Studi Komparasi Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin Kota Bandung.

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota tidak terlepas dari pertambahan jumlah penduduk dengan berbagai aktivitas yang beragam dan tingkat mobilitas yang tinggi. Berbagai macam sarana dan prasaran fisik terus dibangun oleh pemerintah untuk menunjang aktivitas penduduk, dengan tujuan meningkatkan tingkat kesejahteraan dan kemajuan penduduk suatu kota. Bertambahnya pembangunan sarana dan prasarana fisik, akan mengakibatkan perubahan fungsi lahan, sehingga lahan terbuka semakin berkurang.

Kota Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat, memiliki letak geografis yang strategis dan Jawa Barat menjadi salah satu daya dukung bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, Bandung berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat industry, pusat kebudayaan, dan pusat transportasi.

Salah satu faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung yaitu sektor perdagangan. Sektor perdagangan merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran strategis dalam mendukung pembangunan nasional sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.

Secara sederhana perdagangan merupakan suatu kegiatan peralihan barang untuk kehidupan sehari- hari dari produsen ke konsumen. Dalam Abdurachmat dan Maryani (1997:55) perdagangan dapat diartikan sebagai:

 Saling tukar benda atau jasa dalam ruang, dalam bentuk proses penjualan dan pembelian barang atau jasa antar wilayah di permukaan bumi.

 Pertukaran barang dan jasa antar individu, masyarakat dan negara meliputi proses pembelian dan penjualan sesuatu barang yang berlebih antar daerah atau region.

Dengan adanya aktivitas perdagangan yang semakin meningkat, maka akan semakin meningkat pula fasilitas-fasilitas yang diperlukan salah satunya adalah pasar.


(2)

Pasar merupakan tempat berjual beli yang disediakan oleh pemerintah daerah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan PERDA Kota Bandung Nomor.19 Tahun 2001 Pasal 1 Poin f, “Pasar adalah tempat yang disediakan dan/atau ditetapkan oleh walikota sebagai tempat berjualan umum atau sebagai tempat memperdagangkan barang dan atau jasa yang berdiri di lahan milik/dikuasai Pemerintah Daerah”.

Sebagai fasilitas umum, pasar harus dapat diakses oleh masyarakat umum agar keberlangsungan pasar tersebut dapat terjamin. Agar dapat di akses dengan baik, suatu pasar harus berada pada lokasi yang strategis, mudah dijangkau oleh konsumen yang ingin berbelanja kesana. Penentuan lokasi pasar ini sangat penting. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kartawidjaja (2001:9) bahawa “lokasi merupakan konsep geografi terpenting karena dapat menunjukan lokasi suatu tempat, benda, atau gejala di permukaan bumi”.

Jika dilihat dari segi lokasi, pasar biasanya cederung mendekati lingkungan pemukiman penduduk. Dalam penentuan lokasi pasar, diperlakukan adanya pertimbangan terhadap beberapa faktor, yaitu jarak dari pemukiman penduduk, transportasi, topografi, dan persebaran penduduk. Jika dalam pemilihan lokasi pasar sudah dinilai tepat, maka akan memberikan kemudahan bagi suatu pasar dan pasar-pasar lainnya untuk saling berinteraksi, begitu pula kemudahan bagi penduduk.

Pasar sebagai pusat perbelanjaan sehari-hari, juga harus memperhatikan faktor-faktor daya tarik pasar terhadap konsumen. Sehingga pasar tersebut dapat berkembang dengan baik. Sebagaimana yang dikemukakan Parnida (2006:13) mengenai daya tarik pasar:

Merupakan daya tarik yang ditimbulkan oleh pasar itu sendiri. Semakin besar daya tarik suatu pasar maka semakin banyak pula orang yang akan berbelanja ke pasar tersebut. hal ini dikarenakan pasar tersebut mampu memberikan kepuasan secara psikologis dan ekonomis bagi konsumen.

Daya tarik pasar diantaranya adalah aksesbilitas menuju pasar, kondisi pasar, keamanan, fasilitas dan jenis barang yang di perjual belikan, kualitas barang dan


(3)

interaksi pedagang. Jika semua pedagang memiliki aspek tersebut maka, perkembangan dan perekonomian pasar akan terjamin. Sebaliknya, jika pasar yang tidak memiliki daya tarik maka akan di tinggalkan oleh konsumen dan pasar tersebut tidak dapat berkembang dengan baik, bahkan pasar tersebut dapat ditutup karena jumlah pedagang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah konsumen yang datang ke pasar tersbut. Dalam hal ini pengelola pasar harus memberikan pelayanan yang memadai agar dapat menarik konsumen untuk mengujungi pasar tersebut.

Diberbagai daerah baik dalam lingkup desa maupun lingkup yang lebih luas lagi yaitu kecamatan maupun kabupaten, pasar telah menjadi bagian penting dalam menunjang kebutuhan masyarakat. Penetuan hirarki pasar dapat melihat keterjangkauan pelayanan yang dapat dilakukan oleh pasar untuk memenuhi kebutuhan masyrakat yang berada di sekitar lokasi pasar.

