PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD DI KELAS VIII SMP SWASTA PAB 3 SAENTIS T.A. 2013/2014.

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN
TIPE STAD DI KELAS VIII SMP SWASTA
PAB 3 SAENTIS T.A. 2013/2014

Oleh :
Suriani
NIM. 409411050
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013


iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ” Perbedaan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan Tipe STAD Pada Materi Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis T.A.
2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.
Dr.Sahat Saragih, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan pada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd., Ibu Dr.
Izwita Dewi, M.Pd., dan Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd, selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang selama
ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu
Hajar Damanik, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf
pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA,
Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry,
M.Si selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si
selaku sekretaris jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai
Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Ponimin dan Ibunda Katmini yang terus memberikan motivasi dan doa demi
keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini, juga kepada abangku Agus
Purwadi Dan Waris Pranoto serta kakak-kakakku Sariseh, Ngatini, Miseni,

v

Lembah Lestari, dan Anita. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs. Adi Wiharto, SE.MM, selaku Kepala SMP Swasta PAB 3 Saentis, Bapak
Gatot Subroto, S.Pd selaku wakil kepala sekolah dan Ibu Sri Rahayu selaku guru
bidang studi matematika di SMP Swasta PAB 3 Saentis, serta para staf pegawai di

SMP Swata PAB 3 Saentis yang telah banyak membantu penulis selama
penelitian.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat
terbaik penulis (Imam Prayogo, Mujianto, Fitria Kalsum, Vira Wirdani), kawankawan seperjuangan (Selly, Bibi, Siti Khadijah, Nurhasenah, Nafitry, Laila,
Aisyah, Oky, Neny, Ridu, Amri, Risky, Winda) beserta teman-teman lainnya di
jurusan matematika khususnya kelas DIK B’09 yang telah banyak membantu
penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan
bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi
maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan,
Penulis,

Suriani
NIM. 409411050


2013

vi

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Persetujuan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.

1.5.
1.6.
1.7.
BAB II
2.1.
2.1.1.
2.1.2.
2.1.3.
2.1.4.
2.1.5.
2.1.5.1.
2.1.5.2
2.1.5.3
2.1.5.4
2.1.5.5
2.1.5.6

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Identifikasi Masalah

Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Definisi Operasional

TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teoritis
Masalah Dalam Matematika.
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Pengertian Belajar
Belajar Matematika
Model Pembelajaran
Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Think Pair Share
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model TPS
Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Student Team Achievement Division (STAD)

2.1.6
Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
2.1.6.1 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
2.1.6.1.1 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
2.1.7
Penelitian yang Relevan
2.1.8
Kerangka Konseptual
2.1.9
Hipotesis Penelitian

i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x


1
8
9
9
9
9
10

12
12
13
16
18
20
21
23
25
26
28
29

30
30
30
38
39
42

vii

BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.
Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi
3.2.2. Sampel
3.3.
Variabel Penelitian
3.4.
Jenis Penelitian

3.5.
Desain Penelitian
3.6.
Prosedur Penelitian
3.7.
Instrumen Pengumpulan Data
3.7.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
3.8.
Teknik Analisis Data
3.8.1. Kemampuan Pemecahan Masalah
3.8.1.1. Menghitung Rata-rata Skor
3.8.1.2. Menghitung Standard Deviasi
3.8.1.3 Uji Normalitas
3.8.1.4. Uji Homogenitas
3.8.1.5. Uji Hipotesis

43
43
43
43

43
44
44
45
47
47
50
50
50
50
50
51
52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Nilai Postest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
4.1.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah
4.2.
Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1. Uji Normalitas Data
4.2.2. Uji Homogenitas Data
4.2.3. Pengujian Hipotesis
4.3.
Pembahasan Hasil Penelitian

54
54
55
56
56
57
58
58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
5.2.
Saran

61
61

DAFTAR PUSTAKA

62

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2. Langkah-langkah Penyelenggaraan Model Diskusi
Think-Pair-Share
Tabel 2.3. Fase-fasePembelajaranKooperatif Tipe STAD
Tabel 3.1. Desain Penelitian Randomized Control Group Only
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Tabel 3.3 Penentuan Ketuntasan Pemecahan Masalah Secara Individu
Tabel 4.1 Data hasil tes siswa kelas eksperimen I dan eksperimen II
Tabel 4.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Kategori Pemecahan Masalah pada Kelas Eksperimen I
Tabel 4.3. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Kategori Pemecahan Masalah pada Kelas Eksperimen II
Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan
Masalah Model Pembelajaran Tipe TPS dan STAD
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas

Halaman
22
27
28
45
48
49
54
55
56
56
57

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 3.1

Lembar Jawaban Salah Satu Siswa
Kedua persamaan
Garis sejajar
Garis Berhimpit
Skema Prosedur Penelitian

Halaman
4
31
33
34
46

x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17

Lampiran 18.
Lampiran 19

Lampiran 20.

Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Lampiran 24.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS II
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD II
Lembar Aktivitas Siswa- I (LAS I)
Alternatif Jawaban LAS- I
Lembar Aktivitas Siswa- II (LASI I)
Alternatif Jawaban LAS- II
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Soal Post-Test
Alternatif Jawaban Soal Post-test
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I
Penentuan Persentase Kemampuan Siswa Memecahkan
Masalah Untuk Setiap Kategori I, II, III, dan IV
Pada post-test Kelas Eksperimen II
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen II
Penentuan Persentase Kemampuan Siswa Memecahkan
Masalah Untuk Setiap Kategori I, II, III, dan IV
Pada post-test Kelas Eksperimen II
Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan
Baku Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa
Perhitungan Uji Normalitas data tes kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa
Perhitungan Uji Homogenitas Data Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah
Perhitungan Uji HipotesisTes Kemampuan Masalah
Dokumentasi Penelitian Di SMP Swasta PAB 3 Saentis

64
75
84
91
96
100
105
109
113
114
115
116
117
119
121
128

130
133

135

138
140
143
146
149

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Agar nantinya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional,
pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang
harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air.
Karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kreatifitas pendidikan bangsa itu
sendiri dan kompleksnya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia
yang handal dan mampu berkompetensi. Selain itu, pendidikan merupakan wadah
kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak sumber daya manusia yang
bermutu tinggi. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan
suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau
penyempurnaan secara terus menerus.
Pemerintah

selalu

melakukan

penyempurnaan

kurikulum

untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan sumber (http://www.prayudi.
wordpress.com) menyatakan:
Diantara hasil terbaru penyempurnaan tersebut adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kelebihan dari kurikulum tersebut
adalah dinyatakan pemecahan masalah (problem solving), penalaran
(reasoning), komunikasi (communicaation), dan menghargai kegunaan
matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika SD, SMP, SMA, dan
SMK disamping tujuan yang berkaitan dengan pemahaman konsep yang
sudah dikenal guru.
Sedangkan berdasarkan

hasil

belajar

Abdurahman (2009:253) menyatakan bahwa :

matematika,

Lener dalam

“Kurikulum bidang studi

matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan
(3) pemecahan masalah”. Dari pernyataan diatas, salah satu aspek yang

2

ditekankan dalam kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika
yang sangat dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan
serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah
yang bersifat tidak rutin.
Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi
perhatian utama dari berbagai kalangan. Hal ini didasari bahwa betapa pentingnya
peranan matematika dalam pengembangan berbagai ilmu berbagai ilmu dan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Cockroft ( dalam Abdurahman, 2003:253 ) menjelaskan:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakansarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; (3) dapat digunakan untuk menyajikan
infcormasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Akan tetapi mutu pendidikan diindonesia masih rendah, terutama dalam
pembelajaran matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Ganis (2010)
http://ganis.student.umm.ac.id/2010/01/26/mahalnya-biaya-sekolah-di-masasekarang/, bahwa:
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini
dibuktikan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin
menurun. Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari
12 negara di Asia. Indonesia memiliki daya saing yang rendah dan
menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat
sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di
dunia.
Hal ini sejalan dengan pendapat La Arul (2009) http://laarul.blogspot.com
/2009/12/ matematika-dan-peradaban-dunia.html, yang menyatakan bahwa:
Dalam hasil penelitian tim Programme of International Student
Assessment (PISA) menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat
ke-9 dari 41 negara dalam kategori literatur matematika. Sedangkan
menurut penelitian Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMMS) pada tahun 1999, matematika Indonesia berada di
peringkat ke-34 dari 38 negara (data UNESCO).

