PENGELOLAAN PASAR INDUK KOTA MEDAN

KOTA MEDAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERI NTAH KOTA MEDAN

KATA PENGANTAR

Kota Medan memiliki momentum pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang besar, salah satu alasannya adalah merupakan pusat koleksi dan distribusi sayur dan buah terbesar di Sumatera Utara bahkan di Sumatera Bagian Utara.

Peluang ini betul-betul dimanfaatkan dengan baik. Langkah pertama adalah definitifnya pembangunan Pasar I nduk Kota Medan di Kecamatan Medan Tuntungan, lengkap dengan detail perencanaan dan berbagai studi pendukung. Mengacu pada perspektif pertumbuhan ruang, pemilihan lokasi ini ideal karena berada di pintu masuk kota, menghadap ke hinterland penghasil sayur dan buah di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang, serta dekat dengan calon Central Business Distrcit (CBD) Polonia.

Ada satu langkah lagi yang harus dilakukan, yakni mencari model manajemen pengelolaan Pasar I nduk Kota Medan yang tepat melalui sebuah studi. Diharapkan hasil studi ini mampu mencari beberapa alternatif model manajemen terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Kota Medan.

Pengelolaan pasar induk yang tepat sangat dibutuhkan untuk membentuk fungsi pasar sebagai penjamin kelancaran arus barang sehingga terjadi stabilitas permintaan dan penawaran pada satu titik keseimbangan harga.

Lebih jauh lagi, pengelolaan pasar induk yang tepat diharapkan dapat mendorong pengorganisasian produksi oleh para pedagang melalui efisiensi biaya faktor produksi, menjamin ketersediaan barang dalam jangka panjang guna mencegah fluktuasi harga, dan mempertahankan serta meningkatkan perekonomian lokal.

Semoga hasil studi ini dapat membawa manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi Pasar I nduk Sayur dan Buah di Kota Medan, tentunya didukung oleh berbagai saran dan masukan yang konstruktif.

Medan, Agustus 2010

Bappeda Kota Medan Kepala,

I r. Syaiful Bahri

Pembina Utama Muda NI P. 19591108 199203 1 004

DAFTAR I SI

No. Teks

Hal.

KATA PENGANTAR

DAFTAR I SI

ii

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

ix

I . PENDAHULUAN I - 1

1. Latar Belakang

2. Maksud dan Tujuan

2.1. Maksud I - 3

2.2. Tujuan I - 4

2.3. Sasaran I - 4

I I . METODOLOGI II - 1

1. Alur Berpikir

II - 1

2. Metodologi I I - 3

I I I . GAMBARAN EKONOMI MAKRO KOTA MEDAN III - 1

1. Geografis Kota Medan

III - 1

2. Demografi Kota Medan

III - 4

2.1. Kondisi Demografis

III - 4

2.2. Komposisi Penduduk

III - 6

3. Kondisi Ekonomi

III - 8

3.1. I ndikator Makro Pembangunan Kota

III - 9

3.2. I ndikator Ekonomi Makro

I I I - 13

I V. TI NJAUAN TEORI TI S IV - 1

1. Defenisi dan Berbagai Konsep Pasar

IV - 1

ii

No. Teks

Hal.

2. Pemaknaan Tentang Pasar

IV - 4

3. Pasar Tradisional

IV - 6

3.1. Fungsi Pasar Tradisional

IV - 9

3.2. Keberadaan Pasar Tradisional

IV - 10

3.3. I dentifikasi Pasar Tradisional

IV - 10

3.4. Penataan dan Pengelolaan Pasar Tradisional

I V - 12

4. Pasar sebagai Fungsi Sosial

I V - 13

5. Tarik Menarik Kepentingan Kapital dan Sosial

I V - 14

6. Peran Pasar Primer

IV - 16

6.1. Pembentukan Harga yang Wajar

IV - 16

6.2. Pengaturan Produksi/ Pasokan (Supply)

IV - 17

6.3. Mengoptimalkan Mekanisme Distribusi

IV - 18

6.4. Sumber I nformasi

IV - 18

6.5. Pendorong Percepatan Pertumbuhan Ekonomi

I V - 19

7. Fungsi Pasar Primer

I V - 19

7.1. Pembersihan dan Pemilahan (Cleaning,Sorting and Grading)

7.3. Pergudangan, Pengepakan & Transportasi

IV - 20

7.4. Area Perdagangan Sekunder

IV - 21

7.5. Fasilitas Pendukung

IV - 21

7.6. Sarana Pameran

IV - 22

8. Peran Strategis Pasar Primer

I V - 22

9. Konsep Pengelolaan Pasar

IV - 22

V. KONSEP PENGEMBANGAN PASAR I NDUK KOTA MEDAN V-1

1. Dasar Perencanaan

VI .

HASI L STUDI PERBANDI NGAN VI - 1

1. Pasar I nduk Tanah Tinggi, Tangerang

VI - 1

iii

No. Teks

Hal.

1.1. Aspek Kelembagaan

VI - 1

1.2. Aspek Regulasi

1.4. Peran dan Manfaat Pasar I nduk

1.6. Sarana dan Prasarana

VI - 4

1.7. Model Pengelolaan Pasar I nduk

VI - 4

2. Pasar I nduk Kramat Jati, Jakarta

VI - 5

2.1. Aspek Kelembagaan

VI - 5

2.2. Aspek Regulasi

2.4. Peran dan Manfaat Pasar I nduk

2.6. Model Pengelolaan Pasar I nduk

VI - 8

VI I . KONDI SI HARAPAN MODEL MANAJEMEN PENGELOLAAN PASAR I NDUK KOTA MEDAN

VI I - 1

1. Kriteria Kelembagaan

1.3. Fokus Pelayanan

-2 VI I

1.4. Aspek Manajerial Pasar I nduk

VI I - 3

2. Visi dan Misi

3. Tugas Pokok dan Fungsi

VI I - 6

3.1. Tugas Pokok

4. Tahapan Kerja Pengelola Pasar I nduk Kota Medan

VI I - 6

iv

No. Teks Hal.

