Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Dan Pengkreditannya Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
TUGAS AKHIR
TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN
PASAL 23 DAN PENGKREDITANNYA PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA
O L E H
NAMA : BALUAT NIM : 082600093
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat MenyelesaikanProgram Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
Rahmat dan Hidah-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Serta salawat atas Nabi junjungan kita
Muhammad SAW karena syafa’at beliaulah yang kita harapkan hingga akhir
kelak nanti.
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan, karena pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Tata Cara
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pengkreditannya Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”.
Adapun penulisan Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat
dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih
banyak kekurangan yang harus dibenahi, hal ini disebabkan keterbatasan Ilmu
yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, dengan sikap terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.
Untuk itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak atas segala bantuan dan motivasi yang penulis terima dalam
melaksanakan perkuliahan hingga menyelesaikan Laporan ini, terutama sekali
kepada:
1. Ayahanda A. Rivai PRD dan Ibunda Armida Lubis, yang tidak pernah lelah
(3)
memberikan motivasi kepada anak-anaknya, serta tidak kenal lelah dalam
menafkahi hidup anak-anaknya. Mudah-mudahan penulis dapat
membahagiakan Ayah sama ibu.
2. Bapak Prof. Dr Syahril Pasaribu DTM Sp A(K) selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Sc, selaku Dekan FISIP USU.
4. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
5. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, selaku Dosen Pembimbing Penulis.
Terimaksih atas bimbingan, masukan, dan kritikan yang sangat berarti bagi
penulis.
6. Bapak R. Benny Kisworo selaku Kepala KPP Pratama medan Kota.
Terimakasih atas Izin risetnya.
7. Abangda Didik Darmawan selaku Supervisor Lapangan, yang telah banyak
membantu penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan.
8. Ompung Tima Sari Tersayang, yang mengasuh dan selalu memberikan
nasehat kepada penulis, penulis nggak akan pernah lupa saat-saat indah
bersama ompung.
9. Mamak Haris Muda Lubis ( Kaco ) yang juga mengasuh penulis mulai dari
kecil, penulis tidak akan pernah lupa sama jasa-jasa mamak sampai kapan
pun. Mamak adalah orang tua ke dua bagi penulis.
10. Kakak dan Adik penulis yang paling penulis sayangi, Kak Ramalah ( Ibuk I ),
Kak Waridah ( Dedeh ),Kak Julianti ( Kaan ) dan Adik Juni Yuspita ( Saka ),
(4)
11. Keluarga besar Penulis di Tamiang, Tobang Taing, Tobang Khairani,
Nantulang, Udak, Uwak, Nanguda, Bouk, Wiwik, Tina ( Cak ), Bg Caklan,
Kak Rina, Bg Saufi, Bg Taufiq, Liyan, Dony, Ef, Nelda, Bere wahyuni, Vivi,
Ucok, Lokot, dan Lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,
moga keluarga kita tetap utuh.
12. Dak Pudin, Nanguda Ijah, Kak Ema Sari, Fadly, Indra, yang telah
memberikan motivasi, arahan dan lain sebagainya, mulai dari kebutuhan
perkuliahan sampai dengan penyelesaian Tugas Akhir ini. Pokoknya penulis
ucapkan makasi banyak.
13. Kawan-kawan penulis, Rustina Nasution, Lili Agustina, Astri, Irda, Amri,
Faridah Hannum, Amir, Khatib, Syafran, Zulfikar, Dian Oyong, Dian
Andersen, Bejok, Ewin, Babah, Lisda, Nita, Faras, Dona, Rajab, Mora,
Afrizal, Hot, dll. Penulis tidak akan pernah lupa sama kalian,dan tetap lah
jaga persahabatan ini.
14. Kawan-kawan “Tim Gila”, Fahmi ( Ogek ), Raisya ( Mban ), Rino ( Puang ),
Evan ( So’ev ), Susi ( Kak Sus ), Sahara, Tina, Johanes ( Johana ), Rizky,
Daniel, Heru ( Cheru ), Rudy ( Ganjo ), Risca ( Tante ), Reza ( Tokek ).
15. Kawan-kawan TAX B, TAX A, TAX C 08, moga tetap kompak selalu.
16. Tim OVJ Tax, Aulia ( Andre ), Fauzia ( Nunung ), Fahmi ( Olga ), Emir (
Andeci ), Ginda ( Sule ), Baluat ( Choky ), B’doel ( Parto ), Reza ( Andeca ).
17. Pengurus IMPROSAJA Periode 2010-2011, terutama kepada B’doel, Rinal,
Fauzia, Aulia, Dhika, Ayu, Putri, Manda, Fahmi,Yuni dan masih banyak lagi,
sory ya penulis tidak bisa menyebutnya satu persatu. Makasi juga atas
(5)
18. Pengurus IMA-MAJU Periode 2010-2011,terutama kepada K’ Benny ( Sulis )
, K’ Ade ( Makana ), Rustina Nasution ( Jasim ), K’ Nur ( Misca ), Bg Doli,
Bg Sutan, Marliyani, K’ Pebri dll.
Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Harapan penulis
semoga Laporan Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi semua pihak dan
mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.
Medan, Juni 2011
Penulis
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B.Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4
C.Uraian Teoritis ... 7
D.Ruang Lingkup PKLM ... 8
E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9
F. Metode Pengumpulan Data... 10
G.Sistematika Penyusunan Laporan ... 11
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA A.Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota ... 13
B.Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota ... 17
C.Uraian Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Kota ... 18
D.Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Kota ... 21
BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK A.Ketentuan Pemotongan PPh Pasal 23 ... 24
B.Subjek dan Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 ... 26
C.Pengecualian Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 ... 29
D.Cara Perhitungan Pemotongan dan Pengkreditan PPh Pasal 23 ... 29
(7)
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A.Tata Cara Pemotongan dan Pengkreditan PPh Pasal 23 ... 35
B.Mekanisme Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23... 36
C.Wajib Pajak Yang Menyampaikan SPT Tahunan dan Mempunyai
Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 Tahun 2010 ... 37
D.Sanksi Yang Diberikan Kepada Wajib Pajak Yang Dipotong PPh
Pasal 23 Tidak Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak ... 40
E.Pelayanan Yang Diberikan KPP Pratama Medan Kota Dalam Hal
Masyarakat Berkonsultasi... 41
F. Sosialisasi Yang Dilakukan KPP Pratama Medan Kota Kepada Wajib
Pajak ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 45
B.Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Indonesia sebagai Negara berkembang yang sedang melaksanakan
pembangunan disegala sektor, tentunya membutuhkan dana yang cukup besar
untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,
pemerintah harus mencari sumber penerimaan yang dapat menutupi pengeluaran
Negara tersebut. Penggalian sumber-sumber daya yang ada di suatu Negara
adalah hal yang paling efektif dilakukan, baik Sumber Daya Manusianya maupun
Sumber Daya Alamnya. Sumber Daya Manusia merupakan Sumber Daya dasar
yang terlebih dulu harus digali, agar semua potensi yang ada pada diri seseorang
itu dapat dimanfaatkan untuk penggalian Sumber Daya yang lainnya.
Sumber Daya Alam yang selama ini kita andalkan tidak mampu lagi untuk
menopang pengeluaran kita, terlebih Sumber Daya Alam yang kita andalkan
mempunyai umur yang relative terbatas yang suatu saat nanti akan habis, maka
pemerintah dalam hal ini berupaya keras mencari Sumber Daya yang lain yang
dapat menutupi kebutuhan Negara kita yaitu dari pajak. Sumber penerimaan dari
pajak mempunyai umur yang tidak terbatas, apalagi dengan bertambahnya Subjek
pajak, serta penggalian objek pajak yang lain.
Pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan Undang-Undang ( yang dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapat
jasa timbal balik ( kontraperestasi ) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang
(9)
pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sesuai dengan sistem Pemerintahan yang berlaku di Negara kita, Pajak
dikelola oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pajak yang dikelola
pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara ( APBN ), dan
sebaliknya Pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan sumber
penerimaan daerah ( APBD ). Jenis Pajak yang selama ini dikelola oleh
pemerintah pusat terdiri dari Pajak Penghasilan ( PPh ), Pajak Pertambahan Nilai
( PPN ), Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPnBM ), Pajak Bumi dan
Bangunan ( PBB ), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB ), dan
Bea Materai. Mulai 1 Januari 2011 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
( BPHTB ) dialihkan kepada Pemerintah Daerah khususnya Kabupaten/Kota.
Sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) juga akan dialihkan ke pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota pada Tahun 2014. Berdasarkan Undang-undang, setiap
masing-masing jenis pajak telah ditetapkan dengan jelas mengenai siapa-siapa
yang menjadi subjek pajak dan apa yang menjadi objek pajaknya serta berapa tarif
pajak yang berlaku sesuai dengan aturan yang ada.
Jika Subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun
subjektif maka subjek pajak itu akan berubah menjadi Wajib Pajak. Pada
prinsipnya Wajib pajak ada 2 yaitu, Wajib Pajak dalam Negeri dan Wajib Pajak
Luar Negeri. Wajib Pajak Dalam Negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan,
(10)
dengan asas pemungutan pajak kita yaitu Asas Domisili ( Asas Tempat Tinggal )
yang menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan
yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Sedangkan Wajib Pajak Luar
Negeri terutang pajak atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di
Indonesia.
Salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap Wajib Pajak Dalam
Negeri adalah Pajak Penghasilan Pasal 23, yaitu penghasilan yang dengan nama
dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau
telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib Pajak dalam negeri atau bentuk
usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan. Oleh karena itu,
untuk meringankan pajak terutang Wajib Pajak, maka besarnya pajak yang
dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Dalam
Negeri ( Orang Pribadi maupun Badan ), dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong
PPh pasal 21 tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak dalam negeri sesuai dengan undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
Pada dasarnya pajak penghasilan Pasal 23 atas penghasilan yang dipotong
oleh pihak yang wajib membayarkan diatur dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yaitu pada Pasal 23, yang diubah terakhir
(11)
Pajak Penghasilan Pasal 23 dan pengkreditannya ini sangat penting, karena
menyangkut pengurangan Pajak terutang Wajib Pajak.
Dengan bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
membahasnya dan penulis akhirnya mengangkat judul, ”Tata Cara Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pengkreditannya Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”.
B. Tujuan dan Manfaat PKLM
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib
dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma
III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
1. Tujuan PKLM
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan praktik kerja
lapangan mandiri (PKLM) ini adalah :
a) Untuk mengetahui Wajib Pajak Dalam Negeri yang bersangkutan telah
melakukan penghitungan pengkreditan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah
dipotong oleh pihak yang membayarkan sesuai dengan Undang-Undang dan
peraturan Perpajakan yang berlaku.
b) Untuk mengetahui koordinasi yang dilakukan oleh fiskus kepada Wajib Pajak
Dalam Nageri dalam hal Wajib Pajak berkonsultasi tentang Pengkreditan
(12)
c) Sebagai media memberikan pemecahan-pemecahan yang dianggap perlu yang
timbul antara teori dan penerapan penghitungan Pajak Penghasilan pasal 23.
d) Untuk mengetahui lebih jauh tentang cara kerja fiskus dalam memberikan
pelayanan kepada Wajib Pajak.
2. Manfaat PKLM
Adapun yang menjadi manfaat penulis dalam melaksanakan praktik Kerja
Lapangan Mandiri :
a. Bagi mahasiswa :
1) Sebagai motivasi untuk belajar. dan mencari tahu berbagai ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan ilmu perpajakan yang selama ini belum didapat.
2) Untuk menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta kedisiplinan
yang nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang
sebenarnya.
3) Untuk menerapkan yang dipelajari secara teoritis ke lingkungan kerja secara
nyata.
4) Merangsang mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan secara
efisien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).
5) Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan
pengalaman kerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
b. Bagi Instansi :
1) Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) bagi
(13)
maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan
untuk meningkatkan kinerja di lingkungan instansi tersebut.
2) Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai dengan
keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai
dengan bidang ilmu yang ditekuni.
3) Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dengan lembaga pendidikan Program
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
c. Bagi Universitas :
1) Guna mempromosikan sumber daya manusia yang ahli sesuai dengan bidang
keahliannya.
2) Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta menetapkan
pengetahuan dan keterampilan mahasisiwa dalam menerapkan ilmu khususnya
dibidang Perpajakan.
3) Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang
dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera
Utara.
4) Membuka interaksi antara dosen dengan instansi pemerintah yang
bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang
(14)
C. Uraian Teoritis
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraperestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum ( Soemitro, 1993: 2 ). Sedangkan Pajak menurut
Undang-undang No. 6 Tahun 1983 STDD Undang-undang No. 28 tahun 2007
adalah kontribusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Yang menjadi Objek Pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan
pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
dalam negeri ( orang pribadi maupun badan ), dan bentuk usaha tetap yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang
dipotong PPh Pasal 21 ( Resmi, 2008: 269 ).
Pada dasarnya Wajib Pajak Dalam Negeri terutang pajak atas seluruh
penghasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh di dalam negeri
maupun penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Pajak
Penghasilan Pasal 23 merupakan salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap
(15)
pengenaannya langsung dipotong oleh pihak yang membayarkan penghasilan.
Untuk meringankan beban pajak terutang yang dapat terjadi karena pemotongan
oleh pihak yang membayarkan penghasilan, maka besarnya pajak atas
penghasilan Wajib Pajak dalam negeri yang dipotong tersebut dapat dikreditkan
terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri.
Jumlah pajak atas penghasilan Wajib Pajak dalam negeri yang dibayar atau
dipotong tersebut dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku dan dilaporkan
sesuai dengan peraturan perpajakn yang berlaku. Pasal 23 Undang-undang Nomor
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana terakhir diubah dengan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, dan perarturan-peraturan yang berlaku
mengatur ketentuan besarnya pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak yang
membayarkan penghasilan, tarif dalam hal Wajib Pajak yang menerima
penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, jenis jasa lain yang
menjadi objek pajak penghasilan Pasal 23, objek pajak yang tidak dikenakan
pajak penghasilan pasal 23.
D. Ruang Lingkup PKLM
Dalam hal ini mahasiswa melakukan Praktik Kerja Lapangan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dan peserta ingin tahu tentang:
1) Data yang berkenaan dengan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilakukan
Wajib Pajak Dalam Negeri dan pelaporannya pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota
2) Sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
(16)
3) Pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
kepada masyarakat dalam hal masyarakat berkonsultasi.
4) Bagaimana Struktur Organisasi dan bagaimana tugas seorang fiskus di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, Khususnya di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi
sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Tahap persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pemilihan
objek dan lokasi PKLM, pengajuan proposal PKLM dan surat pengantar,
serta hal-hal yang mendukung untuk kegiatan PKLM.
