PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMPN SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG.

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan iptek menuntut sekolah untuk dapat menyesuaikan dengan arus perubahan. Lulusan sekolah harus sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Evektivitas kegiatan kependidikan sekolah dipengaruhi variable yang menyangkut salah satu aspek yaitu sarana dan prasarana, yang perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan.

Sarana dan prasarana pendidikan dalam proses pembelajaran adalah salah satu faktor yang penting. Sarana dan prasarana pendidikan ini sebagai instrumental input dalam pendidikan memegang penting dalam proses pembelajaran. Sarana dan prasarana pendidikan mampu memperjelas kebutuhan siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Kegiatan belajar akan berjalan dalam proses yang terarah dan mencapai tujuannya yaitu memberikan layanan secara professional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Jika dalam proses belajar mengajar itu tersedia berbagai fasilitas yang diperlukan guru, sarana pendidikan akan memperkuat proses belajar siswa dalam memperjelas informasi dan konsep yang dipelajarinya.

Sarana dan prasarana pendidikan adalah salah satu sumber daya pendidikan yang mempunyai peran penting karena dapat meningkatkan penjagaan dan pengaturan sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal pada jalannya proses pendidikan. Dengan manajemen sarana prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan lembaga/sekolah yang bersih, rapi, indah, kondisi yang menyenangkan sehingga perlu dikelola dengan baik. Dimana dengan dikelolanya sarana prasarana pendidikan dengan baik, diharapkan


(2)

akanmampu mempersiapkan seluruh kebutuhan demi tercapainya mutu layanan pembelajaran secara baik dan produktif. Bagi guru yang mengajar agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam proses kegiatan belajar dikelas, sehingga tercapainya tujuan dan visi sekolah yang telah ditetapkan. Dan bila sekolah tanpa sarana dan prasarana pendidikan maka proses pembelajarann tidak akan berjalan secara optimal dan akan mengurangi mutu layanan pembelajaran di sekolah tersebut.

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan ini menjadi tanggung jawab sekolah seperti yang tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pasal 45 ayat 1:

“Setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional, dan kewajiban peserta didik.”

Menurut Ibrahim Bafadal (2003 : 2) mengemukakan manajemen sarana dan prasarana adalah suatu proses kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien meliputi perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penggunaan, pemeliharaan, inventarisasi, penghapusan.

Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam pelayanan pendidikan. Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah seperti : ruang perpustakaan,kantor sekolah, UKS, ruang osis, lapangan olahraga, ruang laboraturium, dan lain-lain.

Pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor alat atau barang-barang yang menunjang untuk layanan pembelajaran, tetapi juga memperhatikan factor proses pendidikan yaitu pemeliharaan penyediaan barang-barang yang akan menunjang layanan pembelajaran. Disinilah urgensi dari pentingnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan.


(3)

3

Suksesnya mutu layanan pembelajaran di sekolah didukung oleh adanya pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah secara efektif dan efisien.Sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut perlu didayagunakan dan dikelola untuk meningkatkan mutu layanan pembelajaran.Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah, karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya dalam pelayanan pembelajaran.

Proses layanan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang ada di sekolah dan lingkungannya sebagai kesatuan system. Mutu merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Konsep mutu pendidikan mempunyai makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu.

Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, M.N Nasution (2005:3) menyimpulkan ada beberapa persamaan dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para pakar, antara lain mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan, dan mutu merupakan kondisi yang selalu berubah.

Jika dikaitkan dengan mutu pendidikan, Umaedi (1999:3) menjelaskan bahwa:

“Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat atau tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik nerupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang itangible. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini pada proses pendidikan dan hasil pendidikan.”


(4)

Layanan pembelajaran mencakup seluruh kegiatan sekolah untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermutu (Wawan Kuswandi, 2002 : 71) mengartikan layanan pembelajaran sebagai berikut:

“Layanan pembelajaran bisa diartikan pula sebagai suatu aktivitas yang ditawarkan guru dalam situasi edukatif baik berupa mengorganisasikan ataupun mengatur lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa.” Berdasarkan pendapat diatas bahwa mutu layanan pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha atau proses yang dilakukan guru dalam rangka memberikan kepuasan dalam hal layanan pembelajaran kepada customer pendidikan dengan memperhatikan kebutuhan siswa meliputi mutu mengajar, kelancaran layanan belajar, umpan balik yang diterima siswa, layanan keseharian guru terhadap siswa, kepuasan siswa terhadap layanan mengajar guru, kenyamanan ruang kelas, ketersediaan fasilitas belajar kesempatan siswa menggunakan berbagai fasilitas sekolah. (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, 2004:45).

Fenomena yang terjadi di lapangan, masih banyak para pengelola pendidikan masih kurang dalam mengelola sarana-prasarana sehingga sumber daya sarana-prasarana yang dimiliki sekolah kurang difungsikan dan dikembangkan, padahal jika sumber daya sarana-prasarana yang dimiliki difungsikan dan dikembangkan dengan baik, hal ini akan menjadi kekuatan yang sangat penting bagi sekolah dalam mencapai tujuan yang telah dicita-citakan. Masalah lainnya yang terjadi dalam manajemen sarana dan prasarana yaitu sumber belajar yang kurang (buku, alat peraga, media), pemeliharaan dan pemanfaatan yang kurang, jumlah kelas yang tidak sesuai dengan rombongan belajar yang ada, dan ada beberapa guru yang tidak memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada secara optimal dikarenakan kurangnya kemampuan dalam mengoperasikan alat peraga maupun media ataupun dikarenakan takut akan kerusakan yang diakibatkan. Sesungguhnya keberadaan sarana-prasarana itu tujuannya


(5)

adalah untuk menunjang proses pembelajaran. Selain itu, masih banyak sekolah yang belum memenuhi standar pelayanan minimum dalam mengelola sarana-prasarana yang dimilikinya yang nantinya akan sulit dalam mewujudkan sekolah yang efektif.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, terdapat permasalahan dalam ruang lingkup sarana-prasarana pendidikan di SMPNN se-Kecamatan Sukasari, data tersebut bisa mewakili tentang kondisi sekolah di SMPN se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Adapun data tersebut bisa dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Data Sarana dan Prasarana Penunjang Belajar Siswa di SMPN Se-Kecamatan Sukasari

NO

JENIS SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG

BELAJAR SISWA

SMPN 29 SMPN 15 SMPN 12

KONDISI RENCANA KEBUTUH

AN

REALISASI

KONDISI RENCANA

KEBUTUHAN REALISASI

KONDISI RENCANA

KEBUTUHAN REALISASI

BAIK RUSAK BAIK RUSAK BAIK RUSAK

1 RUANG BELAJAR 24 2 2 REHAB

-

19 0 IDEAL 22

KELAS

-

26 0 0

-

2 RUANG LABORATORIUM

(KOMPUTER, IPA BAHASA)

3 0 - - 2 (LAB KOMPUTER DAN BAHASA)

0 1 R.LAB IPA -

4 0 0

-

3 PERPUSTAKAAN 1 0

-

-

0 0 IDEAL 1

R.PERPUS

-

1 0 0

-

4 RUANG

KEPSEK/GURU/TU/BK/DLL

5 1 1

RENOVASI

-

3 0 0

-

6 0 0

-

5 RUANG

KESENIAAN/KETERAMPILA N/SERBAGUNA

1 0 1 RUANG

KETERAM PILAN

-

0 0 1

-

0 1 REHAB R.