4.1. Tahap I : Sosialisasi, Advokasi dan Pemasaran

VI I - 7

4.2. Tahap I I : Pemberian I nsentif

VI I - 7

4.3. Tahap I I I : Operasionalisasi Pasar Secara Reguler

VI I - 7

VI I I . ANALI SA MODEL MANAJEMEN PENGELOLAAN PASAR

I NDUK KOTA MEDAN

VI I I - 1

1. Alternatif Kelembagaan Manajemen Pasar I nduk Kota Medan

VI I I - 1

1.1. Alternatif I -1 VI I I

1.2. Alternatif II -2 VI I I

1.3. Alternatif III -2 VI I I

1.4. Alternatif IV -3 VI I I

1.5. Alternatif V -4 VI I I

2. Parameter Manajemen Pengelolaan Pasar I nduk

VI I I - 5

3. Pembobotan Tingkat Kepentingan Parameter

VI I I - 6

4. Analisa Kelebihan dan Kekurangan Setiap Parameter untuk Setiap Alternatif

- VI I I 8

4.1. Alternatif I -8 VI I I

4.2. Alternatif II - 11 VI I I

4.3. Alternatif III - 14 VI I I

4.4. Alternatif IV - 16 VI I I

4.5. Alternatif V - 18 VI I I

5. Penilaian Akhir - VI I I 21

5.1. Alternatif I - 21 VI I I

5.2. Alternatif II - 21 VI I I

5.3. Alternatif III - 22 VI I I

5.4. Alternatif IV - 22 VI I I

5.5. Alternatif V - 23 VI I I

6. Ranking - VI I I 25

No. Teks

Hal.

I X. REKOMENDASI MODEL MANAJEMEN PENGELOLAAN PASAR I NDUK KOTA MEDAN IX - 1

1. Pilihan Model Manajemen Pertama

IX - 1

1.1. Struktur Organisasi

IX-1

1.2. Fungsi Manajemen

IX-3

2. Pilihan Model Manajemen Kedua

IX - 4

2.1. Struktur Organisasi

IX- 4

2.2. Fungsi Manajemen

IX-5

DAFTAR PUSTAKA IX - 8 LAMPI RAN

vi

DAFTAR TABEL

No. Teks Hal.

3.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan

III - 3

3.2. Jumlah, Laju Pertambahan dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2005 – 2008 III - 4

3.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Medan Tahun 2008

III - 7

3.4. I ndikator Kinerja Makro Bidang Ekonomi

I I I - 11

3.5. I ndikator Kinerja Bidang Makro Kesejahteraan Rakyat

I I I - 12

3.6. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 – 2008 (milyar Rp.)

I I I - 14

3.7. Struktur PDRB menurut Lapangan Usaha Tahun 2005 – 2008

I I I - 16

3.8. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005 – 2008 (milyar Rp.)

I I I - 17

3.9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2005 – 2008

I I I - 18

3.10. PDRB Perkapita Kota Medan Menurut Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2005 – 2008 III - 19

3.11. Laju I nflasi Kota Medan Menurut Komoditi Tahun 2005 – 2008

I I I - 20

3.12. Nilai Ekspor dan I mpor Melalui Wilayah Kota Medan Tahun 2005 – 2008

I I I - 22

3.13. Perkiraan Nilai I nvestasi Menurut Lapangan Usaha di Kota Medan Tahun 2005 – 2008 (milyar Rp.)

I I I - 24

3.14. Statistik Makro Ekonomi Kota Medan Tahun 2005 – 2008

I I I - 24

6.1. Analisa Kelebihan – Kekurangan Pasar I nduk Tangerang

VI - 12

6.2. Analisa Kelebihan – Kekurangan Pasar I nduk Kramat Jati

VI - 14

8.1. Matriks Alternatif Manajemen Dilihat dari Parameter Yang Ada

VI I I - 6

8.2. Analisa Alternatif I VI I I -23

8.3. Analisa Alternatif II VI I I -24

8.4. Analisa Alternatif III

VI I I -24

vii

No. Teks Hal.

8.5. Analisa Alternatif IV VI I I -24

8.6. Analisa Alternatif V VI I I -25

8.7. Rekapitulasi Perhitungan Akhir

VI I I -25

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Hal.

2.1. Alur Berfikir Penyusunan Model Manajemen Pengelolaan Pasar I nduk Kota Medan

II - 2

5.1. Foto Udara Calon Lokasi Pasar I nduk Kota Medan

5.2. Block Plan Pasar I nduk Kota Medan

6.1. Foto Pasar I nduk Tanah Tinggi – Tangerang

VI - 2

6.2. Foto Pasar I nduk Kramat Jati

VI - 6

7.1. Kerangka Manajerial Pengelolaan Pasar I nduk Kota Medan

VI I - 1

8.1. Struktur Organisasi Alternatif I VI I I - 1

8.2. Struktur Organisasi Alternatif I I

VI I I - 2

8.3. Struktur Organisasi Alternatif I I I

VI I I - 3

8.4. Struktur Organisasi Alternatif I V

VI I I - 4

8.5. Struktur Organisasi Alternatif V

VI I I - 5

9.1. Struktur Organisasi Pengelola Pasar I nduk Pilihan Pertama

IX - 2

9.2. Struktur Oragnisasi Pengelola Pasar I nduk Pilihan Kedua

IX - 5

ix

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan suatu wilayah atau kota dipengaruhi oleh beberapa sistem aktivitas. Salah satu sistem aktivitas yang berpengaruh adalah perdagangan, karena tingkat kemajuan di bidang ekonomi dapat dilihat dari skala kegiatan di sektor perdagangan sebagai salah satu indikatornya.

Aktivitas perdagangan selalu membutuhkan fasilitas berupa ruang dengan prasarana dan sarana yang memadai untuk mewadahi aktivitas tersebut. Salah satu fasilitas tersebut adalah pasar.

Pasar merupakan tempat berkumpulnya sejumlah pembeli dan penjual di mana terjadi transaksi jual-beli barang-barang yang ada di sana, bentuknya dapat berupa pasar tradisional, pasar induk, pertokoan, atau pusat perdagangan.

Pasar juga selalu menjadi focus point dari suatu kota yang berfungsi sebagai suatu pusat pertukaran barang-barang. Dalam suatu kota, pasar berkembang berawal dari sekumpulan pedagang yang menjual barang dagangannya secara berkelompok dengan memilih lokasi-lokasi yang strategis.

Pasar induk adalah pusat koleksi dan distribusi terutama untuk produk pertanian yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik Negara dan badan usaha milik Daerah termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, counter, los dan tenda yang dimiliki / dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Sebagai I bu Kota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan merupakan pusat koleksi dan distribusi terbesar di Sumatera Utara bahkan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut). Hal ini membuat para produsen produk pertanian di Sumbagut mengalirkan barang-barang dagangannya ke Medan.

