STUDI KASUS TERHADAP DISSENTING OPINION PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.2723K/PDT/2011 DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.
`STUDI KASUS TERHADAP DISSENTING OPINION PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NO.2723K/PDT/2011 DIHUBUNGKAN DENGAN
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
ABSTRAK
Dalam kehidupan sehari-hari, perjanjian merupakan hal yang biasa terjadi
karena manusia saling membutuhkan satu sama lain untuk hidup. Hal itu pula
yang melatarbelakangi perjanjian antara PT. Dai Nippon Indonesia yang
membutuhkan CV. Hidup Bersama sebagai rekanan dalam pengelolaan limbah
B3 maupun limbah non B3. Adakalanya suatu perjanjian menimbulkan
wanprestasi jika salah satu pihak tidak memenuhi prestasinya, memenuhi jika
terlambat atau memenuhi tetapi tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan.
Sengketa antara PT. Dai Nippon Indonesia dan CV. Hidup Bersama berawal
ketika CV. Hidup Bersama mengganggap tindakan dari PT. Dai Nippon Indonesia
merupakan suatu wanprestasi karena tidak mengizinkan CV. Hidup Bersama
untuk mengelola limbah di salah satu pabriknya meskipun syarat perizinan yang
dimintakan oleh PT. Dai Nippon Indonesia sudah dipenuhi. Meskipun dalam
perjanjian tanggal 20 Oktober 2003 tidak terdapat klausula mengenai pabrik
mana saja yang menjadi objek, akan tetapi sejak perjanjian tersebut dibuat CV.
Hidup Bersama telah melakukan kegiatan di semua pabrik PT. Dai Nippon
Indonesia. Adapun masalah yang diteliti adalah mengenai tindakan yang
dilakukan oleh PT. Dai Nippon Indonesia merupakan suatu bentuk wanprestasi
atau bukan dan apakah dissenting opinion dalam putusan Mahkamah Agung
sudah tepat atau tidak.
Untuk menunjang pembahasan masalah maka Penulis menggunakan
metode pendekatan yuridis normative menggunakan undang-undang dan
peraturan lainnya dan spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif
analitis yang menggunakan menganalisis, dan membandingkan ketentuanketentuan yang berkaitan dengan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur No.
381/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Tim, Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No.
73/Pdt/2011/PT.DKI, serta Putusan Mahkamah Agung No. 2327K/Pdt/2011.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh simpulan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh PT. Dai Nippon Indonesia merupakan suatu bentuk wanprestasi
berdasarkan ketentuan pasal 1234 KUH Perdata yaitu tidak memenuhi prestasi
kepada CV. Hidup Bersama dan Putusan Mahkamah Agung dengan nomor
2327K/PDT/2011 yang mengabulkan kasasi dari PT. Dai Nippon Indonesia yang
menyatakan tindakan PT. Dai Nippon Indonesia tidak melakukan wanprestasi
adalah tidak tepat jika dibandingkan dengan pertimbangan Dissenting Opinion
dari salah satu Hakim Kasasi yang menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan
oleh PT. Dai Nippon Indonesia adalah merupakan bentuk wanprestasi.
CASE STUDIES OF THE DISSENTING OPINION IN THE
DECISION SUPREME COURT NO.2723K/PDT/2011 LINKED WITH THE
BOOK OF THE CIVIL LAW
ABSTRACT
In our daily life, an agreement is a common thing because as human
being, we needs each other in our life. Because of that, PT. Dai Nippon Indonesia
and CV. Hidup Bersama make and agreement to handle the management of B3
wastes and non wastes. Occasionally, a deal causes a breach of contract, if one
of the both side cannot complete a feat og the target, or can complete a fear but
overdue, or it is does not work as what both sides have been compromised
together. The dispute between PT. Dai Nippon Indonesia and CV. Hidup
Bersama started when CV. Hidup Bersama assume that the action of PT. Dai
Nippon Indonesia is a default because they did not allow CV. Hidup Bersama to
manage wastes in one of the factory of PT. Dai Nippon Indonesia, even thought
licensing requirements, requested by PT. Dai Nippon Indonesia, already filled.
Althrought in the agreement on October 20, 2003, there were no clauses about
factory locations which is the object, but since the agreement was made, CV.
Hidup Bersama has done all the activities in all factories of PT. Dai Nippon
Indonesia.
The problem that I observe here to discuss about the action that done by
PT. Dai Nippon Indonesia is categorizes as a breach of contract or not, and
whether Dissenting Opinion in Supreme Court has been right or not. To support
in discussing this research, I use method of Normative Yuridic approach in
national constitution. Furthermore, I use constitution laws and other regulation,
the research specification is descriptive alalysis. Research speculation also used
in analytical description to analyze and compare regulation that related with
verdict pointed out by East Jakarta State Court No.381/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Tim,
by DKI Jakarta Advadced Court No.73/Pdt/2011/PT.DKI, and by Supreme Court
No.2327K/Pdt/2011.
Based on the research, I got conclution of the action bt PT. Dai Nippon
Indonesia is a default, based on article number 1234 from The Book of Civil Law,
that did not fulfill the achievement of the agreement and the Deision of Supreme
Court Number 2327K/PDT/2011 granted the appeal of PT. Dai Nippon Indonesia
which stated the action of PT. Dai Nippon Indonesia did not any defaults is not
appropriate, compared to the Dissenting Opinion of one Supreme Court Judges,
which states that the actions taken bt the PT. Dai Nippon Indonesia is a form of
breach of contract.
