Tipe-Tipe Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabuapaten Deli Serdang - Repository UIN Sumatera Utara

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tipe-Tipe Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Percut Sei Tuan

Untuk mengukur tipe-tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan, peneliti telah menyusun minimal 3 pernyataan untuk setiap indikator dari tipe kepribadian, bahkan ada indikator tertentu yang mempunyai 4 pernyataan, sehingga secara keseluruhan instrumen angket berjumlah 83 (delapan puluh tiga ) butir pernyataan, yang terdiri dari 27 item soal untuk menguji tipe kepribadian ekstraversi-introversi, 29 item soal untuk neurotisme dan 27 item soal untuk psikotisme. Setiap indikator yang disusun adalah merupakan respon spesifik dan juga respon habitual yang mengarah pada indikator atau sifat tertentu dari satu jenis tipe kepribadian.

Dari 27 item soal untuk menguji tipe kepribadian ekstroversi-introversi, apabila responden mendapat nilai lebih besar dari 50% soal atau skor nilai ≥ aka itu erarti ia erkepri adia ekstraversi-i troversi sta il. Seda gka apa ila ia e dapat ilai kura g dari % atau skor ilai ˂ maka ini berarti ia berkepribadian ekstraversi-introversi tidak stabil. Sedangkan dari 29 item soal untuk menguji tipe kepribadian neurotisme, apabila responden mendapat nilai lebih besar dari 50 % soal atau skor ilai ≥ aka itu erarti ia erkepri adia eurotis e. Dari ite soal u tuk e guji tipe kepribadian psikotisme, apabila responden mendapat nilai le ih esar dari % soal atau skor ilai ≥ maka itu berarti ia berkepribadian psikotisme.

Tetapi adakalanya seseorang memiliki tipe kepribadian ganda, di mana ia memiliki sifat-sifat atau indikator tertentu yang ada pada kepribadian ekstraversi-introversi tetapi ia juga memiliki sifat-sifat yang ada pada tipe kepribadian neurotisme. Ia tidak memiliki sifat-sifat yang unggul pada tipe kepribadian tertentu, tetapi memiliki sifat-sifat yang ada pada dua tipe kepribadian. Misalnya, ia memiliki tipe kepribadian ekstraversi-introversi dan neurotisme, atau juga ia memiliki tipe kepribadian ekstraversi-introversi dan psikotisme. Apabila dari 27 item soal untuk menguji tipe kepribadian ekstraversi-introversi, responden mendapat nilai lebih besar dari 50% soal atau skor ilai ≥ da dari 29 item soal untuk menguji tipe kepribadian neurotisme, responden mendapat nilai lebih besar dari

% soal atau skor ilai ≥ aka itu erarti ia erkepri adia ekstraversi-neurotisme.

Sedangkan apabila dari 27 item soal untuk menguji tipe kepribadian ekstraversi-introversi, respo de e dapat ilai le ih esar dari % soal atau skor ilai ≥ , da dari ite soal u tuk menguji tipe kepribadian psikotisme, apabila responden mendapat nilai lebih besar dari 50% soal atau skor ilai ≥ aka itu erarti ia erkepri adia ekstraversi-psikotisme.


(2)

Berdasarkan angket yang sudah disebarkan dan telah dijawab oleh sampel sebanyak 50 orang, maka diperoleh data tipe-tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012 sebagai berikut:

Tabel 11

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI

di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

No Tipe Kepribadian Jumlah Persentase

1. Ekstraversi-Introversi 38 76 %

2. Neurotisme 1 2 %

3. Psikotisme 0 0 %

4. Ekstraversi-Neurotisme 11 22 %

5. Ekstraversi-Psikotisme 0 0 %

Jumlah 50 100 %

Secara umum, tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 adalah berkepribadian ekstraversi-introversi, yaitu 76 %. Sedangkan yang berkepribadian neurotisme murni sebanyak 2 % dan 22 % berkepribadian gabungan ekstraversi-neurotisme. Adapun yang berkepribadian psikotisme dan ekstraversi-psikotisme tidak ada pada Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

Apabila dibuat gambar grafik pie-nya maka akan terlihat seperti gambar berikut ini:

Gambar 8

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI

Ekstraversi-Introversi

76% Neurotisme

2% Psikotisme

0%

Ekstraversi-Neurotisme

22%

Ekstraversi-Psikotisme


(3)

di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

2. Tipe-tipe Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis kelamin Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamat Percut Sei Tuan lebih banyak perempuan dari pada laki-laki. Dari data yang diperoleh 79 % Guru Pendidikan Agama Islam adalah berjenis kelamin perempuan dan 21 % berjenis kelamin laki-laki.

Berdasarkan angket yang telah disebar, diperoleh data tipe-tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam yang berjenis kelamin laki-laki sebagai berikut:

Tabel 12

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berjenis Kelamin Laki-laki di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

No Tipe Kepribadian Jumlah Persentase

1. Ekstraversi-Introversi 9 90 %

2. Neurotisme 0 0 %

3. Psikotisme 0 0 %

4. Ekstraversi-Neurotisme 1 10 %

5. Ekstraversi-Psikotisme 0 0 %

Jumlah 10 100 %

Secara umum, tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang berjenis kelamin laki-laki adalah berkepribadian introversi, yaitu 90 %. Sedangkan yang berkepribadian neurotisme sebanyak 10 % . Adapun yang berkepribadian neurotisme, psikotisme dan ekstraversi-psikotisme tidak ada pada Guru Pendidikan Agama Islam yang berjenis kelamin laki-laki tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012. Gambar grafik pie-nya sebagai berikut:


(4)

Gambar 9

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berjenis Kelamin Laki-laki di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

Dari 10 (sepuluh) responden masih ada satu orang Guru Pendidikan Agama Islam laki-laki yang berkepribadian ekstraversi-neurotisme, yaitu responden no. kode 88. Dengan demikian, mayoritas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan yang berjenis kelamin laki-laki berkepribadian ekstraversi. Apabila dipersentasekan maka 90% Guru Pendidikan Agama Islam yang berjenis kelamin laki-laki tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan berkepribadian ekstraversi, sedangkan yang berkepribadian ekstraversi-neurotisme 10%. Tidak ada Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan yang berkepribadian neurotisme murni, psikotisme dan ekstraversi psikotisme.

