Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

(1)

EKSEKUSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 609 K/PDT/2010 DALAM PERKARA PERDATA SENGKETA TANAH HAK GUNA

BANGUNAN DILAKSANAKAN BERDASARKAN PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI (STUDI KASUS PT. INATEX)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Melemperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

REDHA AMANTA PULUNGAN NIM : 080200068

Departemen Hukum Keperdataan

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

EKSEKUSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 609 K/PDT/2010 DALAM PERKARA PERDATA SENGKETA TANAH HAK GUNA

BANGUNAN DILAKSANAKAN BERDASARKAN PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI (STUDI KASUS PT. INATEX

)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Melemperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

REDHA AMANTA PULUNGAN NIM : 080200068

Departemen Hukum Keperdataan

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. H. Hasim Purba, SH. M.Hum NIP. 196603032985081001

Dosen Pembimbing I DosenPembimbing II

Muhammad Hayat, SH Muhammad Husni, SH. M,Hum NIP. 195008081980021001 NIP. 195802021988031004

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah ”EKSEKUSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 609 K/PDT/2010 DALAM PERKARA PERDATA SENGKETA TANAH HAK GUNA BANGUNAN DILAKSANAKAN BERDASARKAN PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI (STUDI KASUS PT. INATEX)”

Untuk penulisan skripsi ini penulis berusaha agar hasil penulisan skripsi ini mendekati kesempurnaan yang diharapkan, tetapi walaupun demikian penulisan ini belumlah dapat dicapai dengan maksimal, karena ilmu pengetahuan penulis masih terbatas. Oleh karena itu, segala saran dan kritik akan penulis terima dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Budiman Ginting, SH, MHum sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MHum Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. H. Hasim Purba SH, M.Hum sebagai Ketua Departemen Hukum Keperdataan. 3. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.M. Hum sebagai Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan. 4. Bapak Muhammad Hayat, SH sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak


(4)

5. Bapak Muhammad Husni, SH.M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan terhadap penulisan skripsi penulis.

6. Seluruh staf dan pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membombing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

7. Terima kasih yang sebesar-besarnya dari penulis kepada orang tua tercinta ayahanda Ir. Herizal Ananda Pulungan, M.Si dan ibunda Dra. Magdalena yang telah memberikan sangat banyak dukungan moril, materil, dan kasih sayang mereka yang tidak pernah putus sampai sekarang dan selamanya.

8. Terima kasih buat adik-adikku Marsha Inanta Pulungan dan Farhan Noor Armino Pulungan yang telah banyak memberikan dukungan, doa dan kasih sayang mereka yang tidak pernah putus sampai sekarang.

9. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk paman saya, Sofyan Edihar Harahap, SH atas bantuannya dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Seluruh sahabat-sahabat saya, Tulus, Hagai, Hervin, Diah, Nathi, Fany, Fiki, Riffa, Sopi, Rendi, Dita dan Marissa yang selalu menginspirasi dan mendukung saya.

11.Seluruh rekan-rekan band saya di Ahimsa, Microtoys dan FEM, Ojak, Fillio, Taufik, Panjang, Bang Fariz, Gedoi, Bang Fandy, Bang Bayu, Evan dan Amek yang juga banyak mendukung saya.

12.Terima kasih buat saudara-saudara dan sepupu-sepupuku, terutama Kak Nisa yang telah mengarahkan dan memberikan semangat, nasehat kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Terima kasih buat Suci Rizka Khairuna Tambusai yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.


(5)

14.Semua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat disebut satu persatu.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapat Rahmat dan Ridho Allah SWT. Penulis memohon maaf kepada Bapak atau Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini. Semoga ilmu yang penulis telah peroleh selama ini dapat bermanfaat dan berkah dalam hal penulis ingin menggapai cita-cita.

Medan, Maret 2013 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II : SUMBER HUKUM EKSEKUSI A. Pengertian Eksekusi ... 13

B. Sumber Hukum Eksekusi ... 15

1. Tentang Undang-Undang Hukum Acara Perdata ... 15

2. Tentang Undang-Undang Hukum Acara Perdata yang Lain ... 16

3. Tentang Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia ... 16

4. Tentang Surat Edaran Mahkamah Agung ... 17

C. Putusan Pengadilan yang Berkekuatan Hukum Tetap ... 19

BAB III : PROSEDUR DAN PROSES EKSEKUSI A. Pengajuan dan Permohonan Eksekusi... 21


(7)

C. Teguran (Aanmaning)... 22

D. Peletakan Sita Eksekusi (Executorial Beslag)... 24

E. Berita Acara Sita Eksekusi... 25

F. Pengosongan Objek Tanah Terperkara... 26

BAB IV : ANALISA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 609 K/PDT/2010 A. Gambaran Kasus... 28

B. Pertimbangan Hukum dan Amar Putusan Pengadilan Negeri Medan... 52

C. Putusan Pengadilan Tinggi Medan... 75

D. Pertimbangan Hukum dan Amar Putusan Mahkamah Agung... 78

E. Hambatan Prosedural Dalam Menjalankan Eksekusi... 93

F. Hambatan Eksternal Dalam Menjalankan Eksekusi... 97

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 99

B. Saran... 102


(8)

ABSTRAKSI

Tujuan hukum adalah menegakkan kebenaran dan keadilan serta kepastian hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ditinjau dari isinya hukum maka dibedakan menjadi Hukum Materiil dan Hukum Formil. Hukum Materiil pun terbagi atas Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Hukum Formil yang disebut juga Hukum Acara adalah merupakan rangkaian peraturan-peraturan hukum untuk melaksanakan Hukum Materiil. Hukum Formil atau Hukum Acara pun terbagi atas Hukum Acara Pidana, Hukum Acara TUN, Hukum Acara Perdata.

Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat seseorang harus bertindak terhadap dinamika pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan peraturan-peraturan hukum perdata.

Bahwa Hukum Acara Perdata yang berlaku untuk daerah Jawa dan Madura terdapat dalam Herziene Indlandsch Reglement/HIR dan Hukum Acara Perdata yang berlaku untuk daerah luar Jawa adalah Rechtsreglement voor de Buitengewesten/RBG berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Darurat No. 1 Tahun 1951.

Selanjutnya dalam Pasal 118 ayat (1) HIR/Pasal 142 ayat (1) RBG dikatakan: “Gugatan Perdata yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan Pengadilan Negeri harus dimasukkan/didaftarkan surat permohonan yang ditandatangani oleh Penggugat yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di daerah hukum siapa Tergugat bertempat tinggal atau apabila tidak diketahui tempat tinggal Tergugat maka tempat tinggal dimana Tergugat berada. Kemudian Ketua Pengadilan Negeri sesudah menerima Gugatan Perdata yang disampaikan oleh Penggugat maka Ketua Pengadialn Negeri akan menunjuk suatu Majelis Hakim yang akan memeriksa, mengadili dan memutus Perkara Gugatan Perdata tersebut.


(9)

Dalam proses pemeriksaan Perkara Gugatan Perdata melalui sidang-sidang di Pengadilan Negeri bersangkutan setelah melalui tahapan-tahapan tentang penyampaian Jawaban oleh Tergugat dan disusul Tahapan penyampaian Replik oleh Penggugat serta selanjutnya tahapan penyampaian Duplik oleh Tergugat dan tahapan penyampaian alat-alat bukti oleh Penggugat dan Tergugat dan akhirnya ada tahapan penyampaian kesimpulan Penggugat dan Tergugat maka akhir tahapan pemeriksaan Perkara Gugatan Perdata adalah Majelis Hakim akan mengadakan Musyawarah Majelis Hakim dan kemudian Majelis Hakim akan menyampaikan Putusan Perkara dalam suatu persidangan pemeriksaan perkara yang terbuka untuk warga masyarakat yang berkenan menghadiri sidang pembacaan Putusan Perkara. Terkadang Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri tersebut dapat dilakukan upaya hukum banding dan kasasi oleh pihak yang kalah dalam Perkara Perdata tersebut.

Apabila proses pemeriksaan perkara suatu Gugatan Perkara Perdata sudah sampai pada tingkat pemeriksaan Banding di Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi melalui proses pemeriksaan perkara mengambil putusan pada tingkat Banding yang disebut dengan Putusan Banding, maka pihak yang kalah dalam perkara tersebut dapat mrlakukan suatu upaya hukum kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia di Jakarta.

Apabila pemeriksaan perkara pada tingkat Kasasi di Mahkamah Agung telah mengambil suatu putusan untuk menolak permohonan Kasasi dari pihak Pemohon Kasasi, maka Putusan Kasasi dari Mahkamah Agung tersebut akan disampaikan kepada Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi. Adapun pihak yang menang dalam suatu Perkara Gugatan Perdata berdasarkan suatu Putusan Mahkamah Agung, maka pihak yang menang dalam perkara tersebut dapat mengajukan permohonan Eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri yang telah memutus Perkara Gugatan Perdata bersangkutan di tingkat pertama pemeriksaan Perkara Perdata tersebut.


(10)

Cara melaksanakan Eksekusi suatu Putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap diatur dalam pasal 195 HIR/206 RBG. Penelitian dan pembahasan tentang Eksekusi suatu Putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap merupakan masalah yang aktual dan menarik untuk dibahas dan disebarluaskan dalam upaya penegakan hukum yang bertujuan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, serta kepastian hukum dalam negara yang berdasarkan hukum (rechtstraat).


(11)

ABSTRAKSI

Tujuan hukum adalah menegakkan kebenaran dan keadilan serta kepastian hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ditinjau dari isinya hukum maka dibedakan menjadi Hukum Materiil dan Hukum Formil. Hukum Materiil pun terbagi atas Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Hukum Formil yang disebut juga Hukum Acara adalah merupakan rangkaian peraturan-peraturan hukum untuk melaksanakan Hukum Materiil. Hukum Formil atau Hukum Acara pun terbagi atas Hukum Acara Pidana, Hukum Acara TUN, Hukum Acara Perdata.

Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat seseorang harus bertindak terhadap dinamika pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan peraturan-peraturan hukum perdata.

Bahwa Hukum Acara Perdata yang berlaku untuk daerah Jawa dan Madura terdapat dalam Herziene Indlandsch Reglement/HIR dan Hukum Acara Perdata yang berlaku untuk daerah luar Jawa adalah Rechtsreglement voor de Buitengewesten/RBG berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Darurat No. 1 Tahun 1951.

Selanjutnya dalam Pasal 118 ayat (1) HIR/Pasal 142 ayat (1) RBG dikatakan: “Gugatan Perdata yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan Pengadilan Negeri harus dimasukkan/didaftarkan surat permohonan yang ditandatangani oleh Penggugat yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di daerah hukum siapa Tergugat bertempat tinggal atau apabila tidak diketahui tempat tinggal Tergugat maka tempat tinggal dimana Tergugat berada. Kemudian Ketua Pengadilan Negeri sesudah menerima Gugatan Perdata yang disampaikan oleh Penggugat maka Ketua Pengadialn Negeri akan menunjuk suatu Majelis Hakim yang akan memeriksa, mengadili dan memutus Perkara Gugatan Perdata tersebut.