Menurut data yang di peroleh dari PD.Pasar Kota Bandung, Kota Bandung memiliki dua pasar Induk. Pasar induk yaitu pasar yang dalam kegiatannya merupakan pusat pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat penyimpanan bahan-bahan pangan untuk disalurkan ke pasar-pasar lain. Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin yaitu pasar induk yang dimiliki oleh Kota Bandung. Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin merupakan pasar yang memiliki karakteristik dan fungsi yang sama.

Pasar Induk Gedebage berlokasi di sebelah timur Kota Bandung bertepatan di Kecamatan Panyileukan Kota Bandung. Kondisi jalan menuju Pasar Induk Gedebage kurang baik, karna Pasar Induk Gedebage termasuk daerah yang sangat rentan tekena banjir. Pasar Induk Gedebage menyediakan 246 kios dengan luas pasar 4 Ha, tetapi pada kenyataanya hanya 200 kios saja yang digunakan oleh pedagang di Pasar Induk Gedebage. Para pedagang lebih memilih berjualan dengan membuat lapak baru di tepian jalan pasar. Pasar Induk Gedebage melayani konsumen selama 24 jam sehari. Tetapi konsumen ramai mengunjungi pasar itu pada saat menjelang subuh, karna barang-barang dengan kualitas paling baik baru di antar oleh distributor pada saat malam hari. Barang yang tersedia di Pasar Induk Gedebage yaitu buah-buahan, sayur


(4)

mayur, ikan kering atau ikan asin dan beras dalam jumlah besar. Jika melihat kondisi kebersihan Pasar Induk Gedebage sangat kumuh.

Pasar Induk Caringin yaitu pasar tradisional yang dikelola oleh pihak swasta. Pedagang yang ada di Pasar Induk Caringin awal mulanya berasal dari Pasar Induk Ciroyom yang dipindahkan karna mengganggu kelancaran laju lalulintas disekitar Pasar Ciroyom. Pasar Induk caringin memiliki luas 12,7 Ha menyediakan 420 kios yang dapat digunakan dalam kegaiatan jual beli. Pasar Induk Caringin menyediakan beberapa kebutuhan konsumen seperti buah-buahan, sayur mayur, ikan basah, daging, beras, alat tulis kantor (ATK). Pasar Induk Caringin melayani konsumen pada malam hari terutama pedagang daging dan ikan basah. Untuk pedagang lainnya seperti pedagang alat tulis kantor (ATK), buah-buahan dan sayur mayur melayani konsumen hampir 24 jam, tetapi tidak seluruh pedagang melayani konsumen hanya beberapa pedagang saja yang buka, karna konsumen yang datang ke Pasar Induk lebih sedikit dibandingkan malam hari. Untuk kondisi kebersihan Pasar Induk Caringin cukup terbilang baik, juga dalam pengelolaan fasilitas-fasilitas yang mendukung kenyamanan konsumen dalam berbelanja seperti lahan parker cukup baik.

Berangkat dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “STUDI KOMPARASI PASAR INDUK GEDEBAGE DENGAN PASAR INDUK CARINGIN KOTA BANDUNG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, dirumuskan kedalam beberapa pertanyaan dibawah ini :

1. Bagaimana kondisi fisik Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin ?

2. Bagaimana manjemen di Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin ?

3. Bagaimana karakteristik konsumen dan pedagang di Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin ?


(5)

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui perbedaan fisik di Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin.

2. Mengetahui manajemem pasar yang ada di Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin.

3. Mengetahui perbedan karakteristik konsumen dan pedagang di Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan maka diharapkan member nilai guna diantaranya yaitu :

1. Sebagai suatu perbandingan untuk meningkatkan kualitas pasar agar dapat lebih menarik konsumen yang berkunjung ke pasar induk.

2. Sebagai bahan masukan kepada pedagang sekitar agar dapat melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan fasilitas dan aksesbilitas yang ada di pasar induk. 3. Sebagai rekomendasi kepada pemerintah serta pihak-pihak yang terkait untuk

peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.

E. Struktur Organisasi Skripsi 1. BAB I

Pendahuluan yaitu memaparkan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 2. BAB II

Kajian Pustaka yaitu menguraikan teori-teori yang relevan berkaitan dengan pengertian pasar, jenis-jenis pasar, daya tarik pasar, teori lokasi, teori aksesibiltas dan teoridaya dukung


(6)

Metode Penelitian yaitu menjelaskan cara-cara yang ditempuh dalam penelitian. Hal tersebut berisi lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, , teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

4. BAB IV

Hasil danPembahasan yaitu mendeskripsikan mengenaihasil yang didapat dari penelitian di lapangan disesuaikan dengan rumusan masalah pada Bab I dan pembahasan mengenaihasil penelitian yang didapat berdasarkan teori-teori yang terdapat pada Bab II.

5. BAB V

Kesimpulan dan Saran yaitu menyimpulkan dari jawaban rumusan masalah dan memberikan saran-saran dari hasil penelitian tersebut.