Adapun tipe-tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam yang berjenis kelamin perempuan bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 13

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berjenis Kelamin Perempuan di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

No Tipe Kepribadian Jumlah Persentase

1. Ekstraversi-Introversi 29 72 %

2. Neurotisme 1 3 %

3. Psikotisme 0 0 %

4. Ekstraversi-Neurotisme 10 25 %

5. Ekstraversi-Psikotisme 0 0 %

Ekstraversi-Introversi

90% Neurotisme

0%

Psikotisme 0%

Ekstraversi-Neurotisme

10%

Ekstraversi-Psikotisme


(5)

Jumlah 40 100 %

Secara umum, tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang berjenis kelamin perempuan adalah berkepribadian ekstraversi-introversi, yaitu 72 %, neurotisme sebanyak 3%, sedangkan yang berkepribadian ekstraversi-neurotisme sebanyak 25%. Adapun yang berkepribadian psikotisme dan ekstraversi-psikotisme tidak ada pada Guru Pendidikan Agama Islam yang berjenis kelamin perempuan tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

Apabila dibuat gambar garfik pie-nya maka akan terlihat seperti gambar berikut ini:

Gambar 10

Tipe Kepribadian Guru PAI Berjenis Kelamin Perempuan di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

Dari 40 (sepuluh) responden masih ada 10 (sepuluh) orang Guru Pendidikan Agama Islam perempuan yang berkepribadian ekstroversi-neurotisme, yaitu sekitar 25%. Dengan demikian, mayoritas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan yang berjenis kelamin perempuan berkepribadian ekstraversi-introversi. Apabila dipersentasekan maka 72% Guru Pendidikan Agama Agama Islam yang berjenis kelamin perempuan tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan berkepribadian ekstraversi-introversi, sedangkan yang berkepribadian neurotisme 3%. Tidak ada Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan yang berkepribadian psikotisme dan ekstraversi psikotisme.

Ekstraversi-Introversi

72%

Neurotisme 3% Psikotisme

0%

Ekstraversi-Neurotisme

25%

Ekstraversi-Psikotisme 0%


(6)

Apabila dibandingkan kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan maka akan terlihat seperti tabel berikut ini:

Tabel 14

Perbandingan Persentase Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Sekolah Dasar di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

No Tipe Kepribadian Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1. Ekstraversi-Introversi 9 90 % 29 72 %

2. Neurotisme 0 0 % 1 3 %

3. Psikotisme 0 0 % 0 0 %

4. Ekstraversi-Neurotisme 1 10 % 10 25 %

5. Ekstraversi-Psikotisme 0 0 % 0 0 %

Jumlah 10 100 % 40 100 %

Untuk dapat memahami perbandingan tipe Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012 yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini:

Gambar 11

Grafik Perbandingan Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berdasarkan Jenis Kelamin 0%

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

laki-laki perempuan


(7)

di Kec. Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Dari gambar di atas terlihat jelas bahwa Guru Pendidikan Agama Islam yang berjenis kelamin laki laki lebih banyak berkepribadian ekstraversi dibandingkan dengan perempuan, dan sebaliknya Guru Pendidikan Agama Islam yang berjenis perempuan lebih banyak berkepribadian neurotisme dan ekstraversi-neurotisme. Mereka tidak ada yang berkepribadian psikotisme dan ektraversi-psikotisme.

3. Tipe Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Kelompok Usia.

Menurut ilmu psikologi bahwa usia Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar yang berusia dari 21sampai dengan 40 tahun disebut dengan usia dewasa awal, sedang yang berusia 41 sampai dengan 60 tahun disebut usia dewasa madya. Mayoritas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kec. Percut Sei Tuan berusia dewasa madya.

Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam yang berusia dewasa awal bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 15

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berusia Dewasa Awal Tingkat Sekolah Dasar di Kec. Percut Sei Tuan

Kab. Deli Serdang Tahun 2012

No Tipe Kepribadian Jumlah Persentase

1. Ekstraversi-Introversi 11 92 %

2. Neurotisme 0 0 %

3. Psikotisme 0 0 %

4. Ekstraversi-Neurotisme 1 8 %

5. Ekstraversi-Psikotisme 0 0 %

Jumlah 12 100 %

Secara umum, tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang berusia dewasa awal adalah berkepribadian introversi, yaitu 92%. Sedangkan yang berkepribadian neurotisme sebanyak 8%. Adapun yang berkepribadian neurotisme, psikotisme dan ekstraversi-psikotisme tidak ada pada Guru Pendidikan Agama Islam yang berusia dewasa awal tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.


(8)

Gambar 12

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berusia Dewasa Awal di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

Dari 12 (dua belas) responden masih ada satu orang Guru Pendidikan Agama Islam laki-laki yang berkepribadian ekstraversi-neurotisme, yaitu responden no. kode 128. Dengan demikian, mayoritas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan yang berusia dewasa awal berkepribadian ekstraversi. Apabila dipersentasekan maka 92 % Guru Pendidikan Agama Islam yang berusia dewasa awal tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan berkepribadian ekstraversi-introversi, sedangkan yang berkepribadian ekstraversi-neurotisme 8 %. Tidak ada Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan yang berkepribadian neurotisme murni, psikotisme dan ekstraversi psikotisme.

Adapun kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam yang berusia dewasa madya bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 16

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berusia Dewasa Madya di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

No Tipe Kepribadian Jumlah Persentase

1 Ekstraversi-Introversi 27 71 %

2. Neurotisme 1 3 %

3. Psikotisme 0 0 %

4. Eksraversi-Neurotisme 10 26 %

5. Ekstraversi-Psikotisme 0 0 %

Jumlah 38 100 %

Ekstraversi-Intraversi

92% Neurotisme

0%

Psikotisme 0%

Ekstraversi-Neurotisme 8%

Ekstraversi-Psikotisme


(9)

Secara umum, tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang berusia dewasa madya adalah berkepribadian ekstraversi-introversi, yaitu 71%. Sedangkan yang berkepribadian neurotisme 3% dan neurotisme sebanyak 26%. Adapun yang berkepribadian psikotisme dan ekstraversi-psikotisme tidak ada pada Guru Pendidikan Agama Islam yang berjenis kelamin perempuan tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

Apabila dibuat gambar grafik pie-nya maka akan terlihat seperti gambar berikut ini:

Gambar 13

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berusia Dewasa Madya di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

Dari 38 (tiga puluh delapan) responden masih ada 10 (sepuluh) orang Guru Pendidikan Agama Islam perempuan yang berkepribadian ekstraversi-neurotisme, yaitu sekitar 26 %. Dengan demikian, mayoritas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan yang berusia dewasa madya berkepribadian ekstraversi-introversi. Apabila dipersentasekan maka 71 % Guru Pendidikan Agama Islam yang berusia dewasa madya tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan berkepribadian ekstraversi-introversi, sedangkan yang berkepribadian neourotisme 3 %. Tidak ada Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan yang berkepribadian psikotisme dan ekstraversi psikotisme. Apabila dibandingkan kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan yang berusia dewasa awal dan dewasa madya maka akan terlihat seperti tabel berikut ini:

Tabel 17

Perbandingan Persentase Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berdasarkan Kelompok UsiaTingkat Sekolah Dasar di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

Ekstraversi- Intraversi

71% Neurotisme

3% Psikotisme

0%

Ekstraversi-Neurotisme

26%

Ekstraversi-Psikotisme


(10)

No Tipe Kepribadian Tingkat Usia

Dewasa Awal Dewasa Madya

Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1.

