PENGARUH PELATIHAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI Pengaruh Pelatihan Kepemimpinan Transformasional Untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja Karyawan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

PENGARUH PELATIHAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Ditulis Sebagai Persyaratan untuk Mencapai
Derajat Magister Profesi Psikologi
Bidang Psikologi Klinis

Diajukan O l e h :
Susi Endang Erawati
T 100 090 114

MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

NASKAH PUBLIKASI

LEMBAR PENGESAHAN


Naskah Publikasi

PENGARUH PELATIHAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Diajukan oleh

Susi Endang Erawati
T 100 090 114
Disahkan dan disetujui oleh
Pembimbing

(Dr. Nisa Rachmah Nur Anganthi, M.Si, Psi)

Surakarta, ...............................

ABSTRAKSI
PENGARUH PELATIHAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Susi Endang Erawati
Nisa Rachmah Nur Anganthi
Program Magister Profesi Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Karyawan UMS yang berperan sebagai karyawan administrasi, dosen
maupun yang menjalankan fungsi manajemen belum optimal, terbukti peran
karyawan direspon secara tidak memuaskan oleh mahasiswa. Tidak optimalnya
peran karyawan ini ada kemungkinan merupakan wujud nyata dari ketidakpuasan
kerja yang dirasakan oleh karyawan. Keberhasilan menciptakan kepuasan kerja
karyawan tidak lepas dari peran kepemimpinan, karena pemimpin yang berhasil
akan mampu mempengaruhi, menggerakan dan mengarahkan suatu tindakan pada
diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi
tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan
kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja. Hipotesis yang
diajukan: Ada perbedaan kepuasan kerja setelah diberi pelatihan kepemimpinan
transformasional
dengan
sebelum

diberi
pelatihan
kepemimpinan
transformasional.
Subjek penelitian yaitu karyawan di Universitas Muhammadiyah
Surakarta sebanyak 31 orang, jumlah tersebut merupakan hasil screening dari 40
karyawan. Alat pengumpulan data menggunakan skala kepuasan kerja dan skala
kepemimpinan transformasional. Perhitungan analisis data menggunakan teknik
analisis non parametrik mann whitney U test dan independent sample test (uji-t).
Hasil analisis data menggunakan t-test diperoleh nilai t sebesar -8.729;
p=0,000 (p 0,05)
Mann Whitney
Test
Z = -0,796
Sig (p) = 0,426
(p > 0,05)

75,23, dilihat dari nilai rata-rata ada
peningkatan skor kepuasan kerja yang
sangat signifikan setelah dilakukan

pengukuran ulang (follow up). Dapat
diartikan
mengalami
mengikuti

kepuasan

kerja

peningkatan
pelatihan

transformasional.

subjek
setelah

kepemimpinan

Selanjutnya


hasil

74,61

75,23

9,45

11,55

Berdasarkan

pelatihan dengan follow up. Nilai ratarata pretest = 64,45 dan Follow up =

Rerata
Interpretasi
Posttest Follow

Tidak ada

perbedaan
kepuasan
kerja antara
post-test
dengan
follow up

tabel di atas

diketahui. Nilai t = -0,672 ; p = 0,507
(p > 0,05),

nilai rata-rata posttest =

74,61 dan follow up = 75,23. Hasil ini
menunjukkan

tidak

ada


perbedaan

kepuasan kerja pada saat posttest dan
follow up. Artinya subjek pelatihan
memiliki kepuasan kerja yang relatif
stabil

(tidak

menurun)

meskipun

dilakukan pengukuran dalam rentang
waktu yang cukup lama.

Tabel 4.
Skor dan Kategori Kategorisasi Kepuasan Kerja
Sebelum dan Setelah Pelatihan

Subjek Pre

Kategori

1
2
3
4
5
6
7
8
9

53
74
68
78
70
53

68
62
39

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

26
27
28
29
30
31

74
68
70
54
62
74
67
65
65
54
69
75
68

54
62
77
53
56
67
66
74
59

rendah
sedang
sedang
sedang
sedang
rendah
sedang
rendah
sangat
rendah
sedang
sedang
sedang
rendah
rendah
sedang
sedang
sedang
sedang
rendah
sedang
sedang
sedang
rendah
rendah
sedang
rendah
rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah

