tidak merasa bosan dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Pelajaran pendidikan jasmani di sekolah umumnya hanya menjadi syarat dalam proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijelaskan bahwa sarana dan prasarana olahraga di sekolah menjadi permasalahan pokok dalam pembelajaran pendidikan jasmani terutama terhadap kreativitas guru pendidikan jasmani.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Seberapa besar dampak sarana prasarana olahraga di sekolah terhadap kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

D. Tujuan Penelitian

Dalam segala bentuk kegiatan, tujuan merupakan dasar pemikiran yang paling utama. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak sarana dan prasarana olahraga di sekolah terhadap kreativitas seorang guru pendidikan jasmani.


(11)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak yang berkepentingan, yaitu penulis sendiri serta seluruh pihak Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, khususnya guru pengajar pendidikan jasmani.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

Dapat memberikan informasi maupun pengetahuan yang bermanfaat tentang dampak sarana dan prasarana olahraga di sekolah terhadap kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Secara Praktis

Sebagai saran atau masukan bagi lembaga pendidikan serta penyelenggara pendidikan, seperti guru pendidikan jasmani, mahasiswa dan para pembaca mengenai dampak sarana dan prasarana olahraga di sekolah terhadap kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

F. Batasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis perlu membatasi ruang lingkup penelitian agar cakupan bahasan penelitian tidak terlalu meluas dan lebih terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Adapun ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada.

2. Variabel Independen atau variabel bebas menurut Sugiyono (2009: 39)

”Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan variabel bebas adalah sarana dan prasarana olahraga di sekolah.


(12)

3. Variabel dependen atau variabel terikat. Sugiyono (2009: 39) menjelaskan

bahwa ”variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kreativitas guru.

4. Populasi dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

5. Pelaksanaan penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Bojongloa Kaler kota Bandung.

6. Dalam mengumpulkan data dari suatu sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi dan wawancara.

G. Batasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran khususnya istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, maka penulis akan menguraikan beberapa istilah tersebut, antara lain sebagai berikut :

1. Pendidikan Jasmani

Menurut Mahendra (2009: 21) “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permaianan, dan olahraga yang dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.

2. Sarana dan Prasarana Olahraga

Menurut Soepartono (1999/2000) “Sarana olahraga merupakan terjemahan dari “facilities”, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sedangkan prasarana sendiri secara umum dapat berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terlaksananya suatu proses (usaha atau pembangunan) “.

3. Kreativitas

Supriadi (2001: 7) menjelaskan “Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan


(13)

maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 4 SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, yaitu:

1. SMP Negeri 24 Bandung yang beralamatkan di Jalan Sukamulya 33 Babakan Ciparay Telp. 022 6015090 Bandung 40233.

2. SMP Negeri 33 Bandung yang beralamatkan di Jalan Babakan Tarogong Telp. 022 6035940 Kota Bandung 40232.

3. SMP Pahlawan Toha Bandung yang beralamatkan di Jalan Lingkar Selatan Telp. 022 6036235 Kota Bandung 40233.

4. SMP Pasundan 5 Bandung yang beralamatkan di Jalan Babakan Ciparay Gg. Atakiria I No. 28 Telp. 022 6122508 Bandung 40233.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Dalam sebuah penelitian populasi dan sampel adalah hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam penelitian. Untuk menentukan sumber data, terlebih dahulu harus menentukan populasi dan sampel yang merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 117) bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan”. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada suatu obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru SMP pendidikan jasmani di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung yang berjumlah 8 orang dari 4


(15)

SMP. Diantaranya SMP Negeri 24 Bandung, SMP Negeri 33 Bandung, SMP Pahlawan Toha Bandung, SMP Pasundan 5 Bandung.

2. Sampel

Dalam suatu penelitian, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2012: 118) bahwa:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”.

