Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) terhadap Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja UPT Kesmas Payangan.

(1)

1

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) terhadap

Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja UPT

Kesmas Payangan

I Gusti Bagus Putu Suwarjana K.1, I Made Dharmadi2

1

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia

2

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia

ABSTRAK

Berdasarkan data tahunan UPT Kesmas Payangan bulan Januari-November 2015 jumlah wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 5,6%. Angka ini sangat rendah apabila dibandingkan dengan target pencapaian yang ditetapkan sebesar 80%. Belum terdapat data yang cukup mengenai gambaran WUS yang melakukan pemeriksaan IVA sehingga upaya peningkatan pencapaian target pemeriksaan IVA menjadi kurang maksimal. Penulis merasa perlu untuk melakukan studi deskriptif mengenai gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku WUS terhadap pemeriksaan IVA di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan. Penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku WUS di wilayah kerjaUPT Kesmas Payangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif cross sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016. Populasi dari penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner pada wanita usia subur di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan. Dari 82 sampel yang pernah mendengar tentang IVA didapatkan bahwa tingkat pengetahuan WUS terhadap pemeriksaan IVA di UPT Kesmas Payangan lebih dari lima puluh persen (53,7%) adalah kategori baik. Tingkat pengetahuan WUS dengan kategori kurang terbanyak didapatkan pada kelompok usia 26-35 tahun (66,7%), pada kelompok WUS yang tidak bekerja (52,9%) serta pada kelompok tingkat pendidikan rendah (64,3%). Sikap WUS terhadap pemeriksaan IVA sebagian besar (86,6%) adalah kategori baik. Perilaku WUS terhadap pemeriksaan IVA lebih dari lima puluh persen (85,6%) adalah kategori kurang. Hampir sebagian besar responden sudah pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Gambaran tingkat pengetahuan WUS terhadap IVA antara yang berpengetahuan baik dan kurang hampir sama. Sikap WUS terhadap IVA sebagian besar baik tetapi perilaku WUS lebih banyak kategori kurang terhadap pemeriksaan IVA.


(2)

2

Description of Knowledge of Visual Inspection of Asetic Acid (VIA)

Examination in Fertile Age Women at UPT

Kesmas Payangan’s Working

Area

I Gusti Bagus Putu Suwarjana K.1, I Made Dharmadi2

1

Medical Student of Faculty of Medicine Udayana University, Bali, Indonesia

2

Public Health Division of Faculty of Medicine Udayana University, Bali, Indonesia

ABSTRACT

Based on UPT Kesmas Payangan’s annual report on January-November 2015, fertile age women

who took Visual Inspection of Asetic Acid (VIA) examination was 5,6%. This number is very low if compared with the target number of VIA examination that assigned by government which

is 80%. There’s no enough data about the description of fertile age women who took VIA

examination so the effort to increase the target become less effective. Because of that reasons, descriptional study about knowledge, attitude, and behaviour of visual inspection of asetic acid

(VIA) examination in fertile age women at UPT Kesmas Payangan’s working area is needed.

This study is conducted to describe the level of knowledge, attitude, and behavior of VIA examination in the working area of UPT Kesmas Payangan. This study is a descriptive cross-sectional study.The population of this study are all of fertile age women lived in the working area of UPT Kesmas Payangan. The research was conducted in the region of UPT Kesmas Payangan on Desember 2015 – January 2016. The sampling method is using a multistage random sampling. The data was collected through interviews using a questionnaire. From 82 sample who have heard about IVA, more than fifty percent (53,7%) is categorized as having good knowledge. The worst knowledge distribution are in 26-35 age group (66,7%), unemployed group (52,9%), and in low educated group (64,3%). The attitude about VIA examination mostly (86,6%) is in good category, meanwhile the behaviour of VIA examination more than fifty percent (85,6%) is bad. Almost all of the respondent have heard about VIA examination. Knowledge about VIA examination in fertile age women almost the same between good and bad. The attitude towards VIA examination mostly good but the behavior towards VIA examination mostly bad about VIA examination.


(3)

3

PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada serviks yang merupakan bagian terendah dari rahim.1 Kanker serviks merupakan salah satu kanker dengan angka mortalitas tertinggi, terutama di negara berkembang.2 International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa 85% dari kasus kanker di dunia terjadi di negara- negara berkembang.3 Di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa, terdapat 52 juta perempuan beresiko terkena kanker serviks setiap tahunnya.1 Sampai tahun 2012, terdapat 20.928 kasus kanker serviks yang terdiagnosis di Indonesia.4 Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013, di Provinsi Bali terdapat 1.438 penderita kanker serviks dan merupakan kanker terbanyak pada wanita.5 Hasil laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar tahun 2011 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian kanker serviks (leher rahim) sebanyak 11 kasus dari tahun 2010 (14 kasus) dan 2011 (25 kasus).6

Faktor yang paling menonjol sebagai penyebab tingginya mortalitas akibat kanker serviks adalah keterlambatan diagnosis, dimana sebagian besar kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal.7 Patofisiologi terjadinya kanker serviks sebenarnya memerlukan waktu yang cukup lama, oleh sebab itulah vaksinasi HPV dan screening untuk mendeteksi lesi prakanker menjadi langkah andalan dalam pencegahan penting kanker serviks.8

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) merupakan metode alternatif skrining kanker serviks yang cost-effective serta dapat dilakukan oleh tenaga medis tanpa

memerlukan interpretasi dari seorang ahli patologi anatomi. Skrining IVA dapat menunjukkan hasil yang cepat, sehingga memungkinkan untuk dilakukan terapi krio di waktu dan tempat yang sama, dilakukan

metode “see and treat” yang menekankan

terapi segera setelah terdiagnosis IVA positif.9

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesmas Payangan sebagai tempat pelayanan kesehatan di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar merupakan salah satu puskesmas yang melayani skrining IVA sejak tahun 2011. Walaupun wanita usia subur di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan yang melakukan skiring IVA semakin bertambah setiap tahunnya tetapi jumlah tersebut masih tergolong rendah. Pada bulan Januari-November 2015, jumlah wanita usia subur yang melakukan skrining IVA sebanyak 5,6% di UPT Kesmas Payangan. Berdasarkan data tahunan UPT Kesmas Payangan, WUS dengan hasil IVA positif sebanyak 32,7% (2013), 66,8% (2014) dan 49,9% (Januari-November 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di UPT Kesmas Payangan pada tanggal 15 Desember 2015, dilakukan wawancara pada 10 wanita usia subur didapatkan 6 wanita usia subur tidak tahu tentang IVA (60%) dan 4 (40%) wanita subur tahu tentang IVA. Dari data di atas menunjukkan kurangnya pengetahuan WUS di wilayah UPT Kesmas Payangan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya terdiri dari umur, intelegensi, kepribadian, pendidikan, lingkungan, sosial budaya, informasi, pengalaman, motivasi, sumber informasi, minat, dan pekerjaan. Kurangnya pengetahuan ini berdampak pada sikap wanita usia subur kemudian sikap akan mempengaruhi perilaku wanita usia subur


(4)

4 dalam melakukan skrining IVA sehingga

pada akhirnya akan berdampak pada diagnosis kanker serviks yang baru diketahui saat stadium lanjut. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana tingkat pengetahuan WUS terhadap pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain studi penelitian cross sectional. Seluruh data dari hasil penelitian ini kemudian dianalisis secara deskriptif dan beberapa hasil ditampilkan dalam bentuk tabel. Kriteria inklusi untuk pencarian sampel dalam penelitian ini adalah WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatanPayangan. WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatan Payangan yang tidak bersedia menjadi responden. Sedangkan criteria eksklusi adalah WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatan Payangan yang belum menikah.

Alat bantu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

multistage random sampling, dimana dari 9 desa yang berada di kecamatan Payangan dipilih satu desa secara acak menggunakan undian dan terpilih Desa Buahan, kemudian 5 banjar yang terdapat di Desa Buahan dipilih satu banjar secara acak menggunakan undian dan terpilih Banjar Gambih, kemudian dikarenakan tidak ada data WUS di Puskesmas Pembatu, penulis mendatangi rumah WUS satu persatu untuk mengambil data hingga memenuhi jumlah sampel minimal. Apabila tidak ada WUS di rumah

yang penulis datangi atau WUS menolak menjadi responden, kami datang ke rumah di sebelahnya.

Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan pengolahan serta penyusunan data secara sistematis dan logis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif. Rumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembahasan dianalisis dan dihubungkan untuk menarik kesimpulan umum. Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan karakteristik dan tingkat pengetahuan WUS.

HASIL

Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner penelitian pada wanita usia subur dapat dijelaskan bahwa umur paling muda dari 96 responden yang menjadi sampel adalah wanita berusia 18 tahun dan usia paling tua adalah 49 tahun. Sedangkan berdasarkan kelompok usia wanita usia subur dapat dijelakan pada tabel di bawah ini.

