Politik Pencitraan Caleg.

Pikiran Rakyat
.
Selasa

456
20

21

o Mar

OApr

0

Rabu

7
22

OMei


o Kamis 0 Jumat o Sabtu o Minggu

8
23

9

10

24

OJun

12

11

26


27

0 Ags

OSep

25
OJul

13

Politi!," Pencitraan
--

---

-

--


Oleh SUWANDI SUMARTIAS

O

PINI sinis dan apriori
masyarakat yang mengomentari iklan politik para calon legislatif (caleg)
yang tersebar melalui berbagai
media, terutama karena adanya berbagai gambar atau foto
di tempat-tempat
terbuka
menjadi indikator betapa buruknya
pencitraan
caleg
dan/ atau politisi, kecuali di
mata anggota atau konstituennya. Harapan apa yang bisa dibangun di tengah-tengah krisis
kepercayaan tersebut?
Krisis kepercayaan masyarakat terhadap para caleg tidak
akan terwujud tanpa sebab.
Sumber utama masalahnya
bermuara pada performa dan

praksis politik yang ditampilkan politisi dalam keseharian,
baik dalam kehidupan masyarakat maupun dalam ranah birokrasi. Praktik "menilap"
uang rakyat dengan beragam
modus dan tujuan, sungguh
luar biasa, dan sebagian politisi kini telah, sedang, dan akan
diproses secara hukum.
Politik dalam tataran praksis
mengalami distorsi makna dan
antiklimaks sehingga masyarakat menilai caleg dengan berbagai iklan dirinya hanya
membuang-buang biaya dan
waktu. Bahkan, berbagai pelanggaran sudah mulai tampak, mulai dari etika pemasangan yang tidak pada tempatnya, termasuk di tempattempat yang rawan kecelakaan
lalu lintas, sampai dengan ba-

nyaknya poster atau baliho
yang tidak mendapat izin dari
dinas terkait begitu marak mengotori tempat-tempat terbuka. Bukankah tindakan atau
perbuatan baik harus diikuti
dengan cara yang baik pula?
Pencitraan negatif (negative
image) para caleg merupakan

proses panjang yang masuk dimensi waktu dan sejarah perpolitikan bangsa ini. Roh reformasi (1998) sejatinya menjadi momentum penting membangun komitmen dalam upaya perubahan sikap dan perilaku elite birokrasi dan politik
kekuasaan di semua level dari
pusat dan daerah. Akan tetapi,
yang muncul ke permukaan
adalah pertarungan dan kompetisi politisi atau caleg untuk
berlomba-Iomba mengejar dan
meraih jabatan dan kekuasaan
dengan segala yang melanggar
norma-norma hukum etika,
sosial, dan moral. Praksis politik menjadi ajang bisnis yang
tidak profesional dan bertanggung jawab, sehingga citra politisi dalam kekinian (current
image) belum berubah "wajah" seperti pencitraannya pada masa lalu. Berbagai peringatan dan opini akan tampilnya "politisi dadakan, politisi
busuk, dan atau apa pun istilahnya" seolah menjadi "bahaya laten" bagi masyarakat
untuk diwaspadai.
Pada Pemilu 209,rakyat semakin cerdas dan kritis dalam
menentukan pilihan terbaik-

Kliping
-


---

Humos
-

Unpod
--

28
OOkt

--

14

15
29

16
30


ONov

\

ODes

Caleg
---

- ----

nya. Mereka tidak akan mudah
terbuai rayuan dan janji-janji
kampanye politisi yang di atas
kertas (iklan) menunjukkan keberpihakannya pada reformasi,
namun dalam kehidupan sehari-hari belumjelas kiprah, manfaat, dan komitmennya dalam
mengusung perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Siapa yang sudah peduli menurunkan harga-harga kebutuhan
pokok karena "BBM turun"?