Dalam pengambil sampel diperlukan rumus-rumus dan terdapat berbagai rumus untuk menentukan besarnya sampel yang diperlukan. Berdasarkan populasi di atas dari jumlah populasi 8 orang dari 4 sekolah maka semua anggota populasi dijadikan sampel karena jumlah populasi yang sedikit, pengambilan sampel dengan sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012: 124) “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sampel”.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani yang berjumlah 8 orang dari 4 SMP, diantaranya SMP Negeri 24 Bandung yaitu Bapak Drs. Agus Masruq, Bapak Drs. Asep Surtandi, SMP Negeri 33 Bandung Bapak Drs. Wawan Gunawan, Bapak Edi Siswanto S.Pd, SMP Pahlawan Toha Bandung Bapak Drs. Endang Kurnadi, Bapak Dadi R. Hidayat dan SMP Pasundan 5 Bandung Bapak Iman Firmansyah S.Pd, Bapak Andri Suhendar.

C. Metode Penelitian

Dalam suatu penellitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitan juga cara untuk menempuh data,


(16)

menganalisis dan menyimpan hasil penelitian. Sugiyono (2012: 6) mendefinisikan metode penelitian, yaitu:

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Metode penelitian ini tidak pernah lepas dalam setiap penelitian, hal tersebut dikarenakan metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan, dan mengumpulkan hasil dari pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian masalah yang akan diteliti serta tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan fenomena yang ada di SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung. Alasan peneliti menggunakan metode ini didasarkan pada bentuk penelitian itu sendiri yang bertujuan untuk meneliti suatu pristiwa atau suatu gejala dan kemudian melihat apa penyebab atau gejala itu bisa muncul.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, karena penelitian ini ingin mengetahui gambaran dampak sarana dan prasarana olahraga di sekolah terhadap kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani SMP di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

Mengenai metode penelitian deskriptif Sukmadinata (2012: 72) “penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang paling dasar, diajukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada”. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui gambaran yang ada khususnya pada guru pendidikan jasmani SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.


(17)

Metode deskriptif adalah suatu metode yang berusaha menggambarkan, menjelaskan dan melukiskan situasi berupa gejala, kejadian yang ada pada masa sekarang. Langkah penelitian ini tidak terbatas pada suatu pengumpulan data, akan tetapi meliputi juga analisis dan interprestasi dari data, agar masalah ini dapat diungkapkan jawabanya sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai dampak sarana dan prasaran olahraga di sekolah terhadap kreativitas guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

D. Langkah-langkah Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan penelitian studi deskriptif langkah-langkah yang dilakukan antara lain:

1. Persiapan, yang meliputi:

a. Mempersiapkan berbagai macam keperluan perizinan tentang pelaksanaan penelitian dan informasi dari berbagai pihak.

b. Observasi lapangan awal, dengan menghubungi lembaga yang bersangkutan dengan penelitian yaitu sekolah SMP di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung untuk memperoleh izin sebelum melakukan penelitian.

2. Menentukan Sampel

Sampel dari penelitian ini merupakan guru pendidikan jasmani yang berada dalam lingkup sekolah di SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

3. Menentukan Instrumen Penelitian

Memberikan wawancara kepada guru pendidikan jasmani di SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung.

4. Melakukan pengumpulan data dari setiap instrumen yang sudah digunakan.

5. Menganalisis data yang sudah terkumpul dengan menggunakan teknik analisis data yang baik.


(18)

E. Instrumen Penelitian

Sarana dan prasarana olahraga merupakan penunjang kelancaran dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Sarana dan prasarana yang bagaiman supaya pembelajaran pendidikan jasmani dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil Lokakarya yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam buku Soepartono (1999/2000) dapat dilihat dari indikator sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrument Lembar Observasi Sarana dan Prasarana Olahraga

Variabel Sub Variabel Indikator Sarana dan Prasarana

Olahraga

Sarana Olahraga

Prasarana Olahraga

a. Permainan Bola Besar

 Bola Voli

 Bola Basket

 Bola Sepak

b. Permainan Bola Kecil

 Tenis meja

 Softball

 Bulutangkis c. Atletik

 Tolak Peluru

 Cakram

 Tongkat Estafet

 Lembing

 Stop watch d. Senam

 Matras

 Tape

a. Lapangan Permainan Bola Besar

 Lapangan Voli

 Lapangan Basket

 Lapangan Bola Sepak b. Lapangan Permainan


(19)

 Tenis meja

 Kasti

 Bulutangkis c. Lapangan Atletik d. Lapangan Serbaguna e. Gedung Olahraga

Pengisian lembar observasi adalah dengan mengisi setiap indikator yang diamati dengan tanda check list () pada sarana dan prasarana olahraga yang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Pemberian tanda check list () hanya diberikan pada kolom yang sesuai dengan sarana prasarana olahraga di sekolah, dilihat dari indikator yang diamati. Teknik observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran sarana dan prasarana olahraga di sekolah.