(12)

Dalam proses pemeriksaan Perkara Gugatan Perdata melalui sidang-sidang di Pengadilan Negeri bersangkutan setelah melalui tahapan-tahapan tentang penyampaian Jawaban oleh Tergugat dan disusul Tahapan penyampaian Replik oleh Penggugat serta selanjutnya tahapan penyampaian Duplik oleh Tergugat dan tahapan penyampaian alat-alat bukti oleh Penggugat dan Tergugat dan akhirnya ada tahapan penyampaian kesimpulan Penggugat dan Tergugat maka akhir tahapan pemeriksaan Perkara Gugatan Perdata adalah Majelis Hakim akan mengadakan Musyawarah Majelis Hakim dan kemudian Majelis Hakim akan menyampaikan Putusan Perkara dalam suatu persidangan pemeriksaan perkara yang terbuka untuk warga masyarakat yang berkenan menghadiri sidang pembacaan Putusan Perkara. Terkadang Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri tersebut dapat dilakukan upaya hukum banding dan kasasi oleh pihak yang kalah dalam Perkara Perdata tersebut.

Apabila proses pemeriksaan perkara suatu Gugatan Perkara Perdata sudah sampai pada tingkat pemeriksaan Banding di Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi melalui proses pemeriksaan perkara mengambil putusan pada tingkat Banding yang disebut dengan Putusan Banding, maka pihak yang kalah dalam perkara tersebut dapat mrlakukan suatu upaya hukum kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia di Jakarta.

Apabila pemeriksaan perkara pada tingkat Kasasi di Mahkamah Agung telah mengambil suatu putusan untuk menolak permohonan Kasasi dari pihak Pemohon Kasasi, maka Putusan Kasasi dari Mahkamah Agung tersebut akan disampaikan kepada Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi. Adapun pihak yang menang dalam suatu Perkara Gugatan Perdata berdasarkan suatu Putusan Mahkamah Agung, maka pihak yang menang dalam perkara tersebut dapat mengajukan permohonan Eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri yang telah memutus Perkara Gugatan Perdata bersangkutan di tingkat pertama pemeriksaan Perkara Perdata tersebut.


(13)

Cara melaksanakan Eksekusi suatu Putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap diatur dalam pasal 195 HIR/206 RBG. Penelitian dan pembahasan tentang Eksekusi suatu Putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap merupakan masalah yang aktual dan menarik untuk dibahas dan disebarluaskan dalam upaya penegakan hukum yang bertujuan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, serta kepastian hukum dalam negara yang berdasarkan hukum (rechtstraat).


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam Pasal 29 Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dikatakan bahwa Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi Tingkat Banding atau Tingkat Terakhir dari semua lingkungan peradilan.

Oleh karena dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2009 mengenai Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung tidak ada dilakukan perubahan atas Pasal 29 Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tersebut di atas maka Mahkamah Agung adalah pemutus permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tingkat Banding.

Disamping itu, ada pendapat Ny. Retnowulan Sutanto SH. dan Iskandar Oeripkartawinata mengatakan; “Pemeriksaan perkara perdata pada tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung bukanlah pemeriksaan perkara Tingkat Ketiga. Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi meneliti soal penerapan hukumnya, yaitu apakah putusan pengadilan yang dimohon kasasi itu melanggar hukum atau tidak”.1

1

Ny. Retnowulan Sutanto, SH dan Iskandar Oeripkartawinata, SH – Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Penerbit Nandar Maju, Bandung, 1995, Hal. 16.

Dalam proses pemeriksaan perkara perdata senantiasa terdiri atas 2 (dua) tahap yaitu tahap pertama adalah mendudukkan fakta-fakta yang dikemukakan oleh penggugat dan tergugat dalam proses persidangan pemeriksaan perkara pada proporsi yang sebenarnya dan tahap kedua adalah memberi


(15)

pertimbangan-pertimbangan hukumnya sehingga dalam putusan pengadilan senantiasa terdapat pertimbangan-pertimbangan hukum tentang duduknya perkara sehingga akhirnya majelis hakim dalam putusan pengadilan menetapkan amar putusan dalam perkara perdata bersangkutan.

Banyak keluhan yang disampaikan oleh para pencari keadilan (justitiabelen) bahkan sering terjadi suatu putusan Mahkamah Agung hanya sekedar kemenangan di atas kertas saja.dan dalam menjalankan eksekusi putusan Mahkamah Agung banyak ditemui hambatan dan kekurangan sehingga eksekusi putusan Mahkamah Agung menjadi tertunda pelaksanaanya / gagal dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Dalam hubungan menjalankan eksekusi putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/PDT/2010 tentang Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan yang dilaksanakan berdasarkan Putusan Ketua Pengadilan Negeri Medan yang merupakan studi kasus dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini adalah juga mengalami banyak hambatan, karena pihak yang kalah perkara dengan dibantu para pedagang melakukan perlawanan fisik terhadap petugas pengadilan dan aparat kepolisian serta kuasa hukum Penggugat, sehingga akhirnya pelaksanaan eksekusi putusan Mahkamah Agung tersebut di atas dilakukan dengan kekerasan dan secara paksa oleh petugas pengadilan dengan bantuan pengamanan dari aparat kepolisian dalam melakukan penelitian dan pembahasan tentang menjalankan eksekusi Putusan Mahkamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) ditinjau dari aspek teori hukum dan aspek praktek hukum merupakan suatu masalah yang aktual dan


(16)

bermanfaat untuk dilakukan dalam era reformasi hukum yang bertujuan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan serta kepastian hukum dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan hukum (rechtstaat).

Secara singkat, penelitian dan pembahasan studi kasus ini dapat diuraikan sebagai berikut: Pada tahun 2008, Ny. Lucyanna Nadeak, Direktur PT. INATEX Medan Super Market, selanjutnya disebut Penggugat, mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri Medan, melawan Ny. Liat Barus alias Rukiyah Br Sembiring, Adil Barus alias Dinas Barus, Hendrik Barus, Habibah Br Barus alias Butet, Sofia Br. Barus alias Kencin, Hamidah Br. Barus alias Midah, Sri Ramadani Br. Barus alias Sri atau selanjutnya disebut Tergugat dengan objek sengketa berupa sebidang tanah HGB No. 289 yang terletak di Kel. Sudirejo II Jln. Sisingamangaraja, Kec. Medan Kota, Kota Medan.

Kemudian, gugatan tersebut dimenangkan oleh Penggugat dengan Putusan bahwa:

1. Dikabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagiannya,

2. Tanah terperkara yang diduduki para Tergugat secara tanpa hak adalah tanah milik Penggugat dan menyatakan pula para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum,

3. Menghukum para Tergugat secara bersama-sama membayar ganti kerugian kepada Penggugat sebesar Rp. 318.500.000,- (tiga ratus delapan belas juta lima ratus ribu rupiah secara langsung dan tunai,

4. Tergugat dan siapa saja yang memperoleh hak daripadanya dihukum untuk membongkar lapak-lapak jualannya yang menghadap ke arah tanah


(17)

Penggugat dengan seketika dan segera menutup kembali secara permanen tembok pembatas tanah penggugat seperti keadaan semula, dan apabila tidak dilaksanakan dapat dengan bantuan petugas yang berwenang untuk itu,

5. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya.

Dalam hal ini, putusan belum berkekuatan tetap, karena Para Tergugat mengajukan upaya hukum banding.

Kemudian pada tahun 2009, Tergugat Ny. Liat Barus alias Rukiyah Br Sembiring, Adil Barus alias Dinas Barus, Hendrik Barus, Habibah Br Barus alias Butet, Sofia Br. Barus alias Kencin, Hamidah Br. Barus alias Midah, Sri Ramadani Br. Barus alias Sri mengajukan upaya hukum banding dengan register perkara No. 191/PDT/2009/PT.MDN sehingga Ny. Liat Barus alias Rukiyah Br Sembiring, Adil Barus alias Dinas Barus, Hendrik Barus, Habibah Br Barus alias Butet, Sofia Br. Barus alias Kencin, Hamidah Br. Barus alias Midah, Sri Ramadani Br. Barus alias Sri yang dahulu disebut sebagai Tergugat sekarang menjadi Pembanding. Sedangkan Ny. Lucyanna Nadeak, Direktur PT. INATEX Medan Super Market, yang dahulu disebut Penggugat sekarang disebut Terbanding.

Putusan yang diperoleh dari upaya hukum banding ini adalah menguatkan putusan Pengadilan Negeri Medan No.83/Pdt.G/2008/PN.Mdn. Namun putusan ini pun belum berkekuatan hukum tetap karena Para Terbanding yaitu Ny. Liat Barus alias Rukiyah Br Sembiring, Adil Barus alias Dinas Barus, Hendrik Barus,


(18)

Habibah Br Barus alias Butet, Sofia Br. Barus alias Kencin, Hamidah Br. Barus alias Midah, Sri Ramadani Br. Barus alias Sri mengajukan upaya hukum Kasasi.

Dalam upaya hukum kasasi ini, Ny. Liat Barus alias Rukiyah Br Sembiring, Adil Barus alias Dinas Barus, Hendrik Barus, Habibah Br Barus alias Butet, Sofia Br. Barus alias Kencin, Hamidah Br. Barus alias Midah, Sri Ramadani Br. Barus alias Sri yang dahulu disebut sebagai Tergugat/Pembanding sekarang disebut sebagai Para Pemohon Kasasi. Sedangkan Ny. Lucyanna Nadeak yang dulu sebagai Penggugat/Terbanding kini disebut sebagai Termohon Kasasi dalam perkara No. 609K/PDT/2010.

Putusan yang diperoleh dari upaya hukum kasasi ini adalah penolakan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi serta penguatan putusan Pengadilan Negeri Medan No.83/Pdt.G/2008/PN.Mdn. Akhirnya, keputusan ini berkekuatan hukum tetap dengan sendirinya, karena tidak ada upaya hukum lain.

Dalam hubungan masalah tersebut diatas maka penulis melakukan penulisan skripsi dengan judul: “EKSEKUSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 609 K/PDT/2010 DALAM PERKARA PERDATA SENGKETA TANAH HAK GUNA BANGUNAN DILAKSANAKAN BERDASARKAN PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI (STUDI KASUS PT. INATEX)”.


(19)

B. Perumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian dan penulisan tentang “EKSEKUSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 609 K/PDT/2010 DALAM PERKARA PERDATA SENGKETA TANAH HAK GUNA BANGUNAN DILAKSANAKAN BERDASARKAN PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI (STUDI KASUS PT. INATEX)”, penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah sertifikat Tanah Hak Guna Bangunan yang dibuat oleh Badan Pertanahan Nasional yang merupakan Akta Otentik berlaku sebagai alat bukti yang sah dan sempurna dalam proses pembuktian dalam pemeriksaan perkara perdata di Pengadilan Negeri?

2. Apakah perbuatan mendirikan bangunan kios-kios dan menyewakannya kepada para pedagang sebagai tempat berjualan yang didirikan di atas tanah milik orang lain tanpa ada izin dan persetujuan pemilik tanah merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan karenannya apakah dapat digugat untuk membayar ganti kerugian materiil dan immateriil melalui gugatan perdata di Pengadilan Negeri?

3. Apakah hambatan-hambatan prosedural dan eksternal yang ditemui dalam menjalankan eksekusi putusan Mahkamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kract van gewijsde)?

4. Apakah ada upaya hukum yang luar biasa untuk dapat menunda/membatalkan suatu putusan Mahakamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap?


(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengetahui dan menyebarluaskan pengetahuan hukum tentang proses dan prosedur menjalankan eksekusi Putusan Mahkamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kract van gewijsde).

2. Mengetahui dan memahami tentang tugas dan peranan Ketua Pengadilan Negeri sebagai Pejabat Penegak Hukum yang bertanggung jawab dalam meninjau dan menjalankan eksekusi Putusan Mahkamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap demi tegaknya kebenaran dan keadilan serta kepastian hukum.

3. Mengetahui dan memahami beberapa hambatan prosedural dan eksternal dalam menjalankan eksekusi Putusan Mahkamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kract van gewijsde).