Kelompok usia responden dengan frekuensi terbanyak terdapat pada kelompok usia 15-25 tahun (54,2%). Lebih dari setengah jumlah responden (56,3%) bekerja. Lebih dari setengah jumlah responden (59,4%) memiliki tingkat pendidikan tinggi Ttabel 1). Persentase sampel dengan tingkat pengetahuan yang baik dan kurang hampir sama, yaitu sebanyak 38 orang (46,3%) dan 44 orang (53,7%) (Tabel 2).


(5)

5 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik

Responden

Tingkat pengetahuan kurang paling banyak terdapat pada kelompok umur 26-35 tahun (66,7%). Berdasarkan pendidikan, tingkat pengetahuan yang kurang cenderung paling banyak terdapat pada responden dengan pendidikan rendah (64,3%). Responden dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan dengan responden berpendidikan rendah. Berdasarkan pekerjaan, tingkat pengetahuan kurang cenderung lebih banyak terdapat pada responden yang bekerja (54,2%) tetapi tidak terlalu jauh berbeda dengan responden yang tidak bekerja (52,9%) (Tabel 5).

Tabel 2. Responden yang Pernah Mendengar tentang Pemeriksaan IVA

Karakteristik Jumlah % Responden pernah mendengar IVA

Tidak pernah Pernah

14 82

14,6 85,4

Total 96 100

Tabel 3. Persentase Tingkat Pengetahuan Responden terhadap IVA

Tingkat Pengetahuan Jumlah % Baik

Kurang

38 44

46,3 53,7

Total 82 100

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan bahwa dari 96 responden sebanyak 14 orang (14,6%) tidak pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA dan sebanyak 82 orang (85,4%) pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Persentase WUS yang melakukan IVA di UPT Kesmas Payangan dari Bulan Januari 2015 sampai bulan November 2015 yakni sebesar 5,6%, hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana masih terdapat WUS yang belum pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Target pencapaian IVA yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2014 yakni sebanyak 80% dari populasi wanita di suatu desa, sehingga angka pencapaian 5,6% masih jauh dari target pencapaian yang ditetapkan.

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang IVA

Berdasarkan tingkat pengetahuan, dari 82 responden yang pernah mendengar tentang IVA, sebanyak 44 (53,7%) memiliki pengetahuan kurang tentang IVA, tidak jauh berbeda dengan responden yang memiliki pengetahuan baik yakni sebanyak 38 (46,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Artiningsih didapatkan sebanyak 48% WUS di Desa Blooto, Kecamatan Prajurit Kulan Kota Mojokerto memiliki pengetahuan yang kurang terhadap IVA.10 Penelitian oleh Rina Arum didapatkan sebanyak 46% WUS di Desa Pangebatan Kecamatan Karangwelas

Banyumas memiliki

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Kelompok Usia

15-25 tahun 52 54,2

26-35 tahun 15 15,6

36-49 tahun 29 30,2

Pekerjaan

Bekerja 54 56,3

Tidak bekerja 42 43,8

Pendidikan Terakhir

Pendidikan Rendah 39 40,6


(6)

6 Tabel 4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Materi yang Ditanyakan

Pertanyaan Salah (%) Benar (%) Total (%)

Pengertian IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Manfaat IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Kapan melakukan IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Frekuensi melakukan IVA 16 (19,5) 66 (80,5) 82 (100)

Tempat melakukan IVA 58 (70,7) 24 (29,3) 82 (100)

IVA tidak berbahaya 8 (9,8) 74 (90,2) 82 (100)

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan WUS

Karakteristik Tingkat Pengetahuan

Kurang (%) Baik (%) Total (%) Kelompok Umur

15-25 tahun 26-35 tahun 36-49 tahun

24 (50%) 8 (66,7%) 12 (54,5%)

24 (50%) 4 (33,3%) 10 (45,5%)

48 (100%) 12 (100%) 22 (100%) Pendidikan

Rendah Tinggi

18 (64,3,%) 26 (48,1%)

10 (14,3%) 28 (51,9%)

28 (100%) 54 (100%) Pekerjaan

Tidak Bekerja Bekerja

18 (52,9%) 26 (54,2%)

16 (47,1%) 22 (45,8%)

34 (100%) 48 (100%)

pengetahuan yang kurang terhadap IVA.11 Proporsi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA lebih banyak pada WUS dengan pengetahuan baik, yaitu sebanyak 33 orang (66,1%), sedangkan proporsi WUS yang tidak melakukan pemeriksaan IVA lebih banyak ditemukan pada WUS yang berpengetahuan kurang, yaitu sebanyak 105 orang (67,3%). Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hanafi dkk. yang menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan motivasi WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA dengan nilai p=0,045.12 Lebih banyaknya responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mungkin disebabkan oleh arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Masyarakat di Wilayah Kecamatan Payangan telah menerima informasi dan penyuluhan dari kader dan bidan yang telah dilakukan sejak tahun 2012. Penyuluhan akan

mempengaruhi penerimaan informasi tentang kanker serviks dan pentingnya IVA kepada WUS.

Pengetahuannya terhadap sesuatu akan mempengaruhi perilaku individu. Makin tinggi pengetahuan seseorang, maka makin tinggi pula kesadarannya untuk berperan serta dalam suatu kegiatan. Pengetahuan responden adalah sebagai salah satu faktor yang mempermudah terhadap terjadinya perubahan perilaku khususnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ke puskesmas. Sri dkk. menyatakan bahwa salah satu faktor penentu terjadinya perubahan perilaku adalah faktor pemudah (predisposing factors) yang didalamnya termasuk pengetahuan.13 Oleh karena itu, upaya peningkatan keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri merupakan sangat penting.


(7)

7 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh keterangan bahwa proporsi terbesar WUS yang memiliki pengetahuan kurang adalah pada kelompok usia 26-35 tahun. Hal ini sangat berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Artiningsih di Desa Blooto Kecamatan Prajurit Kulon Mojokerto dimana ibu yang memiliki pengetahuan baik justru terjadi pada usia <40 tahun. Keadaan ini jelas memperlihatkan bahwa masih kurangnya kesadaran wanita di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dalam mencegah terjadinya kanker serviks sedini mungkin serta masih kurangnya informasi yang diterima oleh wanita usia 26-35 tahun, karena biasanya pada usia-usia tersebut banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja maupun mengurus rumah tangga, sehingga sedikit waktu yang dapat diluangkan untuk mendapatkan informasi. Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan wanita usia subur berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh keterangan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak pada responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (64,3%). Dari hasil penelitian, terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pengetahuan. Hal ini disebabkan oleh karena pendidikan mempengaruhi proses belajar seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Semakin mudah orang tersebut menerima informasi, semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan memiliki efek positif terhadap kesadaran kesehatan dan secara langsung berimbas pada perilaku kesehatan. Berdasarkan distribusi jenis pekerjaan, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 54,2% berada pada kelompok WUS yang bekerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rina Arum dan Hanafi, dimana didapatkan hasil bahwa responden yang sudah pernah melakukan IVA paling banyak bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, masing-masing sebesar 37,5% dan 50,8%.11 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Notoatmodjo yang menyatakan bahwa sesorang yang bekerja akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan memiliki wawasan yang lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan banyak mendapatkan informasi dan pengalaman.14 Perbedaan antara hasil penelitian dengan teori kemungkinan disebabkan karena Ibu Rumah Tangga memiliki waktu yang lebih banyak di rumah dan memiliki aktivitas sosial yang lebih tinggi serta lebih cenderung mengikuti penyuluhan atau promosi kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang biasanya dilakukan di jam kerja.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa persentase pengetahuan WUS terendah berada pada poin tempat melakukan pemeriksaan IVA dimana sebesar 70,7% responden tidak mengetahui dimana tempat melakukan IVA. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Artiningsih di Desa Blooto dimana tingkat pengetahuan WUS terendah terdapat pada poin keuntungan IVA.10 Perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Hasil penelitian pada poin tingkat pengetahuan terendah di Puskesmas Payangan mungkin disebabkan karena kurangnya informasi yang diberikan tentang tempat pelaksanaan pemeriksaan IVA yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas.


(8)

8

SIMPULAN

Tingkat pengetahuan WUS terhadap pemeriksaan IVA di UPT Kesmas Payangan lebih dari lima puluh persen (53,7%) adalah kategori baik. Tingkat pengetahuan WUS dengan kategori baik terbanyak terdapat pada kelompok usia 15-25 tahun (50%) dan pada kelompok WUS yang bekerja (45,8%) serta pada kelompok tingkat pendidikan tinggi (51,9%), sedangkan tingkat pengetahuan WUS dengan kategori kurang terbanyak terdapat pada kelompok usia 26-35 tahun (66,7%) dan pada kelompok WUS yang tidak bekerja (52,9%) serta pada kelompok tingkat pendidikan rendah (64,3%). Persentase WUS tingkat pengetahuan baik (46,3%) lebih rendah daripada WUS tingkat pengetahuan rendah (53,7%).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI. 2013

2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2010.

3. International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence worldwide in 2012. [Online] Tersedia di: http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets _population.aspx [Diakses pada: 15/12/15]. 2012.