Ekstraversi-Introversi

11 92 % 27 71 %

2. Neurotisme 0 0 % 1 3 %

3. Psikotisme 0 0 % 0 0 %

4. Ekstraversi-Neurotisme

1 8 % 10 26 %

5. Ekstraversi-Psikotisme

0 0 % 0 0 %

Jumlah 12 100 % 38 100 %

Untuk dapat memahami perbandingan tipe Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012 yang berusia dewasa awal dan madya dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini:

Gambar 14

Grafik Perbandingan Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berdasarkan Kelompok Usia

di Kec. Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Dari gambar di atas terlihat jelas bahwa Guru Pendidikan Agama Islam yang berusia dewasa awal lebih banyak berkepribadian ekstraversi-introversi dibandingkan dengan yang berusia dewasa madya, dan sebaliknya Guru Pendidikan Agama Islam yang berusia dewasa madya lebih banyak berkepribadian

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Dewasa Awal Dewasa Madya


(11)

neurotisme dan ekstraversi-neurotisme. Mereka tidak ada yang berkepribadian psikotisme dan ektraversi-psikotisme.

4. Tipe-tipe Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa tingkat pendidikan Guru Pendidikan Agama Islam di Kec. Percut Sei Tuan masih bervariasi, yaitu SLTA, Diploma dan Sarjana. Berikut ini dijelaskan kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan SLTA.

Tipe-tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan SLTA bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 18

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Tingkat Pendidikan SLTA di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

No Tipe Kepribadian Jumlah Persentase

1. Ekstraversi-Introversi 4 100%

2. Neurotisme 0 0%

3. Psikotisme 0 0%

4. Ekstraversi-Neurotisme 0 0%

5. Ekstraversi-Psikotisme 0 0%

Jumlah 4 100 %

Secara umum, tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang berpendidikan SLTA adalah berkepribadian ekstraversi-introversi, yaitu 100%. Adapun yang berkepribadian neurotisme, psikotisme dan ekstraversi-neurotisme dan ekstraversi-psikotisme tidak ada pada Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan SLTA tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.


(12)

Gambar 15

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Tingkat Pendidikan SLTA di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

Adapun kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan Diploma bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 19

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Tingkat Pendidikan Diploma di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

No Tipe Kepribadian Jumlah Persentase

1. Ekstraversi-Introversi 11 68 %

2. Neurotisme 0 0 %

3. Psikotisme 0 0 %

4. Ekstraversi-Neurotisme 5 32 %

5. Ekstraversi-Psikotisme 0 0 %

Jumlah 16 100 %

Secara umum, tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang berpendidikan diploma adalah berkepribadian introversi, yaitu 68%. Sedangkan yang berkepribadian neurotisme sebanyak 32% . Adapun yang berkepribadian neurotisme, psikotisme dan ekstraversi-psikotisme tidak ada pada Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan Diploma tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

Apabila dibuat gambar garfik pie-nya maka akan terlihat seperti gambar berikut ini:

Ekstraversi-Introversi

100% Neurotisme

0%

Psikotisme 0%

Ekstraversi-Neurotisme 0%

Ekstraversi-Psikotisme


(13)

Gambar 16

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Tingkat Pendidikan Diploma di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

Dari 16 (enam belas) responden masih ada lima orang Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan diploma berkepribadian ekstraversi-neurotisme, yaitu sekitar 32 %. Dengan demikian, mayoritas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan yang berpendidikan diploma berkepribadian ekstraversi-introversi. Apabila dipersentasekan maka 68 % Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan diploma tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan berkepribadian ekstraversi-introversi. Tidak ada Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan yang berkepribadian neurotisme, psikotisme dan ekstraversi psikotisme.

Adapun kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan Sarjana bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 20

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Tingkat Pendidikan Sarjana di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

No Tipe Kepribadian Jumlah Persentase

1. Ekstraversi-Introversi 23 77 %

2. Neurotisme 1 3 %

3. Psikotisme 0 0 %

4. Ekstraversi-Neurotisme 6 20 %

5. Ekstraversi-Psikotisme 0 0 %

Jumlah 30 100 %

Secara umum, tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang berpendidikan Sarjana adalah berkepribadian ekstraversi-introversi, yaitu 77%. Sedangkan yang berkepribadian neurotisme sebanyak 3% dan neurotisme sebanyak 20% . Adapun yang berkepribadian psikotisme dan

ekstraversi- Ekstraversi-Introversi

68%

Neurotisme 0% Psikotisme

0%

Ekstraversi-Neurotisme 32%

Ekstraversi-Psikotisme


(14)

psikotisme tidak ada pada Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan Sarjana tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

Apabila dibuat gambar grafik pie-nya maka akan terlihat seperti gambar berikut ini:

Gambar 17

Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Tingkat Pendidikan Sarjana di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012

Dari 30 (tiga puluh) responden masih ada enam orang Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan sarjana berkepribadian ekstraversi-neurotisme, yaitu sekitar 20 %. Dengan demikian, mayoritas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan yang berpendidikan sarjana berkepribadian ekstraversi-introversi. Apabila dipersentasekan maka 77 % Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan sarjana tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan berkepribadian ekstraversi-introversi dan 3 % berkepribadian neurotisme. Tidak ada Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kecamatan Percut Sei Tuan yang berkepribadian psikotisme dan ekstraversi psikotisme.

Apabila dibandingkan kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan berdasarkan tingkat pendidikan maka akan terlihat seperti tabel berikut ini:

Tabel 21

Ekstraversi-Introversi 77% Neurotisme

3%

Psikotisme 0%

Ekstraversi-Neurotisme

20%

Ekstraversi-Psikotisme


(15)

Perbandingan Persentase Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012 No Tipe Kepribadian Tingkat Pendidikan

SLTA Diploma Sarjana

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Ekstraversi-Introversi

4 100% 11 68 % 23 77 %

2. Neurotisme 0 0% 0 0 % 1 3 %

3. Psikotisme 0 0% 0 0 % 0 0 %

4. Ekstraversi-Neurotisme

0 0% 5 32 % 6 20 %

5. Ekstraversi-Psikotisme

0 0% 0 0 % 0 0 %

Jumlah 4 100 % 16 100 % 30 100 %

Untuk dapat memahami perbandingan tipe Guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD di Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini:

Gambar 18

Grafik Perbandingan Tipe-tipe Kepribadian Guru PAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Kec. Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Dari gambar di atas terlihat jelas bahwa Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan SLTA lebih banyak berkepribadian ekstraversi-introversi dibandingkan dengan yang berpendidikan diploma

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Pend.SLTA Pend. Diploma Pend. Sarjana


(16)

dan sarjana, dan sebaliknya Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan sarjana lebih banyak berkepribadian neurotisme, sedangkan yang berpendidikan diploma lebih banyak berkepribadian ekstraversi-neurotisme. Mereka tidak ada yang berkepribadian psikotisme dan ektraversi-psikotisme.