4. Mengetahui dan memahami kekuatan dan kesempurnaan alat bukti sertifikat tanah Hak Guna Bangunan sebagai akta Otentik dalam upaya untuk mempertahankan hak dan kepentingan pemilik tanah atas adanya perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pihak lain.

Selanjutnya mengenai manfaat yang diharapkan bisa diperoleh dari penulisan skripsi ini, terbagi secara teoritis dan secara praktis, yaitu:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, untuk mengetahui dan memahami berbagai peraturan perundang-undangan dan pendapat para ahli hukum serta yurisprudensi tentang


(21)

masalah eksekusi Putusan Mahkamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kract van gewijsde).

2. Secara Praktis

Secara praktis, untuk mengetahui dan memahami dalam upaya hukum tentang penyelesaian sengketa di atas hak kepemilikan atas tanah yang sudah mempunyai sertifikat hak guna bangunan yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional dengan mengajukan gugatan perdata melalui Pengadilan Negeri maka Penggugat menjadi pihak yang dimenangkan berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri dan Putusan Pengadilan Tinggi serta Putusan Mahkamah Agung.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Bagian Perpustakaan Hukum Universitas Sumatera Utara telah diperoleh keterangan bahwa belum ada diketemukan suatu karya ilmiah yang berjudul “EKSEKUSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 609 K/PDT/2010 DALAM PERKARA PERDATA SENGKETA TANAH HAK GUNA BANGUNAN DILAKSANAKAN BERDASARKAN PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI (STUDI KASUS PT. INATEX)”, dengan demikian penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah penulis sendiri berdasarkan penelitian dan pembahasan dengan melakukan pendekatan yuridis-normatif dengan membaca berbagai buku kepustakaan dan yurisprudensi serta penulisan skripsi ini dibuat oleh penulis dalam rangka melengkapi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(22)

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam melakukan penelitian dan pembahasan tentang materi skripsi maka penulis melakukan tinjauan kepustakaan sebagai berikut:

1. Tinjauan Normatif-Yuridis

Penelitian dan Pembahasan tentang materi skripsi yang dilakukan dengan membaca berbagai peraturan perundang-undangan tentang eksekusi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde).

2. Tinjauan Doktrin

Penelitian dan pembahasan materi skripsi dilakukan dengan membaca berbagai buku yang membahas tentang eksekusi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap sehingga dapat diketahui pendapat para ahli hukum tentang masalah eksekusi putusan pengadilan.

3. Tinjauan Yurisprudensi

Penelitian dan pembahasan materi skripsi dilakukan dengan membaca Putusan Pengadilan Negeri Medan, Putusan Pengadilan Tinggi Medan dan Putusan Mahkamah Agung tentang kasus PT. INATEX yang merupakan studi kasus dalam penulisan skripsi.


(23)

F. Metode Penulisan

Dalam melakukan penulisan skripsi maka penulis melakukan penelitian dan pembahasan materi skripsi ini dengan menggunakan 2 (dua) metode sebagai berikut:

1. Metode Deduktif

Dalam upaya mengumpulkan data dan informasi sebagai data sekunder tentang materi skripsi maka penulis melakukan pendekatan dengan menggunakan metode deduktif sehingga berdasarkan bacaan berbagai peraturan perundang-undangan dan pendapat para sarjana hukum dilakukan penulisan materi skripsi. Bertitik tolak dari pendekatan masalah eksekusi berdasarkan peraturan perundang-undanganan dan pendapat para sarjana hukum sebagai data sekunder, maka dengan menggunakan metode deduktif dilakukan pembahasan dan penulisan skripsi.

2. Metode Wawancara

Dalam upaya mendapatkan data primer tentang materi skripsi maka dilakukan metode wawancara dengan Kuasa Hukum PT. INATEX yang menangani pengajuan gugatan perdata PT. INATEX melalui Pengadilan Negeri Medan dan proses banding melalui Pengadilan Tinggi Medan dan proses Kasasi melalui Mahkamah Agung serta dimintakan fotocopy Putusan Pengadilan Negeri Medan dan Putusan Pengadilan Tinggi Medan serta Putusan Mahkamah Agung tentang perkara perdata PT. INATEX. Berdasarkan data primer yang diperoleh dengan pendekatan metode wawancara dan membaca yurisprudensi tentang studi


(24)

kasus PT. INATEX maka penulis dapat melakukan pembahasan materi skripsi dan kemudian dituangkan dalam penulisan skripsi.

Berdasarkan penelitian dan pembahasan materi skripsi dengan menggunakan metode deduktif dan metode wawancara sehingga berdasarkan pengumpulan data dan informasi sebagai data sekunder dan primer maka kiranya penulisan skripsi ini diharapkan memenuhi kaedah-kaedah akademis yuridis tentang penelitian suatu skripsi dalam rangka melengkapi tugas dan syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

G. Sistematika Penulisan

Dalam rangka penelitian dan pembahasan materi skripsi maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Merupakan pendahuluan yang mengemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Membahas tentang sumber hukum eksekusi dengan mengemukakan pengertian eksekusi, sumber

hukum eksekusi dan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

BAB III : Membahas tentang proses dari eksekusi dengan mengemukakan beberapa hal mengenai permohonan eksekusi, penetapan eksekusi, teguran (aanmaning), sita


(25)

eksekusi, menjalankan eksekusi dan pengamanan objek tanah terperkara.

BAB IV : Membahas tentang Putusan Mahkamah Agung No. 609 K/PDT/2010 tentang Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan dengan mengemukakan beberapa hal tentang gambaran kasus, pertimbangan hukum dari amar putusan, hambatan prosedural eksekusi dan hambatan eksternal eksekusi. BAB V : Merupakan penutup dengan mengemukakan tentang

kesimpulan dari bab-bab sebelumnya dan saran-saran terhadap pembahasan skripsi ini.


(26)

BAB II

SUMBER HUKUM EKSEKUSI A. Pengertian Eksekusi

Eksekusi adalah merupakan pelaksanaan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan secara paksa oleh karena pihak yang kalah dalam perkara tidak mau mematuhi pelaksanaan acara Putusan Pengadilan. Dalam Pasal 195 HIR/Pasal 207 RBG dikatakan: “Hal menjalankan Putusan Pengadilan Negeri dalam perkara yang pada tingkat pertama diperiksa oleh Pengadilan Negeri adalah atas perintah dan tugas Pimpinan ketua Pengadilan negeri yang pada tingkat pertama memeriksa perkara itu menurut cara yang diatur dalam pasal-pasal HIR”.

Selanjutnya dalam Pasal 196 HIR/Pasal 208 RBG dikatakan: “Jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai untuk memenuhi amar Putusan Pengadilan dengan damai maka pihak yang menang dalam perkara mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk menjalankan Putusan Pengadilan itu”. Kemudian Ketua Pengadilan Negeri memanggil pihak yang kalah dalam hukum serta melakukan teguran (aanmaning) agar pihak yang kalah dalam perkara memenuhi amar putusan pengadilan dalam waktu paling lama 8 (delapan) hari.

Dengan demikian, pengertian eksekusi adalah tindakan paksa yang dilakukan Pengadilan Negeri terhadap pihak yang kalah dalam perkara supaya


(27)

pihak yang kalah dalam perkara menjalankan Amar Putusan Pengadilan sebagaimana mestinya3.

Eksekusi dapat dijalankan oleh Ketua Pengadilan Negeri apabila terlebih dahulu ada permohonan dari pihak yang menang dalam perkara kepada Ketua Pengadilan Negeri agar Putusan Pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Sebelum menjalankan eksekusi Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap maka Ketua Pengadilan Negeri melakukan teguran (aanmaning) kepada pihak yang kalah dalam perkara agardalam waktu 8 (delapan) hari sesudah Ketua Pengadilan Negeri melakukan teguran (aanmaning) maka pihak yang kalah dalam perkara harus mematuhi Amar Putusan Pengadilan dan apabila telah lewat 8 (delapan) hari ternyata pihak yang kalah dalam perkara tidak mau melaksanakan Putusan Pengadilan tersebut, maka Ketua Pengadilan Negeri dapat memerintah Panitera/Jurusita Pengadilan Negeri untuk melaksanakan sita eksekusi atas objek tanah terperkara dan kemudian dapat meminta bantuan alat-alat negara/kepolisian untuk membantu pengamanan dalam hal pengosongan yang dilakukan atas objek tanah terperkara.

3

M. Yahya Harahap, SH – Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, 1991, Hal. 5.


(28)

B. Sumber Hukum Eksekusi

Ada pendapat dari Djazuli Bachir SH yang menyatakan bahwa sumber hukum eksekusi adalah:

1. Undang-Undang Hukum Acara Perdata 2. Undang-Undang lain yang berhubungan

3. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia 4. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia4

1) Tentang Undang-Undang Hukum Acara Perdata

Hukum Acara Perdata yang berlaku sekarang diatur di dalam Herziene Inlandsch Reglement (HIR) yang berlaku khusus untuk daerah Jawa dan Madura. Sedangkan Hukum Acara Perdata yang berlaku untuk daerah luar Jawa dan Madura diatur dalam Rechtsreglement voor de Buitengewesten (RBG). Di dalam HIR diatur tentang eksekusi Putusan Pengadilan pada bagian kelima (Pasal 195 sampai dengan Pasal 224 HIR) sedangkan dalam RBG diatur pada bagian keempat (Pasal 206 sampai dengan Pasal 225).

Sampai saat sekarang, belum ada dibuat suatu kitab undang-undang Hukum Acara Perdata dan HIR/RBG yang merupakan produk hukum di jaman penjajahan Belanda masih tetap berlaku sebagai Hukum Acara Perdata yang harus dipedomani oleh lembaga peradilan dan para praktisi hukum.

4

Djazuli Bachir, SH – Eksekusi Putusan Perkara Perdata: Segi Hukum dan Penegakan Hukum, Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta, Hal. 12.


(29)

2) Tentang Undang-Undang Hukum Acara Perdata yang Lain

Dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dikatakan pelaksanaan putusan Pengadilan dalam Perkara Perdata dilaksanakan oleh Panitera dan Jurusita serta dipimpin oleh Ketua Pengadilan Negeri.

Selanjutnya dalam Pasal 60 Undang-Undang No. 20 tahun 1986 tentang Peradilan Umum dikatakan dalam Perkara Perdata maka Panitera Pengadilan Negeri bertugas melaksanakan Putusan Pengadilan. Bahwa Pasal 60 Undang No. 60 tahun 1986 tetap berlaku oleh karena tidak dirubah oleh Undang-Undang No. 8 tahun 2004 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang-Undang-Undang No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum.

3) Tentang Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Dalam Pasal 1 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 tahun 1969 dikatakan Mahkamah Agung dapat meninjau atau membatalkan suatu Putusan Perdata atas dasar alasan:

a. Apabila putusan tersebut dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang mencolok.

b. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut.

c. Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya.


(30)

d. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu hal yang sama atas dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama atau yang sama tingkatnya telah diberikan putusan yang satu sama lain bertentangan.

e. Apabila dalam suatu Putusan Pengadilan terdapat ketentuan-ketentuan yang satu sama lain bertentangan.

f. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat dari pihak lawan yang diketahui setelahnya perkara diputus atau pada suatu keterangan saksi atau surat-surat bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.

g. Apabila setelah perkara diputus diketemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa, surat-surat bukti tersebut tidak dapat ditemukan.