Post Kategori Follow Kategori Gain
score
Posttest
70 sedang 72
sedang 17
80 tinggi
81
tinggi
6
77 sedang 70
sedang 9
80 tinggi
83
tinggi
2
77 sedang 80
tinggi
7
75 sedang 77
sedang 22
77 sedang 78
sedang 9
70 sedang 71
sedang 8
69 sedang 65
sedang 30

Gain
score
Follow up
2
1
-7
3
3
2
1
1
-4

84
70
77
66
70
84
81
79
77
72
82
81
77
75
65
77
65
64
72
75
84
60

-3
1
0
1
1
-12
1
0
1
5
3
1
1
-9
5
0
2
1
-1
4
-2
19

tinggi
sedang
sedang
sedang
sedang
tinggi
tinggi
sedang
sedang
sedang
tinggi
tinggi
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
Sedang
Tinggi
Rendah

81
71
77
67
71
72
82
79
78
77
85
82
78
66
70
77
67
65
71
79
82
79

tinggi
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
tinggi
sedang
sedang
sedang
tinggi
tinggi
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
sedang

10
2
7
12
8
10
14
14
12
18
13
6
9
21
3
0
12
8
5
9
10
1

Tabel 5.
Frekuensi dan Persentase Kepuasan Kerja
Sebelum dan Setelah Pelatihan
Kategori Pretest
Follow up
Postest
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(%)
(%)
(%)
Tinggi
8
25,8
8
25,8
Sedang
19
61,3
22
71
23
74,2
Rendah
11
35,5
1
3,2
Sangat
1
3,2
Rendah
Jumlah
31
100
31
100
31
100
Berdasarkan

tabel

di

atas

Analisis

individual

diketahui dari 31 subjek atau peserta

dimaksudkan

untuk

mengklasifikasi

pelatihan, pada saat pretest terdapat 1

kelompok

subjek

berdasarkan

subjek (3,2%) yang memiliki kepuasan

perubahan skor dan kategorisasi atau

kerja sangat rendah, 11 subjek (35,5%)

kriteria kepuasan kerja dari pretest ke

memiliki kepuasan kerja rendah, dan

postest. Berdasarkan hasil skoring dan

19 subjek (61,3%) memiliki kepuasan

kategorisasi analisis individual peserta

kerja sedang. Selanjutnya pada saat

pelatihan dapat dibagi dalam tiga

posttest terdapat 1 subjek (3,2%) yang

kelompok, sebagai berikut:

memiliki kepuasan kerja rendah, 22

1)

kelompok

subjek

yang

subjek (71%) memiliki kepuasan kerja

memiliki skor dan kategori kepuasan

sedang, dan 8 subjek (25,8%) memiliki

kerja sangat rendah ke sedang.

kepuasan kerja tinggi. Sedangkan pada

2)

kelompok

subjek

yang

saat follow up terdapat 23 subjek

memiliki skor dan kategori kepuasan

(74,2%) yang memiliki kepuasan kerja

kerja rendah ke rendah atau rendah ke

sedang, 8 subjek (25,8%) memiliki

sedang, dan rendah ke tinggi

kepuasan kerja tinggi.

3)

kelompok

subjek

yang

memiliki skor kepercayaan diri sedang

Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:

ke sedang atau sedang ke tinggi.
Tabel 6.
Kelompok subjek yang memilik skor / kategori
sangat rendah ke sedang
Follow up
Posttest
Subjek Pretest
Skor Kategori Skor Kategori Skor
Kategori
No. Ke
1
(9)
39
sangat
69
sedang
65
sedang
rendah
Berdasarkan hasil klasifikasi

