RANCANGAN DAN PERHITUNGAN STRUKTUR BALOK DAN PELAT LANTAI PADA BANGUNAN RUKO 4 LANTAI.

(1)

TUGAS AKHIR

RANCANGAN DAN PERHITUNGAN STRUKTUR BALOK DAN

PELAT LANTAI PADA BANGUNAN RUKO 4 LANTAI

Karya Tulis Ini Adalah Salah Satu Persyaratan

Untuk Memenuhi Gelar Ahli Madya

Bidang Teknik Sipil

OLEH :

SEPTIA EDI PRATAMA NAINGGOLAN

509210033

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK SIPIL

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013


(2)

(3)

.i

&&effi*&

Pg&$K?a3'sqteH

TilS#

Aeir

gsi $Aq$&@ *ge-

q@e ffi{

&m:ma Naiaggolaa Nim. 509210033

Juniw

Pendidikss Tekmik Bengwmq Pr+gre Studi

Tebik

Sipil D-3

F'ei€u6t*s T*le*ik timivmims Neger& &rg€den

Telch$iwe*Sslg Untuk

Memp*mleh S*lar Atoli tufedy* Bide&g

Tekik

Sipil

!

Dewa Fembim&lxg ?eages Ak]rir

$u**Fe.e.$,T.. A,{.T.

Itffr"

lg?slffi?

2S0S1?

t

0t g

M*da*,€?Janr:*si 3S13

t


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmatNya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan baik. Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persayaratan ujian akhir pada Program Studi D-3 Teknik Sipil Universitas Negeri Medan. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “RANCANGAN DAN PERHITUNGAN STRUKTUR BALOK DAN PELAT LANTAI PADA

BANGUNAN RUKO 4 LANTAI”.

Selama penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat nasehat, bimbingan, arahan, kritik, dan saran serta bantuan baik dalam bentuk moril maupun material dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Terima kasih kepada Orang tua saya Ayahanda H. Khairullah Nainggolan yang sangat kusayang dan kucintai Ibunda Sutyem yang telah memberikan doa, nasehat, motivasi serta dorongan terlebih materi, agar penulis kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.

2. Bapak Sutrisno, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan waktu, tenaga, pikiran, ide, nasehat, bimbingan kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan baik.

3. Bapak Drs. Juanda Sianipar, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan.


(5)

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid K, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Drs. Asri Lubis, S.T., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

6. Ibu Syafiatun Siregar, S.T., M.T., sebagai Ketua Program Studi Teknik Sipil D-3 Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

7. Bapak / Ibu Pegawai Administrasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

8. Bapak Otong Acim, selaku pembimbing praktikum dilapangan pada pembangunan Bank OCBC NISP Medan. Terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan yang sangat berharga bagi penulis.

9. Bapak Djoko Indra Lesmana, selaku Atasan dalam Bekerja di bidang jasa konsultan dan kontruksi bangunan telah banyak memberikan motivasi, dorongan dan semangat kepada penulis.

10.Seluruh keluargaku yang tersayang yang telah banyak memberikan motivasi, semangat, dan doa’nya.

11.Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Prodi D-3 Teknik Sipil“ Angkatan 2009” tanpa terkecuali, yang telah banyak memberikan masukan, dorongan dan Informasi sampai penyempurnaan Tugas Akhir ini


(6)

Penulisan Tugas Akhir ini masih belum sempurna, masih banyak terdapat

kekurangan baik dari segi isi maupun dari segi penulisan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, masukan-masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini akan diterima dengan tangan terbuka sehingga bermanfaat bagi pembaca dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, mudah-mudahan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi perkembangan pedidikan khususnya Program Studi D-3 Teknik Sipil Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. Semoga Allah SWT selalu memberkati kita senantiasa.