SERBAGUNA

-

6 RUANG UKS/PMR/OSIS 2 0 1 R.PMR

-

0 0 0 0 3 0 0 0


(6)

NO

JENIS SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG

BELAJAR SISWA

SMPN 29 SMPN 15 SMPN 12

KONDISI RENCANA KEBUTUH

AN

REALISASI

KONDISI RENCANA

KEBUTUHAN REALISASI

KONDISI RENCANA

KEBUTUHAN REALISASI

BAIK RUSAK BAIK RUSAK BAIK RUSAK

7 PERABOT RUANG KELAS 2111 8 (4 SUDAH

DIHAPUS)

4 4 ADA ADA

(BELUM DIHAPUS)

7 5 ADA ADA

(SUDAH DIHAPUS)

12 7

8 PERABOT RUANG LAINNYA(LAB KOMPUTER, IPA BAHASA,

PERPUSTAKAAN, KESENIAN, KETERAMPILAN)

177 14 (7

SUDAH DIHAPUS)

7 4 ADA ADA

(BELUM DIHAPUS)

0 0 ADA ADA

(BELUM DIHAPUS)

5 5

9 BUKU PERPUSTAKAAN 5571 615 300 BUKU

BARU

100 BUKU BARU

ADA ADA 0 0 ADA ADA 0 0

10 FASILITAS PENUNJANG PERPUSTAKAAN

2 PC 0 2 PC 2 PC ADA TIDAK

ADA

4 2 ADA TIDAK

ADA

0 0

11 PRASARANA LAB KOMPUTER 1 RUANG+28 MEJA&KURS I+28 INTERNET

0 0 0 ADA ADA

(SUDAH DIHAPUS)

5 5 ADA ADA

(SUDAH DIHAPUS)

4 4

12 ALAT PRAKTIKUM KOMPUTER

47 7 (2

PC+1SCAN+ 4 STABILIZER)

BELUM DIHAPUS)

0 0 ADA ADA

(SUDAH DIHAPUS)

10 5 ADA ADA

(BELUM DIHAPUS)


(7)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dijelaskan bahwa pada SMPN se-Kecamatan Sukasari untuk jumlah kebutuhan yang direncanakan ada

beberapa yang tidak terealisasi pada saat pelaksanaan di tahun berjalan, sehingga beberapa SMPN tersebut mayoritas sering terjadi ketidaksesuaian antara perencanaan yang dibuat dengan realisasi pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan. Sementara itu, kondisi sarana dan prasarana yang rusak belum dihapus dalam daftar inventarisasi dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana masih belum optimal sehingga menyebabkan kondisi menjadi tidak baik lagi untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Selain itu, dapat dijelaskan juga bahwa jumlah sarana dan prasarana yang ada di masing-masing sekolah masih perlu dilengkapi ketersediaannya dalam rangka kelancaran proses belajar mengajar.

Bila mengacu kepada peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang berkaitan dengan standar sarana dan prasarana, maka setiap sekolah itu wajib memiliki sarana dan prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tembat bermain, dan ruangan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran.

Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang bergerak dibidang jasa.Sebagaimana organisasi lainnya yangbergerak dibidang jasa lembaga pendidikan pun harus senantiasa bisa memuaskan para stakeholdernya karena era kompetisi tidak terjadi dalam dunia bisnis tetapi juga dalam dunia pendidikan.Tuntutan lingkungan dan persaingan pendidikan semakin dinamis dan kompleks. Perkembangan pola pikir stakeholders lebih selektif dalam memilih lembaga pendidikan. Masyarakat akan memilih lembaga-lembaga pendidikan yang dianggap berkualitas. Salah satu kualitas tersebut akan terlihat dari mutu layanan pembelajaran yang diberikan sekolah kepada masyarakat.


(8)

Fungsi layanan pembelajaran merupakan core business dari sekolah artinya pengelolaan sumber daya sekolah bertujuan untuk memberikan pelayanan yang optimal karena layanan pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap mutu lulusan. Upaya memberikan layanan pembelajaran yang bermutu ini bukanlah hal yang mudah, dalam pelaksanaannya akan dihadapkan denganberbagai masalah yang berkaitan dengan factor-faktor yang berhubungan dengan layanan pembelajaran salah satu nya adalah sarana dan prasarana.

Menurut Nanang Fattah (Wawan Kuswandi,2002:71) layanan pembelajaran akan sangat dipengaruhi beberapa faktor, sarana, ketenagaan, hubungan masyarakat, kesiswaan, keuangan, kepemimpinan, kurikulum, kompetensi dan iklim sekolah. Dari pendapat tersebut kita dapat lihat bahwa manajemen saran dan prasarana sangat diperlukan dalam rangka memberikan mutu layanan pembelajaran yang berkualitas atau dengan kata lain untuk mewujudkan layanan pembelajaran yang bermutu perlu ditunjang oleh pengelolaan sarana dan prasarana yang baik.

Mutu layanan pendidikan sangat penting karena untuk menjamin kualitas lulusan dan kualitas pembelajaran para siswa, supaya pembelajaran dapat tercapai secara baik.Kedudukan sarana dan prasarana dalam administrasi pendidikan tidak dapat dipisahkan karena bidang garapan ini merupakan suatu system kegiatan dari keseluruhan bidang garapan pengelolaan pendidikan, yang meliputi bidang kurikulum, personil, peserta didik dan sebagainya.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 yang terdapat dalam pasal 1 ayat 23 menyebutkan bahwa :

“Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan

dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, serta sarana dan prsarana”. Untuk itu, agar dapat tercapai suatu tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sesuai peran dan fungsi lembaga pendidikan tersebut, maka lembaga pendidikan harus mampu mengelola semua sumber


(9)

9

daya yang ada, baik sumber material maupun non material sehingga akhirnya semua sumber daya yang ada dikelola dengan baik dan mampu mendukung terhadap kelancaran mutu layanan pembelajaran.

Sarana dan prasarana pendidikan yang memadai akan memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan proses pendidikan. Namun yang lebih penting adalah tidak sekedar tersedia secara lengkap sarana prasarana tersebut, jika tidak dilakukan manajemen yang baik, maka apalah artinya semua ketersediaan sarana dan prasarana tersebut.Hal ini membuktikan bahwa manajemen sarana dan prsarana pendidikan memberikan pengaruh yang besar bagi tercapainya pemanfataan sarana dan prsarana pendidikan yang efektif dan efisien dan berpengaruh terhadap mutu layanan pembelajaran.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Batasan masalah dari variabel X adalah mengenai Manajemen Sarana dan prasarana dengan pengertian Manajemen sarana dan prasaranadengan pengertian Manajemen sarana dan prasarana adalah sebagai suatu proses kerja sama pandayuganaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien meliputi perencanaan pengadaan, pendistribusian, pengunaan,pemeliharaan, inventarisasi, penghapusan.

Sedangkan dari variabel Y adalah mengenai Mutu Layanan Pembelajaran dengan pengertian Mutu Layanan Pendidikan adalah usaha atau proses yang dilakukan guru dalam rangka memberikan kepuasan dalam hal layanan pembelajaran kepada customer pendidikan dengan memperhatikan kebutuhan siswa meliputi mutu mengajar, kelancaran layanan belajar, umpan balik yang diterima siswa, layanan keseharian guru terhadap siswa, kepuasan siswa terhadap layanan


(10)

mengajar guru, kenyamanan ruang kelas, ketersediaan fasilitas belajar kesempatan siswa menggunakan berbagai fasilitas sekolah.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian merupakan pokok yang terjadi inti dalam penelitian dan suatu usaha merupakan pokok-pokok dan batas-batas permasalahan yang dijadikan focus dalam penelitian. Mohamad Ali (1992:36) mengemukakan bahwa :

“ Rumusan Masalah pada hakekatnya adalah generalisasi deskripsi

ruang lingkup masalah peneelitian dalam pembatasan dimensi dan

analisis variabel yang tercakup di dalamnya”.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SMPN se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung?

b. Bagaimanakah mutu layanan pembelajaran SMPN se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung?

c. Seberapa besar pengaruh manajemen sarana dan prasarana pendidikan terhadap mutu layanan pembelajaran di SMPN se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh manajemen sarana dan prasarana pendidikan terhadap mutu layanan pembelajaran di SMPN se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SMPN se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung

b. Untuk mengetahui mutu layanan pembelajaran di SMPN se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung


(11)

11

c. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh dari manajemen sarana dan prasarana terhadap mutu layanan pembelajaran di SMPN se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung

D. Metode Penelitian

1. Metode dan Pendekatan a. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara ataupun teknik yang dipergunakan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data serta menganalisisnya agar diperoleh suatu kesimpulan guna mencapai tujuan penelitian. Menurut Surakhmad (1993: 31) menyatakan untuk metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajibannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan masalah yang terjadi pada masa sekarang.Adapun tujuan dari penggunaaan metode deskroptif pada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara sistematis mengenai Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di SMPN se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat diperoleh gambaran umum dan kesimpulan masalah penelitian. Menurut Sugiyono (2010:14) mengemukakan bahwa :


(12)

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah diterapkan”.