4. Bruni, L, Barrionuevo-Rosas, L, Albero G, Aldea M, Serrano B, Valencia S, Brotons M, Mena M, Cosano R, Muñoz J, Bosch FX, de Sanjosé S, Castellsagué X. Human Papillomavirus and Related Diseases in Indonesia. ICO Information Centre on HPV and Cancer (HPV

Information Centre) : Summary Report. 2014.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Infodatin Kanker. 2015.

6. Martini, Ni Ketut. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur Dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II. [Online].

Tersedia di:

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_th

esis/unud-778-265413185-tesis%20ni%20ketut%20martini%20mi km%20unud%20npm%201092161018 %20juli%202013%20final.pdf.

[Diakses pada: 15/12/2015] 2013. 7. Suwiyoga, Ketut. Penanganan Nyeri

Pada Kanker Serviks Stadium Lanjut. Jurnal Studi Jender Srikandi. [Online].

Tersedia di

http://ojs.unud.ac.id/index.php/srikandi/ article/view/2763/1956 [Diakses: 14/12/15]. 2013.

8. Ramadhan, Hasan. Langkah Awal Mencegah Kanker Serviks. [Online].

Tersedia di

http://www.jurnalperempuan.org/langka h-awal-mencegah-kanker-serviks.html [Diakses pada: 15/12/15] 2014.

9. World Health Organization. Prevention

& Cancer Control: Knowledge Into Action: WHO Guide For Effective Programmes: Module 2. Geneva: World Health Organization. 2012.

10. Artiningsih, Ninik. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Serviks.

[Online].Tersedia di:

http://core.ac.uk/download/files/478/12 351472.pdf. [Diakses pada:15/12/2015] 2011.


(9)

9 11. Rahma, Rina Arum. Beberapa Faktor

yang Mempengaruhi Minat WUS

(Wanita Usia Subur) Dalam Melakukan Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Dengan Pulasan Asam Asetat) di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas. [Online].

Tersedia pada:

http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Pra da/article/view/10. [Diakses pada:16/12/15] 2011.

12. Hanafi, Ocviyanti dkk. Efektivitas Pemeriksaan Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat Oleh Bidan Sebagainya Upaya Mendeteksi Lesi Pra-Kanker Serviks. Indones J. Obstet Gynecol

27(1). 2003: 59-66. 2003.

13. Sri, DL., Nunuk, S., Pancrasia, M. Judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (Iva). UNS. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. Vol 1,

No 1, 2013 (Hal 57-66)

Http://Jurnal.Pasca.Uns.Ac.Id. [Diakses pada: 15/12/2015] 2013.

14. Notoatmodjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2005.


(10)

1

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) terhadap

Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja UPT

Kesmas Payangan

I Gusti Bagus Putu Suwarjana K.1, I Made Dharmadi2

1

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia

2

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia

ABSTRAK

Berdasarkan data tahunan UPT Kesmas Payangan bulan Januari-November 2015 jumlah wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 5,6%. Angka ini sangat rendah apabila dibandingkan dengan target pencapaian yang ditetapkan sebesar 80%. Belum terdapat data yang cukup mengenai gambaran WUS yang melakukan pemeriksaan IVA sehingga upaya peningkatan pencapaian target pemeriksaan IVA menjadi kurang maksimal. Penulis merasa perlu untuk melakukan studi deskriptif mengenai gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku WUS terhadap pemeriksaan IVA di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan. Penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku WUS di wilayah kerjaUPT Kesmas Payangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif cross sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016. Populasi dari penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner pada wanita usia subur di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan. Dari 82 sampel yang pernah mendengar tentang IVA didapatkan bahwa tingkat pengetahuan WUS terhadap pemeriksaan IVA di UPT Kesmas Payangan lebih dari lima puluh persen (53,7%) adalah kategori baik. Tingkat pengetahuan WUS dengan kategori kurang terbanyak didapatkan pada kelompok usia 26-35 tahun (66,7%), pada kelompok WUS yang tidak bekerja (52,9%) serta pada kelompok tingkat pendidikan rendah (64,3%). Sikap WUS terhadap pemeriksaan IVA sebagian besar (86,6%) adalah kategori baik. Perilaku WUS terhadap pemeriksaan IVA lebih dari lima puluh persen (85,6%) adalah kategori kurang. Hampir sebagian besar responden sudah pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Gambaran tingkat pengetahuan WUS terhadap IVA antara yang berpengetahuan baik dan kurang hampir sama. Sikap WUS terhadap IVA sebagian besar baik tetapi perilaku WUS lebih banyak kategori kurang terhadap pemeriksaan IVA.


(11)

2

Description of Knowledge of Visual Inspection of Asetic Acid (VIA)

Examination in Fertile Age Women at UPT

Kesmas Payangan’s Working

Area

I Gusti Bagus Putu Suwarjana K.1, I Made Dharmadi2

1

Medical Student of Faculty of Medicine Udayana University, Bali, Indonesia

2

Public Health Division of Faculty of Medicine Udayana University, Bali, Indonesia

ABSTRACT

Based on UPT Kesmas Payangan’s annual report on January-November 2015, fertile age women

who took Visual Inspection of Asetic Acid (VIA) examination was 5,6%. This number is very low if compared with the target number of VIA examination that assigned by government which

is 80%. There’s no enough data about the description of fertile age women who took VIA

examination so the effort to increase the target become less effective. Because of that reasons, descriptional study about knowledge, attitude, and behaviour of visual inspection of asetic acid

(VIA) examination in fertile age women at UPT Kesmas Payangan’s working area is needed.

This study is conducted to describe the level of knowledge, attitude, and behavior of VIA examination in the working area of UPT Kesmas Payangan. This study is a descriptive cross-sectional study.The population of this study are all of fertile age women lived in the working area of UPT Kesmas Payangan. The research was conducted in the region of UPT Kesmas Payangan on Desember 2015 – January 2016. The sampling method is using a multistage random sampling. The data was collected through interviews using a questionnaire. From 82 sample who have heard about IVA, more than fifty percent (53,7%) is categorized as having good knowledge. The worst knowledge distribution are in 26-35 age group (66,7%), unemployed group (52,9%), and in low educated group (64,3%). The attitude about VIA examination mostly (86,6%) is in good category, meanwhile the behaviour of VIA examination more than fifty percent (85,6%) is bad. Almost all of the respondent have heard about VIA examination. Knowledge about VIA examination in fertile age women almost the same between good and bad. The attitude towards VIA examination mostly good but the behavior towards VIA examination mostly bad about VIA examination.


(12)

3

PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada serviks yang merupakan bagian terendah dari rahim.1 Kanker serviks merupakan salah satu kanker dengan angka mortalitas tertinggi, terutama di negara berkembang.2 International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa 85% dari kasus kanker di dunia terjadi di negara- negara berkembang.3 Di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa, terdapat 52 juta perempuan beresiko terkena kanker serviks setiap tahunnya.1 Sampai tahun 2012, terdapat 20.928 kasus kanker serviks yang terdiagnosis di Indonesia.4 Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013, di Provinsi Bali terdapat 1.438 penderita kanker serviks dan merupakan kanker terbanyak pada wanita.5 Hasil laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar tahun 2011 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian kanker serviks (leher rahim) sebanyak 11 kasus dari tahun 2010 (14 kasus) dan 2011 (25 kasus).6

Faktor yang paling menonjol sebagai penyebab tingginya mortalitas akibat kanker serviks adalah keterlambatan diagnosis, dimana sebagian besar kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal.7 Patofisiologi terjadinya kanker serviks sebenarnya memerlukan waktu yang cukup lama, oleh sebab itulah vaksinasi HPV dan screening untuk mendeteksi lesi prakanker menjadi langkah andalan dalam pencegahan penting kanker serviks.8

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) merupakan metode alternatif skrining kanker serviks yang cost-effective serta dapat dilakukan oleh tenaga medis tanpa

memerlukan interpretasi dari seorang ahli patologi anatomi. Skrining IVA dapat menunjukkan hasil yang cepat, sehingga memungkinkan untuk dilakukan terapi krio di waktu dan tempat yang sama, dilakukan

metode “see and treat” yang menekankan

terapi segera setelah terdiagnosis IVA positif.9

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesmas Payangan sebagai tempat pelayanan kesehatan di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar merupakan salah satu puskesmas yang melayani skrining IVA sejak tahun 2011. Walaupun wanita usia subur di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan yang melakukan skiring IVA semakin bertambah setiap tahunnya tetapi jumlah tersebut masih tergolong rendah. Pada bulan Januari-November 2015, jumlah wanita usia subur yang melakukan skrining IVA sebanyak 5,6% di UPT Kesmas Payangan. Berdasarkan data tahunan UPT Kesmas Payangan, WUS dengan hasil IVA positif sebanyak 32,7% (2013), 66,8% (2014) dan 49,9% (Januari-November 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di UPT Kesmas Payangan pada tanggal 15 Desember 2015, dilakukan wawancara pada 10 wanita usia subur didapatkan 6 wanita usia subur tidak tahu tentang IVA (60%) dan 4 (40%) wanita subur tahu tentang IVA. Dari data di atas menunjukkan kurangnya pengetahuan WUS di wilayah UPT Kesmas Payangan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya terdiri dari umur, intelegensi, kepribadian, pendidikan, lingkungan, sosial budaya, informasi, pengalaman, motivasi, sumber informasi, minat, dan pekerjaan. Kurangnya pengetahuan ini berdampak pada sikap wanita usia subur kemudian sikap akan mempengaruhi perilaku wanita usia subur


(13)

4 dalam melakukan skrining IVA sehingga

pada akhirnya akan berdampak pada diagnosis kanker serviks yang baru diketahui saat stadium lanjut. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana tingkat pengetahuan WUS terhadap pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain studi penelitian cross sectional. Seluruh data dari hasil penelitian ini kemudian dianalisis secara deskriptif dan beberapa hasil ditampilkan dalam bentuk tabel. Kriteria inklusi untuk pencarian sampel dalam penelitian ini adalah WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatanPayangan. WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatan Payangan yang tidak bersedia menjadi responden. Sedangkan criteria eksklusi adalah WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatan Payangan yang belum menikah.

