Studi Mengenai Gambaran Attachment Style Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Angkatan 2014 Dalam Menjalin Relasi Dengan Civitas Akademika.
Studi Mengenai Gambaran Attachment Style Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran Angkatan 2014 Dalam Menjalin Relasi Dengan Civitas Akademika
Selviana Elisa
Dibimbing Oleh : Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si.
ABSTRAK
Keterbukaan merupakan hal yang penting bagi calon sarjana psikologi dan telah
dipupuk sejak awal di Fakultas Psikologi Unpad melalui budaya ‘Kekeluargaan’. Namun,
keterbukaan tersebut semakin tidak terlihat karena seiring berjalannya waktu, mahasiswa
menghindari interaksi sehingga mengakibatkan kurangnya kelekatan dengan civitas
akademikanya tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai
attachment style pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad angkatan 2014. Subjek
penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad angkatan 2014 dengan sample
sebanyak 76 responden. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa attachment style pada
mahasiswa angkatan 2014 terhadap setiap figure attachment, yaitu teman seangkatan, senior,
dosen wali, dosen yang pernah mengajar di kelas, dosen yang belum pernah mengajar di
kelas, dan tenaga Kependidikan, akan berbeda-beda. Dalam penelitian ini juga didapatkan
bahwa penilaian mahasiswa angkatan 2014 terhadap setiap figure attachment berbeda-beda,
begitu pula penilaian mereka terhadap dirinya sendiri ketika berinteraksi dengan setiap figure
attachment.
Kata Kunci: Attachment style, model of others, model of self, mahasiswa Fakultas Psikologi
Unpad
PENDAHULUAN
Budaya “Kekeluargaan” telah menjadi
warna dalam menjalin relasi dan landasan
dalam berperilaku, sehingga tidak heran
ketika banyak mahasiswa yang akrab antar
lintas angkatan, mahasiswa yang akrab
dengan dosen, tidak hanya di dalam
perkuliahan,
tetapi
juga
di
luar
perkuliahan. Hal ini lah yang membuat
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
dikenal sebagai fakultas yang memiliki
relasi yang akrab dengan civitas
akademikanya.
Budaya Kekeluargaan ini dibuat untuk
menunjang
terbentuknya
kompetensi
lulusan sarjana psikologi, seperti memiliki
rasa ingin tahu mengenai perilaku
manusia, memiliki sikap menghargai dan
menerima
manusia
apa
adanya
(seutuhnya), bersikap terbuka terhadap
perbedaan dan perubahan, baik yang
terjadi di dalam diri maupun lingkungan
(Buku
Pedoman
Penelenggaraan
Pendidikan Tahun 2010/2011).
Seiring berjalannya waktu, sering
ditemukan bahwa budaya dan anggapan
akan civitas akademika itu adalah keluarga
sudah mulai berkurang.
Hal ini
ditunjukkan mahasiswa dengan adanya
perilaku menghindar, tidak mau menyapa
dan tidak mau memberikan senyuman
ketika berpapasan dengan dosen, tenaga
kependidikan atau senior yang berada di
lingkungan Fakultas Psikologi Unpad.
Berdasarkan
hasil
wawancara
terhadap 10 orang mahasiswa angkatan
2014, mahasiswa mengakui bahwa
perilaku menghindar (tidak mau menyapa,
tersenyum, dsb) terhadap dosen, tenaga
kependidikan dan senior ini memag sering
dilakukan oleh mereka.
Perilaku
menghindar tersebut muncul karena
adanya perasaan takut, sungkan dan segan,
takut akan munculnya respon yang tidak
sesuai dengan harapan mereka ketika
menyapa atau tersenyum kepada dosen,
tenaga kependidikan dan senior. Perilaku
yang dimunculkan oleh mahasiswa
angkatan 2014 ini berkaitan dengan
konsep attachment dalam relasi sosial.
Attachment
merupakan
suatu
hubungan atau interaksi antara dua
individu yang merasa terikat kuat satu
sama lain dan masing-masing melakukan
sejumlah hal untuk melanjutkan hubungan
tersebut (Bowlby,1988; dalam Yulian,
2011). Attachment yang terjadi ketika
menjalin relasi dengan orang lain dapat
dikategorikan kedalam beberapa style, atau
yang sering dikenal dengan attachment
style.
.
Attachment style adalah pola
kelekatan emosional terhadap orang lain
dalam suatu hubungan dekat yang didasari
oleh bagaimana penilaian individu
terhadap dirinya sendiri dan terhadap
orang lain (Bartholomew, 1991). Menurut
Bartholomew (dalam Bartholomew &
Horowitz, 1991), terdapat empat kategori
attachment
style,
yaitu
secure,
preoccupied, dismissing dan fearfulavoidance attachment style. Attachment
style yang dimiliki setiap individu akan
berbeda-beda dan akan mempengaruhi
perilaku interpersonal individu sepanjang
hidupnya (Bartholomew; dalam Baron &
Byrne, 2003).
Menurut Barholomew dan Horowitz
(1991),
bagaimana
individu
akan
berinteraksi dan menjalin relasi dengan
orang lain akan dipengaruhi oleh penilaian
positif atau negatif mengenai dirinya
dalam berhubungan dengan orang lain,
terkait dengan derajat kecemasan individu
dalam berelasi dengan orang lain dan
keberhargaan diri seseorang atau sering
disebut sebagai model of self, serta
penilaian positif atau negatif individu
terhadap orang lain atau figure attachment,
terkait dengan percaya atau tidaknya
terhadap orang tersebut, kecenderungan
untuk menghindari atau mencari kedekatan
dengan orang lain dan harapan, atau yang
sering disebut sebagai model of others.
Kedua hal tersebutlah yang menjadi dasar
dari penentu bagaimana individu akan
menjalin relasi sosial (Bartholomew &
Griffin, 1994).
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memperoleh gambaran mengenai
attachment style pada mahasiswa angkatan
2014 Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran dalam menjalin relasi dengan
civitas akademika.
METODE PENELITIAN
Rancangan
penelitian
yang
digunakan adalah deskriptif. Penelitian
deskriptif bertujuan membuat deskripsi
gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki. (Kerlinger, 2004).
Partisipan
Jumlah partisipan dalam penelitian
ini adalah sebanyak 76 mahasiswa
angkatan 2014.
Partisipan dalam
penelitian ini didapatkan dengan metode
simple random sampling.
Pengukuran
Attachment style pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Unpad angkatan 2014
terhadap civitas akademika ini diukur
dengan
menurunkan
dua
dimensi
attachment style, yang dibuat sendiri oleh
peneliti, berdasarkan teori Bartholomew &
Horowitz (1991). Kuisioner terdiri dari 79
pertanyaan tertutup dan 5 pertanyaan
terbuka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil peneltian, dapat dikatakan
bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran angkatan 2014
memiliki attachment style yang berbedabeda ketika akan menjalin relasi dengan
figure attachment, dalam hal ini adalah
civitas akademika Fakultas Psikologi
Unpad. Attachment style yang digunakan
dalam berinteraksi dengan masing-masing
figure attachment pun berbeda-beda.
Perbedaan
attachment
style
pada
mahasiswa akan mempengaruhi perilaku
setiap individu ketika akan menjalin relasi
dengan
masing-masing
civitas
akademikanya.
Perbedaan attachment style yang
digunakan ketika berinteraksi dengan
masing-masing figure attachment akan
dipengaruhi oleh penilaian mahasiswa
terhadap dua dimensi attachment style,
yaitu model of others dan model of self.
Berikut ini akan dibahas mengenai kedua
dimensi attachment style tersebut sehingga
akhirnya membentuk attachment style
pada masing-masing figure attachment,
yaitu civitas akademika Fakultas Psikologi
Unpad.