Oleh karena itu dibutuhkan satu tempat untuk mengumpulkan produk lokal / regional di satu tempat dan kemudian di distribusikan kembali ke sejumlah pasar yang tersebar di Kota Medan dan sekitarnya. Tempat tersebut adalah pasar induk sayur yang rencananya akan dibangun di Kecamatan Medan Tuntungan. Kebutuhan akan pasar induk sayuran semakin meningkat karena pasar yang selama ini berperan semacam pasar induk sayur di Pusat Pasar sudah tidak mampu lagi menjalankan fungsinya dengan maksimal.

Umumnya semua pasar induk di I ndonesia menghadapi berbagai masalah seperti terbatasnya ruang pada lapak yang sempit, tidak teratur, tidak sehat, kotor, kurangnya tempat sampah, terlalu banyaknya pedagang pinggir jalan, lemahnya pengelolaan, dan ketiadaan fasilitas penyimpanan serta infrastruktur pasar yang tidak memadai.

Untuk menjawab tantangan tersebut dibutuhkan suatu kajian kelembagaan tentang model manajemen pengeolaan pasar induk yang paling memadai untuk Kota Medan.

Kajian terhadap kelembagaan pengelolaan pasar induk tidak terlepas dari dibutuhkannya dukungan maksimal terhadap fungsi pasar yakni :

1. Model pengelolaan pasar dapat menjamin lancarnya arus barang dan kenyamaman berbelanja sehingga terjadi stabilitas permintaan dan penawaran pada satu titik keseimbangan untuk mendapatan stabilitas harga.

2. Model pengelolaan pasar dapat mendorong pengorganisasian produksi oleh para pedagang seperti efiseinsi biaya pada faktor produksi pedagang.

3. Model pengelolaan pasar dapat menjamin ketersediaan persediaan barang untuk waktu yang agak panjang untuk mencegah fluktuasi harga.

4. Model pengelolaan pasar juga dapat mempertahankan dan meningkatkan tingkat perekonomian lokal.

Kelembagaan adalah wujud suatu kultur dalam mengelola permasalahan, berbicara tentang :

1. Penetapan peran dan wewenang setiap pihak yang terlibat di pasar induk

2. Penetapan persyaratan bagi setiap pihak yang terlibat di pasar induk

3. Penetapan ruang

4. Penetapan klasifikasi pasar, dimana telah ditetapkan sebelumnya bahwa pasar induk yang direncanakan di Medan Tuntungan memiliki klasifikasi :

a. Sifat kegiatan merupakan pasar induk

b. Lingkup pelayanan merupakan pasar regional Sumatera Utara

c. Potensi pasar merupakan Potensi Pasar A.

d. Waktu kegiatan merupakan pasar siang – malam

5. Bentuk hubungan antara Pemerintah Kota Medan – Pengelola Pasar I nduk – Pedagang - Pembeli

6. Desain sumber penerimaan

7. Bentuk-bentuk pengeluaran

8. Bentuk-bentuk pembinaan pedagang

9. Bentuk pengendalian dan pengawasan

2. Maksud dan Tujuan

2.1. Maksud

Maksud dari Penyusunan Model Manajemen Pengelolaan Pasar I nduk Kota Medan adalah untuk mengidentifikasi sejumlah alternatif pilihan model manajemen pengelolaan pasar induk.

2.2. Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah menganalisis alternatif model yang tersedia dan memilih model manajemen pasar induk terbaik sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Kota Medan.

2.3. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari Penyusunan Model Manajemen Pengelolaan Pasar

I nduk Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Terselenggaranya pengelolaan pasar induk Kota Medan secara efektif dan efisien.

2. Meningkatnya volume perdagangan antara hinterland Kota Medan / Sumatera Utara dengan masyarakat Kota Medan dan sekitarnya.

3. Meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat.

4. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat.

BAB I I

METODOLOGI

1. Alur Berpikir

Alur berpikir Penyusunan Model Manajemen Pengelolaan Pasar I nduk Kota Medan dibagi kedalam empat tahap, yakni :

1. Tahap I dentifikasi dan Perumusan Masalah

2. Tahap Studi

a. Studi Pustaka

i. I dentifikasi regulasi

ii. Landasan teoritis

iii. Standar pengelolaan pasar

b. Studi Lapangan

i. Kajian kelembagaan di Kota Medan

ii. I dentifikasi kondisi harapan

iii. Tinjauan lokasi

c. Studi Banding

i. Studi banding ke Pasar I nduk Kramat Jati

ii. Studi banding ke Pasar I nduk Tangerang

3. Analisis

4. Kesimpulan (Rekomendasi)

Gambar 2.1. Alur Berfikir Penyusunan Model Manajemen Pengelolaan Pasar

I nduk Kota Medan

Latar Belakang

Kondisi Aktual :

1. Kota Medan membutuhkan pasar induk yang akan sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, menyangga perekonomian, sumber penerimaan Pemko Medan 2. Pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat meningkat sehingga eksistensi pasar induk sangat

dibutuhkan untuk menampung aktivitas perdagangan dalam kapasitas ruang dan pengelolaan yang memadai.

3. Pusat Pasar di Medan Kota saat ini sudah tidak memadai lagi berperan seperti layaknya pasar induk bagi Kota Medan.

Urgensi :

1. Diperlukan pasar induk yang mampu menampung aktivitas perdagangan terutama untuk produk pertanian dari daerah hinterland Kota Medan dan Sumatera Utara untuk kemudian didistribusikan ke seluruh Kota Medan dan sekitarnya.

2. Diperlukan model manajemen pengelola pasar induk Kota Medan yang sesuai dengan karakter daerah,

karakter masyarakat, karakter perdagangan, dan menguntungkan bagi semua pihak.

Originalitas :

1. Menentukan sejumlah alternatif model manajemen pengelolaan pasar induk untuk dapat mengatasi berbagai masalah klasik pada sebuah pasar sehingga mampu menampung, mengelola, dan membina para pedagang serta mampu memberikan kenyamanan dan keamanan belanja kepada masyarakat.

