PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN TIPE TPS

(1)

Tri Yuliani

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NHT DAN TIPE TPS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Negerikaton Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh Tri Yuliani

Matematika mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru harus meningkatkan hasil belajar matematika siswa, diantaranya melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS. Masing-masing tipe model pembelajaran tersebut akan digunakan peneliti untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan kedua model pembelajaran tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Negerikaton tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara Random Sampling(penarikan sampel acak). Sampel penelitian terdiri dari kelas VIII A dan kelas VIII B. Pada setiap kelas diterapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS secara bergantian.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif


(2)

Tri Yuliani tipe NHT dan tipe TPS. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.


(3)

41

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pembelajaran kooperatif tipe NHT melibatkan siswa untuk berpikir bersama dalam mengerjakan LKS. Siswa bisa langsung mengemukakan ide-ide yang dimilikinya dalam kelompok dan setiap siswa memiliki tanggung jawab dalam memahami materi baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa cenderung lebih mudah putus asa ketika berpikir secara individu. Akibatnya siswa menggantungkan tanggung jawab kepada pasangan sehingga pengetahuan yang didapat lebih sedikit. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS. 2. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.


(4)

41

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Bagi guru, pembelajaran pada pokok bahasan relasi fungsi dan persamaan garis lurus dapat memakai model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Bagi peneliti, Pembelajaran kooperatif tipe NHT perlu dibandingkan dengan tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang lain.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di sekolah yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah lanjutan, sampai dengan perguruan tinggi. Matematika perlu dipelajari oleh siswa karena melalui matematika siswa dapat menumbuhkembangkan pola berfikir logis, sistematis, obyektif, kritis dan rasional seiring dengan peningkatan mutu pem-belajaran matematika. Oleh karena itu, matematika harus diajarkan kepada anak mulai dari sekolah dasar dengan pengajaran dan metode yang tepat serta guru perlu menyajikan materi pelajaran matematika dengan baik, menarik, dan menyenangkan. Inovasi pembelajaran dapat meningkatkan intensitas interaksi edukatif yang terjadi, sehingga membuat siswa lebih tertarik untuk belajar. Lebih lanjut, Sardiman (2004: 8) mengatakan bahwa interaksi edukatif secara sadar mempunyai tujuan mendidik, untuk mengantarkan siswa menuju kedewasaannya. Interaksi tersebut biasanya terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.


(6)

2

Proses pembelajaran dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar matematika siswa. Suatu proses pembelajaran sangat di-pengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran yang dapat menarik minat dan gairah belajar siswa, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran, karena itu dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk melakukan diskusi antar siswa (kelompok). Salah satu model pembelajaran yang dapat mengkondisikan aktivitas ini adalah model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, dan meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe diantaranya adalah Number Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS). Dalam pem-belajaran kooperatif tipe NHT siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim


(7)

3

heterogen yang terdiri dari 4-5 orang. Dalam tipe ini, setiap kelompok diberi nomor, siswa kemudian bekerja sama dalam tim untuk mengerjakan LKS/perangkat pembelajaran yang lain. Setelah itu guru akan menyebut salah satu nomor secara acak. Siswa yang nomornya dipanggil harus presentasikan kerja kelompoknya sebagai perwakilan kelompok atau mem-berikan jawaban apabila guru mengajukan pertanyaan. Setelah pembelajaran selesai, seluruh siswa dikenai tes dan dalam mengerjakan tes siswa tidak boleh saling membantu. Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan antara lain meningkatkan tanggung jawab individu, meningkatkan pembelajaran kelompok sehingga setiap anggota terlatih dan melibatkan seluruh siswa dalam usaha menyelesaikan tugas. Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe NHT juga memiliki kelemahan, salah satunya yaitu tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa mengerjakan LKS/perangkat pembelajaran lain secara individu kemudian siswa ber-pasangan dengan temannya untuk berdiskusi membahas LKS/perangkat pem-belajaran lain. Selanjutnya guru akan meminta beberapa pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki kelemahan,antara lain Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide yang muncul, jika ada perselisihan tidak ada penengah, menggantungkan pada pasangan. Selain memiliki kelemahan, pembelajaran kooperatif tipe TPS juga memiliki kelebihan antara lain Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi lebih mudah, lebih mudah dan cepat membentuk kelompok,


(8)

4

seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas, dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk ber-partisipasi dalam kelas.