Medan, Januari 2013 Penulis,

SEPTIA EDI PRATAMA NAINGGOLAN NIM. 509210033


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR SIMBOL ... xviii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Batasan masalah ... 4

1.4 Rumusan masalah ... 4

1.5 Tujuan ... 5

1.6 Manfaat ... 5

1.7 Metode penulisan ... 6

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1 Umum ... 7


(8)

2.1.1 Hubungan Balok ... 7

2.1.2 Perencanaan Dimensi Balok dan Pelat ... 8

2.1.3 Syarat Lendutan Pelat dan Balok Sebagai Struktur Monolit .... 9

2.1.4 Persyaratan Kekuatan ... 12

2.1.5 Faktor Reduksi Kekuatan... 13

2.1.6 Penutup Beton Tulangan ... 13

2.1.7 Persentase Tulangan Minimum ... 15

2.1.8 Perhitungan Perencanaan ... 15

2.2 Penyaluran Pembebanan Pelat ke Balok ... 16

2.3 Pelat ... 18

2.3.1 Pengertian Pelat ... 18

2.3.2 Pelat Satu Arah ... 19

2.3.3 Pelat Dua Arah ... 22

2.4 Balok ... 26

2.4.1 Pengertian Balok ... 26

2.4.2 Balok T ... 29

2.4.3 Perencanaan Tulangan Longitudinal Balok T ... 30

2.4.4 Perencanaan Tulangan Geser Balok T... 32

BAB III : METODOLOGI 3.1 Pemodelan dan Analisis Struktur Menggunakan Bantuan Software SAP 2000 ... 37


(9)

BAB IV : ANALISIS STRUKTUR BALOK DAN PELAT

4.1 Data Umum ... 42

4.2 Analisa Pelat... 43

4.2.1 Analisa Tebal Pelat Lantai ... 43

4.2.2 Perhitungan Pembebanan Pelat ... 46

4.2.2.a Data ... 46

4.2.2.b Pembebanan Pelat Atap ... 47

4.2.2.c Pembebanan Pelat Lantai 3 dan 2 ... 47

4.3 Penyaluran Pembebanan Pelat ke Balok ... 48

4.3.1 Data Gambar Penyaluran Pembebanan ... 48

4.3.2 Penyaluran Beban Mati (WD) ... 48

4.3.3 Penyaluran Beban Hidup (WL) ... 49

4.3.4 Konversi Beban Segitiga ke Beban Persegi Pada Portal ... 49

4.3.5 Perhitungan Beban Angin ... 50

4.3.6 Total Beban Angin ... 51

4.3.7 Perhitungan Beban Terpusat ... 51

4.3.8 Total Beban Terpusat... 52

4.3.9 Penyebaran Beban Merata,Terpusat, dan Angin Kedalam Portal 52 4.4 Analisa Struktur Untuk Mendapatkan hasil Gaya-gaya M,D,N pada Struktur yang Dituju, Digunakan Alat Bantu Software SAP 2000 ... 53

4.5 Perencanaan Tulangan ... 54


(10)

4.5.1.a Perencanaan Tulangan Pelat Lantai Atap ... 54

4.5.1.b Perencanaan Tulangan Pelat Lantai 3 dan 2 ... 60

4.5.2 Perencanaan Tulangan Longitudinal Balok ... 62

4.5.2.a Perencanaan Tulangan Longitudinal Balok Lantai Atap ... 62

4.5.2.b Perencanaan Tulangan Longitudinal Balok Lantai 3 . 64 4.5.2.c Perencanaan Tulangan Longitudinal Balok Lantai 2 . 65 4.5.3 Perencanaan Tulangan Geser Balok ... 66

4.5.3.a Perencanaan Tulangan Geser Balok Lantai Atap ... 66

4.5.3.b Perencanaan Tulangan Geser Balok Lantai 3 ... 69

4.5.3.c Perencanaan Tulangan Geser Balok Lantai 2 ... 70

4.6 Penerapan Hasil Analisa Kedalam Gambar Teknik ... 71

4.6.1 Penulangan Pelat ... 71

4.6.1.a Penulangan Pelat Lantai Atap... 71

4.6.1.b Penulangan Pelat Lantai 3 ... 72

4.6.1.c Penulangan Pelat Lantai 2 ... 73

4.6.2 Penulangan Balok ... 74

4.6.2.a Penulangan balok Lantai Atap ... 74

4.6.2.b Penulangan balok Lantai 3 ... 76

4.6.2.c Penulangan balok Lantai 2 ... 78

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 80


(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN

Gambar Perencanaan Bangunan Ruko 4 Lantai Data Input SAP 2000

Data Output SAP 2000 Gambar Gaya-gaya M, D, N Kartu Asistensi Tugas Akhir

Surat Permohonan Judul dan Pembimbing Tugas Akhir Surat Penugasan Dosen Pembimbing.