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian 1. Lokasi Absolut

Kota Bandung terletak diwilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu Kota Provinsi. Secara astronomis Kota Bandung terletak diantara 107o36’ BT dan 6o55’ LS. Sedangkan secara administrative, Kota Bandung berbatasan dengan daerah :

a. Di sebelah barat berbatasan dengan Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat.

b. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat (Kecamatan Cisarua, Kecamatan Lembang, Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Cilengkrong).

c. Disebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung d. Disebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Buah batu, Kecamatan

Margaasih, Kecamatan Margahayu, dan Kecamatan Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung

2. Lokasi Relatif

Pasar Induk Gedebage berada di bagian timur Kota Bandung, Pasar Induk Gedebage berlokasi di Jln. Soekarno Hatta Km 125, Bandung, untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum yaitu angkutan umum trayek Simpang Dago – Panyileukan dengan warna pink, angkutan umum trayek Dipatiukur – Panghegar dengan warna putih dengan strip kunin), angkutan umum trayek Stasiun Hall – Gedebage dengan warna hijau muda, angkutan umum trayek Majalaya – Gedebage dengan warna hijau tua strip merah dan Cicadas – Cibiru dengan warna hijau tua strip putih.

Pasar Induk Caringin berada di bagian barat Kota Bandung, Pasar Induk Caringin berlokasi di Jln. Soekarno Hatta Km 23, untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum yaitu angkutan umum trayek


(8)

Caringin – Dago dengn warna oranye, angkutan umum trayek Sadang Serang – Caringin berwarna biru muda dengan stirp hijau tua.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono (2008:17) menjelaskan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemdian ditarik kesimpulannya.” Populasi dalam penelitian ini adalah pasar induk yang berada di Kota Bandung yaitu Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2008:118) menjelaskan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sampel yang di ambil dalam penelitian ini yaitu Pasar Induk, di Kota Bandung terdapat dua Pasar Induk yaitu pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin. Dalam penelitian ini untuk mengambil sampel wilayah dan sampel responden konsumen yang berada di Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin.

a. Sampel Wilayah

Sampel wilayah yang diambil adalah di Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin.

b. Sampel Responden

Sampel responden pada penelitian ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu responden konsumen, dan sampel responden pedagang yang berada di Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin:

1.) Sampel Responden Konsumen

Sampel responden pada penelitian ini yaitu responden konsumen, yang berada di Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin. Penarikan sampel konsumen dilakukan dengan cara acidental sampling. Menurut Sugiyono (2008:1) sampling aksidental adalah “teknik penentuan sampel berdasarkan


(9)

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data”. Sampel konsumen dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengunjungi daerah penelitian dalam waktu yang sama dengan peneliti. Jumlah sampel yang di ambil yaitu 40 orang atau responden di masing-masing pasar.

2.) Sampel Responden Pedagang

Pada sampel responden pedagang diambil dengan menggunakan teknik sampel acak sederhana (simple random sample) dimana dalam pengambilan sampelnya peneliti mencampur subjek-subjek di dalampopulasi sehingga subjek dianggap sama.

Untuk menentukan besarnya sampel, Sumatmadja (1988:113) mengatakan bahwa “untuk menentukan besarnya sampel tidak ada ketentuan yang pasti, besar angkanya dapat berkisar 10-25%. “Sejalan dengan pendapat di atas, Tika (2002:33) menjelaskan bahwa “belum ada ketentuan yang jelas tentang batas minimal besarnya sampel. Namun, dalam teori sampling dikatakan bahwa sampel yang terkecil dan dapat mewakili distribusi normal adalah 30.” Untuk penelitian ini diambil 40 responden dari konsumen dan pedagang untuk menghindari kekurangan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

C. Metode Penelitian

Denial (2007: 50) menjelaskan bahwa “metode pada dasarnya merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dalam tulisan ilmiah metode adalah kuncinya, jika metodenya keliru maka bahasan dan subtansinya tidak akan diperoleh”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang ada di daerah penelitian. Penelitian tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data itu


(10)

sendiri. Menurut Tika (2005:4) tujuan dari penelitian deskriptif ini mengarah pada

“Pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan

mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis”.

Adapun ciri-ciri dari penelitian deskriptif ini yang di kemukakan oleh Narbuko dan Achmadi (2004:44) yaitu :

1. Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bias mengajukan hipotesis atau tidak.

2. Merancang cara pendekatannya, hal ini meliputi macam datanya, penentuan sampelnya, penentuan metode, pengumpulan datanya, melatih para tenaga lapangan dan sebagainya

3. Mengumpulkan data 4. Menyusun laporan D. Varibael Penelitian

Sugiyono (2008:118) ,mengemukakan bahwa “variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat, atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel tunggal, dalam variabel ini terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan penelitian ini. Yang di jelaskan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Variabel Penelitian

No Variabel Indikator

1 Komparasi Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Kota Bandung Fisik

a. Lokasi

b. Aksesibilitas

c. Daya Tampung

2 Manajemen

d. Sejarah

e. Tujuan dan Visi

f. Setting Keruangan

3 Karakteristik g. Konsumen h. Pedagang


(11)

E. Definisi Operasional

Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Komparasi Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin Kota Bandung“. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam proposal penelitian ini, maka penulis menggunakan definisi operasional mengenai judul tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Studi Komparasi

Dalam penelitian komparasi, dijelaskan Sudjud dalam Pabundu Tika (2002:236). Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang.. dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan-pandangan orang, grup atau Negara, terhadap kasus, terhadap orang atau terhadap ide-ide. Dalam penelitian ini akan mengemukakan perbandingan persamaan atau perbedaan dalam segi lokasi (aksesibilitas) maupun daya dukung yang ada di Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin.

