Kampanye Antirokok.

[(OMPAS
o Senin
123
17

18

OJan

19
.Peb

o Selasa 0

~

20

5

6


7
22

21

o Mar OApr

.

Rabu

8
23

0

Kamis
9


Jumat

10
24

25

OMei OJun OJul

o Sabtu 0 Minggu
12

11

13
27

26

0 Ags OSep


14
28

OOkt

15
29

16
30

OHov

KampanyeAntirokok
Oleh

UUD

WAHYUDIN


.

It
,

K

media massa sangat menentukan.
ebiasaan merokok dan kecanduan padarokokdi InKita bisa meniru pemerintah
donesia sudah sangat memprihatinkan. Ditambah
Korea yang memberikan penyuagi, masyarakat masih pennisif dan tidak mema. luhan intensifkepada anak-anak
dan remaja mengenai bahaya
hami bahwa udara yang bersih dari asap rokok adalah hak semerokok. Bahkan, televisipemerintah Korea memiliki serial sitiap orangyangtidak merokok
Mungkinkah, Indonesia tanpa
rokokdan tanpa perokok?Tampak~
nya hal itu mustahil akan teIWUjud
dalam waktu dekat Mungkin masih perlu waktu sangatpanjang.
Di negara-negara maju kebiasaan merokok merupakan pilihan
yang tidak

populer. Bahkan,
orang-orang di negara maju merasa malu jika punya kebiasaan merokok.
Sekadar contoh, di Amerika Serikat sejaktahun 1970-ankonsumsi rokok menurun drastis karena
meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Jwnlah perokok yang semula mencapai 46 persen dari
penduduk ASpada tahun 1950turun menjadi 21persen tahun 2004.
Memang,berbagai upaya untuk
membatasi dan mengurangi rokok
telah dilakukan pemerintah melalui kebijakan menaikkan hargajual eceran rokok, kampanye kebijakan untuktidakmerokokdisembarang tempat, ajakan atau kampanye untuk berhenti merokok,
dan lain-lain. Namun, upaya untuk epidemik rokok dan kematian
yang disebabkannya belum dianggap strategis dalam merencanakan
pembangunan di bidang kesehatan.

Komunikasikesehatan
Upaya-upaya kampanye komu-

nikasijsosialisasi untuk mengurangi atau berhenti merokok dan
mencegahjmenjauhkan generasi
penerus bangsa untuk tidak mulai
merokok harus tetap dikedepankan. Di sinilah pentingnya komunikasi kesehatan strategis melalui
social marketing dalam upaya

membatasi dan mengendalikan
dampak rokok terhadap kesehatan
masyarakat Menurut Kar dan AIcay (2001), ada sepuluh elemen
untuk menyukseskan komunikasi
kesehatan. Kita coba terapkan dalam menanggulangi bahaya rokok
terhadap hidup dan kesehatan masyarakat.
Pertama, gunakan komunikasi
interpersonaljantarpribadi, edukasi, dan konseling. Komunikasi
tatap muka dengan sasaran komunikasi umumnya memiliki efek
jangka panjang yang lebih dalam
mengubah tingkah.laku. Langkah
awal yang bisa dilakukan adalah
dengan meningkatkan kampanye
komunikasi kesehatan melalui gerakan membebaskan lingkungan
sekolah atau kampus dari rokok
dan diperlukan kesadaran gurujtenaga pendidik dalam menerangkan bahaya merokok bagi siswajmahasiswanya.
Kedua,buat agenda dan buatlah
kewaspadaan publik dengan
menggunakan media massa. Peran


ai-an khusus tentang merokok
dan kesehatan.
,
Ketiga, sediakan dukuilgan
sosial. Individu sangat dipengaruhi lingkungannya sehingga dukungan lingkungan dalam menerima pesan komunikasi kesehatan sangat diperlukan. Setiap institusi pemerintah atau swasta,
lingkungan pendidikan, area
publikyang lainharus sudah menyediakan tempat merokok
(smoking area),dan mereka harus peduli kepada orang yang tidak merokok. Tata krama kehidupan modern harus ditonjolkan.
Keempat,