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tebal minimum h ... 9

Tabel 2.2 Tebal minimum penutup beton pada tulangan terluar ... 14

Tabel 2.3 Tulangan minimum ρ min yang diisyaratkan ... 15

Tabel 2.4 Momen yang menentukan per meter lebar pada pelat dua arah .... 24

Tabel 4.1 Hasil momen dan gaya lintang... 53

Tabel 4.2 Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 1 lantai atap ... 57

Tabel 4.3 Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 2 skema II ... 59

Tabel 4.4 Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 1 lantai 3 dan 2 ... 60

Tabel 4.5 Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 2 skema II ... 61

Tabel 4.6 Hasil analisis tulangan longitudinal pada balok lantai atap... 64

Tabel 4.7 Hasil analisis tulangan longitudinal pada balok lantai 3 ... 65

Tabel 4.8 Hasil analisis tulangan longitudinal pada balok lantai 2 ... 66

Tabel 4.9 Hasil analisis tulangan geser pada balok lantai atap ... 68

Tabel 4.10 Lanjutan hasil analisis tulangan geser pada balok lantai atap ... 68

Tabel 4.11 Hasil analisis tulangan geser pada balok lantai 3 ... 69

Tabel 4.12 Lanjutan hasil analisis tulangan geser pada balok lantai 3 ... 69

Tabel 4.13 Hasil analisis tulangan geser pada balok lantai 2... 70


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan antara h, d, dan p (penutup beton) ... 13

Gambar 2.2 Sketsa denah pelat dan balok pada bangunan ... 16

Gambar 2.3 Sketsa titik beban angin pada bangunan... 17

Gambar 2.4 Pelat satu arah ... 19

Gambar 2.5 Diagram alir untuk menghitung tulangan pada pelat 1 dan 2 arah 20 Gambar 2.6 Pelat dua arah ... 22

Gambar 2.7 Jenis balok berdasarkan bentuk ... 27

Gambar 2.8 Balok induk dan balok Anak ... 27

Gambar 2.9 Diagram regangan dan tegangan ... 28

Gambar 2.10 Diagram regangan dan tegangan beton ... 28

Gambar 2.11 Diagram regangan dan tegangan baja ... 28

Gambar 2.12 Diagram alir untuk menghitung tulangan longitudinal pada balok 30 Gambar 2.13 Potongan Balok T dan L ... 31

Gambar 2.14 Kerusakan tipikal akibat tarik diagonal ... 33

Gambar 2.15 Diagram alir untuk menghitung tulangan geser pada balok ... 34

Gambar 2.16 Penampang isometrik susunan sengkang ... 36

Gambar 4.1 Daerah pelat yang ditinjau ... 43

Gambar 4.2 Lebar mamfaat ... 44

Gambar 4.3 Titik pusat berat pada balok T ... 44

Gambar 4.4 Momen inersia pada balok T ... 45

Gambar 4.5 Sketsa penyebaran beban pada balok lantai atap ... 48

Gambar 4.6 Sketsa penyebaran beban pada balok lantai 3 dan 2 ... 48


(14)