Teman Seangkatan
Dari 76 orang mahasiswa angkatan
2014, 56 orang mahasiswa (73,7%)
memiliki preoccupied attachment style
ketika
berinteraksi
dengan
teman
seangkatannya. Attachment style ini
terbentuk karena adanya penilaian yang
positif terhadap orang lain, namun negatif
terhadap diri sendiri (Bartholomew &
Horowitz, 1991). Penilaian yang positif
terhadap teman seangkatan menunjukkan
rasa percaya terhadap teman seangkatan
bahwa mereka saling terbuka dan adanya
motif yang baik ketika akan berinteraksi
satu sama lain. Dengan adanya penilaian
yang tinggi ini membuat mahasiswa
angkatan 2014 mau berinteraksi terlebih
dahulu, seperti mulai menyapa, memberi
salam dan sebagainya, agar terjalinnya
relasi yang mendalam kedepannya. Bila
dilihat dalam hasil pemaparan dimensi
model of self, sebagian besar mahasiswa
angkatan 2014 memiliki penilaian yang
negatif terhadap dirinya ketika akan
berinteraksi dengan teman seangkatannya.
Seperti yang dijelaskan pada sub bab
sebelumnya, penilaian yang negatif
terhadap dirinya ketika berinteraksi dengan
teman seangkatannya ini menunjukkan
bahwa mereka merasa tidak disukai dan
tidak diterima oleh teman seangkatannya,
bahkan menganggap bahwa belum tentu
segala upaya yang dilakukan agar
memiliki relasi yang lebih dalam dengan
teman seangkatannya akan direspon secara
positif.
Oleh
karena
itu,
jika
dikombinasikan dengan dimensi model of
others,
sebagian
besar
mahasiswa
angkatan 2014 ini memiliki preoccupied
attachment style ketika berinteraksi dengan
teman seangkatannya. Dengan attachment
style ini individu akan berusaha keras
untuk membuat dirinya disukai dan
diterima oleh teman seangkatannya,
bahkan mereka melakukannya secara
berlebihan dan akan terlalu bergantung
dengan
teman
seangkatannya
(Bartholomew, 1991).
Sedangkan 20 orang mahasiswa
lainnya memiliki secure attachment style
ketika
berinteraki
dengan
teman
seangkatannya.
Attachment style ini
terbentuk karena adanya penilaian yang
positif terhadap dirinya dan orang lain
ketika menjalin relasi (Bartholomew &
Horowitz, 1991). Penilaian yang positif
terhadap dirinya sendiri dapat diartikan
bahwa mereka menilai dirinya akan
disukai dan diterima ketika akan
berinteraksi dengan teman seangkatannya.
Bila dikombinasikan dengan tingginya
dimensi model of others, maka sesuai
dengan hasil penelitian dimana masih ada
beberapa orang mahasiswa yang memiliki
secure attachment style ketika berinteraksi
dengan teman seangkatannya (lihat Tabel
4.1). Dengan kedua penilaian tersebut,
mahasiswa dengan secure attachment style
akan cenderung mencari kedekatan dengan
orang lain, namun masih dengan batasan
yang normal, dimana mereka menghargai
adanya
otonom
dalam
berelasi
(Bartholomew, 1991).
Maksudnya,
mahasiswa dengan attachment style ini
tidak akan bergantung sepenuhnya kepada
teman seangkatan, misalnya dalam hal
akademik, sosial maupun organisasi,
namun tetap menginginkan kedekatan
dengan mereka. Hal ini lah yang membuat
mereka mempertahankan untuk terjalinnya
relasi
yang
baik
dengan
teman
seangkatannya.
Teman yang Berbeda Angkatan
Dalam penelitian ini didapatkan
bahwa 53 mahasiswa (69,74%) memiliki
fearful-avoidance attachment style dalam
berelasi dengan seniornya Mahasiswa
dengan attachment style ini akan
cenderung merasa tidak nyaman dengan
adanya hubungan yang mendalam dengan
orang lain Erdman & Caffery, 2003; dalam
Prathista, 2008). Mahasiswa dengan
attachment style ini terbentuk karena
adanya ekspektasi yang negatif mengenai
motif akan ketika hendak terjalinnya suatu
relasi antara mahasiswa angkatan 2014
dengan seniornya, serta menilai negatif
atau rendah dirinya ketika akan
berinteraksi dengan seniornya. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya,
penilaian yang rendah ini dapat diartikan
bahwa mereka menilai dirinya belum tentu
akan disukai dan diterima oleh seniorseniornya.
Mereka cenderung akan
menghindari terjadinya suatu kontak
dengan seniornya untuk meningkatkan rasa
aman pada dirinya, karena mereka takut
tidak diterima atau disukai oleh senior
yang ada di Fakultas Psikologi Unpad.
Oleh karena itulah, sebagian besar
mahasiwa angkatan 2014 cenderung untuk
mengurangi relasi yang akrab dengan
seniornya.
Dari penelitian ini juga di dapatkan
bahwa terdapat 14 mahasiswa (18,42%)
yang memiliki preoccupied attachment
style. Hal ini merupakan kombinasi dari
adanya penilaian yang tinggi terhadap
orang lain namun rendah terhadap dirinya
sendiri. Mahasiswa dengan attachment
style ini akan cenderung untuk mencari
relasi dengan orang lain, namun secara
berlebihan. Mahasiswa dengan attachment
style ini terbentuk karena adanya
ekspektasi yang positif mengenai motif
akan ketika hendak terjalinnya suatu relasi
antara mahasiswa angkatan 2014 dengan
seniornya, serta menilai negatif atau
rendah dirinya ketika akan berinteraksi
dengan seniornya. Penilaian yang rendah
ini dapat diartikan bahwa mereka menilai
dirinya belum tentu akan disukai dan
diterima oleh senior-seniornya.Relasi yang
terjalin secara berlebihan ini dapat muncul
seperti adanya ketergantungan terhadap
senior ketika hendak menyelasaikan
masalah,
baik
masalah
angkatan,
akademik, sosial maupun organisasi yang
dijalani oleh mereka. Hal ini dilakukan
dengan
giat
untuk
mendapatkan
pembuktian dan penerimaan dari senior,
serta melundingi keberhargaan dirinya
(Bartholomew, 1991)
Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa terdapat 8 orang (10,53%) yang
memiliki secure attachment style ketika
akan berinteraksi dengan seniornya. Hal
ini merupakan kombinasi dari penilaian
yang tinggi terhadap dimensi model of
others dan model of self. Mahasiswa
dengan attachment style ini terbentuk
karena adanya ekspektasi yang positif
mengenai motif akan ketika hendak
terjalinnya suatu relasi antara mahasiswa
angkatan 2014 dengan seniornya, serta
menilai positif dirinya ketika akan
berinteraksi dengan seniornya. Penilaian
yang tinggi ini dapat diartikan bahwa
mereka menilai dirinya akan mudah
disukai dan diterima oleh senior-seniornya.
Mahasiswa dengan attachment style ini
akan cenderung untuk mau menjalin relasi
dengan orang lain, namun masih pada
tahap yang sewajarnya.
Ketika
menghadapi permasalahan di kampus,
mahasiswa dengan attachment style ini
merasa
dirinya
mampu
untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri, namun
juga tidak sungkan untuk meminta bantuan
kepada seniornya.
Selain itu juga
mahasiswa dengan attachment style ini
akan pecaya diri ketika menghadapi orang
lain (Bartholomew, 1991), sehingga
mereka tidak sungkan untuk mau
berinteraksi dengan seniornya. Dengan
adanya hal tersebut yang mendorong
mereka untuk mau menjalin relasi dengan
senior yang ada di Fakultas Psikologi
Unpad.
Dari penelitian ini juga menunjukkan
bahwa terdapat 1 orang (1,32%) yang
memiliki dismissing attachment style.