Siapa yang ikut aktif membangun dan memperbaiki jalanjalan rusak di masyarakat? Siapa yang siap dan memiliki komitmen untuk tidak melakukan
tindakan
melawan hukum
dan/atau korupsi? Masih banyak pertanyaan lain yang berkembang di masyarakat, dan
mk mungkin dijawab lewat ikIan politik semata.
Pencitraan politik apa pun
terhadap para caleg, tentunya
merupakan mata rantai dan
proses panjang dalam ruang
dan waktu secara bersama dalam praksis sosial keseharian.
Peluang inilah yang dilewatkan atau dilupakan para caleg
pada Pemilu 2009.
Prospek politisi
Maraknya iklan para politisi
melalui berbagai media, sebenarnya merupakan hak mereka
selama tidak mengganggu atau
melanggar ketertiban hukum
dan kenyamanan sosial. Na-

mun, persoalan yang muncul

kemudian adanya fenomena
bahwa para caleg (incumbent
atau baru) sebagai politisi yang
akan mewakili
--- rakyat di lemba-

2009

31

I

tunya dibutuhkan tipe-tipe kega legislatif(DPR, DPRD, dan an dan kesetiaan rakyat untuk
pemimpinan yang mumpuni
DPD) dirasakan bleh rakyat sa- "berkorban" dan berpartisipangat meragukan, baik kineIja si dalam pemilu pada hakikatsecara lahir dan batin. Semoga
maupoo kred.ibilitasnya.
Pemilu 2009 akan menjadi
nya sebagai wujud pengabdian
momentum lahimya elite poliPara caleg percaya diri un- politik rakyat untuk kelangtik yang mampu mengisi posituk tampil Oagi), karena ba- sungan pemerintahan yang
si negara dan/atau pemerintah

memiliki legalitas rakyat. Nanyak faktor. Pertama; pemilu
moo, harapan ataupoo aspira- yang dapat melindoogi, mengsebagai pesta rakyat, dimaknai
ayomi serta mencari solusi basebagai "kewajiban" dari pe- si rakyat lagi-Iagi senantiasa
merintah daripada sebagai menjadi kendaraan politisi ha- gi mayoritas rakyat, tidak lagi
''hak'', bahkan Mill "ikut-ikut- nya untuk mengejar jabatan
berubah wajah menjadi predadan kekuasaan semata.
tor eli~ebagi rakyatnya. ***
an" mengharamkan
golput.
Kedua, era reformasi dan deMeminjam apa yang dikataPenulis, staf pengajar komokratisasi mendorong politi- kan John Lazarus (1999), parsi mendirikan parpol seba- tisipasi rakyat dalam pemilu munikasi politik di Fikom Unpad.
nyak-banyaknya dan membumerupakan wujud tindakan --......at pusing rakyat. Ketiga, situa- pengorbanan seseorang demi
si politik mengambang (flo- orang lain dengan sukarela, telah muncul dalam konteks seating mass) menjadi kekuatan
politisi ootuk ''bertaruh'' mere- jarah evolusi manusia dan bubut simpati dan dukungan
daya (altruisme). Bagi kaum
rakyat, karena rakyat belum hedonis (juga politisi), semua
merasa terikat dengan salah perilaku dimotivasi has rat
menghindari rasa sakit dan
satu parpol. Keempat, mandeknya pendidikan politik ba- mengejar rasa senang, sehinggi rakyat berdampak negatif ga altruisme berkarakter egoistis. Idealnya, altruisme berterhadap semakin rendahnya
dialektika politik rakyat, ter- .kembang dengan baik dalam
masuk minimnya kekritisan

lingkungan masyarakat keeil
yang egaliter dan interaksinya
dan keeerdasan rakyat dalam
memilih calegnya. Kelima, po- sangat kental, karena sumber
litisi dengan kekuatan "mate- daya dan lingkungannya sangat terbatas dan tidak menjari"-nya secara potensial mampu menarik dan mengumbar
di ajang perebutan.
Namoo, dalam konteks poliberbagai janji jika terpilih nanti (termasiJk politik uang). Ke- tik praktis yang sedang dialami
enam, nihilnya kredibilitas
bangsa' ini, ketika menjadi caleg merupakan ajang kompetilembaga
kemasyarakatan
si, bisnis, serta bertujuan unataupun sosial politik budaya
untuk mampu melakukan
tuk berkuasa dan mendapatkan peluang yang "empuk" dapendidikan politik tandingan
bagi rakyat, termasuk lepasnya lam birokrasi, altruisme jenis
kontrol pemerintah
dalam
ini pada hakikatnya sarna dengan pola-pola kanibalisme
menjalankan fungsi politik
yang benar-benar optimal.
dan egoisme politik semata.
Dalam ranah politik, kerela- Dalam situasi seperti ini, ten-

-- ---------