Gambar 4.8 Hasil penyebaran beban merata dan beban terpusat ... 52

Gambar 4.9 Potongan pelat lantai atap ... 54

Gambar 4.10 Analisa tulangan lantai atap berdasarkan kasus ... 55

Gambar 4.11 Potongan pelat lantai 3 ... 60

Gambar 4.12 Analisa tulangan lantai 3 berdasarkan kasus ... 60

Gambar 4.13 Potongan balok T dan balok L pada lantai atap ... 62

Gambar 4.14 Bidang momen lantai atap ... 62

Gambar 4.15 Potongan balok T dan balok L pada lantai 3 ... 64

Gambar 4.16 Bidang momen lantai 3... 64

Gambar 4.17 Potongan balok T dan balok L pada lantai 2 ... 65

Gambar 4.18 Bidang momen lantai 2... 65

Gambar 4.19 Bidang gaya lintang lantai atap ... 66

Gambar 4.20 Daerah panjang daerah S ... 68

Gambar 4.21 Bidang gaya lintang lantai 3 ... 69

Gambar 4.22 Daerah panjang daerah S ... 69

Gambar 4.23 Bidang gaya lintang lantai 2 ... 70

Gambar 4.24 Daerah panjang daerah S ... 70

Gambar 4.25 Penulangan Pelat Lantai Atap ... 71

Gambar 4.26 Penulangan Pelat Lantai 3 ... 72

Gambar 4.27 Penulangan Pelat Lantai 2 ... 73

Gambar 4.28 Penulangan balok Lantai Atap ... 74

Gambar 4.29 Skema penulangan balok Lantai Atap ... 75

Gambar 4.30 Penulangan balok Lantai 3 ... 76


(15)

Gambar 4.32 Penulangan balok Lantai 2 ... 78 Gambar 4.33 Skema penulangan balok Lantai 2 ... 79


(16)

DAFTAR SIMBOL

As = Luas tulangan tarik non-prategangan (mm2) A1 = Luas penampang pada daerah pelat (mm2) A2 = Luas penampang pada daerah balok (mm2)

b = Lebar bagian flens efektif penampang balok T (mm) be = Lebar mamfaat penampang balok T (mm)

bw = Lebar badan balok (mm)

D = Diameter baja tulangan ulir (mm) DL = Beban mati merata (ton/m)

d = Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik (mm) Ec = Modulus elastisitas beton (MPa)

Ecb = Modulus elastisitas balok beton (MPa) Ecs = Modulus elastisitas pelat beton (MPa) Es = Modulus elastisitas baja tulangan (MPa) f’c = Kuat tekan beton atau mutu beton (MPa)

fy = Tegangan luluh baja tulangan yang diisyaratkan (MPa) h = Tebal atau tinggi total balok (mm)

hf = Tebal efektif pelat (mm)

hmaks= Tebal efektif pelat maksimum (mm)

hmin = Tebal efektif pelat minimum (mm)

I = Momen inersia penampang yang menahan beban luar terfaktor (mm4) Ib = Momen inersia terhadap sumbu titik pusat penampang bruto balok (mm4)


(17)

L = Panjang bentang balok atau pelat dari as ke as tumpuan (mm) LL = Beban hidup merat (ton/m)

Ly = Panjang bentang balok atau pelat terpanjang dari as ke as tumpuan (mm)

Lx = Panjang bentang balok atau pelat terpendek dari as ke as tumpuan (mm)

l = Panjang bentang balok atau pelat searah dengan penulangan yang ditinjau, proyeksi bersih struktur kantilever (mm)

ln = Bentang bersih untuk momen positif atau geser dan rata-rata bentang bersih yang bersebelahan untuk momen negative, atau panjang bentang bersih dalam arah momen yang dihitung diukur dari muka ke muka tumpuan (mm) MU = Momen ultimate (ton.m)

P = Penutup beton atau selimut beton (mm) Pw = Beban terpusat angin

Pt = Beban terpusat

Q = Beban merata dalam bentuk segitiga atau trapezium (ton/m) q = Beban merata dalam bentuk persegi (ton/m)

S = Spasi tulangan geser atau torsi kearah parallel dengan tulangan longitudinal (mm)

U = Kuat perlu untuk menahan beban yang telah dikalikan dengan faktor beban atau momen dan gaya yang berhubungan dengannya.

Vc = Kuat geser nominal yang disumbangkan beton.

Vs = Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser.

Vu = Gaya geser terfaktor pada penampang.

w = Beban angin, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya (ton/m2)


(18)

Wu = Beban ultimate (ton/m2) W = Berat sendiri (ton) WD = Beban mati ((ton/m2)

WL = Beban hidup (ton/m2)

X = Jarak titik pusat berat arah x (mm) Y = Jarak titik pusat berat arah y (mm)

α = rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap kekakuan pelat, dengan lebar yang dibatasi secara lateral oleh garis sumbu panel yang bersebelahan (bila ada) pada setiap sisi balok, atau sudut antara sengkang miring dan sumbu longitudinal komponen struktur.