Berdasarkan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang ditunjang oleh studi kepustakaan. Penelitian kuantitatif dilihat dari jenis datanya adalah penelitian yang datanya bersifat numeric, yaitu data yang berhubungan dengan angka-angka.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi diri peneliti sendiri, segi teoritis, dan segi operasional.Manfaat yang diharapkan dari peneliti adalah sebagai berikut.

1. Segi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan disiplin ilmu Administrasi Pendidikan, khususnya mengenai pengaruh manajemen sarana dan prasarana pendidikan terhadap mutu layanan di sekolah. Dengan kata lain, adanya penelitian ini dapat memberikan pengaruh keilmuan dalam rangkamengambangkan disiplin ilmu yang terkait yaitu Administrasi Pendidikan.

2. Segi Praktis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memperbaiki keadaan di lapangan, yaitu keadaan manajemen sarana dan prasarana terhadap mutu layanan pembelajaran di sekolah sehingga mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan mutu pelayanan yang diberikan.


(13)

13

Adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan pengetahuan peneliti, khususnya dalam upaya memahami disiplin ilmu Administrasi Pendidikan.Selain itu dengan adanya penelitian ini dapat menggugah semangat untuk meneliti lebih mendalam mengenai pengaruh manajemen sarana dan prsarana pendidikan terhadap mutu layanan pembelajaran.

F. Struktur Organisasi Skripsi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Latar belakang penelitian ini berisi tentang alasan rasional yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam berdasarkan referensi dan fakta-fakta yang ditemukan.

Identifikasi dan Rumusan Masalah

Menjelaskan analisis masalah dan batasan masalah yang diteliti kemudian dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dan tujuan khusus peneliti dalam melakukan penelitian.

Metode Penelitian

Menjelaskan secara sederhana dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini.

Manfaat Penelitian

Membahas tentang manfaat yang diharapkan oleh peneliti terkait dengan penelitian ini yakni manfaat secara teoritis dan praktis.

Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka

Kerangka Pikir Penelitian Hipotesis Penelitian


(14)

BAB III METODE PENELITIAN

Membahas tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pemaparan dan pembahasan data

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisis temuan penelitian.

DAFTAR PUTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Objek penelitian sangat berperan penting guna memberikan sumber data bagi peneliti, tentunya objek tersebut disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti dan ditetapkan pada suatu lokasi penelitian, sehingga lokasi penelitian sangat diperlukan dalam penelitian ini. Untuk itu penulis memaparkan uraian yang berkenaan dengan lokasi, populasi, sampel dan teknis sampling penelitian.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu tempat dimana penelitian dilaksanakan atau bisa dikatakan sebagai tempat sumber data yang akan kita cari dalam melaksanakan penelitian. Adapaun lokasi dalam penelitian ini adalah di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung yaitu SMPN 12, 15 dan 29 Kota Bandung.

2. Populasi Penelitian

Populasi merupakan aspek penting dalam penelitian. Populasi sangat diperlukan dalam menjawab suatu masalah. Sebagaimana dikemukakan Akdon dan Sahlan (2005: 96) bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah yang memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam hal ini populasi yang diambil harus sesuai dengan permasalahan dan jenis instrumen pengumpulan data yang dipergunakan. Selain itu populasi adalah seluruh unit – unit dari sample yang dipilih. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang memiliki ciri – ciri dan harus didefinisikan secara spesifik. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh guru di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung yang berjumlah 136 orang dengan rincian SMP 12 sebanyak 41 guru, SMP 15 sebanyak 51 guru dan SMP 29 sebanyak 44 guru.


(16)

3. Sampel Penelitian

Pengertian sampel menurut Sugiyono (Akdon dan Sahlan, 2005:98) mengatakan “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik simple random sampling (probability sampling). Menurut Akdon dan Sahlan (2005:99) simple random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata atau tingkatan dalam anggota populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan perhitungan rumus Taro

Yamane yang dikutip dari Akdon dan Sahlan (2005:107) sebagai berikut:

� = + � × �

Dimana:

n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi yang di tetapkan

Dari rumus di atas dapat dihitung besar jumlah sampel dalam penelitian ini, dengan jumlah populasi diketahui yaitu sebesar 136 guru dan ditentukan presisinya sebesar 5%, maka hasil perhitungan besar sampelnya yaitu :

� = + × % = ,

Hasil dari perhitungan rumus diatas berjumlah 57,63 lalu dibulatkan menjadi minimal 58 orang yang akan dijadikan sampel untuk penelitian, sehingga dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan sebanyak 58 guru di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung yaitu SMPN 12, 15 dan 29.

4. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini Proportional

Random Sampling. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan

mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006). Kemudian dilakukan tehnik Simple Random Sampling yaitu pengambilan


(17)

64

sampel secara acak sederhana, tehnik ini dibedakan menjadi dua cara yaitu dengan mengundi (lotterytechnique) atau dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number) (Notoatmodjo,2010). Dengan menggunakan tehnik

Proportional Random Sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 58 guru di

SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung yaitu SMPN 12, 15 dan 29, adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing sekolah dengan mengunakan rumus menurut Sugiyono (2007).

�� =�� × �

Keterangan:

ni : Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata X : Jumlah populasi pada setiap strata

N :Jumlah seluruh populasi Guru SMPN Se-Kecamatan Sukasari n : Sampel penelitian

Berdasarkan rumus di atas, perhitungan jumlah sampel dari masing-masing 3 SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung yaitu SMPN 12, 15 dan 29 dapat dijelaskan pada Tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Perhitungan Ukuran Sampel Proposional

NO UNIT

SEKOLAH

JUMLAH POPULASI (Ni)

JUMLAH SAMPEL (ni)

1 SMPN 12 41 � = × = , ≈

2 SMPN 15 51 � = × = , ≈

3 SMPN 29 44 � = × = , ≈

TOTAL N=136 n=58

Setelah dilakukan perhitungan, jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 58 responden guru SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Jumlah sampel masing-masing SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung, pada SMPN 12 sebanyak 17 guru, SMPN 15 sebanyak 22 guru dan SMPN 29 sebanyak 19 guru.


(18)

B. Desain Penelitian

Dalam sebuah penelitian saangat diperlukan perencanaan yang matang agar penelitian tersebut terarah, efektif dan efisien. Maka dari itu peneliti sangat memerlukan desain penelitian sebagai pedoman penelitiannya.

Menurut Nasution (2009:23) mengatakan bahwa desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu.

Sejalan dengan Jonathan Sarwono (2006:79) menyatakan bahwa desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah bagi berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun Arikunto (2006:20) membagi langkah-langkah penelitian lebih rinci lagi yaitu sebagai berikut :

1. Memilih masalah 2. Studi pendahuluan 3. Merumuskan masalah

4. Merumuskan anggapan dasar dan merumuskan hipotesis 5. Memilih metode dan pendekatan

6. Menentukan variabel dan sumber data 7. Menentukan dan menyusun instrumen 8. Mengumpulkan data

9. Analisis data

10. Menarik kesimpulan 11. Menyusun laporan

Desain penelitian harus mampu menggambarkan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang membantu peneliti dalam pengumpulan dan menganalisis data. Secara garis besar tahapan atau langkah-langkah penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu prencanaan, pelaksanaa, dan tahap pelaporan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini, sebagai berikut:


(19)

66

a. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti mencoba mencari masalah yang terjadi pada suatu lembaga. Setelah mencoba mencari fenomena yang terjadi, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk merumuskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah yang akan diteliti menjadi sebuah penelitian melalui wawancara dan observasi.

b. Tahap pelaksanaan

Setelah selesai pada tahap perencanaan peniliti langsung melanjutkan pada tahap pelaksaan yang diantaranya mengumpulkan data-data di lapangan yang dapat menunjang proses penelitian, mencari teori-teori yang relevan guna untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti. Serta mengolah data dengan metode-metode yang telah ditentukan.

c. Tahap pelaporan

Dan tahap yang terakhir adalah tahap pelaporan, dimana peneliti menyimpulkan hasil analisis data yang telah diolah kemudian dibuat laporan hasil penelitian menjadi sebuah skripsi.

C. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:3) memaparkan bahwa metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. Jika melihat kembali permasalahan yang diangkat dan teliti pada penelitian ini, yaitu berkaitan dengan hubungan dua variabel, maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

1. Metode Deskriptif

Metode penelitian merupakan suatu cara ataupun teknik yang dipergunakan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data serta menganalisisnya agar diperoleh suatu kesimpulan guna mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian adalah upaya untuk mencari kebenaran secara ilmiah yang didasarkan


(20)

pada data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Disamping untuk memperoleh kebenaran ilmiah. metode penelitian juga rnerupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian secara efektif.

Keberhasilan suatu penelitian akan tergantung dari metode yang digunakan oleh peneliti. Oleh karena itu, metode penelitian harus sesuai dengan permasalahan yang ada. Mengenai metode penelitian ini Sugiyono (2010:6) mengemukakan bahwa:

“Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”.

Berdasarkan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang ditunjang oleh studi kepustakaan. Penelitian kuantitatif dilihat dari jenis datanya adalah penelitian yang data penelitiannya bersifat numerik, yaitu data yang berhubungan dengan angka-angka.

Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan permasalahan yang sedang terjadi pada masa sekarang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ali (1992:l2l) bahwa:

"Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang”. Selanjutnya Surakhmad (1998:140) mengemukakan ciri-ciri dari metode deskriptif ini, yaitu:

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual.

b. Data yang dikumpulkan mula-mula diteliti, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Oleh karena itu, metode ini sering disebut metode analisis.

Dalam penelitian ini, jenis metode deskriptif yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yang disesuaikan dengan variabel petelitian yang memusatkan diri pada masalah-rnasalah aktual dan fenomena-fenomena yang


(21)

68

terjadi pada saat sekarang dengan bentuk hasil penelitian berupa angka-angka yang memiliki makna.

Dalam pelaksanaannya, metode deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyusun, menganalisa dan menginterpretasi data, sehingga didapat suatu kesirnpulan yang didasarkan pada data yang tersedia. Adapun yang menjadi dasar digunakannya metode deskriptif dalam penelitian ini, yaitu:

a. Penelitian ini mengungkapkan masalah-masalah aktual dan terjadi pada masa sekarang.

b. Diharapkan dengan metode ini dapat memberikan gambaran secara nyata tentang Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Mutu Layanan Pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

2. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang dimungkinkan dilakukannya pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan statistic. Menurut Sugiyono (2010:14), mengatakan bahwa:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Pendekatan kuantitatif ini digunakan dalam rangka mengetahui seberapa besar dari variabel X yang diteliti yaitu Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap variabel Y yang diteliti yaitu Mutu Layanan Pembelajaran dengan cara mengukur dan menghitung apa yang menjadi indikator-indikator variabel penelitian sehingga dapat diperoleh deskripsi dan analisis regresi linear di antara variabel-variabel penelitian melalui sistem perhitungan yang menggunakan statistika.


(22)

D. Definisi Operasional

Agar maksud penelitian bisa lebih dipahami dan untuk menyamakan persepsi mengenai penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi istilah dalam penelitian ini, yakni:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau tibul dari sesuatu (benda,orang) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. (Tim Penyusun Kamus bahasa, 1989: 64). Maksud pengaruh dalam penelitian ini adalah Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

2. Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan

Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur keterlaksanaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Perencanaan

Perencanaan dalam penelitian ini mengandung pengertian tentang kompetensi kepala sekolah dalam merencanakan pengelolaan sarana-prasarana sekolah yang meliputi analisis kebutuhan, analisi anggaran, dan menyusun skala prioritas kebutuhan berdasarkan visi, misi serta tujuan sekolah.

2) Pengadaan

Pengadaan diartikan sebagai upaya merealisasikan rencana yang telah disusun sebelumnya. Dalam penelitian ini, pengadaan dalam proses manajemen sarana prasarana pendidikan yaitu bagaimana kepala sekolah yang menjadi sampel penelitian ini merealisasikan pengadaan sarana dan prasarana berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dengan memperhatikan kualitas barang yang mengacu pada standar pelayanan minimum yang sesuai dengan anggaran yang telah disediakan baik itu dengan cara membeli langsung ataupun terhadap rekanan.

3) Pendistribusian

Dalam penelitian ini, pendistribusian mengandung pengertian bahwa ketepatan waktu pendistribusian dan ketepatan sasaran penyampaiannya (sesuai dengan permintaan dan kebutuhan).


(23)

70

4) Penggunaan

Penggunaan dalam penelitian ini yaitu kompetensi personal kepala sekolah dalam menggunakan sarana prasarana yang telah ada. Selain itu dalam indikator ini juga melingkupi kompetensi kepala sekolah yang menjadi sampel selalu memastikan dan mengatur jadwal penggunaan sarana untuk pembelajaran serta memastikan kemudahan penggunaan sarana prasarana terhadap personel sekolah.

5) Inventarisasi

Inventarisasi merupakan kegiatan pencatatan atau pendaftaran barang-barang secara tertib dan teratur. Dalam penelitian ini inventarisasi berarti kepala sekolah rutin melaksanakan proses inventarisasi barang yang meliputi pencatatan setiap transaksi sarana prasarana baik itu pembelian maupun penerimaan barang dan juga mencatat kondisi barang yang selalu dilaporkan pada pihak yang terkait secara rutin.

6) Pemeliharaan

Pemeliharaan dalam penelitian ini berarti kepala sekolah menggangarkan biaya khusus untuk pemeliharaan sarana prasrana sekolah yang telah ada serta memiliki usaha-usaha untuk mencegah kerusakan.

7) Penghapusan

Penghapusan dalam penelitian ini adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik lembaga dari daftar inventaris dengan cara mengelompokkan sarana-prasarana yang akan dihapus. Serta melakasanakan penghapusan sarana prasarana ketika barang tersebut memang sudah benar-benar tidak terpakai.

3. Mutu Layanan Pembelajaran

Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, Pudji Muljono (2006:29) menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu:. 1) Kesesuaian meliputi indikator yaitu sepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan atau nilai baru dalam pendidikan.


(24)

2) Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga clan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, clan suasana yang akrab hangat dan merangsang pembentukan kepribadian peserta didik. 3) Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau

dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem

(sistematik), yaitu dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pernbelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah). 4) Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu,

biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah mengembangkan berbagai faktor internal


(25)

72

maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan.

5) Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 148) bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian, sedangkan Arikunto (2006:101) mengemukakan bahwa instrumen penelitian/pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Untuk memperoleh data yang diperlukan, dibutuhkan alat pengumpul data yang sesuai dengan karakteristik sumber data yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner (angket). Angket adalah suatu alat penelitian secara tertulis yang tujuannya untuk memperoleh informasi/keterangan tentang fakta yang diketahui oleh subjek penelitian dalam masalah yang sedang diteliti, sebagaimana yang dikemukakan oleh S. Nasution (1996:128) bahwa angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden.


(26)

Jenis angket yang disebarkan berupa angket berstruktur yang sering pula disebut angket tertutup, dimana setiap pernyataan disertai dengan alternatif jawaban hal ini sesuai dengan pendapat Suharsini Arikunto (1998:141) bahwa kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehungga responden tinggal memilih. Untuk itu responden hanya melakukan pilihan terhadap jawaban yang sesuai dengan pengalamannya dan cukup memberikan tanda checklist pada alternatif jawaban yang disediakan.