B. Analisa Penulis

Hasil penelitian di atas adalah berdasarkan person Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012. Dimana para guru secara personal, mayoritas berkepribadian ekstraversi-introversi, namun ada beberapa guru yang berkepribadian neurotisme dan ekstraversi-neurotisme. Para guru yang berkepribadian ekstraversi-neurotisme adalah mereka yang berkepribadian ekstraversi-introversi tidak stabil. Menurut Eysenck, orang yang berkepribadian ekstraversi-introversi tidak stabil memiliki sifat sensitif, resah, agresif, bergairah, berubah-ubah, impulsif, optimis dan aktif.

Sedangkan apabila ditinjau dari sifat atau indikator yang ada dari tipe kepribadian ekstraversi-introversi, neurotisme, dan psikotisme maka diperoleh skor nilai sebagai berikut ini:

Tabel 22

Skor Nilai Sampel Terhadap Setiap Indikator Tipe Kepribadian

No

Indikator

Skor Yang

Dicapai

Skor

Maksimal

Persentase

1. Berjiwa Sosial

143

150

95.3 %

2. Gairah Pada Hidup

142

150

94.6 %

3. Aktif

104

150

69.3 %

4. Asertif

143

150

95.3 %

5. Mencari Sensasi

98

150

65.3 %

6. Penuh Perhatian

133

150

88.6 %

7. Dominan

91

150

60.6 %

8. Bersemangat

109

150

72.6 %

9. Berjiwa Petualang

78

150

52 %

10. Penuh Kecemasan

66

200

33 %

11. Depresi

55

150

36.6 %

12. Merasa Bersalah

80

150

53.3 %

13. Percaya Diri Rendah

50

200

25 %

14. Tegang

56

150

37.3 %

15. Irasional

51

150

34 %

16. Malu-malu

43

150

28 %

17. Larut Suasana Hati

47

150

31.3 %

18. Emosional

59

150

39.3 %


(17)

20. Dingin

20

150

13.3 %

21. Egosentris

36

150

24 %

22. Impersonal

52

150

34.6 %

23. Impulsif

76

150

50.6 %

24. Anti Sosial

11

150

7.3 %

25. Tidak Berempati

18

150

12 %

26. Kreatif

118

150

78.6 %

27. Bebal

75

150

50 %

Berdasarkan data dan grafik yang ada di atas ternyata mayoritas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 berkepribadian ektraversi-introversi stabil, dan minoritas guru berkepribadian ekstraversi-introversi tidak stabil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 mayoritas bersifat:

1. Berjiwa sosial

2. Bergairah pada hidup 3. Aktif

4. Asertif

5. Mencari sensasi 6. Penuh perhatian 7. Dominan 8. Bersemangat

9. Dan berjiwa berpetualang.

Apabila dibandingkan dengan kepribadian dan karakter atau sifat Guru Pendidikan Agama Islam yang dituntut, maka kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

1.

Berakhlak mulia.

2.

Percaya diri

3.

Kreatif

4.

Kepemimpinan

5.

Berjiwa sosial

6.

Bergairah dalam hidup

Dengan demikian, menurut peneliti bahwa kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kec. Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 sudah baik, yaitu memenuhi


(18)

kriteria kepribadian guru yang baik dan ideal. Hal ini diakui oleh pengawas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kec. Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Menurut Dra. Aidar Sumarni bahwa Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kec. Percut Sei Tuan sangat aktif. Hal ini terlihat dari banyak kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Deli Serdang selalu diikuti oleh para guru. Disamping itu guru juga pada saat ini dituntut untuk lebih aktif mencari informasi untuk mengembangkan kompetensi diri guru itu sendiri. Apabila guru tidak aktif maka ia akan ketinggalan informasi yang berkaitan dengan kependidikan sehingga akan mengganggu kinerja dan pengembangan karirnya.1 Hal yang senada disampaikan oleh Dra. Nurbaiyah bahwa Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan sudah bagus dari segi akhlak dan moral. Merekalah yang diharapkan sebagai suri tauladan bagi siswa dalam bertingkah laku. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan, hampir semua guru sudah mendekati tingkat pendidikan sarjana. Dengan demikian secara kualitas baik moral dan pendidikan para guru sudah memenuhi kebutuhan siswa.2 Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam adalah pengembangan diri. Para guru diharapkan agar mampu mengembangkan potensi diri berkaitan dengan kreasi yang baru. Sunardi, S.Pd mengungkapkan Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kec. Percut Sei Tuan perlu diberikan bimbingan bagaimana mengembangkan potensi diri yang lebih kreatif agar mereka merasa percaya diri. Hal ini dapat diwujudkan melalui pendidikan dan pelatihan atau berbentuk workshop.3

Kepribadian yang kedua yang menonjol pada Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kec. Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 adalah kepribadian neurotisme. Di antara para guru masih ada yang bersifat dominan, merasa bersalah, impulsif dan bebal. Sedangkan Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kec. Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 tidak ada satu orang pun yang berkepribadian psikotisme.

Permasalahan selanjutnya setelah melakukan penelitian ini maka bagaimana selayaknya untuk bisa bertindak terhadap guru-guru yang berkepribadian neurotisme ini? Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dalam hal ini menurut peneliti, harus dikembalikan kepada teori Eysenck sendiri. Menurut Eysenck, orang-orang yang berkepribadian neurotisme ini adalah dikarenakan faktor tekanan

1

Dra. Aidar Sumarni, Pengawas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012, wawancara di Percut Sei Tuan, tanggal 12 Juni 2012.

2

Dra. Nurbaiyah, Pengawas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012, wawancara di Percut Sei Tuan, tanggal 13 Juni 2012.

3

Sunardi, S.Pd. Pengawas Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2012, wawancara di Percut Sei Tuan, tanggal 16 Juni 2012.