αm = Nilai rata-rata α untuk semua balok pada sisi tepi suatu panel.

β = Rasio bentang bersih arah memanjang terhadap arah melebar pelat dua arah Ø = Diameter baja tulangan Polos

ρ = Rasio penulangan tarik non-prategangan.

ρanl = Rasio penulangan analisa tarik non-prategangan.

ρb = Rasio penulangan pada keadaan seimbang regangan.

ρmin = Rasio penulangan maksimum tarik non-prategangan.

ρmin = Rasio penulangan minimum tarik non-prategangan.

ø = Faktor reduksi kekuatan

σc = Tegangan beton


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, metode perencanaan kekuatan baru diperkenalkan dalam PBI 1971 dan dipakai sebagai metode alternative disamping metode tegangan kerja yang masih juga dipertahankan. Proses perubahan dari pengembangannya di Indonesia terasa sangat lambat. Anggapan-anggapan yang dipakai sebagai dasar untuk metode kekuatan (ultimit) pada dasarnya mirip dengan yang digunakan untuk metode tegangan kerja. Perbedaannya terletak pada kenyataan yang didapat dari berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tegangan beton kira-kira sebanding dengan regangannya hanya sampai pada tingkat pembebanan tertentu. (Dipohusodo, Istimawan, 1999:25).

Peraturan yang digunakan pada perencanaan ini menggunakan peraturan SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1991 tentang Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-1726-2002 tentang Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Pada akhirnya dari penyusunan tugas akhir ini penulis mengharapkan dapat merencanakan suatu struktur beton bertulang yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi bangunan tersebut.

Suatu kontruksi gedung terdiri dari beberapa elemen struktur yaitu elemen struktur pondasi, elemen struktur kolom, elemen struktur balok dan elemen struktur pelat dan sebagainya. Setiap elemen struktur tersebut mempunyai fungsi tersendiri dan memikul beban yang berbeda-beda yang bekerja sesuai dengan arah beban tetapi akibat adanya hubungan saling mempengaruhi maka kontruksi berdiri kokoh.


(20)

Kekokohan atau kekuatan gedung, terutama gedung yang terbuat dari beton bertulang ditentukan oleh perhitungan dan perencanaan yang akurat dan teliti terutama dalam merencanakan dan menentukan diameter tulangan yang dipergunakan. Tulangan sangat diperlukan sesuai sifatnya, beton sangat lemah terhadap gaya tarik tetapi kuat terhadap tekan sebaliknya juga tulangan, kuat terhatap gaya tarik tetapi lemah terhadap tekan sehingga untuk menutupi segala kekurangan itu, maka digabungkanlah kedua bahan tersebut menjadi satu kesatuan menjadi beton bertulang.

Balok sebagai salah satu struktur bangunan sangat perlu dilakukannya perencanaan. Adapun perencanaan balok diantaranya menentukan dimensi balok, menentukan diameter tulangan, jumlah tulangan longitudinal, menentukan tulangan gesernya serta bagaimana cara pemasangan yang baik dilapangan. Apabila penampang balok beton bertulang yang dipasang dan digunakan mengandung jumlah tulangan baja lebih banyak dari yang diperlukan akan terjadi keruntuhan dengan beton hancur secara mendadak tanpa diawali dengan gejalah-gejalah peringatan dahulu karena beton mengalami regangan terlebih dahulu melebihi regangan tulangan, begitu pun apabila tulangan yang dipasang dan digunakan terlalu sedikit akan terjadi akan terjadi lenturan dan akan mengalami kegagalan struktur bahkan akan roboh. Maka dari itu sangatlah perlu dilakukannya perencanaan agar balok yang direncanakan akan praktis dan efisien dari segi kekuatan dan dan biaya karena besar-kecilnya balok maupun banyak-sedikitnya tulangan yang digunakan akan mempengarui biaya yang digunakan.