Dengan demikian, dalam praktek hukum masih ada upaya hukum yang luar biasa untuk dapat membatalkan suatu Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum bersifat tetap, dan upaya hukum yang luar biasa tersebut dikenal dengan derden verzet atau Permohonan Peninjauan Kembali pada Putusan Mahkamah Agung (Permohonan P.K.).

4) Tentang Surat Edaran Mahkamah Agung

Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 tahun 1975 dikatakan bahwa Mahkamah Agung tentang gijzeling (penyanderaan) sebagaimana diakui dalam Pasal 209 HIR/Pasal 242 RBG tidak dibenarkan lagi untuk dilaksanakan dalam Hukum Acara Perdata di peradilan di Indonesia oleh karena bertentangan dengan perikemanusiaan.


(31)

Dengan demikian Hukum Acara Perdata di Indonesia tidak lagi mengenal adanya penyanderaan (gijzeling) apabila seseorang tidak mampu membayar hutangnya.

Selain peraturan peraturan di atas masih ada peraturan lain yang dapat menjadi dasar penerapan eksekusi yaitu :

1. Undang-undang tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman, pasal 33 ayat (4) yaitu tentang kewajiban hukum yang bersendikan norma-norma moral, dimana dalam melaksanakan putusan pengadilan diusahakan supaya prikemanusiaan dan prikeadilan tetap terpelihara

2. Mengenai pelaksanaan putusan Pengadilan Agama diatur dalam Stb.1982 No. 152 pasal 2 ayat (5) menyatakan, sesudah itu keputusan dapat dijalankan menurut aturan-aturan biasa tentang menjalankan keputusan-keputusan Pengadilan Umum dalam perkara ini dan Stb. 1937 No. 63-639, pasal 3 ayat (5) alinea 3 berbunyi, sesudah itu keputusan dapat dijalankan menurut aturan-aturan menjalankan keputusan Sipil Pengadilan Negeri (Peraturan Pemerintah No. 45/1957 pasal 4 ayat (5) dan pasal-pasal lain yang berhubungan).

3. Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1980 yang disempurnakan pasal 5 dinyatakan bahwa permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan eksekusi.

4. SEMA No. 4 Tahun 1975 menyatakan bahwa penyanderaan ditujukan pada orang yang sudah tidak mungkin lagi dapat melunasi hutang-hutangnya dan kalau disandera dan karena itu kehilangan kebebasan


(32)

bergerak, ia tidak lagi ada kesempatan untuk berusaha mendapatkan uang atau barang-barang untuk melunasi hutangnya.5

C. Putusan Pengadilan yang Berkekuatan Hukum Tetap

Ada pendapat Djazuli Bachir SH yang mengatakan bahwa ada 3 (tiga) kekuatan yang melekat pada suatu Putusan Pengadilan yakni Kekuatan Masyarakat, Kekuatan Pembuktian dan Kekuatan Eksekusi atau jelasnya merupakan kekuatan untuk merealisasi Putusan Pengadilan karena memakai irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa...”6

Dengan demikian, yang diartikan dengan Putusan Pengadilan yang Berkekuatan Hukum Tetap (in kracht van gewijsde) adalah suatu Putusan Pengadilan yang tidak lagi terbuka kemungkinan untuk dibatalkan dengan upaya hukum verzet, banding atau kasasi. Adanya upaya hukum luar biasa yang disebut derden verzet atau Permohonan Peninjauan Kembali adalah ditujukan kepada suatu Putusan Pengadilan yang sebenarnya telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde).

5

Djazuli Bachir, SH – Eksekusi Putusan Perkara Perdata: Segi Hukum dan Penegakan Hukum, Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta, Hal. 13-19.

6


(33)

BAB III

PROSEDUR DAN PROSES EKSEKUSI

Pada asasnya putusan yang dapat dieksekusi adalah Putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap, karena dalam putusan yang telah berkekuatan hukum yang tetap telah terkandung wujud hubungan hukum yang tetap dan pasti antara pihak yang berperkara. Hal ini disebabkan hubungan hukum antara pihak yang berperkara sudah tetap dan pasti yaitu, hubungan hukum itu mesti ditaati dan mesti dipenuhi oleh pihak yang dihukum (Tergugat) baik secara sukarela maupun secara paksa dengan bantuan kekuatan umum.11

11

M. Yahya Harahap, SH, Op.Cit.,Hal. 6.

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap merupakan tindakan yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri terhadap pihak yang kalah dalam perkara perdata yang dilakukan secara paksa dengan meminta bantuan dari alat-alat negara/kepolisian, oleh karena pihak yang kalah dalam perkara perdata tersebut tidak mau secara sukarela menjalankan Amar Putusan Pengadilan sebagaimana mestinya. Eksekusi Putusan Mahkamah Agung yang berkekuatan hukum tetap merupakan upaya hukum yang terakhir dalam tahapan-tahapan prosedur dan penyelesaian sengketa sengketa dalam Perkara Perdata.

Adapun pedoman dan petunjuk dalam melaksanakan prosedur dan proses eksekusi, Putusan Mahkamah Agung yang berkekuatan hukum tetap diatur dalam Bagian Kelima HIR (Pasal 195 sampai dengan Pasal 208 HIR) atau Bagian Keempat RBG (Pasal 206 sampai dengan Pasal 240 RBG).


(34)

A. Pengajuan Permohonan Eksekusi

Dalam Pasal 196 HIR/Pasal 207 RBG dikatakan jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai untuk menjalankan Putusan Pengadilan tersebut dengan damai, maka pihak yang menang dalam perkara mengajukan permohonan baik dengan lisan maupun dengan surat kepada Ketua Pengadilan Negeri yang tersebut pada Pasal 195 ayat (1) HIR agar supaya Putusan Pengadilan tersebut dijalankan sebagaimana mestinya.

Ketua Pengadilan Negeri memanggil pihak yang dikalahkan dalam perkara tersebut serta melakukan teguran (aanmaning) supaya pihak yang kalah dalam perkara tersebut memenuhi Amar Putusan Pengadilan dalam jangka waktu paling lama 8 (delapan) hari.

Dalam Pasal 195 ayat (1) HIR dikatakan hal menjalankan Putusan Pengadilan yang dalam tingkat pertama diperiksa oleh Pengadilan Negeri bersangkutan adalah atas perintah dan dengan pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang pada tingkat pertama telah memeriksa perkara tersebut. Bahwa dengan demikian berdasarkan adanya permohonan eksekusi dari pihak yang menang dalam perkara, maka Ketua Pengadilan Negeri bersangkutan akan memimpin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan Eksekusi Putusan Mahkamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang dibantu oleh Panitera/Jurusita Pengadilan Negeri.


(35)

B. Penetapan Eksekusi

Dalam hal Ketua Pengadilan Negeri telah menerima permohonan eksekusi dari pihak yang menang dalam perkara perdata, maka sesudah Ketua Pengadilan Negeri meneliti dan mempelajari berkas-berkas perkara bersangkutan sehubungan dengan adanya Putusan Pengadilan Negeri dan Putusan Pengadilan Tinggi serta Putusan Mahkamah Agung maka Ketua Pengadilan Negeri membuat suatu Penetapan tentang eksekusi suatu Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan sesudah ada Penetapan ketua Pengadilan Negeri tersebut maka berdasarkan Pasal 197 HIR/Pasal 208 RBG dikatakan Ketua Pengadilan Negeri memanggil pihak yang kalah dalam perkara untuk diberikan teguran (aanmaning) agar pihak yang kalah dalam perkara mematuhi dan menjalankan Amar Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde).

C. Teguran (Aanmaning)

Dalam Pasal 198 dan Pasal 197 HIR/Pasal 207 dan Pasal 208 RBG dikatakan Ketua Pengadilan Negeri harus memanggil pihak yang kalah dalam perkara untuk diberikan teguran (aanmaning) agar dalam waktu paling lama 8 (delapan) hari sesudah diberikan teguran (aanmaning) tersebut maka pihak yang kalah dalam perkara harus menjalankan Amar Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde). Apabila setelah lewat waktu 8 (delapan) hari sesudah pihak yang kalah dalam perkara tidak mau menjalankan/mematuhi Amar Putusan Pengadilan tersebut secara sukarela/damai,


(36)

maka Ketua Pengadilan karena jabatannya dapat memerintahkan Panitera/Jurusita untuk melakukan sita eksekusi (executorial beslag) atas objek tanah terperkara.

Isi teguran harus sesuai dengan seluruh bunyi amar putusan yang bersifat penghukuman. Peneguran tidak perlu dilakukan dalam sidang terbuka, karena tidak merupakan pemeriksaan terhadap sengketa lagi dan persoalannya tinggal mengenai pelaksanaan putusan tentang sengketa itu. Setiap teguran dilakukan dengan membuat berita acara, maksudnya agar memenuhi syarat yuridis (sebagai alat bukti bahwa peneguran telah dilakukan).12

Berapa orang dan siapa-siapa yang akan ditegur dapat diketahui dari surat permohonan yang dalam amar putusan juga dikutip atau dikurangi, akan tetapi tidak selalu semua yang dihukum sama orangnya dengan pihak-pihak dalam permohonan. Tereksekusilah sebagai pihak yang sebenarnya bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan putusan dan ia pula yang memikul tanggung jawab terhadap orang lain yang ada hubungan dengannya sebagai pihak.13

Dengan demikian, Ketua Pengadilan memberikan teguran (aanmaning) kepada pihak yang kalah dalam perkara yang dalam jangka waktu 8 (delapan) hari Pemanggilan harus memenuhi syarat syah yang ditentukan oleh Undang-undang yaitu minimal 3 hari kerja, dan disampaikan kepada yang berhak atau kepala desa/Lurah setempat bila yang bersangkutan tidak ada. Pemanggilan yang tidak berhasil dapat diulangi sampai dua kali atau langsung dilanjutkan proses eksekusinya.

12

Djazuli Bachir, SH – Op.Cit., Hal. 74. 13


(37)

harus mematuhi/menjalankan Amar Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dari Ketua Pengadilan Negeri memberikan teguran (aanmaning) tersebut terhadap pihak yang kalah dalam perkara oleh karena pihak yang menang dalam perkara telah mengajukan permohonan eksekusi putusan pengadilan tersebut dan Ketua Pengadilan Negeri telah membuat Penetapan untuk melaksanakan Putusan Pengadilan yang bersangkutan setelah Ketua Pengadilan Negeri mempelajari dan meneliti berkas-berkas perkara perdata bersangkutan. D. Peletakan Sita Eksekusi (Executorial Beslag)

Dalam Pasal 197 ayat (1) HIR/Pasal 208 RBG dikatakan apabila telah lewat jangka waktu 8 (delapan) hari setelah diberikan teguran (aanmaning) akan tetapi pihak yang kalah dalam perkara tetap tidak mau secara sukarela untuk mematuhi/menjalankan Amar Putusan Pengadilan tersebut dan pemberian teguran

(aanmaning) kepada pihak yang kalah dalam perkara telah dilakukan oleh

pengadilan secara sah maka Ketua Pengadilan Negeri karena jabatannya dapat memberikan perintah dan membuat surat kepada Panitera/Jurusita agar melakukan sita eksekusi (executorial beslag) atas objek tanah terperkara. Apabila terhadap objek tanah terperkara sebelumnya telah pernah dilakukan/diletakkan sita jaminan

(conservator beslag) maka status peletakan sita jaminan tersebut akan

ditingkatkan oleh Pengadilan Negeri menjadi sita eksekusi (executorial beslag) atas objek tanah terperkara. Dalam hal pelaksanaan sita eksekusi atas objek tanah terperkara harus dibuatkan Berita Acara Sita Eksekusi.