(19)

li gku ga . Ia e yataka se ara la gsu g “All these theories agree that environmental stress plays some part in the production of the neurosis.4 Hal ini sebagaimana penelitian yang telah dilakukan Eysenck sendiri di rumah sakit jiwa terhadap tentara-tentara yang baru pulang dari berperang. Menurut Eysenck yang paling banyak mengalami kepribadian neurotisme adalah mereka yang mengalami tekanan lingkungan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, menurut peneliti bahwa Guru Pendidikan Agama Islam yang mengalami kepribadian neurotisme ini adalah karena lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian, perlakuan yang tepat terhadap mereka adalah membentuk trait yang bisa untuk merubah mereka dari tipe kepribadian tersebut. Para guru yang mengalami tipe kepribadian neurotisme harus dilepaskan dari lingkungan yang menegangkan tersebut. Lingkungan itu tidak saja tempat tinggal, tetapi bisa saja problem yang mereka hadapi atau tugas yang sedang mereka kerjakan terlalu berat. Hal ini perlu pengkajian lebih mendalam tentang hal-hal yang sedang dialami oleh guru yang bersangkutan.

Dan apabila ditinjau dari semua persepektif yang ada pada bab II tentang kepribadian, maka akan dapat disimpulkan bahwa kepribadian dapat berubah sesuai dengan waktu, tempat dan respon yang sedang dialami oleh seseorang. Dengan demikian, guru-guru yang mengalami kepribadian neurotisme perlu diberikan trait yang bisa merubah mereka dari kepribadian tersebut. Trait tersebut bisa dalam bentuk membuat lingkungan yang lebih nyaman, meringankan beban yang sedang mereka alami, atau membantu mereka untuk menyelesaikan masalah atau menghilangkan tekanan yang sedang mereka alami. Ini semua bisa dilakukan setelah dilaksanakan penelitian yang lebih mendalam mengapa mereka mempunyai kepribadian neurotisme itu sendiri.

Berkaitan dengan kepribadian ini, menurut peneliti pada dasarnya tidak ada seorang individu yang memiliki kepribadian tunggal secara utuh, tetapi adakalanya ia memiliki sifat-sifat atau indikator yang ada pada tipe kepribadian yang lain. Hal ini terlihat pada angket yang disebarkan pada responden, di mana mereka adakalanya memiliki sifat atau indikator tertentu pada tipe kepribadian yang lain. Ambil saja sebagai contoh pada responden dalam penelitian ini, dimana ada beberapa responden yang memiliki kepribadian ekstraversi secara mayoritas, tetapi ia juga memiliki sifat atau indikator dominan, impulsif, bebal dan atau merasa bersalah. Jadi tidak akan mungkin akan ada seorang individu memiliki satu kepribadian tunggal.

Sedangkan apabila dilihat dan dianalisa pada hubungan kepribadian dengan tingkat pendidikan, usia dan jenis kelamin, maka menurut peneliti tidak ada hubungan yang signifikan, bahkan berdasarkan data di atas, pada setiap variasi selalu ada kepribadian yang berbeda antara responden dan tidak

4


(20)

menunjukkan angka perbandingan yang signifikan. Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan SLTA seluruhnya berkepribadian ekstraversi-introversi, sedangkan diploma, sarjana, tua, muda, laki-laki dan perempuan bervariasi, di mana ada yang berkepribadian ektraversi dan neurotisme.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menurut peneliti agar penelitian itu akurat, maka sebaiknya penelitian tipe kepribadian dilakukan langsung terhadap setiap individu. Karena setiap individu akan memiliki kepribadian khas yang berbeda dengan orang lain. Faktor usia, pendidikan dan jenis kelamin tidak akan mempengaruhi kepribadian. Menurut peneliti, faktor-faktor tersebut hanya mempengaruhi kinerja dan pemikiran.

Orang yang berpendidikan tinggi, maka cara berfikirnya mungkin akan lebih realistis, logis, sistematis dan bahkan juga pragmatis dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan lebih rendah. Seorang yang usia muda mungkin kinerjanya akan lebih tinggi dibandingkan usia yang tua, atau jenis kelamin laki-laki mungkin akan berpengaruh kepada cara berfikir dan kinerja, namun tidak akan berpengaruh signifikan kepada kepribadian. Dengan demikian, peneliti masih sangat setuju dengan perspektif psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Jadi muncul pertanyaan, bagaimana posisi umur, pendidikan dan jenis kelamin? Menurut peneliti itu hanya berpengaruh terhadap ego, dan

super ego. Dan andaikata pendidikan, usia dan jenis kelamin berpengaruh, maka menurut peneliti itu hanya berpengaruh dalam perspektif biologis. Artinya, pendidikan, usia, dan jenis tetap berpengaruh apabila ditinjau dari perspektif biologis atau mempengaruhi ego dan super ego dalam perspektif psikoanalisis.

Berdasarkan kerangka teori di atas dapat dipahami secara global dengan berbagai perspektif bahwa kepribadian itu dapat berubah dengan lingkungan, budaya, trait, biologis, humanistik, dan interaksionis pribadi dan situasi. Apabila berangkat dengan segala perspektif yang ada maka pasti akan ada kesimpulan bahwa kepribadian sangat tergantung pada hal-hal tersebut di atas. Apabila seperti itu pernyataannya maka menurut peneliti semua manusia akan bisa mempunyai kepribadian yang sama pada lingkungan, trait, kondisi biologis yang sama, atau interaksi pribadi dan situasi yang sama. Namun ternyata dalam realitas yang ada, orang yang diperlakukan dengan trait yang sama belum tentu mempunyai kepribadian yang sama, tetapi bisa saja mereka mempunyai cara berfikir yang sama atau mempunyai kinerja yang sama. Peserta didik yang dididik oleh guru yang sama pada waktu yang sama dengan materi yang sama akan memungkinkan bisa menyelesaikan masalah yang sama atau mengerjakan dengan hasil yang sama, tetapi setiap inidividu peserta didik tidak akan mungkin memiliki kepribadian yang sama, karena kepribadian setiap perserta didik akan berbeda satu sama lain walaupun secara umum mereka memiliki tipe kepribadian yang sama. Hal inilah yang terjadi pada Guru Pendidikan


(21)

Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Secara umum, mereka memiliki tipe kepribadian ekstraversi, tetapi setiap individu akan memiliki kepribadian yang spesifik apabila dikaitkan berdasarkan indikator yang ada. Maka wajar ketika Eysenck menjelaskan bahwa kepribadian ekstraversi-introversi terdiri dari ekstroversi-introversi stabil dan tidak stabil, atau ia juga menjelaskan bahwa untuk menentukan sebuah indikator pada tipe kepribadian tertentu harus berdasarkan respon spesifik dan habitual. Sebuah respon terhadap suatu stimulus dari luar tidak akan langsung menunjukkan pada sebuah indikator pada tipe kepribadian tertentu.