Alat bantu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

multistage random sampling, dimana dari 9 desa yang berada di kecamatan Payangan dipilih satu desa secara acak menggunakan undian dan terpilih Desa Buahan, kemudian 5 banjar yang terdapat di Desa Buahan dipilih satu banjar secara acak menggunakan undian dan terpilih Banjar Gambih, kemudian dikarenakan tidak ada data WUS di Puskesmas Pembatu, penulis mendatangi rumah WUS satu persatu untuk mengambil data hingga memenuhi jumlah sampel minimal. Apabila tidak ada WUS di rumah

yang penulis datangi atau WUS menolak menjadi responden, kami datang ke rumah di sebelahnya.

Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan pengolahan serta penyusunan data secara sistematis dan logis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif. Rumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembahasan dianalisis dan dihubungkan untuk menarik kesimpulan umum. Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan karakteristik dan tingkat pengetahuan WUS.

HASIL

Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner penelitian pada wanita usia subur dapat dijelaskan bahwa umur paling muda dari 96 responden yang menjadi sampel adalah wanita berusia 18 tahun dan usia paling tua adalah 49 tahun. Sedangkan berdasarkan kelompok usia wanita usia subur dapat dijelakan pada tabel di bawah ini.

Kelompok usia responden dengan frekuensi terbanyak terdapat pada kelompok usia 15-25 tahun (54,2%). Lebih dari setengah jumlah responden (56,3%) bekerja. Lebih dari setengah jumlah responden (59,4%) memiliki tingkat pendidikan tinggi Ttabel 1). Persentase sampel dengan tingkat pengetahuan yang baik dan kurang hampir sama, yaitu sebanyak 38 orang (46,3%) dan 44 orang (53,7%) (Tabel 2).


(14)

5 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik

Responden

Tingkat pengetahuan kurang paling banyak terdapat pada kelompok umur 26-35 tahun (66,7%). Berdasarkan pendidikan, tingkat pengetahuan yang kurang cenderung paling banyak terdapat pada responden dengan pendidikan rendah (64,3%). Responden dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan dengan responden berpendidikan rendah. Berdasarkan pekerjaan, tingkat pengetahuan kurang cenderung lebih banyak terdapat pada responden yang bekerja (54,2%) tetapi tidak terlalu jauh berbeda dengan responden yang tidak bekerja (52,9%) (Tabel 5).

Tabel 2. Responden yang Pernah Mendengar tentang Pemeriksaan IVA

Karakteristik Jumlah % Responden pernah mendengar IVA

Tidak pernah Pernah

14 82

14,6 85,4

Total 96 100

Tabel 3. Persentase Tingkat Pengetahuan Responden terhadap IVA

Tingkat Pengetahuan Jumlah % Baik

Kurang

38 44

46,3 53,7

Total 82 100

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan bahwa dari 96 responden sebanyak 14 orang (14,6%) tidak pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA dan sebanyak 82 orang (85,4%) pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Persentase WUS yang melakukan IVA di UPT Kesmas Payangan dari Bulan Januari 2015 sampai bulan November 2015 yakni sebesar 5,6%, hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana masih terdapat WUS yang belum pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Target pencapaian IVA yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2014 yakni sebanyak 80% dari populasi wanita di suatu desa, sehingga angka pencapaian 5,6% masih jauh dari target pencapaian yang ditetapkan.

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang IVA

Berdasarkan tingkat pengetahuan, dari 82 responden yang pernah mendengar tentang IVA, sebanyak 44 (53,7%) memiliki pengetahuan kurang tentang IVA, tidak jauh berbeda dengan responden yang memiliki pengetahuan baik yakni sebanyak 38 (46,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Artiningsih didapatkan sebanyak 48% WUS di Desa Blooto, Kecamatan Prajurit Kulan Kota Mojokerto memiliki pengetahuan yang kurang terhadap IVA.10 Penelitian oleh Rina Arum didapatkan sebanyak 46% WUS di Desa Pangebatan Kecamatan Karangwelas

Banyumas memiliki

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Kelompok Usia

15-25 tahun 52 54,2

26-35 tahun 15 15,6

36-49 tahun 29 30,2

Pekerjaan

Bekerja 54 56,3

Tidak bekerja 42 43,8

Pendidikan Terakhir

Pendidikan Rendah 39 40,6


(15)

6 Tabel 4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Materi yang Ditanyakan

Pertanyaan Salah (%) Benar (%) Total (%)

Pengertian IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Manfaat IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Kapan melakukan IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Frekuensi melakukan IVA 16 (19,5) 66 (80,5) 82 (100)

Tempat melakukan IVA 58 (70,7) 24 (29,3) 82 (100)

IVA tidak berbahaya 8 (9,8) 74 (90,2) 82 (100)

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan WUS

Karakteristik Tingkat Pengetahuan

Kurang (%) Baik (%) Total (%) Kelompok Umur

15-25 tahun 26-35 tahun 36-49 tahun

24 (50%) 8 (66,7%) 12 (54,5%)

24 (50%) 4 (33,3%) 10 (45,5%)

48 (100%) 12 (100%) 22 (100%) Pendidikan

Rendah Tinggi

18 (64,3,%) 26 (48,1%)

10 (14,3%) 28 (51,9%)

28 (100%) 54 (100%) Pekerjaan

Tidak Bekerja Bekerja

18 (52,9%) 26 (54,2%)

16 (47,1%) 22 (45,8%)

34 (100%) 48 (100%)

pengetahuan yang kurang terhadap IVA.11 Proporsi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA lebih banyak pada WUS dengan pengetahuan baik, yaitu sebanyak 33 orang (66,1%), sedangkan proporsi WUS yang tidak melakukan pemeriksaan IVA lebih banyak ditemukan pada WUS yang berpengetahuan kurang, yaitu sebanyak 105 orang (67,3%). Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hanafi dkk. yang menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan motivasi WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA dengan nilai p=0,045.12 Lebih banyaknya responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mungkin disebabkan oleh arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Masyarakat di Wilayah Kecamatan Payangan telah menerima informasi dan penyuluhan dari kader dan bidan yang telah dilakukan sejak tahun 2012. Penyuluhan akan

mempengaruhi penerimaan informasi tentang kanker serviks dan pentingnya IVA kepada WUS.

Pengetahuannya terhadap sesuatu akan mempengaruhi perilaku individu. Makin tinggi pengetahuan seseorang, maka makin tinggi pula kesadarannya untuk berperan serta dalam suatu kegiatan. Pengetahuan responden adalah sebagai salah satu faktor yang mempermudah terhadap terjadinya perubahan perilaku khususnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ke puskesmas. Sri dkk. menyatakan bahwa salah satu faktor penentu terjadinya perubahan perilaku adalah faktor pemudah (predisposing factors) yang didalamnya termasuk pengetahuan.13 Oleh karena itu, upaya peningkatan keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri merupakan sangat penting.


(16)

7 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh keterangan bahwa proporsi terbesar WUS yang memiliki pengetahuan kurang adalah pada kelompok usia 26-35 tahun. Hal ini sangat berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Artiningsih di Desa Blooto Kecamatan Prajurit Kulon Mojokerto dimana ibu yang memiliki pengetahuan baik justru terjadi pada usia <40 tahun. Keadaan ini jelas memperlihatkan bahwa masih kurangnya kesadaran wanita di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dalam mencegah terjadinya kanker serviks sedini mungkin serta masih kurangnya informasi yang diterima oleh wanita usia 26-35 tahun, karena biasanya pada usia-usia tersebut banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja maupun mengurus rumah tangga, sehingga sedikit waktu yang dapat diluangkan untuk mendapatkan informasi. Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan wanita usia subur berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh keterangan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak pada responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (64,3%). Dari hasil penelitian, terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pengetahuan. Hal ini disebabkan oleh karena pendidikan mempengaruhi proses belajar seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Semakin mudah orang tersebut menerima informasi, semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan memiliki efek positif terhadap kesadaran kesehatan dan secara langsung berimbas pada perilaku kesehatan. Berdasarkan distribusi jenis pekerjaan, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 54,2% berada pada kelompok WUS yang bekerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rina Arum dan Hanafi, dimana didapatkan hasil bahwa responden yang sudah pernah melakukan IVA paling banyak bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, masing-masing sebesar 37,5% dan 50,8%.11 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Notoatmodjo yang menyatakan bahwa sesorang yang bekerja akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan memiliki wawasan yang lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan banyak mendapatkan informasi dan pengalaman.14 Perbedaan antara hasil penelitian dengan teori kemungkinan disebabkan karena Ibu Rumah Tangga memiliki waktu yang lebih banyak di rumah dan memiliki aktivitas sosial yang lebih tinggi serta lebih cenderung mengikuti penyuluhan atau promosi kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang biasanya dilakukan di jam kerja.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa persentase pengetahuan WUS terendah berada pada poin tempat melakukan pemeriksaan IVA dimana sebesar 70,7% responden tidak mengetahui dimana tempat melakukan IVA. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Artiningsih di Desa Blooto dimana tingkat pengetahuan WUS terendah terdapat pada poin keuntungan IVA.10 Perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Hasil penelitian pada poin tingkat pengetahuan terendah di Puskesmas Payangan mungkin disebabkan karena kurangnya informasi yang diberikan tentang tempat pelaksanaan pemeriksaan IVA yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas.