(38)

E. Berita Acara Sita Eksekusi

Berita Acara Sita Eksekusi merupakan satu-satunya bukti otentik kebenaran sita eksekusi. Sita eksekusi sebagai tahap awal menuju penyelesian eksekusi merupakan tindakan yustisial yang harus bisa dipertanggung jawabkan Ketua Pengadilan Negeri dan juru sita. Tanpa berita acara, sita eksekusi dianggap tidak pernah terjadi. Dalam Pasal 199 ayat (1) HIR/Pasal 214 RBG dikatakan, terhitung sejak tanggal dibuat Berita Acara Sita Eksekusi maka objek tanah terperkara tersebut tidak dapat lagi dipindahtangankan/disewakan/dijual kepada pihak lain dan jika ada perjanjian yang dibuat untuk memindahtangankan/menyewakan/menjual objek tanah terperkara sesudah tanggal dibuatnya Berita Acara Sita Eksekusi, maka perjanjian tersebut merupakan perjanjian yang melanggar hukum.

Hal penting yang harus tercantum dalam Berita Acara Sita Eksekusi adalah :

a. Memuat nama, pekerjaan, dan tempat tinggal kedua orang saksi. b. Merinci secara lengkap semua tindakan yang dilakukan.

c. Ditandatangani Pejabat pelaksana dan kedua orang saksi.

d. Tidak diharuskan oleh hukum ikutnya pihak tersita atau kepala desa menandatangai berita acara.

e. Pemberitahuan isi berita acara kepada pihak tersita, maksudnya untuk perlindungan hukum.

Berita Acara Sita Eksekusi dibuat dan ditandatangani oleh Jurusita Pengadilan Negeri dan 2 (dua) orang saksi dan pelaksanaan Sita Eksekusi


(39)

dilakukan oleh Juru Sita Pengadilan berdasarkan adanya Penetapan Ketua Pengadilan Negeri untuk dilaksanakan sita eksekusi atas objek tanah terperkara. F. Pengosongan Objek Tanah Terperkara (Ontruiming)

Dalam pelaksanaan eksekusi pengosongan terhadap objek tanah terperkara oleh karena pihak yang kalah dalam perkara tidak mau secara sukarela mengosongkan objek tanah terperkara dan melakukan perlawanan fisik terhadap petugas-petugas pengadilan maka Ketua Pengadilan Negeri dapat meminta bantuan pengamanan dari kepolisian dan pengosongan terhadap objek tanah terperkara dilakukan secara paksa oleh petugas pengadilan dan bantuan keamanan dari aparat kepolisian dan pengosongan objek tanah terperkara turut dihadiri oleh lurah setempat serta Kuasa Pemohon Eksekusi.

Dalam pelaksanaan eksekusi pengosongan (ontrimming) terhadap objek tanah terperkara dibuatkan Berita Acara Eksekusi Pengosongan (ontriming) yang ditandatangani oleh jurusita pengadilan negeri dan 2 (dua) orang saksi. Sesudah objek tanah terperkara dikosongkan oleh Pengadilan Negeri dengan dibantu oleh aparat kepolisian maka objek tanah terperkara diserahkan kepada Pemohon Eksekusi secara de jure dan de facto maka akhirnya Pemohon Eksekusi dapat secara fisik menduduki/menguasai objek tanah terperkara.


(40)

BAB IV

ANALISA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 609 K/PDT/2010

Dalam hubungan adanya Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/PDT/2010 tanggal 31 Agustus 2010 maka Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 9 Mei 2011 telah menyampaikan relaas Pemberitahuan isi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/PDT/2010 jo. No. 191/PDT/2009/PT-MDN jo. No. 83/PDT-G/2008/PN-MDN kepada Lucyanna Nadeak, Direktur P.T. INATEX sebagai Penggugat dalam Perkara Perdata antara Lucyanna Nadeak, Direktur P.T. INATEX sebagai Termohon Kasasi/dahulu Terbanding/Penggugat melawan Liat Barus alias Rukiyah Br. Sembiring dan Kawan-kawan sebagai Pemohon Kasasi/dahulu Para Pembanding/Para Tergugat.

Bahwa Lucyanna Nadeak, jabatan Direktur P.T. INATEX adalah merupakan seorang ahli waris Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak dan semasa hidupnya Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak adalah pendiri dan pemegang seluruh saham serta Direktur Utama P.T. INATEX. Bahwa Lucyanna Nadeak, jabatan Direktur P.T. INATEX sebagai Penggugat mengajukan Gugatan Perdata terhadap Liat Barus alias Rukiyah Br. Sembiring dan Kawan-Kawan sebagai Para Tergugat dan perkaranya terdaftar pada Pengadilan Negeri Medan dengan Register Perkara No. 83/PDT-G/2008/PN-MDN.

Dalam Gugatan Perkara yang diajukan oleh Penggugat/P.T. INATEX terhadap para Tergugat bahwa Penggugat dalam bagian Petitum memohon Amar Putusan tentang Putusan Provosionil dan putusan tentang pokok perkara. Selanjutnya, Para Tergugat dalam Jawabannya terhadap Gugatan Perdata yang


(41)

diajukan oleh Penggugat pada bagian Petitum mengajukan Eksepsi dan Gugatan Rekopensi.

Dalam hubungan penelitian dan pembahasan tentang EKSEKUSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG DALAM PERKARA PERDATA SENGKETA TANAH HAK GUNA BANGUNAN YANG DILAKSANAKAN BERDASARKAN PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI (STUDI KASUS PT. INATEX) maka Penulis Skripsi terlebih dahulu memberikan gambaran kasus Perkara Perdata tersebut di atas.

A. Gambaran Kasus

Dalam Gugatan Perdata yangdiajukan oleh Penggugat yang terdaftar pada Pengadilan Negeri Medan dengan Register Perkara No. 83/PDt-G/PN-MDN maka Penggugat mengemukakan alasan-alasan gugatannya sebagai berikut.

1. Bahwa Penggugat memiliki sebidang tanah yang terletak di Kel. Sudirejo II Jln. Sisingamangaraja No. 289, Kec. Medan Kota, Kota Medan, berdasarkan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 21, Kel. Sudirejo II, Medan.

2. Bahwa di atas lokasi tanah Penggugat terdapat Pajak atau Pasar Tradisional yang diusahakan dan dikelola Penggugat.

3. Bahwa kemudian sekitar tahun 2004 Para Tergugat telah menguasai sebahagian tanah milik Penggugat tersebut secara tanpa hak dan selanjutnya merusak pagar beton yang didirikan Penggugat untuk melindungi tanah terperkara.


(42)

4. Bahwa kemudian Para Tergugat mendirikan bangunan dan membuat meja tempat berjualan ikan sebanyak sekitar 13 (tiga belas) buah di areal tanah terperkara tanpa sepengetahuan dan seizin Penggugat dan hal ini dilakukan Para Tergugat dengan tanpa hak dan melawan hukum.

5. Bahwa kemudian Para Tergugat ada membangun dan memajukan tembok bangunan ruang tamunya serta membuat jendela dan pintu yang menghadap ke tanah milik Penggugat secara tanpa hak dan melawan hukum.

6. Bahwa pada tanggal 6 November 2006 pada saat Penggugat menyuruh pekerjanya untuk memperbaiki beton pagar batas tanah terperkara ternyata Para Tergugat menghalang-halangi bahkan dengan emosional dan marah-marah mengusir pekerja Tergugat.

7. Para Tergugat pada saat itu juga mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh kepada para pekerja Penggugat dan selanjutnya tetap menduduki sebahagian tanah Penggugat dengan tanpa hak dan melawan hukum sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar kepada Penggugat. 1. Kualifikasi Perbuatan Para Tergugat

1. Bahwa perbuatan Para Tergugat yang telah menduduki bahkan dengan membangun bangunan di atas tanah terperkara secara tanpa hak dan tanpa persetujuan dari Penggugat merupakan perbuatan melawan hukum.

2. Bahwa perbuatan Para Tergugat yang merusak pagar beton batas tanah milik Penggugat tersebut merupakan perbuatan melawan hukum.


(43)

2. Kerugian-Kerugian Penggugat

Bahwa akibat perbuatan Para Tergugat tersebut di atas, Penggugat telah mengalami kerugian baik moril maupun materiil yang dapat diperinci sebagai berikut:

I. Kerugian Materiil:

i. Kerugian sewa tanah sejak tahun 2000 sampai tahun 2007 pertahun sebesar Rp. 45.500.000,- (empat puluh lima juta lima ratus ribu rupiah) x 7 (tujuh) tahun sehingga berjumlah Rp. 318.500.000,- (tiga ratus delapan belas juta lima ratus ribu rupiah).

ii. Ganti rugi perusakan pagar beton batas tanah sebesar Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah).

iii. Sehingga total keseluruhan Kerugian Materiil Penggugat adalah Rp. 318.500.000,- + Rp. 60.000.000,- = Rp. 378.500.000,- (tiga ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah).

II. Kerugian Moril:

i. Perbuatan Para Tergugat tersebut di atas mengakibatkan ketidak-tenangan Penggugat dan Penggugat selalu was-was sehingga secara moril Penggugat terganggu dalam menikmati dan menguasai tanah miliknya. ii. Bahwa kerugian moril ini sebenarnya tidak dapat ditentukan nilainya akan

tetapi untuk kepentingan gugatan ini maka Penggugat menetapkan kerugian moril sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).


(44)

III. Total Kerugian:

Total kerugian moril dan materiil yang diderita Penggugat berjumlah Rp. 378.500.000,- + Rp. 500.000.000,- menjadi sebesar Rp. 875.500.000,- (delapan ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah).

Bahwa selanjutnya Penggugat mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut:

a. Bahwa kerugian-kerugian moril dan materiil yang diderita oleh Penggugat dan adanya kekhawatiran Penggugat bahwa gugatan ini akan sia-sia, maka dengan ini untuk menjamin gugatan Penggugat ini, Penggugat mohon agar diletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) atas tanah terperkara dan juga terhadap harta kekayaan Para Tergugat

b. Bahwa akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Tergugat, maka kerugian tersebut harus dipertanggungjawabkan Para Tergugat dengan membayar seluruh kerugian Penggugat tersebut di atas dengan sekaligus dan tunai

c. Bahwa agar Penggugat tidak mengalami kerugian yang lebih besar di kemudian hari maka sudah seharusnya Para Tergugat dibebani dwangsom

(uang paksa) sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) perhari, setiap hari keterlambatan Para Tergugat untuk melaksanakan Putusan Perkara yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde)

d. Bahwa oleh karena gugatan Penggugat ini didukung oleh fakta-fakta yang benar dan otentik, serta sempurna menurut hukum, maka cukup beralasan untuk dimohonkan Putusan dalam perkara ini dapat melaksanakan terlebih


(45)

dahulu dengan serta merta, meskipun ada perlawanan (verzet), Banding ataupun Kasasi (uitvoerbaar bij verklaard)

e. Bahwa bangunan permanen yang dibangun secara tanpa hak oleh Para Penggugat sangat mengganggu kelancaran usaha Penggugat dan oleh sebab itu bangunan tersebut harus dihentikan pembangunannya dan untuk seterusnya dibongkar

f. Bahwa oleh karena itu sangat beralasan, Penggugat memohon agar bangunan dan meja tempat berjualan ikan yang dibangun Para Tergugat dibongkar sampai menunggu Putusan yang berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde)

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Penggugat dengan ini memohon kepada Pengadilan Negeri Medan untuk memanggil para pihak yang bersengketa, dalam suatu hari persidangan dan seraya mengambil putusan yang amarnya sebagai berikut:

1. Tentang Provisionil:

a. Mengabulkan gugatan Provisionil Penggugat untuk seluruhnya b. Menghukum Para Tergugat menghentikan pembangunan bangunan

permanen di atas tanah terperkara dan untuk selanjutnya membongkar bangunan dan meja tempat berjualan di atas tanah terperkara

c. Menghukum Para Tergugat menghentikan dan memanfaatkan tanah terperkara milik Penggugat


(46)

2. Tentang Pokok Perkara:

a. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya

b. Menyatakan secara sah dan meyakinkan bahwa Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum

c. Menghukum Para Tergugat membayar seluruh kerugian moril dan materiil yang dialami Penggugat sebesar Rp. 878.500.000,- (delapan ratustujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah) secara langsung dan tunai (cash)

d. Menghukum Para Tergugat membayar dwangsom (uang paksa) sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) setiap hari keterlambatan Para Tergugat memenuhi putusan dalam perkara ini yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) e. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag)

yang diletakkan dalam perkara ini

f. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan dengan serta merta (uitvoerbaar bij vorraad) walaupun ada upaya Banding, Kasasi, maupun Perlawanan (verzet)

g. Menghukum Para Tergugat membayar seluruh biaya-biaya yang timbul dalam perkara ini.