Angket atau kuesioner inilah yang dijadikan peneliti sebagai alat pengumpul data untuk mencari data mengenai Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

Penggunaan angket tertutup dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa alasan diantaranya:

1) Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti bersifat kuantitatif. 2) Responden akan lebih leluasa dalam memberikan jawaban.

3) Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam penghimpunan data.

4) Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan memudahkan untuk mengolahnya.

Langkah awal dari penyusunan kuesioner yaitu menentukan dan menetapkan variable X dan variable Y. Setelah ditetapkan variabelnya, tahap selanjutnya yaitu memberikan definisi operasional dari setiap variabelnya dan selanjutnya ditentukan indicator-indikator yang akan diukur. Setelah itu, indicator tersebut dipaparkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan dengan menyusun kisi-kisi kuesioner. Kemudian menetapkan criteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban yaitu menggunakan skala likert. Untuk memudahkan penyusunan kuesioner penelitian, berikut kisi-kisi kuesioner penelitian :


(27)

74

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian

Variabel Indikator Sub Indikator No item

Manajemen Sarana-Prasarana

Perencanaan 1)Pemahaman visi, misi dan tujuan pengelolaan sarana-prasarana 2)Analisis kebutuhan

3)Analisis anggaran

4)Menyusun skala prioritas kebutuhan

1

2,3,4 5 6

Pengadaan 1)Prosedur pengadaan

2)Kesesuaian dengan perencanaan 3)Kualitas barang

4)Mengacu kepada SPM

7 8 9 10 Pendistribusian 1)Ketepatan pendistribusian 11,12 Penggunaan 1)Pengaturan jadwal

2)Pemanfaatan untuk pembelajaran 3)Kemampuan untuk menggunakan

sarama-prasarana yang ada 4)Kemudahan menggunakan

sarana-prasarana yang ada

13 14,15

16

17

Inventarisasi 1)Pencatatan 2)Pelaporan

18 19 Pemeliharaan 1)Waktu pemeliharaan

2)Usaha-usaha mencegah kerusakan 3)Budget/pembiayaan pemeliharaan

20,21 22 23 Penghapusan 1)Pengelompokan sarana dan

prasarana yang akan di hapus 2)Pelaksanaan penghapusan

24

25


(28)

Rincian kisi-kisi dapat dilihat selengkapnya pada lampiran. Instrument penelitian ini digunakan untuk pengukuran dengan tujuan menghasilkan data yang akurat, maka setiap instrument harus mempunyai skala. Hal tersebut diungkapkan oleh Sugiyono (2010:33) bahwa :

“Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang-pendeknya interval yang ada dalam alat ukur. Sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif”.

Menurut Ridwan (2009:87) bahwa skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert yaitu skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian gejala sosial

Setelah menentukan alat pengumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah menyusun alat pengumpulan data agar valid dan reliabel. Untuk itu prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu variabel X (Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan) dan variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran).

b. Menentukan indikator dari masing-masing variabel tersebut dan mengidentifikasikan sub indikatornya, yaitu dimana variabel X (Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan) dan variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran) dengan beberapa indikator seperti yang telah disebutkan dalam bagian sebelumnya.

c. Menyusun kisi-kisi angket.

d. Menyusun pernyataan dari masing-masing variabel disertai dengan alternatif jawabannya.

e. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban.


(29)

76

Tabel 3. 3

Alternatif Jawaban dan Bobot Nilai Variabel Penelitian

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum kegiatan pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan, angket yang akan digunakan terlebih dahulu diuji cobakan kepada responden yang sama atau responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang sebenarnya. Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang mungkin ada dalam item angket berkaitan dengan maksud pernyataan, alternatif jawaban maupun jawaban.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji coba angket pada 3 SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung. yang dipilih secara acak. Setelah angket diuji cobakan selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Dengan diketahui validitas dan reliabilitas alat pengumpul data, maka diharapkan hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggung jawabkan.

a. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti. Sugiyono (2010:137) mengemukakan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Alternatif Jawaban

Bobot Nilai Variabel X

(Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan)

Variabel Y (Mutu Layanan

Pembelajaran)

Selalu (SL) Selalu (SL) 5

Sering (SR) Sering (SR) 4

Kadang-Kadang (KD) Kadang-Kadang (KD) 3

Jarang (JR) Jarang (JR) 2


(30)

Dalam penelitian ini, pengujian validitas dilakukan langsung pada responden atau sampel yang akan diteliti.

1) Dalam pengujian validitas instrumen ini, penulis menguji validitasnya per item dengan menggunakan rumus Product Moment, dengan rumusnya yaitu :

(Akdon dan Sahlan, 2005:144) Keterangan:

rhitung = Koefisien Korelasi = Jumlah Skor item

= Jumlah Skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

2) Hasil perhitungan uji validitas setiap item untuk setiap variabel penelitian terlampir dalam daftar lampiran. Sedangkan disini hanya disajikan rekapitulasi hasil uji validitas dari Variabel X (Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan) dan Variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran) yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Variabel X

(Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan) No Item r hitung Batas Kritis Kesimpulan

1 0,796 0,300 Valid

2 0,799 0,300 Valid

3 0,568 0,300 Valid

4 0,746 0,300 Valid

5 0,827 0,300 Valid

6 0,765 0,300 Valid

7 0,475 0,300 Valid

8 0,773 0,300 Valid

X

Y

   

 

 

  2 2 1 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rhitung


(31)

78

No Item r hitung Batas Kritis Kesimpulan

9 0,666 0,300 Valid

10 0,614 0,300 Valid

11 0,582 0,300 Valid

12 0,465 0,300 Valid

13 0,739 0,300 Valid

14 0,825 0,300 Valid

15 0,865 0,300 Valid

16 0,619 0,300 Valid

17 0,804 0,300 Valid

18 0,835 0,300 Valid

19 0,585 0,300 Valid

20 0,780 0,300 Valid

21 0,691 0,300 Valid

22 0,765 0,300 Valid

23 0,699 0,300 Valid

24 0,876 0,300 Valid

25 0,483 0,300 Valid

Tabel 3. 5

Hasil Uji Validitas Variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran)

No Item r hitung Batas Kritis Kesimpulan

1 0,778 0,300 Valid

2 0,759 0,300 Valid

3 0,755 0,300 Valid

4 0,786 0,300 Valid

5 0,411 0,300 Valid

6 0,778 0,300 Valid

7 0,616 0,300 Valid

8 0,427 0,300 Valid

9 0,626 0,300 Valid


(32)

No Item r hitung Batas Kritis Kesimpulan

10 0,682 0,300 Valid

11 0,811 0,300 Valid

12 0,761 0,300 Valid

13 0,726 0,300 Valid

14 0,753 0,300 Valid

15 0,368 0,300 Valid

16 0,503 0,300 Valid

17 0,497 0,300 Valid

18 0,309 0,300 Valid

19 0,637 0,300 Valid

20 0,656 0,300 Valid

21 0,706 0,300 Valid

22 0,479 0,300 Valid

23 0,775 0,300 Valid

24 0,596 0,300 Valid

25 0,863 0,300 Valid

26 0,726 0,300 Valid

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap sama (konstan). Menurut Bachrudin (2008:88) bahwa suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien Alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,7.

Untuk menguji tingkat reliabilitas instrumen, penulis menggunakan metode Alpha yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Rumus yang digunakan sebagaimana dikemukakan Akdon & Hadi (2005:161) sebagai berikut :


(33)

80

Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2010, perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 4. Nilai reliabilitas yang didapatkan dari hasil perhitungan uji reliabilitas (r₁₁), kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel r product moment, dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 30 – 1 = 29, dan dengan signifikansi sebesar 5%. Sehingga dapat diperoleh nilai rtabel = 0.3550. Adapun keputusan untuk membandingkan r11 dengan rtabeladalah sebagai berikut:

a. Jika r11> rtabel berarti Reliabel; dan b. Jika r11< rtabelberarti Tidak Reliabel.