jaminan sosial, teman sekerja dan

kelompok subjek yang memiliki skor

aspek pengawasan atau supervisi sudah

dan kategori kepuasan kerja sangat

menjadi bagian sikap dan perilaku

rendah ke sedang diketahui hanya satu

subjek

orang yaitu subjek ke 9, skor dari

dilakukan. Perubahan tersebut terjadi

pretest ke test sebesar mengalami

akibat motivasi yang tinggi dalam diri

kenaikan yang signifikan yaitu sebesar

subjek untuk berubah setelah menerima

30 point. Subjek tersebut merupakan

serangkaian pelatihan kepemimpinan

subjek yang mengalami kenaikan skor

transformasional. Hal ini sesuai dengan

paling

subjek

pendapat

yang

lainnya, sehingga secara psikologis

Menurut

Moekijat

dapat simpulkan ada perubahan yang

antara lain sebagai proses belajar untuk

optimal dalam sikap atau perilaku

memperoleh

subjek khususnya berkaitan dengan

keterampilan diluar sistem pendidikan

kepuasan kerja. Dapat diinterpretasi

yang berlaku, dalam waktu yang relatif

aspek-aspek

singkat dan dengan metode yang lebih

tinggi

kepuasan

dibandingkan

yang

kerja

terdapat

pada

yang terdiri dari:

pekerjaan itu sendiri, promosi, gaji dan

dalam

pekerjaan

yang

dikemukakan

dan

(1993)

oleh

manfaat

meningkatkan

mengutamakan praktek daripada teori.

Tabel 7.
Kelompok subjek yang memilik skor / kategori
rendah ke rendah atau rendah ke sedang
Subjek
No. ke
(1)
1.
(6)
2.
(8)
3.
(13)
4.
(14)
5.
(19)
6.
(23)
7.
(24)
8.
(26)
9.
10. (27)
11. (31)

Pretest
Skor Kategori
53
rendah
53
rendah
62
rendah
54
rendah
62
rendah
54
rendah
54
rendah
62
rendah
53
rendah
56
rendah
59
rendah

Posttest
Skor Kategori
70
sedang
75
sedang
70
sedang
66
sedang
70
sedang
72
sedang
75
sedang
65
sedang
65
sedang
64
sedang
60
rendah

Follow up
Skor
Kategori
72
Sedang
77
Sedang
71
Sedang
67
Sedang
71
Sedang
77
Sedang
66
Sedang
70
Sedang
67
Sedang
65
Sedang
79
Sedang

Berdasarkan hasil klasifikasi

berubah secara optimal ada pula yang

kelompok subjek yang memiliki skor

hanya mengalami sedikit perubahan.

dan kategori kepuasan kerja rendah ke

Pada subjek yang perubahannya tidak

rendah atau rendah ke sedang terdapat

optimal diartikan aspek yang terdapat

11 subjek seperti yang ditunjukkan

pada kepuasan kerja yang terdiri dari:

pada tabel 13. Kenaikan skor tertinggi

pekerjaan itu sendiri, promosi, gaji dan

diperoleh subjek ke. 6, dengan hasil

jaminan sosial, teman sekerja dan

gain score sebesar 22 point, sedangkan

aspek pengawasan atau supervisi belum

kenaikan skor yang paling sedikit

seluruhnya menjadi bagian sikap dan

diperoleh subjek ke 31, dengan hasil

perilaku subjek dalam pekerjaan yang

gain score sebesar 1 point. Hasil ini

dilakukan. Berdasarkan hasil observasi

menggambarkan

diketahui tidak semua individu (peserta

bahwa

perubahan

kepuasan kerja pada subjek penelitian

pelatihan)

sangat bervariasi, terdapat subjek yang

kelompok,

cocok

berada

beberapa

dalam

diantaranya

membutuhkan perhatian dan intervensi

latihan.

individual. Beberapa subjek terlihat

dalam proses pelatihan ada perbedaan-

under estimate terhadap pelatihan yang

perbedaan

penulis lakukan, hal ini ditunjukkan

pelatihan baik dalam latar belakang

oleh adanya sikap negatif, misalnya

pendidikan,

kurang

tidak

motivasi, sehingga hasil yang diterima

bersemangat ketika mengikuti sesi

atau diperoleh peserta satu dengan

berantusias

dan

Menurut Nasution (2003)

perseorangan

pengalaman,

peserta

maupun

peserta lainnya juga berbeda-beda.

Tabel 8.
Kelompok subjek yang memilik skor / kategori
Sedang ke sedang atau sedang ke tinggi

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
19.