Atau apabila Pengadilan berpendapat lain maka Penggugat berkenan memohon agar Pengadilan memberikan Putusan yang seadil-adilnya (EX AEQUE ET BONO).


(47)

Sehubungan dengan gugatan Penggugat terhadap Para Tergugat tersebut diatas, maka Para Tergugat menyampaikan jawaban sebagai berikut:

1. TENTANG EKSEPSI

Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur Libel) : :

 Bahwa dalam gugatannya Penggugat menguraikan identitas Penggugat inperson, sebagai berikut :

“Lucyana Nadeak, umur kurang lebih 50 tahun, Direktur PT. Inatex Medan Super Market, beralamat di Jl. H.M. Nawi Harahap No. 25 Medan, dalam hal ini bertindak sebagai salah seorang ahli waris Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak.

Bahwa dengan penguraian identitas Penggugat inperson seperti tersebut di atas, telah menciptakan Lucyana Nadeak, bertindak dalam kapasitas ganda yaitu :

a. Lucyana Nadeak dalam kapasitas selaku mewakili suatu Perusahaan, yaitu sebagai Direktur PT. Inatex Medan Super Market, dan;

b. Lucyana Nadeak dalam kapasitas selaku salah seorang Ahli Waris Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak;

 Bahwa di dalam Hukum Acara Perdata bahwa Penggugat tidak dibenarkan bertindak dalam dua kapasitas dalam satu gugatan, karena hal itu akan menyebabkan gugatan menjadi rancu dan kabur, sebab kapasitas selaku Direktur PT. Inatex Medan Super Market bermakna Lucyana Nadeak memperjuangkan hak-hak dari perusahaan atau Lucyana Nadeak bertindak


(48)

selaku Penggugat dalam perkara a quo adalah karena jabatannya selaku Direktur.

 Sedangkan jika Lucyana Nadeak dalam perkara ini bertindak selaku salah seorang ahli waris, maka Lucyana Nadeak memperjuangkan hak-hal ahli waris atas harta warisan Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak.

Namun pada akhir gugatan ternyata kembali dicantumkan kapasitas “Lucyana Nadeak adalah Direktur PT. Inatex Medan Super Market selaku Penggugat”.

Seyogianya sesuai Hukum Acara Perdata jika Lucyana Nadeak mengatasnamakan selaku Direktur PT. Inatex Medan Super Market, maka yang menjadi pihak dalam gugatan a quo adalah PT. Inatex Medan Super Market, sebagai Badan Hukum dan bukan Lucyana Nadeak.  Akan tetapi jika PT. Inatex Medan Super Market belum terdaftar pada

Departemen Hukum dan HAM R.I., maka statusnya belum berbadan hukum, maka keberadaan Lucyana Nadeak, selaku Direkturnya mengajukan gugatan

a quo tidak dapat diterima, sebab Lucyana Nadeak harus terlebih dahulu mendapat Kuasa dari para Komisaris.

 Bahwa gugatan Penggugat dapat dikualifikasi sebagai gugatan yang kabur dan tidak jelas, karena di dalam posita gugatan Penggugat sama sekali tidak menguraikan luas tanah milik Penggugat tersebut, serta juga tidak menguraikan batas-batasnya. Meskipun dalam posita Penggugat ada menyebutkan Nomor Sertifikat HGB, akan tetapi itu belum lengkap karena


(49)

Penggugat tidak menyebut Tanggal, Bulan dan Tahun penerbitan Sertifikat HGB tersebut;

 Bahwa jika diamati lagi gugatan sekarang ini seolah-olah diajukan oleh Penggugat Inperson (Lucyana Nadeak) dan sekaligus menanda tangani gugatan tersebut. Sementara itu gugatan tersebut juga turut ditanda tangani oleh Irfan Surya Harahap sebagai Kuasa Hukum Penggugat.

 Hal ini sangat membingungkan, apakah gugatan ini diajukan oleh Inperson atau diajukan oleh Kuasa Hukum Penggugat.

Lazimnya jika gugatan diajukan oleh Kuasa Hukum Penggugat, maka yang tercantum dan menanda tangani gugatan hanyalah Kuasa Hukum Penggugat. Sedangkan jika gugatan aquo dianggap diajukan oleh Inperson, maka Penggugat Inperson tidak perlu memberi kuasa (Surat Kuasa 19 Februari 2008) kepada Sdr. Irfan Surya Harahap untuk mengajukan gugatan sekarang ini, oleh karena itu gugatan Penggugat sekarang ini juga rancu dan kabur;

 Bahwa gugatan Penggugat juga patut dinyatakan kabur (Obscuur libel), karena Penggugat tidak menjelaskan dan menguraikan dalam posita gugatannya, selain Penggugat, siapa-siapa saja ahli waris dari Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak. Hal ini harus diuraikan agar gugatan menjadi terang dan jelas, dikarenakan di awal gugatan Penggugat mengaku bertindak selaku salah satu Ahli Waris Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak. Sedangkan ahli waris yang lain dan berapa orang jumlahnya tidak pernah tercantum dan diuraikan dalam gugatan ini.


(50)

TENTANG GUGATAN ERROR IN OBJECTO

Bahwa dalil gugatan Penggugat yang mendalilkan memiliki sebidang tanah, tanpa menguraikan luasnya, yang terletak di Jl. Sisingamangaraja No. 289 Kelurahan Sudirejo II, Kota Medan, tanpa menguraikan batas-batasnya berdasarkan Sertifikat HGB No. 21 tanpa menyebutkan tanggal, bulan dan tahun penerbitan sertifikat tersebut, lalu kemudian Penggugat menggugat sebidang tanah yang saat ini di atasnya terdapat pajak/pasar tradisional terletak di Jl. Kemiri I Medan, gugatan mana merupakan gugatan yang keliru dan salah dalam menentukan objek gugatan, dengan alasan :

:

- Pasar tradisional yang dibangun lapak-lapak tersebut sebagaimana didalilkan Penggugat, terletak di Jl. Kemiri I, bukan di Jl. S.M. Raja No. 289;

- Sepengetahuan Tergugat-Tergugat sebidang tanah di Jl. S.M. Raja No. 289 Medan tersebut adalah alamat Kantor Advokat IRFAN SURYA HARAHAP, SH;

- Dengan kata lain objek yang digugat Penggugat terletak di Jl. Kemiri I Medan, sedangkan tanah yang diklaim Penggugat terletak di Jl. S.M. Raja No. 289 Medan. Dengan demikian nyatalah kekeliruan Penggugat dalam menentukan objek gugatan.


(51)

TENTANG GUGATAN SALING KONTRADIKSI

 Bahwa dalam gugatan-gugatan Penggugat pada bagian identitas Penggugat, dimana Penggugat menyatakan : “dalam hal ini bertindak sebagai salah satu ahli waris Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak, PENGGUGAT”.

:

 Bahwa penegasan Penggugat tersebut secara hukum telah memposisikan diri Penggugat selaku salah satu Ahli Waris dari Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak dalam mengajukan gugatan aquo.

Hal ini berarti masih ada ahli waris lain dari Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak, selain Penggugat.

 Yang juga secara hukum dapat diartikan tanah yang digugat Penggugat saat ini bukan semata-mata milik Penggugat.

Akan tetapi di dalam petitum gugatannya Penggugat meminta agar pengadilan menetapkan : “Menyatakan secara sah dan meyakinkan tanah terperkara yang diduduki para Tergugat secara tanpa hak adalah tanah milik Penggugat”.

 Bahwa hal ini sangat kontradiksi dengan apa yang dinyatakan Penggugat di awal gugatannya, yang menegaskan Lucyana Nadeak, dalam perkara ini bertindak selaku salah satu Ahli Waris.

Oleh karena Lucyana Nadeak (Penggugat) hanya merupakan salah satu ahli waris, maka seharusnya agar petitum tidak bertentangan dengan kapasitas Penggugat, maka petitum harus berbunyi :


(52)

“Menyatakan secara sah dan meyakinkan tanah terperkara yang diduduki para Tergugat secara tanpa hak adalah tanah milik ahli waris Alm. I.M.G. Datu Panusur Nadeak”.

 Bahwa berdasarkan argumentasi Para Tergugat di atas, cukup berlasan bagi

Majelis Hakim yang mengadili perkara ini untuk menyatakan eksepsi Para Tergugat cukup beralasan hukum, dan selanjutnya menyatakan gugatan

Penggugat tidak dapat diterima. TENTANG POKOK PERKARA

 Bahwa Tergugat-Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil gugatan Penggugat, kecuali terhadap hal-hal yang diakui kebenarannya dalam perkara ini;

 Bahwa hal-hal yang telah dikemukakan dalam bagian eksepsi mutatis mutandis tetap diberlakukan dalam bagian pokok perkara ini, sehingga tidak perlu diulangi lagi;

 Bahwa adalah tidak benar di atas tanah yang di klaim Penggugat terdapat lapak-lapak atau pajak tradisional, karena tanah yang diklaim Penggugat itu terletak di Jl. S.M. Raja No. 289 Medan, sedangkan tanah yang digugat saat ini terletak di Jl. Kemiri I Medan;

 Bahwa adalah tidak benar Tergugat-Tergugat merusak pagar beton Penggugat dan menguasai tanah Penggugat yang benar dan harus diakui oleh Penggugat adalah Penggugat yang telah menguasai sebagian tanah Tergugat-Tergugat dan mengambil manfaat dari tanah tersebut dengan membangun lapak-lapak serta menyewakannya kepada pihak lain tanpa seizin Tergugat-Tergugat;


(53)

 Bahwa terhadap lapak-lapak yang Tergugat-Tergugat bangun serta perbuatan Tergugat yang menambah/memajukan bangunan rumah Tergugat-Tergugat serta tindakan Tergugat-Tergugat-Tergugat-Tergugat yang melarang Penggugat membangun pagar beton, perbuatan mana bukan perbuatan melawan hukum, karena semua itu berada dalam areal tanah milik Tergugat-Tergugat dan justru perbuatan Penggugatlah yang patut dinyatakan sebagai perbuatan melawan hukum, karena mendirikan pagar beton dan lapak-lapak di atas tanah milik Tergugat-Tergugat;

 Bahwa oleh karena tidak ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat-Tergugat, maka tidak berlasan hukum Tergugat-Tergugat dibebani membayar ganti rugi kepada Penggugat sebesar Rp. 875.500.000,- serta uang

dwangsoom sebesar Rp. 500.000,-/hari.