Adapun hasil perhitungan uji reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2010 untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

a. Hasil uji reliabilitas variabel X (Manajeman Sarana dan Prasarana)

r₁₁ = [k − ] . [ − k ∑ ᵢ� ]

r₁₁ = [ − ] .[ − ,, ]

r₁₁ = [ , ] . [ − , ]

r₁₁ = [ , ] . [ , ]

r₁₁ = ,

Dari hasil perhitungan uji validitas tersebut diperoleh bahwa rhitung = 0,957, dan rtabel = 0,3550. Sehingga dapat dikatakan bahwa r11> rtabel, maka seluruh item instrumen variabel X (manajeman sarana dan prasarana) yang berjumlah 25 dapat dinyatakan Reliabel.

t i

S

S

k

k

r

.

1

1

11

Dimana:

r 11 = Nilai reliabilitas

∑Si = Jumlah varians skor tiap item

S t = Varians Total


(34)

b. Hasil uji reliabilitas variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran)

r₁₁ = [k − ] . [ − k ∑ ᵢ� ]

r₁₁ = [ − ] .[ − ,, ]

r₁₁ = [ , ] . [ − , ]

r₁₁ = [ , ] . [ , ]

r₁₁ = ,

Dari hasil perhitungan uji validitas tersebut diperoleh bahwa rhitung = 0,944, dan rtabel = 0,3550. Sehingga dapat dikatakan bahwa r11> rtabel, maka seluruh item instrumen variabel Y (mutu layanan pembelajaran) yang berjumlah 26 dapat dinyatakan Reliabel.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan maslah penelitian. Adapun dalam pengumpulan data tersebut untuk memperoleh data diperlukan teknik-teknik tertentu, sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hermawan Wasito (1995:69), bahwa pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian. Data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahasa analisis dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, pengumpulan data harus dilakukan dengan sistematis, terarah, dan sesuai dengan masalah penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah melalui penyebaran angket atau kuesioner. Arikunto (2006: 151) mengemukakan bahwa “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.” Dipandang dari cara menjawabnya, angket terdiri dari angket terbuka dan angket tertutup. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto, bahwa:


(35)

82

1. Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

2. Kuesiner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

Melalui penggunakaan angket tertutup tersebut, maka akan memberikan kemudahan kepada responden dalam menjawab pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti. Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa penyataan yang mengungkapkan tentang Manejeman Sarana dan Prasarana dan Mutu Layanan Pembelajaran.

H. Analisis Data

Mengolah data adalah salah satu langkah yang penting dalam kegiatan penelitian. Langkah ini dilakukan agar data yang telah terkumpul mempunyai arti dan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai suatu jawaban dari permasalahan yang diteliti. Menurut Nazir (2003:346) menyatakan bahwa analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan dilakukan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Dengan melakukan analisis data, dapat diperoleh kesimpulan atas generalisasi masalah yang diteliti, baik berupa implikasi-implikasi maupun rekomendasi untuk kebijakan selanjutnya. Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seleksi Angket

Proses seleksi angket merupakan kegiatan awal atau dalam menganalisis data, yaitu peneliti memeriksa kelengkapan angket yang telah terkumpul setelah disebarkan. Kegiatan ini penting dilakukan untuk meyakinkan bahwa data-data yang telah terkumpul siap untuk diolah lebih lanjut. Angket dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka dapat diberikan kepada responden secara langsung dan dikirim melalui pos atau media internet. Adapun langkah-langkah dalam tahap seleksi angket, sebagai berikut :

a. Memeriksa apakah data semua angket dari responden telah terkumpul

b. Memeriksa apakah semua pertanyaan/pernyataan dijawab sesuai petunjuk yang diberikan


(36)

c. Memeriksa apakah data yang telah terkumpul tersebut layak untuk diolah. Data dinyatakan layak diolah, manakala data tersebut telah memenuhi kelengkapan seperti yang dijelaskan pada poin-poin di atas.

2. Klasifikasi Data

Tahap selanjutnya setelah proses seleksi angket adalah klasifikasi data. Data diklasifikasikan berdasarkan variabel penelitian, yaitu variabel X dan variabel Y. Kemudian dilakukan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pengklasifikasiaan ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan skor-skor responden terhadap dua variabel yang diteliti. Kriteria yang digunakan dalam pemberian skor ini yaitu menggunakan Skala Likert. Jumlah skor yang diperoleh dari responden merupakan skor mentah dari setiap variabel yang berfungsi sebagai sumber pengolahan data selanjutnya.

3. Perhitungan dengan menggunkan teknik Weighted Means Score (WMS)

Perhitungan dengan teknik ini dimaksudkan untuk menentukan kedudukan setiap item sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut:

a. Menentukan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban

b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih

c. Mencari jumlah nilai jawaban yang dipilih responden pada tiap pernyataan yaitu dengan cara menghitung frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban tersebut, kemudian kalikan dengan alternatif itu sendiri.

d. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap butir pertanyaan dalam bagian angket, dengan menggunakan rumus:

e. Menentukan kriteria pengelompokkan WMS untuk skor rata-rata setiap kemungkinan jawaban. Kriterianya sebagai berikut:

X

N

X

X

Keterangan : = Nilai rata-rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali bobot untuk setiap alternatif kategori) N = Jumlah responden


(37)

84

Tabel 3. 6

Konsultasi Hasil Perhitungan WMS Rentang

nilai

Kriteria Penafsiran

Variabel X Variabel Y

4,01-5,00 Sangat Baik Selalu Selalu

3,01-4,00 Baik Sering Sering

2,01-3,00 Cukup

Kadang-kadang

Kadang-kadang

1,01-2,00 Rendah Jarang Jarang

0,01-1,00

Sangat

Rendah Tidak Pernah Tidak Pernah

4. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku untuk Setiap Variabel

Dalam proses mengubah skor mentah menjadi skor baku untuk setiap variabel dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Riduwan, 2013: 131):

ᵢ = + . ᵢ –

Keterangan

Ti : Skor baku Xi : Skor mentah S : Standar deviasi X : Rata-rata (Mean)

Mengubah skor mentah menjadi skor baku pada dasarnya adalah mengubah data ordinal menjadi data interval yang digunakan dalam analisis dat angka baku atau skor baku. Berikut langkah-langkah yang dilakukan untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku untuk setiap variabel adalah sebagai berikut:

a. Menentukan skor terbesar dan skor terkecil. b. Menentukan nilai rentangan (R) dengan rumus:


(38)

c. Menentukan banyaknya kelas (BK) dengan menggunakan rumus Sturgess, yaitu:

BK = 1 + 3,3 (log n)

d. Menentukan nilai panjang kelas (i), yaitu dengan cara mengurangkan rentangan (R) dengan banyak kelas BK. Adapun rumus tersebut sebagai berikut:

i =BKR

e. Membuat tabel penolong distribusi frekuensi sesuai dengan nilai banyak kelas (BK) dan nilai panjang kelas (i) yang telah ditentukan sebelumnya.

f. Menentukan rata-rata (mean) dengan menggunakan rumus:

X = ∑ �ᵢ

g. Menentukan simpangan baku atau standar deviasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= √�. ∑� ᵢ� . � −– ∑� ᵢ ²

h. Mengubah skor mentah menjadi skor baku dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ᵢ = + . ᵢ –

5. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui teknik yang akan digunakan dalam pengolahan data selanjutnya yaitu apakah pengolahan data menggunakan analisis parametrik atau non parametrik. Analisis regresi linear merupakan analisis parametrik, sehingga dalam analisis regresi linear harus


(39)

86

memenuhi asumsi bahwa residu berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas residu dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Rumuskan hipotesis statistiknya, yaitu :

0 0

H : ( )F xF x( ) { Residu berdistribusi normal }

1 0

H : ( )F xF x( ){ Residu tidak berdistribusi normal } 2. Tentukan 

3. Tentukan statistik uji :

0

( ) ( )

n n

DMaksimum S xF x

Dengan,

F0(x) = fungsi distribusi kumulatif yang dihipotesiskan

Sn(x) = fungsi distribusi kumulatif empiris dari data pengamatan.