(21)

Pelat yang sering didengar sebagai lantai pada gedung bertingkat yang juga termasuk menggunakan beton bertulang juga sangat perlu perencanaan yang teliti dan baik, karena tebal pelat yang akan dipasang sangat berpengaruh dengan besar dan jarak tulangan baja yang dipakai. Apabila tidak menentukan tebal pelat yang efisien bahkan ketebalan pelat itu berlebihan, akan menimbulkan momen yang besar dan akan berpengaruh terhadap struktur balok, kolom dan pondasi, sehingga sangatlah perlu direncanakan agar tidak mengalami pemborosan perencanaan karena diakibatkan tebal pelat yang direncanakan tidak sesuai dengan beban yang akan terjadi dan beban yang akan ditumpu oleh pelat tersebut..

Pentingnya menghitung pembesian pada struktur balok dan pelat dengan cara memperkuat dengan batang tulangan baja pada daerah dimana tegangan tarik bekerja akan didapat apa yang dinamakan struktur beton bertulang. Apabila dirancang dan dilaksanakan dengan cara yang seksama struktur beton bertulang dengan susunan bahan tersebut diatas akan memberikan kemampuan yang dapat diandalkan untuk melawan lenturan. Untuk itu setiap kontruksi gedung harus direncanakan terlebih dahulu.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang ditinjau berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana merencanakan tebal pelat atap dan lantai ? 2. Bagaimana menghitung pembebanan pada pelat ? 3. Bagaimana penyaluran pembebanan pelat ke balok ? 4. Bagaimana merencanakan tulangan pelat atap dan lantai? 5. Bagaimana merencanakan penampang balok?


(22)

6. Bagaimana menghitung pembebanan pada balok?

7. Bagaimana merencanakan tulangan longitudinal dan geser pada balok? 8. Bagaimana software yang digunakan untuk pemodelan dan analisa

struktur?

9. Bagaimana menuangkan hasil perencanaan dan perhitungan dalam bentuk gambar teknik?

1.3 Batasan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, dalam kajian ini penulis membatasi masalah hanya pada :

1. Bagaimana merencanakan dimensi tebal pelat atap dan lantai? 2. Bagaimana merencanakan tulangan pelat atap dan lantai? 3. Bagaimana merencanakan dimensi balok?

4. Bagaimana merencanakan tulangan longitudinal dan geser pada balok? 5. Pemodelan dan analisis struktur dengan menggunakan bantuan software

SAP 2000?

6. Bagaimana perencanaan analisis yang menggunakan peraturan SNI beton bertulang?

1.4 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan batasan masalah di atas, dalam kajian ini penulis merumuskan masalah hanya pada :

1. Bagaimana merencanakan dimensi tebal pelat atap dan lantai? 2. Bagaimana merencanakan tulangan pelat atap dan lantai? 3. Bagaimana merencanakan dimensi balok?


(23)

5. Pemodelan dan analisis struktur dengan menggunakan bantuan software SAP 2000?

6. Bagaimana perencanaan analisis yang menggunakan peraturan SNI beton bertulang?

1.5 Tujuan

Adapun tujuan dari Rancangan dan Perhitungan Struktur Balok dan Pelat Lantai pada Bangunan Ruko 4 Lantai adalah :

1. Mendapatkan dimensi tebal pelat atap dan lantai. 2. Mendapatkan tulangan pelat yang dipakai. 3. Mendapatkan dimensi balok.

4. Mendapatakan tulangan longitudinal dan geser pada balok 1.6 Manfaat

Manfaat dari Rancangan dan Perhitungan Struktur Balok dan Pelat Lantai pada Bangunan Ruko 4 Lantai adalah :

1. Dapat merencanakan suatu struktur beton bertulang yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi bangunan tersebut.