Sama seperti fearful-avoidance attachment
style, mahasiswa dengan attachment style
ini akan cenderung untuk menghindari
adanya suatu relasi dengan senior. Yang
membedakannya
adalah
mahasiswa
dengan attachment style ini terbentuk
karena adanya penilaian yang tinggi
terhadap dirinya, namun memiliki
penilaian yang rendah terhadap seniornya.
Perilaku menghindar tersebut terjadi
karena mahasiswa menganggap dirinya
akan disukai dan diterima oleh seniornya,
namun ia juga memiliki keraguan akan
senior mengenai motif mereka dalam
berinteraksi di kampus. Oleh sebab itu,
mereka cenderung untuk berjuang keras
dan tidak bergantung dengan orang lain
(Bartholomew, 1991), sehingga mereka
pun menghindari adanya kedekatan dengan
senior.
terbentuk karena adanya penilaian bahwa
mahasiswa memiliki harapan yang negatif
akan intensi dan motif mereka ketika
berinteraksi satu sama lain, dimana hal ini
dapat menimbulkan ketidakpercayaan
terhadap dosen walinya, dikombinasikan
dengan
penilaian
bahwa
dirinya
sebenarnya adalah sosok yang mudah
untuk diterima dan disukai oleh ketika
berinteraksi dengan orang lain. Oleh
sebab itu, dengan adanya penilaian
tersebut, mahasiswa dengan attachment
style ini cenderung untuk tidak mau
menjalin relasi dengan dosen walinya. Hal
ini dikarenakan mereka menilai tinggi
dirinya sendiri serta memandang dosen
walinya tidak dapat diandalkan saat
mereka dibutuhkan (Bartholomew, 1991).
Dosen yang Pernah Mengajar di Kelas
Dosen Wali
Berdasarkan hasil penelitian ini,
didapatkan bahwa terdapat 46 orang
mahasiswa (60,53%) memiliki secure
attachment style. Attachment style ini
terbentuk karena adanya penilaian bahwa
mahasiswa memiliki harapan yang positif
akan intensi dan motif mereka ketika
berinteraksi satu sama lain, dimana hal ini
dapat menimbulkan kepercayaan terhadap
dosen tersebut, serta merasa dirinya akan
disukai, mudah diterima oleh dosen
walinya dan yakin bahwa dirinya akan
direspon secara positif oleh dosen wali
mereka. Mahasiwa dengan attachment
style ini mau terbuka dan berinteraksi
dengan dosen walinya, sehingga mereka
mau untuk bertegur sapa dengan dosen
walinya tersebut.
30 orang mahasiswa (39,47%)
memiliki dismissing attachment style.
Mahasiswa dengan attachment style ini
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
diketahui bahwa terdapat 51 orang
mahasiswa (67,11%) memiliki fearfulavoidance attachment style, ketika akan
berinteraksi dengan dosen Fakultas
Psikologi Unpad, khususnya dosen yang
ditemui mereka di kelas. Mahasiswa
dengan attachment style ini akan
cenderung untuk menghindar karena
merasa tidak nyaman dengan adanya
hubungan yang mendalam dengan orang
lain Erdman & Caffery, 2003; dalam
Prathista, 2008).
Mahasiswa juga
meragukan dosen ketika akan berinteraksi
dengan mereka, serta adanya perasaan
takut dan disakiti melalui respon-respon
yang nantinya akan muncul dari dosen
tersebut (Bartholomew, 1991).
Untuk
melindungi rasa sakit dan meningkatkan
rasa nyaman ini lah yang membuat
mahasiswa dengan attachment style ini
menghindari
relasi
dengan
dosen,
meskipun mereka telah mengenal dosen
tersebut.
memiliki ketergantungan terhadap dosen
tersebut.
12 orang (15,79%) memiliki secure
attachment style ketika akan berinteraksi
dengan dosen Fakultas Psikologi Unpad,
khususnya dosen yang ditemui mereka di
kelas.
Mahasiswa dengan secure
attachment style menginginkan adanya
hubungan yang mendalam dengan dosen
yang ada di Fakultas Psikologi Unpad,
khususnya dosen yang pernah mereka
temui di kelas.
Mahasiswa dengan
attachment style ini terbentuk karena
mahasiswa percaya dengan dosen tersebut
dan akan membantu mereka selama
berkuliah di Fakultas Psikologi Unpad,
serta mahasiswa yakin bahwa dirinya akan
diterima dan disukai oleh dosen tersebut
ketika akan bertegur sapa. Dengan ada
penilaian ini lah yang mebuat mahasiswa
merasa nyaman dan mau memulai untuk
bertegur sapa dengan dosen.
2 orang (2,63%) memiliki dismissing
attachment style ketika akan berinteraksi
dengan dosen Fakultas Psikologi Unpad,
khususnya dosen yang ditemui mereka di
kelas. mahasiswa dengan attachment style
ini juga akan cenderung menghindari
adanya suatu relasi yang dekat dengan
dosennya. Mahasiswa dengan attachment
style ini terbentuk karena menganggap
dirinya akan disukai dan layak untuk
diterima oleh dosen, ketika akan bertegur
sapa atau memulai interaksi, namun ia juga
memiliki keraguan terhadap dosen serta
pemikiran apakah mereka bisa diandalkan
dan dibutuhkan dalam kehidupan seharihari. Oleh sebab itu, mereka cenderung
untuk berjuang keras dan tidak bergantung
dengan orang lain (Bartholomew, 1991),
sehingga mereka pun menghindari adanya
relasi dan tidak terjadinya tegur sapa
antara dosen dan mahasiswa angkatan
2014.
11 orang mahasiswa (14,47%)
memiliki preoccupied attachment style
ketika akan berinteraksi dengan dosen
Fakultas Psikologi Unpad, khususnya
dosen yang ditemui mereka di kelas.
Mahasiswa dengan attachment style ini
juga menginginkan adanya relasi yang
mendalam. Mahasiswa dengan attachment
style ini terbentuk karena mahasiswa
merasa bahwa mereka percaya terhadap
dosen tersebut dan akan membutuhkan
dosen tersebut selama berada di Fakultas
Psikologi Unpad, namun mereka juga
menilai bahwa belum tentu mereka akan
disukai dan diterima oleh dosen tersebut
ketika akan berinteraksi satu sama lain.
Dengan kata lain, mahasiswa dengan
attachment style ini mau untuk bertegur
sapa, bahkan menjalin relasi dengan dosen
tersebut
dan
untuk
mendapatkan
penerimaan dari dosen, mahasiswa akan
cenderung berusaha secara berlebihan dan
Dosen yang Belum Pernah Mengajar di
Kelas
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
diketahui bahwa terdapat 58 orang
mahasiswa (76,32%) memiliki fearfulavoidance attachment style ketika akan
berinteraksi dengan dosen di Fakultas
Psikologi Unpad, khususnya dosen yang
belum pernah mengajar di kelas.
Mahasiswa dengan attachment style ini
terbentuk karena adanya penilaian bahwa
mahasiswa merasa tidak percaya terhadap
dosen-dosen tersebut, serta merasa dirinya
belum tentu akan disukai atau diterima
oleh dosen, bahkan munculnya respon
yang negatif ketika mereka berusaha untuk
bertegur sapa di lingkungan Fakultas
Psikologi Unpad.
Dengan demikian,
mahasiswa dengan attachment style ini
cenderung akan menjaga jarak dan
menghindari relasi dengan orang lain
karena adanya perasaan tidak nyaman
dalam berelasi dengan orang lain Erdman
& Caffery, 2003; dalam Prathista, 2008).
Perilaku menghindar terjadi karena
mahasiswa meragukan dosen ketika akan
berinteraksi dengan mereka, serta adanya
perasaan takut dan disakiti melalui responrespon yang nantinya akan muncul dari
dosen tersebut (Bartholomew, 1991).
Untuk melindungi rasa sakit dan
meningkatkan rasa nyaman ini lah yang
membuat mahasiswa dengan attachment
style ini menghindari relasi dengan dosen.