Kreativitas guru pendidikan jasmani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru pendidikan jasmani dalam menghasilkan sesuatu yang berbeda/inovasi, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada/modifikasi, yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.

Untuk mengungkap kemampuan kreativitas tersebut, maka dapat lihat dari beberapa indikator yang dikutip Apriyanto (2007)

(http://lib.unnes.ac.id/16713/1/113505040.pdf) diambil 20 Februari 2014)

antara lain:

1. Sensitivitas atau kepekaannya terhadap masalah

2. Kelancaran dan kebebasan dalam berpikir dan bertindak

3. Fleksibilitas/keluwesan dalam mencari alternatif pemecahan masalah 4. Originalitas dan kebaruan dalam gagasan maupun karya nyata 5. Penyusunan dan pengembangan


(20)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Kreativitas Mengajar Guru

No. Variabel Indikator Nomor Item

1

Sensitivitas atau kepekaannya terhadap

masalah

a. Ketertarikan guru tehadap suatu permasalahan

b. Partisipasi guru dalam pengajaran

c. Pemberian motivasi terhadap siswa

1. a. 1 1. b. 2, 3 1. c. 4

2 Kelancaran dan kebebasan dalam berpikir dan bertindak

a. Percaya diri terhadap pengajaran

b. Antusias dan cara guru berekspresi

2. a. 5 2. b. 6, 7

3

Fleksibilitas/keluwesan dalam mencari alternatif

pemecahan masalah

a. Membuat kreativitas terbaru dalam pengajaran b. Modifikasi media pengajaran

c. Penggunaan metode yang bervariasi

3. a. 8, 9 3. b. 10, 11 3. c. 12

4

Originalitas dan kebaruan dalam gagasan maupun

karya nyata

a. Inovasi pengajaran baru dan kreatif

b. Menciptakan gaya pengajaran baru

4. a. 13 4. b. 14, 15

5 Penyusunan dan pengembangan

a. Mengubah suatu teknik pengajaran lama menjadi lebih baru

b. Menjelaskan pengajaran dengan detail

5. a. 16 5. b. 17, 18, 19

6 Redefinisi atau pendefinisian ulang

a. Terinspirasi untuk menciptakan produk sebagai sarana pembelajaran

6. a. 20

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Wawancara

No. Variabel Indikator Nomor Item 1

Mencipta/menyediakan dan memelihara alat pengajaran yang

berhubungan dengan media

a. Modifikasi alat-alat pengajaran seperti halnya membuat


(21)

pembelajaran modifikasi bola, papan lompat, dan

sebagainya.

b. Cara membuat alat-alat pengajaran c. Penyediaan media pembelajaran

1. b. 2, 3

1. c. 4, 5

2 Menyediakan tempat mengajar

a. Penyediaan lapangan yang memadai

b. Membuat lahan untuk belajar mandiri

2. a. 6, 7 2. b. 8

3 Menciptakan tugas-tugas gerak

a. Pembuatan RPP yang sesuai pada saat pembelajaran

berlangsung b. Mencantumkan beberapa tugas gerak pada RPP yang sudah dibuat

3. a. 9, 10

3. b. 11

4 Menciptakan lingkungan belajar

a. Guru dapat

mengontrol siswanya agar dapat mengikuti pembelajaran dengan maksimal

b. Guru mengelola ruang dan waktu pada saat pembelajaran berlangsung c. Guru dapat membangkitkan antusias siswa dalam melakukan pengajaran

4. a. 12

4. b. 13, 14

4. c. 15, 16, 17

5 Membuat artikel ilmiah bidang pendidikan jasmani

a. Guru membuat satu buku panduan

miliknya

b. Guru membuat artikel pada media internet

5. a. 18, 19


(22)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Nasution (1988; dalam Sugiyono, 2012: 310) menyatakan bahwa:

“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya

dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan

yang diperoleh melalui observasi”. Dalam hal ini, peneliti dalam

melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian. Menurut Spradley dalam Sugiyono (2012: 314) bahwa:

Objek penelitian yang diobservasi terdiri atas tiga komponen yaitu: 1)

Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung. 2) Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu. 3) Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian yang digambarkan akan terjadi. Dari hasil observasi tersebut data dapat dipertimbangkan kemudian dimasukkan dalam suatu statistik sederhana.