Rumusan Masalah

Bagaimana menetapkan satu model manajemen pengelola pasar induk Kota Medan yang memenuhi harapan masyarakat, pedagang dan Pemerintah Kota Medan

Studi Pustaka

Studi Lapangan

Studi Banding

1. Identfikasi

1. Kajian Kelembagaan

1. Studi banding ke

regulasi

Pasar Induk 2. Landasan teoritis

di Kota Medan

2. Identifikasi kondisi

Kramat Jati

3. Standar

harapan

2. Studi banding ke

pengelolaan pasar

3. Tinjauan lokasi

Pasar Induk Tangerang

Analisa

1. Developer 2. Pengelola

3. Sifat Usaha 4. Format Kerjasama

5. Aset dan Saham

6. Biaya Pengelolaan

7. Biaya Pengembangan

Kesimpulan

2. Metodologi

Metodologi yang digunakan pada Penyusunan Model Manajemen Pengelolaan Pasar I nduk Kota Medan adalah :

1. Penetapan alternatif pilihan, yakni alternatif I (kelembagaan berada dibawah Pemko Medan sebagai Unit Pelaksana Teknis – Pasar I nduk), alternatif I I (pengelolaan pasar induk oleh PD Pasar Kota Medan), alternatif

I I I (membentuk kerjasama pengelolaan pasar induk dengan pihak swasta), alternatif I V (dikerjasamakan dengan pihak swasta dalam bentuk Build – Operate – Transfer / BOT), alternatif V (dibangun dan dijual oleh swasta, dikelola oleh PD Pasar Kota Medan)

2. Penetapan paremeter yang digunakan dalam melakukan analisa adalah :

a. Lahan

b. Developer

c. Pengelola

d. Sifat usaha

e. Format kerjasama

f. Aset dan saham

g. Biaya pengelolaan

h. Biaya pengembangan

3. Penetapan Bobot Tingkat Kepentingan Untuk keperluan analisa, setiap parameter diberi bobot berdasarkan tingkat kepentingan evaluasi kelembagaan. Pembobotan diperlukan untuk mendapatkan akurasi dalam membandingkan dan mengevaluasi setiap pilihan kelembagaan. Pembobotan dalam setiap parameter bertujuan memberikan jalan mengambil keputusan memilih mana pilihan kelembagaan yang lebih baik satu terhadap yang lain. Pada setiap parameter diberi bobot berbeda tergantung tingkat kepentingannya atau tingkat problematikanya. Faktor dalam pembobotan diasumsikan sebagai berikut : ƒ Penentuan parameter dibangun berdasarkan konsensus tim.

ƒ Setiap parameter menggambarkan bobot yang spesifik. ƒ Parameter pada setiap pilihan, diberi nilai skala 1 hingga 5, dimana nilai

1 (satu) menggambarkan kondisi yang sangat diharapkan dan 5 (lima) menggambarkan kondisi yang sangat tidak diharapkan untuk kriteria tersebut. Jumlah total terendah merupakan pilihan kelembagaan yang paling memungkinkan untuk dikembangkan. Penjelasan tentang faktor bobot 1 – 5 adalah berikut dibawah ini.

a. Bobot Tingkat Kepentingan 5:

Bobot Tingkat Kepentingan 5 memperlihatkan faktor utama manajemen, dan atau teknis, dan atau keuangan dan atau kombinasi semuanya, bahwa akan memberikan “ dampak fatal “ terhadap kelanjutan pengembangan di masa depan, menyebabkan pilihan tersebut tidak layak.

b. Bobot Tingkat Kepentingan 4:

Bobot Tingkat Kepentingan 4 memperlihatkan adanya faktor utama manajemen, dan atau teknis, dan atau keuangan, dan atau kombinasi semuanya tetapi belum dikategorikan “dampak fatal“, tetapi memperlihatkan kondisi jangka panjang yang kurang layak terhadap jalanya pilihan tersebut.

c. Bobot Tingkat Kepentingan 3:

Bobot Tingkat Kepentingan 3 memperlihatkan adanya faktor utama manajemen, dan atau teknis, dan atau keuangan, dan atau kombinasi semuanya. Memperlihatkan resiko dan atau dampak teknis dan keuangan yang tidak bisa dihindarkan pada saat melaksanakan pilihan tersebut. Diperlukan berbagai penyesuaian kedepan dalam berbagai hal guna menghindarkan “dampak fatal” dan menghindari kondisi pengembangan yang kurang layak.

d. Bobot Tingkat Kepentingan 2:

Bobot Tingkat Kepentingan 2 menunjukkan kurang signifikannya faktor manajemen, dan atau teknis, dan atau keuangan, dan atau kombinasi semuanya sebagai sumber dampak negatif terhadap Bobot Tingkat Kepentingan 2 menunjukkan kurang signifikannya faktor manajemen, dan atau teknis, dan atau keuangan, dan atau kombinasi semuanya sebagai sumber dampak negatif terhadap

e. Bobot Tingkat Kepentingan 1:

Bobot Tingkat Kepentingan 1 memperlihatkan konsekwensi negatif yang kecil dari faktor manajemen, dan atau teknis, dan atau keuangan, dan atau kombinasi semuanya. Memperlihatkan potensi yang besar dalam perspektif pengembangan kedepan.

4. Penilaian, Penilaian diberikan setelah menelaah analisa setiap kelelebihan dan kekurangan setiap parameter. Nilainya memiliki kisaran antara 1 – 5 dengan penjelasan berikut :

a. Nilai 1 (satu) adalah parameter yang memiliki kelebihan saja, tanpa kekurangan.

b. Nilai 2 (dua) adalah parameter yang memiliki point kelebihan lebih banyak daripada point kekurangan.

c. Nilai 3 (tiga) adalah parameter yang memiliki point kelebihan seimbang dengan point kelemahannya.

d. Nilai 4 (empat) adalah parameter yang memiliki point kekurangan lebih banyak dibandingkan point kelebihannya.

e. Nilai 5 (lima) adalah parameter yang hanya memiliki kekurangan saja.

5. Skor, adalah hasil perkalian dalam setiap parameter antara Bobot Tingkat Kepentingan dengan Nilai. Untuk seluruh parameter dalam setiap alternatif total skor dijumlahkan.

6. Ranking, menunjukkan hasil perbandingan setiap pilihan kelembagaan, diurutkan dari jumlah total skor terendah hingga tertinggi. Urutan ranking adalah sebagai berikut :

a. Skor 1 – merupakan pilihan terbaik

b. Skor 2 – merupakan pilihan baik

c. Skor 3 – merupakan pilihan sedang

d. Skor 4 – merupakan pilihan kurang baik

BAB I I I

GAMBARAN EKONOMI MAKRO KOTA MEDAN

Kondisi perekonomian suatu daerah dapat menjadi cerminan bagaimana tumbuh dan berkembangnya daerah tersebut khususnya dari perspektif ekonomi dan dapat pula menjadi cerminan tingkat kebutuhan daerah tersebut akan berbagai hal dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan sebuah analisis ekonomi makro kota Medan sebagai salah satu dasar pertimbangan bagaimana kebutuhan masyarakat kota Medan dimasa yang akan datang khususnya terhadap keberadaan sebuah Pasar I nduk untuk memenuhi kebutuhan akan sayur-mayur, buah-buahan bahkan rempah-rempah dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti pertumbuhan penduduk, luar wilayah kota Medan, trend pendapatan perkapita, tingkat pendidikan dan kesehatan yang semakin membaik dan sebagainya. Oleh karena itu bab ini menjadi penting untuk analisis-analisis yang akan dilakukan di bab-bab berikutnya.