2. Pasar Induk

Pasar yang dalam kegiatannya merupakan pusat kegiatan, pusat pelelangan, dan pusat penyimpanan barang-barang pangan untuk disalurkan pada pasar-pasar lain. Menurut Setiadi (2000:5) merupakan pusat penampungan barang sebelum didistribusikan ke pasar umum atau ke pengecer. Di pasar ini akan terjadi transaksi harga antara pedagang daerah dengan penampung/agen/pemilik kios.

3. Lokasi (Aksesibilitas)

Salah satu faktor menentukan suatu lokasi menarik atau tidak menarik untuk dikunjungi adalah tingkat aksesibilitas. Menurut Tarigan (2008:78) “tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya”. Menurut pendapat James J. Spillane (1997:38) “Aksesibilitas adalah: Kemampuan untuk mencapai suatu tujuan wisata tertentu dapat lebih mudah atau lebih sulit untuk menjangkaunya. Aksesibilitas ini dapat diukur dengan beberapa parameter yaitu kondisi (keadaan jalan), kemiringan jalan, jaringan transportasi, waktu tempuh, jarak tempuh, tingkat kemudahan


(12)

Tingkat aksesibilitasi antara lain dipengaruhi oleh jarak tempuh, kondisi jalan, waktu tempuh, kondisi jalan dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalan tersebut (Tarigan 2008:78).

a. Jarak Tempuh

Jarak tempuh adalah jarak yang dibutuhkan untuk menjangkau atau mencapai satu waktu dalam satuan meter (m) ataupun kilo meter (km) dari satu tempat ke tempat lainnya.

b. Kondisi Jalan

Suatu kondisi atau keadaan jalan baik dalam keadaan rusak maupun keadaan baik.

c. Waktu Tempuh

Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau atau mencapai satu jarak dalam satuan menit atau jam dari satu tempat ke tempat lainnya.

d. Jenis Transportasi

Kendaraan yang digunakan konsumen untuk menjangkau lokasi Pasar Induk. 4. Daya Dukung

Menurut Catton dalam Daya Tampung Wilayah (1990:4),”Daya dukung adalah kondisi maksimum suatu daerah untuk menyokong individu suatu spesies secara terus menerus”. Kemudian daya dukung suatu wilayah atau daerah biasanya meliputi faktor pembatas seperti air, nutrisi dan sebagainya. Selain lingkungan dimensi social dan ekonomi penting dalam menentukan daya dukung sebuah daerah. Selain itu, Dinas Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam Daya Tampung Wilayah (1990:3), mendefinisikan daya dukung sebagai suatu ukuran individu dari suatu spesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu. Dalam penelitian ini akan dikemukakan mengenai jumlah konsumen yang dapat didukung oleh jumlah kios yang ada di Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin.


(13)

F. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan alat pengumpul data yang dikenal dengan instrumen data. Dalam penelitian ini teknik dan instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu :

1. Observasi lapangan

Observasi lapangan merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Observasi lapangan ini berpedoman pada ceklist. Adapun yang diobservasi yaitu kondisi Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin termasuk didalamnya fasilitas pasar.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sitematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian Wawancara dilakukan pada konsumen di Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin dengan menggunakan pedoman wawancara. Sebelum membuat pedoman wawancara terlebih dahulu di membuat kisi-kisi instrumen yang nanti akan ditanyakan pada responden.

3. Studi Dokumentasi,

Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder tetang masalah penelitian yaitu monografi, serta untuk pengambilan bukti berupa gambar daerah penelitian dengan menggunakan kamera.

4. Studi Literatur

Studi literature merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku ataupun dari hasil penelitian orang lain yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian


(14)

G. Alat dan Bahan

Alat dan bahan merupakan komponen penting dalam menunjang jalannya penelitian, baik mulai dari tahap pengumpulan data hingga dengan tahap analisis data. Adapun beberapa Alat dan Bahan yang dibutuhkan dipaparkan berikut ini.