Menurut analisa peneliti, lingkungan, trait, budaya, situasi dan kondisi, pendidikan, usia, jenis kelamin hanya berpengaruh pada cara berfikir dan cara bertindak. Oleh karena itu, itu semua hanya mempengaruh respon spesifik dan habitual. Apabila ia terus terpatri dalam diri seorang individu maka ia akan mempengaruhi respon spesifik sehingga menjadi respon habitual. Apabila itu terus berlangsung maka ia akan bisa mencapai salah satu indikator pada tipe kepribadian tertentu. Oleh karena itu, peneliti sepakat dengan perspektif klasik yang dihasilkan oleh Freud, di mana dalam diri seseorang masih terus ada konflik antara id, ego sehingga menghasilkan super ego. Jadi kepribadian dalam hal ini masih id, sedangkan faktor luar yang mempengaruhinya adalah ego sehingga menghasilkan super ego.

Dengan demikian, tidak mengagetkan apabila dari hasil penelitian ini tipe kepribadian dengan variasi yang ada tidak akan memberikan hasil yang berbeda atau sama. Menurut peneliti kepribadian hanya bisa dites secara individual. Namun apabila untuk mengetahui secara umum tentang kepribadian komunitas masyarakat tertentu baru bisa melalui sampling. Adalah wajar secara umum, kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 adalah berkepribadian ekstraversi-introversi, baik dilihat dari segi jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

Apabila tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dikaitkan dengan tipologi kepribadian seorang Guru Pendidikan Agama Islam, maka akan ditemukan beberapa landasan berdasarkan Alquran dan Hadis. Sebagaimana ditemukan berdasarkan hasil survey di atas, ada beberapa indikator kepribadian guru yang menonjol, yaitu; berjiwa sosial, bergairah pada hidup, aktif, asertif, mencari sensasi, penuh perhatian, dominan, bersemangat, dan berjiwa berpetualang.

Indikator kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang paling menonjol adalah berjiwa sosial. Banyak pesan Alquran yang mengajarkan umat Islam agar berjiwa sosial. Hal ini sebagaimana firman Allah Q.S. Al-Maidah/5:2.


(22)

































Artinya: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.5

Dalam kitab tafsir at-Thabari dijelaskan bahwa ayat ini adalah perintah kepada kaum mukmin untuk selalu tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.6 Perintah untuk saling tolong menolong itu tidak hanya kepada guru, tetapi kepada seluruh kaum mukmin. Guru sebagai pelita bangsa tentu lebih diutamakan untuk mengajarkan dan melaksanakan atau menerapkan indikator jiwa sosial itu sendiri. Berdasarkan hasil survey dijelaskan 93.5 % Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 berjiwa sosial.

Indikator kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 yang kedua adalah bergairah pada hidup. Allah melarang kaum mukmin berputus asa dalam menempuh kehidupan ini. Firman Allah Q.S. Yusuf/12: 87.





























Artinya: Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".7

Ayat ini pada asalnya adalah perintah kepada saudara-saudara Nabi Yusuf agar jangan putus asa mencari Nabi Yusuf, tetapi pada ujung ayat dipertegas bahwa sifat putus adalah sifat dari orang kafir. Artinya sifat putus asa berkaitan dengan tauhid. Dengan demikian, seorang mukmin tidak boleh putus asa dari rahmat Allah, karena ruh Allah itu adalah bermakna rahmat Allah8. Seorang mukmin harus bergairah dalam hidup, terutama mereka sebagai guru.

5Wazarāt as

-Syu’ūn al-Islamiyah wa al-Awqaf wa al-da’wah, Al-Qur’ān al Karīm wa Tarjamah ma’ānihi Ilā al-Lughah al-Andusiyah (Riyad, Wazarat as Syu’un al Islamiyah wa al Awqaf wa al da’wah, 1971), h. 32.

6Abū Ja’far At

-Țabāri, Jāmi’ al-Bayān fi Ta’wīl al-Qur’ān (Berūt: Mu’assasah ar-Risalah, 2003), juz IX, h.490.

7Wazarāt as

-Syu’ūn, Al-Qur’ān al-Karīm. h. 132.

8Jalāluddīn as


(23)

Guru adalah orang yang mengajarkan ilmu (mu’allim), orang yang memotivasi para siswa untuk menelaah atau mengkaji ilmu pengetahuan (mudarris) dan menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang baik (muaddib) maka mereka tidak bermalas-malasan. Mereka harus aktif untuk bekerja, berbuat dan belajar sehingga ilmu pengetahuan semakin bertambah dan berkembang. Islam melarang sifat untuk bermalas-malasan tetapi menganjurkan untuk terus bekerja dan berkarya. Firman Allah Q.S. al-Jumu’ah /62: 10.

































Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.9

Berdasarkan ayat di atas ditegaskan bahwa setelah ibadah shalat Ju ’at diperi tahka u tuk berusaha mencari rezki dari Allah. Ibnu Kasir menjelaskan bahwa ibadah shalat Jumat adalah berdasarkan perintah Allah dan aktif mencari karunia Allah juga karena perintah Allah.10 Dengan demikian, aktif adalah merupakan perintah Allah. Allah menggandengkan iman dan amal salih dalam setiap firmannya (allazina amanu wa amilu as salihat).

Perasaan bersalah itu adalah sifat yang perlu dihapuskan dalam diri seseorang. Seorang muslim dituntut untuk bertanggung jawab dalam berbuat. Apabila ia melakukan kesalahan, maka ia dituntut untuk bertaubat. Sedangkan apabila ia tidak melakukan sebuah dosa maka ia tidak perlu merasa bersalah. Ia tidak akan diminta pertanggungjawaban atas kesalahan orang lain. Firman Allah Q.S. al-A ’a / : 164.































Artinya: dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."11

Menurut Ar-Razi bahwa ayat ini menegaskan bahwa siapa saja beramal maka ia akan dimintai pertanggunggjawaban. Ia tidak akan menanggung dosa orang lain. Nabi saja akan menanggung dosanya

9Wazarāt as

-Syu’ūn, Al-Qur’ān al Karīm, h. 421.

10

Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Al-Qur’ān al-Azīm (Damaskus: Dār at-Țaibah, 1999), Juz.VIII, h.119.

11Wazarāt as


(24)

apabila ia berbuat dosa.12 Oleh karena itu seorang guru tidak perlu membebani dirinya dengan perasaan bersalah.