(17)

8

SIMPULAN

Tingkat pengetahuan WUS terhadap pemeriksaan IVA di UPT Kesmas Payangan lebih dari lima puluh persen (53,7%) adalah kategori baik. Tingkat pengetahuan WUS dengan kategori baik terbanyak terdapat pada kelompok usia 15-25 tahun (50%) dan pada kelompok WUS yang bekerja (45,8%) serta pada kelompok tingkat pendidikan tinggi (51,9%), sedangkan tingkat pengetahuan WUS dengan kategori kurang terbanyak terdapat pada kelompok usia 26-35 tahun (66,7%) dan pada kelompok WUS yang tidak bekerja (52,9%) serta pada kelompok tingkat pendidikan rendah (64,3%). Persentase WUS tingkat pengetahuan baik (46,3%) lebih rendah daripada WUS tingkat pengetahuan rendah (53,7%).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI. 2013

2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2010.

3. International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence worldwide in 2012. [Online] Tersedia di: http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets _population.aspx [Diakses pada: 15/12/15]. 2012.

4. Bruni, L, Barrionuevo-Rosas, L, Albero G, Aldea M, Serrano B, Valencia S, Brotons M, Mena M, Cosano R, Muñoz J, Bosch FX, de Sanjosé S, Castellsagué X. Human Papillomavirus and Related Diseases in Indonesia. ICO Information Centre on HPV and Cancer (HPV

Information Centre) : Summary Report. 2014.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Infodatin Kanker. 2015.

6. Martini, Ni Ketut. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur Dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II. [Online].

Tersedia di:

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_th

esis/unud-778-265413185-tesis%20ni%20ketut%20martini%20mi km%20unud%20npm%201092161018 %20juli%202013%20final.pdf.

[Diakses pada: 15/12/2015] 2013. 7. Suwiyoga, Ketut. Penanganan Nyeri

Pada Kanker Serviks Stadium Lanjut. Jurnal Studi Jender Srikandi. [Online].

Tersedia di

http://ojs.unud.ac.id/index.php/srikandi/ article/view/2763/1956 [Diakses: 14/12/15]. 2013.

8. Ramadhan, Hasan. Langkah Awal Mencegah Kanker Serviks. [Online].

Tersedia di

http://www.jurnalperempuan.org/langka h-awal-mencegah-kanker-serviks.html [Diakses pada: 15/12/15] 2014.

9. World Health Organization. Prevention

& Cancer Control: Knowledge Into Action: WHO Guide For Effective Programmes: Module 2. Geneva: World Health Organization. 2012.

10. Artiningsih, Ninik. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Serviks.

[Online].Tersedia di:

http://core.ac.uk/download/files/478/12 351472.pdf. [Diakses pada:15/12/2015] 2011.


(18)

9 11. Rahma, Rina Arum. Beberapa Faktor

yang Mempengaruhi Minat WUS

(Wanita Usia Subur) Dalam Melakukan Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Dengan Pulasan Asam Asetat) di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas. [Online].

Tersedia pada:

http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Pra da/article/view/10. [Diakses pada:16/12/15] 2011.

12. Hanafi, Ocviyanti dkk. Efektivitas Pemeriksaan Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat Oleh Bidan Sebagainya Upaya Mendeteksi Lesi Pra-Kanker Serviks. Indones J. Obstet Gynecol

27(1). 2003: 59-66. 2003.

13. Sri, DL., Nunuk, S., Pancrasia, M. Judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (Iva). UNS. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. Vol 1,

No 1, 2013 (Hal 57-66)

Http://Jurnal.Pasca.Uns.Ac.Id. [Diakses pada: 15/12/2015] 2013.

14. Notoatmodjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2005.


(19)

1

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) terhadap

Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja UPT

Kesmas Payangan

I Gusti Bagus Putu Suwarjana K.1, I Made Dharmadi2

1

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia

2

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia

ABSTRAK

Berdasarkan data tahunan UPT Kesmas Payangan bulan Januari-November 2015 jumlah wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 5,6%. Angka ini sangat rendah apabila dibandingkan dengan target pencapaian yang ditetapkan sebesar 80%. Belum terdapat data yang cukup mengenai gambaran WUS yang melakukan pemeriksaan IVA sehingga upaya peningkatan pencapaian target pemeriksaan IVA menjadi kurang maksimal. Penulis merasa perlu untuk melakukan studi deskriptif mengenai gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku WUS terhadap pemeriksaan IVA di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan. Penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku WUS di wilayah kerjaUPT Kesmas Payangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif cross sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016. Populasi dari penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner pada wanita usia subur di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan. Dari 82 sampel yang pernah mendengar tentang IVA didapatkan bahwa tingkat pengetahuan WUS terhadap pemeriksaan IVA di UPT Kesmas Payangan lebih dari lima puluh persen (53,7%) adalah kategori baik. Tingkat pengetahuan WUS dengan kategori kurang terbanyak didapatkan pada kelompok usia 26-35 tahun (66,7%), pada kelompok WUS yang tidak bekerja (52,9%) serta pada kelompok tingkat pendidikan rendah (64,3%). Sikap WUS terhadap pemeriksaan IVA sebagian besar (86,6%) adalah kategori baik. Perilaku WUS terhadap pemeriksaan IVA lebih dari lima puluh persen (85,6%) adalah kategori kurang. Hampir sebagian besar responden sudah pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Gambaran tingkat pengetahuan WUS terhadap IVA antara yang berpengetahuan baik dan kurang hampir sama. Sikap WUS terhadap IVA sebagian besar baik tetapi perilaku WUS lebih banyak kategori kurang terhadap pemeriksaan IVA.


(20)

2

Description of Knowledge of Visual Inspection of Asetic Acid (VIA)

Examination in Fertile Age Women at UPT

Kesmas Payangan’s Working

Area

I Gusti Bagus Putu Suwarjana K.1, I Made Dharmadi2

1

Medical Student of Faculty of Medicine Udayana University, Bali, Indonesia

2

Public Health Division of Faculty of Medicine Udayana University, Bali, Indonesia

ABSTRACT

Based on UPT Kesmas Payangan’s annual report on January-November 2015, fertile age women

who took Visual Inspection of Asetic Acid (VIA) examination was 5,6%. This number is very low if compared with the target number of VIA examination that assigned by government which

is 80%. There’s no enough data about the description of fertile age women who took VIA

examination so the effort to increase the target become less effective. Because of that reasons, descriptional study about knowledge, attitude, and behaviour of visual inspection of asetic acid

(VIA) examination in fertile age women at UPT Kesmas Payangan’s working area is needed.

This study is conducted to describe the level of knowledge, attitude, and behavior of VIA examination in the working area of UPT Kesmas Payangan. This study is a descriptive cross-sectional study.The population of this study are all of fertile age women lived in the working area of UPT Kesmas Payangan. The research was conducted in the region of UPT Kesmas Payangan on Desember 2015 – January 2016. The sampling method is using a multistage random sampling. The data was collected through interviews using a questionnaire. From 82 sample who have heard about IVA, more than fifty percent (53,7%) is categorized as having good knowledge. The worst knowledge distribution are in 26-35 age group (66,7%), unemployed group (52,9%), and in low educated group (64,3%). The attitude about VIA examination mostly (86,6%) is in good category, meanwhile the behaviour of VIA examination more than fifty percent (85,6%) is bad. Almost all of the respondent have heard about VIA examination. Knowledge about VIA examination in fertile age women almost the same between good and bad. The attitude towards VIA examination mostly good but the behavior towards VIA examination mostly bad about VIA examination.