10 orang mahasiswa (13,16%)
memiliki secure attachment style ketika
akan berinteraksi dengan dosen di Fakultas
Psikologi Unpad, khususnya dosen yang
belum pernah mengajar di kelas.
Mahasiswa dengan secure attachment style
menginginkan adanya hubungan yang
mendalam dengan dosen yang ada di
Fakultas Psikologi Unpad, meskipun dosen
tersebut belum pernah mengajar mereka di
kelas. Mahasiswa dengan attachment style
ini terbentuk karena mahasiswa percaya
dengan dosen tersebut dan akan membantu
mereka selama berkuliah di Fakultas
Psikologi Unpad, serta mahasiswa yakin
bahwa dirinya akan diterima dan disukai
oleh dosen tersebut ketika akan bertegur
sapa. Dengan ada penilaian ini lah yang
mebuat mahasiswa merasa nyaman dan
mau memulai untuk bertegur sapa dengan
dosen, meskipun mahasiswa belum
mengenal dosen tersebut
8 orang mahasiswa (10,53%)
memiliki preoccupied attachment style dan
tidak ada yang memiliki dismissing
attachment style ketika akan berinteraksi
dengan dosen di Fakultas Psikologi
Unpad, khususnya dosen yang belum
pernah mengajar di kelas. Mahasiswa
dengan attachment style ini juga
menginginkan
adanya
relasi
yang
mendalam. Mahasiswa dengan attachment
style ini terbentuk karena mereka percaya
terhadap dosen tersebut dan akan
membutuhkan dosen tersebut selama
berada di Fakultas Psikologi Unpad,
namun mereka juga menilai bahwa belum
tentu mereka akan disukai dan diterima
oleh dosen tersebut ketika akan
berinteraksi satu sama lain. Dengan kata
lain, mahasiswa dengan attachment style
ini mau untuk bertegur sapa, bahkan
menjalin relasi dengan dosen tersebut dan
untuk mendapatkan penerimaan dari dosen
dan karena adanya kebutuhan, mahasiswa
akan cenderung berusaha secara berlebihan
dan memiliki ketergantungan terhadap
dosen tersebut.
Tenaga Kependidikan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
diketahui bahwa 53 orang mahasiswa
(69,74%) memiliki fearful-avoidance
attachment style, ketika berinteraksi
dengan Tenaga Kependidikan. Mahasiswa
dengan attachment style ini akan
menghindari adanya relasi dengan Tenaga
Kependidikannya.
Terbentuknya
attachment style ini dipengaruhi oleh
penilaian bahwa mahasiswa merasa
Tenaga Kependidikan belum dapat di
percaya
untuk
dapat
mendukung
mahasiswa dalam menjalankan kehidupan
perkuliahan mereka di Fakultas Psikologi
Unpad, serta adanya penilaian bahwa
mahasiswa merasa yakin dirinya akan di
tolak serta tidak disukai oleh Tenaga
Kependidikan serta adanya kekhawatiran
akan munculnya respon yang negatif
ketika akan berinteraksi dengan mereka.
Dengan demikian, mahasiswa dengan
attachment style ini akan cenderung untuk
menhindari setiap bentuk relasidengan
orang lain, sehingga mahasiswa tidak mau
memulai untuk bertegur sapa atau
tersenyum terhadap Tenaga Kependidikan.
15 mahasiswa (19,74%) memiliki
secure attachment style, ketika berinteraksi
dengan Tenaga Kependidikan. Mahasiswa
dengan attachment style ini akan
cenderung mencari relasi dengan orang
lain. Terbentuknya attachment style ini
karena adanya kombinasi penilaian
mahasiswa bahwa Tenaga Kependidikan
bisa di pecaya untuk dapat mendukung
mahasiswa
dalam
menjalankan
perkuliahan di Fakultas, dan penilaian
bahwa ketika mereka berinteraksi dengan
Tenaga Kepenedidikan mereka akan
mudah diterima dan disukai oleh Tenaga
Kependidikan. Dengan penilaian ini lah
yang membuat mahasiswa dengan
attachment style ini mau bertegur sapa
dengan Tenaga Kependidikan.
6
orang
mahasiswa
(7,89%)
memiliki dismissing attachment style
ketika berinteraksi dengan Tenaga
Kependidikan.
Mahasiswa dengan
attachment style ini akan menhindari
terjadinya relasi yang akrab dengan
Tenaga Kependidikan. Attachment style
ini terbentuk karena adanya penilaian
bahwa Tenaga Kependidikan belum dapat
di percaya untuk dapat mendukung
mahasiswa dalam menjalankan kehidupan
perkuliahan mereka di Fakultas Psikologi
Unpad, serta adanya penilaian bahwa
ketika mereka berinteraksi dengan Tenaga
Kepenedidikan mereka akan mudah
diterima dan disukai oleh Tenaga
Kependidikan.
Dengan demikian,
mahasiswa dengan attachment style ini
tidak mau bertegur sapa dengan tenaga
kependidikannya, dan cenderung untuk
bertindak
mandiri
dalam
setiap
ketigatannya di fakultas.
2
orang
(2,63%)
memiliki
preoccupied attachment style ketika
berinteraksi dengan Tenaga Kependidikan.
Hal ini terbentuk karena adanya penilaian
bahwa Tenaga Kependidikan bisa di
pecaya untuk dapat mendukung mahasiswa
dalam menjalankan perkuliahan di
Fakultas, serta mereka merasa yakin
bahwa dirinya akan di tolak serta tidak
disukai oleh Tenaga Kependidikan serta
adanya kekhawatiran akan munculnya
respon yang negatif ketika akan
berinteraksi dengan mereka.
Dengan
adanya kombinasi kedua hal tersebut lah
yang
membuat
mahasisw
dengan
attachment style ini mencari relasi yang
berlebihan terhadap Tenaga Kependidikan,
bahkan dalam tahap yang tidak wajar,
untuk mencari penerimaan dari Tenaga
Kependidikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Baron, Robert A. & Donn Byrne. (2003). Psikologi Sosial Jilid 2. Edisi Kesepuluh.
Diterjemahkan oleh: Ratna Djuwita. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Baron, Robert A., N. R. (2012). Social Psychology 13th ed. United States: Pearson Education
Inc.
Bartholomew, K., & Horowitz, L. M. (1991). Attachment Styles Among Young Adults: A
Test of a Four-Category Model. Journal of Personality and Social Psychology , Vol.
61, No. 2, 226-244.
Bartholomew, K.& Griffin, D. (1994). Model of Self and Other: Fundamental Dimensions
Underlying Measures of Adult Attachment. Journal of Personality and Social
Psychology , Vol. 67, No. 3, 430-445.
Kerlinger, Fred N. 2004. Indonesian Edition: Asas-asas Penelitian Behavioral, Edisi Ke-10.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Myers, D. G. (2013). Social Psychology 11th edition. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.Suryabrata, Sumardi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Taylor, Shelley E., Letitia Anne Peplau dan David O. Sears. 1997. Social Psyhvology. New
Jersey: Prenticce-Hall, Inc.
Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun Akademik 2010/2011 Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Pratisthita, Ni Luh. (2008). Attachment Styles Pada Gay Dewasa Muda. Depok: Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia– skripsi dipublikasikan (diunduh pada hari Selasa, 19
April 2015 pukul 01.42 WIB)
Purba, Fredrick Desrmawan. (2004). Studi Deskriptif Mengenai Tingkah Laku Intim Dari
Empat Pola Attachment Dewasa Pada Individu Menikah dengan Usia Pernikahan
Dibawah Lima Tahun Di Bandung. Jatinangor: Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran – skripsi tidak dipublikasikan
Yulian, Arashidya N. (2011).Hubungan Pola Attachment Dewasa dengan Gaya Penyelesaian
Konflik dalam Hubungan Berpacaran. Jatinangor: Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran – skripsi tidak dipublikasikan
Padjadjaran Angkatan 2014 Dalam Menjalin Relasi Dengan Civitas Akademika
Selviana Elisa
Dibimbing Oleh : Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si.