12Fakhruddīn ar


(1)

li gku ga . Ia e yataka se ara la gsu g “All these theories agree that environmental stress plays some part in the production of the neurosis.4 Hal ini sebagaimana penelitian yang telah dilakukan Eysenck sendiri di rumah sakit jiwa terhadap tentara-tentara yang baru pulang dari berperang. Menurut Eysenck yang paling banyak mengalami kepribadian neurotisme adalah mereka yang mengalami tekanan lingkungan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, menurut peneliti bahwa Guru Pendidikan Agama Islam yang mengalami kepribadian neurotisme ini adalah karena lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian, perlakuan yang tepat terhadap mereka adalah membentuk trait yang bisa untuk merubah mereka dari tipe kepribadian tersebut. Para guru yang mengalami tipe kepribadian neurotisme harus dilepaskan dari lingkungan yang menegangkan tersebut. Lingkungan itu tidak saja tempat tinggal, tetapi bisa saja problem yang mereka hadapi atau tugas yang sedang mereka kerjakan terlalu berat. Hal ini perlu pengkajian lebih mendalam tentang hal-hal yang sedang dialami oleh guru yang bersangkutan.

Dan apabila ditinjau dari semua persepektif yang ada pada bab II tentang kepribadian, maka akan dapat disimpulkan bahwa kepribadian dapat berubah sesuai dengan waktu, tempat dan respon yang sedang dialami oleh seseorang. Dengan demikian, guru-guru yang mengalami kepribadian neurotisme perlu diberikan trait yang bisa merubah mereka dari kepribadian tersebut. Trait tersebut bisa dalam bentuk membuat lingkungan yang lebih nyaman, meringankan beban yang sedang mereka alami, atau membantu mereka untuk menyelesaikan masalah atau menghilangkan tekanan yang sedang mereka alami. Ini semua bisa dilakukan setelah dilaksanakan penelitian yang lebih mendalam mengapa mereka mempunyai kepribadian neurotisme itu sendiri.

Berkaitan dengan kepribadian ini, menurut peneliti pada dasarnya tidak ada seorang individu yang memiliki kepribadian tunggal secara utuh, tetapi adakalanya ia memiliki sifat-sifat atau indikator yang ada pada tipe kepribadian yang lain. Hal ini terlihat pada angket yang disebarkan pada responden, di mana mereka adakalanya memiliki sifat atau indikator tertentu pada tipe kepribadian yang lain. Ambil saja sebagai contoh pada responden dalam penelitian ini, dimana ada beberapa responden yang memiliki kepribadian ekstraversi secara mayoritas, tetapi ia juga memiliki sifat atau indikator dominan, impulsif, bebal dan atau merasa bersalah. Jadi tidak akan mungkin akan ada seorang individu memiliki satu kepribadian tunggal.

Sedangkan apabila dilihat dan dianalisa pada hubungan kepribadian dengan tingkat pendidikan, usia dan jenis kelamin, maka menurut peneliti tidak ada hubungan yang signifikan, bahkan berdasarkan data di atas, pada setiap variasi selalu ada kepribadian yang berbeda antara responden dan tidak

4


(2)

menunjukkan angka perbandingan yang signifikan. Guru Pendidikan Agama Islam yang berpendidikan SLTA seluruhnya berkepribadian ekstraversi-introversi, sedangkan diploma, sarjana, tua, muda, laki-laki dan perempuan bervariasi, di mana ada yang berkepribadian ektraversi dan neurotisme.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menurut peneliti agar penelitian itu akurat, maka sebaiknya penelitian tipe kepribadian dilakukan langsung terhadap setiap individu. Karena setiap individu akan memiliki kepribadian khas yang berbeda dengan orang lain. Faktor usia, pendidikan dan jenis kelamin tidak akan mempengaruhi kepribadian. Menurut peneliti, faktor-faktor tersebut hanya mempengaruhi kinerja dan pemikiran.

Orang yang berpendidikan tinggi, maka cara berfikirnya mungkin akan lebih realistis, logis, sistematis dan bahkan juga pragmatis dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan lebih rendah. Seorang yang usia muda mungkin kinerjanya akan lebih tinggi dibandingkan usia yang tua, atau jenis kelamin laki-laki mungkin akan berpengaruh kepada cara berfikir dan kinerja, namun tidak akan berpengaruh signifikan kepada kepribadian. Dengan demikian, peneliti masih sangat setuju dengan perspektif psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Jadi muncul pertanyaan, bagaimana posisi umur, pendidikan dan jenis kelamin? Menurut peneliti itu hanya berpengaruh terhadap ego, dan

super ego. Dan andaikata pendidikan, usia dan jenis kelamin berpengaruh, maka menurut peneliti itu hanya berpengaruh dalam perspektif biologis. Artinya, pendidikan, usia, dan jenis tetap berpengaruh apabila ditinjau dari perspektif biologis atau mempengaruhi ego dan super ego dalam perspektif psikoanalisis.

Berdasarkan kerangka teori di atas dapat dipahami secara global dengan berbagai perspektif bahwa kepribadian itu dapat berubah dengan lingkungan, budaya, trait, biologis, humanistik, dan interaksionis pribadi dan situasi. Apabila berangkat dengan segala perspektif yang ada maka pasti akan ada kesimpulan bahwa kepribadian sangat tergantung pada hal-hal tersebut di atas. Apabila seperti itu pernyataannya maka menurut peneliti semua manusia akan bisa mempunyai kepribadian yang sama pada lingkungan, trait, kondisi biologis yang sama, atau interaksi pribadi dan situasi yang sama. Namun ternyata dalam realitas yang ada, orang yang diperlakukan dengan trait yang sama belum tentu mempunyai kepribadian yang sama, tetapi bisa saja mereka mempunyai cara berfikir yang sama atau mempunyai kinerja yang sama. Peserta didik yang dididik oleh guru yang sama pada waktu yang sama dengan materi yang sama akan memungkinkan bisa menyelesaikan masalah yang sama atau mengerjakan dengan hasil yang sama, tetapi setiap inidividu peserta didik tidak akan mungkin memiliki kepribadian yang sama, karena kepribadian setiap perserta didik akan berbeda satu sama lain walaupun secara umum mereka memiliki tipe kepribadian yang sama. Hal inilah yang terjadi pada Guru Pendidikan


(3)

Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Secara umum, mereka memiliki tipe kepribadian ekstraversi, tetapi setiap individu akan memiliki kepribadian yang spesifik apabila dikaitkan berdasarkan indikator yang ada. Maka wajar ketika Eysenck menjelaskan bahwa kepribadian ekstraversi-introversi terdiri dari ekstroversi-introversi stabil dan tidak stabil, atau ia juga menjelaskan bahwa untuk menentukan sebuah indikator pada tipe kepribadian tertentu harus berdasarkan respon spesifik dan habitual. Sebuah respon terhadap suatu stimulus dari luar tidak akan langsung menunjukkan pada sebuah indikator pada tipe kepribadian tertentu.