1. Geografis Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Bahkan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/ negara seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur, Malaysia dan Singapura.

Secara geografis Kota Medan terletak diantara : 2º .27’ - 2º .47’ Lintang Utara dan 98º .35’ - 98º .44’ Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau

265,10 Km 2 atau sama dengan 3,6% dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, selain memiliki modal dasar pembangunan dengan kota 265,10 Km 2 atau sama dengan 3,6% dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, selain memiliki modal dasar pembangunan dengan kota

Luas Kota Medan dapat dikatakan relatif kecil dibandingkan dengan luasan beberapa kota besar lainnya secara regional/ nasional. Keterbatasan ruang lebih dirasakan karena bentuk wilayah administratif Kota Medan yang sangat ramping di tengah, sehingga secara alami dapat menjadi tantangan penghambat pengembangan perkotaan ke wilayah utara, khususnya di bidang penyediaan sarana prasarana kota. Kondisi tersebut juga menyebabkan cenderung kurang seimbang dan terintegrasinya ruang kota di Bagian Utara dengan Bagian Selatan. Namun demikian, sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di pulau Sumatera dan salah satu dari tiga Kota Metropolitan terbesar di I ndonesia, Kota Medan memiliki kedudukan, fungsi dan peranan strategis sebagai pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa perdagangan dan keuangan secara regional/ internasional di kawasan barat I ndonesia, dengan dukungan faktor – faktor dominan yang dimilikinya.

Secara administratif Kota Medan berbatasan dengan : • Sebelah Utara

: berbatasan dengan Selat Malaka

• Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang • Sebelah Selatan

: berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang • Sebelah Barat

: berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan batas-batas administratif kota tersebut di atas, maka walaupun luas wilayah Kota Medan relatif kecil, tetapi Kota Medan dikelilingi lingkungan regional dengan basis ekonomi Sumber Daya Alam (SDA) yang relatif besar dan beragam.

Kondisi klimatologi Kota Medan menurut Stasiun BMG Sampali suhu

0 minimum berkisar antara 23,3 0 C – 24,1

C dan suhu maksimum berkisar antara 31,0 0 C – 31,1 0 C. Kelembaban udara Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 –

58 persen. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0.48 m/ detik, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya adalah 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2003 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 299,5 mm.

Sungai-sungai yang melintas di Kota Medan memiliki pengaruh sosial ekonomi dan lingkungan yang cukup besar pada perkembangan fisik Kota Medan. Sungai- sungai ini digunakan sebagai sumber air untuk masyarakat yang menduduki daerah sekitar sungai, sekaligus berfungsi sebagai drainase primer dalam rangka pengendalian banjir serta tempat pembuangan air hujan. Kota Medan secara hidrologi dipengaruhi dan dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan anak sungai seperti Sungai Percut, Sungai Deli, Sungai Babura, Sei Belawan dan sungai-sungai lainnya.

Tabel 3.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan

No Kecamatan

Luas (Ha)

Medan Tuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan

Sumber : Pemerintah Kota Medan

Berdasarkan ketentuan perundang – undangan, administrasi Kota Medan dipimpin oleh Walikota/ Wakil Walikota yang dipilih secara langsung. Kota Medan saat ini terdiri dari 21 Kecamatan dengan 151 Kelurahan, yang terbagi atas 2.001 lingkungan.

2. Demografi Kota Medan

2.1. Kondisi Demografis

Secara demografis Kota Medan memiliki ciri penting yaitu kemajemukan yang meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat. Hal ini telah mendorong terbangunnya karakter sebagian besar penduduk Kota Medan yang bersifat terbuka. Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran tersebut adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan kemajuan secara sosial ekonomi. Disisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang semakin memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Tabel 3.2. Jumlah, Laju Pertambahan dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2005 -2008

Jumlah Penduduk (jiwa)

Laju Pertumbuhan Penduduk (%)

265,10 265,10 265,10 265,10 Kepadatan Penduduk per-km 2 7.681 7.798 7.858 7.929 Sumber : BPS Kota Medan

Luas Wilayah (KM 2 )

Keterangan : a ) Angka Sementara

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas diperoleh informasi bahwa ada peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.036.185 jiwa pada tahun 2005 menjadi 2.067.288 jiwa pada tahun 2006, 2.083.156 jiwa pada tahun 2007 dan terus bertambah menjadi 2.102.105 jiwa pada tahun 2008. Laju pertumbuhan berkisar 1.5% pada tahun 2005 dan tahun 2006, 0,77% pada tahun 2007 dan 0,91% pada tahun 2008. Walaupun meningkat namun tidak terlalu mencolok, bahkan laju pertumbuhan penduduk cenderung menunjukkan trend penurunan sejak tahun 2008. Diketahui, faktor alami yang mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk adalah tingkat kelahiran, kematian, dan arus urbanisasi. Oleh karenanya, upaya-upaya pengendalian kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB) terus dipertahankan untuk menekan angka kelahiran.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka terjadi peningkatan kepadatan penduduk dari 7.681 jiwa/ km 2 pada tahun 2005, 7.798 jiwa/ km 2 pada tahun 2006, 7.858 jiwa/ km 2 pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 menjadi 7.929 jiwa/ km 2 . Tingkat kepadatan tersebut relatif tinggi, sehingga termasuk salah satu permasalahan yang harus diantisipasi. Apalagi dengan semakin menyempitnya luas lahan yang ada sehingga berpeluang terjadi ketidakseimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada. Kombinasi antara kepadatan, commuters (penglaju), para pencari kerja dan peran Pemerintah Kota Medan sebagai pusat pelayanan regional menyebabkan tuntutan akan pelayanan dasar menjadi meningkat.