2. Dapat dipergunakan sebagai referensi bagi pembaca dalam perencanaan struktur beton bertulang.

3. Mampu menerapkan hasil analisis perhitungan pada pelaksanaan didunia perencanaan yaitu dunia kerja.


(24)

1.7 Metode Penulisan

Metode penulisan dari Rancangan dan Perhitungan Struktur Balok dan Pelat Lantai pada Bangunan Ruko 4 Lantai adalah :

1. Mengumpulkan data dalam perncanaan bangunan ruko.

2. Studi perpustakaan yaitu mengumpulkan informasi-informasi atau materi-materi yang berhubungan dengan judul tugas akhir ini dari berbagai sumber seperti buku, internet dan jurnal.


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil rancangan dan analisis struktur balok dan pelat, penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

a. Dimensi tebal pelat atap adalah 110mm, tebal pelat lantai 3 adalah 126mm, dan tebal pelat lantai 2 adalah 126mm

b. Tulangan pelat yang dipakai pada pelat atap adalah Ø8-100mm pada

tumpuan, dan Ø8-200mm pada lapangan. Tulangan pada pelat lantai 2 dan 3 adalah Ø8-60mm pada tumpuan, dan Ø8-120mm pada lapangan

c. Dimensi balok pada lantai atap adalah tinggi balok (h) 380mm, dan lebar balok (bw) 250mm. Dimensi balok pada lantai 3 adalah tinggi balok (h)

380mm, dan lebar balok (bw) 250mm. Dimensi balok pada lantai 2 adalah

tinggi balok (h) 380mm, dan lebar balok (bw) 250mm

d. Pada lantai atap didapat tulangan longitudinal 5Ø16mm, dan tulangan geser Ø8-70mm. Pada lantai 3 dan 2 didapat tulangan longitudinal 7Ø16, dan tulangan geser Ø8-60mm.


(26)

5.2Saran

Ada beberapa hal yang dapat penulis sampaikan sebagai saran yaitu sebagai berikut:

a. Dalam menentukan pra desain Pelat, harus mengetahui tebal minimum dan lendutan yang terjadi dimana diakibatkan oleh bentang bangunannya.

b. Apabila ketebalan pelat terlalu tebal dan diameter tulangan terlalu besar, serta jarak tulangan yang sangat rapat, maka perlu perencanaan ulang dengan menambahkan struktur balok anak.

c. Sama seperti pada pelat, dalam menentukan pra desain balok, juga harus mengetahui tebal minimum dan lendutan yang terjadi.

d. Besar-kecilnya dimensi balok sangat mempengarui besar tulangan yang dipakai, sehingga sangat pentingnya dilakukan analisis yang cermat agar dapat menggunakan dimensi balok dan tulangan secara efisien.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Dipohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Metode-metode Pekerjaan Struktur. From

http://www.scribd.com/doc/64462074/25/Metode-Metode-Pekerjaan-Struktur, 09 Maret 2012

RSNI3, 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung Sagel, R., P.Kole, Gideon H Kusuma. 1997. Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta:

Penerbit ERLANGGA

Sagel, R., P.Kole, Gideon H Kusuma. 1997. Dasar-dasar Perencanaan beton bertulang. Jakarta: Penerbit ERLANGGA


(1)

6. Bagaimana menghitung pembebanan pada balok?

7. Bagaimana merencanakan tulangan longitudinal dan geser pada balok? 8. Bagaimana software yang digunakan untuk pemodelan dan analisa

struktur?

9. Bagaimana menuangkan hasil perencanaan dan perhitungan dalam bentuk gambar teknik?

1.3 Batasan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, dalam kajian ini penulis membatasi masalah hanya pada :

1. Bagaimana merencanakan dimensi tebal pelat atap dan lantai? 2. Bagaimana merencanakan tulangan pelat atap dan lantai? 3. Bagaimana merencanakan dimensi balok?

4. Bagaimana merencanakan tulangan longitudinal dan geser pada balok? 5. Pemodelan dan analisis struktur dengan menggunakan bantuan software

SAP 2000?

6. Bagaimana perencanaan analisis yang menggunakan peraturan SNI beton bertulang?

1.4 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan batasan masalah di atas, dalam kajian ini penulis merumuskan masalah hanya pada :

1. Bagaimana merencanakan dimensi tebal pelat atap dan lantai? 2. Bagaimana merencanakan tulangan pelat atap dan lantai? 3. Bagaimana merencanakan dimensi balok?