3

Dari kenyataan tersebut secara jelas menunjukkan bahwa pendidikan
matematika masih memprihatinkan. Rendahnya hasil matematika ini disebabkan
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika,
sehingga menimbulkan rasa takut dalam belajar matematika.
Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan
materi yang diajarkan. Pembelajaran matematika di sekolah, selama ini masih
didominasi oleh model pembelajaran yang terlalu biasa dan terlalu sering
sehingga menimbulkan kejenuhan dalam proses belajar. Model pembelajaran yang
biasa digunakan guru tidak mampu menolong siswa keluar dari masalah karena
siswa hanya dapat memecahkan masalah apabila informasi yang dimiliki dapat
secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam menjawab suatu
persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling benar dan
menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu memikirkan
kemungkinan jawaban atau bermacam-macam gagasan dalam memecahkan
masalah tersebut.
Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang merupakan
faktor penting dalam matematika. Slameto (2010:94) mengemukakan bahwa :
Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan
kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati
sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan
menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan
dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehinggga siswa
tidak selalu menngantungkan diri kepada orang lain.
Selain itu, Slameto (2010:36) juga menyatakan bahwa:
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa
dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan
aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi
dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang
berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan
diskusi dengan guru.
Berdasarkan obsservasi di SMP Swasta PAB 3 Saentis pada materi
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel pada tanggal 16 April 2013 di kelas VIII

4

SMP tahun ajaran 2012-2013, peneliti menemukan beberapa fakta dari jawaban
siswa. Sebelumnya peneliti memberikan soal kepada siswa, antara lain:
Selisih umur seorang ayah dan anak perempuannya adalah 26 tahun,
sedangkan lima tahun yang lalu jumlah umur keduanya 34 tahun.
Hitunglah umur ayah dan anak perempuannya dua tahun yang akan
datang?
a) Apakah yang diketahui dan yang ditanya dari soal di atas?
b) Bagaimanakah cara menentukan umur ayah dan umur anak
perempuannya?
c) Hitunglah umur ayah dan umur anak perempuannya!
d) Apakah benar umur ayah 2 tahun yang akan datang adalah 35 tahun?
Berikut merupakan hasil jawaban siswa :

Gambar 1.1 Lembar jawaban salah satu siswa

5

Pada gambar 1.1 diatas, siswa tidak mampu menyelesaikan soal sistem
persamaan linier dua variabel. Terlihat jelas bahwa siswa tersebut tidak
memahami masalah sama sekali, tidak ada strategi pemecahan masalah sama
sekali, dan jawaban siswa tersebut salah yang dikarenakan perencanaan yang tidak
tepat.
Dari hasil survei tes kemampuan yang dilakukan peneliti di SMP Swasta
PAB 3 Saentis, terdapat kendala pada tingkat kemampuan pemecahan masalah
siswa yang ditemukan peneliti di kelas VIII yaitu dari 44 siswa yang mengikuti
tes terdapat 27,27% yang dapat memahami soal, ada 20,46% yang dapat
merencanakan strategi penyelesaian masalah, ada 0% yang dapat melaksanakan
penyelesaian masalah dengan perencanaan yang telah dibuat. Sedangkan secara
penguasaan siswa yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah pada
tingkat kemampuan tinggi terdapat 0 orang (0%) siswa, 7 orang (15,9%) siswa
yang memiliki kemampuan rendah, dan 34 orang (84,09%) siswa yang memiliki
kemampuan sangat rendah.
Dari data ini terlihat jelas bahwa dari aspek merencanakan pemecahan
masalah, menyelesaikan masalah dan memeriksa prosedur tingkat penguasaan
siswa masih rendah. Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa siswa masih kurang terampil dalam memecahkan masalah matematika,
sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah
matematika.
Masalah lain yang ditemui peneliti pada waktu wawancara dengan salah
seorang guru matematika di SMP Swasta PAB 3 Saentis ternyata model
pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat teacher oriented. Sebagian
besar kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru lebih banyak
menjelaskan dan memberikan informasi tentang konsep-konsep dari materi yang
diajarkan sementara siswa hanya mendengarkan dan membahas soal-soal dari
guru.
Guru

merupakan

faktor

penentu

terhadap

berhasilnya

proses

pembelajaran disamping faktor pendukung yang lainnya. Guru sebagai mediator
dalam mentransfer illmu pengetahuan terhadap siswa. Di dalam kegiatannya guru