Disamping itu, adanya fenomena penglaju di Kota Medan menyebabkan jumlah penduduk pada siang hari lebih banyak, yaitu sekitar 2,5 juta jiwa dibandingkan jumlah penduduk pada malam hari diperkirakan sebesar 2,1 juta jiwa. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa penyebab utama fenomena penglaju di Kota Medan karena adanya pandangan bahwa (1) bekerja di kota lebih bergengsi, (2) lebih mudah mencari pekerjaan di kota, (3) tidak ada lagi yang dapat dikerjakan (diolah) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang lebih baik. Besarnya dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap Disamping itu, adanya fenomena penglaju di Kota Medan menyebabkan jumlah penduduk pada siang hari lebih banyak, yaitu sekitar 2,5 juta jiwa dibandingkan jumlah penduduk pada malam hari diperkirakan sebesar 2,1 juta jiwa. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa penyebab utama fenomena penglaju di Kota Medan karena adanya pandangan bahwa (1) bekerja di kota lebih bergengsi, (2) lebih mudah mencari pekerjaan di kota, (3) tidak ada lagi yang dapat dikerjakan (diolah) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang lebih baik. Besarnya dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap

Faktor lain yang secara umum mempengaruhi semakin menurunnya angka pertumbuhan penduduk pada periode 2005-2008 adalah peningkatan derajat pendidikan masyarakat Kota Medan. Pada umumnya peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata pendidikan generasi muda, yang merupakan calon orangtua yang memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan semakin meningkat. Adanya anggapan mengenai jumlah anggota keluarga yang tidak besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih ringan, mendorong Pasangan Usia Subur (PUS) cenderung mengikuti konsep Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Bahkan sebagian PUS baru memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai alasan ekonomi (bekerja) ataupun alasan sosial dan psikologis lainnya.

2.2. Komposisi Penduduk

Sebagai salah satu faktor penting dalam pembangunan, maka komposisi penduduk Kota Medan berpengaruh terhadap formulasi kebijakan pembangunan kota, baik menjadi subjek maupun objek pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya-upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, didasarkan kepada kebutuhan pelayanan yang harus disediakan kepada masing- masing kelompok usia penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan sosial ekonomi lainnya.

Proporsi anak-anak berusia dibawah lima tahun (balita) dalam kelompok penduduk Kota Medan sekitar 8.3% dari jumlah penduduk. Besarnya proporsi dan jumlah penduduk anak-anak balita ini berimplikasi pada kebutuhan prasarana Proporsi anak-anak berusia dibawah lima tahun (balita) dalam kelompok penduduk Kota Medan sekitar 8.3% dari jumlah penduduk. Besarnya proporsi dan jumlah penduduk anak-anak balita ini berimplikasi pada kebutuhan prasarana

Tabel 3. 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Medan

Tahun 2008 a )

Golongan

Jumlah Umur

Laki-laki

Perempuan

Jiwa Persen [1]

Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka sementara penduduk pertengahan tahun 2008

Pada kelompok usia anak-anak dan remaja, kebijakan dan program pembangunan kota yang ditempuh selama ini diarahkan pada peningkatan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak dan remaja, peningkatan kualitas pendidikan dan lain-lain. Upaya ini terus dilakukan untuk mempersiapkan masa depan anak-anak dan remaja guna mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang semakin berkualitas.

Komposisi penduduk dalam kelompok usia 15-64 tahun sebagai kelompok usia produktif atau kelompok usia aktif secara ekonomis, dimana jumlahnya diperkirakan mencapai 1,4 juta jiwa; dan di luar kelompok usia produktif terdapat kelompok usia tidak produktif, yang cenderung akan ditanggung oleh kelompok usia produktif, yang biasa disebut dengan angka beban tanggungan (ABT). Untuk

Kota Medan angka beban tanggungan berkisar 44, atau sekitar setiap 44 orang ditanggung oleh 100 orang produktif.

Jumlah penduduk Kota Medan saat ini diperkirakan 2,1 juta jiwa lebih, dan diproyeksikan mencapai 2,139 juta jiwa pada tahun 2010, ditambah beban arus penglaju akan menjadi beban pembangunan yang harus ditangani secara terpadu dan komprehensif. Di samping itu sangat diperlukan pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi wilayah.

Berdasarkan jumlah, struktur, distribusi serta kondisi sosial ekonomi, beberapa masalah pokok kependudukan dapat disajikan sebagai berikut :

1. Kecenderungan adanya penurunan fluktuasi laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2006, tahun 2007 dan tahun 2008.

2. Kecenderungan peningkatan arus ulang alik ke Kota Medan yang berimplikasi kepada pemenuhan fasilitas sosial yang dibutuhkan.

3. Masalah kemiskinan, tenaga kerja dan permasalahan sosial lain yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global.

4. Penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman.

3. Kondisi Ekonomi

Proses pembangunan disamping membutuhkan masukan (input) juga diharapkan dapat memberikan outcome dan menimbulkan dampak, bagi kemajuan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagai pendekatan tolok ukur kinerja pembangunan dimunculkan indikator-indikator ekonomi maupun sosial.

I ndikator kinerja pembangunan kota secara makro berguna untuk melakukan evaluasi kualitas pembangunan yang diselenggarakan berdasarkan arah kebijakan, program dan anggaran yang ditetapkan. Hal ini diharapkan mampu memberikan umpan balik bagi formulasi kebijakan, program, dan kegiatan- I ndikator kinerja pembangunan kota secara makro berguna untuk melakukan evaluasi kualitas pembangunan yang diselenggarakan berdasarkan arah kebijakan, program dan anggaran yang ditetapkan. Hal ini diharapkan mampu memberikan umpan balik bagi formulasi kebijakan, program, dan kegiatan-

Penyajian indikator makro kinerja pembangunan kota tersebut didasarkan juga atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang secara eksplisit mewajibkan pengelolaan anggaran mengacu kepada keberhasilan dan prestasi kinerja. Berdasarkan hal tersebut, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kota, tidak hanya harus dapat memberikan argumentasi input yang digunakan, juga menguraikan output, outcome, benefit dan impact yang dihasilkan, sebagai tolok ukur kinerja dalam pembangunan kota.

Berdasarkan hal tersebut maka penyajian, indikator kinerja pembangunan kota tahun 2008 ini, diharapkan dapat memberikan gambaran secara makro berbagai hasil, manfaat dan dampak pembangunan kota yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Medan berserta seluruh stakeholder yang terlibat, baik unsur masyarakat, swasta, pers, kaum profesional dan komponen pembangunan kota lainnya selama tahun 2008.