ABSTRAK
Keterbukaan merupakan hal yang penting bagi calon sarjana psikologi dan telah
dipupuk sejak awal di Fakultas Psikologi Unpad melalui budaya ‘Kekeluargaan’. Namun,
keterbukaan tersebut semakin tidak terlihat karena seiring berjalannya waktu, mahasiswa
menghindari interaksi sehingga mengakibatkan kurangnya kelekatan dengan civitas
akademikanya tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai
attachment style pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad angkatan 2014. Subjek
penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad angkatan 2014 dengan sample
sebanyak 76 responden. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa attachment style pada
mahasiswa angkatan 2014 terhadap setiap figure attachment, yaitu teman seangkatan, senior,
dosen wali, dosen yang pernah mengajar di kelas, dosen yang belum pernah mengajar di
kelas, dan tenaga Kependidikan, akan berbeda-beda. Dalam penelitian ini juga didapatkan
bahwa penilaian mahasiswa angkatan 2014 terhadap setiap figure attachment berbeda-beda,
begitu pula penilaian mereka terhadap dirinya sendiri ketika berinteraksi dengan setiap figure
attachment.
Kata Kunci: Attachment style, model of others, model of self, mahasiswa Fakultas Psikologi
Unpad
PENDAHULUAN
Budaya “Kekeluargaan” telah menjadi
warna dalam menjalin relasi dan landasan
dalam berperilaku, sehingga tidak heran
ketika banyak mahasiswa yang akrab antar
lintas angkatan, mahasiswa yang akrab
dengan dosen, tidak hanya di dalam
perkuliahan,
tetapi
juga
di
luar
perkuliahan. Hal ini lah yang membuat
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
dikenal sebagai fakultas yang memiliki
relasi yang akrab dengan civitas
akademikanya.
Budaya Kekeluargaan ini dibuat untuk
menunjang
terbentuknya
kompetensi
lulusan sarjana psikologi, seperti memiliki
rasa ingin tahu mengenai perilaku
manusia, memiliki sikap menghargai dan
menerima
manusia
apa
adanya
(seutuhnya), bersikap terbuka terhadap
perbedaan dan perubahan, baik yang
terjadi di dalam diri maupun lingkungan
(Buku
Pedoman
Penelenggaraan
Pendidikan Tahun 2010/2011).
Seiring berjalannya waktu, sering
ditemukan bahwa budaya dan anggapan
akan civitas akademika itu adalah keluarga
sudah mulai berkurang.
Hal ini
ditunjukkan mahasiswa dengan adanya
perilaku menghindar, tidak mau menyapa
dan tidak mau memberikan senyuman
ketika berpapasan dengan dosen, tenaga
kependidikan atau senior yang berada di
lingkungan Fakultas Psikologi Unpad.
Berdasarkan
hasil
wawancara
terhadap 10 orang mahasiswa angkatan
2014, mahasiswa mengakui bahwa
perilaku menghindar (tidak mau menyapa,
tersenyum, dsb) terhadap dosen, tenaga
kependidikan dan senior ini memag sering
dilakukan oleh mereka.
Perilaku
menghindar tersebut muncul karena
adanya perasaan takut, sungkan dan segan,
takut akan munculnya respon yang tidak
sesuai dengan harapan mereka ketika
menyapa atau tersenyum kepada dosen,
tenaga kependidikan dan senior. Perilaku
yang dimunculkan oleh mahasiswa
angkatan 2014 ini berkaitan dengan
konsep attachment dalam relasi sosial.
Attachment
merupakan
suatu
hubungan atau interaksi antara dua
individu yang merasa terikat kuat satu
sama lain dan masing-masing melakukan
sejumlah hal untuk melanjutkan hubungan
tersebut (Bowlby,1988; dalam Yulian,
2011). Attachment yang terjadi ketika
menjalin relasi dengan orang lain dapat
dikategorikan kedalam beberapa style, atau
yang sering dikenal dengan attachment
style.
.
Attachment style adalah pola
kelekatan emosional terhadap orang lain
dalam suatu hubungan dekat yang didasari
oleh bagaimana penilaian individu
terhadap dirinya sendiri dan terhadap
orang lain (Bartholomew, 1991). Menurut
Bartholomew (dalam Bartholomew &
Horowitz, 1991), terdapat empat kategori
attachment
style,
yaitu
secure,
preoccupied, dismissing dan fearfulavoidance attachment style. Attachment
style yang dimiliki setiap individu akan
berbeda-beda dan akan mempengaruhi
perilaku interpersonal individu sepanjang
hidupnya (Bartholomew; dalam Baron &
Byrne, 2003).
Menurut Barholomew dan Horowitz
(1991),
bagaimana
individu
akan
berinteraksi dan menjalin relasi dengan
orang lain akan dipengaruhi oleh penilaian
positif atau negatif mengenai dirinya
dalam berhubungan dengan orang lain,
terkait dengan derajat kecemasan individu
dalam berelasi dengan orang lain dan
keberhargaan diri seseorang atau sering
disebut sebagai model of self, serta
penilaian positif atau negatif individu
terhadap orang lain atau figure attachment,
terkait dengan percaya atau tidaknya
terhadap orang tersebut, kecenderungan
untuk menghindari atau mencari kedekatan
dengan orang lain dan harapan, atau yang
sering disebut sebagai model of others.
Kedua hal tersebutlah yang menjadi dasar
dari penentu bagaimana individu akan
menjalin relasi sosial (Bartholomew &
Griffin, 1994).
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memperoleh gambaran mengenai
attachment style pada mahasiswa angkatan
2014 Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran dalam menjalin relasi dengan
civitas akademika.
METODE PENELITIAN
Rancangan
penelitian
yang
digunakan adalah deskriptif. Penelitian
deskriptif bertujuan membuat deskripsi
gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki. (Kerlinger, 2004).
Partisipan
Jumlah partisipan dalam penelitian
ini adalah sebanyak 76 mahasiswa
angkatan 2014.
Partisipan dalam
penelitian ini didapatkan dengan metode
simple random sampling.
Pengukuran
Attachment style pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Unpad angkatan 2014
terhadap civitas akademika ini diukur
dengan
menurunkan
dua
dimensi
attachment style, yang dibuat sendiri oleh
peneliti, berdasarkan teori Bartholomew &
Horowitz (1991). Kuisioner terdiri dari 79
pertanyaan tertutup dan 5 pertanyaan
terbuka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil peneltian, dapat dikatakan
bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran angkatan 2014
memiliki attachment style yang berbedabeda ketika akan menjalin relasi dengan
figure attachment, dalam hal ini adalah
civitas akademika Fakultas Psikologi
Unpad. Attachment style yang digunakan
dalam berinteraksi dengan masing-masing
figure attachment pun berbeda-beda.
Perbedaan
attachment
style
pada
mahasiswa akan mempengaruhi perilaku
setiap individu ketika akan menjalin relasi
dengan
masing-masing
civitas
akademikanya.
Perbedaan attachment style yang
digunakan ketika berinteraksi dengan
masing-masing figure attachment akan
dipengaruhi oleh penilaian mahasiswa
terhadap dua dimensi attachment style,
yaitu model of others dan model of self.
Berikut ini akan dibahas mengenai kedua
dimensi attachment style tersebut sehingga
akhirnya membentuk attachment style
pada masing-masing figure attachment,
yaitu civitas akademika Fakultas Psikologi
Unpad.