Dalam penelitian ini, yang menjadi tempat dalam observasi berlangsung adalah di SMP Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung yang berjumlah 4 SMP, yang menjadi pelaku dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani, serta kegiatan yang diteliti dalam penelitian ini


(23)

adalah merupakan kreativitas mengajar guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Wawancara

Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2012: 317) bahwa:

“Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tertentu”. Lebih lanjut dijelaskan oleh Susan Staiback (1988; Sugiyono, 2012: 318) mengemukakan bahwa:

Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara digunakan apabila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti harus menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif seperti yang sudah dicantumkan dalam tabel 3.3 halaman 51. Berikut merupakan langkah-langkah wawancara yang dikemukakan oleh Lincoln and Guba yang dikutip oleh Sugiyono (2012: 322) mengemukakan bahwa:

Ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data, yaitu: 1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan. 2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. 3) Mengawali atau membuka alur wawancara. 4) Melangsungkan alur wawancara. 5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya. 6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan. 7) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.


(24)

Supaya hasil wawancara dpat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawncara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan alat-alat yang dapat membantu kelancaran wawancara tersebut. Berikut alat-alat bantu wawancara serta fungsinya

yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012): “1) Buku catatan, berfungsi

untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data. 2) Tape recorder, berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan, 3) Kamera, untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan penelitian

dengan informan/sumber data”.

Pelaksanaan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu kepada guru pendidikan jasmani disetiap sekolah SMP Bojongloa Kaler Kota Bandung. Dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti menggunakan tanya jawab dengan responden dan menuangkan hasil wawancara dalam bentuk catatan lapangan. Peneliti menggunakan wawancara berstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan berupa instrumen penelitian yang berupa pertanyaan-pertanyaan. Jadi peneliti lebih menekankan tanya jawab dengan responden yang mengacu pada tujuan pedoman wawancara.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian deskrptif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Sugiyono (2012: 335) mengemukakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


(25)

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan cara mengobservasi penampilan kreativitas mengajar guru pada saat pembelajaran dengan berpegangan kepada butir-butir yang menjadi indikator kreativitas mengajar guru yang tercantum dalam lembar observasi pada tabel 3.2 halaman 50.

Setelah data terkumpul maka peneliti tinggal menjumlahkan saja berapa

banyak jawaban “ya” dan “tidak”. Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan skala Guttman. Menurut Sugiyono (2012: 139) “skala pengukuran Guttmen akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak; benar-salah; pernah-tidak pernah; positif-negatif dan lain-lain”. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi, kalau pada Skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata „sangat setuju‟ sampai

„sangat tidak setuju‟, maka pada Skala Guttman hanya ada dua interval yaitu

„setuju‟ atau „tidak setuju‟. Penelitian menggunakan Skala Guttman

dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist (). Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0.

Rumus statistik sederhana :

Keterangan : P = Presentase

F = Jumlah Jawaban Ya n = Jumlah Pernyataan

Kemudian berlanjut dalam penjabaran wawancara, data yang didapatkan dalam wawancara merupakan data kualitatif yang dianalisis menggunakan Model Miles and Huberman. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Huberman (1984; dalam

P = x 100% F n


(26)

Sugiyono, 2012: 337) mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1

Langkah-langkah Analisis Data

Periode pengumpulan ... Reduksi data

Antisipasi Selama Setelah Display data

Selama Setelah

Kesimpulan/verifikasi

Selama Setelah

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Sugiyono (2012: 338)

menyatakan “Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu”. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam reduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi


(27)

data. Sugiyono (2012:339) menambahkan bahwa “Reduksi data

merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan

keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi”. Bagi peneliti yang masih

baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.