3.1. I ndikator Makro Pembangunan Kota

I ndikator kinerja makro pembangunan kota yang digunakan dalam mengukur capaian pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan kota selama tahun 2008 dikelompokkan menjadi 2 (dua) bidang yaitu :

1. I ndikator Kinerja Makro pembangunan kota untuk bidang ekonomi

2. I ndikator Kinerja Makro pembagunan kota untuk bidang kesejahteraan rakyat

Untuk lebih menyamakan persepsi dalam penggunaan istilah, maka disampaikan secara sekilas mengenai pengertian-pengertian yang digunakan dalam suatu indikator. Salah satu indikator ekonomi daerah yang sering digunakan adalah PDRB. Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan merupakan jumlah Untuk lebih menyamakan persepsi dalam penggunaan istilah, maka disampaikan secara sekilas mengenai pengertian-pengertian yang digunakan dalam suatu indikator. Salah satu indikator ekonomi daerah yang sering digunakan adalah PDRB. Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan merupakan jumlah

1. Pertanian, yang terdiri dari tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan;

2. Pertambangan dan penggalian;

3. I ndustri pengolahan;

4. Listrik, gas dan air bersih;

5. Konstruksi;

6. Perdagangan, hotel dan restoran/ rumah makan;

7. Transportasi dan komunikasi;

8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan

9. Jasa kemasyarakatan termasuk jasa pelayanan pemerintah dan jasa perorangan.

Nilai PDRB dapat dihitung berdasarkan harga berlaku ( current price ) maupun berdasarkan harga konstan ( constant price ). PDRB Kota Medan yang dihitung menurut harga berlaku menunjukkan kontribusi dalam struktur perekonomian kota berdasarkan harga yang berlaku dalam tahun bersangkutan, yang didalamnya tercakup unsur inflasi secara makro. Pertumbuhan PDRB atas harga berlaku belum secara nyata menggambarkan pertumbuhan ekonomi karena adanya unsur tingkat inflasi. Untuk dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi secara riil digunakan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Pada saat ini, tahun dasar yang digunakan untuk menentukan harga konstan adalah berdasarkan tahun dasar tertentu yaitu tahun 2000. I ndikator lain adalah pertumbuhan ekonomi yang merupakan persentase kenaikan (atau penurunan) PDRB harga konstan suatu tahun, dibandingkan dengan PDRB harga konstan tahun sebelumnya.

I nformasi turunan dari PDRB selain pertumbuhan ekonomi adalah PDRB perkapita dan struktur ekonomi. PDRB perkapita dihitung dengan cara membagi jumlah PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka PDRB perkapita memperlihatkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk, yang mengindikasikan gambaran tingkat kemakmuran penduduk.

Sedangkan struktur ekonomi menunjukkan pengelompokan PDRB menurut unit- unit produksi utama yaitu primer, sekunder dan tertier. I ndikator kinerja makro lain yang berkaitan dengan perekonomian adalah tingkat inflasi, ekspor dan impor. Melalui indikator ekonomi ini diperoleh gambaran keberhasilan atau hasil kinerja pembangunan kota, dalam mewujudkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat.

Selanjutnya indikator kinerja makro untuk bidang kesejahteraan rakyat mencakup indikator kinerja pembangunan Kota Medan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang ditinjau dari aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan. Beberapa pengertian indikator kinerja makro bidang kesejahteraan rakyat disajikan sebagai berikut :

Tabel 3. 4. I ndikator Kinerja Makro Bidang Ekonomi

Indikator Kinerja Makro

Aspek

Keterangan Indikator [1]

Nama Indikator

Jumlah seluruh nilai tambah bruto yang ditimbulkan/dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan

PDRB Kota Medan usaha yang melakukan usahanya di wilayah Medan.

Produk Nilai produksi atau nilai output dari barang dan jasa Domestik

yang dihasilkan dikurangi biaya antara yang digunakan Regional Bruto

Nilai Tambah Bruto (NTB) dalam proses produksi. Komponen NTB terdiri dari : (PDRB)

faktor pendapatan, penyusutan modal tetap dan pajak tak langsung netto.

Jumlah seluruh nilai tambah bruto yang dihasilkannya pada setiap tahun, yang penilaiannya dilakukan

PDRB atas dasar harga berlaku berdasarkan harga pada tahun berjalan.

Indikator Kinerja Makro

Aspek

Keterangan Indikator [1]

Nama Indikator

Jumlah seluruh nilai tambah bruto yang dihasilkannya pada setiap tahun dengan penilaian berdasarkan suatu

PDRB atas dasar harga konstan harga pada tahun tertentu (tahun dasar). Untuk saat ini digunakan tahun dasar 2000.

Perbandingan antara NTB suatu sektor terhadap total Distribusi PDRB menurut

NTB, yang juga dapat menggambarkan struktur sektor/lapangan usaha

ekonomi atau peranan suatu sektor terhadap perekonomian wilayah.

Pertumbuhan Ekonomi Nilai yang menunjukkan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Nilai PDRB dibagi dengan jumlah penduduk, yang

PDRB Perkapita menggambarkan nilai PDRB per jiwa Inflasi

Inflasi Gambaran kecenderungan umum tentang perkembangan harga barang

Ekspor-Impor Batasan tentang ekspor-impor Kota Arus barang keluar dan masuk secara administratif Medan

melewati wilayah kepabeanan baik melalui Bandara Polonia maupun Pelabuhan Laut Belawan

Surplus perdagangan Selisih nilai ekspor dengan impor

Tabel 3.5. I ndikator Kinerja Bidang Makro Kesejahteraan Rakyat

Indikator Kinerja Makro

Aspek Nama Indikator

Keterangan Indikator [1]

Menunjukkan perubahan secara persentase penduduk akhir tahun

Pertumbuhan tertentu dibanding dengan tahun sebelumnya. Perhitungan ini Penduduk

Kependudukan

biasanya dilakukan dengan metode eksponensial Menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa pada level

pendidikan tertentu dengan penduduk pada level pendidikan tertentu Angka Partisipasi

dikalikan 100 %.

Kasar (APK)

Misal :

APK SD-MI adalah banyaknya murid yang sekolah SD-MI dibagi jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun dikalikan 100

Menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa pada level pendidikan tertentu yang berusia pada level sekolah tertentu dengan

Angka Partisipasi penduduk usia pada level pendidikan tertentu dikalikan 100 %.

Pendidikan

Murni (APM) Misal : APM SD-MI adalah banyaknya murid yang sekolah SD-MI dengan usia 7-12 tahun dibagi jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun dikalikan 100 %

Menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk usia level pendidikan tertentu yang masih sekolah dengan penduduk pada usia

Angka Partisipasi

level pendidikan tertentu dikalikan 100 %.

Sekolah (APS) Misal : APS 7-12 tahun adalah banyaknya penduduk usia 7-12 tahun yand masih sekolah dibagi jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun dikalikan 100 %

Angka Melek Huruf Menunjukkan besarnya persentase penduduk 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis.

