TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK TABUNGAN HARI TUA DAN PENSIUN YANG DIKELOLA OLEH PT TASPEN (PERSERO) BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIVONIS MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI.
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK TABUNGAN HARI TUA DAN
PENSIUN YANG DIKELOLA OLEH PT TASPEN (PERSERO) BAGI
PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIVONIS MELAKUKAN TINDAK
PIDANA KORUPSI
ALFAIZ FADLI
110110120116
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai pekerja pada umumnya akan ada
saatnya memasuki usia pensiun dimana tidak mampu lagi bekerja dikarenakan
faktor usia. Untuk kelangsungan hidup setelah tidak lagi bekerja, maka oleh
negara PNS dibekali dengan jaminan sosial yang terdiri dari tabungan hari tua
(THT) dan pensiun. Ide dari munculnya hak-hak ini tidak lain bertujuan sebagai
bentuk balas jasa atas kontribusi terhadap pembangunan bangsa. Kontribusi yang
dimaksud berkaitan erat dengan kinerja selama berkerja serta tidak melakukan
hal-hal yang mana dilarang oleh peraturan. Meskipun telah dijamin
kesejahterahannya, faktanya banyak PNS yang terbukti melakukan tindak pidana
korupsi yang mana menghianati dan merugikan negara. Pencabutan hak-hak yang
akan diterima seperti THT dan pensiun perlulah diupayakan sebagai bentuk
tindakan represif terhadap PNS koruptor. Dalam upaya pencabutan THT dan
pensiun bagi PNS koruptor, maka diperlukan pengkajian mulai dari segi
perjanjian asuransi berkenaan dengan keabsahan pencabutan, penilaian apakah
hak-hak tersebut termasuk kepada hak-hak tertentu yang berasal dari negara, serta
bagaimana aturan memperlakukan PNS Koruptor.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode penelitian hukum normatif
dimana merupakan penelitian kepustakaan yang yuridis dikaitkan dengan studi
empiris, serta spesifikasi penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif
analisis yang diartikan sebagai suatu prosedur pemecahan masalah yang diteliti
pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
mendapatkan kepastian hukum yang diangkat penulis.
Pada penulisan skripsi ini diperoleh kesimpulan bahwa THT dan pensiun
terletak pada perjanjian yang saling berdiri sendiri ditinjau dari beberapa aspek
perjanjian. Kedua program nyatanya memiliki perbedaan dari segi pengelolaan.
Adanya iuran pemerintah dalam program pensiun menjadi pembenaran apabila
hak ini dicabut secara sepihak pemerintah, tetapi tidaklah tepat diberlakukan sama
untuk program THT. Aturan menghendaki PNS Koruptor untuk tidak menerima
hak THT dan pensiun. Meskipun aturan menghendaki demikian, akan tetapi
pencabutan hak ini digantungkan pada keputusan pemberhentian “dengan tidak
hormat” yang dikeluarkan oleh pejabar yang berwenang.
1
TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK TABUNGAN HARI TUA DAN
PENSIUN YANG DIKELOLA OLEH PT TASPEN (PERSERO) BAGI
PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIVONIS MELAKUKAN TINDAK
PIDANA KORUPSI
ALFAIZ FADLI
110110120116
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai pekerja pada umumnya akan ada
saatnya memasuki usia pensiun dimana tidak mampu lagi bekerja dikarenakan
faktor usia. Untuk kelangsungan hidup setelah tidak lagi bekerja, maka oleh
negara PNS dibekali dengan jaminan sosial yang terdiri dari tabungan hari tua
(THT) dan pensiun. Ide dari munculnya hak-hak ini tidak lain bertujuan sebagai
bentuk balas jasa atas kontribusi terhadap pembangunan bangsa. Kontribusi yang
dimaksud berkaitan erat dengan kinerja selama berkerja serta tidak melakukan
hal-hal yang mana dilarang oleh peraturan. Meskipun telah dijamin
kesejahterahannya, faktanya banyak PNS yang terbukti melakukan tindak pidana
korupsi yang mana menghianati dan merugikan negara. Pencabutan hak-hak yang
akan diterima seperti THT dan pensiun perlulah diupayakan sebagai bentuk
tindakan represif terhadap PNS koruptor. Dalam upaya pencabutan THT dan
pensiun bagi PNS koruptor, maka diperlukan pengkajian mulai dari segi
perjanjian asuransi berkenaan dengan keabsahan pencabutan, penilaian apakah
hak-hak tersebut termasuk kepada hak-hak tertentu yang berasal dari negara, serta
bagaimana aturan memperlakukan PNS Koruptor.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode penelitian hukum normatif
dimana merupakan penelitian kepustakaan yang yuridis dikaitkan dengan studi
empiris, serta spesifikasi penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif
analisis yang diartikan sebagai suatu prosedur pemecahan masalah yang diteliti
pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
mendapatkan kepastian hukum yang diangkat penulis.
Pada penulisan skripsi ini diperoleh kesimpulan bahwa THT dan pensiun
terletak pada perjanjian yang saling berdiri sendiri ditinjau dari beberapa aspek
perjanjian. Kedua program nyatanya memiliki perbedaan dari segi pengelolaan.
Adanya iuran pemerintah dalam program pensiun menjadi pembenaran apabila
hak ini dicabut secara sepihak pemerintah, tetapi tidaklah tepat diberlakukan sama
untuk program THT. Aturan menghendaki PNS Koruptor untuk tidak menerima
hak THT dan pensiun. Meskipun aturan menghendaki demikian, akan tetapi
pencabutan hak ini digantungkan pada keputusan pemberhentian “dengan tidak
hormat” yang dikeluarkan oleh pejabar yang berwenang.
1