Menurut analisa peneliti, lingkungan, trait, budaya, situasi dan kondisi, pendidikan, usia, jenis kelamin hanya berpengaruh pada cara berfikir dan cara bertindak. Oleh karena itu, itu semua hanya

mempengaruh respon spesifik dan habitual. Apabila ia terus terpatri dalam diri seorang individu maka ia

akan mempengaruhi respon spesifik sehingga menjadi respon habitual. Apabila itu terus berlangsung

maka ia akan bisa mencapai salah satu indikator pada tipe kepribadian tertentu. Oleh karena itu, peneliti

sepakat dengan perspektif klasik yang dihasilkan oleh Freud, di mana dalam diri seseorang masih terus

ada konflik antara id, ego sehingga menghasilkan super ego. Jadi kepribadian dalam hal ini masih id, sedangkan faktor luar yang mempengaruhinya adalah ego sehingga menghasilkan super ego.

Dengan demikian, tidak mengagetkan apabila dari hasil penelitian ini tipe kepribadian dengan

variasi yang ada tidak akan memberikan hasil yang berbeda atau sama. Menurut peneliti kepribadian

hanya bisa dites secara individual. Namun apabila untuk mengetahui secara umum tentang kepribadian

komunitas masyarakat tertentu baru bisa melalui sampling. Adalah wajar secara umum, kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012 adalah

berkepribadian ekstraversi-introversi, baik dilihat dari segi jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

Apabila tipe kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Percut

Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dikaitkan dengan tipologi kepribadian seorang Guru Pendidikan Agama

Islam, maka akan ditemukan beberapa landasan berdasarkan Alquran dan Hadis. Sebagaimana

ditemukan berdasarkan hasil survey di atas, ada beberapa indikator kepribadian guru yang menonjol,

yaitu; berjiwa sosial, bergairah pada hidup, aktif, asertif, mencari sensasi, penuh perhatian, dominan,

bersemangat, dan berjiwa berpetualang.

Indikator kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Percut Sei

Tuan Kabupaten Deli Serdang yang paling menonjol adalah berjiwa sosial. Banyak pesan Alquran yang


(4)

































Artinya: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.5

Dalam kitab tafsir at-Thabari dijelaskan bahwa ayat ini adalah perintah kepada kaum mukmin untuk selalu tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.6 Perintah untuk saling tolong menolong itu tidak hanya kepada guru, tetapi kepada seluruh kaum mukmin. Guru sebagai pelita bangsa tentu lebih diutamakan untuk mengajarkan dan melaksanakan atau menerapkan indikator jiwa sosial itu sendiri. Berdasarkan hasil survey dijelaskan 93.5 % Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 berjiwa sosial.

Indikator kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 yang kedua adalah bergairah pada hidup. Allah melarang kaum mukmin berputus asa dalam menempuh kehidupan ini. Firman Allah Q.S. Yusuf/12: 87.





























Artinya: Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".7

Ayat ini pada asalnya adalah perintah kepada saudara-saudara Nabi Yusuf agar jangan putus asa mencari Nabi Yusuf, tetapi pada ujung ayat dipertegas bahwa sifat putus adalah sifat dari orang kafir. Artinya sifat putus asa berkaitan dengan tauhid. Dengan demikian, seorang mukmin tidak boleh putus asa dari rahmat Allah, karena ruh Allah itu adalah bermakna rahmat Allah8. Seorang mukmin harus bergairah dalam hidup, terutama mereka sebagai guru.

5Wazarāt as-Syu’ūn al-Islamiyah wa al-Awqaf wa al-da’wah,

Al-Qur’ān al Karīm wa Tarjamah ma’ānihi

Ilā al-Lughah al-Andusiyah (Riyad, Wazarat as Syu’un al Islamiyah wa al Awqaf wa al da’wah, 1971), h. 32.

6Abū Ja’far At-Țabāri, Jāmi’ al-Bayān fi Ta’wīl al-Qur’ān (Berūt: Mu’assasah ar-Risalah, 2003), juz IX, h.490.

7Wazarāt as-Syu’ūn,

Al-Qur’ān al-Karīm. h. 132.


(5)

Guru adalah orang yang mengajarkan ilmu (mu’allim), orang yang memotivasi para siswa untuk menelaah atau mengkaji ilmu pengetahuan (mudarris) dan menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang baik (muaddib) maka mereka tidak bermalas-malasan. Mereka harus aktif untuk bekerja, berbuat dan belajar sehingga ilmu pengetahuan semakin bertambah dan berkembang. Islam melarang sifat untuk bermalas-malasan tetapi menganjurkan untuk terus bekerja dan berkarya. Firman Allah Q.S. al-Jumu’ah /62: 10.

































Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.9

Berdasarkan ayat di atas ditegaskan bahwa setelah ibadah shalat Ju ’at diperi tahka u tuk berusaha mencari rezki dari Allah. Ibnu Kasir menjelaskan bahwa ibadah shalat Jumat adalah berdasarkan perintah Allah dan aktif mencari karunia Allah juga karena perintah Allah.10 Dengan demikian, aktif adalah merupakan perintah Allah. Allah menggandengkan iman dan amal salih dalam setiap firmannya (allazina amanu wa amilu as salihat).

Perasaan bersalah itu adalah sifat yang perlu dihapuskan dalam diri seseorang. Seorang muslim dituntut untuk bertanggung jawab dalam berbuat. Apabila ia melakukan kesalahan, maka ia dituntut untuk bertaubat. Sedangkan apabila ia tidak melakukan sebuah dosa maka ia tidak perlu merasa bersalah. Ia tidak akan diminta pertanggungjawaban atas kesalahan orang lain. Firman Allah Q.S.

al-A ’a / : 164.































Artinya: dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."11

Menurut Ar-Razi bahwa ayat ini menegaskan bahwa siapa saja beramal maka ia akan dimintai pertanggunggjawaban. Ia tidak akan menanggung dosa orang lain. Nabi saja akan menanggung dosanya

9Wazarāt as

-Syu’ūn, Al-Qur’ān al Karīm, h. 421. 10Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Al

-Qur’ān al-Azīm (Damaskus: Dār at-Țaibah, 1999), Juz.VIII, h.119.

11Wazarāt as-Syu’ūn, Al-Qur’ān al Karīm, h. 121.


(6)

apabila ia berbuat dosa.12 Oleh karena itu seorang guru tidak perlu membebani dirinya dengan perasaan bersalah.