Subjek
ke
(2)
(3)
(4)
(5)
(7)
(10)
(11)
(12)
(15)
(16)
(17)
(18)
(20)
(21)
(22)
(28)
(29)
(30)

Pretest
Skor Kategori
74
sedang
68
sedang
78
sedang
70
sedang
68
sedang
74
sedang
68
sedang
70
sedang
74
sedang
67
sedang
65
sedang
65
sedang
69
sedang
75
sedang
68
sedang
67
Sedang
66
Sedang
74
Sedang

Posttest
Skor Kategori
80
tinggi
77
sedang
80
tinggi
77
sedang
77
sedang
84
tinggi
70
sedang
77
sedang
84
tinggi
81
tinggi
79
sedang
77
sedang
82
tinggi
81
tinggi
77
sedang
72
sedang
75
Sedang
84
Tinggi

Berdasarkan hasil klasifikasi

Follow up
Skor
Kategori
81
tinggi
70
sedang
83
tinggi
80
tinggi
78
sedang
81
tinggi
71
sedang
77
sedang
72
sedang
82
tinggi
79
sedang
78
sedang
85
tinggi
82
tinggi
78
sedang
71
Sedang
79
Sedang
82
Tinggi

sedang atau sedang ke tinggi terdapat

kelompok subjek yang memiliki skor

19.

dan kategori kepuasan kerja sedang ke

merupakan

Klasifikasi

pada

kelompok

kategori

ini

terbanyak

dibandingkan dua kelompok klasifikasi

and update the training). Faktor lain

sebelumnya. Kenaikan skor tertinggi

dari segi subjek yang juga berpengaruh

pada subjek ke-15 dan ke-16 yaitu

yaitu latar belakang pendidikan, usia,

sebesar 14 point, sedangkan subjek ke-

pengalaman, maupun motivasi. Sesuai

22 , adalah satu-satunya subjek yang

hasil observasi yang penulis lakukan,

tidak mengalami kenaikan skor. Seperti

memang

yang

sudah

telah

dijelaskan

sebelumnya

bahwa perubahan kepuasan kerja pada
subjek penelitian bervariasi ada yang
berubah secara optimal ada pula yang

pernah

faktor

yang

mempengaruhi efektif tidaknya sebuah

mendapatkan

pelatihan
model

pelatihan kepemimpinan yang hampir
sama, serta dalam salah satu sesi
(misalnya
pelatihan

tidak mengalami perubahan.
Banyak

beberapa peserta

:game)

sejumlah

mengungkapkan

peserta
kurang

tertarik dengan alasan sudah tidak sesuai
dengan tema pekerjaan dan usia peserta
yang sudah tidak muda lagi. Ada pula

program pelatihan.Menurut Goad (Eka,
peserta juga memberikan saran agar

2008) beberapa tahapan yang dapat
pelatihan lebih aplikatif sesuai dengan

mempengaruhi

program

pelatihan
bidang kerja masing-masing subjek.

antara lain : 1) Analisis kebutuhan
Meskipun ada beberapa evaluasi dari

pelatihan
training

(analyze

to

requirements),

pendekatan

pelatihan

determine
2)

Desain

(design

the

training approach), 3) Pengembangan
materi pelatihan (develop the training
materials), 4) Pelaksanaan pelatihan
(conduct the training), dan 5) Evaluasi
dan pemutakhiran pelatihan (evaluate

peserta pelatihan, namun secara umum
proses

pelatihan

dapat

dengan lancar dan efektif.

berlangsung

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan yang telah diuraikan

kerja subjek sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan.
Bagi

penelitia

selanjutnua

sebelumnya, maka dapat disimpulkan

diarankan untuk dapat meningkatkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan

kualitas

kepuasan kerja karyawan sebelum dan

khususnya

setelah

kepuasan kerja. Peneliti menyarankan

pelatihan

transfornasional.

kepemimpinan

Dengan

pelatihan
transformasional
meningkatkan

yang

lebih

lanjut

berkaitan

dengan

demikian

agar peneliti selanjutnya dapat lebih

kepemimpinan

mengontrol ruang lingkup yang lebih

efektif

untuk

luas, menetapkan faktor-faktor lain

kepuasan

kerja

seperti minat terhadap pekerjaan, masa

karyawan Kaur di UMS.
Hasil

penelitian

analisis

kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan
kategorisasi

dan juga jenis kelamin sebagai tolak

diketahui pada saat pretest terdapat 1

ukur dan hipotesis, sehingga hasilnya

subjek yang memiliki kepuasan kerja

lebih cermat dalam menggambarkan

sangat rendah, 11 subjek memiliki

kepuasan kerja karyawan.

kepuasan kerja rendah, dan 19 subjek
memiliki

kepuasan

kerja

sedang.