2) Studi Literatur
Di dalam tahapan ini penulis mencari berbagai bacaan seperti buku-buku
tentang ketentuan perpajakan Indonesia, Undang-undang tentang perpajakan,
bahan-bahan kuliah, internet, majalah berita pajak, kliping pajak (termasuk
kliping yang ada kaitannya dengan pajak penghasilan pasal 23), dan lain-lain
maupun literatur yang ada kaitannya dengan objek PKLM
3) Observasi Lapangan
Di dalan tahapan ini, sebelum penulis melaksanakan PKLM, penulis terlebih
dahulu melakukan observasi lapangan, baik tempat ataupun sasaran praktik
(17)
4) Pengumpulan Data
a. Data primer : Data yang bersumber dari pihak yang memahami
tentang Pajak, khususnya PPh pasal 23, dalam hal ini
pegawai KPP Pratama Medan Kota.
b. Data sekunder : Data yang bersumber dari buku-buku ilmiah tenteng
perpajakan, bahan-bahan kuliah, internert,
Undang-undang tentang perpajakan, majalah berita pajak,
kliping pajak, dan lain-lain yang berkaitan dengan
perpajakan.
5) Analisis dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, maka penulis
sudah dapat memulai menganalisis dan mengevaluasi data tersebut serta
menarik kesimpulan berdasarkan pemikiran, pengetahuan, dan teori yang
telah diterima dan menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis dan
secara objektif.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM
ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1) Daftar Wawancara ( Interview Guide )
Dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan melibatakan pegawai
pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun secara tulisan yang
(18)
Penghasilan Pasal 23 dan Pengkreditannya.
2. Daftar Observasi ( Observasi Guide )
Melakukan kegiatan pengamatan langsung tentang objek PKLM yang
tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dari sumber dana yang perlu.
3. Daftar Dokumentasi ( Dokumentasi Guide )
Pengumpulan data dengan studi dokumentasi, untuk lebih memperjelas
teori-teori dan penjelasan tentang pajak penghasilan pasal 23.
G. Sistematika Penyusunan Laporan
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang
menjadi dasar pemilihan dalam penyusunan laporan, tujuan dan
manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode praktek, metode
pengumpulan data serta sistematika penulisan pelaporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Kota, Struktur Organisasi, uraian tugas pokok
dan fungsi gambaran pegawai.
BAB III : GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai ketentuan yang mengatur
(19)
selama melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis membahas tentang analisa dan evaluasi data yang
diperoleh mengenai Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
23 dan Pengkreditannya Pada KPP Pratama Medan Kota.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis mengemukan tentang kesimpulan dan
saran-saran mengenai objek PKLM dan permasalahan yang penulis hadapi
selama melaksanakan PKLM di lapangan .
(20)
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA
A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota
Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan
belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi
menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal
Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri
tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu:
a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua
yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.
Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan
pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi
Pajak Medan Timur(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor
Pelayanan Pajak Medan Kota). Dan untuk semakin memantapkan pelayanannya
kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan
pada Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia Nomor :
267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat
(21)
nama menjadi Kantor Pelayan pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor : Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1
April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor
Pelayanan pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak
berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan pajak Medan Binjai
Dan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia
Nomor : 443/KMK.01/2001 tentang “ Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan
Menjadi enam wilayah kerja, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah :
(22)
c. Kecamatan Medan Tembung
d. Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi
wilayah:
a. Kecamatan Medan Barat
b. Kecamatan Medan Sunggal
c. Kecamatan Medan Petisah
d. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
a. Kecamatan Medan kota
b. Kecamatan Medan Denai
c. Kecamatan Medan Johor
d. Kecamatan Medan Amplas
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah :
a. Kecamatan Medan Polonia
b. Kecamatan Medan Maimun
c. Kecamatan Medan Baru
d. Kecamatan Medan Tuntungan
e. Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah :
(23)
b. Kecamatan Medan Marelan
c. Kecamatan Medan Labuhan
d. Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah :
a. Kota Binjai
b. Kabupaten Langkat.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah institusi pemerintah yang
mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan . Karena
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kantor Pelayanan Pajak
Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara 1 lantai IV dan beralamat di
jalan Diponegoro Nomor 30A Medan . Adapun sejarah singkat dari Kantor
Pelayanan Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari kantor
Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
443/KMK/.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
:58/kmk.01/2002 tanggal 26 Februari 2002
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
(24)
2. Yang mengepalai Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat ini
adalah Bapak R. Benny Kisworo.
Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
diatas, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.01/2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 54/PMK.01/2007 dan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
67/PMK.01/2008.
B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota
Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola
tetap dari hubungan hubungan diantara bidang kerja, namun orang
mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam system
kerjasama.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian
Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang
kepala seksi.
Struktur Organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
(25)
Kepala kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara , dimana seluruh
pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan
Negara Republik Indonesia. Yang menjadi susunan Struktur Organisasi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah:
1. Kepala Kantor
2. Sub Bagian Umum
3. Seksi Ekstensifikasi
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
5. Seksi Pelayanan
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III,IV )
7. Seksi Pemeriksaan
8. Seksi Penagihan
9. Kelompok Jabatan Fungsional
C. Uraian Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Kota
Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Medan Kota membawahi 1(satu)
bagian dan 6 (enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun Tugas
dan fungsi masing- masing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB,
dan Karipka maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas
Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib
(26)
Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan
Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam
hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga
serta perlengkapan.
3. Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek
pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen
perpajakan, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasian dan
penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas
Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi
e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.
5. Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
(27)
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan
sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan
kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan
atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan
profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang
berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan
dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan
wilayah(territorial tertentu).
7. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan
penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan
pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan
pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen
penagihan.
(28)
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan
Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada
Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional
Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi
Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi
dimanfaatkan secara optimal.
D. Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Kota
Secara umum gambaran pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota adalah sebagai berikut :
DAFTAR NAMA PEGAWAI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA
NO NAMA JABATAN
1 R. BENNY KISWORO KEPALA KANTOR
2 RIKARDO SITANGGANG KASUBBAG UMUM
3 ARMANSYAH PELAKSANA
4 TIAMBUN SIMANJUNTAK PELAKSANA 5 RUDI YANTO MANGUNSONG PELAKSANA
6 ELIZABETH SINAGA PELAKSANA
7 EVA MARLINA GINTING PELAKSANA
8 M. ADLY ILYAS PELAKSANA
9 AMOS HABIBI MANULLANG AR WASKON 1 10 JULIANA SITUMORANG AR WASKON 1
11 SATRIO WICAKSONO AR WASKON 1
12 LUSY HERNALINA SIHOMBING AR WASKON 1
13 HERLITA KASI WASKON II
14 GRACIA TINDO AR WASKON II
15 NURANI YULIYATI AR WASKON II
16 HARIADY AR WASKON II
17 SANTI LIASARI HARAHAP AR WASKON II
18 WINDU HUDAYA AR WASKON II
19 ROSPITA TIURMA MARPAUNG KASI AR WASKON III 20 FENTY RAHMADHONA AR WASKON III
21 MARTHA NEVITA AR WASKON III
22 DIDIK DARMAWAN AR WASKON III
(29)
24 HAMONANGAN SIRINGORINGO AR WASKON III
25 SYAH REZA EMIL KASI AR WASKON IV
26 MADONG RIANTO SITANGGANG AR WASKON IV 27 P. ALEXANDER VALENTINO
SINAGA
AR WASKON IV
28 WEDY JHONSON SIMANJUNTAK AR WASKON IV
29 HENY LESTARY AR WASKON IV
30 ZUNIAR VILENY Br. HOMBING PELAKSANA
31 SAEPUDIN PELAKSANA
32 RINI WULANDARI PELAKSANA
33 BOSTON SAMOSIR PEMERIKSA PAJAK MUDA
34 MUNAFRI PEMERIKSA PAJAK MUDA
35 DWIPA HERMAWAN PEMERIKSA PAJAK MUDA
36 WILSON SITANGGANG PEMERIKSA PAJAK PERTAMA 37 TRI BUDI PRASETYO PEMERIKSA PAJAK PERTAMA
38 ARIAND BUKIT PEMERIKSA PAJAK PERTAMA
39 ARANIO EBENEZIR PEMERIKSA PAJAK PERTAMA 40 AGUS ARIFIANTO PEMERIKSA PAJAK PELAKSANA
LANJUTAN
41 ANDI RAHMATULLAH PEMERIKSA PAJAK PERTAMA 42 MAETAHAN RONALD PARDEDE PEMERIKSA PAJAK PELAKSANA
LANJUTAN
43 DEBBY FRANSISCO PENILAI PBB PELAKSANA 44 AHMAD FADRI KURNIA
MUBAROK
PEMERIKSA PAJAK PELAKSANA
45 GUNAWAN KASI EKSTENSIFIKASI
46 MARUDUT SIHITE PELAKSANA
47 MESNIANTO PELAKSANA
48 ELMI IDAWATI PELAKSANA
49 MUHAMMAD MUHAJIR PELAKSANA
50 ALOYSIUS GATOT PRASETYO PELAKSANA
51 PETTA ROSETTA PELAKSANA
52 EBEN KENNEDY SIMANJUNTAK KASI PDI
53 ELI NAFSIAH PELAKSANA
54 ENITA MISRI LUBIS PELAKSANA
55 NORA CHARMINE PELAKSANA
56 MESTA GESTALINA SINAGA PELAKSANA 57 MAYER ALPONCO MANURUNG PELAKSANA
58 IIN ARFIANI OPERATOR CONSOLE (OC)
59 DEDDY PAHOTAN OPERATOR CONSOLE (OC)
60 AGUSTINUS SITUMORANG KASI PELAYANAN
61 IRWANSYAH PELAKSANA
62 MITRA HAYATI PELAKSANA
63 SAIBAH HANUM PELAKSANA
64 SUSILAWATI PELAKSANA
65 JONNI DABUKKE PELAKSANA
(30)
68 MINIARDI PELAKSANA 69 DARWIN MIKA GULTOM PELAKSANA 70 YANI MELANYANI SIHOMBING PELAKSANA
71 DEWI ENIARIKA SIREGAR DONGORAN PELAKSANA
72 HAMDAN PELAKSANA
73 ANIEKA KOMARIOSELI KASI PENAGIHAN
74 BINSAR PELAKSANA
75 MASTIUR PANGARIBUAN PELAKSANA
76 DIMPU SIBARANI JURU SITA
77 RADEN PANDAPOTAN MARPAUNG
PELAKSANA
78 IDA KATA ERSADA PELAKSANA
79 PARLINDUNGAN JURU SITA
80 HARDI SUGANDA JURU SITA
81 FAISAL JURU SITA
(31)
BAB III
GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK
A. Ketentuan Pemotongan PPh Pasal 23
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 23, ada baiknya kita mengetahui apa arti pajak yang sebenarnya. Pajak
menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
undang- undang ( yang dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa timbal
balik ( kontraprestasi ) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum ( Resmi, 2008 : 1 ). Sedangkan pengertian
pajak menurut Undang- Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 28 tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada kas Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.
Fungsi Budgetair ( Sumber Keuangan Negara ) sebagai salah satu fungsi pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan ( Mardiasmo, 2006 : 1 ). Sebagai
sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-
banyaknya untuk uang kas negara. Upaya yang ditempuh dengan cara
ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan
peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan ( PPh ), Pajak
(32)
Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ), dan lain- lain. Pajak Penghasilan merupakan
jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang
bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk tidak
dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya. Oleh karena itu, dalam rangka
memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban
pajak subjektif menjadi sangat penting.
Pada umumnya Subjek pajak penghasilan dibedakan menjadi 2 yaitu,
Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri. Subjek Pajak Dalam
Negeri terutang pajak atas seluruh pengasilan, baik penghasilan yang diterima
atau diperoleh di dalam negeri maupun penghasilan yang diterima atau diperoleh
dari luar negeri. Sedangkan Subjek Pajak Luar Negeri terutang pajak atas
penghasilan yang berasal dari Indonesia saja. Pajak Penghasilan pada umumnya
dibagi lagi menjadi PPh Pasal 21 dan Pasal 26, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 dan
Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat ( 2 ), dan PPh Pasal 15. Pada kesempatan ini, kita akan
membahas lebih jauh mengenai PPh Pasal 23. Pajak Penghasilan Pasal 23
merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak Dalam Negeri ( orang pribadi maupun badan ), dan bentuk usaha
tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 ( Mardiasmo, 2006 : 210 ). Untuk
meringankan pajak terutang Wajib Pajak, maka besarnya pajak atas penghasilan
Wajib Pajak Dalam Negeri yang telah dipotong oleh pihak yang memberikan
penghasilan tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh
(33)
Pasal 23 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor
36 Tahun 2008, selanjutnya mengatur ketentuan besarnya pajak penghasilan yang
dipotong oleh pihak yang memberikan penghasilan. Ketentuan lebih lanjut
mengenai jenis jasa lain sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf c angka 2
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan ditetapkan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK. 03/2008 tanggal 31
Desember 2008, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK. 03/2010 tanggal
1 April 2010 tentang tanggal jatuh tempo penyetoran pajak penghasilan pasal 23.
B. Subjek dan Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
1. Subjek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi
untuk memperoleh penghasilan dan memnjadi sasaran untuk dikenakan Pajak
Penghasilan ( Resmi, 2008 : 81 ). Subjek Pajak yang telah memenuhi kewajiban
pajak secara objektif maupun subjektif dalam Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak
atau Tahun Pajak disebut sebagai Wajib Pajak. Pasal 2 ayat ( 1 ) dan ( 2 )
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008
menyebutkan bahwa :
1) Yang menjadi Subjek Pajak adalah:
a. 1. Orang Pribadi
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
(34)
b. Badan; dan
c. Bentuk Usaha Tetap
2) Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalm negeri dan subjek
pajak luar negeri.
Yang menjadi Subjek Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Subjek Pajak
dalam negeri, yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang
pribadi yang bebrada di Indonesia lebih dari 183 ( seratus delapan puluh tiga ) hari
dalam jangka waktu 12 ( dua belas ) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, Badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, Warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
2. Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat ( 1 ) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang
Nomor 36 Tahun 2008, yang menjadi Objek Pajak Penghasilan adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan. Yang menjadi Objek Pajak Penghasilan Pasal 23
adalah:
a. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
(35)
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
c. Royalti.
d. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong pajak
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat ( 1 ) huruf e Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
e. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah
dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 2 )
Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
f. Imbalan sehubungan dengan jasa teknnik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang- undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang pajak Penghasilan .
g. Jenis jasa lain selain jasa sebagaimana dimaksud diatas diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember
2008.
C. Pengecualian Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal
23 ( bukan Objek PPh Pasal 23 ) sesuai dengan Pasal 23 ayat ( 4 ) Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2008, yaitu:
(36)
2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi.
3. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 3 ) huruf f dan dividen
yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalm Pasal 17 ayat
( 2c ).
4. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 3 ) huruf i.