 Bahwa seterusnya menolak petitum gugatan Penggugat angka 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8, karena tidak beralasan hukum;

 Bahwa selanjutnya putusan Provinsi yang dimintakan Penggugat harus ditolak, karena materi provisi tersebut telah masuk dan merupakan bagian dari materi pokok perkara;

 Bahwa Tergugat-Tergugat menolak dalil-dalil gugatan Penggugat selain dan selebihnya.

TENTANG REKONPENSI

Bahwa terhadap hal-hal yang dikemukakan dalam bagian konpensi mutatis mutandis tetap diberlakukan dalam bagian rekonpensi ini, sehingga tidak akan diulangi lagi.


(54)

Bahwa Tergugat-Tergugat dalam konpensi yang pada bagian ini selanjutnya disebut Penggugat dalam rekonpensi (Penggugat Dr), dengan ini mengajukan gugat balik terhadap Penggugat dalam konpensi yang dalam bagian ini disebut Tergugat Dr dengan alasan-alasan sebagai berikut :

 Bahwa Para Tergugat Dk/Para Penggugat Dr adalah selaku Ahli Waris yang sah dari Alm. Liat Barus yang telah meninggal dunia sekitar tahun 2001 di Medan;

 Bahwa Pewaris (Alm. Liat Barus) ada meninggalkan harta warisan diantaranya berupa sebidang tanah dengan alas hak Sertifikat Hak Milik No. 211/Sudirejo II an. Liat Barus, yang terletak di Jl. Kemiri I No. 1 Kelurahan Sudirejo II Kecamatan Medan Amplas – Kota Medan;

 Bahwa oleh karena Tergugat-Tergugat Dk/Para Penggugat Dr selaku ahli waris Alm. Alm. Liat Barus, maka atas sebidang tanah tersebut di atas adalah merupakan tanah milik Para Penggugat Dr selaku ahli waris;

 Bahwa di atas tanah milik Para Penggugat Dr tersebut Para Penggugat Dr sejak tahun 1989 ada membangun lapak-lapak untuk berjualan, dan sebagian lagi dari tanah Penggugat Dr diberikan untuk akses jalan umum;

 Bahwa ternyata di atas sebagian tanah Para Penggugat Dr itu yang diberikan untuk akses jalan umum, oleh Tergugat Dr dijadikannya untuk mendirikan lapak-lapak sebanyak 7 (tujuh) buah lapak sejak tahun 1990 dan lapak-lapak tersebut disewakannya kepada pihak lain tanpa seizin Para Penggugat Dr dan perbuatan Tergugat Dr tersebut merupakan perbuatan melawan hukum;


(55)

 Bahwa Penggugat Dr secara materil sangat dirugikan atas perbuatan Tergugat Dr tersebut, dimana jika rata-rata dalam 1 (satu) tahun 1 (satu) lapak disewakan senilai Rp. 4.000.000,- maka kerugian yang dialami Para Penggugat Dr terhitung sejak tahun 1990 hingga gugatan ini diajukan adalah sebesar Rp. 4.000.000,- x 7 x 18 tahun = Rp. 504.000.000,- (lima ratus empat juta rupiah);

 Bahwa atas kerugian materil yang dialami Para Penggugat Dr tersebut patut dan berlasan dibebankan kepada Tergugat Dr untuk membayarkannya kepada Para Penggugat Dr secara tunai dan sekaligus;

 Bahwa seterusnya patut juga Tergugat Dr dibebani membayar uang paksa (Dwangsoom) sebesar Rp. 500.000,- setiap hari, jika Tergugat Dr lalai dalam memenuhi isi putusan perkara ini;

 Bahwa agar gugatan ini tidak hampa, serta Para Penggugat Dr sangat mengkhawatirkan iktikad baik Tergugat Dr, maka dalam perkara ini mohon diletakkan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) terhadap barang bergerak maupun tidak bergerak milik Tergugat Dr, terutama atas sebidang tanah di Jl. S.M. Raja No. 289 sesuai Sertifikat HGB No. 21 berikut dengan segala apa yang ada di atasnya;

 Bahwa oleh karena perkara ini didasarkan pada bukti yang otentik, maka patut dan beralasan perkara ini dapat diputus dengan putusan serta merta


(56)

Bahwa berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, dimohon kehadapan Majelis Hakim yang mengadili perkara ini agar memeriksa dan memutus perkara ini dengan amar :

DALAM KONPENSI : TENTANG EKSEPSI :

 Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima, atau ; DALAM POKOK PERKARA :

 Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

DALAM REKONPENSI :

1. Mengabulkan rekonpensi Penggugat Dr untuk seluruhnya;

2. Menyatakan sah dan berharga terhadap Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) yang telah dijalankan;

3. Menyatakan sah dan berkekuatan hukum terhadap : Sertifikat Hak Milik No. 211/Sudirejo II, Kota Medan; Para Penggugat Dr selaku Ahli Waris Alm. Liat Barus; Tanah perkara sebagai harta warisan Alm. Liat Barus; Tanah perkara milik Para Penggugat Dr;

4. Menyatakan Tergugat Dr telah melakukan perbuatan melawan hukum;

5. Menghukum Tergugat Dr untuk membayar ganti rugi materil kepada Para Penggugat Dr secara tunai dan sekaligus sebesar Rp. 504.000.000,-;


(57)

6. Menghukum Tergugat Dr untuk membayar uang paksa (Dwangsoom) sebesar Rp. 500.000,- setiap hari, jika Tergugat Dr lalai dalam memenuhi isi putusan perkara ini;

7. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan dengan serta merta (Uit voerbaar bij voorraad) meskipun ada Verzet, Banding maupun Kasasi; 8. Menghukum Tergugat Dr untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam

perkara ini.

Selanjutnya setelah dibacakan gugatan Penggugat dan diterima jawaban Para Tergugat serta adanya Replik dari Penggugat dan Duplik dari Para Tergugat maka Penggugat menyampaikan Alat-Alat Bukti dan Konklusi Penggugat sebagai berikut:

1. Fotocopy Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 21, atas nama pemegang Hak PT. Iskandar Muda Nadeak Textil Industri disingkat PT. INATEX, yang diterbitkan oleh BPN Kota Medan, telah dibubuhi materai cukup, telah dicocokkan dengan aslinya, diberi tanda P-1.

2. Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan 2007 nama dan alamat Wajib Pajak PT. INATEX/Medan Supermarket, telah dibubuhi materai cukup, telah dicocokkan dengan aslinya di persidangan, diberi tanda P-2.

3. Fotocopy SURAT KETERANGAN Nomor : 592.23/033/SD-II/VII/2003 tanggal 26 Agustus 2003, yang diterbitkan oleh Lurah Sudirejo II, telah dibubuhi materai cukup, telah dicocokkan dengan aslinya di persidangan, diberi tanda P-3.


(58)

4. Fotocopy Gambar Situasi Tanah, telah dibubuhi materai cukup, telah dicocokkan dengan aslinya, diberi tanda P-4.

5. Fotocopy Kutipan Gambar sebidang tanah tanggal 29 April 1975, telah dibubuhi materai cukup, tidak dapat dicocokkan dengan materai aslinya, diberi tanda P-5.

6. Fotocopy kwitansi pembelian tanah, telah dibubuhi materai cukup, telah dicocokkan dengan aslinya, diberi tanda P-6.

7. Fotocopy Grand Sultan No. 603, telah dibubuhi materai cukup, telah dicocokkan dengan aslinya, diberi tanda P-7.

8. Fotocopy Izin Mendirikan Bangunan No. 1009/648.1/1009/08.03/07 tanggal 19 Desember 2007, tanpa materai, telah dicocokkan dengan aslinya di persidangan, dan Fotocopy Gambar Situasi Bangunan dibubuhi materai, telah dicocokkan dengan salinan resmi, diberi tanda P-8.

9. Fotocopy satu set berkas Berita Acara Pelaksanaan Eksekusi Pengosongan dan Penyerahan Tanah Objek perkara No.W2.Db.HT.04.10-2878/2002 tanggal 4 Maret 2004, dibubuhi materai, tidak dapat dicocokkan dengan aslinya di persidangan, diberi tanda P-9.

10.

11.Fotocopy Surat Keterangan Kepala Desa Sudirejo II, No.33/SD-II/III/1980, tanggal 12 Maret 1980, dibubuhi materai, tidak dapat dicocokkan dengan aslinya, diberi tanda P-11.

Bukti P-10, tidak diajukan.

12.Fotocopy Gambar Objek Perkara dibuat tanggal 8 Mei 1980, dibubuhi materai, tidak dapat dicocokkan dengan aslinya, diberi tanda P-12.


(59)

13. Fotocopy Surat Perjanjian, Brigjen TNI-AD L.R. MUNTHE dengan LIAT BARUS, dibubuhi materai, tidak dapat dicocokkan dengan aslinya di persidangan, diberi tanda P-13.

14. Fotocopy Surat Keterangan Lurah Sudirejo II No.33/SD-II/VIII?1984, dibubuhi materai, tidak dapat dicocokkan dengan aslinya, diberi tanda P-14.

15. Fotocopy Surat Keterangan No.219/SD-II/5/1978 tanggal 23 Mei 1978, dibubuhi materai, tidak dapat dicocokkan dengan aslinya di persidangan, diberi tanda P-15.

16. Fotocopy Putusan Reg. No.206 PK/PERD/1983 tanggal 30 Oktober 1986, dibubuhi materai, telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda P-16. 17. Fotocopy Surat Tanda Terima, dari Jurusita Pengadilan Negeri Medan

kepada Robert Nadeak Raja, tanggal 29 Agustus 1991, dibubuhi materai cukup, telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda P-17.

18. Fotocopy Surat No.W2.D.md.HT.04. 10-3692/91 tanggal 10 April 1991, dibubuhi materai, telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda P-18. 19. Fotocopy TANDA PENERIMAAN uang sebesar Rp.65.712.208,44,

tanggal 19 September 1991, dibubuhi materai, tidak dapat dicocokkan dengan aslinya, diberi tanda P-19.

20. Fotocopy Klipping Koran, ANALISA, MEDAN POS, SINAR INDONESIA BARU, WASPADA, DOBRAK, dan MIMBAR UMUM, menerangkan tentang pemberitahuan dan pelaksanaan eksekusi tanah dan bangunan objek perkara, telah dibubuhi materai, telah disesuaikan dengan


(60)

aslinya dipersidangkan, diberi tanda 21, 22. 23, 24, 25, 26, P-27, P-28, dan P-29.

21. Fotocopy SURAT PENJERAHAN GANTI KERUGIAN TANAH tanggal 16 September 1966, telah dibubuhi materai, telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda P-30.

Dan selanjutnya Penggugat telah mengajukan saksi di persidangan masing-masing di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan:

1. Drs. LUKMAN DAMANIK, SH.

- Bahwa saksi kenal Penggugat dan para Tergugat, tetapi tidak ada hubungan keluarga dengannya;

- Bahwa saksi pernah menjadi Kepala Desa Sidorejo II pada tahun 1994 sampai dengan 1971.

- Bahwa saksi tahu tanah yang disengketakan yakni dulunya tanah tersebut eks konsesi PTP diserahkan kepada PT. Tekstil, seluas ± 2 Ha.

- Bahwa saksi tahu tanah Liat Barus di Jalan Kemiri 1 dengan batas-batas Timur dulu tanah kosong sekarang ada rumah penduduk, Selatan tanah masyarakat, Utara tanah kebun, Baratnya tanah Nadeak/PT. Tekstil (Penggugat).