4. Buat kriteria uji, yaitu :

Tolak H0 Jika Dn ≥ DTabel atau Pvalue≤  , terima dalam hal lain. Dengan

6. Pengujian Hipotesis Penelitian

Setelah selesai pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan menguji hipotesis guna menganalisis data yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Adapun hal-hal yang akan dianalisis berdasarkan hubungan antar variabel yaitu sebagai berikut:

a. Perhitungan Koefisien Korelasi

Kegunaan dari uji korelasi adalah untuk mengetahui tentang keterkaitan antar variabel dalam suatu penelitian dengan menggunakan teknik-teknik statistik. Sedangkan koefisien korelasi menunjukkan kuat lemahnya hubungan antar variabel serta memperlihatkan arah korelasi antara variabel yang diteliti, apakah positif atau negatif. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi adalah dengan rumus Pearson Product Moment (Akdon 2005:188)

sebagai berikut:

  

 

2 2

2

 

2

.

.

.

.

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

hitung


(40)

Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam mencari koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

1) Membuat H1 dan Ho dalam bentuk kalimat:

H0: Tidak terdapat kuat hubungan yang linear antara manajeman sarana dan prasarana dengan mutu layanan pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

H1: Terdapat kuat hubungan yang linear antara manajeman sarana dan prasarana dengan mutu layanan pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

2) Membuat tabel nilai-nilai untuk menghitung Korelasi Person Product

Moment

3) Mencari rhitung dengan menggunakan rumus di atas

4) Mencari besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y 5) Menguji signifikasi dengan rumus thitung

�ℎ� � = r√n −

√ − r²

Keterangan:

thitung = Nilai thitung

r = Koefisien korelasi hasil rhitung n = Jumlah responden

Kriteria uji : Tolak Ho jika thitung ≥ ttabel (α;n-2), terima dalam hal lain. 6) Membuat kesimpulan

7) Menafsirkan besarnya koefisien korelasi dengan klasifikasi sebagaimana yang dijelaskan Akdon dan Sahlan Hadi (2005:188) sebagai berikut:

Tabel 3. 7

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Nilai r Kategori

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat


(41)

88

b. Model Regresi Linear

Supangat (2006:330) menjelaskan bahwa analisis regresi adalah analisis regresi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu antara variabel bergantung (dependent variable), dengan variabel bebasnya (independent variable) dengan maksud bahwa dari hubungan tersebut dapat memperkirakan (memprediksi) besarnya dampak kuantitatif yang terjadi perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya.

Dimana nilai �̂ dan �̂ dicari terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

1. Rumus untuk menghitung estimasi nilai �̂ : Dimana :

2. Rumus untuk menghitung estimasi nilai �̂ : Dengan,

X = Variabel Independen Y = Variabel Dependen

̅ = Rata-Rata Variabel Independen

̅ = Rata-Rata Variabel Dependen n = Banyaknya sampel

�̂ = Konstanta Intersepsi

�̂ = Angka arah atau koefisien regresi variabel independen

c. Uji Statistik Student (Uji t)

Menurut Supangat (2006:296) pengujian hipotesis adalah membuat kesimpulan sementara untuk melakukan penyanggahan dan atau pembenaran dari permasalahan yang akan ditelaah.Untuk menguji pengaruh manajeman sarana dan prasarana terhadap mutu layanan pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari

0 1

ˆ

Y

X

 

 



2

1 2 2

X Y X XY

ˆ

n X X

  

 


(42)

Kota Bandung, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan rumusan sebagai berikut :

H0 : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antara manajeman sarana dan prasarana terhadap mutu layanan pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung

H1 : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan antara manajeman sarana dan prasarana terhadap mutu layanan pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung

Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari koefisien regresi, maka penulis menggunakan statistik Uji t menurut Damodar Gujarati (2004;74), digunakan statistik uji t dengan rumus sebagai berikut

i

i

t

se

t = Statistik uji signifikasi pengaruh X terhadap Y

i

 = koefisien regresi dimana i = 0,1

i

se = standar eror koefisien regresi

Pengambilan keputusan diambil dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : 1. Jika thitung> ttabel, maka H0 ditolak, dan H1 diterima;

2. Jika thitung< ttabel, maka H0 diterima, dan H1 ditolak.

Kemudian hal tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kurva Hipotesis

Daerah Penerimaan H0

Daerah penolakan Ho

- t tabel (α / 2, df) 0 t tabel (α / 2, df)

Daerah penolakan Ho


(43)

90

d. Koefisien Determinasi

Menurut Supangat (2006;350) bahwa koefisien determinasi adalah merupakan ukuran (besaran) untuk menyatakan tingkat kekuatan hubungan dalam bentuk persen (%) besaran ini dinyatakan dengan notasi R. dimana R = r2.

Rumus yang digunakan adalah:

Dimana :

Kd = Koefisien Determinasi R = Koefisien Korelasi


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan dianalisis berdasarkan pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu Manajeman Sarana dan Prasarana terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung, selanjutnya hasil analisis dari penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi semua pihak yang berkepentingan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengolahan data, analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan mengacu kepada teori-teori yang relevan, maka secara rinci dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Manajeman sarana dan prasarana di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung yaitu SMPN 12, 15 dan 29 Kota Bandung tergolong Baik. hal ini dapat terlihat dari indikator-indikator yaitu perencanaan, pengadaan pendistribusian, penggunaan, inventarisasi, pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana. Pada variabel Manajeman Sarana dan Prasarana (X) indicator yang memiliki nilai tertinggi dengan nilai sebesar 3,65, yaitu pada indicator pengadaan sarana dan prasarana hal tersebut berkaitan dengan kecenderungan pengadaan mengikuti prosedur dan SPM yang berlaku serta memperhatikan kualitas sarana dan prasarana yang akan dibeli. Adapun nilai rata-rata terendah diperoleh indikator inventarisasi yang memiliki nilai 2,21 hal tersebut dikarenakan kelemahan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan sarana dan prasarana baik yang baru transaksi maupun yang sudah ada dan dapat disimpulkan sebagai kelemahan dalam variabel manajeman sarana dan prasarana


(45)

126

2. Mutu Layanan Pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung yaitu SMPN 12, 15 dan 29 Kota Bandung tergolong Baik. hal ini dapat terlihat dari indikator-indikator yaitu mutu mengajar (Reliability), kelancaran layanan pembelajaran (Empathy), Umpan balik yang diterima siswa (Assurance), layanan keseharian guru terhadap siswa (Responsiveness), kepuasan siswa terhadap layanan mengajar guru (Empathy) kenyamanan ruang kelas (Tangibility) dan ketersediaan fasilitas belajar (Tangibility). Pada variabel Mutu Layanan Pembelajaran (Y) indikator yang memiliki nilai tertinggi dengan nilai sebesar 3,77 yaitu pada indikator kelancaran layanan pembelajaran hal tersebut berkaitan dengan guru-guru sering datang tepat waktu setiap akan melaksanakan pembelajaran, sering hadir ke kelas tidak pernah kurang dari 80% setiap bulannya dan sering membuat suasana yang nyaman bagi siswa saat proses belajar mengajar. Adapun nilai rata-rata terendah diperoleh indikator ketersediaan fasilitas belajar yang memiliki nilai 3,26 dan dapat disimpulkan sebagai kelemahan dalam variabel mutu layanan pembelajaran.

3.