Angkatan Kerja Penduduk berusia 15 tahun keatas yang bekerja atau mencari pekerjaan.

Ketenagakerjaan

Bukan Angkatan Penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang sekolah, mengurus Kerja

rumahtangga, pensiunan atau sudah tidak mampu melakukan pekerjaan karena tua, sakit dan cacat.

Tingkat Partisipasi Persentase penduduk aktif secara ekonomi (bekerja atau mencari

Indikator Kinerja Makro

Aspek Nama Indikator

Keterangan Indikator [1]

Angkatan Kerja kerja) atau angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15 tahun keatas)

Tingkat Persentase penduduk yang mencari kerja terhadap angkatan kerja. Pengangguran Terbuka Tingkat Kelahiran

Menunjukkan banyaknya bayi lahir hidup pada setiap 1.000 kelahiran Bayi

Kesehatan

Tingkat Kematian Menunjukkan banyaknya kematian bayi berumur dibawah satu tahun Bayi

per 1.000 kelahiran hidup

Angka Harapan Menunjukkan perkiraan rata-rata lama hidup yang dapat dicapai Hidup

penduduk.

Indeks Pengetahuan Indeks yang ditunjukkan dengan indikator berupa rata-rata lama

Indikator

sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas.

Pembangunan

Indeks Kelangsungan Indeks yang dinyatakan dengan indikator berupa angka harapan

Indeks Daya Beli Indeks yang dinyatakan dengan indikator berupa rata-rata penge- luaran perkapita yang telah disesuaikan.

3.2. I ndikator Ekonomi Makro

Kegiatan ekonomi daerah sangat terkait dengan kemampuan setiap orang atau siapapun untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraannya, baik kemampuan untuk berproduksi maupun mengkonsumsi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Mengingat keterkaitan yang begitu tinggi antara kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan baik kemampuan untuk berproduksi atau mengkonsumsi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan, maka aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Pemanfaatan variabel ekonomi daerah sebagai bagian dari ukuran kinerja dalam pembangunan kota sangat realistis sebab secara teknis operasional, konsep ekonomi menyediakan berbagai alat ukur kuantitatif yang relevan, untuk mengevaluasi proses pembangunan kota secara ekonomi. Oleh karena itu, untuk melihat keluaran, hasil manfaat serta dampak pembangunan kota yang telah dilaksanakan, sekaligus untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya, sangat lazim digunakan indikator makro perekonomian. Beberapa variabel ekonomi daerah yang dapat digunakan adalah : Produksi Domestik Regional Bruto

(PDRB), PDRB Perkapita, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan ekspor-impor, dan lain lain.

Sebagai ukuran makro yang sangat luas dimanfaatkan dalam analisis ekonomi pembangunan, evaluasi dengan menggunakan indikator ekonomi ini sekaligus sangat membantu untuk mengamati apakah kebijakan-kebijakan pembangunan kota dalam bidang ekonomi yang selama ini diterapkan telah sesuai atau belum, efektif atau tidak, ketika disepadankan dengan rencana-rencana ekonomi yang telah ditetapkan, sehingga menggambarkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat sebagaimana diharapkan.

3.2.1. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) Atas Harga Berlaku

Selama periode 2005-2008, perkembangan perekonomian Kota Medan, cenderung tumbuh secara positip ditandai oleh peningkatan PDRB atas harga berlaku masing-masing Rp 42,79 triliun tahun 2005, Rp 48,85 triliun tahun 2006, Rp 55,46 triliun tahun 2007 dan Rp 64,42 triliun tahun 2008, atau meningkat rata- rata sebesar 14,62% / tahun. Bila diamati lebih jauh, peningkatan PDRB (ADHB) tahun 2008 merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir, yaitu mencapai 16,16% .

Tabel 3.6. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 – 2008 (milyar Rp.)

Sektor/Lapangan Usaha

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor/Lapangan Usaha a 2005 2006 2007 2008 )

[5] 7. Transportasi dan Telekomunikasi

8. Keuangan dan Jasa Perusahaan

42.792,45 48.849,95 55.455,58 64.421,79 Sumber : BPS Kota Medan

PDRB

Keterangan : a ) Angka Sementara

Berdasarkan Tabel 3.6 diketahui bahwa selama tahun 2008, kondisi perekonomian daerah mengalami peningkatan pada berbagai sektor/ lapangan usaha. Kontribusi terbesar diperoleh dari subsektor transportasi dan telekomunikasi (35,2% ), disusul subsektor I ndustri pengolahan (13,3% ), subsektor Keuangan dan jasa perusahaan (12.8% ). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota Medan digerakkan oleh seluruh kelompok sektor yaitu primer, sekunder dan tersier secara simultan.

3.2.2. Struktur Ekonomi

Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi.

Tabel 3. 7. Struktur PDRB menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2008

Sektor/Lapangan Usaha

[5] I. Primer

Pertambangan dan Penggalian

II. Sekunder 26,91 28,37 27,93 27,40 Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air

III. Tersier 70,03 68,70 69,21 69,70 Perdagangan, Hotel dan

Restoran

Transportasi dan Telekomunikasi

Keuangan dan Jasa Perusahaan

100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kota Medan

PDRB

Keterangan : a ) Angka Sementara

Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2008 menunjukkan, lapangan usaha utama seperti lapangan usaha perdagangan/ hotel/ restoran, lapangan usaha transportasi/ telekomunikasi serta lapangan usaha industri pengolahan, cenderung dominan dalam perekonomian Kota Medan.

Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3.7 menunjukkan bahwa kontribusi tertinggi disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 30,88% . Kemudian diikuti oleh sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 29,24% , sektor industri pengolahan sebesar 20,99% dan sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 18,22% .

Sesuai dengan ciri ekonomi daerah yang ada, transformasi struktural ekonomi Kota Medan tidak terjadi secara signifikan dalam kurun waktu yang lama, tetap didomonasi subsektor tertier (69,70% ), subsektor sekunder (27,40% ). Oleh Sesuai dengan ciri ekonomi daerah yang ada, transformasi struktural ekonomi Kota Medan tidak terjadi secara signifikan dalam kurun waktu yang lama, tetap didomonasi subsektor tertier (69,70% ), subsektor sekunder (27,40% ). Oleh

3.2.3. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) Atas Dasar Harga Konstan

Berdasarkan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000, selama periode 2005-2008 juga terjadi peningkatan, yang menggambarkan kondisi tetap tumbuhnya sektor-sektor produksi, ekonomi daerah secara riil.