(21)

3

PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada serviks yang merupakan bagian terendah dari rahim.1 Kanker serviks merupakan salah satu kanker dengan angka mortalitas tertinggi, terutama di negara berkembang.2 International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa 85% dari kasus kanker di dunia terjadi di negara- negara berkembang.3 Di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa, terdapat 52 juta perempuan beresiko terkena kanker serviks setiap tahunnya.1 Sampai tahun 2012, terdapat 20.928 kasus kanker serviks yang terdiagnosis di Indonesia.4 Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013, di Provinsi Bali terdapat 1.438 penderita kanker serviks dan merupakan kanker terbanyak pada wanita.5 Hasil laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar tahun 2011 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian kanker serviks (leher rahim) sebanyak 11 kasus dari tahun 2010 (14 kasus) dan 2011 (25 kasus).6

Faktor yang paling menonjol sebagai penyebab tingginya mortalitas akibat kanker serviks adalah keterlambatan diagnosis, dimana sebagian besar kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal.7 Patofisiologi terjadinya kanker serviks sebenarnya memerlukan waktu yang cukup lama, oleh sebab itulah vaksinasi HPV dan screening untuk mendeteksi lesi prakanker menjadi langkah andalan dalam pencegahan penting kanker serviks.8

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) merupakan metode alternatif skrining kanker serviks yang cost-effective serta dapat dilakukan oleh tenaga medis tanpa

memerlukan interpretasi dari seorang ahli patologi anatomi. Skrining IVA dapat menunjukkan hasil yang cepat, sehingga memungkinkan untuk dilakukan terapi krio di waktu dan tempat yang sama, dilakukan

metode “see and treat” yang menekankan

terapi segera setelah terdiagnosis IVA positif.9

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesmas Payangan sebagai tempat pelayanan kesehatan di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar merupakan salah satu puskesmas yang melayani skrining IVA sejak tahun 2011. Walaupun wanita usia subur di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan yang melakukan skiring IVA semakin bertambah setiap tahunnya tetapi jumlah tersebut masih tergolong rendah. Pada bulan Januari-November 2015, jumlah wanita usia subur yang melakukan skrining IVA sebanyak 5,6% di UPT Kesmas Payangan. Berdasarkan data tahunan UPT Kesmas Payangan, WUS dengan hasil IVA positif sebanyak 32,7% (2013), 66,8% (2014) dan 49,9% (Januari-November 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di UPT Kesmas Payangan pada tanggal 15 Desember 2015, dilakukan wawancara pada 10 wanita usia subur didapatkan 6 wanita usia subur tidak tahu tentang IVA (60%) dan 4 (40%) wanita subur tahu tentang IVA. Dari data di atas menunjukkan kurangnya pengetahuan WUS di wilayah UPT Kesmas Payangan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya terdiri dari umur, intelegensi, kepribadian, pendidikan, lingkungan, sosial budaya, informasi, pengalaman, motivasi, sumber informasi, minat, dan pekerjaan. Kurangnya pengetahuan ini berdampak pada sikap wanita usia subur kemudian sikap akan mempengaruhi perilaku wanita usia subur


(22)

4 dalam melakukan skrining IVA sehingga

pada akhirnya akan berdampak pada diagnosis kanker serviks yang baru diketahui saat stadium lanjut. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana tingkat pengetahuan WUS terhadap pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain studi penelitian cross sectional. Seluruh data dari hasil penelitian ini kemudian dianalisis secara deskriptif dan beberapa hasil ditampilkan dalam bentuk tabel. Kriteria inklusi untuk pencarian sampel dalam penelitian ini adalah WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatanPayangan. WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatan Payangan yang tidak bersedia menjadi responden. Sedangkan criteria eksklusi adalah WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatan Payangan yang belum menikah.

Alat bantu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

multistage random sampling, dimana dari 9 desa yang berada di kecamatan Payangan dipilih satu desa secara acak menggunakan undian dan terpilih Desa Buahan, kemudian 5 banjar yang terdapat di Desa Buahan dipilih satu banjar secara acak menggunakan undian dan terpilih Banjar Gambih, kemudian dikarenakan tidak ada data WUS di Puskesmas Pembatu, penulis mendatangi rumah WUS satu persatu untuk mengambil data hingga memenuhi jumlah sampel minimal. Apabila tidak ada WUS di rumah

yang penulis datangi atau WUS menolak menjadi responden, kami datang ke rumah di sebelahnya.

Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan pengolahan serta penyusunan data secara sistematis dan logis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif. Rumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembahasan dianalisis dan dihubungkan untuk menarik kesimpulan umum. Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan karakteristik dan tingkat pengetahuan WUS.

HASIL

Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner penelitian pada wanita usia subur dapat dijelaskan bahwa umur paling muda dari 96 responden yang menjadi sampel adalah wanita berusia 18 tahun dan usia paling tua adalah 49 tahun. Sedangkan berdasarkan kelompok usia wanita usia subur dapat dijelakan pada tabel di bawah ini.

Kelompok usia responden dengan frekuensi terbanyak terdapat pada kelompok usia 15-25 tahun (54,2%). Lebih dari setengah jumlah responden (56,3%) bekerja. Lebih dari setengah jumlah responden (59,4%) memiliki tingkat pendidikan tinggi Ttabel 1). Persentase sampel dengan tingkat pengetahuan yang baik dan kurang hampir sama, yaitu sebanyak 38 orang (46,3%) dan 44 orang (53,7%) (Tabel 2).


(23)

5 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik

Responden

Tingkat pengetahuan kurang paling banyak terdapat pada kelompok umur 26-35 tahun (66,7%). Berdasarkan pendidikan, tingkat pengetahuan yang kurang cenderung paling banyak terdapat pada responden dengan pendidikan rendah (64,3%). Responden dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan dengan responden berpendidikan rendah. Berdasarkan pekerjaan, tingkat pengetahuan kurang cenderung lebih banyak terdapat pada responden yang bekerja (54,2%) tetapi tidak terlalu jauh berbeda dengan responden yang tidak bekerja (52,9%) (Tabel 5).

Tabel 2. Responden yang Pernah Mendengar tentang Pemeriksaan IVA

Karakteristik Jumlah % Responden pernah mendengar IVA

Tidak pernah Pernah

14 82

14,6 85,4

Total 96 100

Tabel 3. Persentase Tingkat Pengetahuan Responden terhadap IVA

Tingkat Pengetahuan Jumlah % Baik

Kurang

38 44

46,3 53,7

Total 82 100

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan bahwa dari 96 responden sebanyak 14 orang (14,6%) tidak pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA dan sebanyak 82 orang (85,4%) pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Persentase WUS yang melakukan IVA di UPT Kesmas Payangan dari Bulan Januari 2015 sampai bulan November 2015 yakni sebesar 5,6%, hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana masih terdapat WUS yang belum pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Target pencapaian IVA yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2014 yakni sebanyak 80% dari populasi wanita di suatu desa, sehingga angka pencapaian 5,6% masih jauh dari target pencapaian yang ditetapkan.

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang IVA

Berdasarkan tingkat pengetahuan, dari 82 responden yang pernah mendengar tentang IVA, sebanyak 44 (53,7%) memiliki pengetahuan kurang tentang IVA, tidak jauh berbeda dengan responden yang memiliki pengetahuan baik yakni sebanyak 38 (46,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Artiningsih didapatkan sebanyak 48% WUS di Desa Blooto, Kecamatan Prajurit Kulan Kota Mojokerto memiliki pengetahuan yang kurang terhadap IVA.10 Penelitian oleh Rina Arum didapatkan sebanyak 46% WUS di Desa Pangebatan Kecamatan Karangwelas

Banyumas memiliki

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Kelompok Usia

15-25 tahun 52 54,2

26-35 tahun 15 15,6

36-49 tahun 29 30,2

Pekerjaan

Bekerja 54 56,3

Tidak bekerja 42 43,8

Pendidikan Terakhir

Pendidikan Rendah 39 40,6


(24)

6 Tabel 4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Materi yang Ditanyakan

Pertanyaan Salah (%) Benar (%) Total (%)

Pengertian IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Manfaat IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Kapan melakukan IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Frekuensi melakukan IVA 16 (19,5) 66 (80,5) 82 (100)

Tempat melakukan IVA 58 (70,7) 24 (29,3) 82 (100)

IVA tidak berbahaya 8 (9,8) 74 (90,2) 82 (100)

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan WUS

Karakteristik Tingkat Pengetahuan

Kurang (%) Baik (%) Total (%) Kelompok Umur

15-25 tahun 26-35 tahun 36-49 tahun

24 (50%) 8 (66,7%) 12 (54,5%)

24 (50%) 4 (33,3%) 10 (45,5%)

48 (100%) 12 (100%) 22 (100%) Pendidikan

Rendah Tinggi

18 (64,3,%) 26 (48,1%)

10 (14,3%) 28 (51,9%)

28 (100%) 54 (100%) Pekerjaan

Tidak Bekerja Bekerja

18 (52,9%) 26 (54,2%)

16 (47,1%) 22 (45,8%)

34 (100%) 48 (100%)

pengetahuan yang kurang terhadap IVA.11 Proporsi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA lebih banyak pada WUS dengan pengetahuan baik, yaitu sebanyak 33 orang (66,1%), sedangkan proporsi WUS yang tidak melakukan pemeriksaan IVA lebih banyak ditemukan pada WUS yang berpengetahuan kurang, yaitu sebanyak 105 orang (67,3%). Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hanafi dkk. yang menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan motivasi WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA dengan nilai p=0,045.12 Lebih banyaknya responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mungkin disebabkan oleh arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Masyarakat di Wilayah Kecamatan Payangan telah menerima informasi dan penyuluhan dari kader dan bidan yang telah dilakukan sejak tahun 2012. Penyuluhan akan

mempengaruhi penerimaan informasi tentang kanker serviks dan pentingnya IVA kepada WUS.