6

harus mempunyai metode-metode yang paling sesuai untuk bidang studi.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing,
maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru yang senantiasa
menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya.
Peranan metode mengajar yang tepat diperlukan demi berhasilnya proses
pendidikan dan usaha pembelajaran di sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh
slameto (2010: 65) bahwa:
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat
terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai
bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau
sikap sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu
sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau
gurunya. Akibatnnya siswa malas untuk belajar.
Kenyataan di lapangan sering menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika sudah bervariasi tapi model pembelajaran yang tepat digunakan untuk
memecahkan masalah matematika masih kurang. Ini menyebabkan siswa kurang
mandiri, kurang berani mengemukakan pendapatnya, selalu meminta bimbingan
guru dan kurang gigih mencoba menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan
yang dipahami hanya sebatas apa yang diberikan guru. Kenyataan pembelajaran
matematika seperti ini membuat siswa tidak tertarik belajar matematika yang
akhirnya mengakibatkan penguasaan matematika menjadi relatif rendah. beranjak
dari hal tersebut, pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya diubah
pada pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Guru matematika memiliki tugas berusaha memampukan siswa
memecahakan masalah sebab salah satu fokus pembelajaran matematika adalah
pemecahan masalah, sehingga kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap siswa
adalah standar minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang terfleksi pada pembelajaran matematika dengan kebiasaan berpikir dan
bertindak memecahkan masalah.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa,
hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan bentuk

7

pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya. Seperti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas
suatu masalah.
Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
melibatkan peran siswa secara aktif dan yang dapat mendorong siswa belajar
melakukan pemecahan masalah matematika adalah model pembelajaran
kooperatif. Dengan model pembelajaran kooperatif, maka diharapkan dapat
mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa dapat
menemukan sendiri penyelesaian penyelesaian masalah dari soal-soal pemecahan
masalah di dalam kehidupan sehari-hari pada pokok bahasan kubus dan balok.
Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu
mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan
matematika.
Johnson & Johnson (1994) dalam Trianto (2009 : 57) menyatakan
bahwa:
Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa
untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu
team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara
para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan,
mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan
pemecahan masalah.
Pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe pembelajaran
diantaranya yaitu tipe Think Paire Share (TPS) dan tipe Student Team
Achievement Division (STAD).
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share membantu siswa
menginterprestasikan ide mereka bersama dan memperbaiki pemahaman.
Pembelajaran dengan tipe Think Pair Share (TPS) sering juga disebut dengan
teknik berpikir-berpasangan-berbagi. Menurut Trianto (2009 : 81) Strategi Think
Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan adalah “merupakan jenis

8

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa”.
Sesuai yang dinyatakan oleh Istarani (2011:68) bahwa:
Model pembelajaran
tipe Think Paire Share (TPS) ini baik
digunakan dalam rangka melatih berpikir siswa secara baik. Untuk itu
model pembelajaran Think Paire Share (TPS) ini menekankan pada
peningkatan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya imajinasi siswa dan
daya anlisis terhadap suatu permasalahan.
Model tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah
satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara
heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penellitian
dengan judul : “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) Dan tipe Student Team Achievement Division (STAD) di Kelas
VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis T.A 2013/2014”

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah
matematika.
2. Metode pengajaran yang digunakan guru PAB 3 Saentis kurang tepat.
3. Penguasaan guru terhadap berbagai model pembelajaran belum optimal
dan belum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) atau tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam
pembelajaran matematika.

9

1.3 Batasan masalah
Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibanding dengan
waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis, agar penelitian ini terarah dan dapat
dilaksanakan maka peneliti membatasi masalah pada penelitian ini yaitu
perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan tipe Student
Team Achievement Division (STAD) di Kelas VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran
Student Team Achievement Division (STAD) pada pokok bahasan Persamaan
Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis?”

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan model
pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) pada pokok bahasan
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis.

1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas
pendidikan, terutama:
1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
dimasa yang akan datang.

10

2. Bagi

guru

sebagai

bahan

pertimbangan

dalam

memilih

model

pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien dalam melibatkan siswa
didalamnya sehingga nantinya

dapat

meningkatkan hasil

belajar

matematika siswa.
3. Bagi siswa, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam
matematika pada subpokok bahasan persamaan linier dua variabel .
4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif dalam mengambil keputusan
yang tepat pada peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
khususnya mata pelajaran matematika.
5. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti lain yang berminat meneliti hal
yang sama atau melanjutkan penelitian ini dengan cakupan yang lebih
luas, baik tentang masalah yang diteliti maupun tentang subjek penelitian.
6. Sumbangan

pemikiran

dalam

dunia

pendidikan

guna

kemajuan

pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada
khususnya.
1.7 Definisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, agar tidak
menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian
ini, berikut diberikan definisi operasional:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah kemampuan
siswa menyelesaikan soal matematika yang tidak rutin ditinjau dari aspek:
a.

Memahami masalah

b.

Membuat rencana penyelesaian

c.

Melakukan penyelesaian masalah

d.

Memeriksa kembali.

2. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa.