Sejauh ini banyak peneliti yang meneliti pengaruh penggunaan model pem-belajaran kooperatif tipe NHT dan TPS terhadap hasil belajar siswa, diantaranya Emasari(2009) dan Darista (2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Emasari (2009) di SMPN 5 Bandar Lampung dengan objek penerima tindakan merupakan siswa kelas VIII-f yang terdiri dari siswa yang heterogen dalan hal kemampuan dan jenis kelamin, yang sebelumnya juga masih menggunakan model pembelajaran langsung, setelah ia menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas tersebut persentase siswa yang tuntas belajar sebelumnya hanya 19,4 % meningkat menjadi 75,32 %. Demikian pula berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darista (2006) di SMPN 9 Bandar Lampung dengan objek penerima tindakan merupakan siswa kelas VIII-e yang terdiri dari siswa yang heterogen dalam hal kemampuan dan jenis kelamin, yang sebelumnya juga masih menggunakan model pem-belajaran langsung, setelah ia menerapkan model pempem-belajaran kooperatif tipe TPS di kelas tersebut persentase siswa yang tuntas belajar sebelumnya hanya 52,5 % meningkat menjadi 76,32 %.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dicobakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada kelas VIII SMPN 2 Negeri Katon. SMP ini memiliki siswa-siswi yang heterogen dalam hal kemampuan dan jenis kelamin. Sesuai dengan penjelasan sebelumya terlihat bahwa model


(9)

5

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang memberikan hasil belajar lebih baik maka perlu diadakan penelitian tentang perbandingan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada pembelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. apakah ada perbedaaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS ?

2. manakah yang lebih baik antara rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil belajar dua tipe pembelajaran kooperatif, yaitu NHT dan TPS.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran Matematika mengenai model pembelajaran yang digunakan.


(10)

6

2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti mengenai model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning).

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain :

1. Perbandingan hasil belajar yang dimaksud adalah perbandingan hasil belajar matematika siswa yang timbul akibat penerapan dua

perlakuan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TP

2. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai hasil tes formatif pada pokok bahasan fungsi dan persamaan garis lurus

3. Pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah pembelajaran Kooperatif yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang terdiri dari 2 orang, dimana siswa berpikir secara individu terlebih dahulu tentang pertanyaan yang diajukan guru sebelum berdiskusi dengan kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi kelas dari beberapa kelompok.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembeljajaran kooperatif yang menempatkan siswa belajar dalam kelopok yang terdiri dari 4-5 orang dimana pembelajaran dimulai dengan guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil dan memberi


(11)

7

penomoran sedemikian sehingga setiap siswa dalam kelompok me-miliki nomor yang berbeda. Guru mengajukan pertanyaan kemudian siswa berdiskusi dalam kelompoknya. Para siswa mendiskusikan pertanyaan tersebut dalam kelompok lalu menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Guru menyebut satu nomor dan siswa dari setiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan guru menunjuk salah satu siswa untuk mempresentasikan jawaban bagi seluruh siswa dalam kelas.


(1)

Proses pembelajaran dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar matematika siswa. Suatu proses pembelajaran sangat di-pengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran yang dapat menarik minat dan gairah belajar siswa, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran, karena itu dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk melakukan diskusi antar siswa (kelompok). Salah satu model pembelajaran yang dapat mengkondisikan aktivitas ini adalah model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, dan meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe diantaranya adalah Number Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS). Dalam pem-belajaran kooperatif tipe NHT siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim


(2)

heterogen yang terdiri dari 4-5 orang. Dalam tipe ini, setiap kelompok diberi nomor, siswa kemudian bekerja sama dalam tim untuk mengerjakan LKS/perangkat pembelajaran yang lain. Setelah itu guru akan menyebut salah satu nomor secara acak. Siswa yang nomornya dipanggil harus presentasikan kerja kelompoknya sebagai perwakilan kelompok atau mem-berikan jawaban apabila guru mengajukan pertanyaan. Setelah pembelajaran selesai, seluruh siswa dikenai tes dan dalam mengerjakan tes siswa tidak boleh saling membantu. Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan antara lain meningkatkan tanggung jawab individu, meningkatkan pembelajaran kelompok sehingga setiap anggota terlatih dan melibatkan seluruh siswa dalam usaha menyelesaikan tugas. Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe NHT juga memiliki kelemahan, salah satunya yaitu tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa mengerjakan LKS/perangkat pembelajaran lain secara individu kemudian siswa ber-pasangan dengan temannya untuk berdiskusi membahas LKS/perangkat pem-belajaran lain. Selanjutnya guru akan meminta beberapa pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki kelemahan,antara lain Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide yang muncul, jika ada perselisihan tidak ada penengah, menggantungkan pada pasangan. Selain memiliki kelemahan, pembelajaran kooperatif tipe TPS juga memiliki kelebihan antara lain Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi lebih mudah, lebih mudah dan cepat membentuk kelompok,


(3)

seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas, dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk ber-partisipasi dalam kelas.

Sejauh ini banyak peneliti yang meneliti pengaruh penggunaan model pem-belajaran kooperatif tipe NHT dan TPS terhadap hasil belajar siswa, diantaranya Emasari(2009) dan Darista (2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Emasari (2009) di SMPN 5 Bandar Lampung dengan objek penerima tindakan merupakan siswa kelas VIII-f yang terdiri dari siswa yang heterogen dalan hal kemampuan dan jenis kelamin, yang sebelumnya juga masih menggunakan model pembelajaran langsung, setelah ia menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas tersebut persentase siswa yang tuntas belajar sebelumnya hanya 19,4 % meningkat menjadi 75,32 %. Demikian pula berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darista (2006) di SMPN 9 Bandar Lampung dengan objek penerima tindakan merupakan siswa kelas VIII-e yang terdiri dari siswa yang heterogen dalam hal kemampuan dan jenis kelamin, yang sebelumnya juga masih menggunakan model pem-belajaran langsung, setelah ia menerapkan model pempem-belajaran kooperatif tipe TPS di kelas tersebut persentase siswa yang tuntas belajar sebelumnya hanya 52,5 % meningkat menjadi 76,32 %.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dicobakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada kelas VIII SMPN 2 Negeri Katon. SMP ini memiliki siswa-siswi yang heterogen dalam hal kemampuan dan jenis kelamin. Sesuai dengan penjelasan sebelumya terlihat bahwa model


(4)

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang memberikan hasil belajar lebih baik maka perlu diadakan penelitian tentang perbandingan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada pembelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. apakah ada perbedaaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS ?

2. manakah yang lebih baik antara rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil belajar dua tipe pembelajaran kooperatif, yaitu NHT dan TPS.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran Matematika mengenai model pembelajaran yang digunakan.


(5)

2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti mengenai model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning).

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain :

1. Perbandingan hasil belajar yang dimaksud adalah perbandingan hasil belajar matematika siswa yang timbul akibat penerapan dua

perlakuan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TP

2. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai hasil tes formatif pada pokok bahasan fungsi dan persamaan garis lurus

3. Pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah pembelajaran Kooperatif yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang terdiri dari 2 orang, dimana siswa berpikir secara individu terlebih dahulu tentang pertanyaan yang diajukan guru sebelum berdiskusi dengan kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi kelas dari beberapa kelompok.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembeljajaran kooperatif yang menempatkan siswa belajar dalam kelopok yang terdiri dari 4-5 orang dimana pembelajaran dimulai dengan guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil dan memberi


(6)

penomoran sedemikian sehingga setiap siswa dalam kelompok me-miliki nomor yang berbeda. Guru mengajukan pertanyaan kemudian siswa berdiskusi dalam kelompoknya. Para siswa mendiskusikan pertanyaan tersebut dalam kelompok lalu menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Guru menyebut satu nomor dan siswa dari setiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan guru menunjuk salah satu siswa untuk mempresentasikan jawaban bagi seluruh siswa dalam kelas.


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN TIPE TPS

0 3 79

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS

2 6 151

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD

0 7 50

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

0 5 93

Modifikasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan NHT dengan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa

0 2 6

KOMPARASI PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA YANG MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN TIPE TPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PALOPO

0 0 11