2. Display Data (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam uraian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchartI, dan sejenisnya. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012:341) menyatakan bahwa “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narative text”. Yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Dalam prakteknya tidak semudah apa yang telah dijabarkan, karena fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis, sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsusng agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu maka peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

3. Kesimpulan/verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak


(28)

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Penulis bertindak sebagai observer yang berfungsi pula sebagai pengamat penelitian untuk menguatkan data yang didapat dari setiap sekolah. Jadi, data yang dihasilkan bukan hanya berupa simbol semata melainkan disertai deskripsi hasil pengamatan. Ditambah dengan adanya data dari wawancara yang dilakukan penulis untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai kreativitas mengajar guru itu sendiri, sehingga hasil pengolahan data memiliki makna atau dapat menunjukkan gambaran mengenai Dampak Sarana dan Prasarana Olahraga Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung sebagaimana yang telah dipaparkan di dalam tujuan penelitian.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Abduljabar, B. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Beetletone, F. (1998). Creative Children Imaginative Theacing. Philadelphia: open University Press.

Fathurrohman, P. dan Suryana, A. (2012). Guru Profesional. Bandung: PT Refika Aditama.

Hasbullah. (1999). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hendrayana, Y., Nuryadi. dan Wahyudi, A. (2012). Perencanaan Pengajaran.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Juliantine, T., Subroto, T. dan Yudiana, Y. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Lutan, R., et al. (2009). Sejarah dan Filsafat olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Lawson, A. E. (1995). Science Teaching And The Development Of Thinking.

California: Arizona State University.

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Rosdiani, D. (2013). Perencanaan Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Shahib, N. (2003). Pembinaan Kreativitas Menuju Era Global. Bandung: PT Alumni. Soepartono. (1999/2000). Sarana dan Prasarana Olahraga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat jemderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran guru SLTP Setara D-III.


(30)

Somarya, D. dan Nuryani, P. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Strenberg, J. R. (2001). Physichology In Search of the Human Mind. Amerika: Harcourt, inc.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, B. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani damn Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Utami, M. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Vangundy, A. B. (2011) Cara Mendapatkan Ide-ide Kreatif dan Cemerlang. Jakarta

Barat: PT Indeks.

Yusron, N. (2012). Creative Learning: Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreativitas siswa. Bandung: Nusa Media.

Sumber Lain:

Apriyanto. (2007). [Online]. Tersedia:

(http://lib.unnes.ac.id/16713/1/113505040.pdf). [20 Februari 2014]

Bahagia, Y. (2011). Media dan Alat Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [online]. Tersedia:

(http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/Jur._Pend._Olahraga/194903161972111-Yoyo_Bahagia/(PP)_Media_dan_Alat_Pembelajaran Penjas.pdf). [24 Februari 2014].

Jamridafrizal. (2010). [Online]. Tersedia:

(http://secretamong.blogspot.com/2010/06/kreativitas-mengajar-guru.html).


(31)

Karyono. (1993). Kompetensi Guru. [Online]. Tersedia:

(http://karyono1993.wordpress.com/thesis/kompetensi-guru/). [20 Februari

2014].

Mahendra, A. (2006). Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Jasmani. [Online]. Tersedia:

(

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/Jur._Pend._Olahraga/196308241989031-Agus_Mahendra/Kumpulan_Presentasi_Agus_Mahendra/Pengembangan_Pr

ofesi_Guru_Pendidikan_Jasmani.pdf). [13 Februari2014]

Pardamean. T. (2009). Profesionalitas Guru Perlu Daya Kreativitas. [Online]. Tersedia: (http://www.ipsmantm.co.cc). [13 Februari2014].


(1)

RIYAN FATHUL CHOER, 2014

Dampak Sarana Dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono, 2012: 337) mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1

Langkah-langkah Analisis Data

Periode pengumpulan ... Reduksi data

Antisipasi Selama Setelah

Display data

Selama Setelah

Kesimpulan/verifikasi

Selama Setelah

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Sugiyono (2012: 338)

menyatakan “Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu”. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam reduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi


(2)

RIYAN FATHUL CHOER, 2014

Dampak Sarana Dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data. Sugiyono (2012:339) menambahkan bahwa “Reduksi data

merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan

keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi”. Bagi peneliti yang masih

baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.