5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
6. penghasilan yang dibayaratau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
D. Cara Perhitungan Pemotongan dan Pengkreditan PPh Pasal 23
Untuk menghitung Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipotong oleh
pihak yang memberikan penghasilan atas penghasilan yang berupa dividen,
bunga, royalti, hadiah penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat ( 1 )
huruf e, dipotong pajak sebesar 15% dari jumlah bruto.
Sedangkan untuk pengkreditannya yang merupakan pengurangan pajak
terutang bagi Wajib Pajak itu, langsung saja dikurangkan dengan pajak terutang
untuk satu Tahun Pajak setelah dikalikan dengan tarif Pasal 17 sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
(37)
PT. Solusindo membayarkan Bunga kepada Tuan Amir pada bulan Januari 2010
sebesar Rp 200.000.000. Sedangkan Tuan Amir pada Tahun Pajak yang
bersangkutan mempunyai penghasilan neto ( PKP ) sebesar Rp 900.000.000.
PPh Pasal 23 dipotong PT. Solusindo adalah :
15% × Rp 200.000.000 = Rp 30.000.0000
Atas PPh Pasal 23 yang telaag dipotong oleh PT. Solusindo, bisa dikreditkan
terhadap pajak terutang Tuan Amir.
PPh terutang Tuan Amir Tahun Pajak 2010 :
5% × Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% × Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% × Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
30% × Rp 400.000.000 = Rp 120.000.000 +
PPh terutang = Rp 215.000.000
Kredit Pajak :
- PPh Pasal 23 = Rp 30.000.000 _
PPh yang masiih harus dibayar Tuan Amir = Rp 185.000.000
Contoh :
CV. Selera Makan membayar Royalti atas pemakaian merk Ayam Goreng ”Bu
Lestari” sebesar Rp 150.000.000. Penghasilan Neto ( PKP ) Tahun Pajak 2010
pemilik merk Ayam Goreng ” Bu Lestari” adalah Rp 550.000.000
PPh yang dipotong oleh CV. Selera Makan:
15% × Rp 150.000.000 = Rp 22.500.000
Atas PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh CV. Selera Makan, bisa dikreditkan
(38)
PPh terutang pemilik Ayam Goreng ”Bu Lestari” Tahun Pajak 2010 adalah :
5% × Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% × Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% × Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
30%× Rp 50.000.000 = Rp 15.000.000 +
PPh terutang = Rp 110.000.000
PPh terutang = Rp 110.000.000
Kredit Pajak :
- PPh Pasal 23 = Rp 22.500.000 _
PPh yang masih harus dibayar = Rp 87.500.000
Sedangkan atas penghasilan berupa sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat ( 2 ) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, serta imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dikenakan pajak sebesar 2%
dari jumlah Bruto.
Contoh :
CV. Adil Makmur menyewa sebuah mesin genset pada UD. Starindo dengan
nillai sewa Rp 30.000.000
(39)
2% × Rp 30.000.000 = Rp 600.000.
Maka Pajak Penghasilan pasal 23 yang telah dipotong oleh CV. Adil Makmur
sebesar Rp 600.000, boleh dikreditkan oleh UD. Starindo sebesar Rp 600.000.000
terhadap pajak terutangnya setahun.
Contoh :
PT. Pilar Utama yang baru berdiri meminta jasa dari CV. Konsultindo untuk
membuat sistem akuntansi perusahaan dengan imbalan sebesar Rp 50.000.000.
PPh Pasal 23 Yang dipotong oleh PT. Pilar Utama adalah:
2% × Rp 50.000.000 = Rp 1.000.000
Maka Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipotong oleh PT. Pilar Utama
sebesar Rp 1.000.000, boleh dikreditkan oleh CV. Konsultindo sebesar Rp
1.000.000 terhadap pajak terutangnya setahun.
E. Pendaftaran dan Penilaian PPh Pasal 23
Setiap Badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, perwakilan perusahaan diluar negeri lainnya, dan
orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
kepala Kantor Pelayanan Pajak telah melakukan pemotongan kepada wajib pajak,
maka atas pemotongan tersebut si pemotog wajib membuat atau mengisi Bukti
Pemotongan. Bukti Pemotongan Pajak Penghasiln Pasal 23 dibuat rangkap ke- 3,
lembar ke- 1 untuk Wajib Pajak, lembar ke- 2 untuk Kantor Pelayanan Pajak, dan
lembar ke- 3 untuk pemotong pajak. Daftar Bukti Pemotongan merupakan salah
satu lampiran SPT Masa yang diserahkan oleh pemotong Pajak kepada Kantor
(40)
merupakan Lampiran pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan ( SPT )
Tahunan yang nantinya akan diperhitungkan sebagai Kredit Pajak.
Pajak- pajak yang sudah dipotong oleh si pemotong pajak disetorkan
dengan dibuatkan Surat Setoran pajak ( SSP ). Surat Setoran Pajak adalah surat
yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima Pembayaran. Kantor
Penerima Pembayaran adalah Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik
Negara atau Bank Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk
(41)
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Tata Cara Pemotongan dan Pengkreditan PPh Pasal 23
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota, penghasilan yang diberikan oleh Badan Pemerintah, Subjek
Pajak Badan dalam Negeri, Penyelenggara kegiatan, Bentuk usaha tetap,
Perwakilan perusahaan diluar negeri lainnya, dan Orang pribadi sebagai Wajib
Pajak dalam negeri tertentu yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama kepada penerima penghasilan, baik Wajib Pajak Dalam Negeri ( Orang
Pribadi dan Badan ) maupun Bentuk Usaha Tetap ( BUT ) akan dikenakan Pajak
Penghasilan Pasal 23. Pajak yang dipotong adalah sesuai dengan tarif
sebagaimana dalam Undang- undang Pajak penghasilan Nomor 36 Tahun 2008
pasal 23, yaitu 15% untuk dividen, bunga, royalty, hadiah, serta 2% untuk sewa
dan jasa. Pemotong pajak langsung saja mengalikan tarif dengan pengahasilan
Bruto Wajib Pajak.
Pajak yang sudah dipotong bisa dikreditkan oleh Wajib pajak, hal ini agar
penghasilan Wajib pajak tidak dikenakan pajak sebanyak dua kali. Untuk
pengkreditannya, Wajib Pajak yang sudah dipotong Pajak Penghasilan pasal 23
harus melampirkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 pada saat penyampaian Surat
Pemberitahuan ( SPT ) Tahunan. Dengan demikian Wajib Pajak bisa
memperhitungkan pajak yang sudah dipotong itu sebagai pengurang pajak
terutangnya untuk satu Tahun Pajak. Bukti Potong PPh Pasal 23 yang lebih dari
(42)
B. Mekanisme Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23
Mekanisme Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Kota adalah berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tanggal 1 April 2010 yang
merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2007, PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak
bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Dalam pengertian hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk
penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti
bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan
Surat Setoran Pajak. SSP ini berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila
telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau
apabila telah mendapatkan validasi. SSP dianggap sah jika telah divalidasi dengan
Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Adapun tempat pembayaran
adalah Kantor Pos atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai
tempat pembayaran pajak.
Pemotong PPh Pasal 23 wajib memberikan tanda bukti pemotongan PPh
(43)
pemotongan atau pemungutan. Bagi penerima penghasilan, bukti pemotongan PPh
Pasal 23 ini adalah bukti pelunasan PPh terutang dalam tahun tersebut yang
nantinya akan dikreditkan dalam SPT Tahunannya.
Apabila masa pajak telah berakhir, pemotong PPh Pasal 23 wajib
melaporkan pemotongan yang telah dilakukan dalam masa pajak tersebut.