MAHKAMAH AGUNG NO.2723K/PDT/2011 DIHUBUNGKAN DENGAN
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
ABSTRAK
Dalam kehidupan sehari-hari, perjanjian merupakan hal yang biasa terjadi
karena manusia saling membutuhkan satu sama lain untuk hidup. Hal itu pula
yang melatarbelakangi perjanjian antara PT. Dai Nippon Indonesia yang
membutuhkan CV. Hidup Bersama sebagai rekanan dalam pengelolaan limbah
B3 maupun limbah non B3. Adakalanya suatu perjanjian menimbulkan
wanprestasi jika salah satu pihak tidak memenuhi prestasinya, memenuhi jika
terlambat atau memenuhi tetapi tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan.
Sengketa antara PT. Dai Nippon Indonesia dan CV. Hidup Bersama berawal
ketika CV. Hidup Bersama mengganggap tindakan dari PT. Dai Nippon Indonesia
merupakan suatu wanprestasi karena tidak mengizinkan CV. Hidup Bersama
untuk mengelola limbah di salah satu pabriknya meskipun syarat perizinan yang
dimintakan oleh PT. Dai Nippon Indonesia sudah dipenuhi. Meskipun dalam
perjanjian tanggal 20 Oktober 2003 tidak terdapat klausula mengenai pabrik
mana saja yang menjadi objek, akan tetapi sejak perjanjian tersebut dibuat CV.
Hidup Bersama telah melakukan kegiatan di semua pabrik PT. Dai Nippon
Indonesia. Adapun masalah yang diteliti adalah mengenai tindakan yang
dilakukan oleh PT. Dai Nippon Indonesia merupakan suatu bentuk wanprestasi
atau bukan dan apakah dissenting opinion dalam putusan Mahkamah Agung
sudah tepat atau tidak.
Untuk menunjang pembahasan masalah maka Penulis menggunakan
metode pendekatan yuridis normative menggunakan undang-undang dan
peraturan lainnya dan spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif
analitis yang menggunakan menganalisis, dan membandingkan ketentuanketentuan yang berkaitan dengan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur No.
381/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Tim, Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No.
73/Pdt/2011/PT.DKI, serta Putusan Mahkamah Agung No. 2327K/Pdt/2011.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh simpulan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh PT. Dai Nippon Indonesia merupakan suatu bentuk wanprestasi
berdasarkan ketentuan pasal 1234 KUH Perdata yaitu tidak memenuhi prestasi
kepada CV. Hidup Bersama dan Putusan Mahkamah Agung dengan nomor
2327K/PDT/2011 yang mengabulkan kasasi dari PT. Dai Nippon Indonesia yang
menyatakan tindakan PT. Dai Nippon Indonesia tidak melakukan wanprestasi
adalah tidak tepat jika dibandingkan dengan pertimbangan Dissenting Opinion
dari salah satu Hakim Kasasi yang menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan
oleh PT. Dai Nippon Indonesia adalah merupakan bentuk wanprestasi.
CASE STUDIES OF THE DISSENTING OPINION IN THE
DECISION SUPREME COURT NO.2723K/PDT/2011 LINKED WITH THE
BOOK OF THE CIVIL LAW
ABSTRACT
In our daily life, an agreement is a common thing because as human
being, we needs each other in our life. Because of that, PT. Dai Nippon Indonesia
and CV. Hidup Bersama make and agreement to handle the management of B3
wastes and non wastes. Occasionally, a deal causes a breach of contract, if one
of the both side cannot complete a feat og the target, or can complete a fear but
overdue, or it is does not work as what both sides have been compromised
together. The dispute between PT. Dai Nippon Indonesia and CV. Hidup
Bersama started when CV. Hidup Bersama assume that the action of PT. Dai
Nippon Indonesia is a default because they did not allow CV. Hidup Bersama to
manage wastes in one of the factory of PT. Dai Nippon Indonesia, even thought
licensing requirements, requested by PT. Dai Nippon Indonesia, already filled.
Althrought in the agreement on October 20, 2003, there were no clauses about
factory locations which is the object, but since the agreement was made, CV.
Hidup Bersama has done all the activities in all factories of PT. Dai Nippon
Indonesia.
The problem that I observe here to discuss about the action that done by
PT. Dai Nippon Indonesia is categorizes as a breach of contract or not, and
whether Dissenting Opinion in Supreme Court has been right or not. To support
in discussing this research, I use method of Normative Yuridic approach in
national constitution. Furthermore, I use constitution laws and other regulation,
the research specification is descriptive alalysis. Research speculation also used
in analytical description to analyze and compare regulation that related with
verdict pointed out by East Jakarta State Court No.381/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Tim,
by DKI Jakarta Advadced Court No.73/Pdt/2011/PT.DKI, and by Supreme Court
No.2327K/Pdt/2011.
Based on the research, I got conclution of the action bt PT. Dai Nippon
Indonesia is a default, based on article number 1234 from The Book of Civil Law,
that did not fulfill the achievement of the agreement and the Deision of Supreme
Court Number 2327K/PDT/2011 granted the appeal of PT. Dai Nippon Indonesia
which stated the action of PT. Dai Nippon Indonesia did not any defaults is not
appropriate, compared to the Dissenting Opinion of one Supreme Court Judges,
which states that the actions taken bt the PT. Dai Nippon Indonesia is a form of
breach of contract.