2. Display Data (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam uraian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchartI, dan sejenisnya. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012:341) menyatakan bahwa “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narative text”. Yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Dalam prakteknya tidak semudah apa yang telah dijabarkan, karena fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis, sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsusng agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu maka peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

3. Kesimpulan/verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak


(3)

RIYAN FATHUL CHOER, 2014

Dampak Sarana Dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Penulis bertindak sebagai observer yang berfungsi pula sebagai pengamat penelitian untuk menguatkan data yang didapat dari setiap sekolah. Jadi, data yang dihasilkan bukan hanya berupa simbol semata melainkan disertai deskripsi hasil pengamatan. Ditambah dengan adanya data dari wawancara yang dilakukan penulis untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai kreativitas mengajar guru itu sendiri, sehingga hasil pengolahan data memiliki makna atau dapat menunjukkan gambaran mengenai Dampak Sarana dan Prasarana Olahraga Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung sebagaimana yang telah dipaparkan di dalam tujuan penelitian.


(4)

RIYAN FATHUL CHOER, 2014

Dampak Sarana Dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Abduljabar, B. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Beetletone, F. (1998). Creative Children Imaginative Theacing. Philadelphia: open University Press.

Fathurrohman, P. dan Suryana, A. (2012). Guru Profesional. Bandung: PT Refika Aditama.

Hasbullah. (1999). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hendrayana, Y., Nuryadi. dan Wahyudi, A. (2012). Perencanaan Pengajaran.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Juliantine, T., Subroto, T. dan Yudiana, Y. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Lutan, R., et al. (2009). Sejarah dan Filsafat olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Lawson, A. E. (1995). Science Teaching And The Development Of Thinking.

California: Arizona State University.

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Rosdiani, D. (2013). Perencanaan Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Shahib, N. (2003). Pembinaan Kreativitas Menuju Era Global. Bandung: PT Alumni. Soepartono. (1999/2000). Sarana dan Prasarana Olahraga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat jemderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran guru SLTP Setara D-III.


(5)

RIYAN FATHUL CHOER, 2014

Dampak Sarana Dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Somarya, D. dan Nuryani, P. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Strenberg, J. R. (2001). Physichology In Search of the Human Mind. Amerika: Harcourt, inc.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, B. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani damn Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Utami, M. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Vangundy, A. B. (2011) Cara Mendapatkan Ide-ide Kreatif dan Cemerlang. Jakarta

Barat: PT Indeks.

Yusron, N. (2012). Creative Learning: Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreativitas siswa. Bandung: Nusa Media.

Sumber Lain:

Apriyanto. (2007). [Online]. Tersedia:

(http://lib.unnes.ac.id/16713/1/113505040.pdf). [20 Februari 2014]

Bahagia, Y. (2011). Media dan Alat Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [online]. Tersedia:

(http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/Jur._Pend._Olahraga/194903161972111-Yoyo_Bahagia/(PP)_Media_dan_Alat_Pembelajaran Penjas.pdf). [24 Februari 2014].

Jamridafrizal. (2010). [Online]. Tersedia:

(http://secretamong.blogspot.com/2010/06/kreativitas-mengajar-guru.html). [13 Februari2014]


(6)

RIYAN FATHUL CHOER, 2014

Dampak Sarana Dan Prasarana Olahraga Di Sekolah Terhadap Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karyono. (1993). Kompetensi Guru. [Online]. Tersedia: (http://karyono1993.wordpress.com/thesis/kompetensi-guru/). [20 Februari 2014].

Mahendra, A. (2006). Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Jasmani. [Online]. Tersedia:

( http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/Jur._Pend._Olahraga/196308241989031-Agus_Mahendra/Kumpulan_Presentasi_Agus_Mahendra/Pengembangan_Pr ofesi_Guru_Pendidikan_Jasmani.pdf). [13 Februari2014]

Pardamean. T. (2009). Profesionalitas Guru Perlu Daya Kreativitas. [Online]. Tersedia: (http://www.ipsmantm.co.cc). [13 Februari2014].