Pelaporan ini dilakukan dengan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23/26 ke
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak pemotong PPh Pasal 23 terdaftar.
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 23/26 harus disampaikan
paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir. Contoh, untuk
pemotongan PPh Pasal 23 bulan Oktober 2010, SPT Masa PPh Pasal 23 harus
disampaikan paling lambat tanggal 20 Nopember 2010.
Dalam hal batas akhir pelaporan di atas bertepatan dengan hari libur
termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya. Pengertian hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan
untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan
cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
C. Wajib Pajak Yang Menyampaikan SPT Tahunan PPh dan Mempunyai Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 Tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, maka penulis akan menyajikan tabel yang
berhubungan dengan Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh , baik
(44)
SPT, jumlah wajib pajak efektif, jumlah SPT yang masuk, serta Wajib Pajak yang
mempunyai Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan pasal 23 pada Tahun 2010.
Adapun Tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Lampiran 3
Surat Direktur Jenderal Pajak Tanggal 27 Desember 2010
DATA KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh TAHUN 2010 DAN WP YANG MEMPUNYAI BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23
Kanwil DJP Sumatera Utara I
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Penanggung
Jawab
WAJIB PAJAK SPT PPh Tahunan
Jumlah WP Terdaftar Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT Jumlah WP Efektif Jumlah SPT Masuk Bukti Pemotongan
PPh Psl 23 yang ada
Jabatan Bdn OP Bdn OP Bdn OP Bdn OP
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Ka Waskon I
1 AR I
781 4,481 686 4,655 506 4,481 208
1,674 302
2 AR II
549 4,896 527 5,205 410 4,896 114
1,145 192
3 AR III
476 4,596 462 4,576 263 4,596 122
2,166 52
4 AR IV
276 2,875 264 2,931 134 2,875 66
1,066 199
Ka Waskon II
1 AR I
589 5,131 554 5,419 359 5,131 139
1,720 77
2 AR II
670 6,621 643 6,541 514 6,621 172
2,051 166
3 AR III
629 8,259 609 8,079 496 8,259 135
2,047 28
4 AR IV
317 3,383 310 3,313 249 3,383 84
1,221 89
5 AR V
613 6,070 594 5,955 435 6,070 122
1,660 33
Ka Waskon III
1 AR I
297 4,002 279 3,993 297 4,002 122
2,024 111
2 AR II
365 3,840 354 3,815 359 3,840 111
1,367 51
3 AR III
347 4,161 336 4,211 338 4,161 90
(45)
4 AR IV 586 5,450 559 5,435 566 5,450 120
1,244 79
5 AR V
302 3,059 295 2,960 301 3,059 79
720 75
Ka Waskon IV
1 AR I
327 4,043 313 3,978 259 4,043 78
1,093 37
2 AR II
280 3,743 274 3,682 260 3,743 92
1,131 53
3 AR III
304 12,716
280 12,649 262 12,716 87
1,931 169
4 AR IV
313 5,414 303 5,338 286 5,414 93
1,569 91
Sumber : KPP Pratama Medan Kota
Berdasarkan uraian tabel di atas terlihat jelas bahwa dari sekian banyak
wajib pajak yang terdaftar, jumlah wajib pajak terdaftar wajib SPT maupun
jumlah wajib pajak efektif, hanya sebagian yang wajib pajak yang mempunyai
bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23, artinya tidak semua wajib pajak
efektif mempunyai bukti pemotongan Pajak penghasilan Pasal 23. Wajib Pajak
yang mempunyai Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah wajib
pajak yang hanya dipotong pajak penghasilan Pasal 23 oleh pihak ketiga atas
penghasilaln yang diterimanya
Dari tabel di atas wajib pajak yang mempunyai Bukti Pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 23, pajak yang telah dipotong itu bisa diperhitungkan sebagai
kredit pajak yang bersangkutan pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan (
SPT ) Tahunan Tahun 2010. Pada saat penyampaian SPT Tahunan itu, Wajib
Pajak harus menyampaikan SPT Tahunan beserta lampiran berupa Bukti
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23. Dengan demikian akan berpengaruh
(46)
D. Sanksi Yanng Diberikan Kepada Wajib Pajak Yang Dipotong PPh Pasal 23 Tidak Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
Setiap Wajib Pajak yang dipotonng Pajak Penghasilan Pasal 23, tetapi
Wajib Pajak tersebut tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) yang
merupakan tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak, maka tarif
pemotongannya lebih tinggi 100%.
Contoh :
PT. Perdana merupakan perusahaan penerbitan dan percetakan. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 2008, beralamat di Jl. Yos Sudarso Nomor 28 Medan.
NPWP 01.555.444.1.122.000. Membayarkan jasa perbaikan mesin produksi yang
telah rusak sebesar Rp 30.000.000 kepada Tuan hamdan, yang beralamat di Jl.
Patimura Nomor 4 Medan, dan Tuan Hamdan Tidak mempunyai NPWP.
Besarnya sanksi yang diberikan adalah :
100% × 2 % × Rp 30.000.000 = Rp 600.000
Maka besarnya Pajak Penghasilaln Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Perdana
adalah sebesar :
2% × Rp 30.000.000 + Rp 600.000 = Rp 1.200.000
Adapun tujuan penerapan sanksi ini, agar setiap Wajib Pajak mengetahui
begitu pentingnya peranan NPWP. Selain untuk menjaga ketertiban dalam
(47)
E. Pelayanan Yang Diberikan KPP Pratama Medan Kota Dalam Hal Masyarakat Berkonsultasi.
Masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai masalah perpajakan, baik
mengenai Pajak Penghasilan, maupun jenis pajak yang lain akan dibimbing oleh
Account Representative ( AR ) dibawah naungan seksi Pengawasan dan
Konsultasi ( Waskon ) di KPP Pratama. Masyarakat yang kurang jelas mengenai
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan bagaimana pengkreditannya juga
bisa datang untuk berkonsultasi. Hal ini merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang diberikan kepada Masyarakat. Untuk mempermudah masyarakat yang ingin
berkosultasi, masyarakat bisa telepon langung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota melalui nomor ( 061 ) 4529379, masyarakat juga bisa menyampaikan
surat yang di alamatkan kepada Kepala KPP Pratama Medan Kota, Jl. P.
Diponegoro Nomor 30A GKN Lantai IV, Medan 20152, atau juga masyarakat
langsung datang ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Setiap Wilayah khususnya Kelurahan akan dipimpin oleh seorang AR, AR
inilah yang nantinya akan memberikan bimbingan kepada masyarakat yang datang
berkonsultasi. Berikut Tabel mengenai wilayah yang dipimpin oleh seorang AR.