11

Langkah-langkah pembelajaran tipe Think Pair Share sebagai berikut:
i. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah.
ii. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk bepasangan dan mendiskusikan apa
yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau
menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasikan.
Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan.
iii. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif
untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan
sampai

sekitar

sebagian

pasangan

mendapat

kesempatan

untuk

melaporkan.
3. Model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) adalah
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD terdiri atas
enam langkah atau fase yaitu:
a. Menyampaika tujuan pembelajaran
b. Menyajikan atau menyampaian materi
c. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
e. Mengevaluasi
f. Memberikan penghargaan.

61

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu: terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think
Pair Share) dan tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada materi
sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMP Swasta PAB 3 Saentis
T.A. 2013/2014.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1.

Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya menggunakan model
pembelajaran

kooperatif

tipe

TPS

sebagai

salah

satu

alternatif

pembelajaran dalam upaya mengaktifkan siswa untuk memperoleh
pemahaman materi yang lebih kuat dan kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah matematika lebih baik.
2.

Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS sebagai model pembelajaran yang diharapkan dapat
membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.

3.

Bagi guru-guru atau calon guru yang akan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe TPS agar memperhatikan dan mengatur alokasi waktu yang
ada secara cermat agar langkah-langkah pembelajaran dapat dilaksanakan
secara optimal.

4.

Kepada pengelola pendidikan disarankan untuk memberikan kesempatan
dan peluang kepada guru untuk melakukan perubbahan dalam usaha
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

62

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta :
Rineka Cipta.
Adinawan, C.,(2010),Mathematics for junior High School Grade VIII 2nd
Semester, Jakarta : Erlangga.
Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Arul, La.,( 2009), Matematika dan Peradaban Dunia, http://laarul.blogspot.com.
Diakses tanggal 20 Januari 2013.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam_Universitas Negeri Medan.,
(2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA Unimed, Medan.
Ganis,(2010), Masalah Pendidikan di Indonesia, http://ganis.student.umm.ac.id/.
Diakses tanggal 20 Januari 2013.
Hamalik, O.,(2001),Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi Aksara.
Hudoyo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, Jakarta.
Istarani,(2011),50 Model Pembelajaran Inovatif, Medan : Media Persada.
Lie, A.,(2008), Cooperative Learning, Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Nazir, Moh., (1988), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bandung.
Nuharini, D., Wahyuni, T., (2008), Matematika Konsep Dan Aplikasinya,
Surakarta:Depdikbud
Nurkanca, W., (1986),Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
Prayudi, (2013), http://www.prayudi. wordpress.com. (diakses 11 April 2013)
Russeffendi,(1990), Pendidikan Matematika, Jakarta: Depdikbud

63

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rhineka
Cipta: Jakarta.
Sriudin, (2011), http://www.sriudin.com/2011/07/model-pembelajaran-think-pairand-share.html. (diakses 11 April 2013)
Sudjana,(2005), Metode Statistika, Bandung : Tarsito
Sujono, (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah, Depdikbud,
Jakarta.
Suprijono,A., ( 2009),Cooperative Learning, Teori dan Aplikasinya, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Trianto,(2009),Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Veynisaicha, (2011), http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/kemampuanpemecahan-masalah-(diakses 11 April 2013) )
Veynisaicha, (2011), http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/kemampuanpemecahan-masalah-matematika.html. (diakses 11 April 2013)
Veynisaicha, (2011), http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/pengertianmasalah-dalam-matematika.html) (diakses 11 April 2013 )
Zulhaini dkk. 2012. Psikologi Pendidikan. Medan : FMIPA

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

0 6 7

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN TIPE TPS

0 6 11

STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN MODEL TTW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP GLOBAL MADANI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 80

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

0 0 7

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBANTUAN KARTU SOAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 ULUJAMI

0 0 11

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI TEKANAN

0 2 20

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE DAN TIPE MISSOURI MATHEMATICS PROJECT DI KELAS VIII MTs AL-WASHLIYAH TANJUNG MULIA - Repository UIN Sumatera Utara

1 1 8

BAB I PENDAHULUAN - PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE DAN TIPE MISSOURI MATHEMATICS PROJECT DI KELAS VIII MTs AL-WASHLIYAH TANJUNG MULIA - Repository UIN Sumatera Utara

1 0 13

BAB II LANDASAN TEORITIS - PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE DAN TIPE MISSOURI MATHEMATICS PROJECT DI KELAS VIII MTs AL-WASHLIYAH TANJUNG MULIA - Repository UIN Sumatera Utara

1 0 35

BAB IV HASIL PENELITIAN - PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE DAN TIPE MISSOURI MATHEMATICS PROJECT DI KELAS VIII MTs AL-WASHLIYAH TANJUNG MULIA - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 14