Pengetahuannya terhadap sesuatu akan mempengaruhi perilaku individu. Makin tinggi pengetahuan seseorang, maka makin tinggi pula kesadarannya untuk berperan serta dalam suatu kegiatan. Pengetahuan responden adalah sebagai salah satu faktor yang mempermudah terhadap terjadinya perubahan perilaku khususnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ke puskesmas. Sri dkk. menyatakan bahwa salah satu faktor penentu terjadinya perubahan perilaku adalah faktor pemudah (predisposing factors) yang didalamnya termasuk pengetahuan.13 Oleh karena itu, upaya peningkatan keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri merupakan sangat penting.


(25)

7 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh keterangan bahwa proporsi terbesar WUS yang memiliki pengetahuan kurang adalah pada kelompok usia 26-35 tahun. Hal ini sangat berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Artiningsih di Desa Blooto Kecamatan Prajurit Kulon Mojokerto dimana ibu yang memiliki pengetahuan baik justru terjadi pada usia <40 tahun. Keadaan ini jelas memperlihatkan bahwa masih kurangnya kesadaran wanita di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dalam mencegah terjadinya kanker serviks sedini mungkin serta masih kurangnya informasi yang diterima oleh wanita usia 26-35 tahun, karena biasanya pada usia-usia tersebut banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja maupun mengurus rumah tangga, sehingga sedikit waktu yang dapat diluangkan untuk mendapatkan informasi. Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan wanita usia subur berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh keterangan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak pada responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (64,3%). Dari hasil penelitian, terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pengetahuan. Hal ini disebabkan oleh karena pendidikan mempengaruhi proses belajar seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Semakin mudah orang tersebut menerima informasi, semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan memiliki efek positif terhadap kesadaran kesehatan dan secara langsung berimbas pada perilaku kesehatan. Berdasarkan distribusi jenis pekerjaan, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 54,2% berada pada kelompok WUS yang bekerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rina Arum dan Hanafi, dimana didapatkan hasil bahwa responden yang sudah pernah melakukan IVA paling banyak bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, masing-masing sebesar 37,5% dan 50,8%.11 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Notoatmodjo yang menyatakan bahwa sesorang yang bekerja akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan memiliki wawasan yang lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan banyak mendapatkan informasi dan pengalaman.14 Perbedaan antara hasil penelitian dengan teori kemungkinan disebabkan karena Ibu Rumah Tangga memiliki waktu yang lebih banyak di rumah dan memiliki aktivitas sosial yang lebih tinggi serta lebih cenderung mengikuti penyuluhan atau promosi kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang biasanya dilakukan di jam kerja.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa persentase pengetahuan WUS terendah berada pada poin tempat melakukan pemeriksaan IVA dimana sebesar 70,7% responden tidak mengetahui dimana tempat melakukan IVA. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Artiningsih di Desa Blooto dimana tingkat pengetahuan WUS terendah terdapat pada poin keuntungan IVA.10 Perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Hasil penelitian pada poin tingkat pengetahuan terendah di Puskesmas Payangan mungkin disebabkan karena kurangnya informasi yang diberikan tentang tempat pelaksanaan pemeriksaan IVA yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas.


(1)

4 dalam melakukan skrining IVA sehingga

pada akhirnya akan berdampak pada diagnosis kanker serviks yang baru diketahui saat stadium lanjut. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana tingkat pengetahuan WUS terhadap pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain studi penelitian cross sectional. Seluruh data dari hasil penelitian ini kemudian dianalisis secara deskriptif dan beberapa hasil ditampilkan dalam bentuk tabel. Kriteria inklusi untuk pencarian sampel dalam penelitian ini adalah WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatanPayangan. WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatan Payangan yang tidak bersedia menjadi responden. Sedangkan criteria eksklusi adalah WUS yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dan berdomisili di kecamatan Payangan yang belum menikah.

Alat bantu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

multistage random sampling, dimana dari 9 desa yang berada di kecamatan Payangan dipilih satu desa secara acak menggunakan undian dan terpilih Desa Buahan, kemudian 5 banjar yang terdapat di Desa Buahan dipilih satu banjar secara acak menggunakan undian dan terpilih Banjar Gambih, kemudian dikarenakan tidak ada data WUS di Puskesmas Pembatu, penulis mendatangi rumah WUS satu persatu untuk mengambil data hingga memenuhi jumlah sampel minimal. Apabila tidak ada WUS di rumah

yang penulis datangi atau WUS menolak menjadi responden, kami datang ke rumah di sebelahnya.

Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan pengolahan serta penyusunan data secara sistematis dan logis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif. Rumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembahasan dianalisis dan dihubungkan untuk menarik kesimpulan umum. Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan karakteristik dan tingkat pengetahuan WUS.

HASIL

Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner penelitian pada wanita usia subur dapat dijelaskan bahwa umur paling muda dari 96 responden yang menjadi sampel adalah wanita berusia 18 tahun dan usia paling tua adalah 49 tahun. Sedangkan berdasarkan kelompok usia wanita usia subur dapat dijelakan pada tabel di bawah ini.

Kelompok usia responden dengan frekuensi terbanyak terdapat pada kelompok usia 15-25 tahun (54,2%). Lebih dari setengah jumlah responden (56,3%) bekerja. Lebih dari setengah jumlah responden (59,4%) memiliki tingkat pendidikan tinggi Ttabel 1). Persentase sampel dengan tingkat pengetahuan yang baik dan kurang hampir sama, yaitu sebanyak 38 orang (46,3%) dan 44 orang (53,7%) (Tabel 2).


(2)

5 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik

Responden

Tingkat pengetahuan kurang paling banyak terdapat pada kelompok umur 26-35 tahun (66,7%). Berdasarkan pendidikan, tingkat pengetahuan yang kurang cenderung paling banyak terdapat pada responden dengan pendidikan rendah (64,3%). Responden dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan dengan responden berpendidikan rendah. Berdasarkan pekerjaan, tingkat pengetahuan kurang cenderung lebih banyak terdapat pada responden yang bekerja (54,2%) tetapi tidak terlalu jauh berbeda dengan responden yang tidak bekerja (52,9%) (Tabel 5).

Tabel 2. Responden yang Pernah Mendengar tentang Pemeriksaan IVA

Karakteristik Jumlah %

Responden pernah mendengar IVA Tidak pernah

Pernah

14 82

14,6 85,4

Total 96 100

Tabel 3. Persentase Tingkat Pengetahuan Responden terhadap IVA

Tingkat Pengetahuan Jumlah %

Baik Kurang

38 44

46,3 53,7

Total 82 100

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan bahwa dari 96 responden sebanyak 14 orang (14,6%) tidak pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA dan sebanyak 82 orang (85,4%) pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Persentase WUS yang melakukan IVA di UPT Kesmas Payangan dari Bulan Januari 2015 sampai bulan November 2015 yakni sebesar 5,6%, hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana masih terdapat WUS yang belum pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA. Target pencapaian IVA yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2014 yakni sebanyak 80% dari populasi wanita di suatu desa, sehingga angka pencapaian 5,6% masih jauh dari target pencapaian yang ditetapkan.

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang IVA

Berdasarkan tingkat pengetahuan, dari 82 responden yang pernah mendengar tentang IVA, sebanyak 44 (53,7%) memiliki pengetahuan kurang tentang IVA, tidak jauh berbeda dengan responden yang memiliki pengetahuan baik yakni sebanyak 38 (46,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Artiningsih didapatkan sebanyak 48% WUS di Desa Blooto, Kecamatan Prajurit Kulan Kota Mojokerto memiliki pengetahuan yang kurang terhadap IVA.10 Penelitian oleh Rina Arum didapatkan sebanyak 46% WUS di Desa Pangebatan Kecamatan Karangwelas

Banyumas memiliki

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Kelompok Usia

15-25 tahun 52 54,2

26-35 tahun 15 15,6

36-49 tahun 29 30,2

Pekerjaan

Bekerja 54 56,3

Tidak bekerja 42 43,8

Pendidikan Terakhir

Pendidikan Rendah 39 40,6


(3)

6 Tabel 4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Materi yang Ditanyakan

Pertanyaan Salah (%) Benar (%) Total (%)

Pengertian IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Manfaat IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Kapan melakukan IVA 20 (23,4) 62 (76,6) 82 (100)

Frekuensi melakukan IVA 16 (19,5) 66 (80,5) 82 (100)

Tempat melakukan IVA 58 (70,7) 24 (29,3) 82 (100)

IVA tidak berbahaya 8 (9,8) 74 (90,2) 82 (100)