Teman Seangkatan
Dari 76 orang mahasiswa angkatan
2014, 56 orang mahasiswa (73,7%)
memiliki preoccupied attachment style
ketika
berinteraksi
dengan
teman
seangkatannya. Attachment style ini
terbentuk karena adanya penilaian yang
positif terhadap orang lain, namun negatif
terhadap diri sendiri (Bartholomew &
Horowitz, 1991). Penilaian yang positif
terhadap teman seangkatan menunjukkan
rasa percaya terhadap teman seangkatan
bahwa mereka saling terbuka dan adanya
motif yang baik ketika akan berinteraksi
satu sama lain. Dengan adanya penilaian
yang tinggi ini membuat mahasiswa
angkatan 2014 mau berinteraksi terlebih
dahulu, seperti mulai menyapa, memberi
salam dan sebagainya, agar terjalinnya
relasi yang mendalam kedepannya. Bila
dilihat dalam hasil pemaparan dimensi
model of self, sebagian besar mahasiswa
angkatan 2014 memiliki penilaian yang
negatif terhadap dirinya ketika akan
berinteraksi dengan teman seangkatannya.
Seperti yang dijelaskan pada sub bab
sebelumnya, penilaian yang negatif
terhadap dirinya ketika berinteraksi dengan
teman seangkatannya ini menunjukkan
bahwa mereka merasa tidak disukai dan
tidak diterima oleh teman seangkatannya,
bahkan menganggap bahwa belum tentu
segala upaya yang dilakukan agar
memiliki relasi yang lebih dalam dengan
teman seangkatannya akan direspon secara
positif.
Oleh
karena
itu,
jika
dikombinasikan dengan dimensi model of
others,
sebagian
besar
mahasiswa
angkatan 2014 ini memiliki preoccupied
attachment style ketika berinteraksi dengan
teman seangkatannya. Dengan attachment
style ini individu akan berusaha keras
untuk membuat dirinya disukai dan
diterima oleh teman seangkatannya,
bahkan mereka melakukannya secara
berlebihan dan akan terlalu bergantung
dengan
teman
seangkatannya
(Bartholomew, 1991).
Sedangkan 20 orang mahasiswa
lainnya memiliki secure attachment style
ketika
berinteraki
dengan
teman
seangkatannya.
Attachment style ini
terbentuk karena adanya penilaian yang
positif terhadap dirinya dan orang lain
ketika menjalin relasi (Bartholomew &
Horowitz, 1991). Penilaian yang positif
terhadap dirinya sendiri dapat diartikan
bahwa mereka menilai dirinya akan
disukai dan diterima ketika akan
berinteraksi dengan teman seangkatannya.
Bila dikombinasikan dengan tingginya
dimensi model of others, maka sesuai
dengan hasil penelitian dimana masih ada
beberapa orang mahasiswa yang memiliki
secure attachment style ketika berinteraksi
dengan teman seangkatannya (lihat Tabel
4.1). Dengan kedua penilaian tersebut,
mahasiswa dengan secure attachment style
akan cenderung mencari kedekatan dengan
orang lain, namun masih dengan batasan
yang normal, dimana mereka menghargai
adanya
otonom
dalam
berelasi
(Bartholomew, 1991).
Maksudnya,
mahasiswa dengan attachment style ini
tidak akan bergantung sepenuhnya kepada
teman seangkatan, misalnya dalam hal
akademik, sosial maupun organisasi,
namun tetap menginginkan kedekatan
dengan mereka. Hal ini lah yang membuat
mereka mempertahankan untuk terjalinnya
relasi
yang
baik
dengan
teman
seangkatannya.
Teman yang Berbeda Angkatan
Dalam penelitian ini didapatkan
bahwa 53 mahasiswa (69,74%) memiliki
fearful-avoidance attachment style dalam
berelasi dengan seniornya Mahasiswa
dengan attachment style ini akan
cenderung merasa tidak nyaman dengan
adanya hubungan yang mendalam dengan
orang lain Erdman & Caffery, 2003; dalam
Prathista, 2008). Mahasiswa dengan
attachment style ini terbentuk karena
adanya ekspektasi yang negatif mengenai
motif akan ketika hendak terjalinnya suatu
relasi antara mahasiswa angkatan 2014
dengan seniornya, serta menilai negatif
atau rendah dirinya ketika akan
berinteraksi dengan seniornya. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya,
penilaian yang rendah ini dapat diartikan
bahwa mereka menilai dirinya belum tentu
akan disukai dan diterima oleh seniorseniornya.
Mereka cenderung akan
menghindari terjadinya suatu kontak
dengan seniornya untuk meningkatkan rasa
aman pada dirinya, karena mereka takut
tidak diterima atau disukai oleh senior
yang ada di Fakultas Psikologi Unpad.
Oleh karena itulah, sebagian besar
mahasiwa angkatan 2014 cenderung untuk
mengurangi relasi yang akrab dengan
seniornya.
Dari penelitian ini juga di dapatkan
bahwa terdapat 14 mahasiswa (18,42%)
yang memiliki preoccupied attachment
style. Hal ini merupakan kombinasi dari
adanya penilaian yang tinggi terhadap
orang lain namun rendah terhadap dirinya
sendiri. Mahasiswa dengan attachment
style ini akan cenderung untuk mencari
relasi dengan orang lain, namun secara
berlebihan. Mahasiswa dengan attachment
style ini terbentuk karena adanya
ekspektasi yang positif mengenai motif
akan ketika hendak terjalinnya suatu relasi
antara mahasiswa angkatan 2014 dengan
seniornya, serta menilai negatif atau
rendah dirinya ketika akan berinteraksi
dengan seniornya. Penilaian yang rendah
ini dapat diartikan bahwa mereka menilai
dirinya belum tentu akan disukai dan
diterima oleh senior-seniornya.Relasi yang
terjalin secara berlebihan ini dapat muncul
seperti adanya ketergantungan terhadap
senior ketika hendak menyelasaikan
masalah,
baik
masalah
angkatan,
akademik, sosial maupun organisasi yang
dijalani oleh mereka. Hal ini dilakukan
dengan
giat
untuk
mendapatkan
pembuktian dan penerimaan dari senior,
serta melundingi keberhargaan dirinya
(Bartholomew, 1991)
Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa terdapat 8 orang (10,53%) yang
memiliki secure attachment style ketika
akan berinteraksi dengan seniornya. Hal
ini merupakan kombinasi dari penilaian
yang tinggi terhadap dimensi model of
others dan model of self. Mahasiswa
dengan attachment style ini terbentuk
karena adanya ekspektasi yang positif
mengenai motif akan ketika hendak
terjalinnya suatu relasi antara mahasiswa
angkatan 2014 dengan seniornya, serta
menilai positif dirinya ketika akan
berinteraksi dengan seniornya. Penilaian
yang tinggi ini dapat diartikan bahwa
mereka menilai dirinya akan mudah
disukai dan diterima oleh senior-seniornya.
Mahasiswa dengan attachment style ini
akan cenderung untuk mau menjalin relasi
dengan orang lain, namun masih pada
tahap yang sewajarnya.
Ketika
menghadapi permasalahan di kampus,
mahasiswa dengan attachment style ini
merasa
dirinya
mampu
untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri, namun
juga tidak sungkan untuk meminta bantuan
kepada seniornya.
Selain itu juga
mahasiswa dengan attachment style ini
akan pecaya diri ketika menghadapi orang
lain (Bartholomew, 1991), sehingga
mereka tidak sungkan untuk mau
berinteraksi dengan seniornya. Dengan
adanya hal tersebut yang mendorong
mereka untuk mau menjalin relasi dengan
senior yang ada di Fakultas Psikologi
Unpad.
Dari penelitian ini juga menunjukkan
bahwa terdapat 1 orang (1,32%) yang
memiliki dismissing attachment style.
Sama seperti fearful-avoidance attachment
style, mahasiswa dengan attachment style
ini akan cenderung untuk menghindari
adanya suatu relasi dengan senior. Yang
membedakannya
adalah
mahasiswa
dengan attachment style ini terbentuk
karena adanya penilaian yang tinggi
terhadap dirinya, namun memiliki
penilaian yang rendah terhadap seniornya.