. gunakan

model

kognitif dan behavioral dalam
mendesain program kesehatan
yang efektif. Pemerintahjdinas
kesehatan dibantu LSM, komunitas antirokok, dan penyuluh
kesehatan harus melakukan so~
sialisasi yang efektif melalui anjangsanajtatap muka tentang

bahaya merokokke institusi pendidikanjinstansi
pemerintah
dan swasta ataupun di area publik.
Kelima, perkuat perubahan
yang bersifat positif. Program
yang telah berhasil dapat
menjadi contoh bagiprogram
selanjutnya.
Pemerintah,
LSM, lembaga pendidikan,
dan lain-lain harus mem-

Kliping Humas Unpad 2010

31

ODes

berikan penyuluhan intensifkepada masyarakat, khususnya
generasi muda tentang bahaya

merokok. Pesan antirokok
hendaknya ditujukan kepada
generasi muda karena keuntungan akan lebih besar jika
berhenti merokok pada usia lebih muda.
Keenam, advokasikan kebijakan dan perbaikan pelayanan menggunakan media massa
sehingga publik akan memiliki
kewaspadaan yang tinggi terhadap masalah kesehatan yang
tirnbul akibat merokok. Kita
bisa mencontoh Singapura
yang secara total melarang ikIan rokok.Hal ini dilakukan Singapura karena merokok
membahayakan hidup dan kesehatan warganya.
Ketujuh, praktikkan social
marketing dan mobilisasi dengan konsep promosi yang
tirnbul. Pendidikan kita setengah hati menanarnkan bahaya rokok terhadap hidup
dankesehatan. Padahal,pendidikan kesehatan merupakan
wilayah yang sangat strategis
dalam membangun sikap dan
perilaku positif melawan rokok.
Kepemimpinan
Kedelapan, kembangkan

kepernimpinan dan perkuat
komunitas. Dengan kepernirnpinan yang baik, prog' ram dapat bertahan lebih
lama. Sekadar contoh, Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan
pada

~
.

2008 mengeluarkan surat edaran
mengenai larangan merokok di gedung rnilik pemerintah daerah.
Hal ini dapat menjadi contoh bagi
institusijlembaga yanglain.
Kesembilan, buatlah evaluasi
proses dan efek. Peringatan pe~erintah atas bahaya rokok memang
sudah cukup lama, dengan mencanturnkan tulisan: "Merokok Dapat Menyebabkan Kanker,Serangan Jantung, Impotensi, dan Gangguan Keharnilan dan Janin" pada
setiap bungkus rokok dan iklan rokok. Namun, peringatan ini tarnpaknya tidak memberikan efek
apa pun bagi perokok. Salah satu
cara edukasi yang paling efektif
mengenai bahaya merokok adalah

dengan memasang gambar visual
pada bungkus rokok mengenai
berbagai penyakit akibat merokok.
Dengan demikian, karnpanye seperti ini mendesak untuk segera
dilakukan.
Kesepuluh, dukungan profesi-:
onal dalam komunikasi kesehatan.
Pendidik, pemuka agama, tokoh
masyarakat, dan orangtua harus
menanarnkan kredo: "Katakan tidak sarna sekali untuk tidak mulai
merokok."
Akhirnya, bila ada kemauan semua pihak, tentu semua upaya di
atas akan menjadi mudah. Kita
perlu saling mengingatkan lagi
bahwa kebiasaan merokok tidak
baik untuk kesehatan. Kita berharap, suatu saat nanti kita menemukan Indonesia tanpa tembakau,
tanpa rokok,tanpa perokok?
DUD WAHYUDIN
Dosen Manajemen Komunikasi
Fikom Unpad