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan WUS

Karakteristik Tingkat Pengetahuan

Kurang (%) Baik (%) Total (%) Kelompok Umur

15-25 tahun 26-35 tahun 36-49 tahun

24 (50%) 8 (66,7%) 12 (54,5%)

24 (50%) 4 (33,3%) 10 (45,5%)

48 (100%) 12 (100%) 22 (100%)

Pendidikan

Rendah Tinggi

18 (64,3,%) 26 (48,1%)

10 (14,3%) 28 (51,9%)

28 (100%) 54 (100%)

Pekerjaan

Tidak Bekerja Bekerja

18 (52,9%) 26 (54,2%)

16 (47,1%) 22 (45,8%)

34 (100%) 48 (100%)

pengetahuan yang kurang terhadap IVA.11 Proporsi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA lebih banyak pada WUS dengan pengetahuan baik, yaitu sebanyak 33 orang (66,1%), sedangkan proporsi WUS yang tidak melakukan pemeriksaan IVA lebih banyak ditemukan pada WUS yang berpengetahuan kurang, yaitu sebanyak 105 orang (67,3%). Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hanafi dkk. yang menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan motivasi WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA dengan nilai p=0,045.12 Lebih banyaknya responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mungkin disebabkan oleh arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Masyarakat di Wilayah Kecamatan Payangan telah menerima informasi dan penyuluhan dari kader dan bidan yang telah dilakukan sejak tahun 2012. Penyuluhan akan

mempengaruhi penerimaan informasi tentang kanker serviks dan pentingnya IVA kepada WUS.

Pengetahuannya terhadap sesuatu akan mempengaruhi perilaku individu. Makin tinggi pengetahuan seseorang, maka makin tinggi pula kesadarannya untuk berperan serta dalam suatu kegiatan. Pengetahuan responden adalah sebagai salah satu faktor yang mempermudah terhadap terjadinya perubahan perilaku khususnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ke puskesmas. Sri dkk. menyatakan bahwa salah satu faktor penentu terjadinya perubahan perilaku adalah faktor pemudah (predisposing factors) yang didalamnya termasuk pengetahuan.13 Oleh karena itu, upaya peningkatan keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri merupakan sangat penting.


(4)

7 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh keterangan bahwa proporsi terbesar WUS yang memiliki pengetahuan kurang adalah pada kelompok usia 26-35 tahun. Hal ini sangat berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Artiningsih di Desa Blooto Kecamatan Prajurit Kulon Mojokerto dimana ibu yang memiliki pengetahuan baik justru terjadi pada usia <40 tahun. Keadaan ini jelas memperlihatkan bahwa masih kurangnya kesadaran wanita di wilayah kerja UPT Kesmas Payangan dalam mencegah terjadinya kanker serviks sedini mungkin serta masih kurangnya informasi yang diterima oleh wanita usia 26-35 tahun, karena biasanya pada usia-usia tersebut banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja maupun mengurus rumah tangga, sehingga sedikit waktu yang dapat diluangkan untuk mendapatkan informasi. Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan wanita usia subur berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh keterangan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak pada responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (64,3%). Dari hasil penelitian, terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pengetahuan. Hal ini disebabkan oleh karena pendidikan mempengaruhi proses belajar seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Semakin mudah orang tersebut menerima informasi, semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan memiliki efek positif terhadap kesadaran kesehatan dan secara langsung berimbas pada perilaku kesehatan. Berdasarkan distribusi jenis pekerjaan, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 54,2% berada pada kelompok WUS yang bekerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rina Arum dan Hanafi, dimana didapatkan hasil bahwa responden yang sudah pernah melakukan IVA paling banyak bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, masing-masing sebesar 37,5% dan 50,8%.11 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Notoatmodjo yang menyatakan bahwa sesorang yang bekerja akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan memiliki wawasan yang lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan banyak mendapatkan informasi dan pengalaman.14 Perbedaan antara hasil penelitian dengan teori kemungkinan disebabkan karena Ibu Rumah Tangga memiliki waktu yang lebih banyak di rumah dan memiliki aktivitas sosial yang lebih tinggi serta lebih cenderung mengikuti penyuluhan atau promosi kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang biasanya dilakukan di jam kerja.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa persentase pengetahuan WUS terendah berada pada poin tempat melakukan pemeriksaan IVA dimana sebesar 70,7% responden tidak mengetahui dimana tempat melakukan IVA. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Artiningsih di Desa Blooto dimana tingkat pengetahuan WUS terendah terdapat pada poin keuntungan IVA.10 Perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Hasil penelitian pada poin tingkat pengetahuan terendah di Puskesmas Payangan mungkin disebabkan karena kurangnya informasi yang diberikan tentang tempat pelaksanaan pemeriksaan IVA yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas.


(5)

8 SIMPULAN

Tingkat pengetahuan WUS terhadap pemeriksaan IVA di UPT Kesmas Payangan lebih dari lima puluh persen (53,7%) adalah kategori baik. Tingkat pengetahuan WUS dengan kategori baik terbanyak terdapat pada kelompok usia 15-25 tahun (50%) dan pada kelompok WUS yang bekerja (45,8%) serta pada kelompok tingkat pendidikan tinggi (51,9%), sedangkan tingkat pengetahuan WUS dengan kategori kurang terbanyak terdapat pada kelompok usia 26-35 tahun (66,7%) dan pada kelompok WUS yang tidak bekerja (52,9%) serta pada kelompok tingkat pendidikan rendah (64,3%). Persentase WUS tingkat pengetahuan baik (46,3%) lebih rendah daripada WUS tingkat pengetahuan rendah (53,7%).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI. 2013

2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2010.

3. International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence worldwide in 2012. [Online] Tersedia di: http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets _population.aspx [Diakses pada: 15/12/15]. 2012.

4. Bruni, L, Barrionuevo-Rosas, L, Albero G, Aldea M, Serrano B, Valencia S, Brotons M, Mena M, Cosano R, Muñoz J, Bosch FX, de Sanjosé S, Castellsagué X. Human Papillomavirus and Related Diseases in Indonesia. ICO Information Centre on HPV and Cancer (HPV

Information Centre) : Summary Report. 2014.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Infodatin Kanker. 2015.

6. Martini, Ni Ketut. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur Dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Sukawati II. [Online].

Tersedia di:

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_th

esis/unud-778-265413185-tesis%20ni%20ketut%20martini%20mi km%20unud%20npm%201092161018 %20juli%202013%20final.pdf.

[Diakses pada: 15/12/2015] 2013. 7. Suwiyoga, Ketut. Penanganan Nyeri

Pada Kanker Serviks Stadium Lanjut. Jurnal Studi Jender Srikandi. [Online].

Tersedia di

http://ojs.unud.ac.id/index.php/srikandi/ article/view/2763/1956 [Diakses: 14/12/15]. 2013.

8. Ramadhan, Hasan. Langkah Awal Mencegah Kanker Serviks. [Online].

Tersedia di

http://www.jurnalperempuan.org/langka h-awal-mencegah-kanker-serviks.html [Diakses pada: 15/12/15] 2014.

9. World Health Organization. Prevention

& Cancer Control: Knowledge Into Action: WHO Guide For Effective Programmes: Module 2. Geneva: World Health Organization. 2012.

10. Artiningsih, Ninik. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Serviks.

[Online].Tersedia di:

http://core.ac.uk/download/files/478/12 351472.pdf. [Diakses pada:15/12/2015] 2011.


(6)

9 11. Rahma, Rina Arum. Beberapa Faktor

yang Mempengaruhi Minat WUS (Wanita Usia Subur) Dalam Melakukan Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Dengan Pulasan Asam Asetat) di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas. [Online].

Tersedia pada:

http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Pra da/article/view/10. [Diakses pada:16/12/15] 2011.

12. Hanafi, Ocviyanti dkk. Efektivitas Pemeriksaan Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat Oleh Bidan Sebagainya Upaya Mendeteksi Lesi Pra-Kanker Serviks. Indones J. Obstet Gynecol

27(1). 2003: 59-66. 2003.

13. Sri, DL., Nunuk, S., Pancrasia, M. Judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (Iva). UNS. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. Vol 1,

No 1, 2013 (Hal 57-66)

Http://Jurnal.Pasca.Uns.Ac.Id. [Diakses pada: 15/12/2015] 2013.

14. Notoatmodjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2005.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Dan Motivasi Wanita Usia Subur Terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

9 159 129

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

10 80 82

Pengaruh Persepsi Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Kanker Leher Rahim (KLR) dan Program Inspeksi Visual Asetat (IVA) Terhadap Pemanfaatan Pelayanan IVA Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tah

6 57 85

Pengaruh Persepsi Dan Motivasi Wanita Usia Subur Terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

0 41 129

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) terhadap Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja UPT Kesmas Payangan.

0 0 27

JUDUL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR (WUS) DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI PUSKESMAS BULELENG I.

0 4 10

GAMBARAN KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR (WUS) YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI PUSKESMAS KARANGANYAR

0 0 14

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

0 2 28

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN

0 0 11

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) TEST DI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU MAKASSAR TAHUN 2016

0 0 127