Perilaku menghindar tersebut terjadi
karena mahasiswa menganggap dirinya
akan disukai dan diterima oleh seniornya,
namun ia juga memiliki keraguan akan
senior mengenai motif mereka dalam
berinteraksi di kampus. Oleh sebab itu,
mereka cenderung untuk berjuang keras
dan tidak bergantung dengan orang lain
(Bartholomew, 1991), sehingga mereka
pun menghindari adanya kedekatan dengan
senior.
terbentuk karena adanya penilaian bahwa
mahasiswa memiliki harapan yang negatif
akan intensi dan motif mereka ketika
berinteraksi satu sama lain, dimana hal ini
dapat menimbulkan ketidakpercayaan
terhadap dosen walinya, dikombinasikan
dengan
penilaian
bahwa
dirinya
sebenarnya adalah sosok yang mudah
untuk diterima dan disukai oleh ketika
berinteraksi dengan orang lain. Oleh
sebab itu, dengan adanya penilaian
tersebut, mahasiswa dengan attachment
style ini cenderung untuk tidak mau
menjalin relasi dengan dosen walinya. Hal
ini dikarenakan mereka menilai tinggi
dirinya sendiri serta memandang dosen
walinya tidak dapat diandalkan saat
mereka dibutuhkan (Bartholomew, 1991).
Dosen yang Pernah Mengajar di Kelas
Dosen Wali
Berdasarkan hasil penelitian ini,
didapatkan bahwa terdapat 46 orang
mahasiswa (60,53%) memiliki secure
attachment style. Attachment style ini
terbentuk karena adanya penilaian bahwa
mahasiswa memiliki harapan yang positif
akan intensi dan motif mereka ketika
berinteraksi satu sama lain, dimana hal ini
dapat menimbulkan kepercayaan terhadap
dosen tersebut, serta merasa dirinya akan
disukai, mudah diterima oleh dosen
walinya dan yakin bahwa dirinya akan
direspon secara positif oleh dosen wali
mereka. Mahasiwa dengan attachment
style ini mau terbuka dan berinteraksi
dengan dosen walinya, sehingga mereka
mau untuk bertegur sapa dengan dosen
walinya tersebut.
30 orang mahasiswa (39,47%)
memiliki dismissing attachment style.
Mahasiswa dengan attachment style ini
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
diketahui bahwa terdapat 51 orang
mahasiswa (67,11%) memiliki fearfulavoidance attachment style, ketika akan
berinteraksi dengan dosen Fakultas
Psikologi Unpad, khususnya dosen yang
ditemui mereka di kelas. Mahasiswa
dengan attachment style ini akan
cenderung untuk menghindar karena
merasa tidak nyaman dengan adanya
hubungan yang mendalam dengan orang
lain Erdman & Caffery, 2003; dalam
Prathista, 2008).
Mahasiswa juga
meragukan dosen ketika akan berinteraksi
dengan mereka, serta adanya perasaan
takut dan disakiti melalui respon-respon
yang nantinya akan muncul dari dosen
tersebut (Bartholomew, 1991).
Untuk
melindungi rasa sakit dan meningkatkan
rasa nyaman ini lah yang membuat
mahasiswa dengan attachment style ini
menghindari
relasi
dengan
dosen,
meskipun mereka telah mengenal dosen
tersebut.
memiliki ketergantungan terhadap dosen
tersebut.
12 orang (15,79%) memiliki secure
attachment style ketika akan berinteraksi
dengan dosen Fakultas Psikologi Unpad,
khususnya dosen yang ditemui mereka di
kelas.
Mahasiswa dengan secure
attachment style menginginkan adanya
hubungan yang mendalam dengan dosen
yang ada di Fakultas Psikologi Unpad,
khususnya dosen yang pernah mereka
temui di kelas.
Mahasiswa dengan
attachment style ini terbentuk karena
mahasiswa percaya dengan dosen tersebut
dan akan membantu mereka selama
berkuliah di Fakultas Psikologi Unpad,
serta mahasiswa yakin bahwa dirinya akan
diterima dan disukai oleh dosen tersebut
ketika akan bertegur sapa. Dengan ada
penilaian ini lah yang mebuat mahasiswa
merasa nyaman dan mau memulai untuk
bertegur sapa dengan dosen.
2 orang (2,63%) memiliki dismissing
attachment style ketika akan berinteraksi
dengan dosen Fakultas Psikologi Unpad,
khususnya dosen yang ditemui mereka di
kelas. mahasiswa dengan attachment style
ini juga akan cenderung menghindari
adanya suatu relasi yang dekat dengan
dosennya. Mahasiswa dengan attachment
style ini terbentuk karena menganggap
dirinya akan disukai dan layak untuk
diterima oleh dosen, ketika akan bertegur
sapa atau memulai interaksi, namun ia juga
memiliki keraguan terhadap dosen serta
pemikiran apakah mereka bisa diandalkan
dan dibutuhkan dalam kehidupan seharihari. Oleh sebab itu, mereka cenderung
untuk berjuang keras dan tidak bergantung
dengan orang lain (Bartholomew, 1991),
sehingga mereka pun menghindari adanya
relasi dan tidak terjadinya tegur sapa
antara dosen dan mahasiswa angkatan
2014.
11 orang mahasiswa (14,47%)
memiliki preoccupied attachment style
ketika akan berinteraksi dengan dosen
Fakultas Psikologi Unpad, khususnya
dosen yang ditemui mereka di kelas.
Mahasiswa dengan attachment style ini
juga menginginkan adanya relasi yang
mendalam. Mahasiswa dengan attachment
style ini terbentuk karena mahasiswa
merasa bahwa mereka percaya terhadap
dosen tersebut dan akan membutuhkan
dosen tersebut selama berada di Fakultas
Psikologi Unpad, namun mereka juga
menilai bahwa belum tentu mereka akan
disukai dan diterima oleh dosen tersebut
ketika akan berinteraksi satu sama lain.
Dengan kata lain, mahasiswa dengan
attachment style ini mau untuk bertegur
sapa, bahkan menjalin relasi dengan dosen
tersebut
dan
untuk
mendapatkan
penerimaan dari dosen, mahasiswa akan
cenderung berusaha secara berlebihan dan
Dosen yang Belum Pernah Mengajar di
Kelas
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
diketahui bahwa terdapat 58 orang
mahasiswa (76,32%) memiliki fearfulavoidance attachment style ketika akan
berinteraksi dengan dosen di Fakultas
Psikologi Unpad, khususnya dosen yang
belum pernah mengajar di kelas.
Mahasiswa dengan attachment style ini
terbentuk karena adanya penilaian bahwa
mahasiswa merasa tidak percaya terhadap
dosen-dosen tersebut, serta merasa dirinya
belum tentu akan disukai atau diterima
oleh dosen, bahkan munculnya respon
yang negatif ketika mereka berusaha untuk
bertegur sapa di lingkungan Fakultas
Psikologi Unpad.
Dengan demikian,
mahasiswa dengan attachment style ini
cenderung akan menjaga jarak dan
menghindari relasi dengan orang lain
karena adanya perasaan tidak nyaman
dalam berelasi dengan orang lain Erdman
& Caffery, 2003; dalam Prathista, 2008).
Perilaku menghindar terjadi karena
mahasiswa meragukan dosen ketika akan
berinteraksi dengan mereka, serta adanya
perasaan takut dan disakiti melalui responrespon yang nantinya akan muncul dari
dosen tersebut (Bartholomew, 1991).
Untuk melindungi rasa sakit dan
meningkatkan rasa nyaman ini lah yang
membuat mahasiswa dengan attachment
style ini menghindari relasi dengan dosen.