DAFTAR AR YANG BERTUGAS PADA MASING- MASING WILAYAH DI KPP PRATAMA MEDAN KOTA
Kecamatan Kelurahan
Kode
Wilayah AR
Medan Kota Pusat Pasar 1275040019 Amos H M Padau Hulu I 1275040024 Satrio Wicoksono Kota Matsum III 1275040016 Lusy Hernalina S Pasar Merah Barat 1275040008 Juliana Situmorang
(48)
Teladan Barat 1275040007 Juliana Situmorang Sei Rengas I 1275040020 Ahmad Azhari Medan Denai Siti Rejo I 1275040004 Hariady
Teladan Timur 1275040006 Windu Hudaya Sudi Rejo I 1275040005 Windu Hudaya Sudi Rejo II 1275040003 Santi Liasari H
Mesjid 1275040017 Nurani Yuliati
Pasar Baru 1275040018 Gracia Tindo
Denai 1275030004 Windu Hudaya
Tegal Sari Mandala I 1275030007 Santi Liasari H Tegal Sari Mandala II 1275030006 Gracia Tindo Medan Tenggara 1275030003 Hariady Tegal Sari Mandala 3 1275030005 Hariady
Binjai 1275030008 Nurani Yuliati
Medan Area Kota Matsum I 1275041007 Didik Darmawan Sei Rengas Permata 1275041011 Fenty Rahmadhona Sukaramai I 1275041005 Nurhadi Putra Sei Rengas II 1275041010 Fenty Rahmadhona Tegal Sari I 1275041002 Didik Darmawan Tegal Sari II 1275041003 Hamonangan S Kota Matsum III 1275041008 Hamonangan S Kota Matsum IV 1275041009 Hamonangan Si Pasar Merah Timur 1275041001 Martha Nevita Padau Hulu II 1275041012 Nurhadi Putra Sukaramai II 1275041006 Martha Nevita Tegal Sari III 1275041004 Didik Darmawan Medan Amplas Timbang Deli 1275021001 Wedy J Simanjutak
Amplas 1275021003 Madong R Si
Bangun Mulia 1275021002 P. Alexander V S Harjosari I 1275021009 Heny Lestari Siti Rejo II 1275021004 Emi Hairani Harjosari II 1275021008 P. Alexander V S Siti Rejo III 1275021005 Madong R S
Sumber :KPP Pratama Medan Kota Tahun 2010.
Dari Tabel di atas dapat penulis jelaskan bahwa untuk satu wilayah
Kelurahan, hanya dibawahi oleh satu Orang AR ( Account Representative ).
Masyarakat yang ingin berkonsultasi akan di tanya mengenai tempat wilayah
tempat dimana ia tinggal, atau juga ditanya mengenai dimana Wajib Pajak itu
terdafttar, sehingga dengan demikian memudahkan AR untuk memberikan
(49)
F. Sosialisasi Yang Dilakukan KPP Pratama Medan Kota Kepada Wajib Pajak
Sosialisasi merupakan bentuk penyampaian informasi, oleh sebab itu
sosialisasi sangatlah diperlukan untuk menyampaikan informasi yang sedang
berkembang. Penyampaian informasi ini akan sangat berpengaruh besar terhadap
apa yang disosialisasikan. Begitupula halnya dengan KPP Pratama Medan Kota,
berbagai hal dilakukan untuk pencapaian penerimaan, untuk pemahaman
peraturan terbaru, dan lain sebagainya. Salah satunya sosialisasi yang dilakukan
adalah tantang Tata Cara pengisian Surat Pemberitahuan ( SPT ) Tahunan PPh
Orang Pribadi, yang di dalamnya juga terkait dengan pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 23.
Pada saat penulis melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota, sosialisasi juga telah dan sedang banyak dilakukan,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. ”Misbar” ( Mengisi Bareng ) SPT Tahunan di Wilayah Kerja KPP Pratama
Medan Kota .
Mekanisme pelaksanaannya adalah Peserrta ( Wajib Pajak ) dapat terlebih
dahulu mendaftarkan diri sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan melalui
pemesanan yang dapat dilakukan melalaui Tempat Pelayanan Terpadu ( TPT ),
melalui telepon atau langsung datang pada acara Sosialisasi ” Misbar”, peserta
yang mengikuti ” Misbar” dibatasi maksimal 25 Wajib Pajak untuk setiap
Kegiatan ” Misbar” yang dilakukan di KPP Pratama Medan Kota, dan
(50)
Instansi ) pada pukul 09.30 sd 12.00 WIB dan Kamis ( di Ruang Rapat KPP
Pratama Medan Kota ) pada pukul 14.00 sd 16.30 WIB.
2. In House Training ( IHT )
Kegiatan sosialisasi ini dilaksakan setiap Hari Rabu periode Januari- Juni
2011 di KPP Pratama Medan Kota. Kegiatan ini belum melibatkan Wajib Pajak,
dengan pengertian Sosialisasi ini hanya kepada pegawai yang berada di
lingkungan KPP Pratama Medan Kota. Pemberi materi terdiri dari Seksi Waskon
III, Tim Sosialisasi KPP, Seksi Pelayanan, Seksi Waskon IV, Seksi Ekstensifikasi,
Seksi Penagihan, Subbag Umum, Seksi Pemeriksaan, Fungsional Pemeriksa I,
Fungsional Pemeriksa II, Seksi Waskon I, Seksi Waskon II dan Seksi PDI. Materi
yang dipaparkan ditentukan sendiri oleh Seksi Penyaji.
3. Kampanye Perpajakan
Sosialisasi ini lebih kepada simpatisan mengenani perpajakan. Biasanya
dilakukan di tempat- tempat yanng ramai, misalnya Perusahaan Daerah Pasar,
Lampu Merah, Medan Mall, Thamrin Plaza, Swalayan Maju Bersama, Hotel
(51)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang penulis lakukan, dan telah dijelasakan pada Bab- bab
sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan mengambil beberapa kesimpulan
mengenai Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 sebagai hasil akhir dari
keseluruhan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang dilaksanakan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. Atas Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipotong oleh pihak ketiga
harus disetor paling lama tanggal 10 ( sepuluh ) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir.
2. Surat Pemberitahuan ( SPT ) Masa PPh Pasal 23/26 harus disampaikan
paling lama 20 ( Dua puluh ) hari setelah Masa Pajak Berakhir.
3. Dari sekian banyak Wajib Pajak yang terdaftar, Wajib Pajak terdaftar
wajib SPT, maupun wajib Pajak Efektif, hanya sebagian Wajib pajak
yang mempunyai Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23/26,
artinya tidak semua Wajjib Pajak sekalipun Wajib Pajak Efektif
mempunyai Bukti Pemotongan PPh Pasal 23.
4. Wajib Pajak yang mempunyai Bukti Pemotongan PPh Pasal 23
merupakan kredit Pajak bagi Wajib Pajak yang bersangkutan, sehingga
dapat sebagai pengurang untuk perhitungan pajak terutang setahun, dan
Bukti Pemotongan itu dilampirkan pada saat penyampaian Surat
(52)
5. Tarif Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 bagi Wajib Pajak yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) lebih tinggi 100%, hal ini
bertujuan agar Wajib Pajak mengetahui begitu pentingnnya peranan
NPWP, selain untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak juga
sebagai pengawasan administrasi perpajakan.
6. Wajib Pajak yang ingin berkonsultasi bisa menelepon, meyampaikan surat,
atau datang langsung ke KPP Pratama Medan Kota.
7. Berbagai sosialisasi dilakukan KPP Prartama Medan Kota untuk
menyampaikan informasi perpajakan, baik terjun langsung ke lingkungan
masyarakat, maupun di lingkungan KPP Pratama itu sendiri.
B. Saran
Sebagai hasil akhir dari isi Laporan ini, penulis juga menyampaikan saran-
saran yang mungkin dapat bermanfaat dalam memotivasi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota maupun untuk Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU. Adapun saran- saran yang dapat penulis berikan dari hasil
pengamatan penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
( PKLM ) adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak Instansi khususnya Seksi Pengawasan dan Konsultasi
hendakanya selalu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dengan
demikian diharapkan mampu meningkatkan Wajib Pajak
2. Hendaknya sosialisasi terus dilaksakan, baik sosialisasi di lingkungan KPP
Pratama Medan Kota maupun di lingkungan masyarakat, dengan demikian
(53)
3. Pegawai di Lingkungan KPP Pratama Medan Kota hendaknya melakukan
koordinasi langsung kepada Wajib Pajak yang mempunyai permasalahan
mengenai perpajakan.