- Bahwa tanah Liat Barus dengan tanah Nadeak (penggugat) adalah perbatasan langsung.


(61)

- Bahwa setelah diperlihatkan bukti ditandai P-1 beserta gambar surat ukurnya dibenarkan saksi kalau tanah tersebut milik PT. Inatex (Nadeak) dan menunjuk tanah Liat Barus yang berbatasan dengan tanah Nadeak. - Bahwa sewaktu saksi masih menjadi Kepala Desa, Liat Barus tidak/belum

tinggal di situ (tanahnya), dia tinggal di luar tanah sengketa tersebut. 2. AGUS SALIM HARAHAP

- Bahwa saksi selaku karyawan PT. Inatex, dimana pada waktu Pengadilan mengadakan Konstateling mengukur batas-batas tanah PT. Inatex itu saksi ada mengikutinya.

- Bahwa kalau sesuai Konstateling atau pengukuran batas-batas dari Pengadilan dulu tersebut, maka tanah PT. Inatex/Supermarket (Penggugat) sudah berkurang karena diambil Liat Barus sekitar 2 meter.

- Bahwa pernah penggugat mau menggugat kembali tanah PT. Inatex tapi tidak jadi karena ada yang melarang, tapi saksi tidak tahu pasti siapa yang keberatan untuk dipagar.

3. JUSTIN NADEAK

- Bahwa saksi kenal Penggugat dan Tergugat tapi tidak ada hubungan keluarga dengannya.

- Bahwa dulu saksi sering ke lokasi tanah PT. Inatex milik Pak Nadeak (orangtua Penggugat).

- Bahwa saksi tahu ukuran tanah Liat Barus luasnya ± 60 m2 yakni sekitar 6 x 10 m, ini saksi ketahui karena tanah tersebut pemberian dari Pak Munthe kepada Liat Barus.


(62)

- Bahwa Pak Munthe itu adalah suruhan Pak Nadeak untuk mengelola pajak/pasar di lokasi tanah PT. Inatex, dan Pak Munthe memberi tanah kepada Liat Barus adalah atas nama PT. Inatex.

- Bahwa letak tanah Liat Barus tersebut berada di belakang lahan tanah PT. Inatex yang batasnya berjarak ada kurang lebih 5 meter dari gedung PT. Inatex.

- Bahwa tanah lahan PT. Inatex adalah milik Pak Nadeak yang sekarang dikuasai dan dikelola oleh Lucyanna Nadeak (Pengguat).

- Bahwa asal-usul tanah PT. Inatex dan sekitarnya dulu semuanya dibeli oleh Pak Nadeak dari PTP. IX dengan ganti rugi termasuk tanah dikuasai Pak Liat Barus.

Bahwa disamping itu para Tergugat mengajukan alat-alat bukti sebagai berikut : 1. Foto copy Sertifikat Hak Milik No.211, atas nama LIAT BARUS, diberi

tanda T-1.

2. Foto copy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2007 atas nama LIAT BARUS tanggal 2 Januari 2007, diberi tanda T-2.

3. Foto copy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2008 atas nama LIAT BARUS, tanggal 2 Januari 2008, diberi tanda T-3.

4. Foto copy Surat Tanda Terima Setoran (STTS) tanggal 2 Agustus 2007 atas nama Wajib pajak LIAT BARUS, diberi tanda T-4.


(63)

Bahwa semua bukti tersebut di atas telah dibubuhi meterai cukup, telah dilegalisir dan telah dicocokkan sama dengan aslinya di persidangan.

Selanjutnya Para Tergugat juga mengajukan saksi-saksi dipersidangan masing-masing dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan :

1.

- Bahwa saksi kenal dengan para Tergugat dan Penggugat, tapi tidak ada hubungan keluarga dengannya.

JULIANI LUBIS.

- Bahwa saksi kenal LIAT BARUS (orang tua para Tergugat) sejak tahun 1961 setelah LIAT BARUS pindah ke Jalan Kemiri I sebagai tetangga saksi;

- Bahwa saksi tahu batas-batas tanah LIAT BARUS berbatas dengan dinding bangunan PT. Inatex ada parit, tapi saksi tidak tahu berapa luas tanah LIAT BARUS tersebut;

- Bahwa diantara bangunan gedung PT. Inatex dengan tanah LIAT BARUS ada Pajak / Pasar ikan dan ada lapak / meja-meja jualan ikan, dimana lapak-lapak ikan tersebut dibangun oleh LIAT BARUS (para Tergugat); - Bahwa yang lebih dulu bertempat tinggal di Jalan Kemiri I adalah saksi

baru kemudian datang LIAT BARUS bertempat tinggal disitu, di mana tanah LIAT BARUS tersebut sesuai cerita keponakan SAKIMAN bahwa LIAT BARUS membeli tanahnya tersebut dari SAKIMAN;

- Bahwa saksi kenal dengan LUKMAN DAMANIK adalah bekas Kepala Desa dulu di daerah saksi dan lokasi tanah PT. Inatex dulunya bekas PTP IX berupa tanah kosong tidak ada kebunnya;


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam rangka mengakhiri penulisan skripsi ini maka kiranya berdasarkan penelitian dan pembahasan tentang materi skripsi ini dengan menggunakan metode deduktif dan pendekatan yuridis-normatif, serta metode wawancara dan library research maka penulisan skripsi dalam bagian penutup menyampaikan kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan penulis dalam hubungan penelitian dan pembahasan materi skripsi antara lain :

1. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan dibawahnya termasuk Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri sebagai lembaga peradilan umum.

2. Mahkamah Agung Republik Indonesia merupakan pengadilan tingkat terakhir yang memeriksa perkara-perkara yang dimohonkan kasasi oleh Pemohon Kasasi.

3. Putusan Mahkamah Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde) dapat dijalankan eksekusi putusan pengadilan itu secara paksa apabila pihak yang kalah dalam perkara tidak mau mematuhi/ menjalankan amar putusan pengadilan yang telah


(2)

mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde).

4. Eksekusi Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde) dapat dijalankan apa bila diajukan permohonan untuk melaksanakan eksekusi putusan pengadilan itu oleh pihak yang menang perkara dan Pemohon Eksekusi Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan Hukum yang tetap diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang sebelumnya telah memeriksa dan memutus perkara perdata bersangkutan.

5. Eksekusi adalah tindakan paksa yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri terhadap pihak yang kalah dalam Perkara Perdata olehkarena pihak yang kalah dalam Perkara Perdata tidak mau mematuhi dan menjalankan putusan pengadilan sebagaimana mestinya.

6. Pihak yang mengajukan permohonan eksekusi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde) disebut Pemohon Eksekusi dan pihak yang kalah dalam perkara disebut Termohon Eksekusi.

7. Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde) artinya terhadap putusan pengadilan itu tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum verzet, banding atau kasasi. 8. Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in

kracht van gewijsde) mempunyai kekuatan eksekutorial artinya dapat dilaksanakan/dijalankan secara paksa dengan meminta bantuan alat-alat negara/kepolisian.


(3)

9. Pemeriksaan perkara dalam tingkat kasasi adalah meneliti penerapan hukumnya yaitu apakah putusan suatu lembaga pengadilan yang dimohonkan kasasi itu melanggar hukum atau tidak.

10.Bahwa pemilikan Penggugat/Pemohon Kasasi atas tanah objek terperkara yang berdasarkan sertifikat Hak Guna Bangunan sebagai akta otentik merupakan alat bukti yang sempurna dan berkekuatan hukum dalam proses pemeriksaan perkara perdata di Pengadilan Negeri dan dimenangkan dalam perkara perdata di tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.

11.Apabila ada orang yang menguasai/menduduki/membangun/menyewakan tanah atau kios yang didirikan di atas tanah yang merupakan milik orang lain adalah merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan dapat dihukum unutk membayar ganti kerugian materil dan immateriil.

12.Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap memilih 3 (tiga) kekuatan yaitu :

- Kekuatan mengikat - Kekuatan pembuktian - Kekuatan eksekutorial

13.Sumber Hukum Eksekusi Putusan Perkara Perdata terdapat dalam Buku Kelima HIR (Pasal 195 sampai dengan Pasal 224) atau Buku Keempat RBG (Pasal 206 sampai dengan pasal 225).

14.Eksekusi Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde) dijalankan dibawah pimpinan dan


(4)

tanggung jawab Ketua Pengadilan negeri yang sebelumnya telah memeriksa dan memutus Perkara Perdata bersangkutan dan Ketua Pengadilan Negeri dibantu oleh Pamkra/Jurusita Pengadilan Negeri. B. Saran-saran

Berdasarkan penelitian dan perubahan tentang materi skripsi maka penulis dengan ini menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1) Oleh karena HIR/RBG yang merupakan sumber hukum acara perdata adalah merupakan produk hukum yang dibuat di zaman penjajahan Belanda maka sudah pada waktunya dilakukan unifikasi dan kodifikasi di bidang hukum acara perdata dengan membuat suatu Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (KUHAPerdata) sebagaimana adanya KUHAP sebagai unifikasi dan kodifikasi di bidang Hukum Acara Pidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

2) Oleh karena dalam pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde) sering tidak mau dipatuhi dan sering mendapat perlawanan physik dari pihak yang kalah dalam perkara perdata maka perlu kiranya dipertimbangkan untuk menghidupkan kembali lembaga gizeling (penginderaan).

3) Asas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan dalam penyelenggaraan peradilan perlu kiranya dipedomani dan dilaksanakan selurus-lurusnya oleh para catur wangsa penegak hukum.


(5)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

A. Buku

Bachir, Djazuli, SH. Eksekusi Putusan Perkara Perdata Segi Hukum dan Penegakan Hukum. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo, 1995. Harahap, M. Yahya, SH. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang

Perdata. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia, 1991.

Harun, Badriyah, SH. Proses Gugatan Perdata. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Justisia, 2009.

Kamil, Faizal, SH, MH. Asas-Asas Hukum Perdata dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Penerbit Iblam, 2005.

Soesilo, R. RBG/HIR dengan Penjelasan. Bogor: Penerbit Politea, 1980. Sutanti, Ny. Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata, SH. Hukum

Acara Perdata dalam Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit CV. Nandar Maju, 1995.

B. Perundang-Undangan

---, Perubahan Undang-Undang Mahkamah Agung, Penerbit Pustaka Justisia, Yogyakarta, 2009.

---, Undang-Undang Peradilan Hukum, Penerbit Indonesia Legal Center Publishing, Jakarta, 2010.

---, Lima Undang-Undang Penegak Hukum dan Keadilan, Penerbit Fokusindo Mandiri, Jakarta, 2010.

---, Putusan Pengadilan Negeri Medan Tanggal 25 November 2008 No. 83/Pdt. G/2008/P.N. Mdn.


(6)

---, Putusan Pengadilan Tinggi Medan Tanggal 3 Juli 2009 No. 191/PDT/2009/PT-MDN.

---, Putusan Mahkamah Agung Tanggal 31 Agustus 2010 No. 609 K/Pdt/2010.

---, Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Medan Tanggal 10 November 2011 No. 19/Eks/2011/83/Pdt. G/2008/P.N. Mdn. ---, Berita Acara Eksekusi Pengasingan (Outruiming) Tanggal 9 Desember 2011 No. 19/Eks/2011/83/Pdt. G/2008/P.N. Mdn.


Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Hambatan-Hambatan Eksekusi Putusan Pengadilan Dalam Kasus Tanah Berikut Bangunan Di Atasnya (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan)

1 31 124

Eksekusi Putusan Pengadilan Agama...

1 40 5

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

0 0 12

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

0 1 10