Selanjutnya pada saat posttest terdapat
1 subjek memiliki kepuasan kerja
rendah, 22 subjek memiliki kepuasan
kerja sedang, dan 8 subjek memiliki
kepuasan kerja tinggi. Terlihat ada
peningkatan yang signfikan kepuasan

DAFTAR PUSTAKA
As’ad, M. 2001. Psikologi Industri.
Yogyakarta: Liberty.
Barbuto, J. E. Jr. (2005). Motivation
and transactional, charismatic, and
transformational leadership: A test
of
antecedents. Journal
of
Leadership and Organizational
Studies, 11 (4), 26-40.
Bass, B.M. 1985. Leadership and
Performance Beyond Expectations.
New York: The Free Press.
Bass, B.M. dan Avolio, B.J. 2000. The
Implication of Transactional and
Transformasional Leadership of
Individual,
Team
and
Organizational
Development.
Binghamtom:
Reseach
in
Organizational
Change
and
Development. USA.
Eka, P. 2008. Mengembangkan Model
Analisis Kebutuhan Pelatihan
Berbasis
Kompetensi
Untuk
Pengembangan SDM di PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang. Laporan
PKP
(Tidak
diterbitkan),
Jogjakarta: Program Magister
Psikologi Profesi UGM.
Erez, A., Misangyi, V. F., Johnson, D.
E., LePine, M. A., & Halverson, K.
C. (2008). Stirringt the hearts of
followers: charismatic leadership
as the transferal of effect. Journal
of Applied Psychology, 93 (3),
602-615.
Heiddjarachman & Husnan, S. 2002.
Managemen
personalia.
Yogyakarta : BPFE.
Heru,
T.
2000.
Pengaruh
Kepemimpinan Transaksional Dan
Tranformasional
Terhadap
Kefektifitasan
Pemimpin,

Kepuasan Bawahan, Dan Upaya
Ekstra Bawahan : Pengujian
Augmentation. Jurnal Akuntansi
dan Manajemen. STIE YKPN
vol.IV.34
Moekijat. 1993. Perencanaan Sumber
Daya Manusia. Bandung : CV.
Mandar Maju.
Nasution, S., 2003. Metode Research
(Penelitian Ilmiah) ed.3. Jakarta:
Bumi Aksara
Priyono, E. 2009. Pengaruh Gaji,
Lingkungan kerja dan Pelatihan
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Tetap Pada PO Rosalia
Indah di Karanganyar. Tesis (tidak
diterbitkan).
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Satria, Y. R., 2005. Hubungan antara
Komitmen Organisasi dan Iklim
Oragnisasi dengan Kepuasan Kerja
Karyawan
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Jurnal
Benefit Vol. 9 No.2
Sulistyanto,
M.
2000.
Teori
Kepemimpinan Visioner: Visioner
Leadership
Theory.
Kognisi
Majalah Ilmiah Psikologi. Vol. 4
No.2 Hal. 29-35. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Tim Lembaga Penelitian UMS. 2003.
Tingkat Kepuasan Mahasiswa
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta Tahun 2003. Laporan
Penelitian.
Lemlit
UMS,
Surakarta.

Dokumen yang terkait

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 8 13

Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening pada Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja sebagai Variabel Interven

0 2 22

PENGARUH PELATIHAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI Pengaruh Pelatihan Kepemimpinan Transformasional Untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja Karyawan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 15

PENDAHULUAN Pengaruh Pelatihan Kepemimpinan Transformasional Untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja Karyawan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 12

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Pelatihan Kepemimpinan Transformasional Untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja Karyawan Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 4

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN.

0 0 8

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA CV. MANGGALA JATI KLATEN.

0 1 15

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kepuasan Kerja Karyawan dan Efektivitas Kepemimpinan.

0 5 22

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM PENINGKATAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

0 0 10

PELATIHAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA PARA KONSULTAN

0 0 9