4. Hendaknya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
meningkatkan kerja sama denngan Kantor/ Instansi, untuk dapat menjalin
hubungan sehingga Kantor/ Instansi tersebut dapat mendukung Program
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang dapat meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) khususnya di Sumatera Utara.
5. Hendaknya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan membuat
program untuk mahasiswa yang akan menyelesaikan Kuliahnya sesuai
dengan jadwal yang ditentukan, sehingga mahasiswa yang telah menyusun
(54)
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Boediono. 2001. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Diadit Media.
Mardiasmo. 2006. Perpajakan. Yogyakarta : C. V Andi Offset
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat.
Sihaloho, Cyrus. 2003. Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Soemitro, Rochmat. 1993. Pajak Penghasilan. Bandung : PT. Eresco.
Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Undang-Undang :
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan STDD Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.
Udang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan STDD
(1)
F. Sosialisasi Yang Dilakukan KPP Pratama Medan Kota Kepada Wajib Pajak
Sosialisasi merupakan bentuk penyampaian informasi, oleh sebab itu sosialisasi sangatlah diperlukan untuk menyampaikan informasi yang sedang berkembang. Penyampaian informasi ini akan sangat berpengaruh besar terhadap apa yang disosialisasikan. Begitupula halnya dengan KPP Pratama Medan Kota, berbagai hal dilakukan untuk pencapaian penerimaan, untuk pemahaman peraturan terbaru, dan lain sebagainya. Salah satunya sosialisasi yang dilakukan adalah tantang Tata Cara pengisian Surat Pemberitahuan ( SPT ) Tahunan PPh Orang Pribadi, yang di dalamnya juga terkait dengan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23.
Pada saat penulis melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, sosialisasi juga telah dan sedang banyak dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. ”Misbar” ( Mengisi Bareng ) SPT Tahunan di Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Kota .
Mekanisme pelaksanaannya adalah Peserrta ( Wajib Pajak ) dapat terlebih dahulu mendaftarkan diri sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan melalui pemesanan yang dapat dilakukan melalaui Tempat Pelayanan Terpadu ( TPT ), melalui telepon atau langsung datang pada acara Sosialisasi ” Misbar”, peserta yang mengikuti ” Misbar” dibatasi maksimal 25 Wajib Pajak untuk setiap Kegiatan ” Misbar” yang dilakukan di KPP Pratama Medan Kota, dan pelaksanaan sosialisasi setiap hari Selasa ( di lokasi Wajib Pajak/ Perusahaan/
(2)
Instansi ) pada pukul 09.30 sd 12.00 WIB dan Kamis ( di Ruang Rapat KPP Pratama Medan Kota ) pada pukul 14.00 sd 16.30 WIB.
2. In House Training ( IHT )
Kegiatan sosialisasi ini dilaksakan setiap Hari Rabu periode Januari- Juni 2011 di KPP Pratama Medan Kota. Kegiatan ini belum melibatkan Wajib Pajak, dengan pengertian Sosialisasi ini hanya kepada pegawai yang berada di lingkungan KPP Pratama Medan Kota. Pemberi materi terdiri dari Seksi Waskon III, Tim Sosialisasi KPP, Seksi Pelayanan, Seksi Waskon IV, Seksi Ekstensifikasi, Seksi Penagihan, Subbag Umum, Seksi Pemeriksaan, Fungsional Pemeriksa I, Fungsional Pemeriksa II, Seksi Waskon I, Seksi Waskon II dan Seksi PDI. Materi yang dipaparkan ditentukan sendiri oleh Seksi Penyaji.
3. Kampanye Perpajakan
Sosialisasi ini lebih kepada simpatisan mengenani perpajakan. Biasanya dilakukan di tempat- tempat yanng ramai, misalnya Perusahaan Daerah Pasar, Lampu Merah, Medan Mall, Thamrin Plaza, Swalayan Maju Bersama, Hotel Soechi dan lain sebagainya.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang penulis lakukan, dan telah dijelasakan pada Bab- bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan mengambil beberapa kesimpulan mengenai Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 sebagai hasil akhir dari keseluruhan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. Atas Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipotong oleh pihak ketiga harus disetor paling lama tanggal 10 ( sepuluh ) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
2. Surat Pemberitahuan ( SPT ) Masa PPh Pasal 23/26 harus disampaikan paling lama 20 ( Dua puluh ) hari setelah Masa Pajak Berakhir.
3. Dari sekian banyak Wajib Pajak yang terdaftar, Wajib Pajak terdaftar wajib SPT, maupun wajib Pajak Efektif, hanya sebagian Wajib pajak yang mempunyai Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23/26, artinya tidak semua Wajjib Pajak sekalipun Wajib Pajak Efektif mempunyai Bukti Pemotongan PPh Pasal 23.
4. Wajib Pajak yang mempunyai Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 merupakan kredit Pajak bagi Wajib Pajak yang bersangkutan, sehingga dapat sebagai pengurang untuk perhitungan pajak terutang setahun, dan Bukti Pemotongan itu dilampirkan pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan ( SPT ) Tahunannya.
(4)
5. Tarif Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) lebih tinggi 100%, hal ini bertujuan agar Wajib Pajak mengetahui begitu pentingnnya peranan NPWP, selain untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak juga sebagai pengawasan administrasi perpajakan.
6. Wajib Pajak yang ingin berkonsultasi bisa menelepon, meyampaikan surat, atau datang langsung ke KPP Pratama Medan Kota.
7. Berbagai sosialisasi dilakukan KPP Prartama Medan Kota untuk menyampaikan informasi perpajakan, baik terjun langsung ke lingkungan masyarakat, maupun di lingkungan KPP Pratama itu sendiri.
B. Saran
Sebagai hasil akhir dari isi Laporan ini, penulis juga menyampaikan saran- saran yang mungkin dapat bermanfaat dalam memotivasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota maupun untuk Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Adapun saran- saran yang dapat penulis berikan dari hasil pengamatan penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak Instansi khususnya Seksi Pengawasan dan Konsultasi hendakanya selalu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dengan demikian diharapkan mampu meningkatkan Wajib Pajak
2. Hendaknya sosialisasi terus dilaksakan, baik sosialisasi di lingkungan KPP Pratama Medan Kota maupun di lingkungan masyarakat, dengan demikian pemahaman tentang perpajakan dan peranannya semakin meningkat.
(5)
3. Pegawai di Lingkungan KPP Pratama Medan Kota hendaknya melakukan koordinasi langsung kepada Wajib Pajak yang mempunyai permasalahan mengenai perpajakan.
4. Hendaknya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan meningkatkan kerja sama denngan Kantor/ Instansi, untuk dapat menjalin hubungan sehingga Kantor/ Instansi tersebut dapat mendukung Program Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) khususnya di Sumatera Utara. 5. Hendaknya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan membuat
program untuk mahasiswa yang akan menyelesaikan Kuliahnya sesuai dengan jadwal yang ditentukan, sehingga mahasiswa yang telah menyusun program selanjutnya tidak akan terganggu.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Boediono. 2001. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Diadit Media. Mardiasmo. 2006. Perpajakan. Yogyakarta : C. V Andi Offset
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat.
Sihaloho, Cyrus. 2003. Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Soemitro, Rochmat. 1993. Pajak Penghasilan. Bandung : PT. Eresco. Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Undang-Undang :
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan STDD Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Udang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan STDD