1. Alat yang digunakan, yaitu terdiri dari :

a. Perangkat keras (hardware) yang digunakan adalah notebook jenis Aspire One dan printer XP DESKAJET 1000, dimana hasil akhirnya adalah berupa data visual (berupa gambar) serta hasil analisis penelitan yang dilakukan.

b. Perangkat lunak (software) yang digunakan adalah MapInfo Professional 10.5 untuk membuat peta-peta dan SPSS 18.

c. Kamera digital Canoon 12 Mega Pixel, untuk mengambil gambar dari sampel objek kajian dan daerah penelitian.

d. Alat tulis

2. Bahan yang digunakan, yaitu terdiri dari :

a. Peta Batas Administrasi dari JPEG Peta Batas Administrasi Kota Bandung. b. Peta Sampel yaitu lokasi Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin. c. Pedoman wawancara, adalah alat yang digunakan sebagai panduan dalam

melakukan wawancara pada konsumen dan pedagang di Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk caringin.

d. Kuesioner (angket), adalah alat untuk mengumpulkan data berupa daftar pertanyaan tertulis kepada konsumen dan pedagang yang mengunjungin Pasar Induk.

e. Bahan tambahan dari buku dan internet untuk menunjang saat proses penelitian dan pengolahan data.

H. Teknik Analisis Data 1. Tabulasi data

Data yang terkumpul kemudian di tabulasi dengan menggunakan data yang kemudian dikelompokkan tiap butir pertanyaan yang ada pada angket dan


(15)

pedoman wawancara. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kode dari setiap jenis instrument pengumpul data yang selanjutnya dimasukkan kedalam bentuk data grafik atau tabel.

2. Analisis Data

Dalam penelitian komparasi, dijelaskan Sudjud dalam Pabundu Tika (2002:236). Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang.. dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan-pandangan orang, grup atau Negara, terhadap kasus, terhadap orang atau terhadap ide-ide.

Sebelum menganalisi data, terlebih dahulu menganalisis persebaran penduduk yang berada di sekitar wilayah Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Christaller mengenai Hirarki Pasar.

Setelah melihat persebaran konsumen di kedua Pasar Induk tersebut selanjutnya menganalisis data yang di dapat dari proses wawancara. Analisis data adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk data dalam hubungan dengan keperluan menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Dengan pengolahan data yang dimaksud untuk mengubah data kasar menjadi data yang lebih halus dan bermakna.

Berdasarkan pernyataan Suwarno (1987) di atas maka dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian komparasi ini adalah analisis data kuatitatif, yaitu analisis yang mengenai pengumpulan fakta yang menggambarkan persoalana dengan menggunakan perhitungan secara statistic. Sebagaimana dijelaskan oleh Suwarno bahwa:

Secara sederhana statistic yang sering digunakan dalam ilmu-ilmu social berkisar pada: 1) meringkas hasil observasi variabel univariate (tunggal); 2) menggambarkan hubungan relasi atau asosiasi; 3) membuat keputusan (inference).

Perhitungan analisis data yang digunkan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:


(16)

a. Perhitungan Presentase

Data yang dipergunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan teknik berdasarkan perhitungan presentase. Presentase merupakan teknik analisi data yang digunakan untuk penelitian yang bersifat deskripsi. Data yang terkumpul kemudian dipresentase yang akan ditafsirkan dalam bentuk kalimat sebagai bentuk kualitatif. Ada pun rumus yang digunakan dalam presentase adalah :

Keterangan :

P = presentase

f = frekuensi tiap kategori jawaban n = jumlah keseluruhan responden/data

Kriteria penilaian skor yang digunakan berdasarkan pada kriteria sebagai berikut, dapat dilihat pada Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Skor. Angka yang di masukan ke dalam rumus presentase di atas merupakan data yang diperoleh dari hasil jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Skor

Nilai (%) Kriteria Penafsiran

0 % Tidak ada

1-24 % Sebagian kecil

25-49 % Kurang dari setengahnya 50 % Setengahnya

51-74 % Lebih dari setengahnya 75-99 % Sebagian besar

100 % Seluruhnya

Sumber: Suharsimi Arikunto (1991:57)

b. Uji Beda T-Test

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif ini menggunakan statistik. Analisis yang digunakan ialah Uji Beda T-Test. “Uji Beda T-Test dengan sampel Independen digunakan untuk mengetahui signifikansi rata-rata antara sampel yang


(17)

saling independen, yaitu melalui Independent-Sampel T Test” (Pramesti, G, 2006 : 84). Uji ini untuk menguji apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda. Jadi tujuannya adalah membandingkan rata-rata-rata-rata dua Pasar Induk yang tidak berhubungan satu dengan yang lainnya. Apakah kedua Pasar Induk mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama secara signifikan.

Hal pertama yang perlu diketahui ialah karakteristik lokasi, konsumen dan pedagang kedua Pasar Induk tersebut dengan mengidentifikasi dari berberapa aspek penting seperti lokasi (aksesibilitas) dan daya dukung yang berada di pasar Induk. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan yang ada di Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin diperlukan Uji Beda T-Test. Hal ini dapat dilakukan dengan cara perhitungan yang dikemukakan oleh Sudjana, (2005 : 239 dan 241) yaitu sebagai berikut :

1. Jika kedua simpangan baku sama, tetapi tidak diketahui, maka statistik yang digunakan adalah :

Keterangan :

t = Nilai t yang dihitung

s = Simpangan baku/standar deviasi ̅ = Nilai rata-rata data ke 1

̅ = Nilai rata-rata data ke 2 = Jumlah anggota sampel ke 1 = Jumlah anggota sampel ke 2