(2)

5. Pemodelan dan analisis struktur dengan menggunakan bantuan software SAP 2000?

6. Bagaimana perencanaan analisis yang menggunakan peraturan SNI beton bertulang?

1.5 Tujuan

Adapun tujuan dari Rancangan dan Perhitungan Struktur Balok dan Pelat Lantai pada Bangunan Ruko 4 Lantai adalah :

1. Mendapatkan dimensi tebal pelat atap dan lantai. 2. Mendapatkan tulangan pelat yang dipakai. 3. Mendapatkan dimensi balok.

4. Mendapatakan tulangan longitudinal dan geser pada balok 1.6 Manfaat

Manfaat dari Rancangan dan Perhitungan Struktur Balok dan Pelat Lantai pada Bangunan Ruko 4 Lantai adalah :

1. Dapat merencanakan suatu struktur beton bertulang yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi bangunan tersebut.

2. Dapat dipergunakan sebagai referensi bagi pembaca dalam perencanaan struktur beton bertulang.

3. Mampu menerapkan hasil analisis perhitungan pada pelaksanaan didunia perencanaan yaitu dunia kerja.


(3)

1.7 Metode Penulisan

Metode penulisan dari Rancangan dan Perhitungan Struktur Balok dan Pelat Lantai pada Bangunan Ruko 4 Lantai adalah :

1. Mengumpulkan data dalam perncanaan bangunan ruko.

2. Studi perpustakaan yaitu mengumpulkan informasi-informasi atau materi-materi yang berhubungan dengan judul tugas akhir ini dari berbagai sumber seperti buku, internet dan jurnal.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil rancangan dan analisis struktur balok dan pelat, penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

a. Dimensi tebal pelat atap adalah 110mm, tebal pelat lantai 3 adalah 126mm, dan tebal pelat lantai 2 adalah 126mm

b. Tulangan pelat yang dipakai pada pelat atap adalah Ø8-100mm pada

tumpuan, dan Ø8-200mm pada lapangan. Tulangan pada pelat lantai 2 dan 3 adalah Ø8-60mm pada tumpuan, dan Ø8-120mm pada lapangan

c. Dimensi balok pada lantai atap adalah tinggi balok (h) 380mm, dan lebar balok (bw) 250mm. Dimensi balok pada lantai 3 adalah tinggi balok (h) 380mm, dan lebar balok (bw) 250mm. Dimensi balok pada lantai 2 adalah tinggi balok (h) 380mm, dan lebar balok (bw) 250mm

d. Pada lantai atap didapat tulangan longitudinal 5Ø16mm, dan tulangan geser Ø8-70mm. Pada lantai 3 dan 2 didapat tulangan longitudinal 7Ø16, dan tulangan geser Ø8-60mm.


(5)

5.2Saran

Ada beberapa hal yang dapat penulis sampaikan sebagai saran yaitu sebagai berikut:

a. Dalam menentukan pra desain Pelat, harus mengetahui tebal minimum dan lendutan yang terjadi dimana diakibatkan oleh bentang bangunannya.

b. Apabila ketebalan pelat terlalu tebal dan diameter tulangan terlalu besar, serta jarak tulangan yang sangat rapat, maka perlu perencanaan ulang dengan menambahkan struktur balok anak.

c. Sama seperti pada pelat, dalam menentukan pra desain balok, juga harus mengetahui tebal minimum dan lendutan yang terjadi.

d. Besar-kecilnya dimensi balok sangat mempengarui besar tulangan yang dipakai, sehingga sangat pentingnya dilakukan analisis yang cermat agar dapat menggunakan dimensi balok dan tulangan secara efisien.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dipohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Metode-metode Pekerjaan Struktur. From

http://www.scribd.com/doc/64462074/25/Metode-Metode-Pekerjaan-Struktur, 09 Maret 2012

RSNI3, 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

Sagel, R., P.Kole, Gideon H Kusuma. 1997. Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta: Penerbit ERLANGGA

Sagel, R., P.Kole, Gideon H Kusuma. 1997. Dasar-dasar Perencanaan beton