10 orang mahasiswa (13,16%)
memiliki secure attachment style ketika
akan berinteraksi dengan dosen di Fakultas
Psikologi Unpad, khususnya dosen yang
belum pernah mengajar di kelas.
Mahasiswa dengan secure attachment style
menginginkan adanya hubungan yang
mendalam dengan dosen yang ada di
Fakultas Psikologi Unpad, meskipun dosen
tersebut belum pernah mengajar mereka di
kelas. Mahasiswa dengan attachment style
ini terbentuk karena mahasiswa percaya
dengan dosen tersebut dan akan membantu
mereka selama berkuliah di Fakultas
Psikologi Unpad, serta mahasiswa yakin
bahwa dirinya akan diterima dan disukai
oleh dosen tersebut ketika akan bertegur
sapa. Dengan ada penilaian ini lah yang
mebuat mahasiswa merasa nyaman dan
mau memulai untuk bertegur sapa dengan
dosen, meskipun mahasiswa belum
mengenal dosen tersebut
8 orang mahasiswa (10,53%)
memiliki preoccupied attachment style dan
tidak ada yang memiliki dismissing
attachment style ketika akan berinteraksi
dengan dosen di Fakultas Psikologi
Unpad, khususnya dosen yang belum
pernah mengajar di kelas. Mahasiswa
dengan attachment style ini juga
menginginkan
adanya
relasi
yang
mendalam. Mahasiswa dengan attachment
style ini terbentuk karena mereka percaya
terhadap dosen tersebut dan akan
membutuhkan dosen tersebut selama
berada di Fakultas Psikologi Unpad,
namun mereka juga menilai bahwa belum
tentu mereka akan disukai dan diterima
oleh dosen tersebut ketika akan
berinteraksi satu sama lain. Dengan kata
lain, mahasiswa dengan attachment style
ini mau untuk bertegur sapa, bahkan
menjalin relasi dengan dosen tersebut dan
untuk mendapatkan penerimaan dari dosen
dan karena adanya kebutuhan, mahasiswa
akan cenderung berusaha secara berlebihan
dan memiliki ketergantungan terhadap
dosen tersebut.
Tenaga Kependidikan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
diketahui bahwa 53 orang mahasiswa
(69,74%) memiliki fearful-avoidance
attachment style, ketika berinteraksi
dengan Tenaga Kependidikan. Mahasiswa
dengan attachment style ini akan
menghindari adanya relasi dengan Tenaga
Kependidikannya.
Terbentuknya
attachment style ini dipengaruhi oleh
penilaian bahwa mahasiswa merasa
Tenaga Kependidikan belum dapat di
percaya
untuk
dapat
mendukung
mahasiswa dalam menjalankan kehidupan
perkuliahan mereka di Fakultas Psikologi
Unpad, serta adanya penilaian bahwa
mahasiswa merasa yakin dirinya akan di
tolak serta tidak disukai oleh Tenaga
Kependidikan serta adanya kekhawatiran
akan munculnya respon yang negatif
ketika akan berinteraksi dengan mereka.
Dengan demikian, mahasiswa dengan
attachment style ini akan cenderung untuk
menhindari setiap bentuk relasidengan
orang lain, sehingga mahasiswa tidak mau
memulai untuk bertegur sapa atau
tersenyum terhadap Tenaga Kependidikan.
15 mahasiswa (19,74%) memiliki
secure attachment style, ketika berinteraksi
dengan Tenaga Kependidikan. Mahasiswa
dengan attachment style ini akan
cenderung mencari relasi dengan orang
lain. Terbentuknya attachment style ini
karena adanya kombinasi penilaian
mahasiswa bahwa Tenaga Kependidikan
bisa di pecaya untuk dapat mendukung
mahasiswa
dalam
menjalankan
perkuliahan di Fakultas, dan penilaian
bahwa ketika mereka berinteraksi dengan
Tenaga Kepenedidikan mereka akan
mudah diterima dan disukai oleh Tenaga
Kependidikan. Dengan penilaian ini lah
yang membuat mahasiswa dengan
attachment style ini mau bertegur sapa
dengan Tenaga Kependidikan.
6
orang
mahasiswa
(7,89%)
memiliki dismissing attachment style
ketika berinteraksi dengan Tenaga
Kependidikan.
Mahasiswa dengan
attachment style ini akan menhindari
terjadinya relasi yang akrab dengan
Tenaga Kependidikan. Attachment style
ini terbentuk karena adanya penilaian
bahwa Tenaga Kependidikan belum dapat
di percaya untuk dapat mendukung
mahasiswa dalam menjalankan kehidupan
perkuliahan mereka di Fakultas Psikologi
Unpad, serta adanya penilaian bahwa
ketika mereka berinteraksi dengan Tenaga
Kepenedidikan mereka akan mudah
diterima dan disukai oleh Tenaga
Kependidikan.
Dengan demikian,
mahasiswa dengan attachment style ini
tidak mau bertegur sapa dengan tenaga
kependidikannya, dan cenderung untuk
bertindak
mandiri
dalam
setiap
ketigatannya di fakultas.
2
orang
(2,63%)
memiliki
preoccupied attachment style ketika
berinteraksi dengan Tenaga Kependidikan.
Hal ini terbentuk karena adanya penilaian
bahwa Tenaga Kependidikan bisa di
pecaya untuk dapat mendukung mahasiswa
dalam menjalankan perkuliahan di
Fakultas, serta mereka merasa yakin
bahwa dirinya akan di tolak serta tidak
disukai oleh Tenaga Kependidikan serta
adanya kekhawatiran akan munculnya
respon yang negatif ketika akan
berinteraksi dengan mereka.
Dengan
adanya kombinasi kedua hal tersebut lah
yang
membuat
mahasisw
dengan
attachment style ini mencari relasi yang
berlebihan terhadap Tenaga Kependidikan,
bahkan dalam tahap yang tidak wajar,
untuk mencari penerimaan dari Tenaga
Kependidikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Baron, Robert A. & Donn Byrne. (2003). Psikologi Sosial Jilid 2. Edisi Kesepuluh.
Diterjemahkan oleh: Ratna Djuwita. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Baron, Robert A., N. R. (2012). Social Psychology 13th ed. United States: Pearson Education
Inc.
Bartholomew, K., & Horowitz, L. M. (1991). Attachment Styles Among Young Adults: A
Test of a Four-Category Model. Journal of Personality and Social Psychology , Vol.
61, No. 2, 226-244.
Bartholomew, K.& Griffin, D. (1994). Model of Self and Other: Fundamental Dimensions
Underlying Measures of Adult Attachment. Journal of Personality and Social
Psychology , Vol. 67, No. 3, 430-445.
Kerlinger, Fred N. 2004. Indonesian Edition: Asas-asas Penelitian Behavioral, Edisi Ke-10.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Myers, D. G. (2013). Social Psychology 11th edition. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.Suryabrata, Sumardi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Taylor, Shelley E., Letitia Anne Peplau dan David O. Sears. 1997. Social Psyhvology. New
Jersey: Prenticce-Hall, Inc.
Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun Akademik 2010/2011 Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Pratisthita, Ni Luh. (2008). Attachment Styles Pada Gay Dewasa Muda. Depok: Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia– skripsi dipublikasikan (diunduh pada hari Selasa, 19
April 2015 pukul 01.42 WIB)
Purba, Fredrick Desrmawan. (2004). Studi Deskriptif Mengenai Tingkah Laku Intim Dari
Empat Pola Attachment Dewasa Pada Individu Menikah dengan Usia Pernikahan
Dibawah Lima Tahun Di Bandung. Jatinangor: Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran – skripsi tidak dipublikasikan
Yulian, Arashidya N. (2011).Hubungan Pola Attachment Dewasa dengan Gaya Penyelesaian
Konflik dalam Hubungan Berpacaran. Jatinangor: Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran – skripsi tidak dipublikasikan