2. Jika kedua simpangan baku tidak sama tetapi kedua populasi berdistribusi normal, dan kedua-duanya tidak diketahui, maka menggunakan statistik

sebagai berikut :

̅ ̅ √

̅ ̅ √


(18)

Keterangan :

= Nilai t yang dihitung ̅ = Nilai rata-rata data ke 1 ̅ = Nilai rata-rata data ke 2 = Varian/sebaran data ke 1 = Varian/sebaran data ke 2 = Jumlah anggota sampel ke 1 = Jumlah anggota sampel ke 2


(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam penenempatan sebuah lokasi perdagangan, dalam hal ini adalah penempatan lokasi pasar induk. Pasar induk merupakan pasar berskala regional yang berfungsi melayani pasar-pasar lokal, baik yang ada didalam kota maupun luar kota. Sehubungan dengan fungsinya tersebut, sebuah pasar yang menjadi pusat bagi pasar-pasar lainnya harus memiliki lokasi yang strategis dan aksesibilitas yang mudah, yang bisa memberikan kenyamanan bagi konsumen dan pedagang dari dan menuju pasar tersebut. Serta manjemen yang baik pun menjadi salah satu faktor pendukung keberlangsungannya sebuah pasar dimana terlihat dari segi fasilitas yang disediakan maupun kebersihan yang terlihat di lokasi pasar yang dapat memberikan kenyamanan bagi pedagang dan konsumen yang berada di pasar tersebut.

Berdasarkan hasil penelitianyang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin merupakan pasar induk yang berlokasi cukup strategis dikarenakan dekat dengan pemukiman warga dan untuk penggunaan transportasi menuju lokasi pasar dapat dengan mudah diakses oleh konsumen, tetapi perbedaanya Pasar Induk Caringin berlokasi dekat dengan keramayan kota jika dibandingkan dengan Paasar Induk Gedebage yang berada di sebelah timur Kota Bandung yang jauh dengan pusat keramain kota.

2. Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin memiliki keterjangkauan pelayanan atau hirarki yang berbeda. Pasar Induk Gedebage berhirarki K=3 atau yang dapat dikatakan hanya melayani konsumen atau wilayah 1/3 atau sekitaran lokasi yang terdekat dengan Pasar Induk Gedebage. Konsumen yang mengunjungi pasar Induk Gedebage berasal dari sekitaran pemukiman warga


(20)

yang berada di Pasar Induk Gedebage seperti daerah Panghegar, Cibiru, Ujungberung, Panyileukan, Cicaheum. Berbeda dengan Pasar Induk Caringin yang berhirarki K=7 atau yang dapat dikatakan Pasar Induk Caringin keterjangkauan pelayanan dapat melayani seluruh daerah di Kota Bandung maupun luar Kota Bandung. Terlihat pada konsumen yang mengunjungi Pasar Induk Caringin lebih banyak berasal dari luar Kota Bandung seperti daerah Majalengka, Cirebon, Garut, Cimahi, Sukabumi,dll. Hal tersebut pun dipengaruhi oleh lokasi Pasar Induk Caringin yang dekat dengan terminal kota yaitu Terminal Leuwipanjang.

3. Daya tampung kedua pasar tersbut memiliki perbedaan, Pasar Induk Gedebage hanya dapat menampung konsumen rata-rata sebanyak 162 konsumen dan Pasar Induk Caringin dapat menampung konsumen rata-rata sebanyak 242 konsumen. faktor tersebut dipengaruhi luas pasar dan ketersediaan kios pedagang kedua pasar tersebut,

4. Manajeman di kedua pasar tersebut juga adanya sebuah perbedaan yang sangat jauh jika dilihat dari jam operasional maupun zonasi berdagang. Sangat jauh berbeda Pasar Induk Caringin lebih unggul dari segi manajemen dibandingkan dengan Pasar Induk Gedebage yang manajemen pasarnya kurang terorganisir dapat terlihat dari fasilitas yang di berikan dan kebersihan di lokasi pasar.

5. Kondisi di Pasar Induk Gedebage sangat berbeda jauh dengan kondisi di Pasar Induk Caringin. Pasar Induk Gedebage dalam pengelolaannya kurang baik dilihat dari kondisi dilingkungan pasar yang terlihat kumuh diakibatkan banyak pedagang yang tidak memakai kios yang disediakan oleh pengelola pasar. Para pedagang lebih memilih membuat lapak baru dibadan jalan. Pada pengelolaan sampah dan drainasenya pun sangat buruk diperparah dengan lokasi Pasar Induk Gedebage yang rawan banjir mengakibatkan banyak sampah yang berserakan dimana-mana. Berbeda dengan Pasar Induk Caringin kondisi pasar lebih baik jika dibandingkan dengan Pasar Induk Gedebage, kondisi tersebut didukung dengan pengelolaan sampah yang baik yang disediakan oleh pengelola pasar. Pasar Induk


(21)

Caringinpun terlihat lebih rapih karna para pedagang yang taat pada peraturan yang di terapkan oleh penegelola.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Realisasi rencana Pemerintah Kota Bandung dalam upaya melakukan pengembangan kota ke arah timur Kota Bandung, dengan wilayah Gedebage sebagai pusat primer inti kota setelah pusat kota, yang dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi disebelah timur Kota Bandung agar adanya pemerataan tiap daerah di Kota Bandung.