Pengaruh Manajeman Sarana dan Prasarana terhadap Mutu Layanan Pembelajaran termasuk kategori sangat tinggi. Hasil pengujian determinasi diperoleh besarnya pengaruh antara variabel X (Manajeman Sarana dan Prasarana) terhadap variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran) sebesar 86,6% dan sisanya sebesar 13,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak penulis teliti. Dari hasil perhitungan Coefficient dapat diketahui bahwa,thitung sebesar 18,991 dan ttabel sebesar 2,0032. Sehingga thitung > ttabel yaitu 18,991 > 2,0032. Hal ini menyatakan bahwa terhadap hubungan fungsional yang signifikan antara variabel X (Manajeman Sarana dan Prasarana) terhadap variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran), artinya terdapat pengaruh signifikan antara manajeman sarana dan prasarana terhadap mutu layanan pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung dan hipotesis yang diajukan dapat diterima.


(1)

125

Widia Indah Nirmala, 2015

PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMPN SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan dianalisis berdasarkan pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu Manajeman Sarana dan Prasarana terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung, selanjutnya hasil analisis dari penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi semua pihak yang berkepentingan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengolahan data, analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan mengacu kepada teori-teori yang relevan, maka secara rinci dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Manajeman sarana dan prasarana di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota

Bandung yaitu SMPN 12, 15 dan 29 Kota Bandung tergolong Baik. hal ini dapat terlihat dari indikator-indikator yaitu perencanaan, pengadaan pendistribusian, penggunaan, inventarisasi, pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana. Pada variabel Manajeman Sarana dan Prasarana (X) indicator yang memiliki nilai tertinggi dengan nilai sebesar 3,65, yaitu pada indicator pengadaan sarana dan prasarana hal tersebut berkaitan dengan kecenderungan pengadaan mengikuti prosedur dan SPM yang berlaku serta memperhatikan kualitas sarana dan prasarana yang akan dibeli. Adapun nilai rata-rata terendah diperoleh indikator inventarisasi yang memiliki nilai 2,21 hal tersebut dikarenakan kelemahan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan sarana dan prasarana baik yang baru transaksi maupun yang sudah ada dan dapat disimpulkan sebagai kelemahan dalam variabel manajeman sarana dan prasarana


(2)

Widia Indah Nirmala, 2015

PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMPN SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG

2. Mutu Layanan Pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota

Bandung yaitu SMPN 12, 15 dan 29 Kota Bandung tergolong Baik. hal ini dapat terlihat dari indikator-indikator yaitu mutu mengajar (Reliability), kelancaran layanan pembelajaran (Empathy), Umpan balik yang diterima

siswa (Assurance), layanan keseharian guru terhadap siswa

(Responsiveness), kepuasan siswa terhadap layanan mengajar guru (Empathy) kenyamanan ruang kelas (Tangibility) dan ketersediaan fasilitas belajar (Tangibility). Pada variabel Mutu Layanan Pembelajaran (Y) indikator yang memiliki nilai tertinggi dengan nilai sebesar 3,77 yaitu pada indikator kelancaran layanan pembelajaran hal tersebut berkaitan dengan guru-guru sering datang tepat waktu setiap akan melaksanakan pembelajaran, sering hadir ke kelas tidak pernah kurang dari 80% setiap bulannya dan sering membuat suasana yang nyaman bagi siswa saat proses belajar mengajar. Adapun nilai rata-rata terendah diperoleh indikator ketersediaan fasilitas belajar yang memiliki nilai 3,26 dan dapat disimpulkan sebagai kelemahan dalam variabel mutu layanan pembelajaran.

3.

Pengaruh Manajeman Sarana dan Prasarana terhadap Mutu Layanan

Pembelajaran termasuk kategori sangat tinggi. Hasil pengujian determinasi diperoleh besarnya pengaruh antara variabel X (Manajeman Sarana dan Prasarana) terhadap variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran) sebesar 86,6% dan sisanya sebesar 13,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak penulis teliti. Dari hasil perhitungan Coefficient dapat diketahui bahwa,thitung

sebesar 18,991 dan ttabel sebesar 2,0032. Sehingga thitung > ttabel yaitu 18,991

> 2,0032. Hal ini menyatakan bahwa terhadap hubungan fungsional yang signifikan antara variabel X (Manajeman Sarana dan Prasarana) terhadap variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran), artinya terdapat pengaruh signifikan antara manajeman sarana dan prasarana terhadap mutu layanan pembelajaran di SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung dan hipotesis yang diajukan dapat diterima.


(3)

127

Widia Indah Nirmala, 2015

PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMPN SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan maka penulis mencoba memberikan beberapa rekomendasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu

1. Peningkatan Manajeman pengelolaan inventarisasi sarana dan prasarana

dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru tentang pencatatan dan pelaporan inventaris sarana dan prasarana serta melakukan evaluasi rutin untuk mengecek kondisi sarana dan prasarana;

2. Pemenuhan ketersediaan fasilitas belajar yang masih belum lengkap seperti

media pembelajaran, alat peraga dan sarana lainnya serta menjaga kondisi kualitas sarana dan prasarana tersebut untuk mendukung proses belajar mengajar dikelas dalam rangka peningkatan mutu layanan pembelajaran.

3. Memberikan kemudahan aturan bagi siswa/siswa dalam menggunakan

sarana dan prasaranan yang ada disekolah sehingga menjadi salah satu cara dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran sekolah terhadap siswa/siswi

4. Sekolah SMPN Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung perlu

mempertimbangkan peningkatan manajeman sarana dan prasarana terhadap kebijakan internal dalam rangka meningkatkan mutu layanan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas sekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan siswa/siswa baru yang berminat untuk bergabung dalam proses belajar mengajar disekolah tersebut.


(4)

Widia Indah Nirmala, 2015

PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMPN SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG

DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Sahlan Hadi. 2005. Aplikasi dan Metode Penelitian Untuk

Administrasi Dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Ali, Mohammad. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bafadal, Ibrahim. 2003. Pengelolaan Perpustakaan. Bandung: Bumi Aksara Bachrudin, Ahmad. 2008. Analisis Data Untuk Penelitian Survei dalam

Menggunakan LISREL, Edisi Pertama. Bandung: Jurusan Statistika

Fakultas MIPA Unpad.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. 2004. Mutu Layanan Pendidikan.

Fauziah, Nia. 2010. Penerapan Manajeman Sarana dan Prasarana Pendidikan di

SMPN 227. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Gujarati, Damodar. 2004. Ekonometrika Dasar. Jakarta:Erlangga

Gumilang, Gilang. 2013. Pengaruh Manajemen Sarana Dan Prasarana Terhadap

Mutu Layanan Sarana Dan Prasarana Diklat Di Pusat Pendidikan Dan Pelatihan (Pusdiklat) Geologi.Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Harold, Koontz & Cyril O’Doniel. 2008. Management Nineth Edition. New York:

McGrawhill Book Company.

Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2004. Visionary Leadership menuju Sekolah

Yang efektif. Jakarta: Bumi Akasara.

Kurniasih, Nia. 2011. Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di SMK Se-Kecamatan Singaparna. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Kuswandi, Wawan. 2002. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset


(5)

129

Widia Indah Nirmala, 2015

PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMPN SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG

MKDK, Tim Dosen. 2005. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI.

Nasution. S. 2005. Merode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nazir, Mohamad. 2003. Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia.

Indonesia

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Menteri pendidikan Nasional No.40 Tahun 2008 Tentang Standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan

Profil Sekolah SMPN 12, 15 dan 29 Bandung.

Ridwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Suhardan, Dadang. 2006. Program Layanan Supervisi Peningkatan Mutu

Pembelajaran. Bandung

Suryana, Asep. 2007. Peningkatan Kualitas Kerja Melalui Pola Pembinaan

(Capacity Building) Dosen Muda Pada Program Studi Administrasi Pendidikan Sps UPI. Bandung.UPI.

Supangat, Andi. 2006. Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis. Bandung : Penerbit. Pustaka.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Surakhmad (1998). Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan


(6)

Widia Indah Nirmala, 2015

PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMPN SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG

Tim Penyusun. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Laporan Buku, Makalah,

Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wasito, Hermawan. 1995. Pengantar Metodologi Penelitian; Buku Panduan

Mahasiswa. Jakarta: Gramedia

Yamin, Martinis. 2009. Manejemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gunung Persada (GP Press).