2. Kerjasama pihak pemerintah dan swasta sebagai pengelola, meningkatkan srana dan prasarana pasar, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk mendukung kenyamanan konsumen dan pedagang selama berada di dalam pasar,

3. Pembinaan terhadap para pedagang untuk merubah kebiasaan buruk dalam kegitan jual beli, terutama dalam hal pengelolaan sampah.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, I. dan Mryani, E. (1997). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung

Asti, N.2008. Daya Tarik Pasar dan Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Mobilisan: Studi Kasus di Pasar Kadipaten Kabupaten Majalengka : Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI : Tidak diterbitkan.

Hurriyati, R. 2010. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung : CV.ALFABETA .

Kartawidjaja dan Maryani (1996). Pengantar Geografi Regional. Bandung: Diktat Jurusan Pendidikan Geografi – FPIPS UPI

Parnida Nurhaspak, I. (2006). Analisis Pasar Di Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. Skripsi: Jurusan Pendidikan Geografi-FPIPS UPI Bandung. Peraturan Daerah Kota Bandung No.20 Tahun 2001

Ruchyatana, D. 2010. Analisis Persebaran Cafe di Kawasan Dago Kota Bandung: Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI : Tidak diterbitkan. Sadeli, M., Ukas, M. (2000). Pengantar Bisnis Ilmu Menjual. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Sumaatmadja. N. (1998). Studi Geografi Suatu Pendekatan Dan Analisisis Keruangan.Bandung, Alumni

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Tarigan. Robinson (2008). Perencanaan Pembangunan Wilayah.Jakarta: Bumi Aksara.

Tika, Pambudu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara Undang-Undang No.10 Tahun 1992


(1)

saling independen, yaitu melalui Independent-Sampel T Test” (Pramesti, G, 2006 : 84). Uji ini untuk menguji apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda. Jadi tujuannya adalah membandingkan rata-rata-rata-rata dua Pasar Induk yang tidak berhubungan satu dengan yang lainnya. Apakah kedua Pasar Induk mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama secara signifikan.

Hal pertama yang perlu diketahui ialah karakteristik lokasi, konsumen dan pedagang kedua Pasar Induk tersebut dengan mengidentifikasi dari berberapa aspek penting seperti lokasi (aksesibilitas) dan daya dukung yang berada di pasar Induk. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan yang ada di Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin diperlukan Uji Beda T-Test. Hal ini dapat dilakukan dengan cara perhitungan yang dikemukakan oleh Sudjana, (2005 : 239 dan 241) yaitu sebagai berikut :

1. Jika kedua simpangan baku sama, tetapi tidak diketahui, maka statistik yang digunakan adalah :

Keterangan :

t = Nilai t yang dihitung

s = Simpangan baku/standar deviasi ̅ = Nilai rata-rata data ke 1

̅ = Nilai rata-rata data ke 2 = Jumlah anggota sampel ke 1 = Jumlah anggota sampel ke 2

2. Jika kedua simpangan baku tidak sama tetapi kedua populasi berdistribusi normal, dan kedua-duanya tidak diketahui, maka menggunakan statistik

sebagai berikut :

̅ ̅ √

̅ ̅ √


(2)

Keterangan :

= Nilai t yang dihitung ̅ = Nilai rata-rata data ke 1 ̅ = Nilai rata-rata data ke 2 = Varian/sebaran data ke 1 = Varian/sebaran data ke 2 = Jumlah anggota sampel ke 1 = Jumlah anggota sampel ke 2


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam penenempatan sebuah lokasi perdagangan, dalam hal ini adalah penempatan lokasi pasar induk. Pasar induk merupakan pasar berskala regional yang berfungsi melayani pasar-pasar lokal, baik yang ada didalam kota maupun luar kota. Sehubungan dengan fungsinya tersebut, sebuah pasar yang menjadi pusat bagi pasar-pasar lainnya harus memiliki lokasi yang strategis dan aksesibilitas yang mudah, yang bisa memberikan kenyamanan bagi konsumen dan pedagang dari dan menuju pasar tersebut. Serta manjemen yang baik pun menjadi salah satu faktor pendukung keberlangsungannya sebuah pasar dimana terlihat dari segi fasilitas yang disediakan maupun kebersihan yang terlihat di lokasi pasar yang dapat memberikan kenyamanan bagi pedagang dan konsumen yang berada di pasar tersebut.

Berdasarkan hasil penelitianyang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin merupakan pasar induk yang berlokasi cukup strategis dikarenakan dekat dengan pemukiman warga dan untuk penggunaan transportasi menuju lokasi pasar dapat dengan mudah diakses oleh konsumen, tetapi perbedaanya Pasar Induk Caringin berlokasi dekat dengan keramayan kota jika dibandingkan dengan Paasar Induk Gedebage yang berada di sebelah timur Kota Bandung yang jauh dengan pusat keramain kota.

2. Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk Caringin memiliki keterjangkauan pelayanan atau hirarki yang berbeda. Pasar Induk Gedebage berhirarki K=3 atau yang dapat dikatakan hanya melayani konsumen atau wilayah 1/3 atau sekitaran lokasi yang terdekat dengan Pasar Induk Gedebage. Konsumen yang mengunjungi pasar Induk Gedebage berasal dari sekitaran pemukiman warga


(4)

yang berada di Pasar Induk Gedebage seperti daerah Panghegar, Cibiru, Ujungberung, Panyileukan, Cicaheum. Berbeda dengan Pasar Induk Caringin yang berhirarki K=7 atau yang dapat dikatakan Pasar Induk Caringin keterjangkauan pelayanan dapat melayani seluruh daerah di Kota Bandung maupun luar Kota Bandung. Terlihat pada konsumen yang mengunjungi Pasar Induk Caringin lebih banyak berasal dari luar Kota Bandung seperti daerah Majalengka, Cirebon, Garut, Cimahi, Sukabumi,dll. Hal tersebut pun dipengaruhi oleh lokasi Pasar Induk Caringin yang dekat dengan terminal kota yaitu Terminal Leuwipanjang.

3. Daya tampung kedua pasar tersbut memiliki perbedaan, Pasar Induk Gedebage hanya dapat menampung konsumen rata-rata sebanyak 162 konsumen dan Pasar Induk Caringin dapat menampung konsumen rata-rata sebanyak 242 konsumen. faktor tersebut dipengaruhi luas pasar dan ketersediaan kios pedagang kedua pasar tersebut,

4. Manajeman di kedua pasar tersebut juga adanya sebuah perbedaan yang sangat jauh jika dilihat dari jam operasional maupun zonasi berdagang. Sangat jauh berbeda Pasar Induk Caringin lebih unggul dari segi manajemen dibandingkan dengan Pasar Induk Gedebage yang manajemen pasarnya kurang terorganisir dapat terlihat dari fasilitas yang di berikan dan kebersihan di lokasi pasar.

5. Kondisi di Pasar Induk Gedebage sangat berbeda jauh dengan kondisi di Pasar Induk Caringin. Pasar Induk Gedebage dalam pengelolaannya kurang baik dilihat dari kondisi dilingkungan pasar yang terlihat kumuh diakibatkan banyak pedagang yang tidak memakai kios yang disediakan oleh pengelola pasar. Para pedagang lebih memilih membuat lapak baru dibadan jalan. Pada pengelolaan sampah dan drainasenya pun sangat buruk diperparah dengan lokasi Pasar Induk Gedebage yang rawan banjir mengakibatkan banyak sampah yang berserakan dimana-mana. Berbeda dengan Pasar Induk Caringin kondisi pasar lebih baik jika dibandingkan dengan Pasar Induk Gedebage, kondisi tersebut didukung dengan pengelolaan sampah yang baik yang disediakan oleh pengelola pasar. Pasar Induk


(5)

Caringinpun terlihat lebih rapih karna para pedagang yang taat pada peraturan yang di terapkan oleh penegelola.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Realisasi rencana Pemerintah Kota Bandung dalam upaya melakukan pengembangan kota ke arah timur Kota Bandung, dengan wilayah Gedebage sebagai pusat primer inti kota setelah pusat kota, yang dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi disebelah timur Kota Bandung agar adanya pemerataan tiap daerah di Kota Bandung.

2. Kerjasama pihak pemerintah dan swasta sebagai pengelola, meningkatkan srana dan prasarana pasar, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk mendukung kenyamanan konsumen dan pedagang selama berada di dalam pasar,

3. Pembinaan terhadap para pedagang untuk merubah kebiasaan buruk dalam kegitan jual beli, terutama dalam hal pengelolaan sampah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, I. dan Mryani, E. (1997). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung

Asti, N.2008. Daya Tarik Pasar dan Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Mobilisan: Studi Kasus di Pasar Kadipaten Kabupaten Majalengka : Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI : Tidak diterbitkan.

Hurriyati, R. 2010. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung : CV.ALFABETA .

Kartawidjaja dan Maryani (1996). Pengantar Geografi Regional. Bandung: Diktat Jurusan Pendidikan Geografi – FPIPS UPI

Parnida Nurhaspak, I. (2006). Analisis Pasar Di Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. Skripsi: Jurusan Pendidikan Geografi-FPIPS UPI Bandung. Peraturan Daerah Kota Bandung No.20 Tahun 2001

Ruchyatana, D. 2010. Analisis Persebaran Cafe di Kawasan Dago Kota Bandung: Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI : Tidak diterbitkan. Sadeli, M., Ukas, M. (2000). Pengantar Bisnis Ilmu Menjual. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Sumaatmadja. N. (1998). Studi Geografi Suatu Pendekatan Dan Analisisis Keruangan.Bandung, Alumni

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Tarigan. Robinson (2008). Perencanaan Pembangunan Wilayah.Jakarta: Bumi Aksara.

Tika, Pambudu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara Undang-Undang No.10 Tahun 1992